• Tidak ada hasil yang ditemukan

INOVASI PERBAIKAN PAKAN KONSENTRAT SEBAGAI USAHA PENINGKATAN PRODUKSI SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INOVASI PERBAIKAN PAKAN KONSENTRAT SEBAGAI USAHA PENINGKATAN PRODUKSI SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

INOVASI PERBAIKAN PAKAN KONSENTRAT SEBAGAI

USAHA PENINGKATAN PRODUKSI SAPI PERAH

PADA PETERNAKAN RAKYAT

(Improvement of Concentrate to Impove Dairy Production

at Small Holder Farms)

Soeharsono1, Gunawan2

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Lasoso No. 62 Sigi Biromaru, Sigi, Sulawesi Tengah

2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta soehars@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research aims was to improve supply and development of feed concentrate in an effort to increase productivity of dairy cows. The study was conducted by using a participatory approach in focus group discussion (FGD) between dairy farmers and Warga Mulya cooperative management of Sleman Yogyakarta. Application of innovation was concentrate feeding (Super, KW-1, KW-2, and KW-3) to 20 head of dairy cows in the early lactation period. Daily milk production and income over feed costs was recorded by farmers in farm record keeping. An adoption and impact of the innovation was known through farmer cooperators and non-cooperators. Results showed that an increase in concentrate feed quality could significantly increase the daily milk production of early lactation cows. The price of fresh milk is Rp 2.800/liter. It is shown that daily milk production in the KW-3 decreased 7.64% and the revenue decreased by Rp. 1,206 (19.77%). Milk production of KW-2, KW-1, and Super feed increased by 10.00%, 14.25%, and 43.05% and an increased in revenues by Rp. 1.150/day (15.33%), Rp. 1.644/day (26.95%), and Rp. 2,283/day (39.71%) respectively, compared tothat without treatment. Total milk production of cooperator groups, non-cooperators, and dairy cooperatives was increased markedly. It is concluded that by using participatory approaches, an improvement of productivity of dairy cows could be done. An improvement of concentrate formula can increase productivity as well as dairy farms income and resulted an increased of farmer and cooperative group productivity.

Key Words: Feed, Milk Production, Cooperatives

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk perbaikan, penyediaan, dan pengembangan pakan konsentrat dalam upaya peningkatan produktivitas sapi perah. Penelitian menggunakan pendekatan partisipasi dengan focus group discussion (FGD)antara peternak dan pengurus koperasi susu Warga Mulya Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penerapan inovasi pakan konsentrat (Super, KW-1, KW-2, dan KW-3) pada 20 ekor ternak sapi perah pada periode awal laktasi. Produksi susu harian dan pendapatan atas biaya pakan dicatat peternak dengan farm record keeping. Adopsi dan dampak inovasi diketahui melalui respon peternak kooperator dan non kooperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kualitas pakan konsentrat mampu meningkatkan produksi susu harian awal periode laktasi secara signifikan. Produksi susu dengan harga susu segar Rp. 2.800/liter menunjukkan bahwa produksi susu harian pada KW-3 menurun 7,64% dan pendapatan menurun Rp. 1.206 (19,77%). Produksi susu pada KW-2, KW-1, dan Super meningkat masing-masing 10,00; 14,25; dan 43,05% dan pendapatan meningkat masing-masing Rp. 1.150/hari (15,33%), Rp. 1.644/hari (26,95%), dan Rp. 2,283/hari (39,71%) dibandingkan dengan sebelum perlakuan. Dampak terhadap total produksi susu kelompok kooperator, non-kooperator, dan koperasi susu meningkat nyata. Kesimpulan bahwa pendekatan partisipatif dapat dilakukan langkah-langkah operasional upaya peningkatan produktivitas sapi perah. Inovasi perbaikan formula konsentrat dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan usaha ternak sapi perah serta berdampak pada peningkatan produktivitas skala kelompok dan koperasi.

(2)

PENDAHULUAN

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh peternakan rakyat dengan rata-rata produksi sekitar 8-10 liter/hari (Subandriyo 2006). Produktivitas sapi perah yang rendah tersebut disebabkan karena orientasi usaha belum berwawasan agribisnis. Usaha ternak sapi perah dikerjakan secara tradisional dengan sarana dan prasarana yang terbatas serta kondisi sosial ekonomi yang terbatas serta belum optimalnya peternak dalam penerapan inovasi teknologi. Kuswandi (2011) menyatakan bahwa pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas ternak, kualitas produk peternakan, dan keuntungan pengusaha ternak. Oleh karenanya, agribisnis ternak sapi perah akan berjalan dengan optimal bila didukungan pemenuhan pakan yang kualitas, kuantitas, kontinyuitas, dan ekonomis yang terjamin, sehingga pakan merupakan faktor dominan berpengaruh pada efisiensi dan kesuksesan dalam usaha peternakan sapi perah. Pemberian hijauan sekitar 10% dari bobot badan sapi hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok serta produksi susu sebanyak 3-4 liter/hari (Sutarno dan Adiarto 2002). Didasari atas tuntutan kondisi fisiologis yang harus memproduksi susu setiap hari lebih 10 liter, maka kualitas hijauan yang seadanya tidak akan dapat memenuhi standart kebutuhan nutrisi sapi perah. Penambahan konsentrat terutama pada sapi perah yang sedang laktasi sangat penting karena diperlukan sebagai sumber energi dalam mengoptimalkan produksi susu. Sumber utama konsentrat yang lazim diberikan pada sapi perah di daerah sentra produksi adalah yang diproduksi oleh koperasi susu yang umumnya berbahan dasa dari sisa hasil pertanian dan agroindustri dengan harga yang relatif murah dengan nilai nutrisi yang bervariasi. Indraningsih et al. (2010) menyatakan bahwa komponen-komponen utama bahan pakan sebenarnya dapat dipenuhi dengan memanfaatkan potensi lokal, karena potensi bahan pakan lokal mempunyai prospek ketersediaan yang tinggi dengan harga relatif murah, namun komposisi zat makanan yang dikandungnya dapat bersaing dengan bahan yang konvensional. Pemanfaatan bahan pakan lokal yang berbasis limbah dan implementasi konsep zero-waste, akan memberi dampak ramah lingkungan.

Produk konsentrat yang dikeluarkan oleh koperasi susu harus memenuhi standar baku. Beberapa hasil pemeriksaan terhadap beberapa yang beredar di masyarakat menunjukkan nilai TDN kurang dari 55% dan protein kasar di bawah 13%. Hal ini bisa menyebabkan produksi susu menjadi rendah, bahkan untuk kebutuhan pokok saja tidak tercukupi (Bamualim et al. 2009). Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang ketat terhadap produk konsentrat yang diproduksi oleh pabrik pakan ataupun koperasi, ujung-ujungnya yang rugi adalah peternak sapi itu sendiri. Guna memenuhi kekurangan kebutuhan nutrisi sapi perah, para peternak sering kali menambahkan ongok atau ampas tahu kepada ternaknya. Artinya, beban biaya pakan pun akan bertambah yang nantinya akan mengurangi pendapatan peternak dari pendapatan susu. Hal ini terjadi pada salah satu kelembagaan Koperasi Susu Warga Mulya di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi tersebut apabila tidak segera dilakukan penanganan akan berdampak pada keberlanjutan agribisnis ternak sapi perah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan strategi perbaikan, penyediaan, dan pengembangan pakan konsentrat dalam upaya peningkatan produktivitas sapi perah bagi peternak anggota koperasi susu Warga Mulya di Kabupaten Sleman.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan pada peternak sapi perah yang tergabung pada kelembagaan Koperasi Susu Warga Mulya Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahap awal dilakukan diskusi dengan pendekatan focus group discussion (FGD) antara peternak dan pengurus koperasi Warga Mulya untuk mengetahui kondisi riel, masalah, dan peluang penyediaan pakan ternak dalam pengembangan pabrik pakan ternak (PMT) Koperasi Susu Warga Mulya.

Pengkajian perbaikan formulasi pakan konsentrat dengan kualitas dan harga berbeda (Tabel 1) diterapkan oleh 20 peternak sebagai kooperator yang tergabung pada kelembagaan kelompok ternak Sedyomulyo Boyong Hargobinangun Pakem Sleman Yogyakarta. Produksi susu harian dan pendapatan atas biaya pakandicatat menggunakan farm record

(3)

keeping (FRK) dianalisis menggunakan T-test

melalui pendekatan perbandingan sebelum-sesudah penerapan pakan konsentrat pada masing-masing perlakukan.

Respon peternak terhadap penilaian bentuk fisik konsentrat dan pengaruhnya terhadap induk laktasi. Tingkat adopsi inovasi perbaikan formula pakan konsentrat diperoleh melalui respon peternak anggota kelompok yang lain. Dampak inovasi perbaikan formula pakan konsentrat diketahui dengan perkembangan tingkat penggunaan pakan konsentrat bagi anggota kelompok kooperator-non kooperator didalam maupun diluar kelembagaan kelompok kooperator serta perkembangan kelembagaan koperasi susu dalam melakukan agribisnis sapi perah. Data respon, adopsi dan dampak inovasi teknologi dianalisis secara diskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Profil pabrik pakan ternak koperasi susu Warga Mulyo

Pabrik pakan ternak (PMT) sebagai bagian unit usaha koperasi Warga Mulya dalam mengembangkan agribisnis sapi perah menyediakan sarana produksi bagi peternak berupa pakan konsentrat. Kesulitan dalam memperoleh bahan baku yang berkualitas secara kontinyu, sehingga produksi pakan konsentrat menurun. Saat ini ada dua produk konsentrat sapi perah antara lain: konsentrat

SP-1 dengan harga Rp. 3.000/kg disediakan untuk melayani pesanan dan konsentrat SP-2 dengan tingkat harga Rp. 2.400/kg disediakan untuk melayani peternak. Produktivitas PMT sekitar 120-130 ton per bulan dengan proporsi produksi 2,08% konsentrat SP-1 dan 97,92% konsentrat SP-2. Pakan konsentrat yang

diproduksi oleh PMT tersebut

mempertimbangkan harga yang dapat dijangkau oleh peternak dan kulitas. Ditinjau dari bahan penyusun konsentrat dan kualitas dapat dievaluasi bahwa konsentrat SP-1 dan SP-2 (Tabel 2).

Jumlah bahan pakan yang digunakan untuk memproduksi konsentrat sapi perah terdiri dari 7 macam (3 sumber karbohidrat, 2 sumber protein dan 2 additive). Formula SP-2 yang sebagian besar digunakan oleh peternak anggota koperasi mempunyai produktivitas yang rendah (kurang 10 liter/ekor), sehingga banyak peternak masih menambahkan wheat

pollard untuk meningkatkan kualitas dan

produksi. Budiarsana dan Juarini, (2008) menyatakan bahwa rendahnya produktivitas sapi perah ini berpengaruh pada keuntungan usaha yang diperoleh peternak dan pada yang pada akhirnya juga berpengaruh terhadap motivasi peternak dalam usaha ini. Tingkat keuntungan usaha ini sangat dipengaruhi oleh produktivitas ternak dan biaya produksi. Tingkat produktivitas ternak akan menentukan jumlah penerimaan usaha, sedangkan biaya produksi merupakan nilai yang harus dikeluarkan selama proses produksi.

Tabel 1. Komposisi kimia pakan konsentrat sapi perah

Komposisi kimia (%) Formulasi konsentrat sapi perah (%BK)

Super KW-1 KW-2 KW-3 Bahan kering 90,13 89,88 89,68 89,48 Bahan organik 90,89 90,64 90,51 90,40 Serat kasar 9,22 9,90 10,47 11,04 Protein kasar 17,64 15,62 13,84 12,03 Lemak kasar 5,27 5,38 5,45 5,49 BETN 58,56 59,55 60,56 61,63 TDN 78,88 78,02 77,36 76,64 Ca 0,68 0,67 0,66 0,66 P 0,76 0,78 0,76 0,75 Harga jual (Rp.) 3.000 2.800 2.600 2.400

(4)

Tabel 2. Komposisi kimia konsentrat SP-1 dan SP-2 produksi PMT koperasi Warga Mulya

Komposisi kimia (%) Formulasi konsentrat sapi perah (%BK)

SP-1 SP-2 Bahan kering 90,42 89,89 Bahan organik 90,20 90,84 Serat kasar 8,93 10,40 Protein kasar 14,76 13,26 Lemak kasar 5,27 5,17 BETN 63,24 63,52 TDN 77,45 75,76 Ca 0,66 0,55 P 1,07 0,85 Harga jual (Rp.) 3.000 2.400

Ketersediaan bahan baku tidak bisa stabil dalam hal harga dan kualitas. Harga wheat

pollard dan bekatul super mencapai Rp

2.300/kg dan Rp 2.200/kg yang sebelumnya Rp 1.900 dan Rp 1.800/kg. Hal tersebut dimungkinkan dilakukan pemalsuan bekatul oleh suplayer bahan baku sehingga quality

control perlu mendapat perhatian khusus.

Untuk meminimalisasi terjadinya kerugian, maka PMT melakukan kebijakan menaikkan harga jual ditingkat peternak dan merubah formula. Priyanti dan Maryono (2008) menyatakan bahwa harga bahan baku pakan seperti konsentrat dan dedak padi yang selalu meningkat dan biaya pakan dapat mencapai 62,5% dari total biaya produksi, sehingga keuntungan yang diterima oleh peternak juga sangat tergantung dari besaran biaya pakan yang dikeluarkan. Kenaikan harga bahan baku pakan ini tidak terlepas dari akibat kenaikan harga bahan baku pakan dunia seperti jagung dan kedelai.

Jejaring informasi dan kerjasama untuk mendapatkan bahan baku yang berkualitas secara mudah dan stabil perlu dilakukan oleh kelembagaan koperasi. Jaringan informasi dilakukan ke sentral bahan baku pakan. Informasi bahan baku pakan terbaru antara lain: empok jagung (menir jagung), gelatin mill

sebagai sumber karbohidrat yang memiliki TDN tinggi dan bungkil kedelai, bungkil inti sawit sebagai sumber protein. Hubungan yang sanga erat antara koperasi susu dengan usaha sapi perah, sehingga pengembangan usaha sapi perah sangat tergantung kepada kemampuan

koperasi susu untuk melaksanakan fungsinya. Koperasi susu mempunyai peranan yang strategis dalam pengembangan usaha sapi perah. Banyak koperasi susu yang belum dapat melaksanakan fungsi–fungsinya secara optimal, yang mengakibatkan ketidakberdayaan peternak. Oleh sebab itu, penguatan koperasi susu merupakan suatu potensi yang besar untuk memacu pengembangan usaha sapi perah yang berdampak terhadap peningkatan produksi susu nasional (Saptati dan Rusdiana 2008).

Produksi dan pendapatan atas perbaikan pakan konsentrat

Hasil penerapan inovasi teknologi perbaikan pakan konsentrat menunjukkan bahwa produksi susu dan pendapatan atas biaya pakan konsentrat disajikan pada Tabel 3. Produksi susu sapi perah selama pemerahan dua bulan menunjukkan bahwa produksi susu harian sebelum dan sesudah penerapan pakan konsentrat secara umum menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kualitas pakan konsentrat mampu meningkatkan produksi susu harian sapi perah pada laktasi pertama sampai laktasi ketiga yang diperah diperah kurang dari 4 bulan secara signifikan (P<0,05). Perlakuan konsentrat KW-3 menghasilkan peningkatan produksi susu yang lebih rendah dibandingkan dengan sebelum perlakuan (P<0,05), hal ini dimungkinkan karena pada sebelum perlakuan produksi susu harian sudah relatif tinggi (12 liter/hari). Dilain pihak bahwa

(5)

Tabel 3. Produksi susu dan pendapatan atas biaya pakan konsentrat pada perbaikan pakan konsentrat ternak sapi perah

Uraian Super (n = 5) KW-1 (n = 5) KW-2 (n = 5) KW-3 (n = 5) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Produksi (l/hari) 7,81a 11,18b 8,50a 9,71b 11,25b 12,38b 12,00b 11,08b Pendapatan atas biaya pakan (Rp./hari/ekor) 5.750a 8.033b 6.100a 7.744b 7.500a 8.650a 6.100b 4.894a a,b

Superskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama pada setiap perlakuan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) pada T-test

kualitas konsentrat KW-3 mempunyai kualitas nutrien yang lebih rendah dibandingkan dengan konsentrat KW-2, KW-1, dan Super Tabel 1. Broderick (2003) melaporkan bahwa dengan peningkatan kadar protein dalam ransum akan diikuti dengan kecernaan protein kasar yang lebih tinggi, sebagai akibat meningkatnya asupan protein yang dapat dicerna. Meningkatnya kecernaan diperkirakan memberi peluang adanya tambahan asupan nutrien yang akan digunakan untuk sintesis susu.

Produksi susu dengan harga susu segar yang diterima peternak sebesar Rp. 2.800/liter menunjukkan bahwa produksi susu harian pada KW-3 menurun sebesar (7,64%) dengan pendapatan menurun Rp. 1.206 (19,77%). Produksi susu harian pada KW-2 meningkat sebesar 10,00% dengan pendapatan meningkat Rp. 1.150/hari (15,33%), KW-1 sebesar 14,25% dengan pendapatan meningkat Rp. 1.644/hari (26,95%), dan Super sebesar 43,05% dengan pendapatan meningkatRp. 2,283/hari (39,71%) bila dibandingkan dengan sebelum perlakuan.

Respon peternak dan dampak produksi pada koperasi terhadap inovasi perbaikan pakan konsentrat

Perbaikan formula pakan konsentrat dengan berbagai formula berbeda memberikan berbagai respon peternak. Respon peternak peternak terhadap aplikasi pakan konsentrat (Tabel 4).

Respon peternak terhadap berbagai konsentrat yang telah diterapkan pada ternak menunjukkan bahwa konsentrat Super, KW-1, dan KW-2 mempunyai respon yang baik

ditinjau dari aspek: tekstur halus, warna terang, bau spesifik wangi, rasa manis-gurih, kualitas tinggi-sedang dan harga ekonomis. Oleh karenanya upaya tindak lanjut untuk menyebarluaskan inovasi teknologi pakan konsentrat yang telah diaplikasikan peternak anggota kelompok kepada koperasi susu direkomendasikan konsentrat Super, KW-1, dan KW-2 diproduksi secara masal.

Aspek budidaya ternak sapi perah atas penggunaan konsentrat formula terbaru pada kelompok non kooperator mendapatkan respon yang positif. Pemanfaatan pakan konsentrat yang telah diproduksi oleh koperasi dalam dua bulan pascapenerapan inovasi teknologi berdampak pada total produksi susu bagi koperasi susu. Produksi susu kelompok kooperator dan non kooperator terhadap proporsi produksi koperasi susu Warga Mulya sampai bulan Desember 2011 disajikan pada Tabel 4.

Dampak produksi susu sebagai akibat penerapan inovasi teknologi pakan konsentrat terjadi peningkatan yang nyata ditingkat kelompok ternak kooperator sebelum vs

sesudah (32.971 vs 37.006 liter) dengan proporsi (36,77 vs 38,51%) terhadap total produksi koperasi, sedangkan pada kelompok non kooperator sebelum vs sesudah (13.611 vs

14.388 liter) dengan proporsi (15,79 vs

15,81%) terhadap total produksi koperasi. Peningkatan tersebut selain adanya perubahan formula dan kualitas pakan konsentrat dan jumlah sapi-sapi laktasi yang bertambah dibandingkan dengan sebelum penerapan inovasi teknologi. Proporsi produksi susu terhadap total produksi susu bagi koperasi berdampak pada peningkatan produksi dan proporsi.

(6)

Tabel 4. Respon peternak kooperator terhadap aplikasi pakan konsentrat dengan formula berbeda

Pertanyaan Jawaban Score

Nilai score Jenis konsentrat Super KW-1 KW-2 KW-3 Tekstur/bentuk (halus-kasar-menggumpal) Sangat menarik 9 9 6 6 6 Menarik 6 Kurang menarik 3

Warna (gelap-terang) Sangat menarik 9 6 6 6 6

Menarik 6

Kurang menarik 3

Bau (spesifik wangi-apeg) Sangat menarik 9 6 6 6 6

Menarik 6

Kurang menarik 3

Rasa (manis-gurih-tawar-pahit) Sangat menarik 9 6 6 6 6

Menarik 6

Kurang menarik 3

Kesukaan ternak (palatabilitas) Sangat disukai 9 9 6 6 6

Disukai 6

Kurang disukai 3

Produktivitas susu Meningkat 9 9 9 9 3

Stabil 6

Turun 3

Kualitas susu (kental-encer) Kental 9 9 9 9 6

Stabil 3

Encer 6

Rencana tindak lanjut Disediakan koperasi 9 9 9 9 6

Ditambah bahan lain (bekatul, pollard, ampas tahu) 6 Kembali konsentrat lama 3

Tabel 4. Produksi susu kelompok pengumpul dan proporsi produksi koperasi susu warga Mulya pada waktu sebelum dan dua bulan sesudah penerapan inovasi teknologi

Kelompok pengumpul

Produksi (liter) Proporsi produksi (% total KUD)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Oktober November Desember Oktober November Desember Sedyo Mulyo, Boyong

(Kooperator) 32.971 34.054 37.006 36,77 37,37 38,51

Ngepring (Non

Kooperator) 13.611 14.388 15.190 15,18 15,79 15,81

(7)

KESIMPULAN

Perbaikan pakan konsentrat sapi perah sebgai usaha peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui pendekatan partisipatif dengan peternak-kelembagan peternak dan koperasi susu, sehingga dapat dilakukan dengan langkah-langkah operasional dalam peningkatan produktivitas sapi perah. Inovasi perbaikan formula pakan konsentrat dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan dan efisiensi usaha ternak sapi perah sehingga berdampak pada peningkatan produktivitas skala kelembagan kelompok ternak dan koperasi susu.

DAFTAR PUSTAKA

Bamualim A, Kusmartono M, Kuswandi. 2009. Aspek nutrisi sapi perah. Dalam Buku Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Bogor (Indones). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Broderick GA. 2003. Effects of varying dietary protein and energy levels on the production of lactating dairy cows. J Dairy Sci. 86:1370-1381.

Budiarsana IGM, Juarini E. 2008. Analisis biaya produksi pada usaha sapi perah rakyat: Studi kasus di daerah Bogor dan Sukabumi. Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah

Menuju Perdagangan Bebas-2020. Jakarta, 21 April 2008. Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm. 503-506.

Indraningsih, Widiastuti R, Sani Y. 2010. Limbah pertanian dan perkebunan sebagai pakan ternak. Bogor (Indonesia): Balai Besar Penelitian Veteriner.

Kuswandi. 2011. Sumber bahan pakan lokal ternak ruminansia. Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Priyanti A, Mariyono. 2008. Analisis keseimbangan

rasio harga pakan terhadap susu segar pada peternakan rakyat. Prosiding Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas-2020. Jakarta, 21 April 2008. Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm. 441-448. Saptati RA dan Rusdiana S. 2008. Penguatan

koperasi susu untuk mendorong pengembangan usaha sapi perah rakyat. Prosiding Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas-2020. Jakarta, 21 April 2008. Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm. 534-542.

Soetarno T, Adiarto. 2002. Pengendalian mutu konsentrat sapi perah secara terpadu. Seminar Pengawasan Mutu Ternak. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Surabaya.

Subandriyo. 2006. Alternatif pengembangan dan pembibitan sapi perah menyingsong revolusi putih dan ketersediaan daging sapi. Lokakarya Rusnas Sapi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya-Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia pakan konsentrat sapi perah
Tabel 2. Komposisi kimia konsentrat SP-1 dan SP-2 produksi PMT koperasi Warga Mulya
Tabel 3.  Produksi susu dan pendapatan atas biaya pakan konsentrat pada perbaikan pakan konsentrat ternak
Tabel 4. Respon peternak kooperator terhadap aplikasi pakan konsentrat dengan formula berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya

Kepala Sub Bagian Tata Pemerintahan dan Perangkat Daerah mempunyai tugas membantu Kepala Bagian dalam rangka menyiapkan bahan perumusan kebijakan dan petunjuk pelaksanaan

10 Dapat diketahui bahwa konsep fitrah dalam al-Quran memiliki macam-macam konsep fitrah, sebagaimana dikemukakan dalam al-Quran surat al-Rum ayat 30 di atas,

Dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyusun dalam menyusun Landasan Program Perencanaan dan Perancangan

Sir John Hershel, salah satu dari astronomer besar di Inggris, dan orang yang dianggap oleh banyak orang sebagai bapak astronomi modern, melaporkan bahwa ia telah

Sistem formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di rumah sakit yang bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi (KFT), mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai

Skripsi ini berjudul “ Implementasi Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluara Sejahtera di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area”, merupakan salah satu untuk memperoleh