• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 38646ecf49 BAB IVBAB 4 Analisis Sosial Ekonomi dan Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 38646ecf49 BAB IVBAB 4 Analisis Sosial Ekonomi dan Lingkungan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN

4.1 Analisis Sosial

Dalam penyusunan dokumen Perencanaan pembangunan infrastruktur

bidang cipta karya juga perlu mempertimbangkan dampak-dampak sosial yang

akan ditimbulkan dalam rangka mengintegrasikan pelaksanaan program

kegiatan terhadap lingkungan permukiman baik permukiman perkotaan

maupun permukiman perdesaan. Analisis dampak sosial tersebut dilaksanakan

sejak perencanaan, pelaksanaan sampai pasca pembangunan dalam hal ini

pengelolaan hasil pembangunan agar tetap terjaga dan terpelihara untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan.

Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman

seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan

isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengaruh

gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena

dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan

pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca

pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan

infrastruktur Bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan

taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Analisis terhadap pengarusutamaan gender sangatlah diperlukan untuk

melihat seberapa besar keterlibatan atau peran perempuan dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pengelolaan pasca pembangunan. Selain itu perlu pula

dilaksanakan identifikasi kebutuhan penanganan sosial pasca pelaksanaan

pembangunan infrastruktur bidang cipta karya dalam rangka mengurangi

resiko-resiko yang mungkin ditimbulkan sebagai implikasi dari pelaksanaan

pembangunan tersebut.

Berdasarkan data yang ada, beberapa program bidang cipta karya yang

dilaksanakan di Kabupaten ... yang sebelumnya masih

bergabung dengan Kabupaten Induk Morowali antara lain Program

Pemberdayaan Masyarakat adalah PNPM, PAMSIMAS dan PPIP; dan program

non pemberdayaan meliputi penyusunan RISPAM dan SSK. Dari keseluruhan

kegiatan tersebut nampak bahwa bentuk keterlibatan perempuan sangatlah

berperan besar dalam hal keterlibatan sebagai pengurus dalam Organisasi

(2)

hal-hal yang akan dilaksanakan dengan tingkat partisipasi mencapai 30% sampai

40%. Keterlibatan perempuan tersebut manfaatnya cukup besar karena

keberadaan keseharian sebagian besar di lingkungannya sehingga memudahkan

pengawasan dan pemeliharaan hasil pembangunan untuk kebutuhan dan

manfaatnya dalam jangka panjang.

Hal-hal yang juga perlu diperhitungkan dalam pelaksanaan

pembangunan infrastruktur bidang cipta karya, karena proses pembangunan

memerlukan lokasi, besaran kegiatan, dan durasi waktu sehingga akan

berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik

dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah

antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi

untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

1. Konsultasi Masyarakat

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada

masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak

akibat pembangunan Bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting

untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran

untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat

perlu dilakukan pada saat persiapan program Bidang Cipta Karya, persiapan

AMDAL dan pembebasan lahan.

2. Pengadaan Lahan dan Pemberian Kompensasi Untuk Tanah dan

Bangunan

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas

tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya

berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh

swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan

tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk

meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga

yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah tersebut.

3. Permukiman Kembali Penduduk(resettlement)

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus

mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak

tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan,

rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga

(3)

proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya,

serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya

di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi

lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

Output kegiatan pembangunan Bidang Cipta Karya seharusnya memberi

manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat

secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan

mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih

singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk

untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

4.2. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi dalam penyusunan RPI2JM sangat diperlukan untuk

mengetahui dampak pembangunan infrastruktur bidang cipta karya terhadap

kehidupan penduduk miskin serta pengaruhnya terhadap perekonomian lokal

masyarakat.

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk

menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu :

1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester.

4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah

tangga lain.

5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak

terlindung/sungai/air hujan.

7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu

bakar/arang/minyak tanah.

8) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam

seminggu.

9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10) Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas

(4)

dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per

bulan.

13) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat

SD/hanya SD.

14) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.

500.000,- seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, ternak, kapal

motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel tersebut di atas terpenuhi maka suatu rumah

tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

Berdasarkan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS)

Tahun 2012, jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten

... mencapai jumlah 8.014 rumah tangga, jumlah ini setara

dengan 29,3% dari 27.310 jiwa yang ada (BPS,2013) namun jumlah tersebut

telah menurun menjadi 15,09 % atau 17.350 jiwa (BPS 2015).

RTM tergolong dalam tiga kategori yaitu (1) RTM/individu dengan

kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah; (2) RTM/individu dengan

kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah; (3) RTM/individu dengan

kondisi kesejahteraan antara 21% - 30% terendah.

Sebagaimana disajikan pada gambar 4.1, di Kabupaten

..., jumlah RTM dengan kondisi kesejahteraan 10% terendah

mencapai 3.975 buah atau sekitar 49,60% dari jumlah total RTM yang ada.

Sekitar 67,52% jumlah RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan sampai

dengan 10% terendah terkonsentrasi di 5 (lima) wilayah kecamatan,

masing-masing adalah Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Mamosalato, Mori Utara,

Petasia Timur, dan Kecamatan Mori Atas. Pada kelompok RTM/individu dengan

kondisi kesejahteraan antara 11 – 20% terendah mencapai 2.127 buah atau

sekitar 26,54% dari jumlah total RTM yang ada. Sekitar 65,49% dari jumlah

RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 11% - 20%

terendah terkonsentrasi di 5 (lima) wilayah kecamatan, masing – masing adalah

Kecamatan Bungku Utara, Mamosalato, Petasia Timur, Lembo, dan Kecamatan

Petasia. Sedangkan pada kelompok RTM/individu dengan kondisi

kesejahteraan antara 21% - 30% terendah mencapai 1.912 buah atau sekitar

(5)

Sumber : PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial), 2012. Data diolah Gambar 4.1 Sebaran RTM Berdasarkan Kategori Kondisi Kemiskinan

Menurut Kecamatan di Kabupaten Morowali ...

Sekitar 65,48% dari jumlah RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan

sampai dengan 21% - 30% terendah terkonsentrasi di 5 (lima) wilayah

kecamatan, masing – masing adalah Kecamatan Bungku Utara, Petasia,

Mamosalato, Lembo, dan Kecamatan Petasia Timur. Dengan , kondisi ini

menjadi penanda bahwa kemiskinan di wilayah ini terkonsentrasi pada tingkat

kemiskinan yang paling rendah. Kemiskinan yang terjadi diwilayah ini secara

umum dapat terdeteksi melalui keadaan RTM sebagai berikut.

Pertama, teridentifikasinya RTM dalam tigak Kategori yaitu, mereka yang terkelompok dalam pendapatan 10% terendah, terkelompok dalam pendapatan

11-20% terendah, dan terkelompok dalam pendapatan 21-30% terendah,

keadaan ini menjadi pertanda bahwa bagia terbesar kelompok RTM berada pada

kelompok termiskin dan terkonsentrasi pada Kecamatan Bungku Utara,

Mamosalato, Petasia Timur dan Lembo.

Kedua, masih terdapat sebanyak 10,34% RTM tidak memiliki pekerjaan. Meskipun sebagian besar kelompok RTM memiliki pekerjaan, namun karena

proporsi mereka sangat besar bergantung pada Lapangan Usaha Pertanian

(padi dan palawija), Perkebunan, dan Perikanan (tangkap). Dengan

karakteristik lapangan usaha demikian disertai oleh 76,78% kepala RTM

bekerja dengan status bekerja dengan bantuan buruh tidak tetap dan sebanyak 842

(6)

13,8% adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai swasta, kelompok RTM

berpotensi memiliki resiko tinggi kegagalan menerima pendapatan potensial.

Ketiga, teridentifikasinya sebanyak 76,6% kepala RTM berpendidkan rendah, selain itu kemiskinan telah meluas pula hingga menyentuh mereka

berpendidikan tinggi. Beban RTM relatif berat karena masih terdapat 57%

menanggung pembiayaan pendidikan anak usia Wajar, banyaknya RTM yang

menanggung pembiayaan pendidikan ini terdapat 86% menanggung minimal 1

orang anak usia wajar dan 14% menanggung minimal 3 anak usia Wajar.

Keadaan RTM seperti demikian akan menimbulkan resiko tinggi dalam

pembiayaan pendidikan ART usia Wajar ketika mereka mengalami kegagalan

dalam pendapatan potensial.

Keempat, meskipun teridentifikasi sebesar 98,1% RTM tidak terbebani oleh keadaan kecacatan ART dan 89,4% RTM tidak menghadapi masalah

kesehatan ART. Namun demikian masih terdapat RTM yang teridentifikasi

mengalami masalah kecacatan dan masalah penyakit ART, mereka masih

menghadapi cacat tubuh, tuna netra, dan tuna rungu, selain itu mereka

menghadapi pula penyakit hipertensi, rematik, dan asma. Keadaan demikian

menandai bahwa RTM selain menghadapi masalah pekerjaan dan pendidikan

kepala RTM, mereka terbebani pula oleh biaya pendidikan dan biaya kesehatan

ART.

Berdasarkan pada identifikasi masalah kemiskinan pada kelompok RTM

di Wilayah Kabupaten ... tersebut diatas, dapat diidentifikasi

pula penyebab kemiskinan dalam dua kelompok besar sebagai berikut.

Pertama, kemiskinan tercipta karena keadaan sumberdaya manusia dalam

RTM terutama kepala keluarga memiliki kualitas pendidikan yang relatif

rendah, keadaan demikian menciptakan akses mereka terhadap pekerjaan yang

dapat menjamin penghidupan lebih layak menjadi terbatas. Kedua, beban

tanggungan dalam keluarga relatif berat karena mereka memiliki jumlah

keluarga yang relatif besar dibarengi oleh adanya beban tambahan pembiayaan

pendidikan dan kesehatan anggota keluarga.

Permasalahan mendasar yang dihadapi masyarakat miskin di

Kabupaten ... :

1. Belum meratanya pembangunan hingga ke perdesaan;

a. Kesempatan berusaha di perdesaan dan perkotaan belum dapat

mendorong penciptaan pendapatan terutama bagi masyarakat miskin di

(7)

b. Masih tingginya pengangguran terbuka di perdesaan dibandingkan

dengan daerah perkotaan karena keterampilan penduduk miskin yang

sangat terbatas;

c. Masih terbatasnya akses permodalan bagi masyarakat miskin yang

menggantungkan diri pada usaha mikro;

2. Masyarakat miskin belum mampu menjangkau pelayanan dan fasilitas

dasar;

a. Masih terdapatnya kasus kurang gizi dan gizi buruk;

b. Cakupan jaminaan sosial bagi rumah tangga sasaran masih jauh dari

memadai;

c. Masih kurangnya sarana dan prasarana transportasi terutama di

daerah-daerah terisolir;

d. Masih kurangnya dukungan penciptaan kegiatan ekonomi produktif

bagi masyarakat miskin.

3. Harga kebutuhan bahan pokok cenderung berfluktasi sehingga

mempengaruhi daya beli masyarakat miskin.

4. Belum maksimalnya dukungan dan kebijakan ekonomi dan politik yang

berorientasi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.

5. Masih lemahnya manajemen dan administrasi di tingkat desa/kelurahan

berkaitan dengan pendataan jumlah penduduk miskin.

6. Koordinasi di antara para pemangku kepentingan, seperti Pemerintah

Kabupaten ..., Organisasi Masyarakat Sipil, Perguruan

Tinggi, Pers, dan para kelompok peduli lainnya dalam penanggulangan

kemiskinan belum dilaksanakan secara maksimal.

7. Penataan lingkungan pemukiman terutama pada kantong-kantong

penduduk miskin, belum memenuhi standar lingkungan pemukiman yang

memadai dengan ketersediaan prasarana dan sarana baik perkotaan

maupun di perdesaan yang memadai (jalan setapak, sanitasi, pembuangan

sampah, listrik dan penerangan jalan).

8. Masih terbatasnya kemampuan pemberian pelayanan kesehatan bagi

penduduk miskin karena wilayah kerja Puskesmas sangat luas dan belum

meratanya bidan desa di semua kecamatan.

9. Masih terbatasnya kemampuan pemberian subsidi/bantuan pendidikan

bagi penduduk miskin, baik pendidikan formal maupun untuk pendidikan

luar sekolah. Kondisi ini menyebabkan masalah kemiskinan di Kabupaten

(8)

10. Terbatasnya kemampuan penyediaan sarana air bersih bagi penduduk pada

komunitas masyarakat miskin.

Jika dilihat penurunan angka kemiskinan dari tahun 2012 sebesar

29,3% dari 27.310 jiwa yang ada (BPS,2013) menjadi 15,09 % atau 17.350 jiwa

(BPS 2015) hal ini merupakan implikasi atau dampak dari pelaksanaan

pembangunan seluruh sektor di Kabupaten ... termasuk

pembangunan infrastruktur bidang cipta karya. Melalui pola pendekatan

pembangunan yang melibatkan Organisasi Masyarakat Setempat (OMS)

terutama dalam program PAMSIMAS, PPIP yang mengelola keuangan

pelaksanaan kegiatan, hal ini berdampak terhadap perkembangan ekonomi

lokal masyarakat terutama untuk pengeluaran biaya pemeliharaan terhadap

kerusakan bangunan tidak lagi membebani masyarakat tetapi telah dapat

dilakukan secara mandiri melalui pengelolaan keuangan kelompok masyarakat

yang telah dibentuk.

4.3. Analisis Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam

penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah

mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Salah

satu isu penting dalam KLHS adalah Isu Pembangunan Berkelanjutan dan

Lingkungan Hidup.

Pembangunan Berkelanjutan didefinisikan oleh World Commision on Environment and Development (WCED) dalam Our Common Future yang diterbitkan tahun 1987 sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan

generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk

memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Salah satu faktor yang harus dihadapi

untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki

kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan

ekonomi dan keadilan sosial. Laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan

pembangunan berkelanjutan terdiri dari 3 (tiga) tiang utama (ekonomi, sosial

dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat. Pembangunan

berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana

mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa

menghabiskan modal alam.

Terjaminnya kelestarian lingkungan merupakan salah satu tujuan

(9)

dideklarasikan oleh semua negara anggota PBB di tahun 2000. Target MDGs

ke-9, yaitu memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan

kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan

yang hilang, merupakan bagian dari pencapaian pelaksanaan pembangunan

lingkungan hidup (Bappenas, 2007).

Walaupun konsep pembangunan berkelanjutan ini telah diperkenalkan

sejak tahun 1987 dan komitmen pemerintah mencapai MDGs sejak tahun 2000,

kerusakan lingkungan terus berlanjut. Krisis lingkungan hidup yang semakin

luas di Indonesia dewasa ini, ditengarai karena antara lain perencanaan

pembangunan yang lebih cenderung mengarahkan pertumbuhan ekonomi

ketimbang ekologi. Sehingga sebagai akumulasinya dalam dekade terakhir ini

kita seperti menuai bencana lingkungan. Teridentifikasi 6 masalah lingkungan

di Indonesia yaitu lahan kritis, tekanan dan pertambahan penduduk,

pengelolaan hutan yang tidak baik dan penebangan ilegal serta pembakaran

hutan dan lahan yang tidak terkendali, luas areal pertanian yang tidak sesuai

dan perladangan berpindah, eksploitasi pertambangan, kerusakan lingkungan

pesisir dan laut.

Hasil identifikasi awal terhadap lingkungan di Kabupaten

... menunjukkan bahwa sektor yang berpotensi memberikan

tekanan terhadap lingkungan hidup yaitu kependudukan, permukiman,

pertanian, industri, pertambangan, energi, transportasi dan pariwisata.

Pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang dimiliki Kabupaten

... sebagai salah satu sumber daya ekonominya. Walaupun sektor

ini memberikan dampak positif, juga berpotensi memberikan tekanan terhadap

lingkungan hidup dalam hal sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan.

KLHS menurut UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah rangkaian analisis yang sistematis,

menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu

wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP). Dengan

menempatkan evaluasi dampak lingkungan dan prinsip keberlanjutan secara

strategis di tahap kebijakan, rencana, atau program, maka prinsip keberlanjutan

dan evaluasi dampak lingkungan diintegrasikan secara penuh dalam

pengambilan keputusan. Konteks ini dapat dikatakan bahwa KLHS tidak hanya

merupakan kajian dampak lingkungan yang bersifat formal dan mengikuti tata

prosedur tertentu, tetapi lebih dari itu juga merupakan suatu kerangka kerja

(10)

4.3.1. Muatan KLHS

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan suatu kerangka

kerja atau framework pada tahap dini perencanaan pembangunan dengan

maksud agar di masa mendatang dapat dicapai harmoni antara pembangunan

dengan lingkungan hidup. KLHS dapat dimanfaatkan sebagai kerangka

integratif bagi semua pemangku kepentingan(stakeholder)yang terlibat. Muatan KLHS yang terdapat dalam Pasal 16 UU No. 32 Tahun 2009 adalah :

Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan

Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem

Efisisensi Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati

Muatan KLHS dari ke enam isu pembangunan berkelanjutan tersebut,

maka yang digunakan dalam Telaah dampak dari Kebijakan Rencana dan

Program RPI2JM Kabupaten ... adalah tiga muatan KLHS yaitu:

 Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan.

Analisis daya dukung lingkungan dilakukan melalui pendekatan analisis

kesesuaian dan kemampuan lahan. Pertimbangan utama adalah

fisiografi/bentuk lahan dan lereng.

Analisis daya tampung dilakukan dengan mempertimbangkan

kawasan-kawasan konservasi seperti Kawasan hutan lindung; Kawasan pelestarian

alam; kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan

bawahannya; kawasan perlindungan setempat; Ruang Terbuka Hijau (RTH)

kota; Kawasan suaka alam dan cagar budaya; Kawasan rawan bencana

alam; dan kawasan lindung lainnya. KRP RTRW ditelaah dengan

mempertimbangkan faktor yang disebut di atas. Berdasarkan hasil

telaahan ini disusun mitigasi KRP dan Rekomendasi.

 Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

Telaah dampak dan risiko lingkungan dilakukan dengan menggunakan

(11)

 Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam

Telaah efisiensi pemanfaatan lahan dilakukan dengan mempertimbangkan

potensi sumber daya alam yang ada. Berdasarkan hasil assessment ini

disusun mitigasi KRP dan Rekomendasi.

4.3.2. Issu Strategis

Mengacu pada isu pembangunan dan isu lingkungan hidup, maka

ditetapkan isu strategis Kabupaten ... sebagai berikut :

a. Isu peningkatan intensitas pemanfaatan lahan

Peningkatan intensitas pemanfaatan lahan adalah merupakan suatu

proses pertumbuhan kota sebagai konsekuensi logis dari meningkatnya

kebutuhan penduduk akan sarana dan prasarana untuk aktifitas perkotaan.

Kondisi demikian sangat berpengaruh terhadap fisik kota yang pada gilirannya

akan terjadi pengembangan fisik kota baik secara intensif maupun ekstensif.

Kondisi demikian bukan saja terjadi di Kabupaten ... tetapi terjadi

di semua kota-kota yang sedang berkembang. Dengan demikian maka isu

peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dapat dijadikan sebagai isu KLHS.

b. Isu konversi dan alih fungsi kawasan hutan

Alih fungsi dan konversi lahan ke peruntukan lainnya merupakan salah

satu isu strategis yang berdampak negatif bagi lingkungan. Konversi lahan

fungsi lindung ke lahan budidaya (industry, pertanian, permukiman dan

lainnya), akan menimbulkan dampak negatif bagi fungsi hidrorologis hutan.

Fungsi hidrologis ini dipengaruhi oleh antara lain oleh jenis vegetasi, tanah,

bentangan alam dan iklim. Berubahnya komposisi tutupan vegetasi hutan

menyebabkan kerusakan siklus air. Akibatnya di musim penghujan apabila

intensitas curah hujan tinggi, akan terjadi banjir dan di musim kemarau ketika

intensitas curah hujan yang sangat rendah, akan terjadi kekeringan. Erosi dan

sedimentasi terjadi sebagai akibat perubahan tutupan lahan di kawasan hutan.

Ketersediaan air tanah juga turut terpengaruh akibat terganggunya

keseimbangan fungsi ekologis hutan. Kondisi demikian banyak terjadi di

Kabupaten ... seiring dengan perkembangannya. Berdasarkan

hal demikian, maka isu alih fungsi lahan dan konversi lahan adalah isu strategis

KLHS.

(12)

Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan minimal adalah

sebesar 30% dari total kawasan. Jumlah RTH tersebut dibagi atas 20% RTH

publik (non privat) dan 10% RTH privat.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dimaksud meliputi; fasilitas olahraga,

open space, penghijauan halam rumah (privat), penghijauan jalan, lahan

konservasi/jalur hijau di sekitar waduk/sungai/pantai dan peruntukan

kuburan.

Meningkatnya kebutuhan lahan untuk memenuhi kebutuhan sarana

dan prasararana perkotaan menyebabkan tekanan pada ruang terbuka hijau.

Berkurangnya ruang terbuka jihau (bervegetasi) dan bentukan ruang terbuka

lainnya, akan berdampak pada berkurangnya kenyamanan serta kesegaran

lingkungan kota. Hal tersebut antara lain dapat dirasakan dalam bentuk suhu

yang relatif tinggi, meningkatnya kebisingan, meningkatnya kadar pencemaran

di lingkungan fisik kota, berkurangnya kesuburan tanah dan berkurangnya

ketersediaan oksigen. Mengingat ketersediaan RTH perkotaan memegang

peranan yang sangat penting, maka isu tekanan pada ruang terbuka hijau

Kabupaten ... perlu dijadikan sebagai isu strategis KLHS.

d. Isu berkurangnya kawasan resapan air

Pengembangan kota akan berpengaruh terhadap lingkungan fisik kota,

terutama perubahan guna lahan dari areal non terbangun berubah menjadi

kawasan terbangun. Perubahan guna lahan yang terjadi akan berakibat pada

penurunan kualitas lingkungan alam seperti berkurangnya daerah resapan air,

perubahan drainase alam dan ekosistem lingkungan. Perubahan-perubahan

seperti ini perlu diantisipasi untuk mengurangi kemungkinan resiko yang dapat

terjadi sebagai akibat dari aktivitas pembangunan tersebut dengan

mengarahkan pembangunan berdasarkan daya dukung lahannya.

Kabupaten ... dalam perkembangannya saat ini juga tidak

terlepas dari permasalahan demikian, mengingat Kabupaten ...

adalah merupakan salah satu Kabupaten pemekaran di Provinsi Sulawesi

Tengah yang mengalami perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan deskripsi

ini maka Isu berkurangnya kawasan resapan air dapat dijadikan sebagai salah

satu isu strategis KLHS.

e. Isu meningkatnya Tekanan Pada Wilayah Pesisir & Laut

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan

(13)

pembangunan infrastruktur jalan, dan lain-lain), maka tekanan ekologis

terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut semakin meningkat pula.

Meningkatnya tekanan ini tentunya dapat mengancam keberadaan dan

kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut. Berdasarkan

deskripsi tersebut diatas, terbukti bahwa Isu Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Laut menjadi isu strategis KLHS Kabupaten ...

f. Isu kualitas sumber mata air dan sungai-sungai utama

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air

juga semakin meningkat baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun

untuk kebutuhan lainnya. Peningkatan kebutuhan air tersebut perlu diiringi

dengan ketersediaan air baku yang memadai serta memenuhi syarat kualitas.

Keterbatasan air baku baik air permukaan, air hujan maupun air tanah

diakibatkan antara lain oleh pembangunan dan perubahan tata guna lahan di

DAS bagian hulu, yang sering kurang mempertimbangkan kelestarian ekosistem

disekitarnya. Hal ini diperburuk dengan perubahan iklim global dimana terjadi

peningkatan suhu bumi dan semakin panjangnya musim kemarau.

Seiring dengan perkembangan Kabupaten ... saat ini serta

peningkatan kebutuhan air, maka isu kualitas sumber mata air dan

sungai-sungai utama dapat dijadikan sebagai isu strategis KLHS.

g. Isu Risiko bencana

Kabupaten ... termasuk wilayah rawan bencana dengan

kategori sedang. Kabupaten ... memiliki berbagai kawasan rawan

bencana alam seperti kawasan rawan tanah longsor, abrasi, dan rawan banjir.

Terjadinya longsor sangat tergantung pada kestabilan/kemiringan

lereng, topografi, geomorfologi dan kondisi geologi. Daerah yang memiliki

kemiringan lereng yang curam, > 25% ditambah curah hujan yang tinggi sangat

berpotensi untuk terjadinya gerakan massa dan akhirnya menimbulkan longsor.

Kawasan rawan longsor di wilayah Kabupaten ... tersebar di

kawasan, yaitu di kawasan Kecamatan Petasia, Kecamatan Soyo jaya,

Kecamatan Bungku Utara dan kecamatan Mamosalato.

Kawasan rawan abrasi adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan

berpotensi tinggi mengalami gelombang pasang. Kawasan rawan abrasi terdapat

di Kecamatan Bungku Utara.

Daerah rawan banjir di wilayah Kabupaten ... meliputi

daerah muara sungai dan dataran banjir terutama di sepanjang Sungai.

(14)

lahan di daerah hulu berkurang dan kapasitas alur sungai terutama di daerah

hilir berkurang karena sedimentasi dan topografis daerah. Kawasan rawan

banjir di Kabupaten ... yaitu di Kecamatan Petasia, Kecamatan

Soyo Jaya dan Kecamatan Bungku Utara.

Berdasarkan data yang ada maka terbukti bahwa pengelolaan risiko

bencana adalah isu strategis KLHS yang meliputi risiko bencana longsor, rawan

abrasi dan rawan banjir.

h. Isu menurunnya mutu air dan udara termasuk ketersediaan air bersih

Kabupaten ... memiliki Kawasan Peruntukan Industri di

Kecamatan Petasia, Kecamatan Petasia Timur, Kecamatan Petasia Barat dan

Kecamatan Mori Atas dan Kawasan industri kecil/usaha mikro tersebar

diseluruh wilayah Kabupaten ... Hal ini akan sangat berpotensi

terjadinya pencemaran lingkungan dari kegiatan-kegiatan industry tersebut

terutama pencemaran sumber daya air. Potensi pencemaran lingkungan lainnya

adalah dapat berupa pencemaran tanah, dan air akibat limbah padat dan cair

domestik, medis, industri dan pertambangan. Juga pencemaran udara yang

diakibatkan kegiatan aktivitas transportasi darat.

Dari deskripsi data-data yang ada maka terbukti bahwa isu kerusakan

dan pencemaran lingkungan adalah sebagai isu strategis KLHS.

i. Isu meningkatnya Migrasi Penduduk

Fenomena mobilitas penduduk yang diperkirakan akan terus mengalami

peningkatan di wilayah Kabupaten ... seiring dengan

perkembangan kotanya, mengingat Kabupaten ... saat ini

menjadi salah satu tujuan migrasi penduduk khususnya pencari kerja. Kondisi

demikian harus disikapi dengan arif dan demokratis, tanpa pembatasan yang

bersinggungan dengan hak azasi manusia. Pemerintah Kabupaten

... harus mampu merumuskan kebijakan dalam upaya

mengarahkan dan merangsang mobilitas penduduk ini ke arah yang

memberikan dampak positif, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa tingginya

arus migrasi ke wilayah Kabupaten ... ini akan meningkatkan

beban wilayah baik secara sosial, ekonomi maupun lingkungan.

Mengingat fenomena tersebut diatas adalah merupakan suatu hal yang

tidak dapat terhindarkan, maka Isu meningkatnya migrasi penduduk ini adalah

(15)

j. Isu menurunnya kualitas lingkungan permukiman

Lingkungan perkotaan Kabupaten ... sudah menjadi hal

yang penting dan mendesak untuk dikelola mengingat kawasan perkotaan

... merupakan salah satu wilayah dengan konsentrasi penduduk

yang cukup tinggi. Kondisi itu akan menimbulkan dampak besar terhadap tidak

hanya pada aspek sosial dan ekonomi, namun tentu saja terhadap lingkungan

juga. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Kabupaten

... di masa mendatang, maka jumlah limbah yang mencemari

lingkungan pasti semakin besar. Disamping itu, ketersediaan infrastruktur

perkotaan yang sangat terbatas menyebabkan kualitas lingkungan menjadi

menurun yang berakibat pada munculnya kantong-kantong kumuh perkotaan.

Permasalahan yang terjadi di wilayah Kabupaten ... ini

memberikan ilustrasi akibat perkembangan dan pertumbuhan perkotaan yang

secara langsung terkait kepada pengelolaan lingkungan perkotaan, sehingga

diperlukan penanganan yang serius dari Pemerintah Kabupaten

...

Mengingat pentingnya penanganan lingkungan Perkotaan

..., maka Isu penurunan kualitas lingkungan permukiman perlu

dijadikan sebagai salah satu isu strategis KLHS.

Secara lebih spesifik hasil identifikasi isu pembangunan berkelanjutan

bidang cipta karya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta

Karya di Kabupaten ...

Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum

Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air

Kota ...

mempunyai sumber air baku

dari air terjun Lambolo Desa

Ganda-Ganda dan DAS Laa

Tambalako yang hutannya

perlu dilindungi dan masih

rawan pencemaran Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh

infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal

Contoh: pencemaran tanah oleh septictank

yang bocor, pencemaran air oleh air limbah

(16)

Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap

Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan

kerusakan lingkungan

Contoh: pencemaran air mengurangi

kesejahteraan nelayan di pesisir

- Kws. pesisir di Kab.

... identik

menyebarnya penyakit diare di permukiman

kumuh Berdasarkan hasil KLHS RTRW Kabupaten ..., juga telah

mengarahkan beberapa rekomendasi yang terkait dengan perbaikan kebijakan,

rencana dan/program (KRP) khususnya yang berhubungan dengan bidang

cipta karya sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

No. Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Rekomendasi Perbaikan KRP dan

Pengintegrasian Hasil KLHS

(1) (2) (3)

1. Pengembangan Permukiman a. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman

3. Pengembangan Air minum Penyusunan identifikasi daya dukung dan daya tampung lingkungan

(17)

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

a. Penyusunan Arahan Penggunaan Lahan Berdasarkan Daya Dukung Lingkungan Hidup

b. Penyusunan Master Plan

Pengelolaan Lingkungan Hidup c. Penyusunan Rencana

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)

KLHS merupakan instrument lingkungan yang diterapkan pada tataran

rencana program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan,

instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL dan SPPLH.

4.3.3 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang

telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012

tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 8 Tahun 2008 tentang Penetapan Jenis Rencana

Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi

dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup, yaitu :

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

(18)

Tabel 4.3 Perbedaan Instrumen KLHS dan Amdal

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

a) Rujukan Peraturan

Perundangan

i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum

KLHS

i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

ii. Permen PPU 8/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang

PU wajib UKL UPL

iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha

dan/atau kegiatan Wajib AMDAL

b) Pengertian Umum Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,

dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip

pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar

dan terintegrasi dalam pembangunan suatu

wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau

program.

Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau

kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau

Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat

menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup

serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

c) Kewajiban

pelaksanaan

Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk

(19)

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

d) Keterkaitan studi

lingkungan dengan:

i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan

RPJM

ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang

berpotensi menimbulkan dampak dan/atau

resiko lingkungan

Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan

e) Mekanisme

pelaksanaan

i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/

atau program terhadap kondisi lingkungan

hidup di suatu wilayah;

i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten

sebagai penyusun AMDAL

ii. perumusan alternatif penyempurnaan

kebijakan, rencana, dan/atau program; dan

iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan

keputusan kebijakan, rencana, dan/atau

program yang mengintegrasikan prinsip

pembangunan berkelanjutan.

ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang

dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota

sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.

iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa

kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri,

gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan

rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan

(20)

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

f) Muatan Studi

Lingkungan

i. Isu Strategis terkait Pembangunan

Berkelanjutan

ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan

isu-isu strategis terkait pembangunan

berkelanjutan

iii. Alternatif rekomendasi untuk

rencana/program

i. Kerangka acuan;

ii. Andal; dan

iii. RKL-RPL.

Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL.

Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

dan/atau rencana tata ruang kawasan.

g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau

program pembangunan dalam suatu wilayah.

Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai

kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan

(21)

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat

untuk melakukan perbaikan kebijakan,

rencana, dan/atau program pembangunan yang

melampaui daya dukung dan daya tampung

lingkungan.

ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah

melampaui daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak

diperbolehkan lagi.

i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak

layakan lingkungan

ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang

diwajibkan

iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang

tercantum dalam RKL RPL.

i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL)

didanai oleh pemrakarsa,

ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat

Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD

iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL

dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.

iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada

anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan

(22)

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

j) Partisipasi Masyarakat Masyarakat adalah salah satu komponen dalam

kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen

pelaksanaan KLHS

Masyarakat yang dilibatkan adalah:

i. Yang terkena dampak;

ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau

iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam

proses AMDAL k) Atribut Lainnya:

a. Posisi Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan

b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif

c. Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan

Berkelanjutan

Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

d. Dampak kumulatif Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas

e. Titik berat telaahan Memelihara keseimbangan alam, pembangunan

Berkelanjutan

Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative

f. Alternatif Banyak alternative Alternatif terbatas jumlahnya

g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk

mengarahkan visi dan kerangka umum

Sempit, dalam dan rinci

h. Deskripsi proses Proses multi pihak, tumpang tindih komponen,

KRP merupakan proses iteratif dan kontinu

(23)

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

i. Fokus pengendalia

dan dampak

Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan

j. Institusi Penilai Tidak diperlukan institusi yang berwenang

memberikan penilaian dan persetujuan KLHS

Diperlukan institusi yang berwenang memberikan

penilaian dan persetujuan AMDAL

(24)

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang

wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A. Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:

- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total > 8 ha > 80.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut: - luas landfill, atau

- Kapasitas Total

semua kapasitas/ besaran

c. Pembangunan transfer station:

- Kapasitas > 500 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:

- Kapasitas > 500 ton/hari

e. Pengolahan dengan insinerator:

- Kapasitas semua kapasitas

f. Composting Plant:

- Kapasitas > 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api:

- Kapasitas > 500 ton/hari

B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas > 25 ha

b. Kota besar, luas > 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas > 80 ha d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha C. Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

- Luas, atau - Kapasitasnya

> 2 ha

> 11 m3/hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik,

termasuk fasilitas penunjangnya:

- Luas, atau - Kapasitasnya

> 3 ha

> 2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

- Luas layanan, atau - Debit air limbah

> 500 ha

> 16.000 m3/hari D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer

dan/atau sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km b. Kota sedang, panjang: > 8 km E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

(25)

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

- Luas layanan > 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi

- panjang > 8 km

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 8 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah

batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib

dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya

dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin

dalam Tabel berikut.

Tabel 3.5 Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL Tapi Wajib UKL-UPL

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengansystem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:

 Luas kawasan, atau < 8 Ha

 Kapasitas total < 8.000 ton ii. TPA daerah pasang surut

 Luas landfill, atau < 5 Ha

 Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station

 Kapasitas < 1.000 ton/hari

ii. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu  Kapasitas < 500 ton v. Pembangunan Incenerator  Kapasitas < 500 ton/hari

iii. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos  Kapasitas > 50 s.d. < 80 ton/ha

b. Air Limbah Domestik/ Permukiman

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

 Luas < 2 ha

 Atau kapasitas < 11 m3/hari

ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah  Luas < 3 ha

 Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah

(sewerage/off-site sanitation system)

diperkotaan/permukiman  Luas < 500 ha

(26)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

c. Drainase Permukaan Perkotaan

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder  Panjang < 5 km

ii. Pembangunan kolam retensi / polder diarea / kawasan pemukiman

 Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha iii. Pembangunan jaringan distribusi:

 Luas layanan : 80 ha s.d. < 500 ha

d. Air Minum ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi  Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <8 km  Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 8 km  Pedesaan, Panjang :

-iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

 Sungai Danau : 50 lps s.d. < 250 lps  Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap  Debit : > 50 lps s.d. < 80 lps

v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:

 Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps

 Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

e. Pembanguna n Gedung

i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 8.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 8.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 8.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

(27)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

Prasarana dan atau sarana umum:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian,

2) perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 8.000 m2

3) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 8.000 m2

4) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 8.000 m2

5) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 8.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 8.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 8.000 m2

(28)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

f. Pengemban gan kawasan permukiman baru

i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 8 ha

ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 8 ha

iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 8 ha

g. Peningkatan Kualitas Permukiman

i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;

 Luas kawasan: < 8 ha

ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

 Luas kawasan: < 8 ha

iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

 Luas kawasan: < 8 ha berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun.

 Luas kawasan: < 5 ha

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 8 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih dibawah

batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib

dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan

Gambar

Gambar 4.1 Sebaran RTM Berdasarkan Kategori Kondisi KemiskinanMenurut Kecamatan di Kabupaten Morowali ..........................
Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta
Tabel 4.2 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Tabel 4.3 Perbedaan Instrumen KLHS dan Amdal
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lampung, maka laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pringsewu pada tahun. 2009 berada pada peringkat

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi: Ada Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Sosial

Salah satu karunia dari-Nya adalah terselesaikannya penelitian dan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu prasyarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Hasil kompilasi dari arduino software dapat dipergunakan dan dijalankan tidak hanya pada arduino board tetapi juga dapat dijalankan di sistem mikrokontroler avr yang

Mengingat begitu luasnya permasalahan yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi impulse buying , agar permasalahan yang diteliti lebih terfokus maka dalam

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rachman (2015) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah,

Evaluasi yang diterapkan dalam kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih materi praktek ibadah sholat kelas II MI NU Sabilul Khoirot Jojo Mejobo

berkat, bimbingan, dan perlindungan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Pendidikan Seksualitas dalam