• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN

Malang, 13 Desember 2005

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

PENGKAJIAN USAHATANI JAGUNG SECARA TERPADU BERBASIS KONSERVASI AIR DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

E.P. Kusumainderawati*) dan Z. Arifin*) ABSTRAK

Ketersediaan air selama pertumbuhan tanaman sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan dan keragaman komoditas yang diusahakan. Pengelolaan usahatani ini pada spesifik lokasi lahan sawah tadah hujan di musim kemarau dapat dilakukan dengan memanfaatkan embung sebagai suplesi air untuk pengairan selama pertumbuhan tanaman. Penanaman jagung varietas Bisma secara rapat telah dilakukan untuk memperoleh produktivitas jagung sayur, jagung pipilan dan biomas untuk pakan ternak. Hasil pengkajian (MK 2004) di Desa Lembor, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa budidaya jagung secara monokultur dengan jarak tanam rapat (75 cm x 10 cm) menghasilkan produktivitas jagung yang lebih baik dengan keuntungan mencapai Rp. 3.996.000,- dengan B/C ratio 1,23. Melalui cara panen muda dari sebagian populasi dengan memperpanjang jarak tanam 75 cm x 10 cm menjadi 75 cm x 20 cm diperoleh biomas (tebon) pakan ternak sebanyak 5.812 kg/ha, sehingga memberikan kontribusi sebagai pakan ternak sapi terutama pada musim paceklik di musim kemarau, sedang kotoran ternaknya dapat dikembalikan ke lahan sebagai pupuk organik. Hasil jagung sayur dapat mencapai 1.790 kg/ha dan hasil panen biji tua dari sisa populasi diperoleh jagung pipilan sebesar 4.817 kg/ha. Dengan cara petani menggunakan 1 kali panen dari jagung dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm hanya diperoleh jagung pipilan 5.666 kg/ha.

Kata kunci : Lahan sawah tadah hujan, usahatani jagung, produktivitas, pendapatan ABSTRACT

Water supply during plant growth was really influenced land productivity and performance of growing plants. Farming system in rainfed lowland during dry season can be done by using water pond to irrigate the growing plant. Growing corn of Bisma var in high density resulted corn as vegetable, dried grain and biomass for forages. Result of dry season 2004 at Lembor Village, Brondong Subdistrict, Lamongan Regency, showed that corn as monoculture plant spacing 75 cm x 10 cm yielded higher yield, gave a return of Rp. 3.996.000,- with 1,23 of B/C ratio. Through young harvested plants to create wider plant spacing (75 cm x 20 cm) yielding biomass/forages by 5.812 kg/ha, in dry season, while its manure could be returned to the soil as organic compound. Corn as vegetable reached 1.790 kg/ha and dried grain corn as vegetable reached 1.790 kg/ha and dried grain reached 4.817 kg/ha, while farmers’ method, once harvesting with 75 cm x 20 cm of plant spacing yield dried grain of 5.666 kg/ha

Key word : Rainfed lowland, farming of corn, productivity, income _____________________

(3)

PENDAHULUAN

Pada usahatani spesifik lahan kering teknik pengelolaan air dalam bentuk embung (tandon air) selama musim penghujan merupakan alternatif teknologi yang sesuai sebagai penampung air yang dapat dipergunakan petani pada musim kemarau. Dengan adanya embung peluang untuk meningkatkan intensitas tanam dan areal tanam lebih besar. Sehingga diperoleh peningkatan usahatani (Arifin, et al, 1999). Peningkatan keuntungan yang diperoleh dengan pemanfaatan embung terbukti dari pengkajian yang dilakukan Yuniarti et al 2001. Dengan penambahan biaya produksi untuk meningkatkan intensitas tanam (IP 200%) menjadi IP 300% dengan menambahkan tanaman sayuran (kangkung + kanjang panjang) pada musim kemarau dengan pemberian air embung diperoleh peningkatan keuntungan sekitar Rp. 3.000.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa disamping peningkatan pendapatan usahatani, diperoleh juga penambahan protein nabati dari sayuran serta peningkatan penggunaan sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja di dalam pengelolaan usahataninya. Menurut Arifinet al. (200) tanaman jagung hasil pengairan dengan tujuan berupa jagung sayur disamping sisa biomas untuk pakan ternak dapat lebih mengefisienkan ketergantungan ketersediaan air yang terbatas di musim kemarau. Sehingga penanaman jagung dapat dilakukan dua kali yaitu sebagai produk jagung sayur + biomas ditambah jagung tua sebagai panen akhir. Limbah tanaman dari hasil tanaman jagung berumur muda mempunyai kandungan protein yang lebih besar dengan serat kasar yang lebih rendah dibandingkan jerami padi sehingga secara langsung bisa digunakan untuk pakan ternak (Arifinel al 2003). Hasil pengkajian dengan pengaturan interval penyiraman terhadap penanaman secara monokultur menunjukkan bahwa untuk masa tanam MK II (Juli-Oktober) diantara 3 komoditas (kangkung darat, jagung varietas hibrida C-7 dan semangka varietas hibrida Sun Flower) yang ditanam ternyata kangkung dan jagung berhasil lebih baik dengan penyiraman interval 1 dan 3 hari (Kusumainderawatiet al, 2003).

Keberhasilan awal didalam sistem usahatani tanaman jagung jarak rapat di lahan kering dengan sistem pemanenan bertahap dipandang perlu dikaji lagi dengan memperhatikan pengadaan embung yang memadai terhadap luasan lahan yang perlu diairi di musim kemarau. Tersedianya air yang cukup disamping kebutuhan saprodi termasuk sarana benih dan pupuk organik (pupuk kandang) diharapkan hasil panen tahap awal dari cara penjarangan dapat menghasilkan limbah biomas yang penting sebagai pakan ternak sebagai penghasil pupuk organik lagi dan meningkatkan intensitas produksi lahan sebagai sumber pendapatan petani disamping ternak. Penelitian ini dilakukan pada lahan tadah hujan dengan suplesi air dari embung di musim kemarau

Tujuan pengkajian ini adalah :

Mendapatkan teknologi usahatani jagung secara terpadu untuk meningkatkan hasil secara berkelanjutan.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan pengkajian bersifat “on-farm research” di lahan petani Kabupaten Lamongan disekitar embung pada musim kemarau (MK I), dengan memanfaatkan embung untuk mengairi tanaman jagung seluas 1 hektar (0,5 hektar tanaman dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm dan 0,5 hektar dengan jarak tanam rapat 75 cm x 10 cm/20 cm) (Tabel 1). Jarak tanam rapat dimaksudkan untuk menghasilkan jagung sayur, biomas pakan ternak (tebon) dan biji. Pada saat tongkol tanaman telah keluar rambut (± 56 hari) maka tanaman diperjarang secara berselang-seling menjadi jarak tanam 75 cm x 20 cm dan sisa tanaman dibiarkan sampai panen biji tua. Dari hasil penjarangan tanaman diperoleh jagung sayur dan biomas pakan ternak.

Tabel 1. Usahatani jagung secara terpadu berbasis konservasi air di Desa Lembor, Kecamatan, Brondong, Kabupaten Lamongan pada MK I 2004

No. teknologi Komponen Teknologi petani Tanam biasa Teknologi perbaikan Tanam rapat 1. Pengelolaan

lahan Minimum tillage Minimum tillage Minimum tillage 2. Varietas Hibrida (turunan) Bisma Bisma

(4)

3. Cara tanam Tugal Tugal Tugal 4. Pemupukan - Urea 350 kg/ha

- SP-36 150 kg/ha - Bokashi 2 t/ha - Urea 300 kg/ha - SP36 100 kg/ha KCl 100 kg/ha - Bokashi 2 t/ha - Urea 300 kg/ha - SP36 100kg/ha - KCl 100 kg/ha Bokashi 2 t/ha 5. Jarak tanam 65 cm x 15 cm 75 cm x 20 cm 75cmx10cm/75cmx20 cm 6. Pengairan (Embung)

Kebiasaan Sesuai kebutuhan tanaman 7. Pemeliharaan

tanaman Kebiasaan Optimal

8. Panen Biji - Biji

- Biomas pakan ternak - Jagung sayur

A. Pelaksanaan di lapang : 1. Teknologi petani :

Pengelolaan tanah dan tanaman sesuai dengan kebiasaan petani. 2. Teknologi perbaikan :

a. Jagung Tanam Biasa

• Pengolahan tanah minimum (minimum tillage).

• Cara tanam tugal, dengan jumlah 1 tan./rumpun., jarak tanam 75 cm x 20 cm dengan tujuan keseluruhan tanaman dipanen tua.

• Penyiangan jagung disertai pembubunan umur  15 hst dan  28 hst.

• Cara pemupukan jagung : bokashi sebanyak 2 t/ha diberikan bersamaan denga pengolahan tanah. 1/3 bagian dosis pupuk Urea serta seluruh dosis pupuk SP 36 dan KCl diberikan 1 minggu setelah tanam, kemudian 2/3 bagian dosis pupuk Urea sisanya diberikan setelah tanaman jagung berumur 5 minggu.

• Pengairan sesuai kebutuhan tanaman yaitu bila tanaman mulai kelihatan agak layu dilakukan penyiraman secara kocor sampai kondisi tanah dalam kapasitas lapang.

(5)

b. Jagung Tanam Rapat

• Pengolahan tanah minimum (minimum tillage).

• Cara tanam tugal dengan jumlah 1 tanaman/rumpun., jarak tanam 75 cm x 10 cm (133.000 tanaman/ha), kemudian setelah tanaman berbunga (tongkol keluar rambut) diperjarang untuk jagung sayur (baby corn), dan biomas untuk pakan ternak (tebon) sehingga jarak tanam jagung yang tersisa menjadi 75 cm x 20 cm (dibiarkan sampai panen tua).

• Penyiangan jagung disertai pembubunan umur  15 hst dan  28 hst

• Cara pemupukan jagung : bokashi sebanyak 2 t/ha diberikan bersamaan pengolahan tanah. 1/3 bagian dosis pupuk Urea serta seluruh dosis pupuk SP 36 dan KCl diberikan 1 minggu setelah tanam, kemudian 2/3 bagian dosis pupuk Urea sisanya diberikan setelah tanaman jagung berumur 5 minggu.

• Pengairan sesuai kebutuhan tanaman yaitu bila tanaman mulai kelihatan agak layu dilakukan penyiraman secara kocor sampai kondisi tanah basah dalam kapasitas lapang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi pengkajian di Kabupaten Lamongan, di Desa Lembor, Kecamatan Brondong dengan agroekologi Alf 3.1.1.1 dengan klas tekstur liat (Tabel 2). Kondisi tanahnya mempunyai kesuburan tergolong rendah yang ditandai dengan rendahnya kandungan C-organik, N-total, dan P dalam tanah (Tabel 2).

Tabel 2. Analisis tanah di lokasi pengkajian sistem usahatani terpadu di Desa Lembor, Kec. Brondong Kab. Lamongan

Analisis Tanah Kandungan Lamongan Harkat *) Tekstur (%) Pasir Debu Liat Klas tekstur 2 39 59 Liat pH H2O 6,3 Agak masam C-Organik (%) 1,28 Rendah N-Total (%) 0,15 Rendah C/N 9 Rendah

P-Olsen (mg.kg-1) 4,50 Sangat rendah

K (me/100 g) 0,55 Tinggi

Na (me/100 g) 0,96 Tinggi

Ca (me/100 g) 17,8 Tinggi

Mg (me/100 g) 4,33 Tinggi

KTK (me/100 g) 45,65 Sangat tinggi

Kejenuhan Basa (%) 52 Sedang

Sumber : BPTP Jawa Timur

(6)

Pengkajian yang dilakukan di wilayah pertanian di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan termasuk tipe iklim E4 (2 bulan basah dan 7 bulan kering) dengan curah hujan 1.158 mm/tahun (Gambar 1), sehingga termasuk daerah defisit air karena distribusi dan intensitas curah hujan sangat rendah dan sangat mempengaruhi pola tanamnya. Hubungan curah hujan dengan tingkat pemanfaatan lahan sawah tadah hujan menunjukkan bahwa penanaman padi umumnya hanya dilakukan 1 kali yaitu 28.145 ha, sedangkan penanaman padi 2 kali hanya sebagian kecil saja yaitu 3.002 ha. Penentuan jenis tanaman dan pengaturan pola tanam di sawah tadah hujan dipengaruhi oleh ketersediaan air yang hanya mengandalkan dari curah hujan. Mengingat telah berkembangnya embung (tandon air) di sekitar wilayah pengkajian yang dibangun oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat, maka banyak yang memanfaatkan embung untuk mengairi tanaman di musim kemarau. Embung yang berada disekitar lokasi mempunyai luas sekitar 5 hektar dengan kedalaman 2,5 m.

Embung

Gambar 1. Pola penyebaran curah hujan dan pola tanam di sawah tadah hujan, Desa Lembor, Kec. Brondong, Kab. Lamongan.

Jg Bisma Jg Bisma Padi Sawah 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 50 100 150 200 250 300

Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt HH CH (mm)

CH HH

(7)

Pengelolaan tanaman jagung varietas Bisma pada musim kemarau di Kabupaten Lamongan membutuhkan suplesi pengairan yang berasal dari embung untuk menjamin kelangsungan hidup tanaman jagung. Pemberian air untuk mengairi tanaman dilakukan dengan cara penyiraman (kocor) sesuai kebutuhan tanaman yaitu bila tanaman mulai kelihatan layu maka segera diairi sampai tanah dalam kapasitas lapang (kondisi lembab dan tidak becek). Usahatani jagung (jarak tanam 75 cm x 20 cm) yang tujuannya untuk menghasilkan jagung pipilan saja diperoleh hasil biji tertinggi sebesar 5.666 kg/ha, sedangkan pertanaman jagung secara rapat (75 cm x 10 cm) hanya diperoleh hasil biji 4.817 kg/ha (terjadi reduksi hasil sebesar 15% dibanding jarak tanam biasa). Namun total nilai hasil dari jarak tanam rapat lebih tinggi (Rp. 7.256.600,-) karena adanya nilai tambah dari jagung sayur dan tebon pakan ternak serta biji, sehingga keuntungan usahatani jagung mencapai Rp. 3.996.600,- dengan B/C ratio 1,23 (Tabel 3). Hasil jagung terendah dijumpai pada pola petani yang menggunakan benih jagung lokal dengan pemupukan yang hanya menggunakan Urea dan SP-36.

Tabel 3. Analisis usahatani terpadu jagung di lahan sawah tadah hujan, Desa Lembor, Kec. Brondong, Kab. Lamongan, MK I 2004

Kegiatan

Pola Perbaikan Pola Petani Jagung Sayur/Jagung

(75cmx10cm/75cmx20 cm) (75 cm x 20 cm) Jagung (75 cm x 20 cm) Jagung fisik (Rp/ha) Nilai fisik (Rp/ha) nilai fisik (Rp/ha) nilai Tenaga Kerja (HOK/Ha) ..……… (x Rp.000) ………

- Persiapan lahan 15 300 15 300 15 300

- Penanaman 12 180 12 180 10 150

- Pemupukan 8 160 8 160 5 100

- Dangir/siang 15 265 15 265 12 240

- Pengairan 27 540 27 540 8 160

- Panen : Jagung Sayur Biji 8 10 160 200 - 10 - 200 - 8 - 160 - Prosesing 12 240 12 240 8 160

Saprodi (kg/ha; ekor)

- Benih Jagung 35 280 25 200 30 36 - Pupuk : Pukan 2.000 200 2.000 200 2.000 200 Urea 300 375 300 375 350 437,5 SP-36 100 160 100 160 150 240 KCl 100 200 100 200 - - Biaya produksi 3.260 3.020 2.183,5 Hasil (kg/ha) : - jagung sayur 1.790 895 - - - - - jagung pipilan 4.817 5.780,4 5.666 6.799,2 3.650 4.380 - bobot biomas 5.812 581,2 - - - -

Total nilai hasil 7.256,6 6.799,2 4.380

Keuntungan 3.996,6 3.779,2 2.196,5

B/C ratio 1,23 1,25 1.01

Pengakajian usahatani jagung secara terpadu di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa dengan menerapkan jarak tanam rapat (75 cm x 10 cm/20 cm) diperoleh total hasil setara jagung pipilan kering tertinggi sebesar 6.047 kg/ha (meningkat 6,5% dibanding jarak tanam biasa) karena adanya nilai tambah jagung sayur dan biomas pakan ternak (Tabel 4).

Tabel 4. Pertumbuhan serta hasil jagung (Bisma) di Desa Lembor, Kec. Brondong, Kab. Lamongan, MKI 2004

Variabel (75 cmx10 cm/75 cmx20 cm) Jagung Sayur/Jagung (75 cm x 20 cm) Jagung

Tinggi tan. (cm) 149,0 144,3

Berat biomas jagung sayur (kg/ha)

5.812 -

(8)

Hasil (kg/ha) : - jagung sayur

- biji 1.790 4.817 5.666 -

Total hasil setara jagung

pipilan (kg/ha) 6.047 5.666

Keterangan : - Harga jagung sayur : Rp 500 ,-/kg - Harga jagung pipilan : Rp 1200,-/kg - Harga biomas jagung : Rp 100,-/kg

(pakan ternak)

KESIMPULAN

Usahatani jagung jarak tanam rapat 75 cm x 10 cm yang di panen muda dari sebagian populasinya menjadi 75 cm x 20 cm merupakan teknologi usahatani terpadu untuk meningkatkan produktivitas lahan. Dengan memanfaatkan embung untuk mengairi tanaman usahatani ini telah menghasilkan jagung sayur, jagung pipilan dan biomas pakan ternak dengan keuntungan Rp. 3.996.600,--dan B/C ratio 1,23.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2003. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur.

Arifin, Z., IJ. Sasa dan A.M. Fagi 1999. Profil usahatani konservasi embung di sawah tadah hujan. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso. 2(1) : 38-51.

Arifin. Z, Sumarno, F. Kasijadi, Suwono, Wahyunindyawati, S. Rusmarkam, B. Tegopati,C. Ismail, M. Sugiyarto, R.D. Wijadi dan Suhardi, 2000. Pengkajian Sistem Usahatani Jagung di Lahan Kering. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Pengkajian Teknologi Pertanian Mendukung Ketahanan Pangan Berwawasan Agribisnis Malang, 8-9 Agustus 2000. Pus. Pen. dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian p.145-149.

Arifin. Z. E.P. Kusumainderawati, Istiqomah, M. Soleh, N. Hasan, Baswarsiati, Sarwono, Yuniarti, B. Pikukuh, 2003. Spengembangan Model Pertanian Terpadu Crop Fish Livestock System (CFLS) Berbasis Konservasi Air di Lahan Sawah Tadah Hujan Lap. Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur 20 hal.

Kusumainderawati E.P., Z. Arifin, Baswarsiati, Sarwono, Yuniarti, N. Istiqomah, Supii, 2003. Pengkajian SUP Konservasi Embung Menunjang Produktivitas Lahan di Musim Kemarau. Lap. Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur.

Yuniarti, Z. Arifin, P. Santoso, E. Korlina, R. Hardianto, 2001. Analisis Mutu dan Ketersediaan Gizi Sayuran Kangkung dan Kacang Panjang. Hasil Pemanfaatan Embung di Lahan Kering. Pros. Seminar Nasional Horti. Konggres Perhorti Malang, 7-8Nopember 2001. p.949-956.

Gambar

Tabel 1.  Usahatani  jagung  secara  terpadu  berbasis  konservasi  air    di  Desa  Lembor,  Kecamatan,  Brondong, Kabupaten Lamongan pada MK I 2004
Tabel 2.  Analisis tanah di lokasi pengkajian  sistem usahatani terpadu di Desa Lembor, Kec
Gambar 1.  Pola penyebaran curah hujan dan pola tanam di sawah tadah hujan, Desa Lembor, Kec
Tabel 3.  Analisis usahatani terpadu jagung di lahan sawah tadah hujan, Desa Lembor, Kec

Referensi

Dokumen terkait

Bukan ciri arsitektur Indis awal yang masih kental dengan ornamen dan ragam hias pada tiap elemen bangunan. Kusen, pintu, dan jendela merupakan jendela

Hasil dari analisis leverage attributes atau atribut sensitif pada dimensi sosial yang memiliki nilai RMS ≥ 2% yaitu, pengetahuan tentang usahatani komoditas

Pada masa itu terdiri dari beberapa lembaga keuangan yang didirikan oleh Pemerintah Daerah, Bank Karya Produksi Desa (BKPD) di provinsi Jawa Barat, Badan Kredit

(MUSRENBANGDESA) adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan desa (pihak berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa

benarlah firman Allah SWT: pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan

Ada pun tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan skema Penguatan Produk Unggulan Masyarakat (PKUM) di KUB Asap Indah adalah transfer pengetahuan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana

Bank Sampah Syariah (BSS) sendiri adalah lembaga yang bergerak di bidang koperasi dengan aplikasi syar’i, BSS mulai beropasi pada 21 april 2014 diresmikan oleh