• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KEWARISAN NOMOR : 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg DI PENGADILAN AGAMA KLAS 1A PADANG ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KEWARISAN NOMOR : 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg DI PENGADILAN AGAMA KLAS 1A PADANG ARTIKEL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA

KEWARISAN NOMOR : 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg

DI PENGADILAN AGAMA

KLAS 1A PADANG

ARTIKEL

Diajukan guna melengkapi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar sarjana hukum

Oleh :

YENI ARLIANI

1210012111062

Program Kekhususan Hukum Perdata

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2017

(2)
(3)

1

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KEWARISAN NOMOR : 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg DI PENGADILAN AGAMA KLAS 1A PADANG

Yeni arliani1, Syafril1, Desmal Fajri1 1

Progam Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta Email : yeniarliani24@gmail.com

ABSTRAK

Supreme Court Regulation No. 1 Year 2016 on Procedures for Mediation in the Court requiring the parties to mediate. Disputes can be resolved through mediation can be applied outside the court (litigation) or court (litigation) as inheritance dispute that became the object of property. Inheritance disputes occur due to differences in interests that cause dissatisfaction or ignorance of the rules concerning inheritance. The issues in this study were 1. How is the implementation of mediation in the settlement of disputes of inheritance Number: 0147 / Pdt.G / 2014 / PA.Pdg in the Religious Class 1A Padang. 2. Are obstacles mediator judge in inheritance dispute resolution No. 0147 / Pdt.G / 2014 / PA.Pdg in the Religious Class 1A Padang. 3. Now efforts of mediators in resolving disputes and inheritance judge Number: 0147 / Pdt.G / 2014 / PA.Pdg in the Religious Class 1A Padang. This research used socio-juridical. Sources of data are the primary data by conducting interviews with informants, the data sekundar are of regulations danbuku-books. The data collection was done by interview and document study. after data is collected qualitative analysis. The results showed: 1) the implementation of mediation in the settlement of disputes of inheritance is based on the reference in the Supreme Court Regulation No. 1 of 2016 on mediation procedures in court. 2) constraints judge mediator in the settlement of disputes of inheritance is both sides do not want peace .. 3) the efforts of a judge mediator in resolving disputes and inheritance is to bring the two parties to want to make peace, mediators provide appropriate solutions.

Keywords: Implementation, Mediation, Inheritance Dispute.

Pendahuluan

Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu sama lain. Dengan adanya hubungan timbal balik, maka sering kali timbul fenomena sosial berupa konflik yang timbul akibat adanya kepentingan yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan itulah yang menjadi titik awal dari suatu pertentangan atau konflik. Jika kita bisa

menyikapi perbedaan tersebut dengan baik, saling menghormati dan menghargai satu sama lain mungkin tidak akan menjadi masalah. Namun sering kali sebagai manusia tidak dapat menghindari adanya benturan-benturan kepentingan (conflict of interest) satu sama lain. Benturan kepentingan itu tidak hanya terjadi antara manusia sebagai individu, namun bisa

(4)

2

merambah kepada suatu kelompok manusia. Suatu konflik biasanya disertai pelanggaran hak dan kewajiban dari pihak satu terhadap pihak lain sehingga dapat menimbulkan kerugian. Dalam kondisi ini hukum memegang peranan penting dalam menyelesaikan konflik tersebut.

Sengketa kewarisan yang terjadi di masyarakat umumnya tertumpu pada pembagian harta warisan karena ada ahli waris yang tidak mendapatkan haknya, atau ada sebagian ahli waris yang menguasai harta warisan. Sengketa juga terjadi apabila harta warisan telah dijual oleh salah satu ahli waris tanpa persetujuan ahli waris lainnya dan tindakan beberapa pihak yang mengulur pembagian warisan dengan motif tertentu. Akhirnya terjadi perselisihan antar keluarga menyebabkan konflik yang berkepanjangan karena timbulnya ketidakpuasan bagi sebagian ahli waris disamping itu juga ketidaktahunya bagian-bagian yang telah diatur dalam islam serta keserakahan dan rasa egois. Penyelesaiannya dapat dilakukan dengan musyawarah secara kekeluargaan di antara ahli waris. Jika persengketaan meningkat, maka diperlukan pihak ketiga yang memiliki otoritas dan wewenang untuk memberikan keadilan dan putusan yang berkekuatan hukum yaitu pengadilan agama. Lembaga peradilan ditempuh sebagai langkah terakhir dalam penyelesaian sengketa kewarisan.

Dalam rangka menyelaraskan kepentinga para pihak yang bersengketa, sekaligus pencapaian asas keadilan dan kepastian hukum guna mengatasi permasalahan tersebut, maka lembaga perdamaian dalam bentuk mediasi menjadi salah satu solusi alternatif. Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam menyikapi hal ini telah mengeluarkan beberapa peraturan yang secara khusus mengatur keberadaan mediasi, yang diharapkan menjadi jalan keluar atas permasalahan lambatnya proses penyelesaian sengketa. Berbeda dengan litigasi, mediasi menganut sistem sama-sama menang (win-win solution) dalam penyelesaian sengketa, sehingga tidak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan karena keputusan yang diambil merupakan hasil dari musyawarah bersama itulah alasan mediasi dipandang lebih memberikan rasa adil.

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi) dianggap tidak efektif dan efisien. Dari beberapa kepustakaan yang ada mengenai penyelesaian sengketa melalui pengadilan di beberapa negara, kritik yang paling umum di lontarkan, yaitu : penyelesaian sengketa melalui litigasi sangat lambat, biaya perkara mahal, putusan pengadilan tidak menyelesaikan

(5)

3

masalah, kemampuan para hakim bersifat generalis, dan berbagai ungkapan yang mengurangi citra pengadilan.

Prinsip mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral (non intervensi) dan tidak berpihak (imparsial) serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang bersengketa. Pihak ketiga disebut mediator atau penegah, mempunyai tugas membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya, tetapi tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan. Dalam mediasi, seorang mediator berperan membantu para pihak yang bersengketa dengan melakukan identifikasi persoalan yang dipersengketakan, mengembangkan pilihan dan mempertimbangkan alternatif yang dapat ditawarkan kepada para pihak untuk mencapai kesepakatan.

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, ekonomi syari’ah”.

Pada Pasal 56 ayat (1) dalam Hukum Acara Peradilan Agama sengketa waris diatur penyelesaiannya oleh Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang menyebutkan : “Ketentuan sebagaimana yang dimaksud tidak menutup kemungkinan usaha penyelesaian perkara secara damai.” Intinya pada Pasal ini Pengadilan Agama dalam menyelesaikan suatu perkara harus melalui upaya damai (mediasi).

Dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan disebutkan bahwa : “Mediator adalah hakim atau pihak lain yang memiliki sertifikasi mediator sebagai pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara pemutus atau memaksakan sebuah penyelesaian”. Pasal 1 angka 11 “Hakim adalah hakim pada pengadilan tingkat pertama dalam lingkungan peradilan umum dan peradilan agama”. Peran Mediator Hakim hanya sebagai penengah yang bersifat imparsial (tidak memihak) pada pihak manapun, dan juga sebagai penolong yang berusaha untuk membicarakan bersama mengenai masalah yang dihadapi oleh para pihak untuk mencari dan menemukan solusi yang dapat diterima secara mufakat. Mediator sebagai pengemudi penyelesaian perselisihan harus berjiwa besar, sabar,

(6)

4

ulet dan menjiwai baik karakter para pihak maupun masalah yang dihadapi.

Dari tiga tahun terakhir, tercatat perkara yang masuk ke Pengadilan Agama Padang dari jumlah perkara waris yang diputus dari tahun 2014-2016 ada 61 perkara yang terdiri dari 37 dikabulkan, 16 dicabut, diterima 2, digugurkan 2, dan 4 tidak diterima.

Sengketa Perkara Nomor 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg diawali ketika orangtua para penggugat dan tergugat meninggalkan harta bersama tidak bergerak berupa sebidang tanah seluas 250 m2 beserta bangunan diatasnya. Perkara tesebut diselesaikan melalui beberapa kali proses mediasi dan persidangan hingga para pihak tidak dapat di damaikan. Dalam upaya mendamaikan para pihak yang bersengketa, mediasi dapat dilakukan di awal pemeriksaan perkara hingga proses persidangan. Kesepakatan yang telah dituangkan dalam akta bahwa perdamaian gagal dilakukan sehingga perkara tersebut diserahkan

kepada hakim untuk menyelesaikan masalah sengketa kewarisan ini.

Mediator dalam menjalankan perannya hanya memiliki kewenagan untuk memberikan saran atau menentukan proses mediasi dalam mengupayakan penyelesaian sengketa. Dengan menempuh jalan mediasi, diharapkan sengketa waris yang melibatkan anggota keluarga atau kerabat dekat yang bersengketa akan menemukan suatu keputusan yang menguntungkan bagi para pihak.

Keberhasilan mediasi tidak cukup hanya didukung oleh aturan-aturan tentang mediasi dan pelaksanaan mediasi yang profesional, namun juga membutuhkan kesadaran masyarakat tentang makna perdamaian dalam kehidupan. Damai dan konflik adalah fitrah manusia. Setiap manusia menginginkan hidup damai dengan siapapun. Meskipun demikian, kadang muncul konflik ditengah masyarakat. seperti kasus sengketa kewarisan.

(7)

5

Berdasarkan permasalahan tersebut untuk selanjutnya diteliti dan dibahas dalam penulisan ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa

kewarisan Nomor :

0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg di Pengadilan Agama Klas 1A Padang ? 2. Apakah kendala mediator hakim

dalam penyelesaian sengketa

kewarisan Nomor :

0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg di Pengadilan Agama Klas 1A Padang ? 3. Apakah upaya yang dilakukan

mediator hakim dalam menyelesaikan sengketa kewarisan Nomor : 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg di Pengadilan Agama Klas 1A Padang? Dengan adanya permasalahan di atas, penelitian yang dilakukan untuk membahas permasalahan tersebut mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa kewarisan Nomor : 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg di Pengadilan Agama Klas 1A Padang. 2. Untuk mengetahui kendala mediator hakim dalam penyelesaian sengketa

kewarisan Nomor :

0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg di Pengadilan Agama Klas 1A Padang. 3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan mediator hakim dalam

menyelesaikan sengketa kewarisan Nomor : 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg di Pengadilan Agama Klas 1A Padang.

Metodologi

Penulis ini menggunakan jenis penelitian hukum yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan untuk mendapatkan data primer berkenan dengan pokok permasalahan yang hendak dibahas. Penelitian yang penulis teliti adalah dengan bentuk wawancara dengan informan yaitu Bapak Drs. H. Baharuddin RM, SH sebagai mediator hakim di Pengadilan Agama Klas 1A Padang.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri atas :

a) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat. Seperti :

(1) Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

(2) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

(3) Inpres Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. (4) Peraturan Mahkamah Agung

(8)

6

tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang erat hubungan nya dengan hukum primer. Adapun bahan hukum sekunder yang digunakan buku-buku, jurnal-jurnal dan tulisan yang berhubungan dengan pelaksanaan kewarisan dan mediasi.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data primer. Dalam melakukan wawancara ini penulis menyiapkan daftar pertanyaan yang berbentuk terbuka yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sebagai alat pengumpulan data dan studi dokumen yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dipakai dalam mempelajari bahan kepustakaan atau literatur-literatur, buku-buku dan Peraturan Perundang-undangan, serta bahan atau data yang berkaitan dengan masalah Pelaksanaan Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Kewarisan di Pengadilan Agama Klas 1A Padang.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa perkara Nomor : 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg merupakan perkara sengketa kewarisan antara Asmi Jayus dan Yanfriadi Jayus sebagai penggugat mengajukan gugatan terhadap Yandriwati Jayus, Desi Warni Jayus, Asmen Jayus di Pengadilan Agama Klas 1A Padang.

Dalam penyelesian sengketa kewarisan ini dilakukan melalui proses mediasi dengan mempertemukan para pihak yang bersengketa dengan meyediakan mediator sebagai penyelesaian sengketa tersebut sesuai dengan proses yang berlaku. Dalam hal ini penulis telah melakukan wawancara dengan Bapak Baharuddin sebagai mediator dalam perkara ini, dimana ia menjelaskan proses pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa kewarisan berdasarkan dengan acuan dari Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 tahun 2016 tentang Prosedur mediasi di Pengadilan.

Dimana proses mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penetapan perintah melakukan mediasi dapat di perpanjang apabila para pihak ingin melakukannya.

Dalam perkara Nomor :

0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg proses mediasi antara para penggugat dan tergugat yang dilakukan gagal karna antara para pihak

(9)

7

bersikeras dengan pendapat masing-masing. Pada saat proses mediasi berlangsung terjadi kekerasan yang dilakukan penggugat terhadap tergugat sehingga proses mediasi diberhentikan dan tidak dilanjutkan. Sehingga mediator menganggap mediasi ini gagal. Perkara tersebut dikembalikan kepada hakim agar masalah ini bisa diselesaikan secara adil. Kendala-kendala inilah yang membuat proses mediasi tidak dapat berjalan secara maksimal dan sebagai mestinya. Mengaharuskan mediator untuk berpikir guna menemukan upaya-upaya demi menyelesaikan kendala-kendala tersebut.

Pemikiran-pemikiran singkat dari masyarakat awam inilah yang mempengaruhi orang disekitar mereka bahwa mengikuti proses mediasi hanyalah sebuah langkah formalitas, tidak mengikutinya mediasipun tidak apa-apa, dan tidak akan mengubah apapun. Opini-opini ini terus menyebar di masyarakat, sehingga proses mediasi dipandang sebelah mata oleh masyarakat awam. Pandangan yang salah inilah yang membuat masyarakat awam yang hendak menyelesaikan perkara mereka di pengadilan, tidak begitu menaruh perhatian lebih terhadap mediasi. Mereka jadi mengira tidak perlu juga mengikuti proses mediasi, pemikiran ini dipengaruhi oleh pandangan yang salah tadi, yang didapat dari orang yang juga tidak

mempunyai pengetahuan lebih mengenai mediasi, yang mana mungkin ia hanya mendengar dari orang lain juga yang tidak jelas sumber informasinya.

Kendala-kendala lain yang terdapat dalam pelaksanaan penyelesaian perkara secara mediasi oleh hakim di Pengadilan Agama Kelas IA Padang, termasuk sengketa kewarisan juga dapat disebabkan pada lingkungan pengadilan itu sendiri. Yang menjadi kendalanya adalah tempat dan waktu yang menjadi batasan bagi para pihak untuk menyelesaikan sengketa, waktu yang sebentar dan ruang mediasi yang hanya terdapat satu ruang saja, membuat mediasi kurang dapat dimaksimalkan, disesuaikan dengan banyaknya juga antrian perkara yang juga harus menempuh jalur mediasi, membuat pelaksanaan mediasi menjadi lama, sehingga tujuan mediasi yang menghemat waktu pun tidak tercapai. Selain itu, jumlah mediator hakim aktif kurang memadai, masyarakat lebih suka memakai jasa hakim aktif sebagai mediator, karena tidak lagi dibutuhkan lagi biaya tambahan untuk menggunakan jasa mediator non hakim. Simpulan

1. Pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian sengketa kewarisan No : 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg telah dilakukan mediasi dengan proses berdasarkan Peraturan Mahkamah

(10)

8

Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang proses mediasi di Pengadilan. Dalam pelaksanaannya mediator mempertemukan para pihak untuk berdamai dengan memberikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini

2. Kendala Hakim mediator dalam Pelaksanaan mediasi dalam pennyelesaian sengketa kewarisan Nomor : 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg di Pengadilan Agama Klas 1A Padang.

Adapun yang menjadi kendala yang dihadapi mediator dalam melakukan mediasi pada proses sengketa kewarisan di Pengadilan Agama Padang sebagai berikut:

a) Kebanyakan para pihak yang datang ke Pengadilan Agama Klas IA Padang dalam perkara No: 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg sangat sulit untuk didamaikan atau menemukan kata sepakat karena mereka sudah mempunyai prinsip sendiri untuk mempertahankan posisi mereka, yang mana masing pihak-pihak menganggap tindakan yang diambil sudah benar dan sesuai yang diinginkan, dan mungkin hanya sedikit dari mereka yang menemukan kata sepakat dan dapat didamaikan dalam proses pelaksanaan mediasi.

b) Perkara sengketa waris No: 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg yang sudah sangat parah, yang mana masalah waris tersebut pernah diselesaikan secara kekeluargaan, namun tidak bisa diselesaikan dan merasa jalan satu-satunya ialah menyelesaikan masalah di pengadilan, yang mana dalam hal inilah yang menjadikan semua pendekatan, nasehat, pemahaman lain yang diberikan saat mediasi menjadi sia-sia. Maka setiap masukan yang diberikan mediator tidak akan diterima oleh oleh salah satu ataupun kedua belah pihak, mereka sudah mempertahankan keyakinan masing-masing dan mereka menganggap keyakinan merekalah yang benar dan akan menang dalam perkara ini.

c) Dalam perkara ini para pihak tidak dapat diajak bekerja sama, dalam artian tidak memiliki niat (beriktikad baik) dalam melakukan mediasi menurut penuturan dari Bapak baharuddin menyebutkan bahwa tidak memiliki niat yakni salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir dalam proses mediasi, sama halnya para pihak memberikan kuasa hukum kepada pengacaranya, meskipun hal tersebut dibolehkan dengan para

(11)

9

pihak diwajibkan menyatakan secara tertulis persetujuan atas kesepakatan yang dicapai, namun inti dari mediasi tidak terlaksana. Sebab mediasi pada dasarnya harus dilakukan sendiri oleh para pihak yang berpekara. Ditambah lagi kuasa hukum hanya berpegangan kepada surat gugatan, sehingga mediator tidak dapat menjalankan perannya sebagai orang yang mencari alternatif-alternatif penyelesaian masalah secara maksimal.

3. Upaya yang dilakukan mediator dalam menyelesaikan Sengketa Kewarisan No: 0147/Pdt.G/2014/PA.Pdg di Pengadilan Agama Klas 1A Padang.

Adapun upaya yang dilakukan mediator dalam menyelesaikan Sengketa Kewarisan dengan cara mediasi di Pengadilan Agama Klas 1A Padang sebagai berikut :

1. Mediator meminta para pihak menjelaskan masalah yang sedang terjadi.

2. Mediator memberikan solusi secara cepat dengan memenagkan kedua belah pihak (win-win solution) dalam menyelesaikan sengketa kewarisan.

3. Mediator memotivasi kedua belah pihak untuk berdamai.

4. Mediator menjelaskan akibat yang terjadi sengketa kewarisan.

Ucapan Terima Kasih

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Syafril,S.H.,M.H, selaku Pembimbing I dan Bapak Desmal Fajri,S.Ag.,M.H, selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu dan memberikan nasehat maupun saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dwi Astuti Palupi, S.H.,M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.

2. Ibu Dr. Sanidjar Pebrihariati R, S.H,M.H., selaku Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.

3. Bapak Adri, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.

4. Bapak/ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan semangat kepada penulis.

(12)

10

5. Karyawan/i Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta yang telah memperlancar jalannya administrasi.

6. Karyawan/i perpustakaan Universitas Bung Hatta, perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.

7. Bapak Drs. H. Baharuddin RM, S.H, selaku Hakim Mediator di Pengadilan Agama Klas 1A Padang. 8. Untuk Keluarga tercinta yang telah memberikan nasihat, motivasi dan doa’nya dalam penulisan skripsi ini. 9. Seluruh teman-teman seperjuangan

Melinda Rusita, Sheryn Lisara, Laila, Dia Khairunissa, Riri Septiani, dll yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Daftar Pustaka

Bambang Sunggono, 2007, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Desmal Fajri, 2012, Pendidikan Agama, Universitas Bung Hatta, Padang. Erman Suparman, 2007, Hukum Waris

Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung.

Nurnaningsih Amriani, 2011, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Mardani, 2014, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Syahrizal Abbas, 2011, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Kencana, Jakarta.

Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

Undaang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

Handar Subhandi, 2014, Mediasi, http://handarsubhandi.blogspot.co.id/2014/ 11/pengertian-mediasi.html tanggal 22-09-2016

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan tindakan pembelajaran di kelas yaitu diawali dengan guru masuk ke dalam kelas, dan mengabsen siswa satu per satu, lalu guru membagi siswa menjadi 8

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Sesuai dengan uraian yang diatas merupakan hal yang dibutuhkan untuk membuat tugas akhir dengan judul “Perancangan dan Pembuatan E-Voting Berbasis Website dengan Menggunakan

Pola data yang didapat dari PT DASA BUSANA SAKTI adalah pola data musiman dengan kecendrungan linier/trend, dilihat dari penghitungan error data peramalan terkecil, sehingga

Hal ini berarti metode homotopi dapat digunakan untuk menghampiri penyelesaian eksak masalah polutan di tiga danau yang saling terhubung pada kasus p ( t ) berupa

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pertumbuhan dan

Gambar 4.7 Persentase Tarif yang Dibayar Penumpang Minibus L-300 Koperasi APS pada Hari Kerja

Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang akan dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting