• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan membahas hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. Pembahasan hasil penelitian di bab IV ini meliputi deskripsi siklus I, deskripsi siklus II, hasil analisis data, dan pembahasan, secara lebih rinci akan dipaparkan dalam bab IV ini yakni sebagai berikut.

4.1 Hasil Penelitian

Pada deskripsi siklus I ini, menguraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pelaksanaan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit. 4.1.1 Rencana Tindakan Siklus I

Tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam penelitian dengan menerapkan Pembelajaran IPA antara lain menelaah materi pembelajaran IPA kelas IV dan mengkaji indikator-indikatornya, menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang gaya, menyiapkan alat evaluasi dan menyiapkan lembar angket untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam pembelajaran dan yang terakhir menyiapkan alat peraga. Setelah semua perangkat pembelajaran disiapkan langkah selanjutnya adalah menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk menilai pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan Pembelajaran IPA. Pada pertemuan pertama, sebelum melakukan kegiatan pembelajaran penulis bersama guru kelas IV SD N Kutowinangun 10 berdiskusi mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan dengan menerapkan Pembelajaran IPA di kelas. Standar kompetensi yang diambil untuk siklus I adalah 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda.

Pada standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut, penulis mengambil indikator yang digunakan adalah menunjukkan sikap kerjasama dalam proses belajar gaya. Untuk pertemuan pertama ini, penulis mempersiapkan media yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari peserta didik yang berupa

(2)

bola yaitu untuk mendukung penerapan Pembelajaran IPA.S elain itu, penulis juga mempersiapkan RPP, lembar observasi, lembar kerja siswa.

Pada pertemuan yang kedua, indikator yang digunakan adalah Menunjukkan keterampilan dalam membuat hasil karya belajar gaya. Penulis mempersiapkan media yang berhubungan dengan kehidupan peserta didik yaitu kursi dan meja sebagai media yang mendukung penerapan Pembelajaran IPA. Selain itu, penulis juga mempersiapkan RPP, lembar observasi, lembar kerja siswa.

Pertemuan ketiga indikator yang digunakan adalah menjelaskan sifat-sifat gaya. Penulis mempersiapkan media seperti batu dan air untuk mendukung penerapan Pembelajaran IPA.S elain itu, penulis juga mempersiapkan RPP, lembar observasi, lembar kerja siswa, lembar angket dan soal evaluasi siklus I.

Setelah merancang perencanaan yang akan dilakukan, langkah-langkah pembelajaran yang dirancang disesuaikan dengan langkah-langkah atau sintaks Pembelajaran IPA. Untuk mengetahui penerapannya di kelas, yang dilakukan peneliti adalah mempersiapkan lembar observasi yang berfungsi sebagai lembar untuk mengamati lebih jelas kesesuaian tindakan yang dilakukan di kelas saat penerapan Pembelajaran IPA berlangsung. Di dalam lembar observasi tersebut terdapat dua kolom yakni “ya” jika tindakan yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai langkah pembelajaran yang sesuai dengan Pembelajaran IPA, serta “tidak” jika langkah pembelajaran tersebut tidak dilakukan atau diimplementasikan di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung.

Indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar serta hasil belajar peserta didik harus disesuaikan dengan instrumen yang dibutuhkan.Untuk mengukur motivasi belajar peneliti menggunakan lembar angket dengan instrument yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan indikator serta untuk mengukur hasil belajar peserta didik menggunakan soal evaluasi.

4.2 Pelaksanaan Observasi dan Tindakan Siklus 4.2.1 Pelaksanaan Observasi Siklus I

(3)

Observasi pada siklus I ini meliputi observasi terhadap kegiatan guru dan kegiatan siswa. Secara rinci hasil dari observasi terhadap kegiatan guru dan kegiatan siswa dijelaskan sebagai berikut:

a. Observasi Terhadap Kegiatan Guru

Observasi terhadap kegiatan guru dalam penerapan Pembelajaran IPA dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari observasi terhadap kegiatan guru pada siklus Iselama kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam menerapkan Pembelajaran IPA sudah terlaksana dengan baik.Hasil rekapitulasi observasi kegiatan guru pada Siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Hasil Kegiatan Guru Dengan Penerapan Model

Problem Solving Pembelajaran IPA Siklus I

Sintak Aspek Indikator

Pertemuan I Pertemuan II Ya Tida k Ya Tid ak Merumus kan Masalah Pra Pembelaja ran

1. Apersepsi dan motivasi

Merumus kan Hipotesis

Kegiatan Awal

2. Mengajak siswa berdoa 3. Guru mempersiapkan

fisik siswa

4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan dicapai 5. Guru memberikan pertanyaan untuk memunculkan suatu masalah pada pembelajaran Mengum pulkan dan Kegiatan Inti

6. Guru membimbing siswa

dalam proses

pembelajaran

(4)

Sintak Aspek Indikator Pertemuan I Pertemuan II Ya Tida k Ya Tid ak mengelo mpokkan data sebagai bahan pembukti an hipotesis 7. Menyusun tahapan penyelesaian pembelajaran 8. Siswa mengkonsultasikan tahapan penyelesaian pembelajaran Pembukti an Hipotesis 9. Siswa mengumpulkan data dari hasil penemuan penyelesaian

pembelajaran

10. Siswa membuat laporan dan menceritakan hasil dari penemuan

11. Siswa mempresentasikan

hasil kerja kelompok

Menentu kan Pilihan Penyeles aian Kegiatan Akhir

12. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

13. Siswa melakukan refleksi 14. Guru membagi lembar

evaluasi

Siswa membuat kegiatan tindak lanjut untuk kegiatan selanjutnya

15. Guru menutup pertemuan

Jumlah 11 4 14 1

(5)

Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I pertemuan I dalam menerapkan Penerapan Problem Solving pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 menunjukkan bahwa hasil observasi kegiatan guru terhadap pembelajaran IPA pada siklus I pertemuan I terdapat 11 indikator pada kegiatan dengan penerapan Pembelajaran IPA, terdapat 4 indikator yang belum terlaksana dengan baik dan perlu ditingkatkan oleh guru yaitu siswa mengkonsultasikan tahapan penyelesaian pembelajaran dan siswa mengumpulkan data dari hasil penemuan penyelesaian pembelajaran. Berdasarkan lembar observasi tersebut, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintak mencapai 80% atau sebanyak 15 indikator sesuai tindakan yang dilakukan di kelas.

Gambar 4.1

Hasil Observasi Guru Siklus I Pertemuan I

Berdasarkan gambar hasil observasi kegiatan guru pada siklus I pertemuan II mengalami peningkatan dibandingkan pertemuan I, dari 15 indikator 14 indikator sudah terlaksana. Berdasarkan lembar observasi tersebut, langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran IPA mencapai 95% atau sebanyak 14 indikator dari 15 indikator sudah sesuai dengan tindakan yang dilakukan di kelas. Kegiatan guru yang belum terlaksana adalah siswa mengumpulkan data dari hasil penemuan penyelesaian pembelajaran, tetapi guru

80% 20%

(6)

memberikan penghargaan terhadap siswa dan merencanakan kegiatan tindak lanjut sudah terlaksana dengan baik.

Gambar 4.2

Hasil Observasi Guru Siklus I Pertemuan II

Siklus I pertemuan II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I pertemuan I, dari 15 indikator 14 indikator sudah terlaksana dengan baik. Berdasarkan lembar observasi tersebut, langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran IPA mencapai 90% atau sebanyak 14 indikator dari 15 indikator sudah sesuai dengan tindakan yang dilakukan di kelas. Kegiatan yang belum dilakukan oleh guru adalahsiswa mengumpulkan data dari hasil penemuan penyelesaian pembelajaran belum terlaksana dengan baik.

b. Observasi Kegiatan Siswa

Selain melakukan observasi terhadap kegiatan guru dalam penerapan model Problem solving peneliti juga melakukan observasi terhadap kegiatan siswa dalam penerapan model problem Solving. Hasil observasi terhadap kegiatan belajar siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan model problem solving pada pelajaran IPA siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

90% 10%

(7)

Tabel 4.2

Hasil Kegiatan Siswa Dengan Penerapan Model Problem SolvingSiklusI

Sintak Aspek Indikator

Pertemua n I Pertemuan II Ya Tida k Ya Tida k Merumuskan Masalah Pra Pembela jaran

1. Apersepsi dan motivasi

Merumuskan Hipotesis

Kegiata n Awal

2. Mengajak siswa berdoa 3. Guru mempersiapkan fisik

siswa

4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan dicapai 5. Guru memberikan pertanyaan untuk memunculkan suatu masalah pada pembelajaran Mengumpul kan dan mengelompo kkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis Kegiata n Inti

6. Guru membimbing siswa

dalam proses pembelajaran 7. Menyusun tahapan

penyelesaian pembelajaran 8. Siswa mengkonsultasikan

tahapan penyelesaian

(8)

Sintak Aspek Indikator Pertemua n I Pertemuan II Ya Tida k Ya Tida k Pembuktian Hipotesis

9. Siswa mengumpulkan data dari hasil penemuan penyelesaian pembelajaran

10. Siswa membuat laporan dan menceritakan hasil dari penemuan

11. Siswa mempresentasikan

hasil kerja kelompok

Menentukan Pilihan Penyelesaian

Kegiata n Akhir

12. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

13. Siswa melakukan refleksi 14. Guru membagi lembar

evaluasi

Siswa membuat kegiatan tindak lanjut untuk kegiatan selanjutnya

15. Guru menutup pertemuan

Jumlah 11 4 14 1

Presentase 75

(9)

Berdasarkan tabel mengenai hasil observasi kegiatan siswa pada penerapan model problem solving pada pembelajaran IPA siklus I terdapat 15 indikator, pada pertemuan I dari 11 indikator terdapat 4 indikator yang belum dilaksanakan dan perlu untuk ditingkatkan oleh siswa yaitu kesiapan siswa sebelum memulai kegiatan pembelajaran, siswa dalam menyimak dan menanggapi apersepsi dari guru belum terlaksana, dan di dalam kegiatan diskusi siswa belum sepenuhnya menyampaikan pendapatnya sendiri dengan baik, serta siswa belum merencanakan kegiatan tindak lanjut. Berdasarkan lembar observasi tersebut, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintak penerapan model problem solving pada pembelajaran IPA mencapai 75% atau sebanyak 11 indikator dari 15 indikator sesuai dengan tindakan yang dilakukan di kelas.

Gambar 4.3

Hasil Observasi Siswa Siklus IPertemuan I

Hasil observasi siklus I pertemuan II pada kegiatan siswa dengan penerapan model problem solving pada pembelajaran IPA mengalami peningkatan yang terdapat 15 indikator yang harus dicapai. Pada pertemuan II ini terdapat 14 indikator dari 15 indikator yang sudah terlaksana dan 1 indikator dari 15 indikator belum terlaksana. Kegiatan siswa pada pertemuan II ini mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I pertemuan I. Berdasarkan tabel dari langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintak penerapan model problem

75% 25%

(10)

solving mencapai 80% atau sebanyak 14 indikator dari 15 indikator sesuai dengan tindakan yang dilakukan di kelas.

Gambar 4.4

Hasil Observasi Siswa Siklus IPertemuan II

Dari hasil observasi pada siklus I ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru dalam penerapan model problem solving pada pembelajaran IPA pada pertemuan I, pertemuan II sudah terlaksana dengan baik dan setiap pertemuan mengalami peningkatan. Sedangkan untuk kegiatan siswa dalam penerapan

problem solving pada pembelajaran IPA pada pertemuan I perlu ditingkatkan

karena dari 15 indikator, 4 indikator belum dilaksanakan oleh siswa. Begitu pula pada pertemuan II dari 11 indikator, 4 indikator belum terlaksana dengan baik. Jadi, pada siklus I ini kegiatan guru ataupun kegiatan siswa dalam penerapan model problem solving pada pembelajaran IPA sudah terlaksana dengan baik, terbukti dengan adanya peningkatan pada setiap pertemuannya.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran dalam siklus I ini dilakukan sejumlah 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan dua kali 35 menit atau 2 jam pelajaran serta sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

80% 20%

(11)

1. Pertemuan Pertama

Pertemuan I pada siklus I ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 28 Mei 2016. Dalam kegiatan pembelajaran, kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 yang mengikuti proses pembelajaran adalah 16 siswa. Materi yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah tentang Gaya. Pelaksanaan tindakan menggunakan langkah-langkah penerapan model problem solving.

a. Kegiatan Awal

Sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kegiatan awal pada pertemuan I ini yakni guru mengucapkan salam serta berdo’a, memeriksa kesiapan siswa dan memeriksa kehadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta guru beserta siswa membuat kesepakatan mengenai aturan pembelajaran. Melalui tanya jawab, guru mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Siswa diberi motivasi oleh guru terkait pembelajaran yang akan berlangsung tentang pentingnya mempelajari gaya. Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

1) Memahami Masalah Kontekstual

Siswa diberikan permasalahan terkait dengan materi tentang gaya melalui cerita. Permasalahan yang diberikan oleh guru dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa diberikan waktu untuk menyelesaikan pertanyaan dari guru. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran hari ini. Guru memberikan pertanyaan, “Apakah kalian pernah melihat bola? Guru kemudian memberikan masing-masing bola kepada setiap siswa sebagai awal permasalahan. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya jika ada hal yang belum dimengerti dan belum jelas terkait masalah kontekstual yang diberikan oleh guru.

b. Kegiatan Inti

1) Menyelesaikan Masalah Kontekstual

Di dalam kelas dibentuk menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompoknya. Setiap kelompok mendapatkan 1 buah boladan

(12)

lembar kerja siswa. Guru memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berfikir dan bertindak menurut cara masing-masing dan guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam menemukan solusi atau cara yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Setelah semua kelompok mendapatkan bahan dan lembar kerja siswa, guru meminta kepada semua kelompok untuk menemukan jawaban dari bola tersebut. Kemudian guru memberikan pertanyaan.

2) Membandingkan Dan Mendiskusikan

Setiap kelompok atau perwakilan kelompok memperesentasikan hasil pekerjaannya atau penyelesaian masalah dan alasan atas jawaban permasalahan di depan kelas. Kelompok yang lain menanggapi atas jawaban yang disampaikan kelompok penyaji. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban setiap kelompok melalui tanya jawab membahas penyelesaian masalah.Kembali pada pokok permasalahan pertama, guru meminta setiap kelompok untuk menyelesaikan kembali permasalahan kontekstual yang diberikan, setiap kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan, kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.

c. Kegiatan Akhir

1) Menarik Kesimpulan

Guru memberikan penguatan terhadap jawaban setiap kelompok, mengacu pada penyelesaian jawaban guru bersama siswa membuat penegasan atau kesimpulan bagaimana cara menjumlahkan pecahan berpenyebut sama, setelah itu, guru memberikan variasi soal yang di kerjakan secara berkelompok dan berdiskusi kemudian dibahas bersama. Selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka alami. Beberapa siswa tidak memperhatikan atau tidak mengikuti pembelajaran dengan seksama, sebagai contoh jika kegiatan pembelajaran berdiskusi maka tidak bekerja sama dengan baik.

(13)

Guru bersama siswa mempertegas kembali atau menyimpulkan kembali bagaimana cara menjumlahkan pecahan berpenyebut sama, serta guru meminta siswa untuk mempelajari tentang materi selanjutnya.

2. Pertemuan Kedua

Pertemuan II pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 29 Mei 2016. Dalam kegiatan pembelajaran, kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 yang mengikuti proses pembelajaran adalah 16 siswa. Materi yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua ini adalah masih materi tentang gaya. Pelaksanaan tindakan menggunakan langkah-langkah penerapan model problem solving pada pembelajaran IPA.

a. Kegiatan Awal

Sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kegiatan awal pada pertemuan II ini yakni guru mengucapkan salam serta berdo’a, memeriksa kesiapan siswa dan memeriksa kehadiran dalam mengikuti pembelajaran, serta guru beserta siswa membuat kesepakatan mengenai aturan pembelajaran. Setelah itu melalui tanya jawab, guru mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Siswa diberi motivasi oleh guru terkait pembelajaran yang akan berlangsung tentang pentingnya mempelajari gaya. Guru memberika apersepsi kepada siswa.

1) Memahami Masalah Kontekstual

Siswa diberikan permasalahan terkait dengan materi pembelajaran tentang gaya. Permasalahan yang diberikan kepada siswa yang diberikan oleh guru dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa diberikan waktu untuk menyelesaikan pertanyaan dari guru. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran hari ini. Guru memberikan pertanyaan. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya jika ada hal yang belum dimengerti dan belum jelas terkait masalah kontekstual yang diberikan oleh guru.

(14)

b. Kegiatan Inti

1) Menyelesaikan Masalah Kontekstual

Di dalam kelas dibentuk menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompoknya. Setiap kelompok mendapatkan 1 bola. Guru memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berfikir dan bertindak menurut cara masing-masing dan guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam menemukan solusi atau cara yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Setelah semua kelompok mendapatkan bahan dan lembar kerja siswa, guru meminta kepada semua kelompok untuk berbagi tugas. Kemudian guru memberikan pertanyaan.

2) Membandingkan Dan Mendiskusikan

Setiap kelompok atau perwakilan kelompok memperesentasikan hasil pekerjaannya atau penyelesaian masalah dan alasan atas jawaban permasalahan di depan kelas. Kelompok yang lain menanggapi atas jawaban yang disampaikan kelompok penyaji. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban setiap kelompok melalui tanya jawab membahas penyelesaian masalah yang mengacu dari penyajian hasil kerja kelompok penyaji, melalui yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa dapat memahami pembelajaran tentang gaya. Mengacu pada penyelesaian jawaban siswa, guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan cara menjumlahkan pecahan berpenyebut beda.

Kembali pada pokok permasalahan pertama, guru meminta setiap kelompok untuk menyelesaikan kembali permasalahan kontekstual yang diberikan.Setiap kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan, kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.

c. Kegiatan Akhir

1) Menarik Kesimpulan

Guru memberikan penguatan terhadap jawaban setiap kelompok, mengacu pada penyelesaian jawaban guru bersama siswa membuat penegasan atau kesimpulan bagaimana cara menghasilkan gaya, setelah itu, guru memberikan

(15)

variasi soal yang di kerjakan secara berkelompok dan berdiskusi kemudian dibahas bersama. Selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka alami. Beberapa siswa tidak memperhatikan atau tidak mengikuti pembelajaran dengan seksama, sebagai contoh jika kegiatan pembelajaran berdiskusi maka tidak bekerja sama dengan baik.

Bersamaan dengan tindakan pada pertemuan II, dilakukan pula pengamatan terhadap langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang terdapat pada lembar observasi. Berdasarkan lembar observasi tersebut, langkah-langkah kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan perencanaan. Hal ini menunjukkan bahwa indikator proses telah tercapai dan kegiatan pembelajaran sudah baik.

Selain mengamati proses atau kegiatan belajar mengajar di kelas, peneliti juga mengamati perilaku siswa atau sikap siswa terutama tentang motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran IPA dengan penerapan model problem solving yang telah dilakukan. Pengamatan dengan siswa dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, namun setelah proses pembelajaran telah selesai, siswa diminta untuk mengisi lembar angket tentang kegiatan pembelajaran IPA dengan penerapan model problem solving. Dari lembar angket yang diisi oleh siswa, peneliti dapat mengetahui seberapa tinggi motivasi belajar siswa terhadap pelajaran IPA dengan penerapan model problem solving.

Untuk mengukur hasil belajar siswa peneliti menggunakan soal evaluasi diakhir pertemuan kedua ini. Hal bertujuan seberapa meningkatnya keberhasilan dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model problem solving. 4.2.3 Hasil Tindakan Siklus I

Hasil tindakan pada siklus I diperoleh dari hasil observasi terhadap motivasi dan hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 dengan penerapan model problem solving oleh guru.

1. Hasil Belajar IPA

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dengan menerapkan model problem solving selesai, maka dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari masing-masing siswa,

(16)

apakah sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau belum mencapai KKM. Pencapaian hasil belajar diperoleh dari rata-rata penilaian pengetahuan (kognitif) yang berupa soal evaluasi. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA SD Negeri Kutowinangun 10 adalah 65. Untuk mengukur keberhasilan penerapan model problem solving dalam meningkatkan hasil belajar IPA menggunakan soal evaluasi yang diujikan kepada siswa pada siklus I pertemuan IIuntuk mengukur pengetahuan siswa terhadap penerapan model problem solving pada mata pelajaran IPA. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda dengan jumlah soal 10 yang sudah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya serta tingkat kesukarannya.

Berikut disajikan tabel mengenai rekap hasil penilaian siswa siklus I Tabel 4.3

Rekap Hasil Penilaian Siswa Siklus I

Nilai Frekuensi Persentase (%)

36 – 44 3 11 % 45 – 53 2 8 % 54 – 62 2 8 % 63 – 71 5 19 % 72 – 80 3 50 % 81 – 89 1 4 % Jumlah 16 100 % Rata-rata 65.38 Nilai tertinggi 84 Nilai terendah 36

Berdasarkan tabel 28 dapat dilihat dari 16 siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 yang mencapai ketuntasan belajar atau memenuhi KKM (65) adalah sebanyak 9 siswa dengan persentase 69%, sedangkan siswa yang belum memenuhi KKM sebanyak 7 siswa dengan persentase 31%, yang dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai antara 36 - 44 sejumlah 3 siswa, nilai antara 45 - 53 sejumlah 2 siswa, nilai antara 54 - 62 sejumlah 2 siswa, nilai antara 63 - 71

(17)

sejumlah 5 siswa, nilai antara 72 - 80 sejumlah 3 siswa, nilai antara 81 – 89 sejumlah 1 siswa. Dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 36 dan rata-rata nilai pada siklus I ini adalah 65.38. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 10 dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 4.5

Hasil Belajar IPA Siklus I

Dari data mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siklus I, kemudian peneliti melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipa siklus I yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Kategori Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥ 65 9 69 % Tidak tuntas < 65 7 31 % Jumlah 16 100 % Rata-rata 65.38 Nilai tertinggi 84 Nilai terendah 36 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 36 – 44 45 – 53 54 – 62 63 – 71 72 - 80 81 - 89 Nilai Persentase (%)

(18)

Dari tabel 29 Menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yakni 9 dari 16 siswa sudah mencapai KKM atau dengan persentase 69%. Sedangkan ada 7 dari 16 siswa yang belum mencapai KKM atau dengan persentase 31%. Rata-rata hasil belajar IPA pada siklus I ini adalah 65.38. Siklus I ini nilai tertinggi pada mata pelajaran IPA dengan penerapan model problem solving mencapai 84 dan nilai terendah 36. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 siklus I pada tabel 10 dapat digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:

Gambar 4.6

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Ipa Siklus I

4.2.4 Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan pertama dan keduamaka selanjutnya diadakan refleksi atas pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membadingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran. Selain itu kegiatan refleksi juga dilakukan untuk mengetahui manfaat dari tindakan dengan penerapan model problem solving, kegiatan refleksi juga dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan. Dengan melaksanakan kegiatan dengan penerapan model

69% 31%

(19)

problem solving dapat memperoleh pengalaman dan wawasan yang baru di dalam pembelajaran. Selain itu guru juga merasa lebih mudah dalam mengajar khususnya di dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sementara itu, bagi siswa dengan kegiatan melakukan percobaan secara langsung dengan penerapan model problem solving merasa suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan lagi. Siswa tidak harus selalu mendengarkan penjelasan guru dengan ceramah. Kegiatan diskusi kelompok dan kerjasama melakukan percobaan secara langsung yang dilakukan antar siswa dalam kegiatan belajar menjadikan materi pembelajaran dapat dipahami dengan mudah oleh siswa, menggunakan cara unik dan berbeda dengan melalui praktek secara langsung dengan media nyata yang berada di sekitar lingkungan siswa. Hal tersebut menjadikan diri siswa bersemangat atau termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil yang sudah dianalisis pada data observasi kegiatan guru belum melakukan semua langkah-langkah sesuai sintak. Untuk observasi kegiatan pada siswa juga mengalami hal yang sama yaitu belum melakukan semua langkah-langkah sesuai sintak.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan dengan penerapan model problem solving. Kekurangan yang ditemui selama tindakan pembelajaran menjadikan proses pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang masikmal. Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya:

1. Kelebihan

a. Rancangan pembelajaran sudah tersusun dengan baik terlihat dari beberapa aspek yang sudah mengalami peningkatan walaupun peningkatan tersebut belum mencapai maksimal.

b. Kegiatan pembelajaran nampak lebih menarik, antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran lebih meningkat dengan penerapan problem solving.

c. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran semakin bertambah.

d. Kondisi pembelajaran yang terbentuk lebih baik, dominasi guru dalam pembelajaran berkurang terlihat dari peningkatan aspek guru dalam

(20)

mengorganisasikan dalam kegiatan percobaan secara langsung dalam menemukan konsep pecahan, sehingga guru sudah tidak mendominasi pembelajaran dengan ceramah terus menerus tetapi pembelajaran lebih terarah kepada aktivitas siswa dalam penerapan model problem solving. 2. Kekurangan

a. Ketika kegiatan refleksi berlangsung siswa masih kebingungan dengan apa yang guru sampaikan.

b. Penerapan model problem solving terbiasa dilaksanakan oleh siswa, sehingga pada awal-awal proses pembelajaran berlangsung siswa masih bingung dan merasa canggung di dalam proses pembelajaran.

c. Beberapa siswa masih malu-malu dan kurang aktif dalam menyampaikan gagasan atau pendapat.

d. Masih ada beberapa siswa yang belum bekerjasama secara optimal dalam kegiatan.

3. Perbaikan dalam mengatasi kekurangan

a. Siswa dilihat untuk kerjasama dengan teman, dan memiliki tanggung jawab yang sama saat belajar secara berkelompok.

b. Siswa dilatih berani menyampaikan pendapatnya dan mengoreksi temannya jika ada yang salah.

c. Setiap pertemuan pembelajaran guru harus ingat untuk menyampaikan pembelajaran.

d. Guru membimbing siswa atau mengarahkan siswa saat pembelajaran berlangsung.

e. Siswa yang lebih mampu dalam belajar, membantu temanya dalam kelompok jika temanya kurang paham, sehingga adanya kerjasama yang baik dalam satu kelompok.

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Pada deskripsi siklus II ini, menguraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pelaksanaan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada siklus II. Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini dibagi menjadi tiga kali

(21)

pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I.

4.3.1 Rencana Tindakan Siklus II

Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan siklus II ini agar efektifitas pembelajaran dapat meningkat dibanding pada siklus I adalah melihat dan menelaah hasil refleksi siklus I. Mencari alternatif untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dan mempertahankan bahkan meningkatkan kelebihan pada siklus I. Selanjutnya menelaah materi pembelajaran IPA kelas IV yaitu dengan mengkaji indikator-indikatornya. Mencari sumber belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan indikator dan tujuan yang telah dikaji. Menyiapkan lembar observasi untuk menilai pelaksanaan pembelajaran, dan yang terakhir menyiapkan alat evaluasi dan lembar angket motivasi belajar.

Pada pertemuan pertama, sebelum melakukan kegiatan pembelajaran penulis bersama guru kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 berdiskusi mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan dengan menerapkan model problem solving. Standar kompetensi yang diambil untuk siklus II 7.Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda. Pada standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut, penulis mengambil indikator yang digunakan adalah menunjukkan sikap kerjasama dalam proses belajar gaya. Untuk pertemuan pertama ini, penulis mempersiapkan media yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari peserta didik yang berupa bola untuk mendukung penerapan model problem solving serta penulis juga mempersiapkan RPP, lembar observasi, lembar kerja siswa.

Pada pertemuan yang kedua, indikator yang digunakan menunjukkan sikap kerjasama dalam proses belajar gaya. Penulis mempersiapkan media yang berhubungan dengan kehidupan peserta didik yaitu meja atau kursi yang mendukung penerapan model problem solving serta penulis juga mempersiapkan RPP, lembar observasi, lembar kerja siswa.

(22)

Setelah merancang perencanaan yang akan dilakukan, langkah-langkah pembelajaran yang dirancang disesuaikan dengan langkah-langkah atau sintaks model problem solving. Untuk mengetahui penerapannya di kelas, yang dilakukan peneliti adalah mempersiapkan lembar observasi yang berfungsi sebagai lembar untuk mengamati lebih jelas kesesuaian tindakan yang dilakukan di kelas saat penerapan model problem solving berlangsung. Di dalam lembar observasi tersebut terdapat dua kolom yakni “ya” jika tindakan yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai langkah pembelajaran yang sesuai dengan model

problem solving, serta “tidak” jika langkah pembelajaran tersebut tidak dilakukan

atau diimplementasikan di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Indikator yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa harus disesuaikan dengan instrumen yang dibutuhkan. Untuk mengukur hasil belajar peneliti menggunakan instrument yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan indikator serta untuk mengukur hasil belajar siswa menggunakan soal evaluasi. 4.4 Pelaksanaan Observasi Dan Tindakan Siklus II

4.4.1 Pelaksanaan Observasi Siklus II

Pelaksanaan observasi siklus II ini dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua. Hal ini dikarenakan pertemuan pertama dan kedua dilaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan lembar observasi yang mengacu pada langkah-langkah model problem solving. Observasi pada siklus II ini meliputi observasi terhadap kegiatan guru dan kegiatan siswa. Secara rinci hasil dari observasi terhadap kegiatan guru dan kegiatan siswa dijelaskan sebagai berikut:

a. Observasi Terhadap Kegiatan Guru

Observasi terhadap kegiatan guru dalam penerapan model problem solving dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari observasi terhadap kegiatan guru pada siklus II selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam menerapkan model problem solving sudah terlaksana dengan baik. Hasil rekapitulasi observasi kegiatan guru pada Siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(23)

Tabel 4.5

Hasil Kegiatan Guru Dengan Penerapan Model Problem Solving Siklus II

Sintak Aspek Indikator

Pertemuan I Pertemuan II Ya Tidak Ya Tidak Merumusk

an Masalah Pra Pembela jaran

1. Apersepsi dan motivasi

Merumusk an

Hipotesis

Kegiata n Awal

2. Mengajak siswa berdoa 3. Guru mempersiapkan

fisik siswa

4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan dicapai 5. Guru memberikan pertanyaan untuk memunculkan suatu masalah pada pembelajaran Mengump ulkan dan mengelom pokkan data sebagai bahan pembuktia n hipotesis Kegiata n Inti

6. Guru membimbing siswa

dalam proses pembelajaran 7. Menyusun tahapan penyelesaian pembelajaran 8. Siswa mengkonsultasikan tahapan penyelesaian pembelajaran Pembuktia n Hipotesis 9. Siswa mengumpulkan data dari hasil penemuan penyelesaian

pembelajaran

10. Siswa membuat laporan dan menceritakan hasil dari penemuan

11. Siswa mempresentasikan

(24)

Sintak Aspek Indikator Pertemuan I Pertemuan II Ya Tidak Ya Tidak Menentuka n Pilihan Penyelesai an Kegiata n Akhir

12. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

13. Siswa melakukan

refleksi

14. Guru membagi lembar evaluasi

Siswa membuat kegiatan tindak lanjut untuk kegiatan selanjutnya 15. Guru menutup pertemuan Jumlah 11 4 14 1 Presentase 90 % 10% 95 % 5%

Hasil observasi kegiatan guru pada siklus II pertemuan I dalam menerapkan pembelajaran problem solvingpada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 menunjukkan bahwa hasil observasi kegiatan guru terhadap Pembelajaran IPApada siklus II pertemuan I terdapat11 indikator pada kegiatan dengan penerapan IPA, terdapat 4 indikator yang belum terlaksana dengan baik dan perlu ditingkatkan oleh guru yaitu memeriksa kesiapan siswa, serta guru belum merencanakan kegiatan tindak lanjut. Berdasarkan lembar observasi tersebut, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintak mencapai 90% atau sebanyak 11 indikator dari 15 indikator sesuai tindakan yang dilakukan di kelas.

(25)

Gambar 4.7

Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan I

Berdasarkan tabel hasil observasi kegiatan guru pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan dibandingkan pertemuan I dari 15 indikator 14 indikator sudah terlaksana. Berdasarkan lembar observasi tersebut, langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran IPA mencapai 95% atau sebanyak 14indikator dari 15 indikator sudah sesuai dengan tindakan yang dilakukan di kelas. Kegiatan guru yang belum terlaksana adalah guru belum sepenuhnya memeriksa kesiapan siswa.

Gambar 4.8

Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan II 90% 10% Ya Tidak 95% 5% Ya Tidak

(26)

Berdasarkan gambar observasi kegiatan guru, pada pertemuan kedua ini seluruh indikator kinerja terlaksana dengan baik. Semua kegiatan yang berdasarkan langkah-langkah penerapan model problem solving sudah sepenuhnya dilakukan pada siklus II.

Gambar 4.9

Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan II

b. Observasi Terhadap Kegiatan Siswa

Selain melakukan observasi terhadap kegiatan guru dalam penerapan model

problem solving, peneliti juga melakukan observasi terhadap kegiatan siswa

dalam penerapan model problem solving. Hasil observasi terhadap kegiatan belajar siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 pada kegiatan belajar dengan penerapan model problem solving siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

100% 0%

(27)

Tabel 4.6

Hasil Kegiatan Siswa Dengan Penerapan Model Problem Solving Siklus II

Sintak Aspek Indikator Pertemuan I Pertemuan II

Ya Tidak Ya Tidak Merumuskan Masalah Pra Pembelaj aran

1. Apersepsi dan motivasi

Merumuskan Hipotesis

Kegiatan Awal

2. Mengajak siswa berdoa

3. Guru mempersiapkan fisik siswa

4. Siswa menyimak tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai

5. Guru memberikan

pertanyaan untuk

memunculkan suatu masalah pada pembelajaran Mengumpulka n dan mengelompok kan data sebagai bahan pembuktian hipotesis Kegiatan Inti

6. Guru membimbing siswa

dalam proses pembelajaran

7. Menyusun tahapan penyelesaian pembelajaran 8. Siswa mengkonsultasikan tahapan penyelesaian pembelajaran Pembuktian Hipotesis

9. Siswa mengumpulkan data

dari hasil penemuan

penyelesaian pembelajaran

10. Siswa membuat laporan dan menceritakan hasil dari penemuan

11. Siswa mempresentasikan

hasil kerja kelompok

Menentukan Pilihan Penyelesaian

Kegiatan Akhir

12. Guru dan siswa

menyimpulkan hasil

pembelajaran

(28)

Sintak Aspek Indikator Pertemuan I Pertemuan II

Ya Tidak Ya Tidak

14. Guru membagi lembar

evaluasi

Siswa membuat kegiatan

tindak lanjut untuk kegiatan selanjutnya

15. Guru menutup pertemuan

Jumlah 13 2 14 1

Presentase 90

%

10% 95% 5%

Berdasarkan tabel mengenai hasil observasi kegiatan siswa pada penerapan model problem solving siklus II terdapat 15 indikator, pada pertemuan I dari 15 indikator terdapat 2 indikator yang belum dilaksanakan dan perlu untuk ditingkatkan oleh siswa yaitu kesiapan siswa sebelum memulai kegiatan pembelajaran dan siswa dalam menyimak dan menanggapi apersepsi dari guru belum terlaksana. Berdasarkan lembar observasi tersebut, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintak penerapan model problem

solving mencapai 90% atau sebanyak 13 indikator dari 15 indikator sesuai dengan

tindakan yang dilakukan di kelas.

Gambar 4.10

Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan I 90%

10%

(29)

Hasil observasi siklus II pertemuan II pada kegiatan siswa dengan penerapan model problem solving mengalami penurunan yang terdapat 15 indikator yang harus dicapai. Pada pertemuan II ini terdapat 11 indikator dari 15 indikator yang sudah terlaksana dan 4 indikator dari 15 indikator belum terlaksana. Kegiatan siswa pada pertemuan II ini mengalami penurunan dibandingkan pada siklus II pertemuan I. Berdasarkan tabel langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan sintak model problem solving mencapai 85% atau sebanyak 11 indikator dari 15 indikator sesuai dengan tindakan yang dilakukan di kelas.

Gambar 4.11

Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan II

Dari hasil observasi pada siklus II ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru dalam penerapan Pembelajaran IPA melalui penerapan model problem

solving pada pertemuan I, pertemuan II sudah terlaksana dengan baik dan setiap

pertemuan mengalami peningkatan. Sedangkan untuk kegiatan siswa dalam penerapan Pembelajaran IPA melalui penerapan model problem solving pada pertemuan I perlu ditingkatkan karena dari 15 indikator, 2 indikator belum dilaksanakan oleh siswa. Begitu pula pada pertemuan II mengalami penurunan dari 15 indikator, 4 indikator belum terlaksana dengan baik. Akan tetapi, kegiatan siswa dengan penerapan model problem solving mengalami peningkatan pada

85% 15%

(30)

siklus II pertemuan IIyaitu dari 15 indikator, 14 indikator sudah terlaksana dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Jadi, pada siklus II ini kegiatan guru ataupun kegiatan siswa dalam penerapan model problem solving sudah terlaksana dengan baik, terbukti dengan adanya peningkatan pada setiap pertemuannya.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran dalam siklus II ini dilakukan sejumlah 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan dua kali 35 menit atau 2 jam pelajaran serta sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan I pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 4 Mei 2016. Dalam kegiatan pembelajaran, kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 yang mengikuti proses pembelajaran adalah 16 siswa. Materi yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah tentang gaya. Pelaksanaan tindakan menggunakan langkah-langkah model problem solving. 1) Kegiatan Awal

Sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kegiatan awal pada pertemuan I ini yakni guru mengucapkan salam serta berdo’a, memeriksa kesiapan siswa dan memeriksa kehadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta guru beserta siswa membuat kesepakatan mengenai aturan pembelajaran. Melalui tanya jawab, guru mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Siswa diberi motivasi oleh guru terkait pembelajaran yang akan berlangsung tentang pentingnya mempelajari penjumlahan pecahan. Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

a) Memahami Masalah Kontekstual

Siswa diberikan permasalahan terkait dengan materi pembelajaran tentang gaya. Permasalahan yang diberikan oleh guru dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa diberikan waktu untuk menyelesaikan pertanyaan dari guru. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran hari ini. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang bola.

(31)

2) Kegiatan Inti

a) Menyelesaikan Masalah Kontekstual

Di dalam kelas dibentuk menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompoknya. Setiap kelompok mendapatkan 1 buah “bola” dan lembar kerja siswa.Guru memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berfikir dan bertindak menurut cara masing-masing dan guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam menemukan solusi atau cara yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Setelah semua kelompok mendapatkan bahan dan lembar kerja siswa, guru meminta kepada semua kelompok untukmenemukan atau encari tahu gaya apa saja yang terdapat pada bola. Guru meminta setiap kelompok menuliskan jawaban mereka pada lembar kerja yang sudah diberikan. Setelah menulis jawaban, guru meminta masing-masing kelompok menyebutkan hasil jawaban mereka ke depan kelas. Siswa dengan bimbingan guru mengerjakan lembar kerja siswa, agar mudah untuk mengerjakan.

b) Membandingkan Dan Mendiskusikan

Setiap kelompok atau perwakilan kelompok memperesentasikan hasil pekerjaannya atau penyelesaian masalah dan alasan atas jawaban permasalahan di depan kelas. Kelompok yang lain menanggapi atas jawaban yang disampaikan kelompok penyaji. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban setiap kelompok melalui tanya jawab membahas penyelesaian masalah yang mengacu dari penyajian hasil kerja kelompok penyaji, melalui media “bola” yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa. Mengacu pada penyelesaian jawaban siswa, guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan.

Kembali pada pokok permasalahan pertama, guru meminta setiap kelompok untuk menyelesaikan kembali permasalahan kontekstual yang diberikan, setiap kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan, kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.

(32)

c) Kegiatan Akhir

a) Menarik Kesimpulan

Guru memberikan penguatan terhadap jawaban setiap kelompok, mengacu pada penyelesaian jawaban guru bersama siswa membuat penegasan atau kesimpulan bagaimana caramenemukan gaya yang terdapat pada sebuah “bola”. Guru memberikan variasi soal yang di kerjakan secara berkelompok dan berdiskusi yang akan dibahas bersama. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka alami. Beberapa siswa tidak memperhatikan atau tidak mengikuti pembelajaran dengan seksama, sebagai contoh jika kegiatan pembelajaran berdiskusi maka tidak bekerja sama dengan baik.

Guru bersama siswa mempertegas kembali atau menyimpulkan kembali bagaimana cara menemukan gaya pada sebuah “bola”, serta guru meminta siswa untuk mempelajari tentang materi selanjutnya.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan II pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 7 Mei 2016. Dalam kegiatan pembelajaran, kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 yang mengikuti proses pembelajaran adalah 16 siswa. Materi yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua ini adalah masih tentang gaya. Pelaksanaan tindakan menggunakan langkah-langkah penerapan model problem solving.

1. Kegiatan Awal

Sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kegiatan awal pada pertemuan II ini yakni guru mengucapkan salam serta berdo’a, memeriksa kesiapan siswa dan memeriksa kehadiran dalam mengikuti pembelajaran, guru beserta siswa membuat kesepakatan mengenai aturan pembelajaran. Melalui tanya jawab, guru mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya. Siswa diberi motivasi oleh guru terkait pembelajaran yang akan berlangsung tentang pentingnya mempelajari gaya yang terjadi dan ditemukan pada kehidupan sehari-hari. Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

(33)

a. Memahami Masalah Kontekstual

Siswa diberikan permasalahan terkait dengan materi pembelajarangaya yaitu dengan memperagakan melalui media yang ada. Permasalahan yang diberikan kepada siswa yang diberikan oleh guru dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa diberikan waktu untuk menyelesaikan pertanyaan dari guru. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran hari ini. Guru memberikan pertanyaan, “Apakah kalian pernah melihat gerobak ?”. Guru memberikan soal berupa gambar. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya jika ada hal yang belum dimengerti dan belum jelas terkait masalah kontekstual yang diberikan oleh guru.

2. Kegiatan Inti

a. Menyelesaikan Masalah Kontekstual

Di dalam kelas dibentuk menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompoknya.Setiap kelompok mendapatkan gambar tentang gaya“gerobak”. Guru memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berfikir dan bertindak menurut cara masing-masing dan guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam menemukan solusi atau cara yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Setelah semua kelompok mendapatkan bahan dan lembar kerja siswa, guru meminta kepada semua kelompok untuk berbagi tugas, ada yang menggambar di lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru. Setelah selesai menggambar, guru meminta setiap kelompok untuk mencari tahu tentang apa gaya apa saja yang kita lakukan pada sebuah “gerobak”. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang gaya apa saja yang kita temukan pada sebuah “gerobak”. Setelah itu, guru meminta siswa untuk menuliskan jawaban mereka pada lembar kerja yang sudah diberikan oleh guru.

(34)

b. Membandingkan Dan Mendiskusikan

Setiap kelompok atau perwakilan kelompok memperesentasikan hasil pekerjaannya atau penyelesaian masalah dan alasan atas jawaban permasalahan di depan kelas. Kelompok yang lain menanggapi atas jawaban yang disampaikan kelompok penyaji. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban setiap kelompok melalui tanya jawab membahas penyelesaian masalah yang mengacu dari penyajian hasil kerja kelompok penyaji, melalui sebuah gambar “gerobak” yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Mengacu pada penyelesaian jawaban siswa, guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan.

Kembali pada pokok permasalahan pertama, guru meminta setiap kelompok untuk menyelesaikan kembali permasalahan kontekstual yang diberikan. Setiap kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya. 3. Kegiatan Akhir

a. Menarik Kesimpulan

Guru memberikan penguatan terhadap jawaban setiap kelompok, mengacu pada penyelesaian jawaban guru bersama siswa membuat penegasan atau kesimpulan bagaimana cara menemukan masalah tentang gaya pada sebuah “gerobak”, guru memberikan variasi soal yang di kerjakan secara berkelompok dan berdiskusi kemudian dibahas bersama. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka alami.Guru bersama siswa mempertegas kembali atau menyimpulkan kembali bagaimana cara menemukan masalah tentang gaya pada sebuah “gerobak”, serta guru menyimpulkan pembelajaran dan hasil belajar serta guru meminta siswa untuk mempelajari tentang materi selanjutnya.

Bersamaan dengan tindakan pada pertemuan II, dilakukan pula pengamatan terhadap langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang terdapat pada lembar observasi.Berdasarkan lembar observasi tersebut, langkah-langkah kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan perencanaan. Hal ini menunjukkan bahwa indikator proses telah tercapai dan kegiatan pembelajaran sudah baik.

(35)

Selain mengamati proses atau kegiatan belajar mengajar di kelas, peneliti juga mengamati perilaku siswa atau sikap siswa terutama tentang hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPA dengan penerapan model problem solving yang telah dilakukan. Pengamatan dengan siswa dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, namun setelah proses pembelajaran telah selesai, siswa diminta untuk mengisi lembar angket tentang kegiatan pembelajaran IPA dengan penerapan model problem solving. Dari lembar angket yang diisi oleh siswa, peneliti dapat mengetahui seberapa tinggi hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPA dengan penerapan model problem solving.

Untuk mengukur hasil belajar siswa peneliti menggunakan soal evaluasi diakhir pertemuan ketiga ini. Hal bertujuan seberapa meningkatnya keberhasilan dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model problem solving.

4.4.3 Hasil Tindakan Siklus II

Hasil tindakan pada siklus II diperoleh dari hasil observasi terhadap hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 dengan penerapan model

Problem solving oleh guru.

1. Hasil Belajar Ipa Siswa Siklus I

Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipaguru menerapkan model problem solving. Hal ini dilakukan selama pertemuan I dan pertemuan II bersamaan dengan evaluasi pembelajaran guru memberikan lembar angket yang berisi pernyataan-pernyataan yang mengacu pada hasil belajar siswa. Untuk mengukur keberhasilan penerapan model problem solving terhadap hasil belajar siswa, guru menggunakan lembar angket yang diukur dengan skala likert yang berisi pernyataan positif dengan kategori sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1).Indikator yang diambil oleh guru adalah dengan mengambil faktor motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, serta dikembangkan menjadi 25 pernyataan.

(36)

2. Hasil Belajar IPA

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus II dengan menerapkan Pembelajaran problem solving selesai, maka dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari masing-masing siswa, apakah sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau belum mencapai KKM. Pencapaian hasil belajar diperoleh dari rata-rata penilaian pengetahuan (kognitif) yang berupa soal evaluasi. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA SD Negeri Kutowinangun 10 adalah 65. Untuk mengukur keberhasilan penerapan model problem solving dalam meningkatkan hasil belajar IPA menggunakan soal evaluasi yang diujikan kepada siswa pada siklus II pertemuan II untuk mengukur pengetahuan siswa terhadap penerapan model problem solving pada mata pelajaran IPA. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda dengan jumlah soal 10 butir soal pilihan ganda yang sudah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya serta tingkat kesukarannya.

Berikut disajikan tabel mengenai rekap hasil penilaian siswa siklus I: Tabel 4.7

Rekap Hasil Penilaian Siswa Siklus II

Nilai Frekuensi Persentase (%)

40 – 49 2 8 % 50 – 59 1 4 % 60 – 69 3 27 % 70 – 79 2 31 % 80 – 89 6 22 % 90 – 99 2 8 % Jumlah 26 100 % Rata-Rata 73.07 Nilai Tertinggi 92 Nilai Terendah 40

Berdasarkan tabel 33 dapat dilihat dari 16 siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 yang mencapai ketuntasan belajar atau memenuhi KKM (65) adalah sebanyak 13 siswa dengan persentase 88%, sedangkan siswa yang belum memenuhi KKM sebanyak 3 siswa dengan persentase 12%, yang dapat diuraikan

(37)

jumlah siswa yang mendapat nilai antara 40 – 49 sejumlah 2 siswa, nilai antara 50 – 59 sejumlah 1 siswa, nilai antara 60 – 69 sejumlah 3 siswa, nilai antara 70 – 79 sejumlah 2 siswa, nilai antara 80 – 89 sejumlah 6 siswa, nilai antara 90 – 99 sejumlah 2 siswa. Dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 40 dan rata-rata nilai pada siklus II ini adalah 73,07. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 10 dapat dilihat pada gambar berikut:

Tabel 4.8

Hasil Belajar IPA Siklus II

Dari data mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipasiklus II, kemudian peneliti melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siklus II yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II Kategori Keterangan Frekuensi Persentase

Tuntas ≥ 65 13 88 % Tidak tuntas < 65 3 12 % Jumlah 16 100 % Rata-rata 73.07 Nilai tertinggi 92 Nilai terendah 40

Dari tabel Menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yakni 13

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 99 Nilai Persentase (%)

(38)

dari 16 siswa sudah mencapai KKM atau dengan persentase 88%. Sedangkan ada 3 dari 16 siswa yang belum mencapai KKM atau dengan persentase 12%. Rata-rata hasil belajar IPA pada siklus I ini adalah 73.07. Siklus II ini nilai tertinggi pada mata pelajaran IPA dengan penerapan model problem solving mencapai 92 dan nilai terendah 40. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 siklus II pada tabel 10 dapat digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:

Gambar 4.12

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Ipa Siklus II

4.4.4 Refleksi Siklus II

Berdasarkan observasi dari pelaksanaan siklus II dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah cukup antusias dan aktif dibandingkan saat pembelajaran siklus I, hal ini terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan model problem solving yang digunakan selama proses belajar mengajar berlangsung. Selain itu juga siswa pada siklus I kurang mendengarkan arahan dari guru. Pada siklus II ini sudah dapat memperhatikan dengan baik. Siswa berani untuk menyampikan hal yang belum di pahami. Banyak siswa yang berani maju kedepan.

Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan maka peneliti melakukan refleksi terhadap semua kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru telah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan

88% 12%

(39)

model problem solving dengan baik. Proses pembelajaran dengan menerapkan model problem solving membuat siswa benar-benar termotivasi. Peningkatan aktivitas siswa terlihat selama proses pembelajaran, tidak hanya siswa yang aktif saja yang memberikan pendapatnya, tetapi siswa yang biasanya hanya duduk diam mampu memberikan pendapatnya. Hasil observasi terhadap hasil belajar siswa siklus II yakni 81% siswa berada pada kategori hasil sangat tinggi. Persentase hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus II sudah menunjukkan tercapainya indikator kinerja yang sudah ditetapkan peneliti yakni minimal 80% siswa berada pada kategori hasil sangat tinggi.

Dari hasil evaluasi ketuntasan belajar IPA yang diperoleh siswa pada siklus II dengan KKM 65 dari 16 siswa, 13 dari 26 siswa sudah mencapai KKM dengan presentase 88% dan 3 dari 16 siswa belum mencapai KKM dengan rata-rata 73,07. Hal ini menunjukkan bahwa, hasil belajar IPA siswa sudah mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan penulis yaitu minimal 80% siswa mencapai KKM.

Secara keseluruhan, keberhasilan pelaksanaan dengan penerapan model

problem solving siklus II diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:

1. Langkah-langkah model problem solving sudah dilaksanakan dengan baik dan runtut oleh guru.

2. Siswa sudah tidak bingung lagi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran problem solving.

3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran meningkat. Ini terlihat dari respon yang diberikan siswa saat melakukan tanya jawab dengan guru. Selain itu, siswa juga memberikan pendapatnya dalam menanggapi pekerjaan temannya. Antusiasme siswa yang besar terlihat saat guru meminta siswa melakukan praktek secara langsung.

4.5 Hasil Analisis Data

Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis data pra siklus, siklus I dan siklus II mengenai hasil belajar.

(40)

4.5.1 Hasil Belajar Siswa

Sebelum diberikan tindakan, peneliti memberikan lembar angket untuk mengukur Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 pada mata pelajaran IPA. Banyak siswa yang masih memiliki hasil belajar rendah, namun setelah diterapkan model problem solving hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Perbandingan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 pada mata pelajaran IPA pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat tabel berikut ini:

Tabel 4.10

Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Skor

Nilai Kategori

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jml. Siswa Persentase (%) Jml. Siswa Persentase (%) Jml. Siswa Persentase (%) 25 – 44 Rendah 6 23% 1 4% 0 0% 45 – 64 Sedang 10 77% 5 31% 1 4% 65 – 84 Tinggi 0 0% 6 46% 4 15% 85 – 104 Sangat Tinggi 0 0% 4 19% 11 81% Jumlah 16 100% 16 100% 16 100%

Berdasarkan tabel 4.10 mengenai perbandingan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pra siklus, siklus I, dan siklus II mengalami peniingkatan.Siswa yang memperoleh skor 25 – 44 pada kategori rendah pra siklus sebanyak 6 siswa dengan persentase 23%. Pada siklus I menurun menjadi 1 siswa dengan persentase 4%, dan pada siklus II sudah tidak ada siswa yang berada pada kategori motivasi belajar rendah. Pada kategori motivasi belajar sedang dengan skor nilai 45 – 64 ada 10 siswa dengan persentase 77% pada kondisi pra siklus, pada siklus I 5 siswa dengan persentase 31%, dan pada siklus II menurun menjadi 1 siswa dengan persentase 4%. Pada kategori hasil belajar tinggi dengan skor nilai 65 - 84 tidak siswa dengan persentase 0% pada kondisi pra siklus, pada siklus I ada 6 siswa dengan persentase 46%, dan pada siklus II ada 4 siswa dengan persentase 15%. Pada kategori hasil belajar sangat tinggi dengan skor nilai 85 -

(41)

104 tidak ada siswa dengan persentase 0% pada kondisi pra siklus, pada siklus I ada 4 siswa dengan persentase 19%, dan pada siklus II meningkat menjadi 11 siswa dengan persentase 81%.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah siswa yang menempati masing-masing kategori motivasi rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi maka disajikan diagram batang seperti di bawah ini:

Gambar 4.13

Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

4.5.2 Hasil Belajar IPA

Pada kondisi prasiklus, hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 65). Hanya ada 4 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM atau dengan persentase 15% dan 12 siswa dengan persentase 85% belum mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada prasiklus adalah 52 dengan nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 34. Setelah diterapkannya model

problem solving pada mata pelajaran IPA, hasil belajar IPA mengalami

peningkatan, pada siklus I ada 11 siswa dengan persentase 69% yang mencapai KKM dan 5 siswa dengan persentase 31% belum mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus I meningkat menjadi 65,38 dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 36. Pada siklus II hasil belajar mengalami

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi Pra Siklus 23% 77% 0% 0% Siklus I 4% 31% 46% 19% Siklus II 0% 4% 15% 81% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

(42)

peningkatan, jumlah siswa yang mencapai KKM ada 13 siswa dengan persentase 88%% dan 3 siswa dengan persentase 12% belum mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus II adalah 73,07 dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 40. Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 36 berikut ini:

Tabel 21

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Kategor i

Nila i

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jml. Sisw a Persentas e (%) Jml. Sisw a Persentas e (%) Jml. Sisw a Persentas e (%) Tidak Tuntas <65 12 85% 6 31% 3 12% Tuntas ≥65 4 15% 10 69% 13 88% Jumlah 16 100% 16 100% 16 100% Rata-rata 52 65,38 73,07 Nilai Tertinggi 68 84 92 Nilai Terendah 34 36 40

Berdasarkan tabel 36 mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA pra siklus, siklus I, dan siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan. Sebelum dikenai tindakan hanya ada 4 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 15%. Setelah dikenai tindakan pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan menjadi 10 siswa dengan persentase 69%, dan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 13 siswa dengan persentase 88%.

Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar IPA pra siklus, siklus I, dan siklus II, maka dapat dilihat pada gambar 11:

(43)

Gambar 4.14

Perbandingan Persentase Ketuntasan HasilBelajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Perolehan rata-rata hasil belajar tiap siklus juga mengalami peningkatan. Pada pra siklus, perolehan rata-rata hasil belajar adalah 52, setelah dilaksanakan siklus I rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 65,38. Setelah dilaksanakan siklus II rata-rata hasil belajar meningkat lagi menjadi 73,07. Berikut disajikan gambar mengenai perbandingan rata-rata hasil belajar IPA pra siklus, siklus I, dan siklus II:

Gambar 4.15

Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Ipa Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II

4.6 Hasil Penelitian

Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 pada mata pelajaran IPA, maka dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas 0 20 40 60 80

Pra Siklus Siklus I

Siklus II 52 65.38 73.07 Ra ta -ra ta Pelaksanaan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Wayang Education between Modernity and Tradition at Higher Education: Dialogue among Young Indonesian Students (Study at Faculty of Philosophy, Universitas Gadjah

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan

JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DARI KEMENTERIAN/LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN SIDANG TANGGAL: 30 MARET

macam cara lainya. Pada prakteknya dua metode pertama adalah yang terpenting, metode.. gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen

Here, we emphasize our study on how increasing Ni content into LaCrO 3 can give a synergic effect in directly partial oxidation of methane to methanol at low reaction

Fx S!nmrja, Undrng.Undrtrg l'lak HrltArdT EhYriB lderl, Trng!.pi i. dan MNukan rrds RUU Hok'Hak Abs-lm.h , Makalah Uil

Dari hasil pertanyaan terbuka, responden yang kami temui menyatakan bahwa sari roti identik dengan produk premium dengan harga yang mahal dan memiliki kualitas yang

 Produk Skalar (Perkalian titik antara 2 buah vektor) yang menghasilkan besaran skalar.  Produk Vektor (Perkalian silang atau cross antara 2 buah vektor) yang menghasilkan