LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
BAB - 8
RENCANA
PENDANAAN/INVESTASI
8.1
KEBUTUHAN
INVESTASI,
SUMBER
DAN
POLA
PENDANAAN
Untuk menyelenggarakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang ada saat ini,
masih banyak yang mengalami kesulitan dalam pendanaan untuk pengembangan
pembangunan SPAM khususnya didaerah. Selama ini, investasi untuk pengembangan
SPAM lebih bergantung pada dana dari pemerintah pusat melalui alokasi APBN dan
pinjaman luar negeri, maupun yang bersifat hibah. Selain itu, komitmen dan prioritas
pendanaan dari Pemerintah Daerah untuk pengembangan SPAM masih sangat
rendah. Dengan semakin berkurangnya sumber dana dari pemerintah, maka
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
b) Proses kerjasama yang memakan waktu lama.
c) Jaminan pendapatan dari penjualan air yang masih belum jelas.
d) Perubahan kebijakan daerah yang sering terjadi.
e) Tarif yang masih rendah.
8.1.1 Kebutuhan Investasi
Besarnya Perkiraan Biaya Investasi pembangunan pengembangan sistem penyediaan
air minum Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang direncanakan, masih merupakan
biaya global. Sehingga tidak tertutup kemungkinan masih terjadi perubahan pada saat
dilakukan detailisasi.
Besarnya Perkiraan Biaya Investasi pembangunan pengembangan sistem penyediaan
air minum Kabupaten Maluku Tenggara Barat seluruhnya adalah sebesar Rp.
86.662.148.000,-
Adapun perkiraan biaya investasi pembangunan pengembangan sistem penyediaan
air minum kabupaten Maluku Tenggara Barat tersebut dibagi dalam tahapan program
sebagai berikut :
Pembangunan SPAM Tahap I (Th 2017 s/d 2021) Rp. 67,576,604,000,-
Pembangunan SPAM Tahap II (Th 2022 s/d 2026) Rp. 12,655,232,000,-
Pembangunan SPAM Tahap III (Th 2027 s/d 2035) Rp. 6,430,312,000,-
Selengkapnya mengenai perkiraan biaya investasi pembangunan pengembangan
sistem penyediaan air minum Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dilihat pada
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Tabel 8.11. Rekap Perkiraan Biaya Investasi Pembangunan Pengembangan SPAM Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Sumber: Hasil Perhitungan Konsultan 2017
8.1.2. Sumber dan Pola Pendanaan.
Dalam rangka mendapatkan gambaran kinerja penyelenggaraan SPAM saat ini serta
kebutuhan investasi yang diharapkan, diperlukan suatu kebijakan yang berkelanjutan
mengenai upaya-upaya percepatan investasi di bidang air minum dengan menggalang
berbagai sumber dana baik pemerintah, swasta atau masyarakat, sehingga diharapkan
menghasilkan “action plan” percepatan investasi sektor air minum guna mencapai
sasaran Millenium Development Goals (MDG), sasaran kualitas pelayanan SPAM
yang disyaratkan dalam PP No.16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum dan sasaran nasional bidang air minum.
Telah diamanatkan dalam undang-undang otonomi daerah bahwa peran daerah
dalam pendanaan dan pembiayaan pembangunan di daerah akan semakin besar.
Investasi infrastruktur di daerah cenderung memerlukan peran pemerintah pusat yang
masih dominan hal ini disebabkan oleh kebutuhan investasi yang besar. Upaya
APBN-SDA APBN-CK APBD-I APBD-II
I. PROGRAM TAHAP I (TAHUN 2017 S/D (TAHUN 2021) 67,576,604,000 27,088,837,000 26,327,467,000 1,945,000,000 12,215,300,000
II. PROGRAM TAHAP II (TAHUN 2022 S/D (TAHUN 2026) 12,655,232,000 3,526,495,000 6,261,437,000 700,000,000 2,167,300,000
III. PROGRAM TAHAP III (TAHUN 2027 S/D TAHUN 2035) 6,430,312,000 2,255,912,000 1,805,000,000 700,000,000 1,669,400,000
JUMLAH 86,662,148,000 32,871,244,000 34,393,904,000 3,345,000,000 16,052,000,000
PPN 10% 8,666,214,800 TOTAL 95,328,362,800 PERIJINAN 2,5% 2,383,209,070 ENGINEERING SERVICE 4% 3,813,134,512
GRAND TOTAL 101,524,706,382
SUMBER DANA
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
alternatif-alternatif/opsi-opsi sumber pendanaan, dengan mempertimbangkan aturan
dan tata tertib yang ada. Alternatif sumber atau opsi pendanaan tersebut adalah:
1. Internal Cash
Opsi pendanaan ini mengasumsikan bahwa semua kebutuhan investasi akan
didanai dari dana kas sendiri hasi operasional
2. Trade Credit
Dengan cara ini penyelenggara mendapatkan fasilitas/instalasi yang dibangun dan
didanai oleh pihak ketiga/pihak swasta dan dianggap sebagai hutang
penyelenggara. Kesepakatan dilakukan antara penyelenggara dengan pihak
swasta (B to B). selanjutnya pengembalian dilakukan dengan cara mencicil
selama jangka waktu yang disepakati. Fasilitas yang dibangun dengan cara ini
biasanya di wilayah dimana pelanggan memiliki kemampuan membayar yang
tinggi (captive market) atau yang potensial.
3. Pinjaman Bank Dalam Negeri/Luar Negeri
Sumber pendanaan ini berasal dari bank dalam negeri maupun dari luar
negeri/SLA (Sub Loan Agreement). Pendanaan investasi (untuk penyelenggara
PDAM) melalui pinjaman dari bank dalam negeri diatur dengan Perpres No. 29
Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga Oleh Pemerintah
Pusat dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum. Jaminan Pemerintah
Pusat diberikan kepada PDAM yang tidak mempunyai tunggakan kepada
Pemerintah Pusat memenuhi persyaratan kinerja „sehat“ dari hasil audit kinerja
oleh BPKP dan tarif rata-rata yang lebih besar dari seluruh biaya rata-rata per
unit (full cost recovery).
Pinjaman mengasumsikan bahwa kebutuhan investasi akan dibiayai oleh
pinjaman bank hingga kondisi keuangan internal cukup untuk membiayai
kebutuhan investasi tersebut. Pada simulasi pinjaman ini, pinjaman diambil untuk
5 (lima) tahun pertama, kemudian kebutuhan investasi selanjutnya dipenuhi oleh
keuangan internal, dengan asumsi kinerja teknis dan keuangan dapat terpenuhi
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Untuk pinjaman dari luar negeri dapat dilakukan dengan mengusahakan
pinjaman lunak dengan jangka waktu pengembalian minimal 15 tahun termasuk
masa tenggang 5 tahun dari lembaga keuangan internasional melalui pinjaman
SLA atau Rekening Pembangunan Daerah (RPD).
4. Mengundang investor untuk melakukan investasi di bawah program kemitraan
(KPS). Kerja sama dengan pihak swasta dapat dilakukan untuk membangun
fasilitas SPAM untuk melayani wilayah yang belum dilayani oleh penyelenggara
(green field) dengan memiliki pelanggan potensial.
Pemerintah mendorong iklim investasi yang melibatkan swasta guna
mempercepat penyediaan infrastruktur berdasarkan prinsip usaha yang sehat.
Terkait dengan kondisi tersebut, pemerintah melakukan reformasi guna menarik
minat pihak swasta, baik dari dalam maupun luar negeri, dalam berinvestasi di
sektor infrastruktur.
Melalui Kementerian Negara PPN/Bappenas, pemerintah membentuk Pusat
Kerjasama Pemerintah Swasta (PKPS) untuk memfasilitasi terlaksananya transaksi
kerjasama proyek-proyek infrastruktur antara pemerintah dan swasta. PKPS
memiliki fungsi yang penting sebagai pusat informasi proyek infrastruktur di
Indonesia, mulai dari persiapan, kajian komersial, perencanaan, pendanaan,
eksekusi, dokumentasi, hingga evaluasi. Dengan cakupan data yang lengkap,
minat investor mendanai proyek diharapkan meningkat.
Adapun peraturan-peraturan yang mengatur kerjasama KPS dalam
pengembangan SPAM antara lain:
PERPRES 67 Th 2005 jo. PERPRES 13 Th 2010
Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
Kerjasama BUMN/BUMD dengan Badan Usaha
Perencanaan Proyek KPS
Tata Cara Pelelangan KPS
Ketentuan:
PJPK: Menteri (dapat didelegasikan kepada BPP SPAM) /Kepala
Daerah (dapat didelegasikan kepada Sekda/Kadis).
Tugas PJPK: perencanaan, penyiapan, transaksi dan manajemen
Kerjasama.
Daerah kerjasama: wilayah yang secara teknis belum terjangkau
pelayanan BUMN/BUMD dan belum termuat dalam business plan
PDAM.
Lingkup kerjasama: unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit
pelayanan, unit pengelolaan. Lingkup yang tidak dikerjasamakan
dapat diserahkan kepada BUMN/BUMD atau BLU.
Bentuk kerjasama: BOT untuk seluruh pengembangan SPAM atau
bentuk kerjasama lain
Pemilihan mitra: pelelangan sesuai peraturan perundang-undangan.
Prinsip: harus ada pengalihan aset hasil kerjasama kepada
Pemerintah/Pemda.
Tarif : ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan Perjanjian.
5. Dana penerbitan obligasi daerah
Dengan alternatif penerbitan obligasi ini maka kebutuhan biaya investasi
dipenuhi oleh dana dari penjualan obligasi (yang diterbitkan oleh pemerintah
kota/Kabupaten). Persyaratan penerbitan obligasi yang perlu diperhatikan antara
lain:
1) Perlu dilakukan pemeringkatan kemampuan penyelenggara oleh lembaga
pemeringkat yang berwenang. Minimum peringkat untuk mendapatkan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Tujuannya adalah memberikan akses sambungan air minum perpipaan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum memiliki akses sambungan
air minum perpipaan dari PDAM.
Kriteria Daerah Penerima Hibah
Pemprov atau Pemkab/Pemkot dan PDAM yang tidak mempunyai
tunggakan utang, atau PDAM yang mempunyai tunggakan utang, namun
sudah mengikuti/ sedang dalam proses Restrukturisasi Utang.
Tersedia kapasitas air untuk didistribusikan kepada pelanggan baru.
Kriteria Penerima Manfaat
MBR yang ditetapkan oleh masing – masing Kepala Daerah.
Kriteria MBR minimal dengan acuan daya listrik yang terpasang pada
rumah tangga tersebut ≤ 1300 VA dan 50% di antara target sasaran
tersebut memiliki daya listrik ≤ 900 VA.
Bersedia dan memenuhi persyaratan sebagai pelanggan PDAM.
Kriteria Teknis Sambungan Rumah
Layanan SR tersebut adalah sambungan baru, yang dipasang setelah
penandatanganan NPPH.
Spesifikasi teknis SR yang dibuat harus memenuhi standar mutu yang
berlaku di PDAM dan mengacu pada standar teknis yang dikeluarkan oleh
Kementerian PU dan SNI.
Besaran Dana Hibah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Memiliki Dokumen Pelaksanaan (DPA) paling sedikit sebesar dana hibah
untuk jumlah sambungan rumah yang direncanakan pertahun.
Memiliki dokumen perencanaan teknis (DED) untuk SR yang akan
dibangun.
Bersedia untuk dilakukan verifikasi dan audit.
Menyediakan dana operasional yang diperlukan untuk kegiatan di
masing-masing Pemda penerima hibah, termasuk untuk operasional Pejabat
Fungsional (PIU).
7. Pinjaman komersial melalui lembaga keuangan nasional atau internasional
dengan atau tanpa jaminan donor dan/atau pemerintah pusat.
Pinjaman kepada pihak perbankan merupakan salah satu alternatif dalam bidang
pendanaan untuk percepatan pengembangan SPAM, sumber pendanaan dengan
cara fasilitas kredit investasi PDAM kepada perbankan nasional. Pemerintah telah
memberikan dukungan dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang
mengatur tentang pemberian jaminan dan subsidi bunga oleh Pemerintah dalam
rangka percepatan pelayanan air minum.
Peraturan-peraturan yang mengatur tentang pinjaman kepada perbankan untuk
percepatan pengambangan SPAM antara lain:
Perpres No. 29 Tahun 2009
Tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga Oleh Pemerintah Pusat
dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum.
Dalam rangka percepatan penyediaan air minum, Pemerintah Pusat dengan
memperhatikan kemampuan keuangan negara dapat memberikan:
Jaminan atas pembayaran kembali kredit PDAM kepada bank; dan
Subsidi atas bunga yang dikenakan oleh bank. (Pasal 1)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
sedangkan sisanya sebesar 30% menjadi resiko bank yang memberikan
kredit investasi (Pasal 2).
Subsidi Bunga:
Tingkat bunga kredit investasi yang disalurkan bank kepada PDAM,
ditetapkan sebesar BI rate ditambah paling tinggi 5%, dengan ketentuan:
Tingkat bunga sebesar BI rate ditanggung PDAM; dan
Selisih bunga di atas BI rate paling tinggi sebesar 5% menjadi subsidi
yang ditanggung Pemerintah Pusat. (Pasal 12)
PMK No. 229 Tahun 2009
Tentang Tatacara Pelaksanaan Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga Oleh
Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum.
Permen PU No. 21 Tahun 2009
Tentang Pedoman Teknis Kelayakan Investasi Pengembangan Sistem
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Ketentuan:
Perjanjian Kredit = Bank menetapkan kriteria penilaian sesuai
ketentuan perbankan.
Dalam rangka permohonan penjaminan pinjaman didahului dengan
umbrella agreement antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan
PDAM.
Penjaminan Pemerintah Pusat kepada Bank sebesar 70% atas
kewajiban pokok dan bunga PDAM terhadap Bank (kewajiban yang
gagal bayar).
Pemerintah Pusat Membayar ke Bank (apabila terjadi gagal bayar).
Pembagian beban masing-masing 40% Pemerintah Pusat dan 30%
Pemerintah Daerah atas pembayaran jaminan Pemerintah Pusat
sebesar 70%. Bagian 30% dapat dibayar dengan APBD atau
dikonversi menjadi utang Pemerintah Daerah ke Pemerintah Pusat.
PDAM dan Pemerintah Pusat mengadakan Perjanjian Pinjaman.
Persyaratan Pemberian Jaminan Pemerintah dan Subsidi Bunga
a) Jaminan Pemerintah Pusat diberikan kepada PDAM sbb (Pasal 6):
PDAM yang tidak mempunyai tunggakan kepada Pemerintah Pusat
wajib menunjukkan kinerja ”sehat” (Audit Kinerja BPKP) dan
melakukan penetapan tarif Full Cost Recovery.
PDAM yang mempunyai tunggakan kepada Pemerintah Pusat
diwajibkan mengikuti Program Restrukturisasi dan mendapat
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
b) Setiap pemberian jaminan Pemerintah Pusat didahului dengan perjanjian
induk (Umbrella Agreement) antara Pemerintah Pusat c.q Menteri
Keuangan, Pemerintah Daerah dan PDAM.
c) Pernyataan kesediaan Pemerintah Daerah (Gubernur/Walikota/Bupati)
wajib mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan
dilakukan sebelum penandatanganan Umbrella Agreement (Pasal 5).
Untuk dokumen pendukung permohonan pemberian jaminan pemerintah dan
subsidi bunga, sekurang-kurangnya memuat:
Konsep Perjanjian Induk (Umbrella Agreement);
Pernyataan kesediaan Kepala Daerah untuk menanggung beban utang
30%;
Pernyataan kesediaan Kepala Daerah untuk pemotongan DAU dan atau
DBH;
Persetujuan DPRD untuk pernyataan Kepala Daerah butir 2 dan butir 3
melalui putusan sidang paripurna;
Draftfinal perjanjian kredit;
Konsep Surat Jaminan Pemerintah Pusat yang telah disetujui oleh Bank
Pemberi Kredit
PDAM yang telah mengikuti restrukturisasi (Surat Persetujuan Menkeu);
PDAM sehat dan tarif rata-rata lebih besar dari biaya rata-rata (berdasarkan
laporan hasil audit kinerja BPKP); dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Diperlukan juga pertimbangan peraturan terkait, yaitu skema pendanaan sistem
penyediaan air minum, dimana pola investasi untuk pengembangan pada unit air
baku sampai unit produksi didanai oleh pemerintah pusat. Unit air baku akan didanai
oleh APBN pusat melalui Direktoran Jenderal Sumber Daya Air, dan unit produksi
melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya. Sedangkan unit distribusi didanai ioleh
daerah, dimana dari distribusi utama/primer sampai distribusi sekunder oleh APBD I
dan dari distribusi sekunder sampai tersier atau pelanggan oleh APBD II dan atau
swadaya. Secara skematik dapat dilihat pada gambar berikut:
Unit air baku merupakan tanggung jawab pemerintah pusat (APBN) melalui
Dirjen Sumber Daya Air
Unit produksi 30% APBN melalui Dirjen Cipta Karya
Dan unit distribusi 25% melalui pendanaan pemerintah baik penerusan
APBN, APBD I propinsi, APBD II swadaya
Gambar 8.2. Skema Pendanaan Sistem Penyediaan Air minum
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
memberikan cost recovery yang memadai serta terciptanya kondisi likuiditas dan
profitabiltas usaha sehingga kelancaran kegiatan usaha dapat terpelihara.
Sesuai dengan sifatnya, proyeksi keuangan yang dibuat semata-mata hanya
merupakan suatu estimasi berdasarkan asumsi-asumsi tertentu. Dengan demikian
kelayakan asumsi memegang peranan yang sangat menentukan atas keakuratan hasil
proyeksi.
Asumsi-asumsi yang dipakai dalam analisa keuangan/financial adalah:
1. Jangka waktu pinjaman tidak melebihi jangka waktu perencanaan RISPAM
2. Untuk menjaga intensitas air baku, masa kerja operasional pendistribusian
Jaringan Distribusi Utama (JDU) adalah 8 sampai 9 jam perhari.
3. Tingkat kebocoran (sampai JDU) tidak melebihi 20%
4. % Loan Disbursement adalah 2 (dua) tahap dalam 2 tahun
5. Masa tenggang pembayaran bunga dan cicilan adalah tahun 3 atau tahun 5
6. Tingkat suku bunga adalah 8%, lebih tinggi dari tingkat bunga acuan
7. Kenaikan harga air curah mengikuti penyesuaian kenaikan tariff yaitu 20%
setiap 2 tahun mulai 2016.
8. Harga Pokok Produksi (HPP) tahun 1 antara Rp. 1.100,- sampai dengan Rp
3.500,-
9. Tingkat penyesuaian harga pokok produksi (HPP) setiap 2 tahun
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
8.3.1. Tahun Dasar Proyeksi.
Proyeksi keuangan disusun untuk kurun waktu selama 35 (tiga puluh lima) tahun
dengan Tahun Dasar adalah tahun 2017 dan akhir tahun proyeksi adalah tahun 2035
sesuai dengan rencana investasi.
8.3.2. Faktor Inflasi.
Faktor inflasi yang dipergunakan untuk menilai biaya barang modal dan biaya-biaya
lainnya ditetapkan sebesar 12 % / Tahun.
8.3.3. Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan penduduk sangat erat kaitannya dengan jumlah kebutuhan Air yang
korelasinya langsung terhadap kuantitas produksi air yang harus disediakan PDAM
Kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk meningkatkan jumlah pelanggan dan
perluasan cakupan pelayanan. Pertumbuhan penduduk ditetapkan sebesar 0,95 % /
Tahun.
8.3.4. Proyeksi Produksi.
Dalam hal proyeksi keuangan, proyeksi produksi air yang disusun oleh tim teknis juga
mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa besar potensi sumber air baku yang
ada untuk dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan proyeksi keuangan. Proyeksi
produksi akan mencakup hal sebagai berikut :
Persentase Pelayanan yang diasumsikan setiap tahun
Jumlah Jiwa Penduduk Terlayani
Komposisi Jumlah penduduk terlayani dalam kelompok pemakaian air
(Domestik : Sambungan Rumah dan HU ; Non Domestik : Sambungan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Total Penambahan Sambungan
Proyeksi Produksi Air (Air Diproduksi, Air yang didistribusikan, Air yang
hilang) dalam satuan liter/detik hingga M3 / tahun.
8.3.5. Harga Dasar Air.
Harga dasar air ditetapkan berdasarkan harga rata-rata dengan membagi antara
volume air terjual dengan jumlah pelanggan tahun sebelumnya dan diasumsikan
mengalami kenaikan pada periode/tahun-tahun tertentu yang ditetapkan dalam
proyeksi.
Untuk Proyeksi Keuangan PDAM Kabupaten Maluku Tenggara Barat Harga dasar air
ditetapkan Rp. 2.900,- sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Maluku Tenggara Barat
Nomor 151 tahun 2012.
8.3.6. Faktor Pengali Harga Dasar.
Dalam menyusun proyeksi keuangan, harga air / M3 berubah secara progresif sesuai
dengan blok pemakaian pada masing-masing kelompok pelanggan. Faktor pengali ini
sangat menunjang dalam hal peningkatan pendapatan karena semakin banyak air
yang digunakan oleh masing-masing kelompok pelanggan maka harga per M3 yang
harus dibayarkan akan semakin tinggi/mahal. Untuk Faktor Pengali atau rata-rata
tertimbang ditetapkan sebesar 1,32.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Proyeksi Laba-Rugi merupakan bagian dari proyeksi keuangan yang menyajikan
tingkat keuntungan / kerugian yang diperoleh dari hasil aktifitas operasional
perusahaan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan umur proyeksi yang telah
ditetapkan (2017-2035)
Proyeksi Laba-Rugi diperhitungkan dengan menyajikan komponen-komponen berikut
dibawah ini :
Pendapatan
Komponen pendapatan yang dihitung dalam proyeksi adalah :
- Pendapatan Penjualan Air : Pendapatan yang diperoleh dari penjualan
air/konsumsi air pelanggan
- Pendapatan Non Air : pendapatan yang diperoleh dari komponen rekening
air yang ditagihkan kepada pelanggan yaitu : Administrasi pelanggan, Jasa
Pemasangan Sambungan, Denda, penyambungan kembali, dan lainnya.
- Pendapatan Kemitraan
- Pendapatan Air Limbah
Biaya-biaya
Biaya-Biaya yang diperhitungkan dalam proyeksi adalah biaya-biaya yang sama
seperti biaya-biaya yang tercantum dalam laporan keuangan PDAM, yaitu :
- Biaya Langsung : Terdiri dari Biaya Sumber Air, Biaya Pengolahan Air, Biaya
Transmisi dan Distribusi, Biaya Kemitraan, Biaya Air Limbah.
- Biaya Tidak langsung : Terdiri dari Biaya umum dan Administrasi.
- Biaya Penyusutan Aktiva Tetap dan Inventaris
Pendapatan / Biaya-biaya lainnya
Pandapatan lain-lain meliputi : Pendapatan jasa giro, Deposito, dan pendapatan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
8.3.9. Analisa Arus Kas (Cash Flow).
Arus Kas (Cash Flow) di tampilkan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Nilai
Investasi yang ditanamkan terhadap kegiatan operasional harian untuk mencapai
kondisi yang profitable (menguntungkan) atau setidaknya full cost recovered sehingga
kontinuitas usaha PDAM dapat dipertahankan, dan sejauhmana tingkat kemampuan
pengembalian atas nilai investasi yang telah ditanamkan apabila skema investasinya
didasarkan pada pinjaman.
8.3.10 Proyeksi Keuangan
Tabel 8.12 Asumsi Dasar Perhitungan
No. Teknis
1 Jumlah Konsumen per Sambungan
Dengan Sambungan Langsung 4 orang/SL
Dengan Hidran Umum 50 orang/HU
2 Pemakaian Air
Dengan Sambungan Langsung 130 liter/orang/hari
Dengan Hidran Umum 60 liter/orang/hari
3 Tingkat Kebocoran 20% dari produksi
UMUM
1 1 bulan 30 hari
2 1 tahun 12 bulan
PEMBIAYAAN
Harga Kaporit 100,000 Rp/kg
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
No. Teknis
Biaya Pasang Sambungan Baru 2013 2.500.000 rp/unit
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2014
Tabel 8.13 Asumsi Pendapatan PENDAPATAN
1 Tarif Dasar 2013
Tarif dasar 2.900 Rp/m3
2 Faktor Tarif Rata-rata 1,2 dari tarif dasar
3 Kenaikan Tarif setiap 3 tahun
Kenaikan 3 tahun ke 1 60%
Kenaikan 3 tahun ke 2 40%
Kenaikan 3 tahun ke 3 30%
Kenaikan 3 tahun ke 4 dst 30%
4 Kenaikan Biaya Administrasi & Pasang 20% setiap 3 tahun
5 Pendapatan Non Air 10% dari pendapatan air
6 Harga Pemasangan 2.500.000 Rp/unit
7 Pajak Pendapatan/Kontribusi PAD 0% dari keuntungan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Sumber : PDAM Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2016
Kelompok Golongan 0 - 10 11 - 20 21 - 30 < 30
Pelanggan Pelanggan m3 m3 m3 m3
Sosial A 2.900 3.100 3.300 3.500
Sosial B 3.500 3.700 4.000 5.000
Rumah Tangga A 3.500 4.000 4.500 5.000
Rumah Tangga B 4.000 4.500 5.500 6.500
Instansi Pemerintah Instansi TNI/POLRI
Balai Latihan/Inst Swasta
Usaha Kecil & Menengah
Usaha Besar 8.000 8.500 9.500 10.500
Industri Kecil 8.000 9.000 10.000 10.500 Industri Besar 9.000 10.000 10.500 11.000
Pertamina 12.500 12.500 12.500 12.500
Pelabuhan 12.500 12.500 12.500 12.500
Laut/Udara PLN
KHUSUS
10.000 10.500 11.000 11.500
5.500 6.500 7.500 8.500
KELOMPOK I
KELOMPOK II
KELOMPOK III
5.000 6.000 7.000 8.000
5.000 6.500 7.500 8.500
Blok Tarif
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
Tabel 8.15 Proyeksi Keuangan PDAM Kabupaten Maluku Tenggara Barat
RANGKUMAN PROYEKSI KEUANGAN PDAM MALUKU TENGGARA BARAT
ASUMSIASUMSI
2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035 2040
Kapasitas terpasang 148 148 148 147.5 147.5 147.5 147.5 147.5
Domestik 104%
Sambungan Langsung unit 3,146 3,272 4,022 4,772 6,784 8,252 10,039 12,215 Keran Umum unit 13 14 15 16 21 26 31 36
Penduduk Kab. MTB jiwa 111,474 112,555 113,647 114,749 120,424 126,379 132,628 139,187
Penduduk Terlayani jiwa
Sambungan Langsung jiwa 4 12,584 13,088 16,088 19,088 27,136 33,008 40,156 48,860 Keran Umum jiwa 50 650 700 750 800 1,050 1,300 1,550 1,800
Total 13,234 13,788 16,838 19,888 28,186 0 0 0
12% 12% 15% 17% 23% 0 0 0
Non Domestik
Instansi Pemerintah&Sosial B unit 106 110 114 119 145 177 215 262 Niaga unit 375 390 406 422 514 625 760 925 Industri unit 0 0 0 0 0 0 0 0 Pelabuhan unit 0 0 1 1 1 1 1 1 Jumlah unit 3,640 3,786 4,558 5,330 7,465 9,081 11,046 13,439
Pemakaian Air
Domestik 602,971 627,638 769,118 910,598 1,292,645 1,572,854 1,912,781 2,325,528
Sambungan Langsung m3/samb/bln 15.6 588,931 612,518 752,918 893,318 1,269,965 1,544,774 1,879,301 2,286,648 Keran Umum m3/samb/bln 90 14,040 15,120 16,200 17,280 22,680 28,080 33,480 38,880
Non Domestik m3/samb/bln 150,660 156,600 168,840 175,440 212,400 257,220 311,400 377,820
Instansi Pemerintah&Sosial B m3/samb/bln 30 38,160 39,600 41,040 42,840 52,200 63,720 77,400 94,320 Niaga m3/samb/bln 25 112,500 117,000 121,800 126,600 154,200 187,500 228,000 277,500 Industri m3/samb/bln 35 0 0 0 0 0 0 0 0 Pelabuhan m3/samb/bln 500 0 0 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 Volume air terjual total ribu m3/th 753,631 784,238 937,958 1,086,038 1,505,045 1,830,074 2,224,181 2,703,348
Alokasi Kebocoran Persen 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% Volume Produksi ribu m3/th 942,039 980,298 1,172,448 1,357,548 1,881,306 2,287,593 2,780,226 3,379,185 Kapasitas Produksi (Terpasang) ltr/det 33 35 41 48 67 81 98 120
Harga Dasar Air rp/m3 2,900 2,900 2,900 2,900 4,640 6,496 10,978 18,553 24,119 Faktor harga rata-rata rp/m3 1.32 3,828 3,828 3,828 6,125 8,575 14,491 24,490 31,837 Nilai rata-rata Adm *) rp/SL/bln 5,000 20% 5,000 5,000 5,000 6,000 7,200 7,200 7,200 7,200
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)
RANGKUMAN PROYEKSI KEUANGAN PDAM MALUKU TENGGARA BARAT
8.3.11 Kesimpulan Analisa dan Proyeksi
Dari hasil analisa dan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa tingkat