EFEKTIFITAS PERTUMBUHAN STEK KOPI ROBUSTA
DENGAN PEMBERIAN ZAT PERANGSANG TUMBUH
URINE SAPI
Oleh
SUWARDI
NIM. 070500090
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
EFEKTIFITAS PERTUMBUHAN STEK KOPI ROBUSTA
DENGAN PEMBERIAN ZAT PERANGSANG TUMBUH
URINE SAPI
Oleh
SUWARDI
NIM. 070500090
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli MadyaPada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL KARYA ILMIA : EFEKTIFITAS PERTUMBUHAN STEK KOPI ROBUSTA DENGAN PEMBERIAN ZAT PERANGSANG TUMBUH URINE SAPI
NAMA : SUWARDI
NIM : 070500090
PROGRAM STUDY : BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN : PENGELOLAAN HUTAN
Menyetujui
Megesahkan Direktur,
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Wartomo, MP NIP. 196310281988031003
Dosen Penguji
F. Silvi Dwi Mentari, S,Hut,MP NIP197707232003122002
Dosen Pembimbing
Ir. Budi Winarni, M.Si NIP. 196109141990012001
ABSTTRAK
SUWARDI, Efektifitas Pertumbuhan Stek Kopi Robusta Dengan Pemberian Zat Perangsang Tumbuh Urine Sapi di bawa bimbingan Budi Winarni
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan bibit stek kopi robusta yang diberikan zat perangsang tumbuh urine sapi.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini dapat member tambahan informasi bagi petani kopi dan masyarakat pecinta tanaman kopi, tentang penggunaan urine sapi (50 ml/ 200 ml air) pada pertumbuhan stek kopi.
Pengamatan dilakukan kurang lebih 3 bulan terhitung dari tanggal 1 November 2009 sampai dengan 1 Februari 2010, mulai dari pengambilan data pertama hingga pengambilan data terahir. Penelitian ini dilaksanakan di persemaian Jurusan Pengelolaan Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Penelitian ini terdiri dari 2 perlakuan dengan 10 kali ulangan. U0 : stek kopi yang tidak diberikan urine sapi (kontrol)
U1 : stek kopi yang diberikan urine sapi dengan perendaman selama 5 menit Pemberian urine sapi pada perlakuan U1 (50 ml/200 ml air) diduga memberikan hasil yang tertinggi pada rata-rata pertumbuhan jumlah tunas dan jumlah akar. Sedangkan perlakuan U0 (tanpa perlakuan) menunjukkan hasil yang kurang maksimal pada setiap parameter yang diamati pada stek tanaman kopi.
RIWAYAT HIDUP
SUWARDI. Lahir pada tanggal 16 Agustus 1988 di kota Nunukan Kalimantan Timur dan merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasanga bapak Jana dan ibu Halina.
Pada tahun 1994 mulai menempuh pendidikan Sekolah Dasar SDN 014 Sedadap, Kab. Nunukan lulus pada tahun 2000, setlah itu melanjutkan kesekola h lanjutan tingkat pertama SLTPN Terbuka Nunukan lulus pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menega h Atas SMU Pancasila Nunukan dan lulus pada tahun 2006.
Pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Pengelolaan Hutan Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tahun 2010 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Perusahaan Perkebunan PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Pahu Makmur Estate. Desa Isuy Kecamatan Jempang Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karna atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunsn laporan karya ilmia ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Kedua Orang tua yang telah memberikan dukungan secara penuh sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini sesuai pada waktunya.
2. Kedua Orang tua angkat penulis yang sudah penulis anggap sebagai orang tua sendiri yang selalu memberi dukungan materil maupun moril pada penulis.
3. Ibu Ir. Budi Winarni, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan penulis mulai dari persiapan penelitian sampai penyusunan laporan Karya Ilmiah ini.
4. Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut,MP selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis demi kesempurnaan laporan Karya Ilmiah ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membatu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Karya Ilmiah ini.
6. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, karena telah memberikan sumbangsihnya terhadap terlaksananya laporan Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, namun laporan ini merupakan karya tulis terbaik yang dapat penulis sajikan pada kesempata ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Suwardi Kampus Sei Keledang, Juli 2010
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... viiii
I. PENDAHULUAN... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA... 3
A. Tinjawan Umum Kopi Robusta ... 3
B. Morfologi Tanaman Kopi ... 6
C. Sarat Tumbuh Tanamn Kopi Robusta ... 9
D. Pembibitan Kopi... 11
E. Urine Sapi ... 13
III. METODE PENELITIAN... 15
A. Tempat dan Waktu... 15
B. Alat dan Bahan... 15
C. Prosedur Penelitian... 16
D. Pengambilan dan Pengolahan Data... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 19
A. Hasil ... 19
B. Pembahasan... 21
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 23
A. Kesimpulan... 23
B. Saran... 23
DAFTAR PUSTAKA... 24
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Pertumbuhan tunas bibit stek tanaman kopi robusta ... 19 2. Pertumbuhan akar bibit stek tana man kopi robusta umur 3 bulan... 20
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Rata-rata pertumbuhan tunas stek kopi robusta ... 19 2. Rata-rata pertumbuhan akar bibit stek kopi umur 3 bulan ... 20
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Lay out penelitian ... 25
2. Pengamatan jumlah tunas bibit stek tanaman kopi robusta ... 26
3. Pengamatan rata-rata jumlah akar bibit stek tanaman kopi robusta umur 3 bulan... 26
4. Pengisian polybag... 27
5. Pemilihan cabang kopi yang akan dijadikan bibit stek... 27
6. Pemotongan bahan stek ... 28
7. Perndaman stek dengan urine sapi... 28
8. Pengambilan data ... 29
9. Penghitungan jumlah akar U0 (kont rol) ... 29
I. PENDAHULUAN
Perbanyakan tanaman kopi dengan stek dewasa ini telah berkembang dengan pesat, terutama pada kopi robusta. Sebagian besar perusahaan perkebunan besar negara dan swasta telah menggunakan bahan tanam stek sebagai bahan tanam atau untuk peremajaan tanaman kopinya. Pertumbuhan tanaman stek lebih seragam dan memiliki sifat genetik sama dengan induknya. Sistem perakaran tanaman stek juga cukup kokoh menyerupai tanaman semaian (Nur dan Zainudin, 1989).
Kopi robusta sering kali diperbanyak dengan cara vegetatif, atau menggunakan stek. Dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif atau menggunakan stek, pembentukan akar merupakan faktor awal yang paling terpenting dalam pertumbuhan tanaman, tetapi dengan cara ini sukar terjadi pembentukan akar. Masalah ini memang dapat diatasi dengan pemberian hormon tumbuh, yang tujuannya untuk merangsang keluarnya akar (Abdurrani, 1990a).
Hormon tumbuh dapat berupa hormon tumbuh alami, maupun hormon tumbuh sintetis. Hormon tumbuh alami dapat diperoleh dari organ tumbuh tanaman yang masih muda, misalnya ujung tanaman dan ujung akar. Tetapi sumber keduanya sulit dicari. Sedangkan hormon tumbuh sintetis adalah hormon tumbuh yang dibuat oleh pabrik, misalnya IAA (Indoleacetic acid) atau di pasaran disebut Rooton F. Rooton F selain sulit tersedia oleh para petani di pedesaan, harganya juga relatif sangat tinggi (Abdurrani, 1990b).
Sebenarnya tanaman memiliki hormon misalnya Rhizokulin untuk merangsang akar, Kaulin unt uk merangsang pertumbuhan tunas, dan Antokalin untuk merangsang pembungaan. Hormon-hormon ini termasuk dalam golongan auxin yaitu AIA (Asam Indol Asetat), ANA (Asam Naftalena Asetat), dan AIB (Asam Indol Butirat). Hormon yang terdapat dalam tanaman tersebut jumlahnya hanya sedikit oleh karena itu diperlukan penambahan zat ataupun hormon yang mendukung pertumbuhan akar maupun tunas. Dengan demikian diharapkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat. Misalnya pada pembuatan stek, tanpa pemberian hormon atau zat perangsang tumbuh akar pada stek akan tumbuh agak lama, dan dengan penambahan hormon pada luk a ataupun media maka akar pada stek akan tumbuh lebih cepat (Wuianto dan Erviyanti, 2005).
Seiring dengan berkembanganya ilmuh pengetahuan, dari hasil penelitian ternyara rooton f juga terdapat dalam urine sapi (air kencing sapi). Fungsinya sama, yakni merangsang pertumbuhan akar pada stek kopi sebagai bahan tanam
(Abdurrani, 1990b).
Tujua n penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan bibit stek kopi robusta yang diberikan zat perangsang tumbuh urine sapi.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini dapat memberi tambahan informasi bagi petani kopi dan masyarakat pecinta tanaman kopi, tentang penggunaan urine sapi (50 ml/ 200 ml air) pada pertumbuhan stek kopi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Kopi
Menurut Anonim (2006) dalam Farhan (2009) tanaman kopi (Coffea sp) termasuk ke dalam:
Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub kelas : Dicotyledonea Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea Spesies : Coffea sp
1. Jenis kopi
Menurut (Najiati dan Danarti, 2008), ada beberapa macam jenis kopi antara lain :
a. Kopi arabika (Coffea arabica)
Baik perkembangan kopi dunia maupun di Indonesia pada khususnya, kopi arabika ini yang banyak dan lebih dahulu dikembangkan, tetapi jenis ini sangat tidak tahan terhadap penyakit hemileia vastratrix. Yang masih termasuk golongan arabika yaitu kopi arabika varietas baurbon, jenis catura, marago, pasumah (Sumatera) dan congensis. Jenis arabika mempunyai ciri-ciri dan sifat sebagai berikut :
1). Daun kecil, halus dan mengkilap, panjang daun ± 12-15 cm dan lebar 6 cm.
2). Biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.
3). Bila batang tidak dipangkas, tinggi pohon bisa mencapai ± 5 m dengan bentuk pohon yang ramping.
4). Bila jenis ini ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1350-1850 m dpl, produksinya bagus. Di Indonesia , kopi arabika dapat berproduksi baik pada ketinggian 1000-1750 m dpl. 5). Curah hujan yang optimal sekitar 1500-2250 mm tiap tahun, dan
musim kering sekitar 2-3 bulan/tahun untuk perkembangan bunga b. Kopi liberika (Coffea liberica)
Jenis ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Jenis ini diperkirakan tahan terhadap penyakit, akan tetapi ternyata tidak, sehingga diganti dengan Robusta. Jenis liberika ini sekarang hampir musnah, tinggal ± 1% dari seluruh jenis dari seluruh jenis kopi yang ada. Yang termasuk jenis liberika antara lain kopi abeokutae, klainei, deweprei, excelsa dan dybrowskii. Jenis liberika ini memiliki sifat sebagai berikut :
1). Tanaman yang tidak dipangkas bisa mencapai katinggian = 10 m, memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain, demikian juga mengenai daun, cabang dan buah.
2). Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat berbunga atau berbuah beberapa kali yang terdapat cabang primer melainkan terdapat pada cabang pokok.
3). Besar kecilnya buah tidak merata, pada umumnya buah besar, tetapi bijinya kecil, sehingga perbandingan buah basah menjadi biji kering 10 : 1.
c. Kopi robusta (Coffea canephora)
Jenis kopi ini berasal dari hutan katulistiwa di Afrika, dari pantai barat sampai Uganda, terbentang 100 LU dan S, dapat tumbuh dari permukaan laut sampai ketinggian 1700 m. Ketinggian tempat yang optimal sekitar 300-800 m dengan curah hujan 1250-2500 mm. Yang termasuk varietas robusta antara lain congesta, uganda dan quillo. Jenis robusta ini memiliki sifat sebagai berikut :
1). Bau dan rasanya tidak seenak kopi arabika, tetapi produksinya jauh lebih tinggi dan harganya lebih rendah dari kopi arabika.
2). Daun lebih kecil dengan ukuran 15-17 cm dengan lebar daun 9 cm dengan permukaannya agak berombak dan dari batang-batangnya banyak tumbuh cabang-cabang serta tahan terhadap penyakit.
Menurut Hulupi (2001), saat ini pemerintah telah melepas enam klon kopi robusta, yaitu klon BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409 serta SA 237.
B. Morfologi Tanaman Kopi 1. Akar
Tanaman kopi berakar tunggang, lurus ke bawah, pendek dan kuat. Panjang akar tunggang ini kurang lebih 45-50 cm. Selain itu banyak akar cabang samping yang panjang 1-2 meter horizontal, sedalam ? 30 cm, dan bercabang merata, masuk ke dalam tanah lebih dalam lagi (Najiati
dan Danarti, 2008). 2. Batang dan cabang
Tanaman itu tumbuh dari bijinya, batang pokok sudah mulai tampak dan tumbuh terus menjadi besar. Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok dan tumbuhnya beruas-ruas. Ruas-ruas tersebut tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda.
Menurut Najiati dan Danarti (2008), tanaman kopi memiliki beberapa cabang diantaranya yaitu :
a. Cabang reproduksi (orthrotrop)
Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. Ketika masih muda, cabang ini sering juga disebut wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi yang terdapat di setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang primer. Setiap ketiak daun memp unyai 4-5 tunas reproduksi sehingga bila cabang reproduksi mati maka bisa diperbaharui sebanyak 4-5 kali. Cabang reproduksi mempunyai sifat seperti batang utama sehingga bila batang utama mati
atau tidak tumbuh sempurna maka fungsinya dapat digantikan ole h cabang ini.
b. Cabang primer (plagiotrop)
Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari tunas primer. Setiap ketiak hanya mempunyai satu tunas primer sehingga bila cabang ini mati, di tempat tersebut tidak dapat tumbuh cabang primer lagi. Ciri-ciri cabang primer adalah arah pertumbuhannya mendatar, lemah dan berfungsi sebagai penghasil bunga. Di setiap ketiak daun terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga.
c. Cabang sekunder
Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. Cabang ini mempunyai sifat seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan bunga.
d. Cabang kipas
Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Pohon yang sudah tua biasanya mempunyai sedikit cabang primer karena sebagian besar sudah mati dan luruh. Cabang ini biasanya terletak di ujung batang dan pertumbuhannya cepat sehingga mata reproduksi tumbuh pesat menjadi cabang reproduksi. Cabang reproduksi ini sifatnya seperti batang utama dan sering disebut sebagai cabang kipas
e. Cabang perut
Cabang perut adalah cabang kipas yang mampu membentuk cabang primer meskipun tumbuhnya cukup kuat.
f. Cabang balik
Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, berkembang tidak normal dan arah pertumbuhannya menuju ke dalam mahkota tajuk.
g. Cabang air
Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuh pesat serta ruas daun relatif panjang dan lunak atau banyak mengandung air.
3. Daun
Daun tanaman kopi mempunyai bentuk bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan.
4. Bunga
Bunga tanaman kopi tumbuh pada cabang primer atau cabang sekunder, tersususn berkelompok-kelompok. Tiap-tiap kelompok terdiri atas 4-6 kuntum bunga, bunga yang sudah mekar berwarna putih.
5. Buah
Sebagian besar buah terdapat pada cabang primer atau skunder sebagaimana halnya dengan bunga. Buah kopi yang muda berwarna hijau, setelah tua berwarna kuning dan kalau masak warnanya menjadi merah.
6. Biji
Biji tanaman kopi terdapat di dalam buah yang terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Kulit biji yang merupakan selaput tipis membalut biji yang disebut selaput perak atau kulit ari.
2) Putih lembaga (endosperma). Pada permukaan biji yang datar arahnya memanjang ke dalam, merupakan lubang yang panjang sama dengan bijinya.
C. Syarat Tumbuh Kopi Robusta
Menurut (Najiati dan Danarti, 2009), pertumbuhan dan produktivitas tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Faktor lingkungan
Yang termasuk faktor lingkungan antara lain adalah : a. Iklim
Tanaman kopi robusta dapat tumbuh di dataran rendah dan tinggi. Tanaman kopi robusta dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1700 m dpl. Ketingian optimal sekitar 300-800 m dpl.suhu yang dikehe ndaki kopi robusta optimalnya 120C -24 0C.
b. Tanah
Tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atas dalam dan gembur, agar akar tanaman kopi dapat tumbuh berkembang dengan baik. Selain memilih tanah seperti di atas tanaman kopi memilih reaksi asam yang ringan dengan pH 6 – 6,5.
c. Curah hujan
Mengenai curah hujan, yang penting bukan banyaknya dalam satu tahun melainkan pembagian curah hujan dalam masa satu tahun. Batas minimal dalam satu tahun adalah 1250-2500 mm, sedang yang optimalnya adalah 2000-3000 mm. Di Indonesia curah hujan terletak 2000-3500 mm.
d. Penyinaran
Pada umumnya, kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Sengatan sinar ma tahari langsung dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari tanah dan daun sehingga menggangu keseimbangan proses fotosintesis.
e. Angin
Angin berpengaruh besar terhadap jenis kopi yang bersifat steril. Peranan angin adalah membantu berpindahnya serbuk sari bunga dari tanaman satu ke putik bunga kopi yang berbeda, dengan demikian, terjadi penyerbukan yang dapat menghasilkan buah. (Najiati dan
Danarti 2008). 2. Faktor bahan tanaman
Yang termasuk faktor bahan tanaman antara lain adalah jenis tanaman kopi
3. Faktor tindakan kultur teknis
Yang termasuk faktor tindakan kultur teknis antara lain adalah macam- macam varietas/klon dan sifatnya.
D. Pembibitan Kopi
Bibit kopi dapat diperoleh secara vegetatif dan generatif 1. Pembibitan vegetatif
Menurut Bip (1991), perbanyakan secara vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan bagian dari tanaman seperti batang ataupun cabang. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan 2 cara:
a. Menyambung.
Menyambung memerlukan batang bawah (onderstam) dan batang atas (entris).
1). Syarat batang bawah:
a) Tahan terhadap penyakit akar.
b) Mempunyai sistem perakaran yang menyebar luas dan kuat. c) Umur batang bawah ± 1 tahun.
2). Syarat batang atas:
a) Mempunyai pertumbuhan yang baik. b) Produksi tinggi.
c) Penyambungan dapat dilakukan pada permulaan musim penghujan atau akhir musim kemarau.
b. Menyetek.
Perbanyakan dengan stek dapat dilakukan dengan menggunakan bedengan atau bak penyemayan. Bahan stek yang dapat digunakan: 1). Stek yang berasal dari tunas orthotrop (tunas ke arah atas) pada
ruas ke 2-3 dari ujung.
2). Panjang stek 7-10 cm mempunyai sepasang daun dan dipotong 2/3 dari panjang daun.
3). Setelah satu bulan stek dapat dipindahkan ke bedengan pemeliharaan.
4). Umur 8 bulan di bedengan pemeliharaan dapat dipindahkan ke lapangan
2. Pembibitan generatif (degan biji)
Menurut Abdurrahman (2009) pembibitan tanaman kopi secara generatif ada 2 tingkat yaitu :
a. Perkecambahan
Sebelum ditanam di persemaian semua biji dikecambahkan terlebih dahulu. Pada tempat perkecambahan dibentuk bedengan-bedengan dengan lebar 1,2 m dan panjang 2,4 m. Selanjutnya pada bedengan dilapisi pasir setebal 5 – 10 cm dan di atas bedengan diberi atap atau naungan.
b. Cara mengencambahkan
Biji di bedengan ditanam secara berderet di dalam 1 baris dengan jarak antara 5 cm. Sedangkan jarak antara biji dengan biji 2,5 cm. Setiap 1 meter bisa memuat 2000-3000 biji, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya biji atau jenisnya. Biji yang ditaburkan bisa dengan kulit biji tanduk atau tanpa kulit tanduk.
Setelah selesai pembenaman, biji-biji tersebut diberi pasir lagi jangan terlalu tebal. Tempat perkecambahan ini harus dijaga supaya tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban biji-biji tersebut, di atas bedengan yang tertutup pasir tadi diusahakan ditutup dengan lalang atau jerami yang dipotong-potong antara 0,5-1 cm, kemudian diadakan penyiraman dua atau tiga kali sehari, tetapi tidak boleh terlalu basah.
E. Urine Sapi
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dari hasil penelitian ternyata hormon yang terdapat pada Rrooton F juga terdapat pada urine sapi (air kencing sapi). Fungsinya sama, yakni merangsang pertumbuhan akar pada stek kopi sebagai bahan tanaman, (Abdurrani 1990b). Cara penggunaannya, urine sapi dikumpulkan dalam wadah atau tempat, diencerkan dengan menggunakan air bersih.
Zat perangsang tumbuh atau hormon tumbuh adalah senyawa organik yang dalam konsentrasi rendah (< 1 mm) mampu mendorong, menghambat, atau secara kualitatif merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Erviyanti, 2005).
Hormon tumbuh dapat berupa hormon tumbuh alami, maupun hormon tumbuh sintetis. Hormon tumbuh alami dapat diperoleh dari organ tumbuh tanaman yang masih muda, misalnya ujung tanaman dan ujung akar. Tetapi sumber keduanya sulit dicari. Sedangkan hormon tumbuh sintetis adalah hormon tumbuh yang dibuat oleh pabrik, misalnya IAA (Indoleacetic acid) atau dipasaran disebut Rooton F. Rooton F selain sulit tersedia di tempat yang mudah dijangkau oleh para petani di pedesaan, harganya juga relatif sangat tinggi (Abdurrani, 1990b).
Urine sapi merupakan pupuk kandang cair bagi tanaman, urine sapi juga sebagai penggembur tanah, ini dikarenakan sapi banyak mengkomsumsi dedaunan yang banyak mengandung zat- zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan kimia urine sapi adalah N = 1,4 % sampai 2,2 %, P = 0,6 % sampai 0,7 %, K = 1,6 % sampai 2,1 %, penggunaan pupuk kandang cair urine sapi sebagai zat perangsang tumbuh.
Urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh. Urine sapi juga memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, dikarena baunya yang khas urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendali hama tanaman dari serangga (Anti 1987).
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama tiga bulan terhitung dari tanggal 1 November 2009 sampai 1 Februari 2010 yang meliputi persiapan, penanaman, pengambilan data dan pengolahan data.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan adalah : a. Gunting Stek b. Pisau c. Cangkul d. Gelas ukur e. Ember f. Gembor
h. Kamera dan alat tulis 2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah : a. Pupuk Kandang
b. Pasir c. Urine sapi
d. Plastik label
e. Bibit stek kopi robusta klon BP 42 f. Air
g. polybag
C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan media tanam
Pupuk kandang dan pasir dibersihkan dari benda-benda lain seperti batang, daun dan ranting, kemudian dimasukkan ke dalam polybag dengan perbandingan 1 : 1 (1 karung pupuk kandang dan 1karung pasir) diisikan kepolybag sebanyak 25 polybag. Lima polybag sebagai tanaman cadangan, polybag yang sudah diisi dengan pupuk kandang dan pasir diletakkan dibawah naungan dari sarlon.
2. Persiapan bibit stek
Pengambilan bibit stek tanaman kopi robusta dari kebun pada pagi hari saat penanaman bibit akan dilakukan, agar bibit tetap segar pada waktu pemberian perlakuan dan penanaman. Bibit stek yang diambil dari tunas orthotrop (tunas ke arah atas) pada ruas ke 3 dari ujung dengan panjang 10-15 cm dan memiliki 2 pasang daun yang dipotong 2/3 dari panjang daun.
Bibit yang digunakan diambil dari perkebunan SPMA Sempaja Samarinda.
3. Persiapan zat perangsang tumbuh
Urine sapi diambil dari peternakan masyarakat, sebanyak 1 liter urin sapi yang suda dikumpulkan diencerkan dengan air bersi dengan konsenterasi 25%.
4. Perlakuan
Penelitian ini disusun dalam 2 perlakuan dimana setiap perlakuan terdiri dari 10 tanaman yang diamati. Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari a. U0 = Tanpa perlakuan perendaman urine sapi untuk 10 bibit stek tanaman
kopi robusta.
b. U1 = Direndam dengan urine sapi selama 5 menit untuk 10 bibit stek tanaman kopi robusta.
5. Penanaman
Bibit stek tanaman kopi robusta yang sudah diberi perlakuan ditanam dalam polybag dan disusun dalam bak dengan jarak 10 cm dalam barisan dan 5 cm antar baris, posis i bibit stek tegak lurus ditancapkan dengan kedalaman 5 cm dari permukan media dalam polybag.
6. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan sampai media tanam menjadi lembab, waktu penyiraman disesuaikan dengan keadaan tanah, jika tanah masih basah/lembab penyiraman tidak dilakuan.
b. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dalam polybag dilakukan dengan sistem manual mengunakan tangan. Pengendalian gulma bertujuan untuk menghindari persaingan bibit dan gulma dalam perolehan unsur hara dalam polybag.
D. Pengambilan dan Pengolahan Data
Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali dan dilakukan satu bulan sekali, dengan parameter sebagai berikut :
1. Jumlah Tunas
Dengan menghitung semua tunas yang muncul pada bibit stek tanaman kopi robusta.
2. Jumlah Akar
Dengan mencabut dan menghitung semua akar yang muncul pada bibit stek tanaman kopi robusta, ini dilakukan pada akhir penelitian (umur tanaman 90 hari).
Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan penghitungan rata-ratanya Untuk menghitung nilai rata-rata jumlah tunas dan akar stek kopi robusta dari data hasil pengamatan digunakan rumus sebagai berikut :
x =
n x
?
Keterangan : x = rata-rata hitung ?X = jumlah tunas atau akar
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Jumlah tunas
Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata pertumbuhan tunas bibit stek tanaman kopi robusta (Coffea canephora) dengan penggunaan urine sapi sebagai zat perangsang tumbuh dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Pertumbuhan tunas bibit stek tanaman kopi robusta
Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan tunas stek kopi robusta yang diberi perlakuan perendaman urine sapi U1 (perendaman urine sapi selama 5 menit) menunjukkan hasil lebih baik dariperlakuan U0 (tampa perendaman urin sapi)
0 5 10 15 20
Umur 1 bulan Umur 2 bulan Umur 3 bulan
U0 U1
Gambar 1. Rata-rata pertumbuhan jumlah tunas stek kopi robusta Rata-rata persentase jumlah tunas yang tumbuh
Perlakuan
Umur 1 bulan Umur 2 bulan Umur 3 bulan
U0 7 9 12 U1 10 16 19 1% 0,7% 0,9% 1,6% 1,2% 1,9%
2. Jumlah akar
Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata jumlah akar bibit stek tanaman kopi robusta (Coffea canephora) dengan penggunaan urine sapi sebagai zat perangsang tumbuh dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Pertumbuhan akar bibit stek tanaman kopi robusta umur 3 bulan .
Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan akar stek kopi robusta yang diberi perlakuan perendaman urine sapi U1 (perendaman urine sapi selama 5 menit) menunjukkan hasil rata-rata pertumbuhan akar 6,1.
Untuk U0 ( tanpa perendaman urine sapi) menunjukkan hasil rata-rata pertumbuhan akar stek tanaman kopi robusta 0,6
0 10 20 30 40 50 60 70 U0 U1
Gambar 2. Rata-rata pertumbuhan akar bibit stek kopi robusta umur 3 bulan
Perlakuan
? Stek yang diamati (batang)
? Jumlah akar yang muncul Rata-rata pertumbuhan akar U0 10 6 0,6 U1 10 61 6,1 6,1% 0,6%
B. Pembahasan
Hasil pengamatan dari aplikasi urine sapi yang dilakukan selama 3 bulan terhadap stek kopi robusta memberikan hasil yang berbeda, dimana pemberian urine sapi terbaik dari parameter yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian urine sapi memberikan hasil yang lebih baik dari pada U0 atau kontrol (tanpa pemberian urine sapi).
Menurut Novizan (2007) pupuk yang memiliki kandungan N yang lebih tinggi dibandingkan unsur hara lainya tergolong ke dalam jenis jenis pupuk fase vegetatif. Ditambahkan oleh Marsono dan Lingga (2006), bahwa pupuk yang kandundugan N nya lebih tinggi menyebabkan daun akan cepat berubah menjadi hijau dan tunas-tunas baru akan bermunculan. Hal ini diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya perbedaan pertumbuhan jumlah daun dan jumlah tunas maupun akar.
Menurut Anti (1987) penggunaan urine sapi sebagai zat perangsang tumbuh mempunyai kandungan unsur hara N = 1,4% sampai 2,2 %, P = 0,6% sampai 0,7 %, K = 1,6% sampai 2,1 %. Manfaat dari unsur hara tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tumbuhan memerlukan Nitrogen (N) untuk pertumbuhan, terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan tunas, cabang, dau dan batang. Nitrogen juga bermanfaat dalam pembent ukan zat hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis (Parnata, 2004). Kebutuhan akan N yang dibutuhkan stek kopi robusta dapat dipenuhi dengan urine sapi karena memiliki kandungan N sebanyak 1,4 % sampai 2,2%.
2. Posfor (P) yang terkandung dalam urine sapi sebanyak 0,6% sampai 0,7%. Menurut Parnata (2004), Posfor (P) dapat memacu pertumbuhan akar, memperkuat batang tanaman dan membantu fotosintesis dan respirasi. Dengan demikian proses metabolisme pada stek tanaman kopi dapat meningkat. Proses ini berdampak pada meningkatnya laju pembentukan tunas dan akar.
3. Kalium (K) berfungsi untuk memperkuat jaringan tanaman dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang bisa melawan penyakit dan kekeringan Parnata (2004). Kandungan K pada urine sapi 1,6 % sampai 2,1 % diduga mampu meningkatkan ketahanan stek kopi terhadap serangan penyakit dan kekeringan sehingga selama pengamatan berlangsung stek yang dihasilkan tidak muda terserang penyakit.
Berdasarkan hasil dari pengamatan di atas jelas terlihat bahwa U1 (pemberian urine sapi ) menunjukan hasil pertumbuhan rata-rata yang lebih tinggi dari kedua perlakuan, ini dikarenakan urine sapi memiliki unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman, oleh karena itu pemberian urine sapi bisa digunakan sebagai zat perangsang tumbuh pada tanaman. Sedangkan U0 (tanpa perlakuan) menunjukkan rata-rata yang terendah dari kedua perlakuan lainya. Hal ini diduga karena stek tanaman kopi yang tanpa diberi perlakuan pemberian urine sapi, mengalami pertumbuhan yang kurang baik, akibat kurangnya ketersedian unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemberian urine sapi diduga menunjukkan hasil pertumbuhan tunas dan akar stek kopi robusta yang lebih baik dari pada tanpa pemberian urine sapi.
B. Saran
Untuk mendapatkan stek kopi yang baik dapat digunakan urine sapi sebagai zat perangsang tumbuh, dan dapat dilakukan pene litian lanjutan dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrani. 1990a. Bercocok Tanam Kopi. Yayasan kanisius Yogyakarta.
Abdurrani. 1990b. Kualitas Fisik dan Kimia Urin Ternak Sebaga i Pupuk Organik. Penelitian UUM. Malang.
Anti. 1987. Pemanfaatan Urine sapi Sebagai Pupuk Cair. Penelitian unipersitas ugm malang (UUM). Malang.
Abdurrahman. 2009. Pembibitan Kopi.Yayasan Kanisius. Yogyakarta
Bip, 1991. Perbanyakan Kopi Dengan Stek. Yayasan Kanisius Yogyakarta.
Erviyanti. 2005. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta.
Farhan. 2009. Bercocok Tanam Kopi. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.
Hulupi.2001. Bercocok Tanam Kopi. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.
Nur Dan Zainudin. 1989. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.
Najiati dan Hadmadi. 2001. Budidaya Kopi dan Penaganan Pasca Panen. PT. Penebar Swadaya.
Lingga P. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swdaya. Jakarta.
Marsono dan P Lingga . 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka. Depok.
Parnata AS. 2004. Pupuk Orga nik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agro Media Pustaka. Depok.
Wuianto Dan Erviyanti. 2005. Pupuk Organik Cair. Aplikasi Dan Manfaatnya. Agro Media Pustaka. Depok.
Lampiran 1. Lay out penelitian U S U12 U17 U11 U15 U13 U18 U110 U14 U16 U19 U04 U05 U010 U07 U01 U09 U03 U06 U08 U02
Lampiran 2. Pengamatan tumbuh bibit stek tanaman kopi robusta Perlakuan U0
(tanpa perendaman perendaman urin sapi )
Perlakuan U1
(perendaman 5 menit urine sapi ) No tanaman Umur 1 bulan Umur 2 bulan Umur 3 bulan No tanaman Umur 1 bulan Umur 2 bulan Umur 3 bulan U01 1 1 2 U11 1 2 2 U02 - 1 1 U12 2 2 2 U03 1 1 1 U13 1 1 2 U04 1 1 1 U14 1 2 2 U05 - - - U15 1 2 2 U06 1 1 2 U16 2 2 2 U07 - 1 1 U17 1 1 1 U08 - - 1 U18 - 1 2 U09 2 2 2 U19 1 2 2 U010 1 1 1 U110 - 1 2 Jumlah 7 9 12 Jumlah 10 16 19
Lampiran 3. Pengamatan rata-rata jumlah akar bibit stek tanaman kopi robusta umur 3 bulan.
Perlakuan Uo (tanpa perendaman Urin
sapi )
Perlakuan U1 (perendaman 5 menit urine
sapi ) No tanaman Jumlah tunas Jumlah akar No
tanaman Jumlah akar
U01 - U11 7 U02 - U12 11 U03 1 U13 5 U04 - U14 5 U05 1 U15 6 U06 - U16 7 U07 1 U1.7 12 U08 - U1.8 2 U09 - U1.9 9 U010 3 U010 - Jumlah 6 Jumlah 61
Lampiran 4. Pengisian polybag
Lampiran 6. Pemotongan stek
Lampiran 8. Pengambilan Data