• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015

TENTANG

STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat :

a. bahwa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial melalui institusi/lembaga pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial, perlu diatur standardisasi pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial; b. bahwa dalam Keputusan Menteri Sosial Nomor 10/HUK/2004

tentang Standarisasi Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan kebutuhan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial, sehingga perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Standardisasi Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial;

1. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4019); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

(2)

2

6. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

7. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah;

8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial;

9. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 297);

10.Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pedoman Perumusan Standar Kompetensi Teknis Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 298);

MEMUTUSKAN :

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperolah manfaat yang sebesar-besarnya.

2. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pihak yang terkait.

3. Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disebut Diklat adalah penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan jabatan tertentu.

Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL.

(3)

3

4. Standar Diklat adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan Diklat dan acuan penilaian kualitas pelayanan Diklat sebagai kewajiban penyelenggara Diklat dalam rangka mendorong dan menciptakan tenaga profesional, inovatif, dan kompetitif dalam penyelenggaraan kediklatan.

5. Standardisasi Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut Standardisasi Diklat Kesos adalah proses merumuskan, menetapkan dan menerapkan serta merevisi parameter/standar Diklat Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pihak yang terkait. 6. Akreditasi adalah penetapan tingkat kelayakan dan standardisasi lembaga

pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial yang didasarkan pada penilaian standar manajemen, standar sumber daya manusia, standar program, dan standar sarana dan prasarana.

7. Sertifikasi adalah proses penetapan atas kelayakan seseorang yang ditempuh melalui suatu uji kompetensi sesuai dengan standar setelah mengikuti Diklat dan kelayakannya disahkan dan ditetapkan dengan keputusan dari pejabat yang berwenang dan dibuktikan dengan sertifikat sebagai penetapan tertulisnya.

8. Evaluasi adalah suatu usaha untuk melakukan penilaian dengan cara melakukan pengukuran dan hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan tolok ukur atau standar yang sudah ditetapkan.

9. Evaluasi hasil belajar adalah suatu upaya melakukan penilaian yang menekankan pada diperolehnya informasi mengenai seberapa peningkatan kompetensi peserta Diklat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

10.Evaluasi pembelajaran adalah proses sistematis untuk memperoleh informasi mengenai keefektifan pelaksanaan Diklat dalam membantu peserta Diklat mencapai tujuan secara optimal.

11.Kompetensi adalah kemampuan setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

12.Komite Standar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial adalah institusi/lembaga/unit kerja/tim yang bertugas membantu penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial agar dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan sesuai standar yang ditetapkan.

13.Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi yang selanjutnya disingkat dengan PPBK adalah proses pembelajaran yang menekankan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan agar melaksanakan tugasnya secara efisien, efektif, dan produktif.

14.Penilaian adalah proses mengumpulkan keterangan, mengenai kemajuan yang memenuhi kriteria dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya yang telah ditentukan.

(4)

4

15.Asesor adalah orang yang memiliki wewenang untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi yang dimiliki seseorang dan/atau kapasitas lembaga.

16.Pelaksana adalah lembaga atau orang yang bertugas untuk membantu atau melaksanakan kegiatan pendaftaran calon peserta, pelaksanaan, evaluasi, sertifikasi, dan akreditasi Diklat.

17.Fasilitator adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang, serta hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada peserta Diklat di bidang atau kejuruan tertentu. 18.Peserta Diklat adalah sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran melalui jalur pendidikan dan pelatihan.

19.Mentor adalah seseorang yang ditunjuk sebagai pembimbing untuk memberikan arahan, konseling, dan nasihat kepada peserta Diklat.

Pasal 2

Standardisasi Diklat Kesos dimaksudkan sebagai acuan teknis operasional bagi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial.

Pasal 3

(1) Standardisasi Diklat Kesos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibagi menjadi 5 (lima) bab yang terdiri atas:

a. Standar Diklat Kesejahteraan Sosial;

b.Akreditasi Institusi/Lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial; c. Sertifikasi Diklat Kesejahteraan Sosial;

d.Evaluasi Diklat Kesejahteraan Sosial; dan e. Komite Diklat Kesejahteraan Sosial.

(2) Standardisasi Diklat Kesos sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, Lampiran IV, dan Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Sosial Nomor 10/HUK/2004 tentang Standarisasi Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(5)

5

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 23 APRIL 2015

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd.

KHOFIFAH INDAR PARAWANSA

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 MEI 2015

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

(6)

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 06 TAHUN 2015

TENTANG : STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL.

STANDAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Standar Diklat Kesejahteraan Sosial mencakup komponen standar manajemen, sumber daya manusia, program serta sarana dan prasarana. A. Standar Manajemen

Standar manajemen merupakan kriteria perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan satuan kerja Diklat Kesejahteraan Sosial untuk tercapainya pelayanan yang bermutu. 1. Perencanaan

Penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial direncanakan dengan cermat agar dapat mencapai tujuan sesuai yang ditetapkan. Adapun standar perencanaannya meliputi:

a.Falsafah dan Tujuan

Falsafah dan tujuan Diklat Kesejahteraan Sosial diarahkan pada upaya pembaharuan secara sistimatis dan terencana dalam membentuk cara pandang, sikap, dan perilaku sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang handal untuk melaksanakan program dan kegiatan yang menjadi visi dan misi lembaga dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

(7)

1) Institusi/Lembaga

Institusi/lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial adalah organisasi pemerintah dan/atau non pemerintah yang memiliki fungsi dan tugas menyelenggarakan Diklat Kesejahteraan Sosial.

2) Visi dan Misi

Visi dan misi Diklat Kesejahteraan Sosial diorientasikan untuk mendukung terciptanya pelayanan publik yang bermutu, sehingga harus mengacu pada:

a) Visi

“Penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial yang inovatif dan kompetitif.”

b) Misi

“ Upaya menyelenggarakan Diklat Kesejahteraan Sosial bagi pekerja sosial, tenaga kesejahteraan sosial, relawan sosial, dan penyuluh sosial yang efektif, efisien, akuntabel, serta berkelanjutan.”

3) Prinsip Dasar terdiri atas prinsip umum dan prinsip khusus.

a) Prinsip umum meliputi:

1) Prinsip relevansi; secara internal bahwa Diklat Kesejahteraan Sosial memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum. Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta Diklat (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi

(8)

2) Prinsip fleksibilitas; dalam penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur, dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta Diklat Kesejahteraan Sosial.

3) Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungan dalam Diklat, baik secara vertikal maupun secara horizontal.

4) Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang direncanakan.

5) Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

6) Prinsip akuntabilitas; yakni mengusahakan agar penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dapat dipertanggungjawabkan.

(9)

7) Prinsip berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta dan lingkungannya; yakni bahwa penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial menjadikan peserta pada posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya.

8) Prinsip beragam dan terpadu; yakni bahwa penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial memperhatikan keragaman karakteristik peserta, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.

9) Prinsip tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; yakni bahwa penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial memberikan pengalaman pembelajaran kepada peserta untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

10) Prinsip kemitraan; yakni bahwa penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial dibangun dari, oleh, dan untuk kepentingan pemangku kepentingan.

(10)

b)Prinsip Khusus meliputi:

1) Tujuan Diklat Kesejahteraan Sosial; perumusan tujuan harus memperhatikan ketentuan/kebijakan pemerintah; persepsi pengguna; pandangan para ahli atau narasumber; hasil penelitian; pengalaman institusi/lembaga yang lain atau dari negara lain.

2) Pemilihan materi Diklat Kesejahteraan Sosial; penjabaran tujuan ke dalam bentuk pengalaman belajar yang diharapkan; isi meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan disusun berdasarkan urutan logis dan sistematis.

3) Pemilihan proses pembelajaran; keselarasan pemilihan metode; memperhatikan perbedaan individual peserta; pencapaian aspek kognitif, afektif, dan keterampilan.

4) Pemilihan media; ketersediaan alat yang sesuai dengan situasi; pengorganisasian alat dan bahan; pengintegrasian ke dalam proses.

5) Pemilihan kegiatan penilaian; kesesuaian dengan isi dan tingkat perkembangan peserta diklat, waktu, dan administrasi penilaian.

(11)

4) Tujuan

Penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial bertujuan:

a) meningkatkan kompetensi sumber daya manusia kesejahteraan sosial;

b) meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang kompeten;

c) meningkatkan kapasitas kelembagaan Diklat Kesejahteraan Sosial; dan

d) meningkatkan peran institusi/lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial.

5) Kebijakan

Kebijakan penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial mencakup:

a) melaksanakan dan mengembangkan Diklat bagi sumber daya manusia Aparatur Sipil Negara dan/atau masyarakat bidang kesejahteraan sosial; dan

b) meningkatkan intensitas dan kualitas kerjasama nasional dan internasional di bidang penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial.

6) Strategi

a) mengembangkan sumber daya manusia kediklatan di bidang kesejahteraan sosial;

b) melaksanakan Analisis Kebutuhan Diklat, Analisis Diklat

penyusunan/penyempurnaan kurikulum, modul, dan

(12)

c) meningkatkan manajemen dan fasilitas Diklat Kesejahteraan Sosial;

d) mengembangkan koordinasi, sinkronisasi, kerjasama dan sinergisitas Diklat Kesejahteraan Sosial;

e) melaksanakan Diklat Kesejahteraan Sosial bagi aparatur pemerintah dan/atau Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat; dan

f) melakukan pengendalian dan penjaminan mutu Diklat Kesejahteraan Sosial.

7) Sasaran

a) terwujudnya sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang berkarakter dan profesional.

b) terwujudnya pengembangan program Diklat berbasis

Analisis Kebutuhan Diklat dan Analisis Diklat yang

didasarkan pada kajian teoritis dan lapangan serta teknologi informasi yang didukung oleh infrastruktur yang memadai dan Sistem Manajemen Sumber Daya Kesejahteraan Sosial. c) terciptanya sinergi dengan pemangku kepentingan dalam

penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial.

d) terwujudnya kerja sama dan kemitraan strategis dengan pemangku kepentingan dalam maupun luar negeri dalam penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial yang saling menguntungkan.

e) terwujudnya manajemen pengembangan sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang inovatif dan kompetitif.

(13)

a)peningkatan kompetensi sumber daya manusia kediklatan di bidang kesejahteraan sosial melalui Manajemen Of Training,

Training Officer Course, Training of Trainers, Training of

Facilitator dan upaya lain yang relevan.

b)Analisis Kebutuhan Diklat, Analisis Diklat,

penyusunan/penyempurnaan kurikulum, modul, dan pedoman Diklat Kesejahteraan Sosial.

c)peningkatan sarana dan prasarana serta manajemen Diklat Kesejahteraan Sosial.

d)pengembangan koordinasi, sinkronisasi, kerja sama dan sinergisitas Diklat Kesejahteraan Sosial.

e) pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial bagi Aparatur Sipil Negara dan/atau Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat. f) pengendalian dan penjaminan mutu Diklat Kesejahteraan

Sosial.

b.Penyusunan Program

Penyusunan program perlu menentukan kurikulum Diklat yang didasarkan pada hasil Analisis Kebutuhan Diklat atau Analisis Diklat dan dilengkapi dengan kurikulum, modul, serta pedoman. Kurikulum memiliki 5 (lima) komponen utama, yaitu tujuan, materi, strategi pembelajaran, kurikulum, dan evaluasi.

c. Perencanaan Diklat harus tertuang dalam pedoman pelaksanaan Diklat yang berfungsi sebagai petunjuk operasional pelaksanaan Diklat dan dapat direview serta dirumuskan kembali secara berkala sesuai tuntutan perkembangan.

(14)

2. Pengorganisasian

a. Pengorganisasian Diklat Kesejahteraan Sosial merupakan sistem pelaksanaan yang diuraikan secara jelas dan transparan. Struktur organisasi pelaksana Diklat Kesejahteraan Sosial sekurang-kurangnya memuat unsur pengelola institusi/lembaga Diklat, master fasilitator, co fasilitator, dan asisten/pendamping serta panitia.

b. Setiap komponen organisasi pelaksanaan memiliki uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas mengenai keseluruhan pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial. Struktur organisasi pelaksana ditetapkan oleh pimpinan institusi/lembaga pengelola Diklat Kesejahteraan Sosial.

c. Pengorganisasian penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial menunjukkan adanya kejelasan tugas dan fungsi setiap orang serta mekanisme kerja untuk mencapai visi, misi, dan tujuan. d. Penyelenggaraan

Manajemen penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial membutuhkan prosedur yang jelas dalam upaya mencapai tujuan melalui pelayanan yang bermutu.

a. Maklumat Pelayanan

“Memberikan pelayanan Diklat Kesejahteraan Sosial dan penunjangnya secara transparan, mudah, cepat, akurat, dan akuntabel.”

b. Moto Pelayanan

“Memberikan pelayanan yang terbaik.” c. Persyaratan Peserta

Persyaratan mengikuti program Diklat Kesejahteraan Sosial ditetapkan dalam pedoman sesuai jenis kegiatan.

(15)

d. Mekanisme

Mekanisme untuk mengikuti program Diklat Kesejahteraan Sosial ditetapkan dalam pedoman sesuai jenis kegiatan.

e. Jangka Waktu Penyelesaian

Jangka waktu penyelesaian program Diklat Kesejahteraan Sosial ditetapkan dalam pedoman sesuai jenis kegiatan.

f.Biaya

Standar pembiayaan Diklat Kesejahteraan Sosial terdiri atas biaya investasi, operasional, dan operasional tidak langsung. 1)Biaya investasi, meliputi:

a)penyediaan sarana dan prasarana;

b)pengembangan sumber daya manusia; dan/atau c) modal kerja tetap.

2)Operasional, meliputi:

a) honor panitia dan fasilitator; b) uang saku peserta;

c) pengadaan bahan/peralatan pelatihan; d) transportasi; dan/atau

e) akomodasi dan konsumsi.

3)Operasional tidak langsung, meliputi: a) daya listrik;

b) air;

(16)

d) pajak; dan/atau

e) penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja.

g. Program dan Kegiatan Diklat Kesejahteraan Sosial

Program dan kegiatan Diklat Kesejahteraan Sosial meliputi rumpun dan jenis Diklat fungsional dan teknis, bagi:

1) Pekerja Sosial;

2) Tenaga Kesejahteraan Sosial; 3) Relawan Sosial; dan

4) Penyuluh Sosial.

h.Sarana dan Prasarana Penyebarluasan Program dan Kegiatan Sarana dan prasarana yang dipergunakan dalam memberikan informasi kepada masyarakat yaitu;

1) telepon; 2) surat; 3) buku pedoman; 4) buku peraturan; 5) kontak pengaduan; 6) data base;.

7) brosur, leaflet, booklet, dan poster;

8) majalah, koran, dan media cetak lainnya; 9) televisi, WEB; dan/atau

(17)

i. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Penyelenggara

Standar sumber daya manusia kediklatan mencakup pengelola institusi/lembaga Diklat, analis kebutuhan Diklat/analis Diklat, perancang kurikulum, master fasilitator, co fasilitator, asisten fasilitator/pendamping, narasumber, dan panitia pelaksana. Parameter standar sumber daya manusia meliputi kriteria yang dipersyaratkan dari segi kelayakan fisik, mental, dan sosial serta kompetensi dalam jabatan masing-masing. Uraian selengkapnya dibahas dalam bagian tersendiri.

j. Pengawasan Internal

Pengawasan terhadap kinerja penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial dilaksanakan pengendalian mulai dari tahap persiapan sampai pada evaluasi dan tindak lanjutnya yang langsung dipimpin oleh penanggung jawab sesuai jenis kegiatan. Uraian selengkapnya dibahas pada bagian tersendiri. k. Penanganan Pengaduan, Saran, dan Masukan

Upaya penanganan pengaduan, saran dan masukan menganut prinsip-prinsip, rahasia, berjenjang, transparansi, partisipatif, proporsional, objektif, kemudahan, cepat, dan akurat.

l. Jaminan Pelayanan Pemangku Kepentingan

1) terinformasikannya penyelenggaraan Diklat

Kesejahteraan Sosial yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan.

2) terselenggaranya Diklat Kesejahteraan Sosial sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan.

(18)

m.Jaminan Keamanan dan Keselamatan Pelayanan

Penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial dilengkapi dengan komponen pendukung berupa lingkungan, peralatan, bahan, dan proses pelayanan yang menjamin keamanan dan keselamatan.

n.Evaluasi Kinerja

1) Evaluasi dilakukan secara menyeluruh terhadap masukan, proses, keluaran, manfaat dan dampak penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial.

2) Evaluasi dilakukan oleh semua komponen penyelenggara Diklat Kesejahteraan Sosial, baik unsur penyelenggara, fasilitator, maupun peserta sesuai dengan jenis dan sasaran kegiatan.

Uraian selengkapnya akan dibahas pada bagian tersendiri. 4. Pengendalian dan Penjaminan Mutu

Pengendalian dan penjaminan mutu penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial dilakukan secara simultan sejak tahap persiapan sampai dengan tindak lanjut.

Ada 3 (tiga) fungsi yang harus dilakukan oleh Tim Pengendali dan Penjamin Mutu, yaitu pengembangan program, pengawasan, dan pembinaan. Dalam prosesnya, pengendalian dan penjaminan mutu dilakukan melalui kegiatan:

a.Supervisi

Supervisi dimaksudkan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pelaksanaan kegiatan serta membantu mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan.

b. Monitoring

(19)

1) memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam kegiatan telah menjalankan peranan dan fungsi sesuai tugas serta tanggung jawab masing-masing.

2) mengetahui proses pelaksanaan kegiatan dan program. c. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui kesiapan, hambatan, peluang dan tingkat keberhasilan pelaksanaan program sebagai acuan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan. Uraian selengkapnya dibahas dalam bagian tersendiri.

d. Pelaporan

Pelaporan dimaksudkan untuk menginformasikan penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial, baik dari sisi masukan, proses, keluaran, manfaat, dampak, dan tingkatan pencapaian dari indikator kinerja yang telah disusun sebelumnya sebagai

bahan/dokumen bagi perbaikan dan penyempurnaan

penyelenggaraan kegiatan dan program tahap selanjutnya. Pelaporan dibuat setiap bulan, triwulan, semester, dan akhir tahun kegiatan atau setiap waktu bilamana dipandang perlu dan mendesak harus dilaporkan.

B. Standar Sumber Daya Manusia

1. Pengelola Institusi/Lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial

Pengelola adalah personil organik institusi/lembaga yang secara struktural dan fungsional bertugas merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan dan program Diklat. Pengelola dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni pejabat struktural dan pejabat fungsional.

(20)

3) Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2) di atas, dapat diakui kompetensi manajerialnya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi. b. Pejabat fungsional umum nonedukatif dan/atau administratif

memenuhi persyaratan:

1) Kualifikasi akademik, paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

2) Bersertifikat kompetensi yang relevan, khususnya Training

Official Course.

3) Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2) di atas, dapat diakui kompetensi manajerialnya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi.

2. Analisis Kebutuhan Diklat/Analis Diklat

Penganalisis kebutuhan Diklat/analis Diklat adalah personil organik institusi/lembaga Diklat yang secara fungsional bertugas mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan berbagai hal terkait Diklat Kesejahteraan Sosial.

Penganalisis kebutuhan Diklat/analis Diklat memenuhi persyaratan:

a. Kualifikasi akademik, paling rendah S1.

b. Bersertifikat kompetensi teknis yang relevan, khususnya Analisis Kebutuhan Diklat/Analis Diklat.

(21)

c. Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b di atas, dapat diakui kompetensi teknis analisisnya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi.

3. Perancang Kurikulum

Perancang kurikulum adalah personil organik institusi/lembaga yang secara fungsional bertugas mendesain kurikulum Diklat Kesejahteraan Sosial.

Perancang kurikulum memenuhi persyaratan: a. Kualifikasi akademik, paling rendah S1.

b. Bersertifikat kompetensi teknis yang relevan, khususnya yang terkait dengan perancangan kurikulum Diklat Kesejahteraan Sosial.

c. Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b di atas, dapat diakui kompetensi teknis perancangan kurikulumnya karena pengalamannya setelah lulus uji kompetensi oleh lembaga sertifikasi berlisensi.

4.Fasilitator

Fasilitator Diklat Kesejahteraan Sosial berasal dari unsur Pemerintah dan nonpemerintah. Berdasarkan komposisinya, fasilitator Diklat Kesejahteraan Sosial terdiri dari Master Fasilitator, Co Fasilitator, dan Asisten/pendamping.

a.Master Fasilitator

(22)

2) Pangkat/golongan ruang paling rendah Penata (III/c) bagi Pegawai Negeri Sipil utamanya Widyaiswara dan paling rendah memiliki sertifikat fasilitator nasional dan diutamakan internasional;

3) Memiliki sertifikat TOT dan/atau TOF sesuai materi dan/atau jenis Diklat; dan

4) Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka 2), dan angka 3) di atas dapat diakui kompetensi manajerialnya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi.

b.Co Fasilitator

Co fasilitator memenuhi persyaratan: 1) Kualifikasi akademik paling rendah S1;

2) Pangkat/golongan ruang paling rendah Penata Muda Tk. I (III/b) bagi Pegawai Negeri Sipil utamanya Widyaiswara dan paling rendah memiliki sertifikat fasilitator nasional;

3) Memiliki sertifikat TOT dan/atau TOF sesuai materi dan/atau jenis Diklat; dan

4) Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka 2), dan angka 3) di atas dapat diakui kompetensinya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi.

c. Asisten/pendamping.

Persyaratan asisten/pendamping yaitu: 1) Kualifikasi akademik paling rendah D3;

2) Pangkat/golongan ruang paling rendah Penata Muda (III/a) bagi Pegawai Negeri Sipil utamanya Widyaiswara dan paling rendah memiliki sertifikat fasilitator;

(23)

3) Memiliki sertifikat TOT sesuai materi dan atau jenis Diklat; dan

4) Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka 2), dan angka 3) di atas dapat diakui kompetensi manajerialnya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi. 5. Narasumber

Narasumber dalam Diklat Kesejahteraan Sosial berasal dari unsur Pemerintah dan Non Pemerintah.

a. Unsur Pemerintah

Narasumber Diklat Kesejahteraan Sosial yang berasal dari unsur Pemerintah memenuhi kriteria persyaratan:

1) Pegawai Negeri Sipil diutamakan pejabat yang berwenang; 2) Kualifikasi akademik yang relevan; dan

3) Memiliki kompetensi sesuai kebutuhan Diklat. b. Unsur Non Pemerintah

Narasumber yang berasal dari unsur Non Pemerintah memenuhi persyaratan:

1) Pakar, praktisi, dan/atau seseorang yang paham mengenai materi sesuai kebutuhan Diklat;

2) Kualifikasi akademik yang relevan; dan

3) Memiliki kompetensi sesuai kebutuhan Diklat. 6. Panitia Diklat

Panitia Diklat Kesejahteraan Sosial dapat berasal dari unsur Pemerintah dan Non Pemerintah.

(24)

a. Unsur Pemerintah

Panitia Diklat Kesejahteraan Sosial yang berasal dari unsur Pemerintah memenuhi kriteria persyaratan:

1) Pegawai Negeri Sipil;

2) Kualifikasi akademik yang relevan; dan

3) Memiliki sertifikat sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan jabatan dalam kepanitiaan.

b. Unsur Non Pemerintah

Panitia Diklat yang berasal dari unsur Non Pemerintah memenuhi persyaratan:

1) Pakar dan/atau praktisi; 2) Kualifikasi akademik; dan

3) Memiliki sertifikat sesuai dengan kriteria yang dipernyaratkan jabatan dalam kepanitiaan.

Berdasarkan komposisinya, panitia Diklat Kesejahteraan Sosial dapat dikelompokan ke dalam 2 (dua) kategori, yakni manajer dan staf.

a. Manajer Diklat;

Manajer Diklat memenuhi persyaratan: 1) Kualifikasi akademik paling rendah S1;

2) Pangkat/golongan ruang paling rendah Penata Muda (III/a) bagi PNS; dan

3) Paling rendah memiliki sertifikat MOT. b. Staf Pelaksana Diklat;

Staf pelaksana Diklat memenuhi persyaratan: 1) Kualifikasi akademik paling rendah SLTA;

(25)

bagi pegawai negeri sipil; dan

3) Paling rendah memiliki sertifikat TOC.

C. Standar Program

Standar program adalah kriteria pelaksanaan kegiatan pada satuan kerja Diklat Kesejahteraan Sosial untuk tercapainya pelayanan yang bermutu. Sasaran Diklat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang diperoleh dari kegiatan identifikasi kebutuhan atau analisis Diklat.

Setiap program yang disusun didasarkan pada hasil AKD/AD dengan mengacu pada standar kompetensi bagi standar Diklat berbasis kompetensi dan kemampuan/perubahan perilaku bagi Diklat berbasis komunitas/nilai.

1. Standar Kompetensi dan Kemampuan a. Standar Kompetensi

Standar kompetensi yang dijadikan acuan penerapan standar Diklat Kesejahteraan Sosial berbasis kompetensi adalah kompetensi minimum sesuai hasil AKD/AD. Sedangkan struktur standar kompetensi terdiri dari unit kompetensi, elemen kompetensi, kriteria, batasan variabel, panduan penilaian, dan kompetensi kunci.

b. Standar Kemampuan

Standar kemampuan yang dijadikan sebagai acuan penerapan

Diklat Kesejahteraan Sosial berbasis komunitas/nilai adalah

kemampuan berperilaku sesuai norma komunitas berdasarkan hasil AKD/AD yang mengacu pada tatanan kehidupan secara nasional. Tatanan kehidupan secara nasional adalah norma

(26)

2. Analisis Kebutuhan Diklat dan Analis Diklat

Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) merupakan langkah pertama dari siklus penyusunan program Diklat. AKD dapat dilakukan melalui identifikasi kebutuhan Diklat. Sedangkan Analis Diklat (AD) menjadi bagian dari upaya mengkaji Diklat Kesejahteraan Sosial sebagai upaya untuk pengembangan dan atau penyempurnaannya.

a. Tujuan

1) tersedianya data permasalahan dan kebutuhan yang diinginkan oleh sasaran; dan

2) tersusunnya skala prioritas perencanaan program kegiatan Diklat.

b. Ruang Lingkup dan Fokus 1) Tingkat organisasi/lembaga

a) Tujuan; dan

b) Strategi lembaga. 2) Pekerjaan

a) Tujuan pekerjaan; dan

b) Kompetensi/perubahan perilaku. 3) Individu

a) Performa pekerjaan; dan b) Hasil kerja.

c. Metode Identifikasi 1) Interview; 2) Observasi;

3) Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group

(27)

4) Angket.

d. Teknik Identifikasi 1) Analisis kinerja; 2) Penugasan;

3) Pemetaan kompetensi atau perubahan perilaku; 4) Analisis lingkungan strategis; dan

5) Diskusi. 3. Kurikulum

Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang ditata dalam bentuk rencana proses pembelajaran melalui Diklat dengan penekanan pada penggunaan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan tujuan.

a. Karakteristik

Kurikulum Diklat Kesejahteraan Sosial memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) berpusat pada peserta;

2) mengembangkan kreativitas;

3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; 4) kontekstual;

5) menyediakan pengalaman pembelajaran yang beragam dan terpadu; dan

6) belajarmelalui berbuat. b. Format Kurikulum

(28)

2) Pendahuluan Terdiri atas:

a) Latar Belakang

Berisi uraian hal-hal yang melatarbelakangi mengapa Diklat perlu dilaksanakan. Uraian latar belakang bisa diisi dengan uraian peristiwa yang terjadi terkait dengan tema Diklat serta penjelasan beberapa fakta yang terkait dengan kediklatan dan kesenjangan antar fakta dengan kondisi ideal yang diharapkan. Kondisi ideal berasal dari peraturan perundangan, visi lembaga, atau kondisi ideal pencapaian tujuan lembaga.

b) Filosofi Diklat

Memuat mengenai hak-hak peserta yang dapat diperoleh selama proses pembelajaran, antara lain:

1. cara memandang/memperlakukan peserta Diklat; 2. hal-hal yang harus dilakukan oleh fasilitator; 3. hal-hal diperoleh peserta Diklat;

4. proses pembelajaran yang akan dilaksanakan; 5. metode pembelajaran yang digunakan;dan 6. evaluasi yang akan dilaksanakan.

3) Kompetensi/Perubahan Perilaku

Penjabaran kompetensi/perubahan perilaku yang harus dicapai melalui Diklat sesuai dengan hasil AKD/AD atau melalui cara lain yang dipilih. Kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

4) Tujuan Diklat

Tujuan Diklat berupa rumusan rencana capaian dengan memperhatikan hal-hal berikut:

(29)

a) Uraian/jabaran kompetensi atau kemampuan yang akan dicapai oleh peserta setelah mengikuti Diklat.

b) Kompetensi/kemampuan yang akan dicapai meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta.

c) Rumusan tujuan Diklat terdiri atas:

1. Tujuan Umum; menggambarkan tentang tujuan yang ingin dicapai pada akhir Diklat.

2. Tujuan Khusus; menjabarkan kompetensi/kemampuan yang dirumuskan pada tujuan umum menjadi lebih spesifik dan bisa diukur.

5) Kompetensi/Perubahan Perilaku

Penjabaran kompetensi/perubahan perilaku yang harus dicapai melalui Diklat sesuai dengan hasil AKD/AD atau melalui cara lain yang dipilih. Kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

6) Tujuan Diklat

Tujuan Diklat berupa rumusan rencana capaian dengan memperhatikan hal-hal berikut:

d) Uraian/jabaran kompetensi atau kemampuan yang akan dicapai oleh peserta setelah mengikuti Diklat.

e) Kompetensi/kemampuan yang akan dicapai meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta.

f) Rumusan tujuan Diklat terdiri atas:

1) Tujuan Umum; menggambarkan tentang tujuan yang ingin dicapai pada akhir Diklat.

2) Tujuan Khusus; menjabarkan kompetensi/kemampuan yang dirumuskan pada tujuan umum menjadi lebih

(30)

3) Materi inti merupakan substansi yang harus diketahui dan dikuasai oleh peserta, mengarah pada kompetensi/kemampuan perubahan perilaku yang ingin dicapai. Penyampaian materi dilakukan dengan berbagai alternatif metode yang menyebabkan terjadinya proses eksperimentasi dan eksplorasi oleh peserta sehingga jumlah jam penugasan dan praktik lapangan memiliki porsi lebih besar daripada presentasi teori oleh fasilitator. Persentase materi inti sebesar 60% - 70% dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran.

4) Materi penunjang berupa upaya membangun kesepakatan/kontrak belajar, Rencana Tindak Lanjut dan lainnya yang dipandang perlu. Persentase materi penunjang sebesar 15% - 20% dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran.

a) Alokasi waktu, yaitu jumlah waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu materi serta proporsinya antara teori

dengan penugasan/praktik. Alokasi waktu

menggambarkan kegiatan Diklat yakni: 1) Teori (T) paling banyak 40% .

2) Penugasan (P) dan Praktik Lapangan (PL) paling banyak 60% yang disesuaikan dengan bobot dari materi Diklat tersebut.

Dalam proses pembelajaran, alokasi waktu untuk teori sebanyak 40% disampaikan dengan menggunakan metode yang lebih mengarah pada terciptanya peran serta aktif peserta.

b)Tahapan Proses Pembelajaran

Langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran dimulai dari pembukaan dan seterusnya sampai dengan penutupan. Proses tersebut dapat digambarkan dalam bentuk matrik dan bagan alur sebagai berikut:

(31)

Matrik

Alur Pelaksanaan Kegiatan Diklat Kesejahteraan Sosial

ALOKASI WAKTU JAM PEMBELAJARAN (JP) JUMLAH

JP ...JP ...JP ... JP ...JP ...JP ...J P *) Pembukaan s.d Penutupan (.... hari) Keterangan: No. P1 : Pembukaan. No. 1 : Materi penunjang No. 2 : Materi dasar No. 3 – 4 : Materi Inti No. P2 : Penutupan 3 P2 4 2 1 P1

(32)

Bagan

Alur Pelaksanaan Kegiatan Diklat Kesejahteraan Sosial

a) Silabus Diklat Kesejahteraan Sosial

Silabus merupakan penjabaran kompetensi/kemampuan yang ditetapkan melalui AKD/AD dan tujuan ke dalam materi pokok Diklat, kegiatan Diklat, dan indikator pencapaian kompetensi/kemampuan untuk penilaian.

Komponen pokok dari silabus:

1) Komponen yang berkaitan dengan

kompetensi/kemampuan yang hendak dikuasai, meliputi: a) Standar kompetensi;

PEMBUKAAN

Membangun Komitmen Belajar (BLC) Materi Penunjang

Metode : Permainan, diskusi

WAWASAN  Materi Dasar METODE  Curah pendapat  Tanya Jawab  Diskusi  dsb KETRAMPILAN  Materi Inti METODE  Simulasi  Demonstrasi  Coaching  Praktik model  (phantom, dsb)

Praktik Kasus Nyata Di Kelas/Praktik Lapangan

Materi Inti Metode : menyesuaiakan RENCANA TINDAK LANJUT

Materi Penunjang Metode : menyesuaikan

EVALUASI

(33)

b) Kompetensi dasar; c) Indikator; dan d) Materi pelatihan.

2) Komponen yang berkaitan dengan cara menguasai kompetensi, memuat pokok-pokok kegiatan dalam pembelajaran.

3) Komponen yang berkaitan dengan cara mengetahui pencapaian kompetensi, mencakup:

a) Teknik Penilaian : 1) Jenis Penilaian; 2) Bentuk Penilaian. b) Instumen Penilaian

4) Komponen Pendukung, terdiri dari : a) Alokasi waktu;

b) Sumber belajar. 4. Modul

Modul merupakan uraian dari pokok-pokok bahasan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dilengkapi dengan langkah-langkah atau proses, bahan bacaan atau uraian materi, petunjuk penugasan, diskusi, studi kasus, latihan-latihan, dan evaluasi. Format Modul terdiri atas:

a. Judul modul: diisi dengan topik pembelajaran. b. Deskripsi Singkat

Uraian singkat pengantar materi pembelajaran yang akan disampaikan.

(34)

c. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran seperti pada Garis Besar Program Pengajaran. Tujuan pembelajaran dibagi dalam:

1) Tujuan pembelajaran umum; dan 2) Tujuan pembelajaran khusus.

d. Pokok Bahasan dan/atau Sub Pokok Bahasan

Pokok bahasan dan/atau sub pokok bahasan seperti pada GBPP. Jumlah pokok bahasan sama dengan jumlah item pada tujuan pembelajaran khusus.

e. Bahan Pembelajaran

Bahan-bahan yang dipergunakan untuk mempelajari materi. Bahan belajar dapat berupa: buku teks, modul, peraturan, standar, pedoman, dan bahan lain berisikan informasi yang terkait dengan materi.

f. Uraian Materi

Uraian secara spesifik materi dari masing-masing pokok bahasan dan/atau sub pokok bahasan.

g. Referensi

Buku-buku atau sumber lainnya yang digunakan dalam menyusun materi pembelajaran dan yang digunakan sebagai rujukan dalam mempelajari materi pembelajaran.

h. Lampiran Terdiri atas: 1) Lembar Kerja

Lembar kerja bagi fasilitator dan peserta Diklat. Lembar kerja memuat kegiatan fasilitator dan peserta Diklat secara rinci berikut bahan tayangan, diskusi, bermain peran, simulasi, studi kasus dan sebagainya.

(35)

Bahan-bahan tersebut dapat berupa kasus, ilustrasi, skenario, soal, pertanyaan, jawaban, dan sebagainya.

2) Informasi yang mendukung dan tidak disampaikan di bagian lain.

i. Evaluasi Diklat

Evaluasi adalah proses pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur efektifitas program Diklat. Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan pencapaian tujuan Diklat yang telah ditetapkan.

1) Manfaat

a)Memperoleh informasi tentang kualitas dan kuantitas pelaksanaan program Diklat.

b)Mengetahui relevansi program Diklat dengan kebutuhan institusi.

c) Membuka kemungkinan untuk memperbaiki dan menyesuaikan program Diklat sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi.

2) Sasaran

a) Peserta: evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar.

b) Fasilitator/pelatih: evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan fasilitator/pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

c) Penyelenggara: evaluasi dilakukan untuk mengetahui kinerja Diklat.

(36)

3) Jenis Evaluasi

Jenis evaluasi terbagi kedalam dua kategori, yaitu evaluasi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.

Evaluasi pembelajaran untuk mengukur efektifitas pelaksanaan program Diklat. Evaluasi hasil belajar untuk mengukur hasil belajar peserta.

a) Jenis Evaluasi Pembelajaran meliputi

(1)Evaluasi kemampuan fasilitator/pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

(2)Evaluasi penyelenggaraan untuk mengetahui kinerja Diklat.

b) Jenis Evaluasi Hasil Belajar

(1)Evaluasi formatif dirancang guna memberikan informasi yang dapat digunakan fasilitator untuk melakukan perbaikan. Biasa digunakan sebelum pembelajaran berakhir, sehingga masih terdapat kesempatan untuk memperbaiki.

(2)Evaluasi sumatif digunakan pada akhir sesi pelatihan untuk kepentingan dalam menentukan peringkat, sertifikasi, evaluasi terhadap kemajuan, atau penelitian terhadap efektivitas kurikulum dan perencanaan Diklat.

(3)Portofolio catatan dan/atau kumpulan hasil karya peserta latih yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Dapat berbentuk tugas, jawaban peserta atas pertanyaan fasilitator, catatan hasil observasi fasilitator, dan laporan kegiatan peserta.

(37)

Penilaian terdiri atas pengumpulan bukti atau catatan kemajuan proses pembelajaran sesuai dengan kriteria penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah ditentukan dalam standar kompetensi. Kegiatan penilaian meliputi :

a) Penilaian Kerja Nyata

Penilaian yang dilakukan di tempat kerja. b) Penilaian Simulasi Kerja

Penilaian simulasi kerja merupakan penilaian sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan di lembaga Diklat.

c) Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis yaitu penilaian yang melibatkan jawaban peserta Diklat secara tertulis untuk mengukur pengetahuan.

d) Penilaian Lisan

Penilaian lisan yaitu penilaian melalui wawancara terhadap peserta Diklat.

5) Standar Penilaian Diklat

Standar penilaian merupakan kriteria, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar peserta Diklat. Standar penilaian Diklat digunakan sebagai pedoman penilaian untuk menentukan tingkat kinerja institusi/lembaga Diklat dan kelulusan peserta.

(38)

2) Penilaian terhadap penyelenggaraan untuk mengetahui kinerja Diklat.

b) Penilaian Hasil Belajar:

Penilaian untuk menentukan kelulusan peserta Diklat, dilakukan oleh fasilitator, penyelenggara pelatihan, dan/atau peserta.

1) Penilaian Diklat oleh Fasilitator dalam bentuk: a) Pre-Test;

b) Post Test; dan

c) Pengamatan.

2) Penilaian fasilitator oleh penyelenggara dalam bentuk evaluasi penyelenggaraan Diklat.

3) Penilaian Diklat oleh peserta dalam bentuk penilaian antar peserta.

Peserta Diklat dapat melakukan penilaian terhadap: a) Panitia penyelenggara;

b) Pelatih/fasilitator (Master Fasilitator, Co Fasilitator dan Asisten/pendamping);

c) Kurikulum dan silabus; d) Substansi/materi Diklat; e) Bahan dan alat;

f)Serta lain-lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Diklat;

4) Hasil Penilaian digunakan sebagai bahan pembinaan Diklat.

(39)

Sertifikat merupakan bukti tertulis atas penetapan kelayakan seseorang yang ditempuh melalui suatu uji kompetensi sesuai dengan standar setelah mengikuti Diklat dan kelayakannya disahkan dan ditetapkan dengan keputusan dari pejabat yang berwenang.

a. Sertifikat yang diperoleh melalui proses Diklat diterbitkan oleh lembaga Diklat.

Sertifikat diberikan kepada peserta yang telah mengikuti diklat yang terakreditasi serta memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu:

1) Mengikuti Diklat sekurang-kurangnya selama 85% dari alokasi waktu.

2) Dinyatakan berhasil sesuai evaluasi belajar penetapan angka kredit Diklat yang diberikan didasarkan pada lamanya pelatihan dalam satuan jam pembelajaran efektif yaitu sebagai berikut:

LAMA PELATIHAN (jam efektif @ 45 menit)

ANGKA KREDIT 30 – 80 1 81 – 160 2 161 – 480 3 481 – 640 4 641 – 960 5 Lebih dari 961 15

(40)

b. Uraian selengkapnya dibahas dalam bagian tersendiri. 6. Pedoman Pelaksanaan Diklat

Standar pedoman pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial merupakan sekumpulan ketentuan dasar yang menjadi pegangan/petunjuk atau acuan dalam pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial.

Standar pedoman pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial memuat:

a. Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, landasan/dasar hukum dan pengertian beberapa istilah pokok.

b. Gambaran Umum

Gambaran umum memuat tentang deskripsi singkat pelatihan, unit kompetensi, durasi waktu pelaksanaan kegiatan (jam pelatihan/hari), materi (materi dasar, inti dan penunjang), fasilitator (Master Fasilitator, Co Fasilitator dan Asisten/pendamping), nara sumber dan kepanitiaan sesuai kriteria yang dipersyaratkan, pendekatan, metode, dan media pembelajaran.

c.Mekanisme Kegiatan

Mekanisme kegiatan menjelaskan tentang prinsip-prinsip pengelolaan, tahapan kegiatan, alur proses pembelajaran dan jadwal pelaksanaan.

d. Sertifikat

Bagian ini memuat tentang jenis sertifikat yang diberikan kepada peserta pelatihan, baik yang berupa tanda kepesertaan dalam Diklat maupun kelulusan (untuk jenis Diklat berbasis kompetensi).

(41)

Standar pendanaan yang termuat dalam pedoman pelaksanaan Diklat menjelaskan tentang jumlah dan sumber pendanaan. Bagi Diklat PNBP Fungsional disertakan besar jumlah satuan kegiatan dan jumlah nominal per peserta.

D. Sarana dan Prasarana Diklat Kesejahteraan Sosial

Standar minimum sarana dan prasarana Diklat Kesejahteraan Sosial meliputi:

1. Perkantoran yang terdiri dari: a. Ruang pimpinan;

b. Ruang rapat pimpinan; c. Ruang kerja staf;

d. Ruang rapat; e. Ruang tamu;

f. Ruang dokumentasi, ruang data dan informasi; g. Ruang perpustakaan;

h. Ruang pengajar; i. Kamar mandi; dan j. Dapur.

2. Pelayanan teknis yang terdiri dari: a. Ruang diskusi minimum; b. Ruang seminar minimum; c. Ruang asrama;

d. Ruang belajar dengan kapasitas 40 (empat puluh) orang; dan

e. Ruang laboratorium.

3. Pelayanan umum yang terdiri dari: a. Wisma tamu minimum 1 (satu) unit; b. Lapangan upacara;

c. Ruang makan minimum 1 (satu) unit; d. Ruang ibadah;

e. Poliklinik;

f. Aula minimum 1 (satu) unit; g. Pos keamanan;

(42)

k. Tempat olahraga;

l. Rumah dinas/pengurus; m. Ruang laundry; dan n. Ruang hiburan.

4. Peralatan yang terdiri dari:

a. Peralatan penunjang perkantoran; b. Penerangan;

c. Instalasi air dan air bersih;

d. Peralatan komunikasi dan informasi; dan e. Peralatan penunjang teknis pembelajaran.

Dapat dijabarkan seperti:

1) Papan tulis, tersedia minimum 1 (satu) buah papan tulis yang memadai dengan ukuran sebanding dengan ruang kelas untuk setiap ruangan yang dilengkapi

white board/alat tulis dan penghapus.

2) Papan flip chart, tersedia minimum 2 (dua) buah yang besarnya sama dengan ukuran kertas flip chart yang dilengkapi white board/alat tulis dan penghapus.

3) Lcd atau infocus minimum 1 (satu) unit yang siap digunakan.

4) Tv dan video minimum 1 (satu) set yang siap digunakan.

5) 1 (satu) set handycam yang siap untuk digunakan. 6) 1 (satu) set kamera yang siap untuk digunakan.

7) Buku pegangan/modul untuk masing-masing Diklat yang diselenggarakan.

8) Sound system atau wareless untuk masing-masing

ruangan dengan 4 (empat) mike.

9) 1 (satu) unit tape recorder yang siap digunakan.

10) Komputer/laptop minimum 2 (dua) unit untuk penyelesaian tugas-tugas kelompok (peserta) bilamana diperlukan.

11) Teknologi multi media 1 (satu) set komputer dengan peralatannya yang siap digunakan.

(43)

6. Alat transportasi yang terdiri atas: a. Alat transportasi perkantoran; dan

b. Alat transportasi bagi keperluan peserta Diklat.

7. Pangan bagi peserta Diklat yang terdiri atas makanan pokok dan makanan tambahan.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

(44)

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 06 TAHUN 2015

TENTANG : STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KESEJAHTERAAN SOSIAL.

AKREDITASI INSTITUSI/LEMBAGA/UNIT KERJA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

A. Komponen Akreditasi

Akreditasi institusi/lembaga penyelenggara Diklat Kesejahteraan Sosial mencakup komponen manajemen, sumber daya manusia, program, dan fasilitas.

1. Manajemen

Institusi/lembaga penyelenggara Diklat Kesejahteraan Sosial yang kredibel memiliki perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengendalian dan penjaminan mutu, dengan indikator antara lain: a. Perencanaan

1) dokumen tertulis mengenai visi organisasi; 2) dokumen tertulis mengenai misi organisasi;

3) dokumen tertulis mengenai rencana strategik;dan

4) dokumen tertulis mengenai rencana operasional dan/atau rencana kegiatan Diklat selama 1 (satu) tahun pada kalender Diklat.

(45)

1) dokumen tertulis mengenai keputusan atau peraturan atau dasar hukum yang melandasi pendirian legalitas institusi/lembaga/unit kerja Diklat;

2) dokumen tertulis mengenai kedudukan, tugas dan fungsi institusi/lembaga/unit kerja Diklat; dan

3) dokumen tertulis mengenai kewenangan, struktur organisasi, dan uraian tugas.

c. Pelaksanaan

1) dokumen tertulis mengenai ketentuan umum berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) dan/atau Standar Pelayanan Minimum (SPM) pelaksanaan pelayanan Diklat;dan

2) dokumen tertulis mengenai kebijakan dan prosedur tentang pengelolaan keuangan secara efektif, efisien dan akuntabel yang meliputi prosedur akuntansi, pelaksanaan audit dan penyempurnaan pengelolaan keuangan berdasarkan hasil audit.

d. Penjaminan dan Pengendalian Mutu

1) dokumen tertulis mengenai monitoring, supervisi, evaluasi dan pelaporan Diklat;dan

2) komite atau tim independen yang berfungsi menegakkan penerapan standar Diklat.

(46)

2. Sumber Daya Manusia a. Pengelola Lembaga

Institusi/lembaga penyelenggara Diklat Kesejahteraan Sosial memiliki kuantitas dan kualitas tenaga kediklatan yang memadai sesuai tugas dan fungsi organisasi serta tuntutan pekerjaan, dengan indikator antara lain:

1) Pimpinan institusi/lembaga penyelenggara Diklat yang mempunyai kesesuaian latar belakang pendidikan dan pelatihan serta pengalaman manajerial;

2) Pejabat Fungsional Umum nonedukatif dalam penyelenggaraan Diklat yang mempunyai kesesuaian latar belakang pendidikan dan pelatihan serta pengalaman teknis administratif dan operasional yang relevan dengan tugas dan fungsi serta jabatannya; dan

3) Petugas administrasi penyelenggara Diklat yang mempunyai kesesuaian latar belakang pendidikan dan pelatihan serta pengalaman teknis administratif dan operasional.

b. Fasilitator

Fasilitator/widyaiswara yang dapat memberikan pelayanan Diklat bermutu, dengan indikator antara lain:

1) Master Fasilitator yang mempunyai kesesuaian latar belakang pendidikan dan pelatihan serta pengalaman berdasarkan spesialisasi keahlian dengan dibuktikan melalui sertifikat TOT dan/atau TOF;

2) Co Fasilitator yang mempunyai kesesuaian latar belakang pendidikan dan pelatihan serta pengalaman berdasarkan spesialisasi keahlian dengan dibuktikan melalui sertifikat TOT dan/atau TOF; dan

(47)

kesesuaian latar belakang pendidikan dan pelatihan serta pengalaman berdasarkan spesialisasi keahliannya.

c. Pelaksana Diklat

Pelaksana Diklat yang dapat memberikan pelayanan Diklat bermutu, dengan indikator antara lain:

1) pelaksana Diklat yang mempunyai kesesuaian latar belakang Diklat, pengalaman teknis dan memiliki sertifikat TOC;

2) memiliki kemampuan melakukan penilaian peserta Diklat;dan 3) memiliki kemampuan menyusun laporan akhir pelaksanaan

Diklat serta dinilai mampu oleh pemangku kepentingan. d. Analisis Kebutuhan Diklat

Penganalisis kebutuhan Diklat yang dapat memberikan pelayanan Diklat bermutu, dengan indikator antara lain:

1) memiliki kesesuaian latar belakang pendidikan dan pelatihan serta pengalaman teknis dengan dibuktikan melalui sertifikat AKD dan/atau AD;dan

2) memiliki kemampuan analisi masalah, kinerja, tugas/kompetensi dan pembelajaran;dan

3) memiliki kemampuan menyusun laporan akhir pelaksanaan Diklat serta dinilai mampu oleh pemangku kepentingan.

e. Perancang Kurikulum

(48)

3) memiliki kemampuan menyusun laporan akhir pelaksanaan Diklat serta dinilai mampu oleh pemangku kepentingan.

f. Operator Sistem Informasi Kediklatan (SIK)

Operator SIK dapat memberikan pelayanan Diklat bermutu, dengan indikator antara lain:

1) memiliki kesesuaian latar belakang Diklat pengalaman teknis dan memiliki sertifikat Diklat yang relevan;

2) memiliki kemampuan melakukan penilaian peserta Diklat;dan 3) memiliki kemampuan menyusun laporan akhir pelaksanaan

Diklat serta dinilai mampu oleh pemangku kepentingan. 3. Program

Program Diklat Kesejahteraan Sosial disusun berdasarkan AKD/AD dengan mengacu pada Standar Kompetensi bagi Diklat Berbasis Kompetensi dan kemampuan perubahan perilaku bagi Diklat berbasis komunitas/nilai.

a. Standar Kompetensi dan Kemampuan 1) Standar Kompetensi

Setiap program Diklat Kesejahteraan Sosial berbasis kompetensi memiliki standar kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta Diklat, dengan indikator antara lain:

a) dokumen tertulis tentang standar kompetensi dari setiap Diklat sesuai hasil asesmen; dan

b) struktur standar kompetensi terdiri atas unit kompetensi, elemen kompetensi, kriteria, batasan variabel, panduan penilaian, dan kompetensi kunci.

(49)

Setiap program Diklat Berbasis Komunitas/nilai (DBKn) memiliki standar kemampuan yang harus dikuasai oleh Peserta Diklat, dengan indikator antara lain:

a) dokumen tertulis mengenai standar kemampuan (perubahan perilaku) dari setiap Diklat yang mengacu pada norma komunitas sesuai tatanan kehidupan secara nasional berdasarkan hasil identifikasi Diklat;dan

b) Tatanan kehidupan secara nasional adalah norma standar kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) dan Analisis Diklat (AD)

AKD dan AD merupakan dasar untuk perencanaan Diklat Kesejahteraan Sosial yang bermutu, dengan indikator antara lain: 1) dokumen tertulis mengenai AKD dan AD bagi setiap program

Diklat Kesejahteraan Sosial;dan

2) dokumen tertulis mengenai skala prioritas kebutuhan Diklat Kesejahteraan Sosial berdasarkan hasil AKD dan AD.

c. Kurikulum

Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang ditata dalam bentuk rencana proses pembelajaran melalui Diklat dengan penekanan pada penggunaan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan tujuan Diklat

(50)

1) dokumen tertulis tentang kurikulum setiap Diklat Kesejahteraan Sosial;dan

2) elemen kurikulum meliputi standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan standar penilaian.

d. Modul

Modul merupakan uraian dari pokok-pokok bahasan materi Diklat yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dengan indikator antara lain:

1) dokumen tertulis mengenai modul bagi setiap Diklat Kesejahteraan Sosial;dan

2) komponen modul mencakup deskripsi, tujuan, pokok, dan sub pokok bahasan bahan pembelajaran,/uraian materi, referensi yang dilengkapi dengan lembar informasi, lembar kerja dan lembar penilaian/evaluasi.

e. Pedoman Pelaksanaan Diklat

Pedoman Pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial merupakan sekumpulan ketentuan dasar yang menjadi pegangan/petunjuk atau acuan dalam pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial, dengan indikator antara lain:

1) dokumen tertulis mengenai pedoman pelaksanaan bagi setiap Diklat Kesejahteraan Sosial.

2) komponen pedoman pelaksanaan mencakup: a) Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, landasan/dasar hukum dan pengertian beberapa istilah pokok.

(51)

Gambaran umum memuat deskripsi singkat pelatihan, unit kompetensi, durasi waktu pelaksanaan kegiatan (jam pelatihan/hari), materi (materi dasar, inti dan penunjang), fasilitator (Master Fasilitator, Co Fasilitator dan Asisten/pendamping), narasumber dan kepanitiaan sesuai kriteria yang dipersyaratkan, pendekatan, metode, dan media pembelajaran.

c) Mekanisme Kegiatan

Mekanisme kegiatan sekurang-kurangnya menjelaskan tentang prinsip-prinsip pengelolaan, tahapan kegiatan, alur proses pembelajaran, dan jadwal pelaksanaan.

d) Penetapan Sertifikat

Penetapan sertifikat mencakup sertifikat tanda kepesertaan dalam Diklat dan/atau kelulusan untuk jenis Diklat berbasis kompetensi.

e) Pendanaan

Pedoman pelaksanaan Diklat menjelaskan tentang jumlah dan sumber pendanaan. Bagi Diklat Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Fungsional disertakan besar jumlah satuan kegiatan dan jumlah nominal per peserta.

f. Evaluasi Diklat

Evaluasi merupakan upaya penilaian dengan cara membandingkan pencapaian pelaksanaan kegiatan dengan

(52)

1) Dokumen tertulis mengenai evaluasi pada setiap Diklat Kesejahteraan Sosial.

2) Jenis evaluasi meliputi evaluasi pembelajaran dan hasil belajar a) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi mengenai keefektifan proses pembelajaran dalam membantu peserta Diklat mencapai tujuan secara optimal.

b) Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi mengenai peningkatan kompetensi peserta Diklat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

g. Sertifikasi

Sertifikasi pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial merupakan penetapan atas kelayakan jenis Diklat dan lulusan Diklat Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai standar Diklat, dengan indikator antara lain:

1) dokumen tertulis mengenai sertifikasi pada setiap Diklat Kesejahteraan Sosial;

2) dokumen tertulis mengenai sertifikat bagi lulusan pada setiap Diklat Kesejahteraan Sosial; dan

3) Sertifikat Diklat Kesejahteraan Sosial diterbitkan oleh institusi/lembaga penyelenggara Diklat Kesejahteraan Sosial sesuai ketentuan yang berlaku.

(53)

kondisi lingkungan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial.

a. Sarana

Sarana merupakan barang bergerak yang dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial, dengan indikator antara lain:

1) mempunyai peralatan dan bahan yang sesuai untuk dipergunakan dalam menunjang pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial;dan

2) dokumen tertulis SOP pelayanan/penggunaan sarana. b. Prasarana

Prasarana merupakan barang tidak bergerak yang dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial, dengan indikator antara lain:

1) mempunyai lahan dan bangunan yang sesuai untuk dipergunakan dalam menunjang pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial; dan

2) dokumen tertulis SOP pelayanan/penggunaan prasarana. c. Lokasi

Lokasi Diklat merupakan aksesibilitas dan kondisi lingkungan yang menunjang pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial, dengan indikator antara lain:

(54)

2) tersedia peta lokasi atau petunjuk untuk mengakses serta tata tertib/ketentuan selama berada di lokasi Diklat.

B. Mekanisme

1. Pendekatan Penilaian

Akreditasi menggunakan 2 (dua) pendekatan yang saling berkaitan yaitu:

a. Penilaian Mandiri

Institusi/lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial menilai diri sendiri setelah menerima kuesioner penilaian mandiri.

b. Penilaian Akreditasi

Penilaian dilakukan oleh asesor yang ditugaskan oleh Tim Akreditasi tingkat nasional. Penilaian dilakukan setelah kuesioner penilaian mandiri dievaluasi oleh Tim Akreditasi sesuai jenjangnya dan dinyatakan bahwa penerapannya sudah benar/sesuai standar.

2. Prosedur Akreditasi

a. Institusi/lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial yang telah siap diakreditasi mendaftarkan diri kepada Tim Akreditasi sesuai jenjangnya dengan menggunakan formulir yang telah disediakan. Formulir diisi kemudian dikirimkan bersama dokumen mutu institusi/lembaga Diklat yang telah disusun sesuai dengan standar.

b. Tim Akreditasi menilai dokumen mutu, dengan ketentuan bila belum sesuai standar maka dikembalikan lagi ke institusi/lembaga Diklat untuk diperbaiki. Jika sudah sesuai standar maka Tim Akreditasi melaksanakan survei lapangan.

(55)

dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, unit kerja Kementerian Sosial, institusi/lembaga terkait.

d. Tim Akreditasi Diklat Lokal terdiri atas Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial regional setempat dan/atau unit kerja Kementerian Sosial, dan institusi/lembaga lokal terkait. e. Tim Akreditasi Diklat melakukan penilaian terhadap permohonan

akreditasi dan bukti-bukti pemenuhan persyaratan untuk diakreditasi, dengan indikator antara lain:

1) apabila hasil penilaian mencapai nilai akreditasi, akan diberikan surat keterangan terakreditasi kepada pemilik rencana/penyelenggara Diklat, dan surat pemberitahuan kepada pengelola sertifikat Diklat.

2) apabila hasil penilaian belum mencapai nilai akreditasi, kepada pemilik rencana/penyelenggara Diklat diberikan umpan balik dan kesempatan untuk memperbaiki rencana Diklat tersebut. Setelah diperbaiki dan memenuhi persyaratan akreditasi, hasilnya disampaikan kepada pemilik rencana/penyelenggara Diklat dan surat pemberitahuan kepada pengelola sertifikat.

3. Pembobotan Komponen Dalam Penilaian Akreditasi

Mengacu pada komponen standar, maka pembobotan penilaian akreditasi institusi/lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial ditetapkan sebagai berikut:

(56)

NO KOMPONEN ASPEK BOBOT (%) 1. Manajemen Perencanaan 5 % Pengorganisasian 5 % Penyelenggaraan 5 % 1. Penjaminan dan Pengendalian Mutu 5 % 2. 20 % II SDM 1. Pengelola Lembaga 2. 5 % 3. Fasilitator 5 % 4. Pelaksana 5 %

5. Analis Kebutuhan Diklat 5 6. Perancang Kurikulum 5 %

7. Operator SIK 5 %

8. 30%

III. Program 1. Standar Kompetensi dan

Kemampuan 5 % 2. Identifikasi Kebutuhan Diklat. 5 % 3. Kurikulum 5 % 4. Modul 5 % 5. Pedoman Pelaksanaan 5 % 6. Evaluasi 5 % 7. Sertifikasi 5 % 35 % IV. Sarana Prasarana Sarana dan Prasarana 5 %

Lokasi dan Kondisi 5 %

Lingkungan 5 %

15 %

JUMLAH…….. 100 %

C. Pengorganisasian Program Akreditasi

Program akreditasi institusi/lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial di Kementerian Sosial menjadi tanggung jawab Pusdiklat Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial. Dalam pelaksanaan teknisnya dibentuk suatu tim akreditasi tingkat nasional dan tim akreditasi tingkat lokal.

(57)

a. Tim Akreditasi Tingkat Nasional diusulkan oleh Komite Standar Diklat Kesejahteraan Sosial Nasional melalui Kepala Pusdiklat Kesejahteraan Sosial dan penetapannya dikukuhkan oleh Menteri Sosial cq. Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial.

b.Tim Akreditasi Tingkat Nasional bertugas menyusun pedoman, instrumen dan mengakreditasi institusi/lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial.

c. Tim Akreditasi Tingkat Nasional terdiri unsur perwakilan dari Pusdiklat Kesejahteraan Sosial dan institusi/lembaga terkait.

2. Tim Akreditasi Tingkat Lokal

a. Tim Akreditasi Tingkat Lokal diusulkan oleh Komite Standar Diklat Kesejahteraan Sosial Regional melalui Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial dan penetapannya dikukuhkan oleh Menteri Sosial cq. Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial.

b.Tim Akreditasi Tingkat Lokal bertugas menyusun pedoman, instrumen dan mengakreditasi serta melakukan pembinaan di wilayah kerjanya.

c. Tim Akreditasi Tingkat Lokal terdiri unsur perwakilan dari Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial dan institusi/lembaga terkait.

D. Ketetapan Akreditasi Diklat Kesejahteraan Sosial

1.Ketetapan akreditasi institusi/lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan dalam menerapkan standar.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Kuntoro, dkk (2007) diperoleh dalam penelitian tentang Pengaruh Pemberian Jus Buah Belimbing dan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan

Pelanggan harus datang atau menelpon ke café tersebut untuk membatalkan reservasi dengan ketentuan satu hari sebelum hari yang ditentukan namun cafe tidak

Segera hubungi sales marketing rumah cluster Boston Village Gading Serpong untuk memesan unit rumah baru dengan harga terjangkau di Serpong. Download e-brochure Boston

In short, based on the result of the research it can be concluded that, teaching writing by using guided writing strategy gives significant effect toward students‟

Pada halaman Daftar Mahasiswa Tugas Akhir, pilih data mahasiswa yang akan dihapus datanya dan tekan tombol Hapus yang terdapat pada kolom Aksi.. Tekan tombol Ya pada halaman

Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program

Ternak yang mengkonsumsi ransum dengan kadar lemak tinggi (±10%) akan membentuk lemak tubuh secara normal. Jika ternak mengkonsumsi minyak/lemak dari berbagai sumber seperti

Seseorang Perwakilan Koperasi hanya boleh menyertai satu Mesyuarat Agung Negeri sahaja dalam tahun diadakan Mesyuarat Agung Negeri dan jika Perwakilan Koperasi itu juga adalah