BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pra Siklus
Kondisi pra siklus atau kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum PTK dilaksanakan. PTK dilakukan di kelas 5 SD Negeri Ketitang Wetan 01 Pati semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 18 siswa pada mata pelajaran IPS dengan materi pra siklus yaitu siswa mampu mendeskripsikan masa kejayaan dan peninggalan kerajaan Hindu-Budha (Sriwijaya dan Majapahit) dan Islam di Nusantara). Hasil belajar siswa pada pra siklus dapat dilihat lebih rinci pada tabel distribusi skor tes formatif dibawah ini.
Tabel 4.1
Distribusi Skor Hasil Belajar IPS pada Pra Siklus Skor Frekuensi Persentase (100%)
40 1 5,556 60 6 33,333 70 4 22,222 80 4 22,222 90 3 16,667 Jumlah 18 100
Pada pra siklus hasil belajar siswa ditunjukkan pada ketuntasan hasil belajar IPS dengan KKM ≥ 80. Mendasarkan dengan KKM IPS ≥ 80, maka distribusi ketuntasan secara detil disajikan melalui tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.2
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Pra Siklus
No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)
Skor Keterangan
1 ≥ 80 Tuntas 7 38,89
2 < 80 Tidak Tuntas 11 61,11
Jumlah 18 100
Berdasarkan tabel 4.2 nampak perbandingannya siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau memenuhi KKM ≥80 dan tidak memenuhi KKM, siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 dari 18 siswa (61,11%) dan hanya 7 siswa saja (38,89%) yang tuntas.
Adapun skor maksimal yang dicapai sebesar 95 dan skor minimal 40. Untuk lebih jelasnya data pada tabel 4.1 dapat dibuat diagram seperti pada gambar 4.1 dibawah ini:
Gambar 4.1
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Pra Siklus
Diagram tersebut menunjukkan perbandingan siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau memenuhi KKM ≥80 adalah sebanyak 38,89% sedangkan siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar sebanyak 61,11%.
Setelah di observasi lebih lanjut rendahnya hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Ketitang Wetan 01 dikarenakan guru belum mencoba model pembelajaran yang lain. Guru masih terlalu dominan dalam menjelaskan materi sehingga siswa cenderung bosan dalam kelas. Maka penulis mencoba dilakukan PTK pada siswa kelas 5 SD Ketitang Wetan 01 Pati.
4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1
Pelaksanaan siklus 1 pada tanggal 4 Nopember 2013 di kelas 5 Ketitang Wetan 01 Pati dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (70) menit. Materi siklus 1 yaitu keragaman suku bangsa di Indonesia, keragaman budaya di Indonesia (ragam bahasa daerah, ragam rumah adat, ragam pakaian adat, dan tarian adat).
1. Perencanaan Tindakan
a. Perencanaan Pertemuan Pertama
Pada tahap perencanaan siklus pertama ini, yang dilakukan pertama kali adalah menyusun RPP dengan menggunakan model pembelajaran tipe MM. Untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran IPS, maka disusun instrumen pengamatan berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan kinerja guru. Pembuatan kartu soal dan kartu jawaban sebagai salah satu bagian atau unsur dari model pembelajaran. Langkah berikutnya yaitu guru dan penulis yang dibantu oleh observer melaksanakan
Tidak Tuntas 61,11% Tuntas 38,89% Tidak Tuntas Tuntas
diskusi tentang penerapan model pembelajaran tipe MM tentang langkah-langkah kerjanya supaya berjalan secara tepat dan efisien. Diskusi untuk menentukan tentang strategi pembagian siswa menjadi dua kelompok yaitu separoh kelompok yang mendapatkan kartu soal dan separoh kelompok sisanya mendapat kartu jawaban dengan cepat dan tepat.
Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah dan jenis kelamin. Pembagian kelompok secara heterogen dibuat supaya pembagian waktu antar kelompok dalam mencocokkan kartu sama. Penulis, observer dan guru juga mengidentifikasi masalah kegaduhan yang mungkin dapat muncul saat proses pembelajaran. b. Perencanaan Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua, yang akan dilaksanakan adalah memberikan soal evaluasi pembelajaran. Materi soal sesuai dengan materi yang sudah disampaikan pada pertemuan pertama siklus 1. Penyusunan soal berdasarkan indikator-indikator pembelajaran. Soal tes yang digunakandalam penelitian ini berupa tes formatif dalam bentuk pilihan ganda 20 butir.
2. Implementasi Tindakan dan Observasi a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada siklus 1 ini dilaksanakan pada hari senin 4 Nopember 2013 di kelas 5 SD Negeri Ketitang Wetang 01 Pati dengan alokasi waktu 2X35 menit. Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam untuk mengawali pembelajaran di kelas. Sebelum guru menyampaikan materi pelajaran, guru memberikan apersepsi dengan menyanyi Satu Nusa Satu Bangsa. Kemudian guru mengingatkan siswa tentang materi tentang keragaman suku dan budaya bangsa Indonesia yang pernah diterima waktu kelas 4. Hal ini untuk menggugah ingatan dan menggali pemahaman awal siswa berkenaan tentang materi yang akan disampaikan kepada siswa, kemudian guru menyampaikan model pembelajaran tipe MM yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran.
Kegiatan berikutnya guru dan siswa melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran make a match. Pertama guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok soal dan kelompok jawaban. Kemudian siswa
mengambil kartu sesuai dengan pembagiannya. Setelah siswa duduk pada bangku yang sudah ditetapkan sesuai kelompoknya, guru memberikan waktu pada kelompok soal untuk mencari dan mencocokkan kartu yang berada ditangannya dengan kartu jawaban milik temannya. Pada saat pencocokan kartu berlangsung, guru ikut memantau jalannya pencocokan kartu dan membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Ketika batas waktu pencocokan kartu berakhir, semua siswa harus berhenti untuk mencari pasangan kartunya. Siswa yang sudah berhasil menemukan pasangan kartunya diminta untuk mebacanya dengan keras dan jelas kartunya. Kemudian guru dan siswa membahas hasil dari pencocokan kartu. Guru mencatat siswa yang keliru dalam mencari pasangan kartunya, kemudian guru meluruskan kesalahan dalam pencocokan kartu. Kemudian kegiatan dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar siswa memahami materi dan sekitar 10 menit sebelum waktu belajar habis. Sisa waktu digunakan untuk memberikan kesempatan siswa bertanya kepada guru dan membuat kesimpulan pembelajaran bersama siswa .
Hasil dari pengamatan/observasi pelaksanaan pembelajaran, pengamatan terhadap implementasi RPP, pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus 1 ini dipantau dengan menggunakan panduan observasi yang telah dipersiapkan. Pada pertemuan pertama siklus 1 ini proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah berjalan cukup baik, yang dimulai dari persiapan pembelajaran, apersepsi yang dilakukan dalam membuka ingatan siswa tentang materi yang sudah diterima saat kelas 4, penggunaan dan penerapan model pembelajaran tipe MM, memantau dan membantu siswa jika mengalami kesulitan saat pembelajaran, sampai menutup kegiatan pembelajaran.
b. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua siklus 1 ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 11 Nopember 2013. Pada pertemuan ini guru memberikan soal evaluasi yang terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda. Kemudian setelah selesai mengerjakan guru membahas jawaban dari soal.
1. Refleksi
Setelah proses pembelajaran siklus 1 selesai, selanjutnya diadakan diskusi antara guru, penulis dan observer untuk membahas kegiatan berdasarkan pada pengamatan observer. Kegiatan pada siklus 1 berjalan cukup baik, siswa yang pada pencocokan kartu pertama masih sedikit bingung. Akan tetapi pada pencocokan kartu ketiga siswa mulai lancar dalam melaksanakan model tipe MM. Kegaduhan siswa terjadi saat salah satu siswa yang memiliki keterbelakangan berpikir bingung mencari pasangan kartunya. Siswa tersebut sudah 4 kali tidak naik kelas.
Berdasarkan observasi siklus 1, hal-hal yang dianggap belum sesuai harapan akan disempurnakan pada siklus 2. Salah satunya yang penting yaitu memberi pengarahan kepada siswa supaya meningkat dalam menguasai model pembelajaran tipe MM. Refleksi dan analisis hasil tes pada siklus 1 terdapat 12 siswa (66,67%) yang tuntas dan 6 siswa (33,33%) belum tuntas, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Berikut merupakan skor hasil belajar IPS pada siklus 1.
Tabel 4.3
Distribusi Hasil Belajar IPS pada Siklus 1 No Skor Frekuensi Persentase (%)
1. 50 1 5,55 2. 70 3 16,67 3. 75 2 11,11 4. 80 8 44,44 5. 85 4 22,22 Jumlah 18 100
Berdasarkan tabel distribusi skor hasil belajar, dapat diketahui persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat disajikan melalui tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Siklus 1
No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)
Skor Keterangan
1. ≥ 80 Tuntas 12 66,67
2. < 80 Tidak Tuntas 6 33,33
Berdasrkan tabel di atas ketuntasan belajar siswa dapat digambarkan melalui diagaram lingkaran di bawah ini.
Gambar 4.2
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Siklus 1
Pada tabel dan diagram tersebut di atas, terlihat tingkat ketuntasan siswa hasil belajar IPS pada siklus 1, yaitu 12 siswa (66,67%) tuntas dan 6 siswa (33,33%) belum tuntas.
Hasil belajar pada siklus 1 dipengaruhi juga oleh unjuk kerja siswa waktu proses pembelajaran. Untuk indikator menerima kartu dan menerima pasangan, semua siswa terlihat menerima kartu dikarenakan kartu soal dan jawaban dibuat untuk semua siswa dengan pembagian 9 kartu soal dan 9 kartu jawaban. Untuk indikator memikirkan pasangan kartunya, siswa mendapat skor berbeda-beda, dikarenakan ada siswa yang berpikir melebihi sedikit batas waktu yang ditentukan. Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran MM nampak bahwa baik aktivitas mendapat kartu, memikirkan pasangan kartu maupun mendapat pasangan kartunya seluruh siswa 100% terlihat melakukan akivitas tersebut.
66,666% Tuntas 33,333% Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
Pembelajaran IPS telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran MM. Implementasi RPP berjalan dengan skor 82,692. Tabel implementasi RPP dapat dilihat pada lampiran 4.
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siklus 1 maka secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I untuk ditingkatkan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
1. Guru menyiapkan RPP yang tersusun sesuai dengan model pembelajaran tipe MM.
2. Apersepsi yang dilaksanakan oleh guru sangat membantu siswa dalam membangun pemahaman sendiri, memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat tentang kemiripan materi yang pernah diterima waktu duduk di kelas 4 sehingga siswa berusaha mengingat kembali materi yang sudah diterima.
3. Perkembangan belajar unjuk kerja siswa dipantau melalui catatan guru observer, karena pada dasarnya siswa tidak bisa duduk tenang dalam proses pembelajaran. Sedangkan model MM ini siswa diberi kesempatan bergerak mencari pasangan kartunya.
4. Siswa menguatkan ingatan mereka tentang materi dari pemikiran dan unjuk kerja siswa dengan mencari pasangan kartunya.
5. Unjuk kerja siswa meningkat dikarenakan siswa diberi kesempatan bergerak walaupun diberi tanggung jawab mencari pasangan kartunya.
6. Siswa berlatih berpikir tingkat tinggi dikarenakan soal evaluasi menggunakan soal cerita dengan kalimat yang panjang sebagai pengecoh.
7. Siswa melakukan refleksi bersama guru. b. Kelemahan
1. Pada saat proses pembelajaran, siswa dalam kegiatan pencocokan kartu masih bingung karena kurang mendapat bimbingan dari guru yang lebih intensif. Dikarenakan guru baru mencoba model pembelajaran MM.
2. Manajemen waktu pembelajaran sedikit kurang berjalan dengan baik sehingga pembelajaran belangsung kurang efektif dan efisien.
3. Pemberian kesimpulan pada akhir pembelajaran belum dilakukan secara maksimal dikarenakan waktu sudah hampir habis.
4.1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2
Pelaksanaan siklus 2 pada tanggal 18 Nopember 2013 di kelas 5 Ketitang Wetan 01 Pati dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (70) menit. Materi siklus 2 yaitu keragaman budaya di Indonesia (ragam lagu daerah, ragam seni pertunjukan daerah, ragam alat music daerah, dan ragam upacara adat) dan penjelasan Bhineka Tunggal Ika.
1. Perencanaan Tindakan
a. Perencanaan Pertemuan Pertama
Pada tahap perencanaan siklus 2 ini seperti pada siklus 1, yang dilakukan pertama kali adalah membuat RPP. Pada RPP terdapat langkah-langkah pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan aktivitas guru, kartu soal dan jawaban, dan soal evaluasi siklus 2 beserta jawabannya. Langkah berikutnya yaitu guru dan penulis yang dibantu oleh observer melaksanakan diskusi tentang penerapan model pembelajaran make a match tentang langkah-langkah kerjanya supaya berjalan secara tepat dan efisien dan lebih baik dari siklus 1. Diskusi untuk menentukan tentang strategi pembagian siswa menjadi dua kelompok yaitu separoh kelompok yang mendapatkan kartu soal dan separoh kelompok sisanya mendapat kartu jawaban dengan cepat dan tepat.
Pembagian kelompok seperti pada siklus 1 dilakukan secara heterogen yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah dan jenis kelamin. Penulis, observer dan guru juga mengidentifikasi masalah kegaduhan yang mungkin dapat muncul saat proses pembelajaran.
b. Perencanaan Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua siklus 2, yang akan dilaksanakan adalah memberikan soal evaluasi pembelajaran. Materi soal sesuai dengan materi yang sudah disampaikan pada pertemuan pertama siklus 2. Penyusunan soal berdasarkan indikator-indikator pembelajaran. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes formatif dalam bentuk pilihan ganda 20 butir.
2. Implementasi Tindakan dan Observasi a. Pertemuan Pertama
Tindakan siklus 2 ini mirip dengan tindakan siklus 1, hanya materi pembelajaran yang berbeda, yaitu melanjutkan materi pada siklus 1. Pertemuan pertama pada siklus 2 ini dilaksanakan pada hari senin 18 Nopember 2013 di kelas 5 SD Negeri Ketitang Wetang 01 Pati dengan alokasi waktu 2X35 menit (2 jam mata pelajaran). Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam untuk mengawali pembelajaran di kelas. Sebelum guru menyampaikan materi pelajaran, guru memberikan apersepsi dengan menyanyi Satu Nusa Satu Bangsa. Kemudian guru mengingatkan siswa tentang materi tentang keragaman budaya bangsa Indonesia yang pernah diterima waktu kelas 4. Hal ini untuk menggugah ingatan dan menggali pemahaman awal siswa berkenaan tentang materi yang akan disampaikan kepada siswa, kemudian guru menyampaikan model pembelajaran make a match yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran.
Kegiatan berikutnya guru dan siswa melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran make a match. Pertama guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok soal dan kelompok jawaban. Kemudian siswa mengambil kartu sesuai dengan pembagiannya. Setelah siswa duduk pada bangku yang sudah dittetapkan sesuai kelompoknya, guru memberikan waktu pada kelompok soal untuk mencari dan mencocokkan kartu yang berada ditangannya dengan kartu jawaban milik temannya. Pada saat pencocokan kartu berlangsung, guru ikut memantau jalannya pencocokan kartu dan membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Ketika batas waktu pencocokan kartu berakhir, semua siswa harus berhenti untuk mencari pasangan kartunya. Kemudian guru dan siswa membahas hasil dari pencocokan kartu. Siswa yang sudah berhasil menemukan pasangan kartunya diminta untuk mebacanya dengan keras dan jelas kartunya. Kemudian kegiatan dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar siswa memahami materi.
Hasil dari pengamatan/observasi pelaksanaan pembelajaran, pengamatan terhadap implementasi RPP, pengamatan aktivitas guru dan siswa pada siklus 2
ini dipantau dengan menggunakan panduan observasi yang telah dipersiapkan. Pada pertemuan pertama siklus 2 ini proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah berjalan lebih baik daripada siklus 1, yang dimulai dari persiapan pembelajaran, apersepsi yang dilakukan dalam membuka ingatan siswa tentang materi yang sudah diterima saat kelas 4, penggunaan dan penerapan model pembelajaran tipe MM, memantau dan membantu siswa jika mengalami kesulitan saat pembelajaran, sampai menutup kegiatan pembelajaran.
b. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua siklus 2 ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Nopember 2013. Pada pertemuan ini guru memberikan soal evaluasi yang terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda. Kemudian setelah selesai mengerjakan guru membahas jawaban dari soal.
3. Refleksi
Setelah proses pembelajaran siklus 2 selesai, selanjutnya diadakan diskusi antara guru, penulis dan observer untuk membahas kegiatan berdasarkan pada pengamatan observer. Kegiatan pada siklus 2 berjalan lebih baik daripada siklus 1. Pada pencocokan kartu pertama siswa sudah lancar dalam melaksanakan model make a match. Kegaduhan siswa masih sedikit terjadi saat salah satu siswa yang memiliki keterbelakangan berpikir bingung mencari pasangan kartunya, akan tetapi kegaduhan tersebut tidak seramai pada siklus 1 dikarenakan siswa sudah diberi pemahaman untuk saling menghormati sesama teman. Siswa tersebut sudah 4 kali tidak naik kelas.
Berdasarkan observasi siklus 2, hal-hal yang dianggap belum sesuai harapan pada siklus 1 sudah terpenuhi. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 2 guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik dan maksimal. Keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran juga mengalami peningkatan
Berdasarkan observasi siklus 2, hal-hal yang dianggap belum sesuai harapan pada sikus 1 telah disempurnakan pada siklus 2. Salah satunya yang penting yaitu sering memberi motivasi kepada siswa supaya meningkat dalam menguasai model pembelajaran tipe MM. Refleksi dan analisis hasil tes (unjuk kerja) pada siklus 2 terdapat 16 siswa (88,89%) yang tuntas dan 2 siswa (11,11%) belum tuntas, sehingga tidak perlu diadakan siklus 3. Berikut merupakan skor hasil belajar IPS skor evaluasi pada siklus 2.
Tabel 4.6
Distribusi Hasil Belajar IPS pada Siklus 2 No Skor Frekuensi Persentase (%)
1. 60 1 5,55 2. 70 1 5,55 3. 80 9 50 4. 85 3 16,67 5. 90 3 16,67 6. 95 1 5,55 Jumlah 18 100
Berdasarkan tabel distribusi skor hasil belajar, dapat diketahui persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat disajikan melalui tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Siklus 2
No. Kriteria Frekuensi Persentase (%)
Skor Keterangan
1. ≥ 80 Tuntas 16 88,88
2. < 80 Tidak Tuntas 2 11,11
Jumlah 18 100%
Berdasrkan tabel di atas ketuntasan belajar siswa dapat digambarkan melalui diagaram lingkaran di bawah ini.
Gambar 4.3
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Siklus 2
Pada tabel dan diagram tersebut di atas, terlihat tingkat ketuntasan siswa hasil belajar IPS pada siklus 2, yaitu 16 siswa (88,89%) tuntas dan 2 siswa (11,11%) belum tuntas.
Hasil belajar pada siklus 2 dipengaruhi juga oleh unjuk kerja siswa waktu proses pembelajaran. Untuk indikator menerima kartu dan menerima pasangan, semua siswa
88,8888% Tuntas 11,1111% Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
terlihat menerima kartu dikarenakan kartu soal dan jawaban dibuat untuk semua siswa dengan pembagian 9 kartu soal dan 9 kartu jawaban. Untuk indikator memikirkan pasangan kartunya, siswa mendapat skor berbeda-beda, dikarenakan ada siswa yang berpikir melebihi sedikit batas waktu yang ditentukan. Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran MM secara rinci disajikan melalui tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4.8
Distribusi Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
No. Jenis Aktivitas
Mendapat Kartu Memikirkan Pasangan Kartunya Mendapat Pasangan Kartunya Frekuensi Persentase 100% Frekuensi Persentase 100% Frekuensi Persentase 100% 1 Terlihat 18 100 18 100 18 100 2 Tidak Terlihat 0 0 0 0 0 0 Jumlah 18 100 18 100 18 100
Pembelajaran IPS telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran MM. Implementasi RPP berjalan dengan skor 94,23. Tabel implementasi RPP dapat dilihat pada lampiran 11.
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siklus 2 maka secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus 2 adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
1. Guru menyiapkan RPP yang tersusun sesuai dengan model pembelajaran tipe make a match.
2. Apersepsi yang dilaksanakan oleh guru sangat membantu siswa dalam membangun pemahaman sendiri, memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat tentang kemiripan materi yang pernah diterima waktu duduk di kelas 4 sehingga siswa berusaha mengingat kembali materi yang pernah diterima.
3. Perkembangan belajar unjuk kerja siswa dipantau melalui catatan guru observer, karena pada dasarnya siswa tidak bisa duduk tenang dalam proses pembelajaran. Sedangkan model MM ini siswa diberi kesempatan bergerak mencari pasangan kartunya.
4. Siswa menguatkan ingatan mereka tentang materi dari pemikiran dan unjuk kerja siswa ketika mencari pasangan kartunya.
5. Unjuk kerja siswa meningkat dikarenakan siswa diberi kesempatan bergerak walaupun diberi tanggung jawab mencari pasangan kartunya.
6. Siswa berlatih berpikir tingkat tinggi dikarenakan soal evaluasi menggunakan soal cerita dengan kalimat yang panjang sebagai pengecoh.
7. Siswa melakukan refleksi bersama guru. b. Kelemahan
1. Masih terjadi sedikit kegaduhan ketika pencocokan kartu.
2. Pemberian kesimpulan pada akhir pembelajaran masih belum dilakukan secara maksimal dikarenakan waktu sudah hampir habis.
Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan dan dijabarkan diketahui telah terjadi peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas 5 SD Negeri Ketitang Wetan 01 Pati melalui model pembelajaran make a match dengan 1.4. Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. Keberhasilan PTK ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9
Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Ketuntasan Belajar
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Tuntas 7 38,89 12 66.6666 16 88.8888
Tidak Tuntas 11 61,11 6 33.3333 2 11.1111
Jumlah 18 100 18 100 18 100
Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan hasil belajar IPS kelas 5 SD N Ketitang Wetan 01, pada pra siklus 61,11% siswa tidak tuntas dan 38,89% siswa tuntas, siklus 1 33,3333% siswa tidak tuntas dan 66,6666% siswa tuntas, pada siklus 2 11,1111% siswa tidak tuntas dan 88,8888% siswa tuntas. Hal ini dapat digambarkan pada gambar 4.4 diagram perbandingan ketuntasan hasil belajar di bawah ini.
Gambar 4.4
Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPS pada Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Pembahasan Siklus 1
Berdasarkan hasil tindakan penelitian, proses pembelajaran pada siswa kelas 5 SD Negeri Ketitang Wetan 01 Pati terlihat bahwa ada peningkatan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran make a match, sebelum diadakan tindakan skor rata-rata 74,166, skor tertinggi 95,00, skor terendah 40,00 dan setelah diadakan tindakan penelitian pada siklus 1 skor rata-rata menjadi 77,22 dengan skor tertinggi 85,00 dan skor terendah 50,00. Hasil siklus 1 dengan tingkat keberhasilan 66,666% dari jumlah siswa sebanyak 12 siswa, menunjukkan pada siklus 1 ini hasil belajar IPS sudah meningkat, masih ada si swa yang belum tuntas dengan persentase 33,333%. Persentase ini belum memenuhi target indikator keberhasilan siklus 1 yaitu ≥80%, dan belum memenuhi target ketuntasan akhir penelitian yang ingin dicapai rata-rata sebesar ≥80 dari seluruh siswa sehingga perlu dilakukan tindakan siklus 2.
Perolehan hasil belajar pada siklus 1 ini masih belum optimal, beberapa kekurangan dalam penelitian tindakan siklus 1 ini antara lain dalam proses pembelajaran belum lancar dari awalnya, dalam manajemen waktu pembelajaran perlu ditingkatkan sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan efisien, guru belum terbiasa dengan model pembelajarannya sehingga dalam membimbing siswa melaksanakan langkah pembelajaran masih agak kaku. Semua siswa harus beraktifitas positif dalam pembelajaran sehingga siswa memperoleh manfaat pembelajaran melalui model
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 61.11% 33.33% 11.11% 38.89% 66.67% 88.89% Tidak Tuntas Tuntas
pembelajaran tipe MM ini.
4.2.2 Pembahasan Siklus 2
Perbaikan hasil belajar IPS siswa kelas 5 pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan baik peran guru dan aktivitas siswa, presentase pembelajaran maupun persentase ketuntasan belajar. Namun demikian hasil belajar IPS belum memenuhi target penelitian rata-rata kelas ≥80. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru terlalu cepat, kemudian kurang tepatnya manajemen waktu pembelajaran, guru kurang dalam membimbing siswa melaksanakan langkah pembelajaran. Belum semua siswa beraktifitas positif dalam pembelajaran. Semua hal tersebut dikarenakan guru dan siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran tipe MM.
Selanjutnya pada pelaksanaan siklus 2 perbaikan hasil belajar IPS difokuskan pada kekurangan yang terjadi pada siklus 1. Selama proses pembelajaran, siswa tampak lebih beraktifitas positif disbanding pada siklus 1. Pada penelitian siklus 2 ketuntasan hasil belajar IPS sebesar 88,888% dan skor rata-rata 81,66 7 dengan skor tertinggi 95,00 dan skor terendah 60,00. Hasil siklus 2 dengan tingkat keberhasilan 88,888% dari jumlah seluruh siswa 18 siswa, menunjukkan pada siklus 2 ini hasil belajar IPS sudah meningkat, masih ada si swa yang belum tuntas dengan persentase 11,111%. Persentase ini sudah memenuhi target indikator keberhasilan nilai rata-rata pada siklus 2 yaitu ≥80 dan ketuntasan siswa. ≥80%
4.2.3 Pembahasan Perbandingan Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Pada kondisi pra siklus (kondisi awal) sebelum diadakan penelitian tindakan di kelas 5 SD Negeri Ketitang Wetan 01 Pati skor rata- rata 74,166 dan setelah diadakan tindakan penelitian pada siklus 1 skor rata-rata menjadi 77,22 dengan skor tertinggi 85,00 dan skor terendah 50,00. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dengan tingkat keberhasilan 66,666% dari jumlah siswa sebanyak 18 siswa, tetapi masih terdapat 33,333% siswa belum tuntas. Karena nilai rata-rata siklus 1 belum mencapai 80 sehingga perlu diadakan pelaksanaan tindakan siklus 2.
Pada penelitian siklus 2 ketuntasan hasil belajar sebesar 88,888%, siswa yang belum tuntas 11,111% dan skor rata-rata 81,667 dengan skor tertinggi 95,00 dan skor
terendah 60,00. Karena ketuntasan siklus 2 adalah 88,888% siswa dan nilai rata-rata 81,667 maka telah mencapai syarat ketuntasan target penelitian ini. Oleh sebab itu, pelaksanaan perbaikan siklus ini dapat diakhiri pada siklus 2. Disamping itu waktu pembelajaran tinggal 1 minggu kemudian ujian akhir semester. Tabel 4.10 di bawah adalah perbandingan nilai hasil belajar pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2.
Tabel 4.10
Distribusi Perbandingan Nilai pada Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2
Kategori Nilai Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Nilai Terendah 40 50 60
Nilai Tertinggi 95 90 95
Nilai Rata-Rata 74,166 77,22 81,667
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa dengan menggunakan model pembelajaran make a match maka hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri Ketitang Wetan 01 Pati semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 diduga akan meningkat.
Hasil tes kondisi awal didapatkan ketuntasan belajar 7 siswa tuntas dengan persentase 38,89% dari 18 siswa. Hasil tes kondisi awal bila dibandingkan dengan hasil tes kondisi akhir didapatkan 16 siswa tuntas dengan persentase 88,888%. Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe MM. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran terdapat langkah-langkah yang dilakukan oleh siswa yaitu mengingat kembali materi yang baru disampaikan dengan mencari jawaban dari kartu soal, sehingga ingatan siswa menjadi kuat dalam menyimpan memori materi yang baru disampaikan.
Penelitian ini relevan dengan Rifka Isnaini pada tahun 2011 hal ini terjadi karena peserta didik aktif dalam proses pembelajaran dan guru menggunakan model pembelajaran yang belum pernah dilaksanakan oleh siswa, yakni menggunakan model pembelajaran make a match. Penelitian ini juga sejalan dengan Muharif (2010) karena keberhasilan dalam melatih siswa untuk mengingat kembali materi yang baru disampaikan dan menjadikan suasana pembelajaran lebih efektif.