• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Pelayanan Gigi Dan Mulut Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Pelayanan Gigi Dan Mulut Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 Chapter III VI"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam tentang pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tanjung Morawa dan Puskesmas Muliorejo yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi penelitian yaitu kedua puskesmas merupakan puskesmas rawat inap yang berada di daerah perkotaan dan kawasan industri, namun yang membedakan adalah Puskesmas Tanjung Morawa sudah memakai ISO 9001 : 2008 (suatu standar internasional di bidang sistem manajemen mutu bidang kesehatan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat) sementara Puskesmas Muliorejo belum ada.

(2)

3.3. Sumber Informasi Penelitian

Informan penelitian ini adalah : Kepala Puskesmas, Dokter gigi, dan Perawat gigi pada 2 (dua) puskesmas. Informan lainnya adalah masyarakat yaitu pasien poli gigi sebagai sasaran dari penerima layanan. Penentuan informan dari pasien digunakan tehnik pengambilan sampel secara accidental sampling yaitu pasien JKN yang datang ke poli gigi puskesmas saat kita melakukan penelitian di lokasi.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam (depth interview) dengan para informan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data terkait yaitu dengan melakukan penelusuran serta pengumpulan dokumen berupa berbagai keterangan maupun informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, seperti laporan dan referensi/catatan yang berkaitan.

Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan proses trianggulasi, yaitu :

1. Wawancara mendalam (Indepth Interview)

(3)

2. Pengamatan/ Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indra.

3. Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen pendukung yang diperlukan dalam bentuk tertulis, baik dari laporan dan hasil penelitian, referensi termasuk buku – buku yang dipakai dalam studi kepustakaan.

3.5. Definisi Istilah

1. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut adalah pencapaian pelaksanaan pelayanan poli gigi sesuai manfaat dan prosedur yang ditetapkan meliputi segala upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan dan pengobatan penyakit gigi dan mulut serta pemulihan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan atas dasar hubungan antara dokter gigi dan atau tenaga kesehatan gigi lainnya dengan individu / masyarakat yang membutuhkannya, sehingga tercapai keadaan yang bebas dari penyakit gigi.

(4)

3. Fasilitas Kesehatan Poli Gigi adalah ketersediaan sarana dan peralatan juga bahan habis pakai di Puskesmas dalam memberikan pelayanan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) .

4. Kompetensi dokter gigi dan perawat gigi adalah mencakup kemampuan tenaga kesehatan (dokter gigi dan perawat gigi) untuk melakukan atau menyiapkan kegiatan tertentu yang bersifat kompleks/komprehensif dalam melayani masyarakat di poli gigi puskesmas sesuai kewenangannya mencakup layanan promotif, preventif, kuratif dan rehabiltatif, sehingga tercapai apa yang menjadi harapan dari pasien, ditinjau juga dari ada tidaknya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dari instansi.

5. Pola komunikasi adalah suatu hubungan dokter-pasien atau perawat-pasien yang terjalin, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter gigi dan perawat gigi dengan pasien. Meliputi : kemampuan kognitif tenaga kesehatan dalam mengerti kebutuhan pasien; menunjukkan afektifitas/sensitifitas terhadap perasaan pasien; kemampuan perilaku tenaga kesehatan dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien.

3.6. Metode Analisis Data

(5)

Menurut Sugiyono (2010) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Huberman dan Miles (1992) yang diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi (2009), menyebutkan proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung pada saat sebelum terjun ke lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan proses analisis data selama di lapangan. Analisis data kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang di wawancarai. Bila jawaban informan setelah dianalisis terasa belum memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu.

Langkah-langkah dalam analisis data secara interaktif adalah sebagai berikut : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi.

1. Reduksi data

(6)

2. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian data bisa dalam bentuk matriks, grafik, jaringan maupun bagan. 3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian ini dapat berupa suatu temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2010), dimana untuk uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji Kredibilitas (credible), Keteralihan (transferability), Keandalan (dependability, auditability) dan dapat Dikonfirmasi (Confirmability).

Uji Kredibilitas (credible) dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara Triangulasi yang diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu, dimana :

(7)

telah dianalisis oleh peneliti, menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan sumber data tersebut.

2. Triangulasi Teknik : dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber data yang sama namun dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan cara wawancara, lalu dicek kembali dengan cara observasi, dokumentasi yang ada atau dengan kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti harus melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar dikarenakan sudut pandang yang berbeda-beda.

(8)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Gambaran Geografis

Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang secara geografis terletak pada posisi 2o 57o Lintang Utara - 3o 16o Lintang Selatan dan 98o 27o Bujur Timur, dengan luas wilayah 2.497,72 km2

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka , yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 desa. Ketinggian wilayah berkisar 0 - 500 meter di atas permukaan laut dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 Kecamatan dan memiliki 34 Puskesmas, diantaranya adalah Puskesmas Mulyorejo dan Puskesmas Tanjung Morawa.

1. Puskesmas Mulyorejo

merupakan puskesmas yang terletak di Jl. Pembangunan Km 12 Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Secara geografis letak wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo berbatasan langsung dengan 4 wilayah yaitu :

(9)

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kodya Medan

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan desa Mencirim (Medan Krio) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak.

Wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo memiliki luas sekitar 2.920 Ha dengan jumlah penduduk 145.735 dengan 29.491 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 7 desa yaitu Mulyorejo dengan jumlah penduduk 30.586, Kampung Lalang 13.293 penduduk, Purwodadi 20.764 penduduk, Puji Mulio 15.004 penduduk, Paya Geli 21.295 penduduk, Tanjung Gusta 21.110 penduduk dan Helvetia 23.683 penduduk.

2. Puskesmas Tanjung Morawa

merupakan puskesmas yang terletak di Jl. Irian Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, dengan luas tanah 450 meter. Secara geografis letak wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa berbatasan langsung dengan 4 wilayah yaitu :

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Patumbak

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Galang, Kecamatan Merbau, Kecamatan Lubuk Pakam

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Puskesmas Dalu X

(10)

4.2. Input

Terdapat 3 (tiga) komponen yang menjadi perhatian dalam penelitian ini, yaitu fasilitas kesehatan, kompetensi dokter gigi dan perawat gigi serta pola komunikasi dalam pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN di Puskesmas. 4.2.1. Fasilitas Kesehatan di Poli Gigi

Pelayanan yang baik akan terwujud kepada masyarakat apabila keadaan sarana dari fasilitas kesehatan sudah tersedia dengan keadaan cukup dimana ketersediaan sarana dan peralatan juga bahan habis pakai di dalam poli gigi puskesmas merupakan faktor penting untuk terlaksananya tindakan pelayanan kepada masyarakat. Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang puskesmas, memuat tentang peralatan, perlengkapan, bahan habis pakai yang seharusnya tersedia di ruangan poli gigi puskesmas. Hasil wawancara tentang sarana dan peralatan, bahan habis pakai di puskesmas Muliorejo adalah sebagai berikut :

Ya, masih bisa dipergunakanlah. Ada juga yang perlu diperbaiki. Bahan habis pakai dan obat sudah terpenuhi dan tersedia”. (Kapus Muliorejo)

”Fasilitasnya sepertinya sudah memenuhi, ada beberapa alat yang merupakan milik pribadi dari dokter, misalnya scaler. Ada juga beberapa alat yang rusak Bahan habis pakai sudah cukup, tersedia. Untuk sterilisasi, satu di puskesmas ini dan bisa digunakan untuk semua ruang/poli dan digunakan kira – kira 2 kali seminggu, sterilisasi kering namanya.”(Dokter Gigi Puskesmas Muliorejo)

”Sudah memenuhi, ada yang rusak. Bahan habis pakai tercukupi, sebelum dan sesudah JKN sama saja. Memiliki sterilisasi kering, punya satu di puskesmas untuk digunakan bersama, dipakai dua kali seminggu.” (Dokter Gigi Puskesmas Muliorejo)

(11)

aja, gak jauh beda lah dulu dengan sekarang. Untuk sterilisasi alat, punya satu di puskesmas dan itu untuk digunakan beberapa poli.” (Perawat Gigi Puskesmas Muliorejo)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan sudah terpenuhi seperti set kursi gigi elektronik, beberapa set tang pencabutan dewasa, skeler ultrasonik di dalam poli gigi puskesmas. Namun untuk melengkapi hasil wawancara tersebut, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan di poli gigi dengan memakai pedoman daftar peralatan dan bahan habis pakai di poli gigi menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1. Peralatan dan Bahan Habis Pakai Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 di Puskesmas Muliorejo

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Keterangan Ada Tidak

Ada I. Set Kesehatan Gigi & Mulut

1

฀ Enamel Access Cutter

฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon Excavator Small)

฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang (Spoon Excavator Medium) ฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon Excavator Large)

฀ Double Ended Applier and Carver ฀ Spatula Plastik

฀ Hatchet ฀ Batu Asah Bein Lurus Besar Bein Lurus Kecil

Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure)

(12)

Tabel 4.1. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional (Kecepatan Rendah) (round, inverted dan fissure)

Ekskavator Berujung Dua (Besar) Ekskavator Berujung Dua (Kecil) Gunting Operasi Gusi

Handpiece Contra Angle Handpiece Straight

Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar)

Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari : ฀ Kursi

฀ Cuspidor Unit ฀ Meja Instrumen

฀ Foot Controller untuk Hand Piece ฀ Kompresor Oilless 1 PK

Jarum exterpasi Jarum K-File (15-40) Jarum K-File (45-80) Light Curing

Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand Piece (Low Speed Micro Motor portable)

Pelindung Jari

Pemegang Matriks (Matrix Holder) Penahan Lidah

Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal)

Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial)

Penumpat Plastis Periodontal Probe

Penumpat Semen Berujung Dua Pinset Gigi

Polishing Bur

Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel/Mesial)

(13)

Tabel 4.1. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook)

Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/Mesial)

Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type

Chisel/Mesial) Skeler Ultrasonik Sonde Lengkung Sonde Lurus

Spatula Pengaduk Semen

Spatula Pengaduk Semen Ionomer Set Tang Pencabutan Dewasa (set) : ฀ Tang gigi anterior rahang atas dewasa ฀ Tang gigi premolar rahang

฀ Tang gigi molar kanan rahang atas ฀ Tang gigi molar kiri rahang atas ฀ Tang molar 3 rahang atas

฀ Tang sisa akar gigi anterior rahang ฀ Tang sisa akar gigi posterior rahang ฀ Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah

(14)

Tabel 4.1. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Baki Logam Tempat Alat Steril Korentang, Penjepit Sponge (Foerster) Lampu Spiritus Isi 120 cc

Lemari peralatan

Lempeng Kaca Pengaduk Semen Needle Destroyer

Silinder Korentang Steril Sterilisator kering

Tempat Alkohol (Dappen Glas)

Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50x70mm)

Toples Pembuangan Kapas (50 x75 mm) Waskom Bengkok (Neirbeken)

√ (tidak milik poli gigi)

III. Bahan Habis Pakai 1

Betadine Solution atau Desinfektan lainnya

Sabun tangan atau antiseptic Kasa

(15)

milik poli gigi sendiri dapat memengaruhi kondisi kebersihan alat, beberapa tang untuk pencabutan anak yang belum lengkap, spatula plastik yang rusak sehingga dapat memengaruhi tindakan penambalan pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Hasil wawancara tentang sarana dan peralatan, bahan habis pakai di puskesmas Tanjung Morawa adalah sebagai berikut :

Sarana dan prasarananya yang ada di poli gigi puskesmas ini, saya rasa sudah lengkap lah, nanti anda lihat lah. Kondisi nya sebelum dan sesudah JKN, hmmm.. pastinya saat ini diupayakan agar pasien bisa menerima layanan yang baik.” (Kapus Tj.Morawa)

”Fasilitasnya tidak memadai, tidak cukup, ya gak digunakan lah dengan baik, contohnya bor – nya, bor ya gak hidup atau kursinya naik – turun aja tidak bisa, airnya pun gitu, sedikit. Kan sudah diperbaiki beberapa kali, dah benar tapi rusak lagi. Kemarin pernah diperbaiki berapa kali tapi rusak lagi, gitu aja, sudah pernahlah dua kali tapi rusak lagi,sudah diperbaiki tapi rusak lagi, ini sudah 3 minggu air tidak lancar. Sedikitlah..sudah tercukupi tapi ada juga yang masih belum, tapi ya sudahlah bilang. Kalau dulu sih memang iya, sebelum apa, memang, dicukupi sih, kalau dulu sih maksudnya kita yang beli gitu tapi uangnya dikasi dari mereka tapi kalau sekarang semenjak adanya BPJS ini, JKN ini kan sudah langsung disediakan dari dinas ke apotik, kan memang lumayan, lumayan terpenuhi sih, sedikit demi sedikit lah,ya namanya..yaa. Kan sudah nampak sendiri kek gini, gak ada, pokoknya sudah dibilang , sudah nampak sendiri, gak ada, ya maksudnya atas kebijakan kami sendiri sterilisasinya kalau dari sini tidak ada sterilisasinya. Atau cairan lah setidaknya disediakan dari sini, tapi itupun kek ya gak ada ya kan, jadinya ya kami beli sendiri ” (Dokter Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

(16)

”Menurut saya gak tentulah, alat seperti dental ini, sudah rusak, tang gigi anak ada beberapa yang gak ada. Lampunya gak ada. Ya terganggu tapi namanya pasien mana mengerti. Hari itu ada masalah, air macet. Bahan habis pakai, kita mohonkan, dulu handshoen gak ada, sekarang sudah ada. Dulu sebelum JKN, beli sendiri, sekarang setelah JKN baru dari dinas. Sterilisasi di poli gigi gak ada.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan masih belum memadai, belum lengkap atau belum terpenuhi, dan ada dalam kondisi rusak seperti set kursi gigi elektronik, skeler ultrasonik, alat bor, lampu dental unit, kondisi air yang tidak baik, beberapa tang gigi anak yang tidak lengkap, tidak adanya sterilisasi di dalam poli gigi puskesmas. Untuk melengkapi hasil wawancara tersebut, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan di poli gigi dengan memakai pedoman daftar peralatan dan bahan habis pakai di poli gigi menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Peralatan dan Bahan Habis Pakai Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 di Puskesmas Tanjung Morawa

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Atraumatic Restorative Treatment (ART): ฀ Enamel Access Cutter

฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon Excavator Small)

฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang (Spoon Excavator Medium) ฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon Excavator Large)

(17)

Tabel 4.2. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure)

Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional (Kecepatan Rendah) (round, inverted dan fissure)

Ekskavator Berujung Dua (Besar) Ekskavator Berujung Dua (Kecil) Gunting Operasi Gusi

Handpiece Contra Angle Handpiece Straight

Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar)

Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari : ฀ Kursi

฀ Cuspidor Unit ฀ Meja Instrumen

฀ Foot Controller untuk Hand Piece ฀ Kompresor Oilless 1 PK

Jarum exterpasi Jarum K-File (15-40) Jarum K-File (45-80) Light Curing

Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand Piece (Low Speed Micro Motor portable)

Pelindung Jari

Pemegang Matriks (Matrix Holder) Penahan Lidah

Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal)

Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial)

Penumpat Plastis Periodontal Probe

(18)

Tabel 4.2. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel/Mesial)

Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/Mesial)

Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook)

Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/Mesial)

Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/Mesial)

Skeler Ultrasonik Sonde Lengkung Sonde Lurus

Spatula Pengaduk Semen

Spatula Pengaduk Semen Ionomer Set Tang Pencabutan Dewasa (set) : ฀ Tang gigi anterior rahang atas dewasa ฀ Tang gigi premolar rahang

฀ Tang gigi molar kanan rahang atas ฀ Tang gigi molar kiri rahang atas ฀ Tang molar 3 rahang atas

(19)

Tabel 4.2. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Baki Logam Tempat Alat Steril Korentang, Penjepit Sponge (Foerster) Lampu Spiritus Isi 120 cc

Lemari peralatan

Lempeng Kaca Pengaduk Semen Needle Destroyer

Silinder Korentang Steril Sterilisator kering

Tempat Alkohol (Dappen Glas)

Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50x70mm)

Toples Pembuangan Kapas (50 x75 mm) Waskom Bengkok (Neirbeken)

Betadine Solution atau Desinfektan lainnya

Sabun tangan atau antiseptic Kasa

(20)

di puskesmas masih belum terpenuhi, kondisi air yang tidak baik menyebabkan aktivitas pelayanan menjadi lambat, kondisi dental chair yang rusak membuat ketidaknyamanan bekerja bagi petugas, hal ini tentunya memengaruhi kegiatan untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Hasil wawancara tentang peran kepala puskesmas dalam upaya penyediaan fasilitas kesehatan (peralatan, bahan habis pakai) yang mendukung pelayanan poli gigi puskesmas adalah sebagai berikut :

”Tentang peran saya untuk dukungan ke poli gigi, yaa setiap kerusakan tetap kita laporkan permintaan ke dinas”. Untuk bahan habis pakai kita sepertinya sudah tercukupi, kan itu sudah ditentukan, sebelum dan sesudah JKN, ya tidak begitu berbeda, tetap mengikuti aturan yang ditentukan” (Kapus Tj.Morawa)

”Alat yang rusak kita usulkan untuk dilakukan perbaikan. Ya perhatianlah ya kan, ditanya apa kira-kira masalah di poli gigi. Apakah alatnya, pelayanan ke pasiennya, pasiennya puas apa engggak, datang ke puskesmas ini, ke poli gigi ada masalah apa enggak... Menerima keluhan” (Kapus Muliorejo)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kepala puskesmas tetap berusaha memberikan perhatian kepada pelayanan poli gigi yang ditujukan bagi masyarakat, yaitu dengan menindaklanjuti laporan ataupun usulan ke dinas tentang permintaan perbaikan alat yang rusak, pemenuhan bahan habis pakai yang dibutuhkan di poli gigi.

4.2.2. Kompetensi Dokter Gigi dan Perawat Gigi di Poli Gigi

(21)

di poli gigi puskesmas sesuai kewenangannya mencakup layanan promotif, preventif, kuratif dan rehabiltatif, sehingga tercapai apa yang menjadi harapan dari pasien.

Setiap tenaga kesehatan memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap profesinya di tempat dia bekerja, masing – masing memiliki tugas dan wewenangnya khususnya petugas kesehatan poli gigi puskesmas.

Hasil wawancara tentang wewenang petugas kesehatan dalam menangani pelayanan di poli gigi puskesmas adalah sebagai berikut :

”Mencabut gigi anak-anak yaa, bantu bersihkan alat, untuk penambalan saya kerjakan.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Pencabutan gigi semua bisa tapi dengan diawasi dokter, membersihkan alat lah.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Pencabutan gigi dewasa maupun anak –anak, penambalan, pembersihan karang gigi/scaling, tapi untuk scaling saya gak diberi pegang oleh dokter yang satu, karena dia takut alatnya nanti rusak, beri resep atau pengobatan, buat tampon.”(Perawat gigi Puskesmas Muliorejo)

”Kadang kek ginilah mengobati, mau juga kalau gak ada saya ya kan, ya membersihkan alat, juga menangani pasien sekali-kali bisa, suntik mau juga sekali-kali karena Ibu ini kan sudah lama, sudah ada Ibu ini 20 tahun disini tapi ada saya disini, kadang ibu ini menensi, kan kami menensi dulu, ya semualah ya ganti-gantianlah kami disini.”(Dokter Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Saya, pencabutan untuk anak – anak, pengobatan bisa juga, pemberian obat misalnya gigi yang bengkak, abses, mengerjakan incisi tapi sebenarnya itu pekerjaan dokter”. (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Nyuci alat, membersihkan alat, membersihkan ruangan, pembersihan karang gigi, menyuntik gigi yang mau.”(Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

(22)

dengan pengawasan atau diawasi oleh dokter gigi. Namun sebaliknya berdasarkan pengamatan peneliti, saat melakukan tindakan pencabutan gigi dewasa (bukan sisa akar gigi/radix), dilakukan oleh perawat gigi, itu tanpa pengawasan dari dokter gigi. Berdasarkan observasi juga terlihat kondisi dokter gigi dan perawat gigi sama-sama melakukan tindakan pelayanan ke pasien yang berbeda yaitu dokter gigi melakukan penambalan di dental unit dan perawat gigi di kursi kerja melakukan pencabutan gigi dewasa (molar tiga) tanpa pengawasan dokter gigi. Untuk scaling, dokter gigi tidak mengijinkan perawat membantunya, jadi kurangnya kerjasama. Selain itu dalam menjalankan tindakan ataupun memberikan pelayanan kepada masyarakat, di poli gigi Puskesmas Muliorejo tidak didukung dengan adanya standar prosedur (SOP), dan ini berbeda dengan poli gigi Puskesmas Tanjung Morawa.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang penting bagi implementasi program JKN. Suatu keahlian dan kemampuan dari tenaga kesehatan sangat diperlukan (kompeten dan kecakapan profesi) untuk menjalankan pelayanan program yang dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan atau sosialisasi dari instansi.

Hasil wawancara tentang penyelenggaraan pendidikan atau pelatihan bagi tenaga kesehatan gigi adalah sebagai berikut :

”Belum pernah ada Pelatihan ya, untuk profesi kesehatan gigi.”(Kapus Tj.Morawa)

”Kayaknya ada sekali, ada untuk perawat gigi.”(Kapus Muliorejo)

(23)

”Tidak pernah.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Tidak pernah.”(Perawat gigi Puskesmas Muliorejo)

”Iya, ada sekali.” (Dokter Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Saya gak pernah.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Kalau dari dinas untuk perawat gigi saya tidak pernah pelatihan, berkaitan dengan gigi tidak pernah.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk profesi kesehatan yang ada di poli gigi puskesmas tidak pernah dilakukan pendidikan dan pelatihan terkait kesehatan gigi dan mulut, hal ini dikarenakan puskesmas lebih mengutamakan upaya kesehatan wajib puskesmas.

Dalam hal memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat, maka setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hasil wawancara tentang kepemilikan SIP dan SIK tenaga kesehatan untuk poli gigi puskesmas adalah sebagai berikut :

”Untuk dokter gigi dan perawat gigi sudah ada, jadi sudah membantu proses pelayanan. Sepertinya semua sudah mengurus ya, karena untuk jaspel harus ada SIP dan SIK, kan itu sebagai persyaratan kredensialing juga.”(Kapus Tj.Morawa)

”Sudah, wajib sudah ada SIPnya.”( Kapus Muliorejo)

”Ada SIP saya.” (Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Untuk SIP, saya punya tapi ya sudah habis masa berlakunya, belum diperpanjang lagi.” (Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

(24)

”Ada saya punya SIP.” (Dokter gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”SIP, iya saya punya itu.” (Perawat gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”SIP ada.” (Perawat gigi Puskesmas Tj.Morawa)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pegawai kesehatan di poli gigi sudah memiliki surat ijin praktek dokter gigi demikian juga perawat giginya sudah memiliki surat ijin kerja dikarenakan ini adalah persyaratan kredensialing dan syarat dalam pembagian jasa pelayanan harus melampirkan surat ijin praktek dan surat ijin kerja tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti dari nomor registrasi SIP dan SIK pegawai, bahwa masih ada pegawai yang surat ijin kerja sudah habis masa berlakunya dan perlu proses pengurusan kembali.

4.2.3. Pola Komunikasi di Poli Gigi

Terbinanya hubungan yang baik antara petugas kesehatan poli gigi dengan pasien menimbulkan terlaksananya kegiatan penanganan secara efektif, dimana kemampuan dan keterampilan dari petugas kesehatan dalam menyampaikan informasi akan membina komunikasi yang efektif, sehingga banyak hal – hal yang negatif dapat dihindari.

Hasil wawancara tentang pola komunikasi tenaga kesehatan gigi adalah sebagai berikut :

(25)

”Kita dudukkan pasien, baru kita tanya riwayat penyakitnya, apakah ada sakit, apa keluhannya, kita lihat kondisi mulutnya baru setelah kita tahu, kita menegakkan diagnosanya.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Sejak kapan mulai giginya sakit, sudah berapa lama, sebelum ke puskesmas obat apa yang sudah dimakan, ntah dari bidan klinik lain atau dari apotek, setelah makan obat reaksinya bagaimana, setelah itu langsung berobat kesini atau dibiarkan dulu karena sudah sembuh, atau kambuh lagi balik baru datang lagi ke puskesmas.” (Perawat Gigi Puskesmas Muliorejo)

”Pasiennya datang, ya kita tanyai lah semua ya kan, penyakit, apa maksudnya dah berapa lama sakitnya, sakitnya, ntah bagaimana sakitnya ntah jatuh,ntah trauma dia atau sudah ditanya semua, atau ada penyakit lain, atau ada alergi lain, baru kita periksa. Kita kasi pengarahan kan sama dia. Kita harus jelaskan, kalau kita langsung cabut kan gak mungkin.”(Dokter gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Ya kita tanyakanlah sakitnya, kita tanyakan sakitnya gitu, trus itu berapa lama sakitnya, berapa hari.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Pasien datang kita suruh masuk, apa keluhannya bu ? mungkin giginya sakit, silahkan duduk, baru kita periksa giginya yang mana yang sakit, apa yang perlu dilakukan kasitahu sama dokternya, selanjutnya dokter lah bagaimana, apakah sudah bisa dicabut,kalau sudah bisa, disuruh kami nyuntik.”(Perawat gigi Puskesmas Tj.Morawa)

(26)

Kemampuan atau kepekaan tenaga kesehatan terhadap perasaan pasien sangat memberi rasa nyaman bagi pasien yang datang. Sehingga sikap dan emphati dari petugas sangat memberi dampak positif bagi kepuasan pasien.

Hasil wawancara tentang pola komunikasi yaitu sikap tenaga kesehatan gigi adalah sebagai berikut :

”Saya datang untuk minta rujuk, karena dulu berobat dan sekarang belum sembuh juga, jadi mau minta suratlah biar ke RS. Petugasnya memberikan penanganan ataupun periksanya seperti gak senang, apa karena minta ke RS ya..jadi mau ke RS aja kah, gak mau disini, gitu katanya.” (Pasien 1 Puskesmas Muliorejo)

”Saya datang ke sini untuk bawa anak saya cabut gigi, biasalah anak –anak kan takut, nangis, saya juga sudah bujuk, tapi petugasnya malah bilang, ya sudah bu bawa aja anaknya keluar datang aja jika sudah mau.” ( Pasien 2 Puskesmas Muliorejo)

”Maunya mereka berikan informasi lalu memberikan tindakanlah, kemarin itu saya datang sikap petugasnya mau cepat aja, kan ini pemerintah harus berikan layanan yang baik dong…saya selalu tidak puas akan responnya, mereka tidak ramah, gak ngerti dengan mau kita.” (Pasien 3 Puskesmas Muliorejo)

”Kebetulan ya apa itu, giginya apa namanya, terasa nyeri maka datang kemari memakai kartu BPJS. Mereka cukup melayani, kebetulan saya perhatikan tadi, karena kondisi anak, jadi dipercepatkan pemanggilan pemeriksaan kesehatannya. Respon saya cukup positiflah, mereka ada menjelaskan dan ada penyampaiannya.” (Pasien 1 Puskesmas Tj.Morawa)

”Saya datang cabut gigi, yaa gitu mereka biasa aja gak ada jelaskan, kita cabut ya, sudah gitu, disuruh nunggu sampai kebas.” ( Pasien 2 Puskesmas Tj.Morawa)

(27)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk pola komunikasi tenaga kesehatan terhadap pasien dari segi kemampuannya untuk menunjukkan sikap emphati dalam menangani keluhan pasien, masih ada kurangnya penyampaian informasi yang baik dan jelas kepada pasien. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap sikap peka petugas terhadap pasien yang datang ke poli gigi khususnya pasien anak – anak, petugas cenderung tidak sabar dan tidak mau memberikan perhatian yang lebih untuk menciptakan kenyamanan pada pasien. Petugas kurang memperlihatkan emphatinya kepada pasien khususnya lansia dan anak –anak.

Persetujuan tindakan medik merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya, atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Hal ini perlu untuk menghindari masalah – masalah yang akan muncul setelah atau pada saat proses pelayanan diberikan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Hasil wawancara tentang tindakan persetujuan sebelum melakukan tindakan adalah sebagai berikut :

”Ya, sebelum melakukan tindakan kita terlebih dahulu menanyakan tentang kesiapan pasien, setelah iya setuju baru kita kerjakan.”(Dokter Gigi Muliorejo)

”Ada.”(Dokter Gigi Muliorejo)

”Ya, memang ada persetujuan, karna kita bilang nanti menyangkut biaya yang dimiliki pasien.”(Perawat Gigi Muliorejo)

(28)

”Ya, biasanya itu untuk ini, untuk pasien yang kita curigai, misalnya punya penyakit gula, darah tinggi, jantung, ahh itu yang kira-kira kita curigailah.”(Perawat Gigi Tanjung Morawa)

”Ya, harus, manatahu ada kasus yang tidak memungkinkan dicabut.”(Perawat Gigi Tanjung Morawa)

”Yaa gitulah” (Pasien 1 Puskesmas Muliorejo)

”Tidak ada ditanyaipun, ini aja dibiarin” ( Pasien 2 Puskesmas Muliorejo)

” Ada, ada ditanyakan ” (Pasien 3 Puskesmas Muliorejo)

”Ohh..Tidak ada.” (Pasien 1 Puskesmas Tj.Morawa)

”Biasa ajalah pokoknya.” ( Pasien 2 Puskesmas Tj.Morawa)

”Ya ada.”( Pasien 3 Puskesmas Tj.Morawa)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk permintaan persetujuan kepada pasien telah dilakukan sebelum melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan pengamatan peneliti, untuk melakukan tindakan pelayanan kepada pasien, kadang petugas langsung melakukan tindakan misal untuk pencabutan gigi, tanpa meminta persetujuan ke pasien.

4.3. Proses Kepatuhan Memenuhi Standar Pelayanan Gigi dan Mulut

(29)

Hasil wawancara tentang tindakan pelayanan yang ditangani di poli gigi puskesmas adalah sebagai berikut :

”Kita melakukan penambalan, pembersihan karang gigi dan pencabutan, kita juga memberikan penyuluhan atau edukasi, sikat gigi ya pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Pencabutan, penambalan, pembuatan protesa, pembersihan karang gigi/scaling.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Kasus pencabutan gigi, penambalan gigi, pembersihan karang gigi.”(Perawat gigi Puskesmas Muliorejo)

”Paling pengobatan, paling penambalan tapi tidak terlalu banyak, sama scaling pun ada juga, paling daruratnya incisi sekali-kali.”(Dokter Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Ya yang mau cabut gigi, pengobatan, scaling/pembersihan karang gigi, nempel gigi, penambalan sekali- kali, tapi penambalannya yang belum mengenai saraf bukan perawatan saraf gigi tapi penambalan. Tapi itupun gimana mau nambal ya alatnya ya aja gak lengkap, tidak bisa kerja kan.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Paling gigi yang berlubang, gigi yang gangrein, gigi yang goyang, atau yang sudah tumbuh berlapis.”(Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk tindakan pelayanan yang dilakukan di poli gigi adalah pencabutan, penambalan, pembersihan karang gigi dan pengobatan juga rujukan.

Untuk menangani kasus pasien yang datang maka diperlukan adanya penyampaian informasi yang baik, untuk itu kepekaan dari petugas akan kebutuhan pasien perlu diberikan.

(30)

”Misal untuk cabut gigi, pasien datang kan langsung meminta untuk cabut gigi, kita periksa dulu bagaimana tensinya, kan tidak sembarangan apalagi orangtua, kita jelaskan kalau kondisinya bisa atau tidak untuk dicabut.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Ya misalnya dia keluhannya sakit, kita periksa, kita lihat kondisi giginya, kita lakukan perkusi, kalau pada saat perkusi masih sakit, kita lihat ada terjadi abses kita lakukan pemberian obat dulu. Kalau kita lakukan perkusi tidak ada apa-apa, tidak terjadi pembengkakan, misalnya giginya minta dicabut ya kita cabut, kalau masih bisa dirawat kita sarankan dirawat saluran akar.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Kalau disitu melihat kondisi diagnosa pasien, bila perlu langsung dilaksanakan, bila tidak diberikan resep pengobatan. Apabila mau dilakukan penambalan jadi disuruh pasiennya menjaga kebersihan giginya agar giginya tidak rusak jadi setelah itu dilakukan penambalan baru dilakukan penyuluhan, memeriksakan gigi paling lama 6 bulan sekali, biar lebih dini kita mengetahui ada kelainan di dalam mulut.”(Perawat gigi Puskesmas Muliorejo)

”Misalnya cabut gigi, Iyalah harus dijelaskan, kalau kita langsung cabut gak mungkin kita anamnesa gitu nanya ke dia, kan gak mungkin kita langsung cabut. Gak ngerti lah mereka jadi harus dijelaskan. Atau misalnya dia minta cabut gigi yang ini dan disini ada juga, ada 2 misalnya kanan kiri, tapi gusinya yang paling sehat adalah sebelah sini untuk gigi gerahamnya, kita bilang ini gak bisa, memang dua-dua gak pernah sakit tapi nanti bu ini pasti sakit dan ibu gak pernah cabut, jadi itu contohnya, kita terangkan, jika ini saya cabut pasti ibu trauma jika langsung cabut ini, ini gusinya tidak sehat, akan sakit sekali, ini masih perlu obat kalau yang satu lagi gak perlu obat.”(Dokter Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Pemeriksaanlah, kita lihat dulu keadaan giginya yang mana yang sakit, kalau misalnya giginya misalnya gangrein kita lihat, maksudnya bengkak apa gak, kalau misalnya akar atau bengkak, kita kasi pengobatan, kalau misalnya pulpitis yang masih berlobang, lagi sakit kali sementara kita kasi apalah pengobatan eugenol itu kita masukkan ke lobang giginya.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

(31)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk melakukan tindakan pelayanan kepada pasien, petugas kesehatan sudah memberikan penjelasan akan hal – hal apa yang akan dilakukan terhadap keluhan pasien seperti pencabutan gigi, apakah sudah bisa dilakukan tindakan atau masih perlu memakan obat sampai kondisi gigi tidak sakit, pemeliharaan kebersihan gigi, pemberian eugenol terhadap gigi yang berlobang dan sakit sebelum ditambal. Namun menurut pengamatan peneliti, saat pasien datang dengan keluhannya, untuk beberapa kasus tidak memberikan penjelasan ataupun pemeriksaan kepada pasien di kursi dental unit.

Pada program JKN ini, Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Menurut Peraturan BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2014, Cakupan Pelayanan yang akan diterima oleh peserta yang datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di poli gigi meliputi : Administrasi pelayanan, terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau pelayanan kesehatan lain ; Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis ; Premedikasi ; Kegawatdaruratan oro-dental ; Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi) ; Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit ; Obat pasca ekstraksi ; Tumpatan komposit/GIC ; Skeling gigi (1x dalam setahun).

(32)

”Untuk pasien JKN, kita tidak ada meminta biaya.”(Dokter Gigi Muliorejo)

”Kalau pemegang kartu, gratis semuanya.”(Dokter Gigi Muliorejo)

”Ya, untuk pasien JKN kita tidak minta biaya, tapi untuk bersihkan karang gigi ya dokter meminta biayanya, kalau pembersihan Rp.50000, kan itu lumayan pekerjaan ya.”(Perawat Gigi Muliorejo)

”scaling kan manual, trus lama, namanya manual, jaranglah, paling maulah sekali kali,itupun cari hari yang sunyi, karena kan lama, jika ada ya 15 atau 10 kadang mau kalau dia banyak kali sampai ke 20, tapi 15 lah.”(Dokter Gigi Tanjung Morawa)

”Yaa itulah kemarin melakukan tindakan bersihkan karang gigi, baru itu, tapi saya diminta biayanya Rp.25 rb gitulah” (Pasien 1 Puskesmas Muliorejo)

Berdasarkan hasil wawancara dengan sumber informasi di atas menunjukkan bahwa setelah melakukan tindakan pelayanan kepada pasien, pasien tidak dikenakan biaya, namun untuk pelayanan pembersihan karang gigi, pasien dikenakan tarif.

4.4. Output Pelayanan Gigi dan Mulut Sesuai Standar Pelayanan

Program JKN memberikan manfaat kepada masyarakat terhadap tindakan pelayanan yang diberikan oleh poli gigi puskesmas sebagai FKTP BPJS. Kemudahan ini diberikan untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya. Standar digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan batasan kewenangan dan kompetensi melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas (Depkes RI, 2009), meliputi :

(33)

2. Pelayanan Promotif dan Preventif (Pencegahan)

a. Pelayanan berupa : kampanye pendidikan kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan

b. Pelayanan dalam bentuk promosi kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan komunikasi informasi dan edukasi kepada kelompok tertentu

c. Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi dan mulut, pengendalian plak, aplikasi topikal fluor, konseling kepada perorangan mengenai hygiene mulut, pembersihan karang gigi dan aplikasi fissure sealant 3. Pelayanan medik gigi dan mulut dasar (Kuratif)

a. Pencabutan tanpa komplikasi

b. Restorasi tumpatan/ penumpatan gigi c. Bedah mulut minor

d. Perawatan penyakit mulut e. Terapi periodontal

f. Pelayanan rujukan

(34)

Laporan tentang pelayanan gigi dan mulut puskesmas, dapat dilihat berdasarkan dari data puskesmas pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.3. Jumlah Pelayanan Gigi dan Mulut Puskesmas Tanjung Morawa dan Puskesmas Muliorejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

Pelayanan Puskesmas Tanjung

Morawa

Puskesmas Muliorejo

Jumlah total kunjungan setahun 3.052 2.337

Jumlah kunjungan per bulan 254 195

Kunjungan rata-rata per hari 8 6

Kunjungan baru 2.062 1.659

Kunjungan ulang 990 678

Jumlah kasus rujukan - 10

Jumlah rata-rata jenis tindakan ; a. pencabutan/ekstraksi

b.penambalan c.scaling d.pengobatan

1.396 32 22 1.602

1.140 54 34 1.109

Sumber: Laporan Catatan Kunjungan Pasien Poli Gigi Puskesmas Muliorejo dan Puskesmas Tanjung Morawa

(35)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Masukan (Input)

Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (input) dalam pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN.

5.1.1. Fasilitas Kesehatan di Poli Gigi

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat, puskesmas perlu meningkatkan berbagai sarana pendukung pelayanan, hal ini ditentukan untuk mewujudkan pelayanan yang bermutu, profesionalisme, aman dan nyaman. Pada Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, sudah ada diatur dan ditetapkan mengenai set kelengkapan gigi dan mulut, perlengkapan, bahan habis pakai yang harus disediakan pada poli gigi.

(36)

Sarana merupakan salah satu faktor pendukung yang tidak boleh dilupakan, dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut faktor sarana adalah alat dalam pelaksanaan tugas pelayanan pada pasien. Sarana pelayanan yang dimaksud disini adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan. Peralatan kerja yang ada harus senantiasa dipelihara sesuai dengan standar, prosedur dan metode serta siap pakai, sebab kalau tidak maka adanya gangguan pada sarana kerja dapat berakibat fatal sama halnya dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dalam pelaksanaannya memerlukan peralatan kesehatan gigi yang lengkap, jika tidak pelayanan yang diberikan kepada pasien tidak memadai kemudian diberikan rujukan ke praktek klinik mandiri dengan fasilitas yang lebih memadai. Fasilitas yang lengkap diharapkan dapat meningkatkan kualiatas mutu layanan. Fasilitas yang tersedia hendaknya dengan jumlah serta jenis yang memadai dan selalu keadaaan siap pakai dan untuk melakukan tindakan harus ditunjang fasilitas yang lengkap dan sebelumnya harus sudah disediakan.

(37)

meningkatkan produktivitas baik barang ataupun jasa, 3) kualitas produk yang lebih baik/terjamin, 4) lebih mudah/sederhana dalam gerak para pelakunya, 5) menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan, 6) menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan sehingga dapat mengurangi sifat emosional mereka.

Hal ini sejalan dengan penelitian Saragih (2009), dibalai pengobatan gigi kota Pekanbaru tahun 2009 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih kurang dari standar kecukupan yang ada, yang memengaruhi kunjungan pasien.

Demikian juga pada penelitian Rundungan (2015), fasilitas/sarana yang kurang memadai yang ada di poliklinik gigi mempengaruhi pelayanan kesehatan gigi di poliklinik gigi RSUD Datoe Binangkang dilihat dari menurunnya jumlah kunjungan pertahun dan dari kinerja petugas kesehatan gigi yang lebih banyak melakukan rujukan ke klinik dokter mandiri.

Penelitian Andayasari (2014), menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara kegiatan pelayanan tambal dan cabut gigi dengan kelengkapan alat kesehatan dan obat untuk poli gigi di Puskesmas.

(38)

mulut dapat terlaksana tidak hanya lebih ke tindakan pengobatan atau pencabutan saja.

5.1.2. Kompetensi Dokter Gigi dan Perawat Gigi di Poli Gigi

Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, disebutkan dan dijelaskan bahwa :

1. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.

2. Tenaga kesehatan di puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

3. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(39)

pelaksana pengobatan gigi di setiap puskesmas minimal terdiri atas satu dokter gigi dan satu perawat gigi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk beberapa tindakan pelayanan kepada pasien diberikan kepada perawat gigi untuk mengerjakannya dengan pengawasan atau diawasi oleh dokter gigi. Namun sebaliknya menurut pengamatan peneliti, saat melakukan tindakan pencabutan gigi dewasa (bukan sisa akar gigi/radix), dilakukan oleh perawat gigi, itu tanpa pengawasan dari dokter gigi. Berdasarkan observasi juga terlihat kondisi dokter gigi dan perawat gigi sama-sama melakukan tindakan pelayanan ke pasien yang berbeda yaitu dokter gigi melakukan penambalan di dental unit dan perawat gigi di kursi kerja melakukan pencabutan gigi dewasa (molar tiga) tanpa pengawasan dokter gigi. Untuk scaling, dokter gigi tidak mengijinkan perawat membantunya, jadi kurangnya kerjasama. Selain itu dalam menjalankan tindakan ataupun memberikan pelayanan kepada masyarakat, di poli gigi Puskesmas Muliorejo tidak didukung dengan adanya standar prosedur (SOP), dan ini berbeda dengan poli gigi Puskesmas Tanjung Morawa.

(40)

melaksanakan pelayanan asuhan; melaksanakan pelayanan kesehatan gigi sesuai standar prosedur operasional, tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pimpinan Puskesmas; mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di puskesmas; untuk membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tehnis di puskesmas.

Kepmenkes RI No. 378/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi perawat gigi, menyatakan bahwa perawat gigi mempunyai standar sebagai batasan aktivitas dalam melakukan tindakan yang berkaitan dengan keperawatan gigi. Perawat gigi adalah seorang asisten dokter gigi (chair side assistant), yang mempunyai kemampuan seperti :

a. Kemampuan membantu operator dalam perawatan rutin pada poli gigi

b. Kemampuan membantu dokter gigi dalam pengobatan pasien, dalam hal ini membantu dokter gigi dalam bekerja menangani pasien pada dental chair

c. Kemampuan menyiapkan dan menerapkan penggunaan bahan – bahan pada pengobatan pasien

d. Kemampuan menyiapkan dan melakukan topical treatment/solution yang ditetapkan oleh dokter gigi

e. Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan bisa melakukan pelayanan medis dasar (dengan pengawasan dari dokter gigi)

(41)

teknologi baru yang diintegrasikan dalam suatu praktik dokter gigi modern yang terdiri dari dokter gigi dan asisten yang masing-masing memiliki keterampilan. Konsep ini bukan sekedar pemindahan alat dari asisten ke dokter gigi atau agar pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah. Juga butuh keterampilan dalam melaksanakan suatu kerja tim yang andal.

Beberapa prinsip yang dianjurkan untuk menerapkan konsep four- handed dentistry agar dapat memberi manfaat yang lebih baik yaitu :

a. Dokter gigi diharapkan melatih asisten sehingga tidak perlu melakukan pergerakan yang tidak efisien.

b. Asisten yang membantu dokter gigi harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menangani peralatan. Terlatih untuk mengikuti setiap prosedur perawatan yang dilakukan dokter gigi.

c. Asisten harus lebih sering menangani peralatan misalnya saliva ejector, suction pump, handpiece dan bor, sehingga dokter gigi tidak perlu melakukannya sendiri. Idealnya penanganan peralatan yang dilakukan asisten adalah 80 – 90% dari waktu kerja, sehingga dokter gigi hanya berkonsentrasi pada perawatan pasien.

Permenkes RI No. 58 Tahun 2012, tentang penyelenggaraan pekerjaan perawat gigi, memuat beberapa kewenangan perawat gigi, antara lain yaitu :

(42)

a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut, (upaya ini meliputi : penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat; pelatihan kader; dan penggunaan alat peraga gigi) ;

b. Upaya pencegahan penyakit gigi, (upaya ini meliputi : pemeriksaan plak; teknik sikat gigi yang baik; pembersihan karang gigi; pencegahan karies gigi dengan fluor dengan teknik kumur-kumur dan pengolesan fluor pada gigi; dan pengisian pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealant) ;

c. Tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi terbatas, (tindakan ini meliputi: tindakan kegawatdaruratan pada kasus gigi dan mulut sesuai dengan standar pelayanan; dan perawatan pasca tindakan (hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan dari dokter gigi) ;

d. Pelayanan higiene kesehatan gigi, (pelayanan ini meliputi : higiene petugas kesehatan gigi dan mulut; sterilisasi alat-alat kesehatan gigi; pemeliharaan alat-alat kesehatan gigi; lingkungan kerja; dan pencegahan infeksi silang); e. Melaksanakan pelayanan keperawatan gigi sesuai standar prosedur

operasional, tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pimpinan Puskesmas.

Selain kewenangan tersebut, perawat gigi dapat melaksanakan tindakan medik terbatas dalam bidang kedokteran gigi berdasarkan pelimpahan tindakan secara tertulis dari dokter gigi atau penugasan Pemerintah sesuai kebutuhan, meliputi : a. Pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan topikal atau infiltrasi

(43)

b. Penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer, bahan amalgam atau bahan lainnya.

Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa tindakan pelayanan gigi seperti pencabutan gigi dewasa (molar tiga), yang dilakukan oleh perawat gigi di poli gigi puskesmas tidak sesuai dengan kompetensi pekerjaannya, dan contoh lain seperti tindakan pelayanan pembersihan karang gigi, perawat gigi bisa melakukannya tapi tidak diberikan oleh dokter gigi dan dokter gigi juga tidak melakukan pengawasan terhadap tindakan yang dilakukan perawat gigi. Pekerjaan pemberian pelayanan kepada pasien tidak sejalan dengan konsep four-handed dentistry, untuk saling kerjasama antara operator dengan asisten gigi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rundungan (2015), di poliklinik gigi RSUD Datoe Binangkang menyatakan bahwa kemampuan petugas kesehatan gigi dalam merawat pasien harus disesuaikan dengan kompetensi dan dalam memberikan pelayanan perawatan gigi dapat dilakukan perawat gigi namun tidak semua boleh dilakukan harus ada koordinasi dengan dokter gigi karena adanya kompetensi tugas masing-masing.

(44)

SOP sebenarnya dibuat secara lengkap untuk mempermudah tenaga kesehatan melakukan pekerjaannya, namun petugas hanya sebatas tahu apa yang menjadi tugas seharihari mereka. Hal ini dapat menyebabkan prosedur yang ada selalu berubah -ubah karena bersifat situasional. Peraturan dan tata tertib juga sudah diberlakukan dan diketahui oleh para petugas, kadangkala itu telah dimengerti oleh para petugas kesehatan gigi tetapi kemungkinan pihak manajemen belum memperhatikan secara lebih seksama mengenai penerapannya.

Kemampuan petugas kesehatan gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan baik bila selalu dilaksanakan sesuai dengan kompetensi petugas. Begitu pula dengan standar operasional kesehatan gigi dan mulut selalu diterapkan namun hanya sebatas tahu apa yang menjadi tugas sehari – hari mereka namun karena tidak adanya kebijakan dari pemerintah dan atasan sehingga penerapan SOP belum terlalu diperhatikan secara lebih seksama mengenai penerapannya di poliklinik gigi.

(45)

tersimpan di dalam rak lemari dan untuk Puskesmas Muliorejo sendiri belum memiliki SOP di dalam poli gigi.

SOP perlu dibuat karena ini merupakan panduan dalam menjalankan pelayanan poli gigi untuk menegaskan tentang kegiatan yang harus dikerjakan di dalam poli gigi puskesmas, tidak memiliki SOP akan menyebabkan alur dari kegiatan pelayanan tidak terurut dengan baik terhadap pasien yang datang.

Berdasarkan hasil wawancara dan daftar tilik observasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut, ditemukan bahwa dalam hal surat ijin praktek dan ijin kerja bagi dokter gigi dan perawat gigi, sudah memiliki surat ijin, ini dikarenakan untuk persyaratan pembagian jasa pelayanan harus melampirkan surat ijin praktek dan surat ijin kerja tersebut walaupun dari observasi dokumen, bahwa surat ijin tersebut sudah habis masa berlakunya dan perlu untuk proses pengurusan kembali.

Hal ini sudah sesuai dengan apa yang dimuat pada Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, bahwa Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(46)

pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi sesuai dengan perkembangan persaingan.

Pelatihan adalah suatu proses jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistimatis dan terorganisir, yang mana karyawan mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan- tujuan tertentu. Dimana pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera. Spesifik berarti pelatihan berhubungan dengan bidang pekerjaan yang dilakukan. Praktis dan segera berarti yang sudah dilatihkan dapat dipraktikan.

Pelatihan untuk kesehatan gigi dan mulut memang jarang sekali diadakan karena masih dianggap bukan upaya kesehatan wajib tapi merupakan upaya dari program pengembangan. Dengan tidak adanya kebijakan ini, menunjukkan bahwa tidak mengalokasikan anggaran khusus untuk kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut karena dianggap bukan merupakan kegiatan prioritas. Prioritas lebih ditujukan kepada masalah kesehatan yang menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi.

(47)

Menurut Subekhi dan Jauhar (2012), menyatakan pelatihan adalah program - program untuk mempertahankan kemampuan melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok dan atau berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi. Sejalan dengan pendapat Siagian (2008), bahwa pengembangan pegawai penting sebagai bagian integral dari usaha untuk memberikan motivasi dengan cara melakukan program pendidikan dan pelatihan.

Sejalan dengan hal tersebut konsep pelatihan menurut Soeprihanto dalam Rundungan (2015), menyatakan bahwa pelatihan mempunyai manfaat :

a. Meningkatkan produktivitas, baik kualitas maupun kuantitas,

b. Meningkatkan moral kerja yang mendukung terciptanya suatu kerja yang harmonis dan dengan hasil yang meningkat,

c. Karyawan akan semakin percaya akan kemampuannya sehingga para pengawas tidak terlalu dibebani untuk selalu mengadakan pengawasan setiap saat,

d. Menurunkan angka kecelakaan kerja,

e. Meningkatkan stabilitas dan fleksibilitas karyawan, f. Membantu mengembangkan pribadi karyawan.

(48)

dihadapi. Juga untuk pembenahan tindakan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang dengan baik dalam rangka menyegarkan kembali dan untuk meningkatkan kemampuannya, memperoleh informasi terkini tentang pelayanan kesehatan gigi, mempengaruhi sikap atau menambah kecakapan di bidang kesehatan gigi sesuai dengan perkembangan pengetahuan saat ini.

5.1.3. Pola Komunikasi di Poli Gigi

Keberhasilan komunikasi pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati.

Menurut Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut :

(1) Kemampuan kognitif tenaga kesehatan dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician cognitive capacity to understand patient’s needs),

(2) Menunjukkan afektifitas/sensitifitas tenaga kesehatan terhadap perasaan pasien (an affective sensitivity to patient’s feelings),

(3) Kemampuan perilaku tenaga kesehatan dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient), (Konsil Kedokteran, 2006).

(49)

dilaksanakan kepada pasien yang lansia dan anak-anak, apalagi pasien yang berkunjung pada siang hari. Kemampuan perilaku tenaga kesehatan dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien masih kurang dan perlu lebih diterapkan lagi karena hal ini dapat membantu untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter atau perawat, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya, karena keberhasilan komunikasi pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak sehingga akan mudah untuk mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang dihadapi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Binyamin (2012), yang menyatakan bahwa komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan – pasien mempunyai hubungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Kabupaten Asahan.

(50)

5.2. Proses (Process)

Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah pelayanan yang dilakukan di poli gigi. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan bagi masyarakat, keluarga atau pun per orangan; bagi yang sakit atau pun yang sehat. Menurut pedoman kerja puskesmas, pelayanan gigi dasar yang diberikan di puskesmas meliputi kegiatan penumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, dan tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan operkulektomi.

Kepatuhan memenuhi standar pelayanan gigi dan mulut adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya keinginan untuk mencapai suatu hasil yang baik yang sesuai dengan aturan dan berdisiplin di dalam pelayanan poli gigi puskesmas. Dimana pelayanan kesehatan gigi di puskesmas ditujukan kepada masyarakat atau penderita yang berkunjung ke puskesmas.

Penelitian menunjukkan bahwa setelah melakukan tindakan pelayanan kepada pasien, seperti untuk pelayanan pembersihan karang gigi, pasien dikenakan biaya.

(51)

Menurut Peraturan BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2014, Cakupan Pelayanan yang akan diterima oleh peserta yang datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di poli gigi meliputi : Administrasi pelayanan, terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau pelayanan kesehatan lain ; Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis ; Premedikasi ; Kegawatdaruratan oro-dental ; Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi) ; Pencabutan gigi permanen tanpa penyulit ; Obat pasca ekstraksi ; Tumpatan komposit/GIC ; Skeling gigi (1x dalam setahun).

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi puskesmas secara umum bertujuan untuk mencapai keadaan gigi dan mulut masyarakat yang optimun, diharapkan mampu memberikan kenyaman dan mengurangi akibat –akibat yang ditimbulkan karena masalah kesehatan gigi. Adanya biaya yang diminta kepada pasien dalam hal ini setelah menerima pelayanan pembersihan karang gigi, memberikan kerugian bagi masyarakat yang baru pertama sekali datang dan menerima tindakan tersebut, karena ini tidak sesuai dengan manfaat yang seharusnya mereka terima sebagai peserta JKN.

5.3. Keluaran (Output)

(52)

gigi yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah serta pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.

Penelitian menunjukkan bahwa jumlah rata- rata tindakan pelayanan di poli gigi puskesmas Muliorejo adalah lebih banyak tindakan pencabutan sedangkan untuk poli gigi puskesmas Tanjung Morawa adalah tindakan pengobatan, yang kemudian diikuti dengan tindakan penambalan dan scaling.

Tujuan umum upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi yang layak. Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas, yaitu ;

1. Meningkatkan keadaan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari pengobatan sedini mungkin.

2. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat (karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau pencegahan tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok masyarakat yang rawan.

(53)

Pelayanan gigi dan mulut yang sesuai dengan standar dinyatakan sebagai pelayanan yang bagus, dimana semua pelayanan yang seharusnya dilaksanakan di poli gigi puskesmas sudah diberikan kepada masyarakat sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan, kegiatan pelayanan tersebut meliputi : Pelayanan kedaruratan gigi dan mulut yang ditujukan kepada keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya; Pelayanan Promotif dan Preventif (Pencegahan) seperti mengenai hygiene mulut, pembersihan karang gigi dan aplikasi fissure sealant; dan Pelayanan medik gigi dan mulut dasar (Kuratif) seperti pencabutan tanpa komplikasi, restorasi tumpatan/ penumpatan gigi, bedah mulut minor, perawatan penyakit mulut, terapi periodontal, pelayanan rujukan (Depkes RI, 2009).

(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pasien JKN, ketersediaan input meliputi :

a. Fasilitas kesehatan di poli gigi puskesmas, ditemukan ada dalam keadaan rusak dan masih ada yang belum terpenuhi dan masih belum sesuai dengan Permenkes RI No. 75 tahun 2014, baik di Puskesmas Muliorejo maupun di Puskesmas Tanjung Morawa.

b. Kompetensi dokter gigi dan perawat gigi dalam melaksanakan pelayanan di poli gigi masih belum terbina baik, dimana dalam memberikan pelayanan perawatan gigi dapat dilakukan perawat gigi tetapi tidak dilakukan pengawasan oleh dokter gigi sehingga harus ada kerjasama antara petugas kesehatan sesuai dengan kompetensi tugas masing – masing, baik di Puskesmas Muliorejo maupun Puskesmas Tanjung Morawa.

c. Dalam melaksanakan pelayanan di poli gigi, Puskesmas Tanjung Morawa sudah memiliki SOP sebagai standar prosedur dalam menangani pasien sedangkan Puskesmas Muliorejo belum memilikinya.

(55)

kembali karena masa waktunya yang sudah tidak berlaku lagi, baik untuk Puskesmas Muliorejo maupun Puskesmas Tanjung Morawa.

e. Untuk kegiatan pendidikan atau pelatihan bagi petugas kesehatan gigi memang belum pernah diadakan di Puskesmas Muliorejo maupun Puskesmas Tanjung Morawa.

f. Pola komunikasi petugas kesehatan di poli gigi Puskesmas Muliorejo kepada pasien belum sepenuhnya menunjukkan emphati terhadap keluhan yang pasien rasakan, khususnya pasien anak-anak dan lansia dan petugas kurang memberikan penjelasan, namun tidak demikian pada Puskesmas Tanjung Morawa, yang sudah mulai menunjukkan emphati terhadap keluhan pasien dimana petugas sudah mampu memberikan penjelasan tentang keadaan gigi dan mulut pasien.

(56)

3. Pelayanan gigi dan mulut di poli gigi puskesmas lebih banyak pada tindakan pengobatan yang kemudian diikuti tindakan pelayanan pencabutan, penambalan dan pembersihan karang gigi.

6.2. Saran

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang segera membenahi fasilitas peralatan dan bahan habis pakai di poli gigi puskesmas dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat yang datang berobat dan perlunya menelusuri ataupun mengadakan pendataan terhadap SIP dan SIK petugas kesehatan yang sudah tidak berlaku atau yang perlu proses pengurusan kembali.

2. Puskesmas Muliorejo hendaknya menindaklanjuti proses kerja di ruang poli gigi, yaitu dengan menetapkan SOP untuk menjadi kerangka kerja petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

(57)

Gambar

Tabel  4.1. Peralatan dan Bahan Habis Pakai Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 di Puskesmas Muliorejo
Tabel  4.1. (Lanjutan)
Tabel  4.1. (Lanjutan)
Tabel  4.1. (Lanjutan)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun sudah lama berusaha, kedua Mitra ini belum pernah mendapat binaan dari instansi terkait, belum pernah mendapat pinjaman modal lunak, belum mempunyai sertifikat

Abdullah Afif Siregar, SPJP(K), SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP Haji Adam Malik

Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan didukung dengan landasan teori maka penelitian Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kegawatdarutan Pada Balita Dengan Tindakan

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Diet Rendah Purin Terhadap Kepatuhan Penderita Asam Urat Adapun skripsi ini bukan milik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

Isi kandungan ayat tersebut adalah ... semua manusia harus mengingat Allah dalam setiap perbuatan B. semua manusia harus istiqamah dalam beribadah kepada allah

This research aimed to determine whether the environmental performance and Good Corporate Governance (GCG) mechanisms, such as managerial ownership, institutional ownership,

3 Tahun 2014 tentang kawasan tanpa rokok di kantor DPRD Kota Medan dan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Medan serta untuk menganalisis bentuk- bentuk fungsi dari