ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA
SISWA KELAS X MIA MAN 2 MODEL MATARAM
OLEH: SARNIATI E1M012057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM
2
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jln. Majapahit Mataram NTB, 83125 Telp.(0370) 623873 fax.(0370) 634918
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI Jurnal skripsi yang disusun oleh: Sarniati (E1M012057) dengan judul Pengaruh Model Discovery Learning Menggunakan Lembar Kerja Siswa Berbasis Metakognisi Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X MIA MAN 2 Model Mataram, telah diperiksa dandisetujui.
3
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA
SISWA KELAS X MIA MAN 2 MODEL MATARAM Oleh:
[1]
Sarniati, [2]Agus Abhi Purwoko, [3]Muntari [1] Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia [2], [3]Dosen FKIP Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
Jln. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Pes. 122 Fax. 634918 Mataram 83125 Email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model discovery learning menggunakan lembar kerja siswa berbasis metakognisi terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X MIA MAN 2 Model Mataram. Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi reaksi redoks dan tata nama senyawa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain non-equivalaent control group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA MAN 2 Model Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 208 siswa yang terbagi menjadi lima kelas. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas, yaitu kelas X MIA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas X MIA 4 sebagai kelas eksperimen. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yaitu 54,29 dan kelas kontrol 50,4. Data hasil belajar siswa dikonversi menggunakan uji Rasch sehingga diperoleh ratarata nilai logit kelas eksperimen sebesar -0,53 dan kelas kontrol sebesar -0,86. Teknik analisis data menggunakan uji anakova untuk uji hipotesis. Hasil uji hipotesis Fhitung (2,85) < Ftabel (3,96) maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning menggunakan lembar kerja siswa berbasis metakognisi tidak berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X MIA MAN 2 Model Mataram.
Kata-kata Kunci: model discovery learning, lembar kerja siswa berbasis metakognisi, hasil belajar
ABSTRACT
The aim of this research was to know the effect of discovery learning model using worksheet based on metacognition toward the chemistry learning outcome of MIA student’s 10th
grade of MAN 2 Model Mataram. The material taught in this research is redox reaction and naming compounds. This research was included in a quasy experimental research using a non-equivalent control group pretest-posttest design. The population of this research were all of MIA student’s 10th
grade at MAN 2 Model Mataram in academic year 2015/2016 with total 208 students, devided into five classes. The research sample consisted of two classes, including X MIA 1 as the control class and X MIA 4 as an experimental class. The instrument used to measure the learning result was in the form of a two-tier multiple choices test. The learning result average of experiment class is 54,29 and control classis 50,4. The learning result score was conversion using Rasch model so obtained the logit average of experiment class is -0,53 and control classis -0,86. The data were analyzed using Ancova to hypothesis test. The hypothesis test resulted Fhitung (2,85) < Ftabel (3,96), so that H0 was accepted and Ha was rejected. Based on these results, it could be concluded that applying of discovery
4
learning model using worksheet based on metacognition was not effect positive on chemistry learning outcome of MIA student’s 10th
grade of MAN 2 Model Mataram.
Keywords: discovery learning model, worksheet based on metacognition, learning outcome PENDAHULUAN
Ilmu kimia merupakan salah satu disiplin ilmu dalam IPA. Perkembangan ilmu kimia diarahkan pada suatu rangkaian kegiatan pemikiran, penelitian, diskusi, verifikasi yang merupakan langkah-langkah dari metode ilmiah (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007). Berdasarkan hal tersebut proses pembelajaran kimia diarahkan pada metode ilmiah, sikap ilmiah yang dimiliki siswa serta produk ilmiah yang dihasilkan dari proses tersebut dan akhirnya bermuara pada hasil belajar siswa. Pada kenyataannya pembelajaran kimia di dalam kelas tidak berbasis pada metode ilmiah.
Proses pembelajaran kimia di kelas X MIA di MAN 2 Model Mataram lebih didominasi oleh metode ceramah yang disertai tanya jawab dan jarang dikombinasikan dengan metode diskusi. Hal tersebut diketahui peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di MAN 2 Model Mataram. Hasil observasi di MAN 2 Model Mataram menunjukkan hasil belajar kognitif kimia di kelas X MIA 1 sampai X MIA 4 tergolong rendah. Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata MID kimia
Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Nilai MID Kimia Kelas X MIA 1 sampai X MIA 4
Sumber data : Arsip guru kimia Kelas X semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 MAN 2 Model Mataram.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti, rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga materi pelajaran hanya diperoleh dari guru sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih banyak mendengar apa yang disampaikan guru. Hal ini menyebabkan siswa menjadi tidak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan cenderung melakukan kegiatan lain di luar kegiatan belajar yang dapat menyebabkan siswa tidak fokus dalam memperhatikan dan mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru. Guru juga masih menggunakan LKS dari penerbit dalam kegiatan pembelajaran yang seringkali masih terdapat jawaban
No Kelas Nilai rata-rata Nilai Tertinggi/ Terendah Ketuntasan Klasikal 1 X MIA 1 64,69 80/45 40,47% 2 X MIA 2 62,61 85/40 28,5 % 3 X MIA 3 60,83 85/35 28,5 % 4 X MIA 4 63,02 88/40 35,71%
5 soal yang salah, sehingga siswa seringkali bingung ketika mengerjakan soal.
Model pembelajaran yang akan diterapkan peneliti adalah model discovery learning menggunakan lembar kerja siswa berbasis metakognisi. Model discovery learning merupakan model pembelajaran yang menuntut guru lebih kreatif untuk membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri (Sani, 2014). Sedangkan, lembar kerja siswa berbasis metakognisi merupakan lembar kerja siswa yang memuat komponen-komponen metakognisi, antara lain merencanakan, monitoring, dan evaluasi (Nuvitalia, 2014).
Pembelajaran dengan model discovery learning menggunakan lembar kerja siswa berbasis metakognisi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, siswa dapat menemukan konsep materi secara mandiri. Lembar kerja siswa berbasis metakognisi pada penelitian ini merupakan media yang dapat membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dapat mengungkapkan pengetahuan awal secara optimal untuk mengukur seberapa besar kemampuan siswa terhadap materi yang dikuasai, sehingga mereka dapat menentukan cara yang tepat dalam memahami materi dan dapat memantau perkembangan pemahaman mereka sendiri. Oleh karena itu, model discovery
learning menggunakan lembar kerja siswa berbasis metakognisi diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan berdampak positif terhadap hasil belajar kimia siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada semeseter genap Tahun Ajaran 2016/2017 di MAN 2 Model Mataram. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran discovery learning menggunakan lembar kerja siswa berbasis metakognisi. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa. Sampel dipilih dengan beberapa pertimbangan, yaitu berdasarkan rekomendasi dari guru dan nilai rata-rata siswa, sehingga dipilih kelas X MIA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas X MIA 4 sebagai kelas eksperimen. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasy Experimental Design) dengan desain non-equivalent control group pretest-posttest design (Cozby, 2009). Hasil belajar kognitif (pengetahuan) siswa diukur menggunakan instrumen hasil belajar berupa tes objektif pilihan ganda, kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan pemodelan Rasch. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji anakova.
6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelas eksperimen (X MIA 4) dan kelas kontrol (X MIA 1) diberikan pretest di awal pertemuan. Tujuan dari pretest ini adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan hasil pretest digunakan sebagai kovariat pada perhitungan hipotesis yang menggunakan uji anakova. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelas sampel selanjutnya diberikan posttest. Nilai rata-rata hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pada Gambar 1.
Gambar 4.1 Grafik nilai pretest dan
posttest siswa
Gambar tersebut menunjukkan bahwa, skor rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol,yaitu 54>50. Namun, setelah diuji secara empiris menggunakan uji anakova ternyata hasilnya menunjukkan bahwa Fhitung<Ftabel. Dengan demikian, H0
diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan model
discovery learning berbantuan lembar kerja siswa berbasis metakognisi tidak berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X MIA MAN 2 Model Mataram.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Retnosari (2015) yang memberikan hasil bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen. Pada pretest rata-ratanya yaitu 63,5 sedangkan rata-rata pada posttest yaitu 79,3. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada kelas eksperimen yang diterapkan model discovery learning dengan menggunakan lembar kerja siswa berbasis metakognisi adalah; 1) Memberikan stimulus; 2) Menganalisa masalah dan menyusun hipotesis; 4) Mengumpulkan data; 5) Mengolah data; 6) Melakukan pembuktian; 7) Presentasi; dan 8) Menarik kesimpulan.
Pada tahap pemberian stimulus, peneliti memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan semangat dan menarik minat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga siswa akan lebih terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peneliti memberikan apersepsi dengan cara mengkaitkan pembelajaran dengan pengalaman pribadi siswa. Salah satunya, yaitu dengan menampilkan gambar pencoklatan buah apel dan besi yang
27 50 27 54 0 10 20 30 40 50 60 Pretest Posttest Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
7 berkarat. Pada tahap ini peneliti juga memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut yang dapat menimbulkan kebingungan siswa. Semangat siswa dapat dilihat dari antusiasnya dalam memberikan jawaban dari pertanyaan, contoh jawaban siswa adalah “karena mengalami reaksi oksidasi, bereaksi dengan udara, dan berikatan dengan air,”. Selain itu, peneliti juga membahas pelajaran pada pertemuan sebelumnya dan memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum dimengerti pada pertemuan sebelumnya, namun hanya beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan terkait materi pada pertemuan sebelumnya. Menurut Yamin dalam Royani (2014), mengajukan pertanyaan berarti menunjukan pola pikir yang dimiliki oleh seseorang, sehingga bertanya juga dapat mendorong kemampuan siswa untuk berpikir.
Pada tahap menganalisa masalah dan menyusun hipotesis, masing-masing kelompok membaca wacana yang terdapat pada lembar kerja siswa berbasis metakognisi. Wacana tersebut berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada hari tersebut. Berdasarkan wacana tersebut siswa dapat mengidentifikasi masalah yang relevan dengan materi yang akan dipelajari. Permasalahan yang dipilih selanjutnya dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan dan hipotesis Syah dalam (Widyastuti, 2015). Kegiatan ini dapat melatih siswa untuk menentukan apa yang harus mereka lakukan dan pelajari untuk menjawab rumusan masalah yang telah siswa buat. Pada tahap ini semua kelompok mengalami kesulitan dalam menyusun rumusan masalah dan hipotesis. Pada pertemuan berikutnya sebagian besar kelompok sudah dapat menyusun rumusan masalah dan hipotesis tanpa bertanya terlebih dahulu pada peneliti, namun beberapa rumusan masalah dan hipotesis yang telah ditulis tidak sesuai dengan wacana ataupun materi yang akan dipelajari dan hanya tiga kelompok yang dapat menuliskan rumusan masalah dan hipotesis yang benar. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dalam menyusun rumusan masalah dan hipotesis. Pada tahap mengumpulkan data, siswa melakukan pengumpulan data dengan cara melakukan praktikum yang dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Siswa juga melakukan pengumpulan data dengan bertanya kepada peneliti, mencari, dan membaca informasi sebanyak-banyaknya dari buku paket, lembar kerja siswa, atau sumber informasi di internet seperti :
www.wikipedia.com dan
www.bisakimia.com terkait dengan materi yang dipelajari, sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja siswa. Secara
8 tidak langsung saat mencari informasi siswa belajar dari informasi yang didapat karena pastinya informasi yang didapatkan akan dibaca oleh siswa. Hal ini dapat menambah wawasan siswa tanpa peneliti harus menjelaskan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sani, (2014) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan model discovery learning membuat siswa belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Kegiatan pada tahap ini memerlukan kerjasama yang baik antar anggota kelompok dan managemen waktu yang baik, agar kegiatan mengumpulkan data berjalan lancar. Berdasarkan hasil pengamatan, hanya beberapa kelompok yang sungguh-sungguh bekerjasama dalam mengumpulkan data dengan cara membagi tugas dengan sesama anggota.
Pada tahap mengolah data, setiap anggota kelompok melakukan diskusi untuk mengolah informasi yang didapatkan baik melalui percobaan ataupun kajian informasi yang relefan, menggabungkan pendapat, dan jawaban mereka untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS berbasis metakognisi. Menurut Slavin dalam Astuti (2013), siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila siswa dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Pada tahap ini, siswa juga diarahkan untuk menuliskan konsep
dengan kalimat sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa kelompok sudah dapat menuliskan konsep secara mandiri yang terlihat dari hasil pengerjaan LKS.
Pada tahap melakukan pembuktian, setiap anggota kelompok melakukan pemeriksaan terhadap hipotesis dan jawaban soal yang telah siswa tulis. Namun, tahap ini tidak berjalan secara optimal karena beberapa hipotesis yang telah siswa tulis tidak berkaitan dengan materi yang dipelajari. Berdasarkan hasil pengamatan, hanya beberapa anggota kelompok yang aktif dalam mengikuti kegiatan ini.
Pada tahap presentasi, siswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas. Siswa dari kelompok lain diminta untuk memberikan pendapat ataupun pertanyaan kepada siswa yang sedang presentasi. Salah satu contoh pertanyaan dari siswa bernama M. Akmaludin “dalam senyawa H2O yang
mengikat adalah H2 atau O2?”. Pertanyaan
tersebut kemudian dijawab oleh penyaji dengan menuliskan persamaan reaksi pembentukan dari H2O, H2 + O2 → H2O.
Pada tahap menarik kesimpulan, peneliti meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Beberapa siswa memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Kegiatan terakhir adalah siswa mengisi jurnal belajar yang merupakan
9 bagian dari lembar kerja siswa berbasis metakognisi. Jurnal belajar ini berfungsi sebagai alat monitoring dan evaluasi untuk siswa sendiri, sehingga siswa mengetahui sejauh mana pencapaian yang telah dicapai siswa pada pertemuan tersebut. Selain itu diharapkan siswa sadar akan kemampuan yang dimiliki setelah melakukan pembelajaran, menilai pencapaian tujuan pembelajaran apakah sudah berhasil ataukah belum, mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan, dan membuat kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan (Safitri, 2015). Beberapa siswa yang mengisi jurnal belajar dengan sungguh-sungguh.
Kelas kontrol pada penelitian dikenai perlakuan dengan menerapkan pembelajaran konvensional dengan langkah-langkah; 1) memberikan apersepsi; 2) menjelaskan materi; 3) Diskusi; 4) Presentasi. Pada tahap pemberian apersepsi, peneliti memberikan apersepsi dengan menampilkan gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran untuk menarik minat dan perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini banyak siswa antusias yang ditunjukkan dengan menjawab pertanyaan guru dan memberikan pendapat terkait gambar yang ditampilkan.
Pada tahap menjelaskan materi, peneliti memberikan penjelasan tentang konsep materi yang akan dipelajari. Ketika
peneliti memberikan penjelasan, sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan dari peneliti dan siswa yang lain hanya diam dan mengerjakan hal yang lain, seperti bermain dengan laptop. Beberapa siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dimengerti, salah satu contoh pertanyaan yang diajukan adalah terkait dengan penentuan bilangan oksidasi dari suatu unsur.
Pada tahap diskusi, siswa secara berkelompok melakukan diskusi untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat pada LKS. Sebagian kelompok aktif berdiskusi dan mencari jawaban dari soal-soal yang terdapat pada LKS, membagi tugas sesama teman kelompoknya, dan juga menanyakan kepada guru apakah jawaban yang telah mereka tulis sudah benar atau belum. Namun, ada beberapa siswa dalam kelompok mengerjakan kegiatan yang lain, seperti mengobrol dengan temannya dalam satu kelompok, dan mengganggu teman dalam kelompok lain.
Pada tahap presentasi, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada tahap ini sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan temannya dan memberikan respon yang positif ketika jawabannya benar, namun beberapa siswa yang lain hanya diam. Peneliti juga memberikan perbaikan terhadap jawaban siswa yang
10 masih keliru dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dimengerti.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen lebih membuat siswa aktif, namun nilai rata-rata hasil belajar dari kedua kelas tersebut masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 75. Rendahnya nilai KKM siswa dalam penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti siswa belum terbiasa dengan model yang diterapkan dan masih banyak siswa tidak terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning menggunakan lembar kerja siswa berbasis metakognisi tidak berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X MIA MAN 2 Model Mataram.
Adapun saran-saran yang diajukan peneliti, diantaranya:
1. Kepada mahasiswa (calon guru kimia) agar dapat meneliti lebih lanjut dengan menggunakan model
discovery learning menggunakan
lembar kerja siswa berbasis metakognisi pada materi pokok yang lain.
2. Penelitian lebih lanjut agar dapat lebih mengontrol siswa terutama dalam kegiatan diskusi, sehingga semua siswa ikut terlibat dan berperan aktif dalam mencari informasi, membaca, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS.
3. Penelitian lebih lanjut agar dapat lebih mengatur waktu pembelajaran untuk setiap tahapan kegiatan, sehingga semua tahapan model pembelajaran yang diterapkan dilakukan secara optimal.
4. Pembuatan lembar kerja siswa berbasis metakognisi maupun instrumen sebaiknya disempurnakan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Cozby, Paul C. 2005. Method in Behavioral Reseacrh. Maufur. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nuvitalia, D. 2014. Elemen Bernalar:
Implikasi dan Akibat-Akibat pada Indikator Mengantisipasi serta Mencari Solusi Terhadap Masalah
Melalui Metakognisi. Jurnal
PHENOMENON, Vol. 4, No. 2, Hal. 45.
Royani, M. dan Bukhari M. 2014. Keterampilan Bertanya Siswa SMP Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz pada Materi Segi Empat. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 1, Hal. 22.
11 Safitri, S. 2015. Pengembangan Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Metakognisi pada Materi Laju Reaksi. Skripsi S1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sani, Ridwan A. 2014. Pembelajaran
Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Intima.