• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mensejahterakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mensejahterakan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mensejahterakan kehidupan bangsa, pemerintah Indonesia giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pembangunan dilaksanakan melalui rangkaian investasi yang hanya dapat dilaksanakan dengan dukungan dana yang besar. Dana pembangunan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik pemerintah maupun swasta. Salah satu sumber dana tersebut adalah dari penerimaan pajak.

Setelah kondisi perekonomian nasional mengalami krisis moneter pada tahun 1971, penerimaan negara dari sektor minyak dan gas (migas) tidak lagi memberikan kontribusi yang signifikan. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor non migas, khususnya pajak. Kontribusi pajak dalam beberapa tahun terakhir ini semakin signifikan dan diperhitungkan sebagai tulang punggung sumber pembiayaan nasional dalam rangka mensukseskan program-program pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara paling besar yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pembangunan maupun biaya rutin negara. Untuk itu segala upaya dilakukan pemerintah agar kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam membayar pajak mengalami peningkatan.

(2)

2

Salah satu upaya yang saat ini sedang digalakkan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak negara adalah dikeluarkannya undang-undang pengampunan pajak atau tax amnesty. Tax Amnesty atau Amnesti Pajak atau Pengampunan Pajak merupakan penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak. Yang dimaksud dengan uang tebusan adalah sejumlah uang yang dibayarkan ke kas negara untuk mendapatkan pengampunan pajak. Amnesti pajak ini berlangsung semenjak disahkannya Undang-Undang Pengampunan Pajak, yaitu tanggal 1 Juli 2016 sampai dengan 31 Maret 2017 dan terbagi ke dalam tiga periode. Tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dengan adanya Amnesti Pajak ini adalah (1) Repatriasi atau menarik dana warga negara Indonesia yang ada di luar negeri, (2) Untuk meningkatkan pertumbuhan nasional, (3) Untuk meningkatkan basis perpajakan nasional, (4) Untuk meningkatkan penerimaan pajak.

Keberhasilan program amnesti pajak ini dapat dicapai apabila didukung oleh kesadaran para wajib pajak untuk melaporkan asetnya karena sejak dikeluarkannya undang-undang perpajakan tahun 1983 sebagai bentuk reformasi perpajakan, sistem perpajakan berubah dari office assessment system menjadi self assessment system ( misalnya untuk Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai). Dengan sistem yang baru ini, wajib pajak memiliki hak dan kewajiban, baik dalam menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah kewajiban perpajakannya. Hal ini akan terlaksana dengan baik jika ada Tax Compliance dari

(3)

wajib pajak. Tax Compliance berhubungan dengan kegiatan untuk mematuhi aturan perpajakan yang meliputi: administrasi, pembukuan, pemotongan/pemungutan pajak, penyetoran, pelaporan, memberikan data untuk keperluan pemeriksaan pajak, dan sebagainya. Pemerintah senantiasa mengharapkan agar wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakannya semaksimal mungkin. Namun di sisi lain, wajib pajak menganggap pembayaran pajak merupakan salah satu faktor pengurang pendapatan sehingga pada umumnya wajib pajak selalu berusaha untuk meminimalkan beban pajaknya.

Salah satu tujuan pengusaha adalah memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara memperoleh laba yang maksimum. Salah satu upaya yang dilakukan adalah meminimalkan beban pajak karena pajak merupakan salah satu faktor pengurang laba. Besarnya pajak tergantung pada besarnya penghasilan. Semakin besar penghasilan, semakin besar pula pajak yang terutang. Oleh karena itu perusahaan membutuhkan perencanaan pajak atau tax planning yang tepat agar perusahaan membayar pajak dengan efisien.

Tax planning adalah suatu proses mengorganisasi usaha wajib pajak sedemikian rupa agar utang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak lainnya berada dalam jumlah minimal, selama hal tersebut tidak melanggar ketentuan undang-undang (Pohan, 2013, hal.6). Tujuan utama tax planning

adalah mencari berbagai celah yang dapat ditempuh dalam koridor peraturan perpajakan (loopholes). Hal yang perlu dilakukan dalam tax planning adalah mengatur cash flow perusahaan seefektif mungkin dengan tetap memperhatikan ketentuan perpajakan. Perencanaan pajak merupakan tindakan untuk

(4)

4

mengendalikan setiap transakasi yang ada konsekuensi pajaknya agar dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion).

Tax Avoidance adalah strategi dan tehnik penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Metode dan tehnik yang digunakan adalah dengan memanfaatkan kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan. Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal, kegiatan ini memunculkan resiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan di mata publik. Apabila penghindaran pajak melebihi batas atau melanggar hukum dan ketentuan yang berlaku maka aktivitas tersebut dapat digolongkan ke dalam penggelapan pajak (tax evasion).

Pajak penghasilan yang disetorkan, bagi pemilik perusahaan juga dianggap sebagai biaya sehingga perusahaan senantiasa berupaya untuk meminimalkan beban pajaknya. Terdapat fenomena penghindaran pajak di Indonesia pada salah satu sektor yang membuat perekonomian Indonesia mampu tumbuh yaitu sektor properti. Direktorat Jenderal Pajak menetapkan sektor properti sebagai salah satu prioritas penggalian potensi pajak di tahun 2013 dan masih berlanjut hingga kini. Bursa Efek Indonesia menunjukkan adanya pertumbuhan pada sektor properti. Dimana pada tahun 2011 pertumbuhan sektor

(5)

mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 60,11 persen. Terjadi penurunan pada tahun 2013 menjadi sebesar 22,26 persen, kemudian meningkat lagi pada tahun 2014 sebesar 55,76 persen (IDX annually, 2012-2014). Berdasarkan peningkatan pertumbuhan perusahaan pada sektor properti, tingkat profitabilitas perusahaan cenderung meningkat. Namun pertumbuhan tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya effective taxes rate yang merupakan indikator adanya penghindaran pajak.

Direktorat Jenderal Pajak menemukan adanya potential loss penerimaan pajak di sektor properti dan real estate. Direktorat Jenderal Pajak menduga bahwa 40 persen dari anggota REI (Real Estate Indonesia ) yang memiliki proyek properti komersial atau non subsidi berpotensi melakukan penghindaran pajak. Hal ini terjadi karena pajak yang dibayarkan menggunakan transaksi berbasis Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bukan berbasis transaksi sebenarnya (www.pajak.go.id ).

Dari data penelitian pada tahun 2011-2015 terhadap perusahaan di sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan menunjukkan bahwa semakin tinggi laba perusahaan semakin rendah effective tax rate perusahaan tersebut, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Perbandingan ROA dan ETR

Nilai ROA Rata-rata Nilai ETR

0 % - 5 % 0,32

5 % - 10 % 0,19

10 % - 15 % 0,14

15 % - 20 % 0,13

(6)

6

Profitabilitas adalah faktor penting untuk pengenaan pajak penghasilan bagi perusahaan karena profitabilitas merupakan indikator perusahaan dalam pencapaian laba perusahaan. Hasil penelitian Prakosa (2014) menyebutkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini berarti, jika profitabilitas mengalami peningkatan, maka penghindaran pajak akan mengalami penurunan. Dengan tingginya profitabilitas perusahaan akan dilakukan perencanaan pajak yang matang sehingga menghasilkan pajak yang optimal, maka kecenderungan melakukan penghindaran pajak akan menurun. Penelitian ini juga didukung oleh Waluyo,dkk (2015) dan Pradipta dan Supriyadi (2015) yang menyebutkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Berikut ini beberapa hasil penelitian penghindaran pajak dengan beberapa variabel yang berbeda. Hasil penelitian Waluyo,dkk (2015) menyatakan leverage

berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Besarnya leverage

mengindikasikan adanya penghindaran pajak yaitu dengan memanfaatkan beban bunga sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradipta dan Supriyadi (2015) dan Prakosa (2014) yang menyatakan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak. Dari Prakosa (2014) dan Tandean (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Waluyo, dkk (2015) juga Diantari dan Ulupui (2016) yang menyebutkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak, sedangkan kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Penelitian terhadap variabel

(7)

kompensasi rugi fiskal juga dilakukan oleh Prakosa (2014) dan Waluyo, dkk (2015) yang menyatakan bahwa kompensasi rugi fiskal tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Penelitian ini mengintegrasikan beberapa penelitian sebelumnya serta menganalisis kembali hasil penelitian Waluyo, dkk (2015) tentang pengaruh ROA, leverage, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal dan kepemilikan institusi terhadap penghindaran pajak. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini menambahkan variabel mekanisme corporate governance

selain kepemilikan institusi yaitu komite audit. Variabel komite audit ditambahkan dalam penelitian ini karena keberadaan komite audit yang dibentuk oleh dewan komisaris berfungsi sebagai monitoring pengelolaan perusahaan yang dapat mengontrol tindakan penghindaran pajak yang dilakukan manajer, di samping itu terdapat perbedaan hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh variabel tersebut terhadap penghindaran pajak. Sehingga penelitian ini mengambil judul, “PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, KOMPENSASI RUGI FISKAL, KEPEMILIKAN INSTITUSI, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP TAX AVOIDANCE ”.

(8)

8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penulisan penelitian ini, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance ? 2. Apakah leverage berpengaruh terhadap tax avoidance ?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance ? 4. Apakah kompensasi rugi fiskal berpengaruh terhadap tax avoidance ? 5. Apakah kepemilikan institusi berpengaruh terhadap tax avoidance ? 6. Apakah komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal, kepemilikan institusi, dan komite audit terhadap tax avoidance di Indonesia. Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Aspek teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman serta dapat dijadikan referensi pengetahuan, bahan diskusi, dan bahan kajian lanjut bagi pembaca tentang teori-teori yang berkaitan dengan penghindaran pajak.

(9)

2. Aspek praktis

a. Bagi perusahaan publik

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pengetahuan bagi perusahaan publik sebagai wajib pajak badan agar tepat dalam mengambil keputusan manajemen perpajakan yang baik untuk melakukan tindakan penghindaran pajak tanpa melanggar ketentuan perpajakan.

b. Bagi regulator atau fiskus

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna dalam melakukan pengawasan terhadap tindakan penghindaran pajak.

(10)

36

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen merupakan variabel yang diduga sebagai sebab dari variabel dependen (Indriantoro dan Supomo, 2002, hal 63). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Return on Assets,

leverage, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal, kepemilikan institusional, dan komite audit.

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel yang diduga sebagai akibat (Indriantoro dan Supomo,2002, hal 63). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penghindaran pajak (Tax Avoidance) yang diproksikan dalam Effective Tax Rate (ETR).

3.1.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

(11)

mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik (Indriantoro dan Supomo, 2002, hal 69). Dalam penelitian ini perlu diberikan definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan.Masing-masing variabel penelitian secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut :

3.1.2.1. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Penghindaran pajak diukur menggunakan metode pengukuran Effective Tax Rate (ETR). ETR merupakan ukuran hasil berbasis pada laporan laba rugi yang secara umum mengukur efektivitas dari strategi pengurangan pajak dan mengarahkan pada laba setelah pajak yang tinggi. ETR digunakan karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Waluyo, dkk, 2015). ETR diukur dengan rumus sebagai berikut :

ETR =

3.1.2.2. Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan laba. Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Semakin besar ROA berarti semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar (Ang, 1997, hal 18.32-33). ROA adalah perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir periode, yang

(12)

38

digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

ROA =

x

100 %

3.1.2.3. Leverage

Leverage menggambarkan komposisi hutang suatu perusahaan dalam struktur modalnya. Debt Ratio digunakan untuk mengukur tingkat leverage

(penggunaan hutang) terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi

debt ratio ini berdampak buruk karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan (Ang,1997, hal 18.35). Leverage diukur dengan rumus sebagai berikut :

Debt Ratio =

x

100 % 3.1.2.4. Ukuran Perusahaan (Size)

Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat ukuran perusahaan adalah total aset yang diproksi dengan Ln total asset. Penggunaan natural log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebihan tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya (Waluyo, dkk, 2015).

(13)

3.1.2.5. Kompensasi Rugi Fiskal

Kompensasi rugi fiskal diukur dengan menggunakan variabel dummy, yang akan diberikan nilai 1 jika terdapat kompensasi rugi fiskal, diberikan nilai 0 jika tidak terdapat kompensasi rugi fiskal. Hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Prakosa (2014).

3.1.2.6. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional diukur menggunakan persentase saham yang dimiliki institusi yaitu perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang bentuknya seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud

blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan di atas lima persen yang tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial (Waluyo, dkk ,2015). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Kepemilikan institusional =

3.1.2.7. Komite Audit

Dewan komisaris wajib membentuk komite audit yang beranggotakan sekurang-kurangnya tiga orang anggota. Komite audit di ukur dengan menggunakan menggunakan jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan (Wijayanti, dkk, 2016).

(14)

40

Tabel 3.1

Tabel Definisi Operasional Variabel

No Nama Variabel Definisi Variabel Indikator Sumber

1 Effective Tax Rate ( ETR )

Efektivitas dari strategi pengurangan pajak ETR = Waluyo, dkk , 2015

2 Profitabilitas Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

ROA = x 100 % Robert Ang, 1997

3 Leverage menggambarkan komposisi

hutang suatu perusahaan dalam struktur modalnya.

Debt Ratio = Robert Ang, 1997 4 Ukuran perusahaan

skala besar kecilnya perusahaan yang dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai cara antara lain dengan ukuran pendapatan, total aset dan total ekuitas.

Ukuran perusahaan = Ln (Total Aset) Waluyo, dkk , 2015 5 Kompensasi rugi fiskal

Kompensasi kerugian fiskal timbul apabila untuk tahun pajak sebelumnya terdapat kerugian fiskal.Kerugian

tersebut dapat

dikompensasikan dengan penghasilan neto berturut-turut selama 5 tahun

Dummy : 1 jika terdapat kompensasi rugi fiskal, 0 jika tidak terdapat kompensaasi rugi fiskal

Prakosa, 2014

6 Kepemilikan institusi

Proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik Insitusi dan blockholder

pada akhir tahun

Perbandingan total saham institusi dan saham

blockholders dengan

jumlah saham yang

beredar.

Waluyo, dkk, 2015

7 Komite audit Komite yang bertugas

melakukan monitoring

bersama dewan komisaris

∑ komite audit

Damayanti dan Susanto , 2015

(15)

3.2. Obyek Penelitian, Unit sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel 3.2.1. Obyek Penelitian dan Unit Sampel

Obyek penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan properti, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 - 2015. Unit sampel adalah sasaran berupa data kuantitatif maupun pendapat / opini yang diperlukan dalam pengolahan data di obyek penelitian yang sudah dipilih sesuai dengan topik penelitian. Unit sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa laporan keuangan periode tahun 2011–2015 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.

3.2.2. Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013, hal 115). Sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013, hal 116). Populasi dalam penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan property, real estate dan building yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 - 2015. Sejumlah perusahaan tersebut akan diseleksi kembali dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013, hal 122).

(16)

42

Kriteria yang ditetapkan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan properti, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut-turut periode 2011 – 2015 dan menyajikan laporan keuangan lengkap.

2. Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah.

3. Perusahaan tersebut tidak mengalami rugi dalam laporan keuangannya. 4. Perusahaan memiliki data terkait variabel penelitian.

3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang berupa dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang telah dikumpulkan dan telah diolah oleh pihak-pihak terkait sehingga dapat digunakan untuk kepentingan analisis data (Sugiyono, 2013, hal 129). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan lengkap dan data kepemilikan perusahaan properti, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 - 2015.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data untuk penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) untuk data laporan keuangan perusahaan, sedangkan untuk data kepemilikan diketahui dari Indonesia Capital Market Directory

(17)

(ICMD) serta buku-buku dan jurnal yang terkait untuk dijadikan referensi penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, dimana peneliti hanya menyalin data-data sekunder yang sudah dibuat oleh pihak ketiga. Metode dokumentasi sama halnya dengan metode observasi non partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan observasi atau pengamatan dimana peneliti tidak terlihat secara langsung dalam aktivitas, tetapi hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2013, hal 405).

3.5. Metode Analisis

Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan model analisis regresi linear berganda. Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati dalam Ghozali, 2012, hal 95). Analisis dan pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal, kepemilikan institusi, dan komite audit terhadap penghindaran pajak (Tax Avoidance). Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

(18)

44

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e ……… (1)

Keterangan :

Y : Penghindaran pajak ( ETR )

X1 : Profitabilitas ( ROA )

X2 : Leverage

X3 : Ukuran perusahaan

X4 : Kompensasi rugi fiskal

X5 : Kepemilikan institusi

X6 : Komite audit

β : Koefisien regresi

e : Standar error

3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan alat statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum dari data tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan swekness (Ghozali, 2012, hal 19). Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

(19)

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi. Pengujian yang dilakukan adalah uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas.

3.5.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Untuk menguji normalitas, dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi α 0,05. Apabila p value > α, maka data berdistribusi normal, jika p value < α maka data tidak berdistribusi normal.

3.5.2.2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2012, hal 105). Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Varian Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh

(20)

46

variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance

lebih dari 0.10 dan nilai VIF kurang dari 10.

3.5.2.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinyatakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series), sedangkan pada data crossection (silang waktu) masalah autokorelasi relatif jarang terjadi (Ghozali, 2012, hal 110). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (DW), dimana dalam pengambilan keputusan dengan melihat berapa jumlah sampel yang diteliti yang kemudian dilihat angka ketentuannya pada tabel Durbin Watson. Model dikatakan bebas dari autokorelasi jika nilai dw

lebih besar dari nilai du dan kurang dari 4 – du (du < dw < 4-du ).

3.5.2.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

(21)

yang lain (Ghozali, 2012, hal 139). Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilihat dari ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dari grafik scatterplot, jika terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

Selain dari grafik scatterplot, ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan uji statistik menggunakan metode uji Park. Uji Park mengusulkan untuk mengkuadratkan nilai residual, kemudian mentransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural dan meregresikan hasilnya terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Kriteria tidak terjadi problem heteroskedastisitas apabila probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, sehingga disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

3.5.3. Uji Hipotesis

3.5.3.1.Uji Kelayakan Model (Uji Statistik F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen, maka peneliti menggunakan uji pengaruh simultan (F test) dengan alat bantu program SPSS. Langkah-langkah untuk melakukan pengujian adalah berikut ini.

1) Menentukan Hipotesis.

(22)

48

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ... (2) 2) Menghitung Fhitung.

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut ini:

1) H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, yaitu apabila p-value lebih kecil dari 5% (p < α), berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi signifikan.

2) H0 tidak ditolak dan Ha ditolak, yaitu apabila p-value lebih besar dari 5% (p > α), berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak signifikan.

3.5.3.2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Langkah-langkah untuk melakukan pengujian adalah berikut ini.

1) Menentukan Hipotesis.

H0 : b1 = b2 = b3 ... = 0 ... (1)

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ... ≠ 0 ... (2)

2) Menghitung t hitung.

(23)

1) H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, yaitu apabila p-value lebih kecil dari 5% (p < α), berarti variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) H0 tidak ditolak dan Ha ditolak, yaitu apabila p-value lebih besar dari 5% (p > α), berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.5.3.3. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Pengujian Koefisien Determinasi (uji R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R2 .

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dilakukan uji t atau t-student.. Langkah selanjutnya adalah

Uji t digunakan mengetahui apakah masing-masing variabel bebas secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan cara

Pengukuran risiko dengan menggunakan standard deviasi hanya dapat melihat penyimpangan dari return saham, tetapi tidak dapat mengukur berapa kira-kira jumlah kerugian yang

yang sangat kecil didalam air maupun didalam berbagai system hayati penting. Kation- kation yang dapat dipertukarkan terserap dengan tenaga cukup besar untuk

Seni 3.15.2-4.15.2: Menggambar alat-alat sekolah dan membuat tempat pensil dari lidi (HOTS) Materi yang masuk dalam SOP Untuk pembiasaan. 1.Bersyukur sebagai

DCS (Distributed Control System) adalah suatu pengembangan sistem kontrol dengan menggunakan komputer dan alat elektronik lainnya agar didapat suatu pengontrol

Uji Signifikansi Parameter Individual atau Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dari setiap variabel bebas (X) mempengaruhi variabel terikat (Y) dalam penelitian ini terdapat

Adapun langkah- langkah untuk mengetahui pengaruh tidak langsung dari variabel bebas atau independen (kualitas produk) terhadap variabel terikat atau dependen (keputusan