• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

1

STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN PROBLEM BASED

LEARNING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR TIK

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAWAN

Kadek Dwi Juli Lestari

1

, Ketut Agustini

2

, Gede Saindra Santyadiputra

3

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Universitas Pendidikan Ganesha

Email : kadekdwijulilestari@gmail.com

1

, ketutagustini@undiksha.ac.id

2

,

gsaindras@undiksha.ac.id

3

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Team Assisted Individualiztion (TAI) dan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau disebut dengan quasi ekperimen. Dengan rancangan “Post Test Only With Non Equivalent Control Group Design”. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 333 orang. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling. Sampel yang dipilih adalah kelas VIIIC menjadi kelas eksperimen 1 yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualiztion (TAI), VIIID menjadi kelas eksperimen 2 yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dan VIIIB menjadi kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang dikumpulkan dengan tes psikomotor dan objektif dimana tes psikomotor berjumlah 5 soal dan tes objektif berjumlah 30 butir soal. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan ANOVA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa yang signifikan anatara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran TAI, PBL, dan Konvensional dilihat dari nilai rata-rata. Nilai rata-rata kelompok kelas eksperimen TAI yaitu 39,51, nilai rata-rata

kelompok eksperimen PBL yaitu 36,21, dan kelompok kelas kontrol adalah 32,29. Hasil belajar siswa yang belajar dengan model Team Assisted Individualiztion (TAI) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional yang dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar dari diterapkannya ketiga model. Abstract— The purpose of this research was want to know students’ motivation and students’ learning outcomes which were taught by using Team Assisted Individualization (TAI) and Technique and problem Based Learning (PBL) technique.

This research was quasi experimental and the design was “Post Test Only with non-Equivalent Control Group Design.” The population of this research was all of the students in eight grade of SMP Negeri 1 Sawan in academic year 2016/2017. There are 333 students, then the sample was selected by using simple random sampling technique. There were three class were selected as the sample for this research, which were VIIIC class was selected as experimental 1, who were taught by using Team Assisted Individualization (TAI) Technique, VIIID class as experimental 2, who were taught by using Technique and problem Based Learning (PBL) technique, and VIIIB as control group, who were taught by using conventional technique. The data collected in this research were the students’ learning outcomes that was tested by using psychomotor test and objective

(2)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

2

test. In psychomotor test there was 5 question and in objective test there was 30 items. Data were analyzed by using descriptive statistics and ANOVA. The result of this research was there are significant different on students’ outcomes between students who were taught by using Team Assisted Individualization (TAI) technique, Problem Based Learning (PBL) technique and Conventional technique. The students’ learning outcomes who were taught by using Team Assisted Individualization (TAI) technique had higher than the students who were taught by using Problem Based Learning (PBL) technique and Conventional technique.Key words: Think Pair Square, Think Pair Share, learning achievement, learning motivation, and student response.

The result of the study showed that there was the significant difference of the motivation and learning result of the student between the students that were studied by TAI model, PBL model, and conventional model that has occurred by average of the result. The average result of the class group of TAI model was 39,51, the class group of PBL model was 36,21, and 32,29 for class control of conventional model. The learning result of the students that studied by TAI model was better that the students that studied by PBL model, and the students that studied by conventional learning model through the average of the learning result of the application of the three learning models.

Key words: Comparative Study, Team Assisted Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL), Motivation, Students’ learning outcomes.

I. PENDAHULUAN

Menurut Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan

,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negaranya. Keberasilan pendidikan pada umumnya di pengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah peran seorang guru [1].

Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan beberapa usaha. Salah satunya

adalah usaha dari pendidik dalam mengemas pembelajaran, dengan cara menggunakan pendekatan, strategi, metode atau model pembelajaran yang tepat untuk siswa sehingga pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Penggunaan pendekatan, strategi, metode atau model pembelajaran yang tepat dapat menunjang suasana belajar menjadi lebih efektif, menyenangkan, sehingga siswa tidak jenuh untuk belajar, dan dengan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Permasalahan tersebut kemudian

mempengaruhi hasil belajar siswa yang tergolong rendah. Dilihat dari rata-rata hasil nilai UTS (Ulangan Tengah Semester) kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan yang masih tergolong rendah. Kemudian pemilihan model pembelajaran juga sangat mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung peneliti, guru yang mengajar kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan paling sering menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis angket, terdapat 70 dari 103 siswa yang lebih suka belajar dengan teman dibandingkan belajar individu. Berdasarkan hal tersebut, seorang guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih guru mata pelajaran TIK kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan adalah model pembelajaran Team Assisted Individualization

(TAI).

Diantara banyaknya model pembelajaran , peneliti memilih untuk menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization

(TAI) dan Problem Based Learning (TAI) ini peneliti pilih karena belajar kelompok dengan akan lebih efektif dan bermanfaat. Siswa akan menjadi lebih aktif dan fokus dalam mengerjakan tugas belajar yang diberikan guru.

II. KAJIAN TEORI

A. Teori Belajar

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari [2].

(3)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

3

Teori belajar konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran konstekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

B. Model Pembelajaran

pembelajaran merupakan kerangka

konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa. Guru sebagai perancang pembelajaran harus mampu merancang seperti apa pembelajaran yang akan dilaksanakan. Model pembelajaran merupakan disain pembelajaran yang akan dilaksanakan guru di dalam kelas [3]. Dengan melihat beberapa ciri khusus dan karakteristik model pembelajaran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sebelum mengajar, guru harus menentukan model pembelajaran yang akan digunakan. Jadi intinya menentukan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu model untuk sukses dalam pembelajaran.

Dengan model pembelajaran, guru dapat melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan pola, tujuan, tingkah laku, lingkungan dan hasil belajar yang direncanakan. Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan tepat sesuai dengan mata pelajarannya.

C. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model mengajar dengan mengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Pada kelompok-kelompok kecil tersebut terdiri atas siswa-siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda, siswa menggunakan sejumlah kegiatan belajar untuk mengembangkan pemahaman terhadap suatu konsep atau sub konep. Selain itu menurut Riyanto, pembelajaran kooperatif adalah model

model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan akademik (academic skill), sekaligus ketrampilan social (social skill) termasuk interpersonal skill [4].

D. Team Assisted Individualization (TAI)

Pada tahun 1985, Slavin memperkenalkan suatu model pembelajaran yang menggabungkan antara model pembelajaran individual dan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini selanjutnya diberi nama Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) yang merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan pemberian bantuan secara individual [5].

E. Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran. PBL merupakan proses pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitator peserta didik ke proses kontruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual [6].

Menyatakan bahwa masalah yang digunakan dalam pembelajaran yang berbasis masalah adalah masalah dunia nyata yang bersifat ill-structure sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang ketrampilan berfikir kritis dan kemampuan yang pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran.pasangannya.

F. MotivasiBelajar

Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar” [7].

(4)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

4

G. Hasil Belajar

Menurut Rifai , hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan prilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Hasil belajar terdiri dari tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor [8]. Hasl belajar kognitif merupakan tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Hasil belajar aspek afektif lebih berorientasi pada pembentukan sikap melalui proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar psikomotor berkaitan dengan hasil kemampuan fisik siswa. Hal senada juga dinyatakan oleh supriono, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan hasil belajar adalah suatu pola perbuatan, tindakan, nilai, sikap, apresiasi, dan ketrampilan yang didapatkan oleh peserta didik melalui suatu proses belajar, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan juga psikomotorik.

Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi interal mencakup kondisi fisik , seperti kesehatan organ tubuh, kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional, dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Sama kompleksnya

pada kondisi internal adalah kondisi eksternal yang ada dilingkungan peserta didik. Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyasrakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization

(TAI) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Sawan. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan Tahun Ajaran 2015/2016 dan sampel penelitain ini yaitu kelas VIIIC sebagai kelas eksperimen 1 sebanyak 35 siswa, VIIID sebagai kelas eksperimen 2 sebanyak 34 siswa dan VIIIB sebagai kelas kontrol sebanyak 34 siswa. Pada penelitian ini

diberikan perlakuan yang berbeda terhadap ketiga kelas sampel. Kelas eksperimen 1 diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran

Team Assisted Individualization (TAI), kelas

eksperimen 2 diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dan kelas kontrol diberikan

perlakuan berupa penerapan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah post-test only with non equivalent control group design. Rancangan ini dipilih karena selama melakukan eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas yang sudah ada. Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu variable bebas dan variable terikat. Variabel bebas terdiri dari

model pembelajaran Team Assisted

Individualization (TAI) dan Problem Based

Learning (PBL) serta veriabel terikat terdiri dari motivasi dan hasil belajar siswa. Gambar berikut ini merupakan tahapan penelitian yang dilakukan.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar TIK siswa dengan menggunakan tes pilihan ganda (kognitif) dan tes unjuk kerja (psikomotor), sedangkan metode angket digunakan untuk mengetahui respon siswa dan

(5)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

5

motivasi belajar siswa terkait dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Square dan Think Pair Share dalam proses pembelajaran. Sebelum diterapkan pada kelas sampel penelitian, instrumen terlebih dahulu akan dilakukan uji ahli maupun uji coba. Uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data tersebut normal atau tidak normal terhadap hasil belajar TIK pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya uji homogenitas yang dilakukan untuk mengetahui apakah varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen atau tidak homogen dan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis alternatif yang telah diajukan diterima atau ditolak dengan menggunakan rumus Anova Satu Jalur dengan uji lanjut t-Scheffe. Hipotesis I diuji menggunakan Anova Satu Jalur dengan hipotesis sebagai berikut.

Uji Hipotesis I:

H0 : Tidak terdapat perbedaan motivasi

dan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL) dan konvensional.

Ha : Terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL) dan konvensional.

Selanjutnya uji hipotesis II menggunakan uji lanjut t-Scheffe dengan hipotesis sebagai berikut. Uji Hipotesis II:

H0 : Tidak terdapat perbedaan motivasi antara siswa yang menggunakan model pebelajaran Team Assisted Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL), dan konvensioanl.

Ha : Terdapat perbedaan motivasi antara siswa yang menggunakan model

pebelajaran Team Assisted

Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL), dan konvensioanl.

Selanjutnya uji hipotesis III menggunakan uji lanjut t-Scheffe dengan hipotesis sebagai berikut. Uji Hipotesis III:

H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil

belajar antara siswa yang

menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL) dan konvensional.

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), Problem

Based Learning (PBL) dan

konvensional.

Skor rata-rata angket respon dan motivasi belajar siswa didapatkan dengan membagi jumlah skor angket jawaban siswa dengan jumlah siswa.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dari hasil pengukuran hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap 35 siswa kelompok eksperimen 1 menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 48 dan skor terendah adalah 32. Rata-rata atau Mean (M)

post-test hasil belajar TIK yang dicapai pada siswa kelas eksperimen 1 sebesar 39,51. Data dari hasil pengukuran hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap 34 siswa kelompok eksperimen 2 menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 46 dan skor terendah adalah 30. Rata-rata atau Mean (M) post-test hasil belajar TIK yang dicapai pada siswa kelas eksperimen 2 sebesar 36,21. Data dari hasil pengukuran hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap 34 siswa kelompok kontrol menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 42 dan skor terendah adalah 26. Rata-rata post-test hasil belajar TIK untuk kelas kontrol sebesar 32,29.

Perhitungan uji prasyarat normalitas dan homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki data yang normal dan homogen, berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan diperoleh bahwa distribusi data dari ketiga kelas normal, dimana hasil perhitungan pada kelas eksperimen 1 memperoleh X2

hitung sebesar 5,885,

kelas eksperimen 2 memperoleh X2

hitung sebesar

3,185 sedangkan pada kelas kontrol memperoleh X2

hitung sebesar 3,849 dengan X2tabel sebesar 7,815.

Karena X2

hitung dari kedua kelas lebih kecil dari

X2

tabel maka dapat dinyatakan bahwa distribusi

data dari ketiga kelas tersebut normal, sedangkan dari uji homogenitas yang telah dilakukan diperoleh bahwa varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen, dimana diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,21 dengan Ftabel sebesar 1,82,

karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka dapat

dinyatakan bahwa varians dari ketiga kelas homogen.

(6)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

6

Setelah diketahui bahwa sebaran data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol normal dan homogen, maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan rumus Anova Satu Jalur dengan taraf signifikansi 5% dan 1%, dimana dari perhitungan tersebut memperoleh Fhitung sebesar

33,21 dengan Ftabel 5% sebesar 3,09 dan Ftabel 1%

sebesar 4,82.

Tabel 4.1 uji Hipotesis denga menggunakan spss 2.0

Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel maka

hipotesis alternatif yang telah diajukan diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan penggunaan model pembelajaran Team Assisted

Individualization (TAI) dan Problem Based

Learning (PBL). Karena Fhitung signifikan, maka

harus dilanjutkan dengan uji pasangan dengan t-Scheffe. Dari hasil perhitungan dilakukan 3 kali uji

t-Scheffe dengan uji pasangan 1 yaitu model Team

Assisted Individualization (TAI) dan Problem

Based Learning (PBL) dengan thitung sebesar 4,03

dengan Ftabel sebesar 3.99 maka hipotesis alternatif

yang diajukan dapat diterima artinya terdapat perbedaan moivasi dan hasil belajar penggunaan model Team Assisted Individualization (TAI) dan

Problem Based Learning (PBL) dan

konvensional.Karena terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa maka dilanjutkan dengan melukan uji pasangan t-Scheffe.

Uji pasangan 2 yaitu model Team Assisted Individualization (TAI) dan konvensional dengan thitung sebesar 8,15 dengan Ftabel sebesar 3,99 maka

hipotesis alternatif yang diajukan dapat diterima artinya terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar penggunaan model Team Assisted Individualization (TAI)dan konvensional.

Uji pasangan 3 yaitu model Problem Based Learning (PBL) dan konvensional dengan thitung

sebesar 4,09 dengan Ftabel sebesar 3,99 maka

hipotesis alternatif yang diajukan dapat diterima artinya terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dan konvensional.

Selanjutnya untuk menentukan model pembelajaran yang lebih baik dilihat dari rata-rata motivasi dan hasil belajar kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Berdasarkan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Team Assisted Individualization

(TAI) lebih baik daripada model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dan konvensional

dengan rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi 39,51 dari ketiga kelas tersebut.

Tabel 4.2 Rata-rata hasil belajar

Hipotesis II dengan menggunakan uji t-Scheffe Oleh karena terdapat perbedaan motivasi antara siswa yang menggunakan model pebelajaran Team Assisted Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL), dan konvensioanl maka perlu dilakukan uji lanjutan. Uji lanjutan yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan t-scheffe.

Tabel 4.3 Uji hipotesis dengan t-scheffe

Diketahui kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran TAI mempunyai nilai rata – rata sebesar 84,4857, kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran PBL mempunyai nilai rata – rata sebesar 80,0882, dan kelompok kontrol mempunyai nilai rata – rata sebesar 75,7647. Jadi dapat disimpulkan nilai rata – rata kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran TAI lebih besar dari kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran PBL dan kelompok kontrol, serta pada hasil uji t-Scheffe untuk semua pasangan kelompok menunjukkan nilai sampel hasilnya signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kelompok eksperimen TAI lebih tinggi daripada kelompok eskperimen PBL dan kontrol dilihat dari nilai rata-rata motivasi.

Hopoteis III dengan menggunakan uji t-Scheffe

Oleh karena terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL) dan konvensional, maka perlu dilakukan uji lanjutan. Uji lanjutan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan Pengujian t-scheffe.

(7)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

7

Tabel 4.4 Uji hipotesis dengan t-scheffe

Diketahui kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran TAI mempunyai nilai rata – rata sebesar 39,6000, kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran PBL mempunyai nilai rata – rata sebesar 36,0588, dan kelompok kontrol mempunyai nilai rata – rata sebesar 32,4412. Jadi dapat disimpulkan nilai rata – rata kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran TAI lebih besar dari kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran PBL dan kelompok kontrol, serta pada hasil uji t-Scheffe untuk semua pasangan kelompok menunjukkan nilai sampel hasilnya signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelompok eksperimen TAI lebih tinggi dari pada kelompok eksperimen PBL dan kontrol dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar.

Hasil analisis respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization

(TAI) dikumpulkan melalui angket respon yang mana respon siswa termasuk dalam kategori sangat positif. Diketahui sebanyak 51% siswa merespon sangat positif akan model pembelajaran

Team Assisted Individualization (TAI) yang

diterapkan dan 49% siswa merespon positif.

Gambar 4.1 Histogram Respon kelompok TAI Selanjutnya hasil analisis respon siswa terhadap proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL)termasuk dalam kategori positif. Diketahui sebanyak 18% siswa merespon sangat positif akan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) yang diterapkan, 79% siswa merespon positif dan 3% siswa merespon cukup positif.

Gambar 4.2 Histogram Respon kelompok PBL Hasil analisis motivasi belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dikumpulkan melalui angket motivasi. Analisis motivasi belajar siswa kelompok eksperimen 1 yang diberlakukan

model pembelajaran Team Assisted

Individualization (TAI) termasuk dalam kategori tinggi. Terdapat sebanyak 54% siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar sangat tinggi akan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yang diterapkan dan 46% siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi.

Gambar 4.3 Histogram Motivasi kelompok TAI Kemudian analisis motivasi belajar siswa kelompok eksperimen 2 yang diberlakukan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) termasuk dalam kategori tinggi. Terdapat sebanyak 47% siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar sangat tinggi akan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan, dan 53% siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi.

(8)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

8

Selanjutnya motivasi belajar siswa kelompok kontrol dengan penerapan model pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran Konvensional termasuk dalam kategori tinggi. Terdapat sebanyak 32% siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar sangat tinggi akan model pembelajaran Konvensional diterapkan, 56% siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi dan 12% siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar sedang.

Gambar 4.5 Histogram Motivasi kelompok kontro

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis angket motivasi dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata motivasi siswa kelompok eksperimen TAI adalah 84,48 yang artinya rentangan intervalnya berkategori sangat tinggi, sedangkan rata-rata motivasi kelompok eksperimen PBL adalah 80,08 yang artinya rentangan intervalnya berkategori tinggi, dan nilai rata-rata kelompok konvensional yaitu 75,76 yang rentangan intervalnya berkategori tinggi.

Berdasarkan analisis dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen TAI adalah 39,51, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen PBL adalah 36,21, dan rata-rata hasil belajar kelompok konvensional adalah 32,29. Dengan demikian rata-rata hasil belajar TIK pada kelompok eksperimen TAI lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok PBL dan konvensional. Perhitungan normalitas, homogenitas, uji-F dengan menggunakan ANOVA satu jalur dan tes scheffe yang menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SPSS 22.0 hasil yang didapat tidak jauh berbeda. Dimana ketiga kelompok, baik kelompok eksperimen TAI, kelompok eksperimen PBL, maupun kelompok konvensional yang memiliki data yang berdistribusi normal dan memiliki varians data yang homogen.

Perhitungan uji hipotesis dengan uji-F atau ANOVA satu jalur menggunakan Microsoft Excel 2013, dengan taraf signifikan 5% diperoleh Fhitung = 33,21 dan Ftabel = 3,09. Karena Fhitung > Ftabel (33,21 > 3,09) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TAI, dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran PBL, dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan uji pasangan t-scheffe untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata motivasi dan hasil belajar.

Pengujian hipotesis II dengan menggunakan uji pasangan t-scheffe dapat dilihat bahwa Ftabel < Fhitung maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa nilai rata-rata kelompok TAI yaitu 84,48, nilai rata-rata kelompok PBL 80,08, dan nilai rata-rata kelompok konvensional yaitu 75, 76. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata motivasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan konvensional.

Pengujian hipotesis III dengan menggunakan uji pasangan t-scheffe dapat dilihat bahwa Ftabel < Fhitung maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa nilai rata-rata kelompok TAI yaitu 39,51, nilai rata-rata kelompok PBL 36,21, dan nilai rata-rata kelompok konvensional yaitu 32,29. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan konvensional.

Secara oprasional ketiga model pembelajaran yang digunakan pada saat menyampaikan pokok bahasan yang sama, akan tetapi cara penyajiannya yang berbeda. Perbedaannya terletak pada sintak/langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Pada kegiatan pendahuluan guru memusatkan perhatian siswa dengan cara memberi salam, mengecek abseni. Kemudian proses pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan pengetahuan awal kepada siswa mengenai materi yang akan dibahas. Proses selanjutnya adalah diskusi kelompok , dalam tahap

(9)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

9

diskusi ini, siswa diarahkan untuk membentuk kelompok sesuai arahan dari guru dan masing-masing kelompok diberikan permasalahan. Setiap

kelompok melakukan diskusi untuk

menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan awal pembelajaran terdapat perbedan terhadap kelas eksperimen TAI dan PBL.

Pada kelas eksperimen 1 model pembelajaran TAI diawal pembelajaran guru meberikan motivasi dengan cara memberi tahu manfaat pembelajaran yang telah berlangsung. Pada saat diskusi kelompok pada kelas eksperimen 1 model pembelajaran TAI berlangsung guru membimbing masing-masing kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Sedangkan pada kelas eksperimen 2 dengan model pembelajaran PBL, pada saat diskusi berlangsung guru mebimbing siswa untuk menentukan masalah yang akan diselesaikan. Setelah proses diskusi selesai kemudian dilanjutkan dengan melakukan presentasi hasil diskusi masing-masing perwakilan kelompok kedepan kelas untuk mempersentasikan hasil diskusi. Pada tahap akhir pembelajaran dilakukan tes evaluasi terhadap pengetahuan siswa setelah diberikan penerapan model pembelajaran TAI dan PBL dan terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran TAI setelah melakukan tes evaluasi diakhir pembelajaran kelompok eskperimen 1 dengan model pembelajaran TAI diberikan reword atau penghargaan kepada kelompok yang terbaik.

Secara keseluruhan penemuan yang diperoleh baik dari analisis deskriftif maupun berdasarkan hasil analisis uji hipotesis, maka dapat diambil suatu keputusan bahwa kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran TAI lebih baik daripada kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran PBL dan kelompok konvensional. Dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan Megawati dan Sari (2012) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini karena pengaruh beberapa langkah pembelajarannya, yaitu siswa belajar secara individu dan menanamkan keberhasilan individu bergantung pada keberhasilan kelompok, siswa berdiskusi dalam kelompok, siswa mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Dan dilihat juga dari kelebihan model pembelaharan TAI yaitu, mampu meningkatkan hasil belajar siswa, mampu meningkatkan

motivasi belajar siswa dapat melatih peserta didik untuk bekerja berkelompok, dan menimbulkan rasa tanggung jawab dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah [9]. Maka dapat diambil keputusan bahwa kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran TAI lebih baik daripada kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran PBL dan kelompok konvensional.

Adapun kendala – kendala yang dihadapi dalam penelitian ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu rentang waktu belajar mata pelajaran TIK di sekolah yang singkat yaitu 2 x 40 menit dan terkadang kurang dari waktu yang ditentukan mengingat di sekolah bel pergantian belum diatur secara otomatis sehingga tidak mengakomodasi pelaksanaan kegiatan secara utuh. Kemudian siswa juga sebagian besar belum terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk menanggulangi permasalahan ini, peneliti memberikan arahan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Fasilitas laboratorium yang masih kurang, dalam laboratorium panas karena tidak dilengkapi dengan AC ataupun kipas angin sehingga hal ini cukup menggangu konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran pada siang hari.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, pengajuan hipotesis dan analisis data penelitian, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : (1) Dari hasil penelitian terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL) dan konvensional, yang dilihat dari nilai rata-rata siswa. Nilai rata-rata hasil belajar kelompok TAI yaitu 39,51 sedangkan nilai angket motivasi kelompok TAI adalah 84,03 yang tergolong kategori sangat tinggi, Nilai rata-rata kelompok PBL yaitu 36,21 sedangkan nilai rata-rata angket motivasi adalah 76,11 yang tergolong kategori tinggi, dan nilai rata-rata kelompok konvensional yaitu 32,29, sedangkan niai rata-rata hasil angket motivasinya adalah 74,82 yang tergolong kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa yang dilihat dari nilai rata-rata motivasi dan hasil belajar.(2) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, terdapat perbedaan motivasi antara siswa yang menggunakan model pebelajaran Team Assisted Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL), dan konvensioanl. Dilihat dari rata-rata

(10)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016

10

hasil motivasi siswa. yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yaitu 84,48 yang tergolong pada kategori sangat tinggi. Rata-rata motivasi siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yaitu 80,08 yang tergolong kategori tinggi dan rata-rata motivasi siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 75,76.(3) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), Problem Based Learning (PBL) dan konvensional, yang dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa, diman nilai rata-rata siswa kelompok TAI yaitu 39,51. Nilai rata-rata kelompok PBL yaitu 36,21 dan nilai rata-rata kelompok konvensioal adalah 32,29. Jadi dapat disimpulkan bawha terdapat perbedaan hasil belajar kelompok TAI, PBL, dan konvensional dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar, diman nilai rata-rata hasil belajar TAI lebih tinggi dibandingkan kelompok PBL, dan konvensional.(4)Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, respon siswa kelas VIII dapat dilihat dari nilai rata-rata respon siswa menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yaitu 84,23 yang tergolong kategori sangat positif. Rata-rata respon siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yaitu 75,86 yang tergolong kategori positif.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran guna meningkatkan kualitas pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu:

1. Bagi Guru

Melihat dari hasil penelitian ini, diharapkan para guru dalam menerapkan model pembelajaran kepada siswa agar memperhatikan kondisi siswa di kelas. Tidak semua model pembelajaran yang ada mampu meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada penelitian ini model pembelajaran Team Assisted Individualization lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning maupun pembelajaran konvensional yang dilihat dari hasil belajarnya. 2. Bagi Siswa

Pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization, model pembelajaran Problem Based Learning dan pembelajaran konvensional

siswa harus lebih memperhatikan penjelasan dari guru sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini hanya sebatas membandingkan dua model pembelajaran kooperatif dengan membandingkan motivasi dan hasil belajar siswa. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya melaksanakan penelitian sejenis dengan pemilihan materi yang berbeda dan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai motivasi dan hasil belajar.

REFERENCES

[1] Mulyasa.E. (2005). Menjadi Guru Fropesional. Bandung: PT. Rosda Karya.

[2] Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Adicipta.

[3] Anurrahman, M. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.

[4] Riyanto, P. Y. (2012). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

[5] Slavin, R. (2008). Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Pedia.

[6] Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: PT Mulia Mandiri.

[7] Oemar, H. (2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

[8] Rifai. (2009). Psikologi Pendidikan . Semarang: UNNES PRESS.

[9] Suyanto, P. (2013). Menjadi Guru Profesional. Erlangga.

Gambar

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian  Metode  pengumpulan  data  yang  digunakan  dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket
Tabel 4.2 Rata-rata hasil belajar
Gambar 4.4 Histogram Motivasi kelompok PBL
Gambar 4.5 Histogram Motivasi kelompok kontro

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dari pengolahan data dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dukungan aparat desa dan komitmen anggota karang taruna terhadap program kerja

Dalam rangka memenuhi standar good corporate govermance perbankan syariah dalam aspek akuntabilitas dan transparansi, diperlukan adanya pedoman kerja dan mekanisme pengawasan

Hal ini menjelaskan bahwa kurangnya kebersihan dapat menjadi salah satu faktor yang baik untuk pertumbuhan jamur, selain itu pemakaian sisir yang tidak

Untuk menganalisis sinyal flicker yang mengandung noise, metode yang diusulkan di sini adalah Hilbert Huang Transform yang mampu mengekstrak informasi amplitudo

Elastisitas peningkatan Indeks Pembangunan Manusia sehubungan dengan kenaikan pendidikan adalah sebesar 0,213, apabila pendidikan turun 1 persen, maka secara rata-rata

[r]

Jenis miskonsepsi yang paling banyak ditemukan adalah content-based misconception (27,25% pada data 1 dan 28,5% pada data 2), hal tersebut disebabkan karena

Model pembelajaran merupakan suatu strategi pembelajaran dimana dalam pembelajaran itu akan mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif. Ketika peserta didik belajar