• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum

aaaaaOrangutan merupakan satu-satunya golongan kera besar yang terdapat di daratan Asia. Di Indonesia, orangutan terdapat di pulau Sumatra dan Kalimantan (Cuningham et al.1988). Orangutan memiliki kekerabatan yang cukup dekat dengan manusia, perkembangan dan perilaku yang dimiliki tidak jauh berbeda dengan manusia, termasuk di dalamnya kecerdasan yang dimiliki orangutan (Nadler & Codner 1983). Menurut Groves (1972) orangutan termasuk kelas Mamalia dengan ordo Primata, Famili Pongidae dan memiliki genus Pongo, dengan nama spesies Pongo pygmaeus. Selanjutnya menurut Chemnick dan Ryder (1993) Pongo pygmaeus dibagi ke dalam dua sub spesies berdasarkan kromosom dan DNA mitokondria, yaitu orangutan Sumatra (Pongo pygmaeus abelii) dan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus).

aaaaaMenurut Kaplan & Rogers (1994) orangutan dapat diklasifikasikan menjadi tujuh golongan berdasarkan morfologi, umur, jenis kelamin, dan tingkah laku (Tabel 1). Perbedaan yang jelas antara orangutan dewasa dengan anak adalah terdapat daerah terang pada mata dan mulut anak orangutan. Warna rambut coklat dengan tipe rambut bayi yang masih berdiri dan jarang, daerah terang di sekitar mata dan mulut, warna rambut, serta tipe rambut akan berubah seiring dengan pertambahan umur (Kuze et all, 2005).

TabelA1.AKlasifikasi umur orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus

AAAAAAApygmaeus) berdasarkan morfologi, umur, jenis kelamin, dan

AAAAAAAtingkah laku

No Klasifikasi

Umur

Morfologi Tingkah laku

1. Bayi

(0 -2,5 tahun)

Warna rambut coklat muda dengan bercak hitam diseluruh tubuh

Masih tergantung pada induknya.

2. Anak

(2,5 – 7 tahun)

Warna tubuh coklat tua dengan bercak putih yang hampir pudar

Pergerakan sudah bebas tapi masih mengikuti tingkah laku induk dalam beraktivitas.

3. Remaja

(7 – 10 tahun)

Warna tubuh coklat terang atau mengkilap dibanding individu dewasa dengan ukuran tubuh

Tingkah laku sudah terpisah dari induk, dan perkembangan

(2)

tingkah laku sosial mulai terlihat. Pada individu betina mulai terjadi pematangan seksual.

4. Jantan pradewasa (10 – 15 tahun)

Terdapat bantalan pipi dan kantung suara mulai berkembang. Wajah terlihat mulai hitam dan ukuran tubuh lebih besar atau relatif sama dengan ukuran tubuh betina dewasa

Pematangan seksual mulai terlihat dan mulai terjadi pemilihan pasangan.

5. Betina dewasa

(12 – 35 tahun)

Wajah terlihat hitam dan berjanggut, sekilas sulit dibedakan dengan individu jantan pra dewasa. Betina dewasa tidak memiliki bantalan pipi.

Dalam pergerakan biasanya diikuti oleh anak.

6. Jantan dewasa

(12 – 35 tahun)

Ukuran tubuh dua kali lebih besar dari ukuran tubuh betina dewasa, dan terdapat bantalan pipi dan kantung suara yang sudah besar. Wajah terlihat hitam, dengan rambut berwarna hitam kusam

Hidup secara soliter. Sering menyuarakan seruan panjang. Di tempat pemeliharaan, berat orangutan jantan dapat mencapai 150 kg. Sedangkan berat orang utan betinanya dapat mencapai kisaran 70 kg.

7. Umur lanjut

(> 35 tahun)

Kulit tubuh mulai keriput, rambut semakin tipis dan jarang.

Pergerakan semakin lambat dan kadang terlihat bergerak di permukaan tanah. Pada individu jantan bantalan pipi dan kantung suara mulai menyusut.

Sumber : Kaplan & Rogers (1994)

Habitat dan Penyebaran

aaaaaMenurut Rijksen (1978) sisa prasejarah orangutan dapat ditemukan di gua-gua bagian selatan China, Vietnam utara dan Sumatera. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa penyebaran hewan ini lebih luas pada masa lampau, bahkan mungkin meliputi seluruh Jazirah Asia Tenggara (Dataran Sunda). Orangutan hidup di hutan tropik dataran rendah, rawa-rawa, sampai hutan perbukitan dengan ketinggian 1500 mdpl. Pada umumnya, di hutan Kalimantan orangutan hidup di hutan primer, dan sekunder (Gambar 1). Namun seiring adanya kerusakan hutan, orangutan diidentifikasi berada di pinggiran pemukiman Tabel 1. (Lanjutan)

(3)

penduduk (Meijaard & Rijksen 2001). Orangutan tidak memiliki dominasi terhadap satu jenis pohon atau vegetasi (Rijksen 1978).

Gambar 1. Penyebaran Orangutan Kalimantan

(Pongo pygmaeus pygmaeus)

Sumber: Meijaard & Rijksen (2001)

Perilaku Orangutan

aaaaaPerilaku yang dilakukan satwa sangat tergantung pada lingkungan di sekitarnya. Pada umumnya, perilaku utama orangutan dapat dibagi menjadi empat yaitu bergerak, makan, istirahat, sosial (Simanjuntak, 1998).

aaaaaPerilaku bergerak merupakan salah satu perilaku yang ditunjukan oleh satwa. Berdasarkan Maple et al. (1978) pergerakan arboreal sangat kurang dilakukan orangutan di penangkaran dibandingkan di alam. Hewan yang berada di penangkaran lebih banyak bergerak di tanah secara bipedal atau kuadrupedal. Hal ini sesuai menurut Galdikas (1978) bahwa pergerakan normal yang dilakukan adalah memanjat dan berjalan di antara cabang, sedangkan pergerakan di atas tanah sangat jarang terjadi di alam.

aaaaaPerilaku makan merupakan segala aktifitas yang meliputi kegiatan untuk menggapai, mengolah, memegang mengunyah dan menelan makanan (MacFarland 1993). Makanan utama orangutan adalah buah-buahan (sekitar 60%), selain itu makan daun dan bunga. Namun di alam jika tidak terdapat makanan, orangutan pernah terlihat mengkonsumsi kulit kayu, dan berbagai jenis serangga. Menurut beberapa peneliti, orangutan dapat mengkonsumsi 300 jenis tumbuhan di hutan (Supriatna & Wahyono 2000).

(4)

aaaaaPerilaku istirahat adalah perilaku yang dilakukan oleh orangutan saat tidak melakukan pergerakan apapun, misalnya duduk, berdiri, tidur pada cabang pohon, atau berada dalam sarang (Galdikas 1978). Menurut Fagen (1981), primata muda terbukti menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain dibandingkan kelompok usia lain. Sebagian bayi dan anak-anak, bermain seringkali diawali dengan bermain wajah, yang digambarkan sebagai pelemasan (membuka mulut lebar). Ketika orangutan tumbuh dewasa perilaku bermain berubah. Perilaku bermain sering ditemukan pada anak-anak, tetapi hampir semua hewan terus bermain hingga masa dewasa. Saat hewan muda tumbuh dewasa dan matang perilaku bermain manjadi lebih menyerupai imitasi, mereka mulai meniru penampilan dominan dan berkelahi sebagai anak-anak. Pada usia anak-anak, tujuan bermain adalah untuk mempelajari tentang lingkungan, sedangkan pada usia remaja, bermain menjadi cara berprilaku dalam suatu kelompok (Poirier et al.

1977). Bermain merupakan bagian terpenting dari hidup anak, bermain adalah cara untuk mempelajari lingkungan, merupakan suatu bentuk pelatihan dan merupakan cara untuk dapat mempelajari tingkah laku sosial yang berbeda (Saczawa 2005). Menurut hasil penelitian Zucker et al. (1995) menunjukkan bahwa anak orangutan di kebun binatang yang hidup berkelompok dengan yang seusia mereka cenderung lebih banyak bermain. Anak orangutan yang berumur kurang dari setahun selalu bersama ibunya sepanjang waktu.

aaaaaCunningham et al. (1988) mengemukakan bahwa orangutan merupakan primata semi soliter. Pada saat tertentu akan hidup berkelompok, terutama saat musim buah dan musim kawin. Dalam kelompok, terjadi interaksi sosial, salah satunya adalah proses belajar, terutama pada betina muda dalam hal mengasuh anak. Orangutan merupakan satwa diurnal maka aktivitasnya banyak dilakukan pada siang hari. Menurut Fagen (1993) meskipun orangutan sering dianggap hewan yang sangat soliter, induk dan anak terlihat mencari makan bersama. Pada waktu makan induk dan anak mempunyai kesempatan untuk belajar dan bermain bersama.

aaaaaMenurut Charmels (1980) terdapat hubungan yang erat antara perkembangan perilaku sosial, seperti komunikasi, menelisik (grooming), perilaku bermain dan seksual dengan kempuan sensorik, gerak tungkai dan koordinasi sensoris serta

(5)

motorik. Orangutan betina akan melahirkan setelah 9 bulan masa kebuntingan. Anak akan mengikuti induknya sampai dengan usia 5 sampai 6 tahun. Hidup anak orangutan selama masa menyusui sangat tergantung terhadap induknya, karena belum dapat mencari makanannya sendiri. Selama masa tersebut, induk orangutan akan mengajarkan anaknya untuk hidup mandiri dan mencari makanan sendiri (Kaplan & Rogers 1994). Betina dan anaknya cenderung arboreal, sementara pejantannya lebih cenderung terestrial karena tubuhnya yang besar. Namun, semua orangutan membangun sarang di atas pohon untuk tidur pada malam hari dan tempat beristirahat pada siang hari (Cizsek dan Schommer 1999).

aaaaaSalah satu perilaku sosial yang sering dilakukan oleh anak dan induk adalah menelisik (grooming) yang merupakan kegiatan mencari dan mengambil kotoran atau parasit dari permukaan kulit, dimana aktifitas ini sering dijumpai pada primata yang berlangsung saat istirahat atau makan. Saat melakukan menelisik primata menggunakan kedua tangannya untuk menarik, menyibak, menyisir dan mencari kuti atau kotoran (Chalmers 1980). Menelisik (grooming) dapat dilakukan sendiri (autogrooming) yang termasuk ke dalam perilaku merawat diri (self care) maupun dengan individu lain (allogrooming).

aaaaaBagi primata, perilaku menelisik merupakan suatu bentuk komunikasi, yaitu

komunikasi dengan sentuhan (Grier 1984), selain itu menelisik berfungsi untuk memperkuat hubungan antar individu dalam suatu kelompok serta meredakan ketegangan pada saat terjadi konflik di antara individu (Wood-Gush 1993).

aaaaaPerilaku agonistik adalah interakasi negatif yang dilakukan anak dengan

individu lain, meliputi perilaku merebutkan makanan, mainan, daerah, dan dominasi, sedangkan perilaku merawat diri (self care) adalah perilaku yang dilakukan anak orangutan untuk merawat dirinya seperti, membersihkan diri, menelisik diri sendiri (autogrooming), buang air kecil dan defekasi, meregangkan badan, dan menguap (Maple 1980).

Perkembangan Perilaku Anak Orangutan

aaaaaAnak orangutan di alam bebas merasakan betapa kuatnya perlindungan yang diberikan oleh induk sampai mereka tumbuh dewasa. Hal ini terjadi di habitat aslinya, ibunya mengajarkan mereka tentang lingkungan, makanan, teman atau

(6)

musuh. Induk orangutan tidak segan-segan untuk berkelahi dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi anaknya yang berada dalam pelukan. Begitu kuatnya perlindungan induk sehingga untuk mengambil anaknya di habitat aslinya, harus membunuh induknya (Maple 1980).

aaaaaMenurut Horr (1975) serta Kaplan dan Rogers (1994) perkembangan perilaku anak orangutan akan berkembang sesuai dengan bertambahnya usia (Tabel 2). Anak orangutan di alam pada 6 bulan pertama akan selalu menempel pada induknya. Bayi orangutan memiliki daya ingat yang baik terhadap rangsangan sosial dan non sosial, mereka dapat mengenali wajah dan suara induknya (Maple 1980).

Tabel 2. Perkembangan kemampuan anak orangutan dan interaksi dengan

AAAAAA induknya

Umur Kemampuan Anak Orangutan

1 1 hari - Bayi dapat mencari dan menyusu pada puting susu induknya - Bayi digendong induknya, dan dibuai

2 hari sampai 5 hari - Bayi dapat menyusu pada induknya - Bayi bergelantung pada induknya 1 sampai 6 bulan - Bayi masih menyusu pada induknya

-.Tidak bisa meninggalkan tubuh induknya namun dapat Abergerak - Bayi dapat bergelantung pada tubuh induknya

8 sampai 12 bulan - Bayi masih menyusu pada induknya

-.Bayi sudah dapat mengunyah beberapa makanan di cabang pohon ayang dekat

- Bayi sudah dapat bergelantungan di cabang pohon yang dekat -.Sudah berani meninggalkan induknya ketika induk tidur Aatau makan -.Mampu meniru perilaku induk, seperti perilaku saat induknya amakan, adan memanipulasi objek-objek

- Mencoba mendirikan sarang

-.Mampu berkomunikasi dengan induknya melalui senyuman dan abelaian

2 tahun -.Anak orangutan sudah mampu memakan dedaunan yang Ajauh dari ainduknya

-.Mampu berpergian dengan jarak 18 sampai 27 meter dari A Ainduknya, anamun masih berada di belakang induknya ketikaberjalan adi tanah

- Berlangsung proses penyapihan

3,5 tahun -.Mampu melewati pohon-pohon dengan bergelantungan, namun asesekali masih dibantu oleh induknya

- Mampu meniru gerakan induknya yang lebih sulit - Induk sudah mengatur jarak dengan anaknya

4,5 sampai 6 tahun -.Induk sudah mulai menolak anaknya dengan mendorong Amenggunakan tangannya atau dengan suara-suara

-.Induk orangutan sesekali mencegah anaknya masuk keAdalam sarang -.Mampu membuat sarang dengan sederhana, dan mencari Amakanan asendiri

-.Mampu berpindah dari satu pohon ke pohon yang lainAtanpa bantuan ainduknya

- Mampu membedakan buah, atau daun yang dapat dimakan Aatau tidak Sumber : Horr (1975) serta Kaplan dan Rogerss (1994).

(7)

aaaaaPada tengah tahun pertama, anak akan mulai lepas dari induknya, dan mulai bergerak sendiri. Pada akhir tahun pertama, anak bisa berada di atas pohon beberapa meter dari induknya. Namun terlihat lutut masih lemah dan tidak seimbang, dan terlihat mulai sedikit bergantungan pada ranting. Akhir tahun kedua, kemampuan bergerak sudah terlihat baik, meskipun berat dan panjang anak orangutan tersebut sedikit bertambah. Anak tersebut juga mulai berayun di pohon dengan satu tangan. Pada tahun ketiga dan keempat masih mengikuti induknya, namun dia bisa bermain dengan orangutan lain (Cuningham et al. 1988). Menurut MacKinnon (1974) dan Rijksen (1978) terdapat perbedaan tahap perkembangan bayi orangutan berdasarkan umur dan berat badan (Tabel 3).

Ket: A. Mackinnon; B. Rijksen Tahap

kehidupan

Umur (tahun) Berat Badan (kg) Karakteristik

A B A B

Bayi

(infant)

0-2 ½ 0-2 ½ 2-15 2-6 Memiliki karakteristik sebagai hewan yang sangat kecil dan sangat tergantung pada induknya dalam hal makanan dan cara berpergian (A). Sedangkan menurut Rijksen karakteristiknya adalah lingkaran sekitar mata dan mulut memiliki pigmen berwarna terang kontras dengan pigmentasi wajah yang lebih gelap; rambut di sekeliling wajah panjang dan agak mengarah ke luar, selalu digendong induknya selama berpergian; sangat tergantung pada induknya dalam hal makanan; tidur disarang bersama induknya (B)

Anak-anak

(Juvenile)

2 ½ - 7 2 ½ -5 10-30 6-15 Hewan kecil yang mulai mandiri dalam hal mencari makanan, bepergian tapi masih hidup bersama induknya (A). Hewan ini masih sering digendong oleh induknya, tapi dapat menjelajah sendiri dalam wilayah yang dekat; sering bermain sendiri dan kadang bersama sesama orangutan muda; awalnya masih tidur bersama induknya; tapi kemudian membangun sarang sendiri berdekatan dengan sarang induknya; pada akhir tahap ini induknya mulai dapat memiliki bayi lain dan perhatian pada anaknya itu sedikit berkurang. Karakter wajah sama seperti pada bayi (B).

Tabel 3. Tahap perkembangan orangutan berdasarkan umur dan berat badan

(8)

aaaaaMenurut Kaplan dan Rogers (1994) tidak seperti spesies primata lain, induk orangutan memberikan seluruh pengalaman hidupnya bagi bayi mereka. Induk orangutan merupakan satu-satunya alat transportasi, dukungan, makanan, pengalaman belajar yang mendasar. Induk orangutan satu-satunya pemberi perhatian, dan anak orangutan bergantung sepenuhnya pada kemampuan dan perhatian induk. Cara pengungkapan kasih sayang terhadap induknya ditunjukan dengan berbagai cara seperti membuka mulut lebar-lebar atau menyisir rambut induknya lalu induk akan membalas dengan menyediakan makanan dan membantunya berpindah tempat. Menurut Maple (1980) menyatakkan bahwa seringkali induk merespon kasih sayang anak dengan memberi pelukan dan

gendongan.

aaaaaPada 12 bulan pertama kehidupannya, perilaku bersosial sangat tinggi sampai setelah tahun-tahun pertama kehidupannya. Bayi orangutan mengkomunikasikan kasih sayang terhadap induknya melalui beberapa cara yang berbeda-beda. Bayi orangutan menunjukan gigi atau gusinya (senyum), membuka mulutnya lebar-lebar, menggigit wajah induknya dengan lembut, menjilati bibir, mulut, tangan dan dan ujung jari-jari induknya (Horrisson 1960). Induk orangutan akan menjaga anaknya hingga benar-benar dewasa. Pada masa awal, induk akan memastikan anaknya menempel pada tubuhnya. Meski pada waktu-waktu tertentu anaknya berusaha menjelajah sendiri, dia akan mengawasinya dengan ketat dan akan membuat suara panggilan jika anaknya itu berada terlalu jauh. Anak orangutan yang telah remaja sekalipun masih selalu berada dekat induknya (Maple 1980). Perilaku maternal dari orangutan di penangkaran (habitat eksitu) (Tabel 4).

Tabel 4. Perilaku maternal orangutan di penangkaran

Perilaku Penjelasan

Menggendong dalam buaian membuai bayi di lantai atau dalam gendongan Memeluk memeluk bayi di lantai maupun di atas pohon Mendorong mendorong bayi secara ventral atau dorsal di lantai Gendongan ventral bayi digendong di atas ventrum induk

Gendongan dorsal bayi digendong di atas dorsal induk Berpegangan erat bayi berpegangan erat pada induknya Menyusui, membantu menyusui induk mendekatkan bayi ke arah puting Berhenti menyusui induk menjauhkan bayi dari putting

Melindungi melindungi bayi dari hewan lain atau serangan fisik Menunjukan bayi mempertontonkan bayi pada hewan lain

(9)

Memukul atau mengenggam melakukan kontak dengan hewan hewan dengan tangan terbuka atau kepalan

Bergulat bergulat dengan atau berguling dengan hewan lain Mencari makanan; merebut makanan dari mulut atau tangan hewan lain Memberi makanan: memberi makanan pada hewan lain

Adu mulut: resiprokal, gigitan non-agresif

Panggilan panjang vokalisasi yang dalam dan berkelanjutan

Rengekan vokalisasi yang dibaut dengan tarikan nafas melalui bibir yang dijulurkan

Ekspresi wajah memperlihatkan gigi, mulut agak terbuka, ujung mulut ditarik ke belakang;

Menguap memperlihatkan gigi: membuka mulut dengan gigi langsung terlihat pada hewan lain

Memanjat memanjat tubuh hewan lain, tali atau benda lain Berjalan berjalan secara kuadrupedal dan bipedal

Berayun gerakan mengayun tangan

inspeksi olfaktori mengendus tangan sendiri setelah melakukan kontak

dengan hewan lain, atau membaui tubuh hewan lain Mengulurkan tangan mengulurkan tangan pada hewan lain, kontak tangan,

kontak mulut;

Sentuhan membersihkan tubuh hewan lain, membersihkan tubuh sendiri

Bergantungan sendiri bayi bergantung pada batang besi sendiri

Melatih manipulasi induk meletakan tangan bayi pada pipa atau batang besi Menghisap jari menghisap jari kaki atau jari tangan sendiri atau jari

hewan lain

Bergerak dengan kontak bayi bergerak sambil melakuan kontak dengan induk Sumber: Maple (1980)

aaaaaMenurut Maple et al. (1978) terdapat contoh perilaku penyapihan antara induk dan bayinya yang terjadi selama minggu ke-18, awalnya induk orangutan akan menjauhkan anaknya dan selolah mencoba mengajarinya bergelantungan di atas pipa. Sedangkan menurut Harrison (1962) menyatakan pada usia 3 bulan induknya telah mencoba mengajarinya memanjat dengan cara menggendong anaknya pada satu tangan dan tangan yang lain mengayun pada besi kandang serta bayi orangutan diajari secara langsung oleh induknya selama 4 sampai 5 tahun kemudian belajar melalui teman-temannya.

aaaaaMenurut Maple (1980) kemampuan maternal adalah kegiatan yang dapat dipelajari, meski masih menimbulkan perdebatan tetapi terdapat bukti kuat bahwa bayi orangutan betina yang dipisahkan dari induknya sebelum masa belajarnya selesai akan mengalami gangguan psikologis dan tidak mampu menjadi induk yang baik. Orangutan belajar melalui berbagai cara, pertama mereka meniru induknya, meniru apa yang diucapkan, meniru cara makan hingga dahan yang dipilih untuk berayun, kedua melalui pengamatan dan deduksi, ketiga melalui coba-coba dengan cara mengendus atau merasakan.

(10)

aaaaaPerkembangan anak orangutan dapat diketahui dengan mengamati perkembangan kemampuan anak orangutan, sesuai penelitian MacKinnon (1974) dan Rijksen (1978), bahwa terdapat perbedaan tahap perkembangan bayi orangutan berdasarkan umur. Selain itu, menurut Kaplan dan Rogers (1994) perkembangan perilaku anak orangutan akan berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Berdasarkan hasil para peneliti tersebut, perkembangan perilaku anak orangutan dapat diketahui berdasarkan kemampuan dalam perilaku bergerak, bermain, makan (feeding), dan perilaku sosial.

Anak Orangutan di Habitat Eksitu

aaaaaOrangutan bisa ditemukan di beberapa kebun binatang yang terdapat di dalam dan luar negeri. Seperti satwa liar lainnya, orangutan memerlukan habitat yang sesuai dengan tempat hidupnya di alam.

aaaaaOrangutan di kebun binatang memerlukan tempat yang mendukung pergerakan dan kehidupannya. Kelahiran anak orangutan telah banyak terjadi, dan tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga di kebun binatang di luar negeri. Kelahiran bayi orangutan yang pertama di daratan Continental dan Amerika adalah pada tahun 1982 di Berlin, namun bayi pasangan orangutan Kalimantan tersebut mati setelah satu tahun karena adanya infanticide (pembunuhan bayi) dan air susu yang dimiliki induk tidak keluar, sehingga mengalami kekurangan nutrisi (Harrisson 1986).

aaaaaKelahiran anak tersebut tentunya didukung oleh keadaan lingkungan, tingkat stres serta makanan yang diterima. Namun keberhasilan kelahiran orangutan akan berhubungan dengan keberhasilan anak orangutan tersebut untuk bertahan hidup sampai dewasa di habitat eksitu. Keberhasilan ini dapat dipantau dari perilaku harian anak orangutan tersebut (Meijaard & Rijksen 2001).

aaaaaHarrisson (1960) menyarankan sembilan langkah penting dalam merawat bayi orangutan di penangkaran eksitu: 1) jauh dari tanah; 2) mampu meraih dan menggapai tali atau batang dengan cepat sehingga melatih tungkai mereka; 3) memiliki banyak daun segar untuk dikunyah dan dimainkan; 4) berada di luar

(11)

ruangan; 5) berada di bawah sinar matahari dan dalam kondisi hujan hampir setiap hari; 6) diberi selimut saat malam hari; 7) memberi pelukan; 8) tidak ada orang asing dan yang terpenting tidak ada orang yang memiliki penyakit flu atau paru-paru yang bernafas di dekat bayi orangutan; 9) memiliki waktu makan, mandi dan tidur yang rutin dan teratur.

aaaaaFaktor-faktor yang harus dipertimbangkan pada saat mendisain suatu kandang antara lain adalah: 1) memberikan kenyamanan fisik pada satwa yang sedang dikandangkan; 2) sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan normal satwa; 3) pemeliharaan yang sesuai dan mampu menjaga kesehatan satwa; 4) kandang harus memenuhi syarat penelitian dan perawat satwa (Bennet et al.

1995). Menurut Iskandar (2007) faktor yang mendukung keberhasilan suatu program penangkaran diantaranya: 1) ketertarikan antara pasangan; 2) ukuran dan bentuk kandang yang sesuai dengan pola pergerakan di alam; 3) pengayaan lingkungan yang dapat mendukung terjadinya pola tingkah laku yang sesuai di alam; 4) jenis pakan; 5) lokasi kandang; 6) kontrol kesehatan. Ukuran kandang satwa primata berdasarkan bobot badan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekomendasi Luas Kandang Satwa Primata Berdasarkan Berat

aaaaaaaa Badan Satwa Primata Berat

(kg)

Luas Individu Tinggi

ft2 m2 in cm Monyet Kelompok 1  1 1,6 0,14 20 50,80 Kelompok 2  3 3,0 0,27 30 76,20 Kelompok 3  10 4,3 0,39 30 76,20 Kelompok 4  15 6,0 0,54 32 81,28 Kelompok 5  25 8,0 0,72 36 91,44 Kelompok 6  30 10,0 0,90 46 116,84 Kelompok 7 > 30 15,0 1,35 46 116,84 Kera Kelompok 1  20 10,0 0,90 55 139,70 Kelompok 2  35 15,0 1,35 60 152,40 Kelompok 3  10 25,0 2,25 84 213,36

Sumber: Institute of Laboratory Animal Resources, Commission on Life Sciences National aaaaaaa Research Council (1996)

(12)

Orangutan di Pusat Primata Schmutzer (PPS)

aaaaaPusat Primata Schmutzer terletak di dalam Kompleks Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Pusat Primata Schmutzer merupakan hibah dari mendiang Nyonya Puck Schmutzer dan diresmikan pada tahun 2002 oleh Gubernur Sutiyoso. PPS mulai dikelola oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta sejak tanggal 2 Mei 2006. PPS memiliki 16 jenis primata yang berasal dari dalam dan luar negeri. Area ini memiliki luas 13 ha. Di dalamnya terdapat kandang luar (enclosure) gorila, simpanse dan orangutan, serta kandang-kandang primata jenis monyet dan kera (Laporan PPS 2007).

aaaaaMenurut Laporan PPS (2007) kandang luar yang terdapat di PPS diberikan beberapa pengayaan (enrichment) yang dapat membuat satwa seperti berada di habitatnya. Kandang luar untuk orangutan mempunyai luas 2 ha dan dibagi menjadi dua area yang dipisahkan dengan adanya terowongan orangutan. Dalam kandang luar ini terdapat berbagai pengayaan yang dipergunakan untuk satwa tersebut, baik buatan (artifisial) maupun asli. Seperti pohon, pohon buatan, tali karet, ban mobil bekas dan sebagainya. Saat malam, orangutan tersebut dimasukkan ke dalam kandang tidur yang terdapat di area bawah terowongan orangutan. Selain 2 enclosure, orangutan juga terdapat di kandang sentral. Kandang ini dipergunakan untuk memisahkan orangutan tertentu yang tidak dapat dimasukan dalam kelompok orangutan lainnya, seperti induk dengan anak yang dipisahkan dari individu lain. Kandang sentral mempunyai luas 100 m2 yang mempunyai alas pasir dengan pengayaan berupa tali karet, pohon buatan, dan ban bekas.

aaaaaPPS memiliki 14 individu anak orang orangutan, terdiri dari hasil sitaan sebanyak 10 individu dan sumbangan masyarakat yang telah sadar tentang satwa liar, sedangkan 4 individu orangutan merupakan kelahiran di PPS. Beberapa orangutan yang terdapat di PPS telah dapat membangun sarang di atas pohon. Beberapa dari orangutan itu pun mulai tidak masuk ke dalam kandang, dan mulai menyukai berada di alam terbuka (Laporan PPS, 2007).

(13)

aaaaaMenurut Badan Meteorologi dan Geofisika (2007) Jakarta, daerah Margasatwa Ragunan mempunyai suhu sekitar 25–320C, kelembaban rata-rata 30-50%, dengan curah hujan rata-rata sekitar 300-500 mm per bulan dari September 2007 sampai April 2008, sehingga daerah PPS cenderung panas.

Orangutan di Taman Safari Indonesia (TSI)

aaaaaTaman Safari Indonesia memeliki beberapa fasilitas yang merupakan bagian dari sarana pengelolaan satwa, meliputi rumah sakit khusus anak satwa (nursery), tempat anak satwa (baby zoo), dan beberapa kandang untuk anak satwa. Taman Safari memiliki 16 jenis satwa primata yang berasal dari dalam dan luar negeri (Laporan TSI, 2007).

aaaaaLuas tempat bermain untuk anak orangutan di nursery adalah 25 m2 dengan pengayaan berupa talang besi, ban bekas, dan tali. Di depan nursery terdapat pohon buatan tempat anak orangutan berusia satu tahun belajar bergelantung, memanjat dan bermain. Baby zoo yangmempunyai luas30 m2 merupakan tempat khusus bagi para pengunjung untuk berfoto bersama anak orangutan. Arena baby zoo mempunyai pengayaan berupa tali-tali untuk bergelantungan, ban bekas untuk bermain, dan pohon buatan (Laporan TSI, 2007).

aaaaaSaat pagi semua anak orangutan diberi makan atau minum susu, lalu anak orangutan tersebut mulai diasuh oleh perawat. Di rumah sakit satwa terdapat 6 orang perawat. Satu perawat mengasuh 4 individu anak orangutan. Saat malam orangutan tersebut dimasukkan ke dalam kandang tidur di rumah sakit hewan TSI, orangutan dipisahkan berdasarkan umurnya dan dijaga oleh perawat.

aaaaaMenurut Badan Meteorologi dan Geofisika (2007) Cisarua Bogor, daerah Taman Safari Indonesia (TSI) mempunyai suhu sekitar 12 – 220C, kelembaban 60-70%. Curah hujan di daerah sekitar TSI cukup tinggi rata-rata sekitar 500-700 mm per bulan dari September 2007 sampai April 2008.

Gambar

Tabel A 1. A Klasifikasi  umur  orangutan  Kalimantan  (Pongo  pygmaeus
Gambar 1. Penyebaran Orangutan Kalimantan  (Pongo pygmaeus pygmaeus)
Tabel  2.  Perkembangan  kemampuan  anak  orangutan  dan  interaksi  dengan
Tabel 3. Tahap perkembangan orangutan berdasarkan umur dan berat  badan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisis regresi yang telah dilakukan diketahui bahwa untuk investasi swasta di Jawa Tengah mempunyai pengaruh yang positif dan sinifikan baik dalam

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Dalam rangka pengaturan pelayanan perizinan, yang terdiri atas Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan, Izin Usaha Pariwisata, Izin Gangguan, Izin Tempat Usaha, Izin

Pengembangan potensi wilayah Kabupaten Serang tak dapat dipisahkan sebagai bagian Pengembangan potensi wilayah Kabupaten Serang tak dapat dipisahkan sebagai

Adapun penentuan variasi waktu kontak antara sianida yang bereaksi dengan hidrogen peroksida merupakan perlakuan yang dikerjakan setelah penentuan konsentrasi

Bantalan rel (sleepers) dipasang sebagai landasan dimana batang rel diletakkan dan ditambatkan. Indonesia memiliki track gauge 1067 mm) agar selalu konstan, dengan kata lain

dinamika psikologis pengaruh pelatihan logoanalisis terhadap peningkatkan resiliensi dan sebagai evaluasi terhadap kondisi subjek setelah pelatihan. Selain itu sebagai