• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan di tempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian, perumusan masalah yang terindetifikasi, pengumpulan dasar teori yang memeperkuat landasan dalam variabel, penyusunan metode dalam pengumpulan data, penyusunan instrumen, hingga penentuan tekhnik pengujian statistik yang dipergunakan. Sedangkan, waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan sejak bulan Oktober 2016 hingga bulan Juni 2017.

2. Tempat Pelaksanaan

Penyusunan skripsi dilakukan dengan cara mengumpulkan dan memperoses informasi, penulis mengambil tempat penelitian pada PT. Aneka Tambang, Tbk Gedung Aneka Tambang yang beralamatkan di Jalan Letjen. TB. Simatupang No. 1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta.

B. DESAIN PENELITIAN

Desain dalam melakukan penelitian ilmiah, peneliti harus mengikuti aturan – aturan metode ilmiah yang ada, untuk menerapkan metode ilmiah dalam penelitian maka diperlukan suatu desain penelitian. Desain penelitian ini sendiri

(2)

harus mengikuti metode penelitian. Desain penelitian yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini menggunakan penelitian kausal. Desain penelitian kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Desain kausal menguji hubungan “sebab-akibat”. Menurut Sugiyono (2014:17) metode kausal adalah melihat hubungan variabel terhadap objek yang diteliti lebih bersifat sebab akibat, sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti variabel independen yaitu Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) terhadap variabel dependen yaitu Dividend Payout Ratio (DPR) PT. Aneka Tambang, Tbk Periode 2010 – 2015 pada triwulan I, triwulan II dan triwulan III.

C. DEFINISI DAN OPERASIONALISASI VARIABEL

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas (X) terdiri dari Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA). Sedangkan variabel terikat (Y) adalah Dividend Payout Ratio (DPR).

1. Variabel Independen (X) a. Cash Position (X1)

Cash Position atau posisi kas merupakan rasio saldo akhir tahun dengan earning after tax. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen, sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara

(3)

langsung bagi kebijakan deviden. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tetapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis.

Menurut Bambang Riyanto (2010:25) dalam Lisa Marlina dan Clara Danica (2009:244) posisi kas atau likuiditas merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Menurut Nikiforos (2013:300) dalam Triwahyuni (2014) Dividen adalah pembayaran tunai yang dibayarkan oleh perseroan kepada pemegang saham. Di Amerika Serikat, dividen diijinkan dan biasanya dibagikan pada triwulanan berdasarkan kebijaksanaan dewan direktur perusahaan. Dividen itu merepresentasikan pemegang saham terhadap penerimaan pengembalian langsung atau tidak langsung atas investasi mereka di perusahaan.

Dividen tunai merupakan arus kas keluar yang tentu saja memerlukan tersedianya kas yang cukup, sehingga walaupun perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan beban hutang serta bunga yang rendah namun jika tidak didukung oleh posisi kas yang kuat maka kemampuan membayar dividennya rendah. Oleh karena itu manajemen dituntut untuk tetap mengelola kasnya atau aktiva-aktiva yang setara dengan kas secara benar sehingga likuiditas perusahaan tidak terganggu. Secara sistematis, menurut

(4)

Suryani & Wardoyo, Paulus, (2011:85) Cash Position dapat dirumuskan sebagai berikut :

... (Rumus 1)

b. Debt to Equity Ratio (X2)

Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya.

Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karean kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk

(5)

keperluan tersebut, yang ini berarti berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai deviden, menurut Riyanto (2010:281).

Menurut Darmadji & Fakhruddin (2011:156) “Rasio hutang terhadap ekuitas Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang dapat ditutupi oleh modal sendiri.” Rasio ini menunjukkan berapa bagian modal yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini berarti kewajiban perusahaan tersebut semakin besar. Adapun rumus Debt to Equity Ratio menurut Darmadji & Fakhruddin (2011:156) :

... (Rumus 2)

c. Return On Assets (X3)

Menurut Anisma (2012:69), Return On Assets (ROA) berguna untuk mengetahui seberapa mampu suatu bank dalam menghasilkan keuntungan yang dibandingkan dengan nilai total asetnya. Perhitungan Return On Assets (ROA) dilakukan dengan cara membandingkan pendapatan bersih sesudah pajak (Earning After Tax) terhadap total asset.

Menurut Yunanto dan Medyawati (2009:218), rasio ini akan menunjukkan seberapa baik aktiva dari perusahaan dalam memberikan pengembalian kepada penanam modalnya. Hal ini dikarenakan perhitungan Return On Assets merupakan perhitungan yang mencakup pendapatan bersih pada laporan keuangan, namun perhitungan ini tidak membuat

(6)

manajemen memperhatikan tujuan jangka panjangnya, seperti contoh adanya perubahan kondisi yang timbul dalam jangka panjang yaitu pengurangan biaya operasional dan karyawan, penggunaan harga bahan baku yang lebih murah, perubahan anggaran perusahaan dan lainnya yang justru akan memberikan peningkatan keuntungan bagi perusahaan. Secara sistematis, dapat dirumuskan sebagai berikut, menurut Ross dkk. (2015:55):

Menurut Darmadji & Fakhruddin (2011:156) “Returnt on Assets (ROA) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan.” Perumusan ROA menurut Darmadji & Fakhruddin (2011:156) sebagai berikut :

... (Rumus 3)

Tinggi rendahnya nilai Return On Assets didasarkan pada bagaimana manajemen mengelola aset perusahaan sehingga hal tersebut dapat menggambarkan seberapa efisien operasional suatu perusahaan. Menurut Murhadi (2013:64), nilai Return On Assets yang semakin tinggi mencerminkan semakin baik kinerja suatu perusahaan tersebut.

Hal ini dapat menimbulkan pencapaian laba yang tinggi, sehingga investor akan mengharapkan return yang lebih tinggi. Apabila suatu saham dapat memberikan return yang tinggi, investor juga akan semakin tertarik untuk menanamkan modalnya, sehingga akan berdampak pada peningkatan

(7)

harga saham. Begitu pula sebaliknya, apabila nilai ROA semakin rendah, maka perusahaan akan dianggap tidak efisien dalam mengelola aktivanya.

Banyaknya aktiva yang menganggur, persediaan terlalu banyak, kelebihan kas dengan berbagai jangka waktu pinjaman serta perbedaan tingkat bunga pendapatan dengan total pendapatan merupakan beberapa penyebab mengapa nilai ROA suatu perusahaan rendah, menurut Ledgerwood (2014:222). Hal tersebut akan mempengaruhi laba yang dihasilkan dan dapat menurunkan return yang akan didapatkan oleh pemegang saham sehingga pada akhirnya akan menimbulkan penurunan permintaan dan harga saham itu sendiri.

Perusahaan dapat meningkatkan ROA dengan cara meningkatkan profit margin atau mempercepat perputaran aktiva. Peningkatan profit margin akan menyebabkan meningkatnya nilai pendapatan, sedangkan dengan cara mempercepat perputaran aktiva maka dana investasi yang diterima dikelola dengan semakin optimal dalam rangka peningkatan penjualan perusahaan.

2. Variabel Dependen (Y)

a. Dividend Payout Ratio (DPR)

Menurut Gitman (2003) dalam Dini Rosdini (2009:25). Dividend Payout Ratio merupakan indikasi atas presentase jumlah pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas. Dividend Payout Ratio ini ditentukan perusahaan untuk membayar deviden kepada para pemegang saham setiap tahun. Penentuan

(8)

Dividend Payout Ratio berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak. Ikatan Akuntan Indonesia (2002) dalam PSAK No.23. mengidentifikasikan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Investor yang berorientasi pada dividen mengharapkan Dividend Payout Ratio (DPR) ini tinggi sehingga harga saham akan mengalami peningkatan dan kemudian investor akan memperoleh capital gain. DPR adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividen.

Menurut Darmadji & Fakhruddin (2011:159) DPR merupakan “Rasio yang mengukur perbandingan dividen terhadap laba perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Secara sistematiis, menurut Darmadji & Fakhruddin (2011:159) DPR dirumuskan sebagai berikut :

... (Rumus 4)

D. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2014:59), populasi dapat didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan

(9)

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi merupakan kumpulan dari seluruh elemen yang menjadi pusat penelitian. Adapun yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah PT. Aneka Tambang, Tbk yang terdaftar dalam BEI (Bursa Efek Indonesia).

Menurut Sugiyono (2011:62), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan pengertian dari populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61). (Sugiyono, 2011:62) mengelompokkan teknik sampling menjadi 2 (dua) yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan PT. Aneka Tambang, Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2015.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data berupa variabel-variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA) dan Dividend Payout Ratio (DPR) diperoleh langsung dari laporan keuangan triwulan I, triwulan II, dan triwulan III pada PT. Aneka Tambang, Tbk yang sudah dipublikasian dan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Apapun perhitungan variabel-variabel tersebut didapat dengan

(10)

cara menganalisis laporan keuangan triwulan I, triwulan II, dan triwulan III pada PT. Aneka Tambang, Tbk Selama periode 2010 – 2015.

F. METODE ANALISIS

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square-OLS). Ordinary Least Square (OLS) adalah metode untuk menaksir parameter regresi linear. Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode OLS mempunyai beberapa sifat statistik yang sangat menarik yang membuatnya menjadi suatu metode analisi regresi yang dianggap paling baik dan populer (Effendi & Setiawan, 2014:13).

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data statistik deskriptif berbentuk tabel frekuensi untuk dua variabel. Tabulasi silang ini juga digunakan di dalam uji berhubungan non-parametrik untuk uji chi square. Alat yang diguanakan dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 24.

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2011:115) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel dependen, variabel independen apakah keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu uji statistik yang bisa digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik

(11)

non-parametrik Kolmogororov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :

H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Pedoman pengambilan keputusan :

a. Nilai Sig atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05. Distribusi adalah tidak normal.

b. Nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05. Distribusi adalah normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolineartas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen, menurut Ghozali (2011:91).

Menurut Ghozali (2011:91) Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (bebas). Untuk mendeteksi adanya multikolineritas dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan uji Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari VIF adalah 10 dan nilai dari Tolerance adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance kurang dari 0,1 maka terjadi multikolinearitas. Bila ada variabel independen yang terkena multikolinearitas, maka penanggulangannya adalah salah satu variabel tersebut dikeluarkan.

(12)

c. Uji Autokorelasi

Pengujian Autokorelasi berguna untuk meneliti ada atau tidaknya kesamaan antara variabel yang satu dengan lainnya. Suatu model dapat dikatakan baik, apabila model tersebut tidak terjadi autokorelasi. Autokorelasi biasanya hanya terjadi pada data time series sehingga pengujian ini sangat perlu dilakukan pada data yang bersifat time series (Widarjono, 2015:78).

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, menurut Ghozali (2011:163). Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan melihat grafik scatterplot jika terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

Ghozali (2011:164) berpendapat, analisis dengan grafik plots tidak sepenuhnya mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas karena jumlah pengamatan sangat mempengaruhi hasil ploting. Oleh karena itu, diperlukan uji statistik yang menjamin keakuratan hasil.

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Model analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah model regresi berganda. Model

(13)

analisis statistik ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti variabel-variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat dengan menggunakan data cross section. Adapun model regresinya sebagai berikut :

Y = a + b1*X1 + b2*X2 + b3*X3

Keterangan :

Y = Dividend Payout Ratio (DPR)

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien Regresi X1 = Cash Position (CP)

X2 = Debt to Equity Ratio (DER) X3 = Return On Assets (ROA)

Nilai koefisien regresi sangat menentukan. Berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian sebaliknya, bila koefisien b bernilai negatif, maka setiap kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen (Nadjibah, 2008).

(14)

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pda dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen dalam penelitian secara bersama – sama mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Ghozali (2011:117).

Pengujian kelayakan model ditentukan berdasarkan uji F dan uji koefisien determinasi. Uji F yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi layak atau tidak untuk diestimasi dalam menggambarkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas F -statistic yang dibandingkan dengan nilai α atau nilai signifikansinya sebesar 0,05 (5 persen). Apabila nilai probabilitas (F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,05), maka model regresi tersebut layak untuk diestimasi, sedangkan jika sebaliknya menandakan bahwa model tersebut tidak layak untuk diestimasi.

b. Uji Signifikansi Parameter Individual ( Uji Statistik t )

Uji statstik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Ghozali (2011:117).

Pengujian hipotesis dilakukan melalui Uji-t. Berdasarkan uji-t yang dilakukan, akan terlihat nilai signifikansi koefisien regresi secara parsial atau individual dari variabel independennya. Melalui nilai tersebut dapat disimpulkan seberapa besar variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat (Widarjono, 2015:22). Apabila nilai probabilitas masing-masing variabel bebas (p-value) lebih kecil dari nilai α (0,05) maka variabel

(15)

independen dapat dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian hipotesis dilakukan melalui Uji-t. Berdasarkan uji-t yang dilakukan, akan terlihat nilai signifikansi koefisien regresi secara parsial atau individual dari variabel independennya. Melalui nilai tersebut dapat disimpulkan seberapa besar variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat (Widarjono, 2015:22). Apabila nilai probabilitas masing-masing variabel bebas (p-value) lebih kecil dari nilai α (0,05) maka variabel independen dapat dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Dasar Pengambilan Keputusan Untuk Uji t (Parsial) Dalam Analisis Regresi Berdasarkan nilai t hitung dan t tabel :

1) Jika nilai t hitung > t tabel maka variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y).

2) Jika nilai t hitung < t tabel maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh terhadap variael terikat (Y).

Berdasarkan nilai signifikansi hasil output SPSS

1) Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

2) Jika nilai Sig. > 0,05 maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

(16)

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi anatar nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel – variabel dalam independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel indeenden memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mempresiksi variasi variabel independen Ghozali (2011:115).

Pengujian kelayakan model lain yang perlu dilakukan adalah uji koefisien determinasi. Uji koefisien determinasi yang dilakukan akan menghasilkan nilai yang dapat menunjukkan seberapa baik suatu model regresi dalam menjelaskan variabel dependennya (Widarjono, 2015:17). Koefisien determinasi yang dimaksud biasanya digambarkan oleh nilai R2 dan nilai adjusted R2.

Nilai R2 yang dinyatakan sebagai nilai koefisien determinasi biasanya digunakan pada model regresi yang mengandung satu variabel independen, namun jika suatu model regresi mengandung lebih dari satu model regresi atau yang biasa disebut sebagai model regresi berganda maka nilai koefisien determinasi digambarkan menggunakan nilai adjusted R2. Semakin besar nilai adjusted R2 yang dihasilkan dalam suatu model, menandakan bahwa variabel-variabel bebas yang ada didalam penelitian semakin baik dalam menjelaskan variabel terikatnya.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini yakni air perasan buah lemon cui memiliki daya hambat sedang terhadap pertumbuhan Candida albicans yang diisolasi dari plat gigi tiruan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisa dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan tingkat keberhasilan identifikasi Orchidaceae atau bunga anggrek mencapai

Kesimpulan dari hasil olah data di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap variabel Efektivitas Serikat Pekerja berada pada range keempat (tinggi)

Dari hasil simulasi Plaxis pemodelan lereng dengan kemiringan sudut 60 ⁰ menggunakan perkuatan Geocell yang menujukkan angka keamanan (safety factor) dapat dilihat pada

Penyebaran skala dilaksanakan oleh peneliti dengan membagikan skala pada istri pelaut yang tergabung di komunitas Persianis (Persatuan Istri Pelaut Alumni AMNI), Oliver,

filtrat yang sangat sedikit akan menyebabkan patogen dapat tetap berkembang di atas ambang ekonomi, sehingga sangat dibutuhkan penelitian yang mengkaji kombinasi

Untuk itu, berdasarkan BPI yang sudah dilakukan, dan untuk mendukung usulan perbaikan proses bisnis sehingga menjadi lebih efisien, maka akan dibangun suatu perangkat lunak

Kesulitan belajar ini dapat disebabkan oleh kurang efektif dan efisiensinya cara belajar yang dilakukan oleh siswa dan guru yang tidak mengetahui kebiasaan belajar muridnya