• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGULANGAN KATA BAHASA SASAK DIALEK NGENO-NGENE DI DESA RARANG KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SISTEM PENGULANGAN KATA BAHASA SASAK DIALEK NGENO-NGENE DI DESA RARANG KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENGULANGAN KATA BAHASA SASAK DIALEK

NGENO-NGENE DI DESA RARANG KECAMATAN TERARA

KABUPATEN LOMBOK TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

MINATI FEBRINA

NIM: E1C 110 089

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Orang kuat bukanlah orang yang selalu menang dalam segala hal, melainkan orang yang tetap tegar di kala jatuh dan mampu bangkit kembali.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang sangat berharga dan sangatku sayangi.

 Mamak Hj. Bq Murliani dan Bapak H. Nasri tercinta, yang telah ikhlas mendoakan dan member semangat tiada henti.

 Suamiku Chairil Azwar, terimakasih atas dorongan dan motivasi yang telah diberikan kepadaku.

 Anakku M. CikalArziki, penyemangat di saat lelahku.

 Saudara-saudaraku Ragil dan Hadlun, terimakasih atas semua bantuannnya. Kalian adalah saudara terbaik yang kumiliki.

 Sahabat-sahabat seperjuangan di Kampus Putih (Wirna_Putri_Mia), terimakasih banyak atas kekompakan dan rasa persaudaraan yang telah kalian berikan kepadaku.

(5)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia-Nya, dan kerja keras peneliti sehingga skripsi yang berjudul “Sistem Pengulangan Kata Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur” selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa

salawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw, yang telah membawa rahmat kepada seluruh alam.

Skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terimakasih kepada:

1) Dr. H. Wildan, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram;

2) Dra. Siti Rohana Hariana Intiana, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni;

3) Muhammad Syahrul Qodri, dosen Pembimbing Akademik;

4) Drs. H. Khairul Paridi, M.Hum., Ketua Pengelola Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia reguler sore sekaligus Dosen Pembimbing I yang membimbing dengan baik;

5) Yuniar Nuri Nazir, S.S. M.Hum., Dosen Pembimbing II yang memberi petunjuk dengan baik;

(6)

vi Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan terhadap peneliti dan parapembaca pada umumnya.

Mataram, Mei 2017

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMBANG ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

2.1 Penelitian Relevan ... 5

2.2 Landasan Teori ... 7

2.2.1 Konsep Pengulangan Kata ... 7

2.2.2 Jenis Kata Ulang ... 9

2.2.3 Bentuk Dasar Kata Ulang... 14

(8)

viii

2.2.5 Kata Asal ... 17

2.2.6 Akar Kata ... 17

2.3 Makna dan Fungsi Kata Ulang ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Pendekatan ... 21

3.2 Jenis Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 22

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.3.1 Metoe Introspeksi ... 23

3.3.2 Metode Simak ... 23

3.3.3 Metode Cakap ... 24

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 25

3.4.1 Metode Padan Intralingual ... 25

3.4.2 Metode Distribusional ... 26

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 26

BAB IV PEMBAHASAN ... 27

4.1 Sistem Pengulangan Kata Bahasa Sasak ... 27

4.2 Bentuk Kata Ulang ... 31

4.3 Fungsi Kata Ulang ... 34

4.3.1 Kata Ulang Penuh ... 34

4.3.2 Kata Ulang Sebagian ... 45

(9)

ix

4.4 Makna Kata Ulang ... 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Simpulan ... 56

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(10)

x DAFTAR LAMBANG

„…‟ : Mengapit makna

/…/ : Mengapit satuan fonemis

#...# : Mengapit kalimat

? : Glotal

ɳ : Simbol /ng/

ǝ : Shwa

ɔ : Bunyi vokal belakang, atas, dan bundar

(11)

xi ABSTRAK

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimanakah bentuk pengulangan kata bahasa Sasak di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur? (2) Fungsi-fungsi apa sajakah yang ditemukan di dalam pengulangan kata bahasa Sasak di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur? (3) Makna-makna apa sajakah yang terdapat di dalam pengulangan kata bahasa Sasak di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur? Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif yang artinya data yang dihasilkan diuraikan berupa kata-kata. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode proses komunikasi dengan penyedia data yang diperoleh lalu di identifikasi berdasarkan kata yang berhubungan dengan hasil reduplikasi yang dibutuhkan sesuai dengan masalah penelitian, sedangkan penganalisisan datanya menggunakan deskriptif analisis artinya data penelitian yang diperoleh selanjutnya diidentiifkasi sesuai dengan kelaskatanya dan dianalisis berdasarkan bentuk, fungsi, dan maknanya. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan pengulangan bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di Desa Rarang tidak mengalami perubahan. Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Jadi, satuan yang diulang disebut kata dasar. Sebagian kata ulang dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Selain ditemukan pengulangan yang tidak mengubah golongan kata, ada juga ditemukan yang mengubah golongan kata, yaitu pengulangan dengan se-ne /sǝ-nǝ/. Kata seatas-atasne, seapik-apikne, sebecat-becatne, seeraq-eraqne, seeru-erune, sekedik-kedikne, selapah-lapahne, seluek-luekne, seluas-luasne, setoaq-toaqne termasuk golongan kata keterangan karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki fungsi keterangan. Kata kelas nomina di dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang yang berasal dari kata benda bila diulang akan berfungsi membentuk kata ulang nomina.

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam situasi dan kepentingan pemakaian bahasa, bahasa Sasak identik dengan masyarakat Sasak yang berada di pulau Lombok. Hal tersebut disebabkan oleh mayoritas masyarakat Lombok adalah suku Sasak. Bahkan tidak jarang bahasa Sasak digunakan sebagai bahasa sanding di dalam proses pengajaran bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar daerah pedesaan. Berdasarkan segi itulah dapat dikatakan bahwa bahasa Sasak sudah memenuhi syarat keilmiahan untuk dijadikan bahan kajian di dalam pengembangan ilmu pengetahuan kebahasaan. Alasan itulah yang mendorong peneliti mengkaji masalah ini. Aspek dialek yang dipilih adalah sistem pengulangan kata dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang. Mengapa dipilih sistem pengulangan kata di desa Rarang? Hal tersebut disebabkan oleh pengulangan kata di desa Rarang juga merupakan salah satu pembentukan kata, sebagaimana yang terjadi di dalam bahasa lain dan dialek lain di dalam bahasa Sasak, khususnya bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene yang digunakan oleh masyarakat Rarang. Selain itu,

(13)

2 Bahasa Sasak yang digunakan oleh masyarakat Lombok dikelompokkan ke dalam empat dialek. Keempat dialek terebut, yaitu dialek Ngeno-Ngene, dialek Meno-Mene, dialek Ngeto-Ngete, dan dialek Meriak-Meriku. Masing-masing

dialek tersebut memiliki daerah atau wilayah penyebarannya. Dialek Ngeno-Ngene banyak dipakai oleh masyarakat Lombok Timur dan sebagian Lombok

Barat, dialek Meno-Mene banyak dipakai oleh masyarakat Lombok Tengah dan daerah Lombok Timur bagian Selatan. Dialek Meriak-Meriku banyak dipakai oleh masyarakat Lombok Tengah bagian Selatan dan sedikit di Lombok Timur.Terakhir dialek Ngeto-Ngete banyak dipakai oleh masyarakat Lombok Barat bagain utara dan beberapa tempat di Lombok Timur (Mahsun, 2006 :3-4).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumusakan masalahnya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

1) Bagaimanakah bentuk pengulangan kata bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur?

2) Apakah fungsi yang ditemukan di dalam pengulangan kata bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur?

(14)

3 1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Sistem Pengulangan Kata Bahasa Sasak

Dialek Ngeno-ngene di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur” ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan-tujuannya sebagai berikut.

a) Mengidentifikasi bentuk pengulangan kata bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang Kecamatan Terara kabupaten Lombok Timur.

b) Mengidentifikasi fungsi pengulangan kata bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang Kecamatan Terara kabupaten Lombok

Timur.

c) Mengidentifikasi makna pengulangan kata bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang Kecamatan Terara kabupaten Lombok

Timur.

1.4Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat secara Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini memiliki manfaat-manfaat sebagai berikut:

(15)

4 b) Penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat di pulau

Lombok mengenai keunikan bahasanya, khususnya sistem pengulangan kata dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang Kecamatan Terara kabupaten Lombok Timur.

1.4.2 Manfaat secara Praktis

Selain manfaat secara teoretis, penelitian ini pun memiliki manfaat secara praktis. Adapun manfaat praktisnya adalah penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi oleh rekan-rekan mahasiswa/peneliti yang berminat mendalami bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di Desa Rarang Kecamatan Terara kabupaten Lombok

(16)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Relevan

Penelitian bahasa Sasak sudah sering dilakukan, baik yang menyangkut aspek fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, dan sebagainya. Hal-hal yang ada di luar struktur internal bahasa pun kerap dijadikan acuan di dalam penelitian bahasa. Semua itu menunjukkan bahwa bahasa Sasak sebagai salah satu bahasa daerah di Nusantara merupakan bahasa yang cukup kompleks sebagai objek penelitian. Hasil-hasil penelitian yang mengambil objek penelitian bahasa Sasak pun beragam. Ada yang berbentuk jurnal, buku, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya.

Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Sistem Pengulangan Kata bahasa Sasak diberikan di bawah ini.

(17)

6 Penelitian ini dilakukan oleh Deny Prasetiawan (2013), di dalam skripsinya yang berjudul “Identifikasi Fungsi, Bentuk, Dan Makna Reduplikasi Bahasa Sasak Dialek [A-A] di Desa Anggaraksa Kecamatan Pringgabaya”. Menjelaskan bahwa di desa Anggaraksa ditemukan tiga jenis reduplikasi. Ketiga jenis reduplikasi tersebut, yaitu reduplikasi penuh, reduplikasi sebagian, dan reduplikasi dengan afiks. Reduplikasi di desa Anggaraksa menghasilkan kata baru yang berbeda dari bentuk dasarnya. Kata baru yang dimaksud berhubungan dengan bentuk atau jumlah kata montor (tunggal) dengan pengulangan menjadi montor-montor (jamak). Di dalam hal bentuk data tersebut sudah berubah dari

satu kata menjadi dua kata. Reduplikasi di desa Anggaraksa juga menimbulkan makna baru. Contohnya dapat dilihat pada kata montor dengan makna “alat transportasi”, bila diulang menjadi “montor-montor”akan bermakna dasar sama

(alat transportasi), tetapi dengan jumlah lebih dari satu. Akan tetapi, berbeda halnya dengan kata montor bila diulang dengan penambahan sufik menjadi montor-montoran akanbermakna tidak sebagai alat transportasi, melainkan menunjukkan suatu benda yang menyerupai montor.

Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah lokasi penelitian dan dialek yang dikaji. Siti Rohana mengambil penelitian dengan dialek Keto-Kete dan Deny Prasetiawan mengambil penelitian di desa Anggaraksa

(18)

7 penelitian kebahasaan khususnya tentang Sistem Pengulangan Kata di desa Rarang.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Konsep Pengulangan Kata

(19)

8 perubahan bunyi kata), fungsi, dan makna kata karena ia berhubungan dengan gramatika. Abdul Chaer (2015: 178) menjelaskan dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata.

Sebagai proses pembentukan kata, pengulangan kata dialami oleh semua bahasa di dunia, termasuk juga bahasa Sasak, khusus nya bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene yang digunakan oleh masyarakat di desa Rarang. Hal ini secara realitas dapat dibuktikan. Pembuktiannya melalui fenomena dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang mengalami masa pengulangan kata yang bertujuan mengubah kelas kata dan makna kata.

De Saussure (dalam Verhaar, 1980: 114), mengemukakan bahwa langue berhubungan dengan kondisi umum semua bahasa. Hal tersebut

berarti setiap unsur dan proses tatabahasa (gramatikalisasi) dialami dan dimiliki oleh semua bahasa, hanya realisasi unsur dan proses masing-masing bahasa di dunia yang berbeda-beda, misalnya kegiatan yang terjadi berulang-ulang pada kata yang dialami semua bahasa.

2.2.2 Jenis Kata Ulang

Apabila dilihat dari cara pengulangan bentuk dasar, Kridalaksana (2007: 13) membagi kata ulang menjadi delapan bagian. Kedelapan kata ulang tersebut sebagai berikut.

1) Kata ulang antisipatoris, yakni reduplikasi yang terjadi karena pemakai bahasa mengantisipasikan bentuk yang diulang ke depan. Contoh : a. Tembak-menembak;

(20)

9 2) Kata ulang fonologis, yakni pengulangan unsur-unsur fonologis

(fonem, suku kata, kata).

Contoh : a. Laki-laki  lelaki;

b. Pohon-pohonpepohonan.

3) Kata ulang gramatikal, yakni pengulangan fungsional suatu bentuk dasar (mencakup morfologi dan sintaksis).

Contoh :a. Besar  membesar-besarkan; b. Putar  memutar-mutar.

4) Kata ulang idiomatis, yakni kata ulang yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari bentuk yang diulang.

Contoh :a. Mata-mata  bukan pengulangan kata mata dengan makna panca indera.

5) Kata ulang konsekutif, yakni kata ulang yang terjadi karena pemakai bahasa mengungkap lagi bentuk yang sudah diungkap (perulangan terjadi ke belakang).

Contoh : a. Tembak  menembak-nembak.

6) Kata ulang morfologis, yakni pengulangan morfem yang menghasilkan kata.

Contoh : a. Naik  menaik-naikkan; b. Rindumerindu-rindukan.

7) Kata ulang nonidiomatis, yakni perulangan yang maknanya jelas dari bagian yang diulang maupun dari prosesnya.

(21)

10 8) Kata ulang sintaksis, yakni proses pengulangan yang menghasilkan

klausa.

Contoh : a. Jauh-jauh  walaupun jauh; b. Dekat-dekatwalaupun dekat.

Sukri (2008: 56) membedakan kata ulang menjadi tiga jenis. Ketiga jenis kata ulang itu sebagai berikut.

1) Kata ulang penuh, yaitu pengulangan itu terjadi secara penuh tanpa disertai adanya perubahan fonem. Contohnya sebagai berikut.

a. Kursi-kursi; b.Rumah-rumah.

2) Kata ulang sebagian, yaitu perulangan dengan cara mengulang sebagian bentuk dasar atau mengulang suku kata pertama bentuk dasar. Contohnya sebagai berikut.

a. Jejaka; b.Lelaki.

3) Kata ulang berimbuhan, yaitu perulangan dengan cara mengulang bentuk dasar disertai dengan peletakan afiks. Contohnya sebagai berikut.

a. Mobil-mobilan; b.Rumah-rumahan.

M. Ramlan (2009: 69) Berdasarkan pengulangan bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu:

(22)

11 Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.

Contoh:

a. Sepeda → Sepeda-sepeda; b.Buku → Buku-buku; c. Sekali → Sekali-sekali.

2) Pengulangan sebagian (Dwipurwa)

Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Disini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.

Contoh:

a. Laki → Lelaki; b.Berapa → Beberapa; c. Pertama → Pertama-tama.

3) Pengulangan dengan perubahan fonem

Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya me ngalami perubahan suara pada satu fonem atau lebih.

Contoh:

a. Gerak → Gerak-gerik; b.Serba → Serba-serbi; c. Lauk → Lauk-pauk. 4) Pengulangan trilingga

(23)

12 a. Cas-cis-cus;

b.Dag-dig-dug; c. Dar-der-dor.

Ahli lain, Abdul Chaer (2015: 181) membagi kata ulang (reduplikasi) menjadi empat bagian. Keempat kata ulang tersebut sebagai berikut.

1) Pengulangan penuh

Pengulangan penuh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu.

Contoh :

a. Meja-meja bentuk dasar meja; b. Makan-makan bentuk dasar makan. 2) Pengulangan sebagian

Pengulangan sebagian ialah pengulangan dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku katanya saja.

Contoh :

a. Lelaki  bentuk dasar laki; b. Leluhur bentuk dasar luhur.

3) Pengulangan dengan infiks, maksudnya sebuah akar yang di ulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangnya.

Contoh :

(24)

13 4) Pengulangan dengan perubahan bunyi

Pengulangan dengan perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu di ulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama, bisa juga menduduki unsur kedua.

Contoh :

a. Bolak-balik; b. Ramah-tamah.

2.2.3 Bentuk Dasar Kata Ulang

Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Jadi, satuan yang diulang itu disebut kata dasar. Sebagian kata ulang dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya.

Contoh :

a. Rumah-rumah  bentuk dasarnya rumah; b. Tuan-tuan bentuk dasarnyatuan.

Akan tetapi, tidak semua kata ulang dengan mudah dapat ditentukan bentuk dasarnya. Ramlan (2009: 65) mengemukakan dua petunjuk di dalam menentukan bentuk dasar kata ulang. Kedua petunjuk yang dimaksud sebagai berikut.

(25)

14 Contoh :

1. Berkata-kata  bentuk dasar berkata; 2. Menari-nari  bentuk dasar menari.

Selain itu, ada juga yang mengubah golongan kata, yaitu pengulangan dengan se-nya.

Contoh :

a. Tinggi  setinggi-tingginya; b. Luas  seluas-luasnya; c. Cepat  secepat-cepatnya.

Kata setinggi-tingginya, seluas-luasnya, secepat-cepatnya termasuk golongan kata keterangan karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki fungsi keterangan.

2) Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat di dalam penggunaan bahasa, misalnya: “mempertahan-tahankan” bentuk dasarnya bukannya “mempertahan”, melainkan mempertahankan

karena mempertahan tidak terdapat di dalam pemakaian bahasa. Contoh:

a. Mengata-ngatakan → bentuk dasar mengatakan bukan mengata; b. Berdesak-desakan →bentuk dasar berdesakanbukan berdesak.

2.2.4 Kata Dasar dan Bentuk Dasar

(26)

15 Tabel 1, kata dasar dan bentuk dasar

Kata Dasar Bentuk Asal Bentuk Dasar Bentuk Kompleks

(Kata Kompleks)

Berdasarkan contoh data di atas, terdapat data yang bentuk dasarnya sama dengan bentuk asalnya. Bentuk kompleks berbaju dibangun oleh bentuk dasardan bentuk asal yang sama, yaitu baju„baju‟. Bentuk dasar baju dan „baju‟ memiliki bentuk asal yang sama, yaitubaju. Dengan demikian, kata “berbaju” dibangun oleh bentuk asal dan bentuk dasar yang sama, yaitu „baju‟. Begitupula kata terbangun. Bentuk asal dan bentukdasar yang membentuk data tersebut sama,

yaitu bangun. Hal tersebut didasarkan pada data yang ada. Akan tetapi, pada kata berlarian memiliki bentuk dasar “berlari”. Adapun kata berlari di bangun oleh bentuk dasar “lari”. Dengan demikian, dapat disimpulkan suatu data yang bentuk dasar dan bentuk asal sama, bila data tersebut mengalami penurunan hanya sekali.

2.2.5 Kata Asal (Bentuk Asal)

(27)

16 Tabel 2, Kata Asal (Bentuk Asal)

Kata Dasar Bentuk Asal Bentuk Dasar Bentuk Kompleks

Adil

Apabila kita memperhatikan dengan teliti mengenai bentuk-bentuk kata dasar, terdapat banyak kata yang memiliki bagian yang sama. Seorang ahli dari Austria bernama Renward Brandsteffer telah mencurahkan minatnya di dalam hal ini, yaitu kata-kata dasar bahasa Indonesia di dalam sejarah pertumbuhannya pernah terbentuk dari suatu unsur yang lebih kecil yang disebut akar kata seperti: bukit, rakit, bangkit, ungkit, dan lain-lain dapat dipulangkan kepada suatu unsur dasar, yaitu “kit” (Abdul Chaer, 2015: 22).

Berdasarkan uraian di atas, didalam bahasa Indonesia ditemukan bermacam-macam akar kata. Akar-akar kata tersebut, yaitu

(28)

17 121). Secara lebih khusus, dijelaskan keseluruhan fungsi reduplikasi sudah membentuk kata ulang dari kata dasar (membentuk kelas kata baru) yang maknanya bisa saja masih berhubungan dengan makna kata yang diulang atau bahkan mencerminkan makna kata yang diulang atau membentuk makna baru.

Keraf (1984: 121) menggabungkan arti (makna) kata ulang kedalam tujuh kelompok sebagai berikut.

1) Kata ulang yang mengandung makna banyak yang jumlahya tidak tentu.

Contoh : a. Buku-buku; b. Kuda-kuda.

Makna bentuk ulang di atas akan berbeda dengan bentuk “tiga

buah buku” atau “lima ekor kuda”, dan seterusnya, karena “tiga” dan

“lima” jumlahnya tentu/pasti.

2) Kata ulang yang bermakna bermacam-macam. Contoh :

a. Pohon-pohonan; b. Buah-buahan.

pohon-pohonan bermakna „bermacam-macam pohon‟ dan tolang-tolangan bermakna „bermacam-macam (aneka ragam) tolang atau biji. 3) Kata ulang dengan makna menyerupai kata yang diulang.

Contoh :

(29)

18 seperti kuda‟.

b. anak-anakan (BI) bermakna „mainan dengan peran seperti anak-anak atau benda lain‟.

4. Kata ulang yang mengandung melemahkan arti (agak) Contoh :

a. Kemalu-maluan (BI)  dengan makna „agak malu‟;

b. Sifat kekanak-kanakan (BI) „bersifat seperti anak-anak‟. 5. Kata ulang yang menyatakan intensitas atau kualitas dan kuantitas.

Contoh :

Intenstias kualitatif : a. Tariklah kuat-kuat;

b. Belajarlah giat-giat.

Intensitas frekuentif :

a. Dia menggeleng-gelengkan kepala; b. Dia mondar-mandir sejak pagi.

6. Kata ulang dengan makna saling atau pekerjaan yang berbalasan Contoh :

a. Ia berpeluk-pelukan dengan Anun; b. Rani dan Rino besalam-salaman.

7. Kata ulang yang mengandung makna korelatif Contoh :

a. Dua-duajalannya keluar;

(30)

19 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan

Di dalam penelitian ini, digunakan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang mencatat semua fenomena kebahasaan yang terjadi secara nyata atau empirik. Pendekatan ini juga menguraikan dan menjelaskan bahasa sesuai seperti apa adanya, sesuai dengan fakta-fakta yang ada, sesuai dengan keadaan aslinya (Muhmmad, 2011: 105).

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Data yang dihasilkan diuraikan dengan kata-kata yang diucapkan oleh penutur asli bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene, Desa Rarang, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur. Bodgan dan Tylor (dalam Muhammad, 2011: 19) mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(31)

20 3.3.2 Sampel

Menurut Subroto (2007: 36), sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai objek penelitian langsung. Sampel tersebut hendaknya mewakili atau dianggap mewakili populasi secara keseluruhan. Peneliti mengambil dua puluh orang informan sebagai sampel penelitian. Subroto (2007: 41) mengemukakan bahwa informan ialah pembicara asli yang berkemampuan memberi informasi kebahasaan kepada peneliti khususnya mengenai segi-segi tertentu suatu bahasa. Peneliti mengambil dua puluh orang informan dikarenakan dua puluh orang tersebut sudah mampu dan cukup mewakili populasi sebagai sampel penelitian.

Pemilihan sampel informan mengikuti beberapa persyaratan (Mahsun, 2005: 141) sebagai berikut.

1) Berjenis kelamin pria atau wanita. 2) Berusia antara 11-80 tahun.

3) Informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.

4) Berpendidikan minimal tamat pendidikan Taman Kanak-Kanak. 5) Memiliki kebanggaan terhadap isoleknya.

6) Dapat berbahasa Indonesia. 7) Sehat jasmani dan rohani.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(32)

21 Desa Rarang dalam kehidupan sehari-hari dan menyimak percakapan langsung antar warga Desa Rarang.

3.4.1 Metode Introspeksi

Metode pertama yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode introspeksi. Menurut Mahsun (2005: 104), metode introspeksi adalah metode penyediaan data dengan memanfaatkan intuisi kebahasaan peneliti yang meneliti bahasa yang dikuasainya (bahasa ibunya) untuk menyediakan data yang diperlukan dalam rangka analisis sesuai dengan tujuan penelitiannya. Meteode ini sangat relevan digunakan karena peneliti merupakan pengguna bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene serta lahir dan dibesarkan di wilayah pengguna bahasa Sasak di Desa Rarangu Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur.

3.4.2 Metode Simak

Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan penyimakan terhadap penggunaan bahasa. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap yang diikuti dengan teknik lanjutan yaitu teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap , dan teknik catat (Mahsun, 2005: 92-93).

a. Teknik simak libat cakap

(33)

22 b. Teknik catat

Teknik catat ini merupakan teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak. Teknik catat ini digunakan ketika mendapatkan data yang diperoleh dari para informan.

3.4.3 Metode Cakap

Mahsun (2005: 95) menyatakan penamaan metode penyediaan data dengan metode cakap disebabkan oleh cara yang ditempuh di dalam pengumpulan data itu berupa percakapan antara peneliti dengan informan. Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing yang diikuti dengan teknik lanjutan yaitu teknik cakap semuka. Pada pelaksanaan teknik cakap semuka ini peneliti langsung melakukan percakapan dengan penggunaan bahasa sebagai informan dengan sumber pada pancingan yang sudah disiapkan (berupa daftar tanya) atau secara spontanitas, maksudnya pancingan dapat muncul di tengah percakapan.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Menurut Sudaryanto (1993: 6), analisis merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Penanganan itu tampak dari adanya tindakan mengamati yang segera diikuti dengan “membedah” dan

menguraikan masalah yang bersangkutan.

(34)

23 3.5.1 Metode Padan Intralingual

Padan merupakan kata yang bersinonim dengan kata banding dan sesuatu

yang dibandingkan mengandung makna adanya keterhubungan sehingga padan di sini diartikan sebagai hal yang menghubung-bandingkan, sedangkan intralingual mengacu pada makna unsur-unsur yang berada dalam bahasa (bersifat lingual), yang dibedakan dengan unsur yang berada di luar bahasa (ekstralingual), seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks tuturan, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat di dalam satu bahasa maupun di dalam beberapa bahasa yang berbeda (Mahsun, 2005: 118). Ada tiga teknik dasar yang digunakan dalam metode padan intralingual ini, yakni teknik hubung banding menyamakan (HBS), hubung banding membedakan (HBB), hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP).

3.5.2 Metode Distribusional

Metode distribusional adalah metode yang menganalisis satuan lingual tertentu berdasarkan perilaku dan tingkah laku kebahasaan satuan itu dalam hubungannya dengan satuan lain (Subroto, 2007: 68). Dasar penentu kerja metode distribusional adalah teknik pemilihan data berdasarkan kategori (kriteria) tertentu dalam penelitian deskriptif) sesuai dengan ciri alami yang dimiliki oleh data penelitian.

(35)

24 3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis yang berupa kaidah-kaidah dapat disajikan melalui dua cara, yaitu (a) rumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis dan (b) rumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Kedua cara di atas masing-masing disebut metode informal dan metode formal (Mahsun, 2005: 123). Kedua cara ini digunakan di dalam penyajian hasil analisis data sistem pengulangan kata dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur. Beberapa tanda atau lambang yang digunakan, yaitu tanda pagar(#...#) menunjukkan tanda mengapit kalimat, tanda garis miring (/… /) menunjukkan satuan di dalamnya adalah fonem, tanda petik satu („…‟), dan lambang-lambang

(36)

25 BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sistem Pengulangan Kata Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa

Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur

Di dalam bab ini akan dideskripsikan beberapa hal yang berhubungan dengan kata dan analisis data sesuai dengan hasil penelitian di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur.

Tabel 3, Deskripsi Kata Ulang Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa Rarang

NO Bahasa Sasak Fonemis Terjemahan

1 Adeng-adeng /adEɳ adEɳ/ pelan-pelan 2 Adiq-adiq /adI?adI?/ adik-adik

(37)

26

25 Due-due /duwǝ duwǝ/ dua-dua

26 Dengan-dengan /dǝɳan dǝɳan/ orang-orang 27 Eraq-eraq /Era? Era?/ nanti-nanti

28 Eru-eru /ǝru ǝru/ pagi-pagi

29 Galeng-galeng /galEɳ galEɳ/ siang-siang 30 Gero-gero /gǝro gǝro/ kering-kering 31 Geye-geye /gǝyǝ gǝyǝ/ gaya-gaya 32 Gitak-gitak /gita?gita?/ lihat-lihat 33 Geti-geti /gǝti gǝti/ keras-keras 34 Iton-iten /iton itEn/ sana-sini 35 Iton-iton /itɔn itɔn/ sana-sana 36 Iten-iten /itEn-itEn/ sini-sini

37 Ite-ite /itǝ itǝ/ kita-kita

38 Ime-ime /imǝ imǝ/ tangan-tangan

39 Itok-itok /ito?ito? sana-sana 40 Ilaq-ilaq /ila? ila?/ malu-malu 41 Inem-inem /inǝm inǝm/ minum-minum 42 Jaran-jaran /jaran jaran/ kuda-kuda 43 Jenji-jenji /jǝnji jǝnji/ janji-janji 44 Jaoq-jaoq /jao?jao?/ jauh-jauh 45 Jese-jese /jǝsǝ jǝsǝ/ jasa-jasa 46 Jeje-jeje /jǝjǝ jǝjǝ/ jajan-jajan 47 Jemaq jemaq /jǝma?jǝma?/ besok-besok 48 Kanak-kanak /kanak kanak/ anak-anak 49 Kedik-kedik /kǝdI?kǝdI?/ sedikit-sedikit 50 Kaken-kakenan /kakǝn kakǝnan/ makan-makanan 51 Keke-keke /kǝkǝ kǝkǝ/ bibi-bibi/paman-paman 52 Leki-leki /lǝki lǝki/ laki-laki

53 Laek-laek /lae?lae?/ dulu-dulu 54 Lapah-lapah /lapah lapah/ lapar-lapar 55 Luek-luek /luwe?luwe?/ banyak-banyak 56 Lepang-lepang /lepaɳ lepaɳ/ kodok-kodok 57 Lenge-lenge /lǝɳe lǝɳe/ jelek-jelek 58 Mete-mete /mǝtǝ mǝtǝ/ mata-mata

59 Molah-molah /mɔlah mɔlah/ gampang-gampang 60 Maik-maik /maI?maI?/ enak-enak

(38)

27 67 Ngeno-ngeno /ɳǝno ɳǝno/ begitu-begitu

68 Ngene-ngene /ɳǝne ɳǝne/ begini-begini 69 Nunas-nunas /nunas nunas/ minta-minta 70 Nyete-nyete /nǝtǝ nǝtǝ/ nyata-nyata 71 Onyaq-onyaq ɔna?ɔna?/ hati-hati

72 Ore-ore /orǝ orǝ/ ore-ore

73 Onos-onos /ɔnɔs ɔnɔs/ bekas-bekas

74 Oat-oat /ɔwat ɔwat/ obat-obat

75 Osok-osok /ɔsok ɔsok/ gosok-gosok 76 Pede-pede /pǝdǝ pǝdǝ/ sama-sama

77 Perang-perang /pǝraɳ pǝraɳ/ Pertempuran-pertempuran 78 Pelei-pelei /pǝlǝi pǝlǝi/ lari-lari

79 Rapet-rapet /rapǝt rapǝt/ dekat-dekat 80 Ripet-ripet /ripǝt ripǝt/ rapat-rapat 81 Rerek-rerek /rere?rere?/ tertawa-tawa 82 Rete-rete /rǝtǝ rǝtǝ/ rata-rata 83 Sekeq-sekeq /sǝke?sǝke?/ satu-satu

84 Sie-sie /siyǝ siyǝ/ sia-sia

85 Sie-sie /siyǝ siyǝ/ garam-garam

86 Solah-solah /sɔlah sɔlah/ bagus-bagus 87 Sepede-sepede /sǝpedǝ sǝpedǝ/ sepeda-sepeda 88 Sekeli-sekeli /sǝkǝli sǝkǝli/ sekali-sekali 89 Sekedik-sekedik /sǝkǝdI?sǝkǝdI?/ sedikit-sedikit 90 Samben-samben /sambǝn sambǝn/ sambal-sambal 91 Sere-sere /sere sere/ semakin 92 Sere-sere /sǝre sǝre/ ingin

93 Santé-sante /sante sante/ santai-santai 94 Batur-batur /batUr batUr/ teman-teman 95 Bareng-bareng /barǝɳ barǝɳ/ sama-sama 96 Ngendeng-ngendeng /ɳEndEɳ ɳEndEɳ/ meminta-minta 97 Lime-lime /limǝ limǝ/ lima-lima 98 Honde-honde /hondǝ hondǝ/ motor-motor 99 Beak-beak /beya?beya?/ merah-merah 100 Warne-warne /warnǝ warnǝ/ warna-warna 101 Bole-bole /bolǝ bolǝ/ bola-bola 102 Bawaq-bawaq /bawa?bawa?/ bawah-bawah 103 Atas-atas /atas atas/ atas-atas 104 Mamiq-mamiq /mamI?mamI?/ ayah-ayah 105 Mate-mate /mate mate/ mati-mati

106 Wei-wei /wǝi wǝi/ cucu-cucu

(39)

28 4.2 Bentuk Kata Ulang Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa Rarang

Bentuk kata ulang dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang memiliki satuan yang diulang. Jadi, satuan yang diulang itu disebut kata dasar. Sebagian kata ulang dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya.

Contohnya dapat dilihat di bawah ini.

1) Amaq-amaq /ama? ama?/ bentuk dasarnya amaq [ama?]. 2) Bale-bale /bale bale/ bentuk dasarnya bale [bale].

3) Becat-becat /bǝcat bǝcat/ bentuk dasarnya becat [bǝcat]. 4) Due-due /duwǝ duwǝ/ bentuk dasarnya due [duwǝ]. 5) Eru-eru /ǝru ǝru/ bentuk dasarnya eru [ǝru].

6) Kedik-kedik /kǝdI? kǝdI?/ bentuk dasarnya kedik [kǝdI?]. 7) Onyak-onyak /ona? ona?/ bentuk dasarnya onyak [ona?]. 8) Rapet-rapet /rapǝt rapǝt/ bentuk dasarnya rapet [rapǝt]. 9) Sakit-sakit /sakIt sakIt/ bentuk dasarnya sakit [sakIt]. 10)Toaq-toaq /towa? towa?/ bentuk dasarnya toak [towa?].

Dari contoh di atas berikut dasar yang di ulang adalah bentuk dasar amaq /ama?/ bila di ulang menjadi amaq-amaq /ama? ama?/, bentuk dasarnya bale /bale/ bila di ulang menjadi bale-bale /bale bale/, bentuk dasarnya becat /bǝcat/ bila di ulang menjadi becat-becat /bǝcat bǝcat/, bentuk dasarnya due /duwǝ/ bila di ulang menjadi due-due /duwǝ duwǝ/, bentuk dasarnya eru /ǝru/ bila di ulang menjadi eru-eru /ǝru ǝru/, bentuk dasarnya kedik /kǝdI?/ bila di ulang menjadi kedik-kedik /kǝdI? kǝdI?/, bentuk dasarnya onyak /ona?/ bila di ulang menjadi onyak-onyak /ona? ona?/, bentuk dasarnya rapet /rapǝt/ bila di ulang menjadi rapet-rapet /rapǝt rapǝt/, bentuk dasarnya sakit /sakIt/ bila di ulang menjadi sakit -sakit /sakIt sakIt/, bentuk dasarnya toak /towa?/ bila di ulang menjadi toaq-toaq /towa? towa?/.

(40)

29 1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata. Dengan petunjuk ini dapat ditentukan bahwa bentuk dasar kata ulang termasuk golongan kata nomina, verba, dan bilangan. Contohnya diberikan di bawah ini.

11) Apik-apik /apIk apIk/ bentuk dasarnya apik [apIk].

12) Bajang-bajang /bajaɳ bajaɳ/ bentuk dasarnya bajang [bajaɳ]. 13) Lile-lile /lilǝ lilǝ/ bentuk dasarnya lile [lilǝ].

14) Laek-laek /lae? lae?/ bentuk dasarnya laek [lae?]. 15) Luek-luek /luwe? luwe?/ bentuk dasarnya luek [luwe?]. 16) Lenge-lenge /lǝɳE lǝɳE/ bentuk dasarnya lenge [lǝɳE].

17) Manuk-manuk /manUk manUk/ bentuk dasarnya manuk [manUk]. 18) Mamiq-mamiq /mamI? mamI?/ bentuk dasarnya mamiq [mamI?]. 19) Rerek-rerek /rere? rere?/ bentuk dasarnya rerek [rere?].

20) Samben-samben /sambǝn sambǝn/ bentuk dasarnya samben [sambǝn].

Dari contoh di atas berikut dasar yang di ulang adalah bentuk dasar apik /apIk/ bila di ulang menjadi apik-apik /apIk apIk/, bentuk dasarnya bajang /bajaɳ/ bila di ulang menjadi bajang-bajang /bajaɳ bajaɳ/, bentuk dasarnya lile /lilǝ/ bila di ulang menjadi lile-lile /lilǝ lilǝ/, bentuk dasarnya laek /lae?/ bila di ulang menjadi laek-laek /lae? lae?/, bentuk dasarnya luek /luwe?/ bila di ulang menjadi luek-luek /luwe? luwe?/, bentuk dasarnya lenge /lǝɳE/ bila di ulang menjadi lenge-lenge /lǝɳE lǝɳE/, bentuk dasarnya manuk /manUk/ bila di ulang menjadi manuk-manuk /manUk manUk/, bentuk dasarnya mamiq /mamI?/ bila di ulang menjadi mamiq-mamiq /mamI? mamI?/,bentuk dasarnya rerek /rere?/ bila di ulang menjadi rerek-rerek /rere? rere?/, bentuk dasarnya samben /sambǝn/ bila di ulang menjadi samben-samben /sambǝn sambǝn/.

Selain ditemukan pengulangan yang tidak mengubah golongan kata, ada juga ditemukan yang mengubah golongan kata, yaitu pengulangan dengan se-ne /sǝ-nǝ/.

(41)

30 22) Apik → seapik-apikne /sǝapIk apIknǝ/.

23) Becat → sebecat-becatne /sǝbǝcat bǝcatnǝ/. 24) Eraq → seerak-erakne /sǝEra? Era?nǝ/. 25) Eru → seeru-erune /sǝǝru ǝrunǝ/.

26) Kedik → sekedik-kedikne /sǝkǝdI? kǝdI?nǝ/. 27) Lapah → selapah-lapahne /sǝlapah lapahnǝ/. 28) Luek → seluek-luekne /sǝluwe? luwe?nǝ/. 29) Luas → seluas-luasne /sǝluwas luwasnǝ/. 30) Toaq → setoaq-toaqne /sǝtowa? towa?nǝ/.

Kata seatas-atasne, seapik-apikne, sebecat-becatne, seeraq-eraqne, seeru-erune, sekedik-kedikne, selapah-lapahne, seluek-luekne, seluas-luasne, setoaq-toaqne termasuk golongan kata keterangan karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki fungsi keterangan.

2) Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat di dalam penggunaan bahasa. Misalnya: bejejet-jejetan /bǝjǝjǝt jǝjǝtan/ bentuk dasarnya bukannya bejejet /bǝjǝjǝt/, melainkan bejejetan /bǝjǝjǝtan/ karena bejejet /bǝjǝjǝt/ tidak terdapat di dalam pemakaian bahasa. Beberapa contoh lainnya diberikan di bawah ini. 31)Bejagur-jaguran /bǝjagUr jagUran/ bentuk dasarnya bejaguran

/bǝjagUran/ bukan bejagur /bǝjagUr/.

32)Betunah-tunahan /bǝtunah tunahan/ bentuk dasarnya betunahan /bǝtunahan/ bukan betunah /bǝtunah/.

33)Bebeleq-beleqan /bǝbǝle? bǝle?an/ bentuk dasarnya bebeleqan /bǝbǝle?an/ bukan bebeleq /bǝbǝle?/.

34)Bebajang-bajangan /bǝbajaɳ bajaɳan/ bentuk dasarnya bebajangan /bǝbajaɳan/ bukan bebajang /bǝbajaɳ/.

35)Beonyaq-onyaqan /bǝona? ona?an/ bentuk dasarnya beonyaqan /bǝona?an/ bukan beonyaq /bǝona?/.

36)Besolah-solahan /bǝsolah solahan/ bentuk dasarnya besolahan /bǝsolahan/ bukan besolah /bǝsolah/.

(42)

31 38)Beadeng-adengan /bǝadeɳ adeɳan/ bentuk dasarnya beadengan /bǝadeɳan/

bukan beadeng /bǝadeɳ/.

39)Belenge-lengean /bǝlǝɳE lǝɳEyan/ bentuk dasarnya belengean/bǝlǝɳEyan/ bukan belenge /bǝlǝɳE/.

40)Bejaoq-jaoqan /bǝjao? jao?an/ bentuk dasarnya bejaoqan /bǝjao?an/ bukan bejaoq /bǝjao?/.

4.3 Fungsi Kata Ulang Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa Rarang

4.3.1 Fungsi Kata Ulang Penuh

Kata ulang penuh, artinya bentuk dasar itu di ulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu.

 Kata kelas nomina di dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang bila diulang akan berfungsi membentuk kata ulang nomina. Contohnya diberikan di bawah ini.

41) Sempi-sempi non sengeje telepas oleq iten. #sǝmpi sǝmpi non sǝɳǝjǝ tǝlǝpas ole? itEn# „Sapi-sapi itu sengaja dilepas di sini‟.

Sempi-sempi /sǝmpi sǝmpi/ bentuk dasar /sǝmpi/.

42) Ie doang jeri meten-meten maling. #iyǝ dowaɳjǝri mǝtǝn mǝtǝn malIɳ# „Dia saja jadi mata-mata maling‟.

Meten-meten /mǝtǝn mǝtǝn/ bentuk dasar meten /mǝtǝn/.

43) Endeq iniq rapi buku-buku liq meje nen. #ǝnde? inI? rapi buku-buku lI? mejǝ nEn# „Tidak bisa rapi buku-buku di meja ini‟.

Buku-buku /buku-buku/ bentuk dasar buku /buku/.

44) Keributne meong-meong nen. #kǝributnǝ meyoɳ meyoɳ nEn# „Ribut sekali kucing-kucing ini‟.

Meong-meong /meyoɳ meyoɳ/ bentuk dasar meong /meyoɳ/.

(43)

32 „Pilih sudah rumah-rumah yang kamu suka‟.

Bale-bale /bale-bale/ bentuk dasar bale /bale/.

46) Kemaik idap ne tokon liq kursi-kursi nen. #kǝmaI? idap nǝ tokon lI? kUrsi kUrsi nEn# „Enak sekali rasanya duduk di kursi-kursi ini‟.

Kursi-kursi /kUrsi-kUrsi/ bentuk dasar kursi /kUrsi/.

47) Kesolahne mobil-mobilde. #kǝsolahnǝ mobIl mobIldǝ# „Bagus sekali mobil-mobilmu‟.

Mobil-mobil /mobIl-mobIl/ bentuk dasar mobil /mobIl/.

48) Kemaikne jeje-jeje setepiak isik Reni. #kǝmaI?nǝ jǝjǝ jǝjǝ sǝtǝpiya? isI? reni#

„Enak sekali jajan-jajan yang dibuat oleh Reni‟. Jeje-jeje /jǝjǝ jǝjǝ/ bentuk dasar jeje /jǝjǝ/.

49) Kunci-kunci lawang selapukne! #kUnci kUnci lawaɳsǝlapU?nǝ# „Kunci-kunci semua pintunya‟!

Kunci-kunci /kUnci kUnci/ bentuk dasar kunci /kUnci/.

50) Keluek meje-meje yak tekedu. #kǝluwe?mejǝ mejǝ ya? tǝkǝdu# „Banyak meja-meja yang dipakai‟.

Meje-meje /mejǝ mejǝ/ bentuk dasar meje /mejǝ/.

 Kata kelas verba di dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang bila diulang akan berfungsi membentuk kata ulang verba. Contohnya di bawah ini.

51) Pelei-pelei dik gawekne. #pǝlǝi pǝlǝi dI? gawe?ne# „Lari-lari saja kerjaannya‟.

Pelei-pelei /pǝlǝi pǝlǝi/ bentuk dasar pelei /pǝlǝi/.

(44)

33 „Dia pergi-pergi saja, tidak pernah diam di rumah‟.

Lalo-lalo /lalo-lalo/ bentuk dasar lalo /lalo/.

53) Bilang jelo ngeraos-ngeraos dik, ndek inik pendak. #bilaɳjǝlo ɳǝraos ɳǝraos dI?, ǝnde? inI? pǝnda?# „Setiap hari ngomong-ngomong saja, tidak bisa bosan‟.

Ngeraos-ngeraos /ɳǝraos ɳǝraos/ bentuk dasar ngeraos /ɳǝraos/.

54) Ye dateng-dateng doang setiep dengan begawe. #yǝ datǝɳ datǝɳ dowaɳsǝtiyǝp dǝɳan bǝgawe# „Dia hadir-hadir saja setiap orang pesta‟.

Dateng-dateng /datǝɳ datǝɳ/ bentuk dasar dateng /datǝɳ/.

55) Belenje-belenje doang, uah bis kepeng. #bǝlǝnjǝ bǝlǝnjǝ dowaɳ, uwah bIs kepEɳ# „Belanja-belanja saja, sudah habis uang‟.

Belenje-belenje /bǝlǝnjǝ bǝlǝnjǝ/ bentuk dasar belenje /bǝlǝnjǝ/.

56) Bilang jelone tokon-tokon liq kios inaq Esun. #bilaɳjǝlonǝ tokon tokon lI? kiyos ina? esUn# „Setiap hari dia duduk-duduk di toko ibu Esun‟.

Tokon-tokon /tokon tokon/ bentuk dasar tokon /tokon/.

57) Ndeq araq pegaweanne, ye bekedek-bekedek doang. #ǝnde?ara? pǝgawEyannǝ, yǝ bǝkǝdE? bǝkǝdE? dowaɳ# „Tidak ada kerjaannya, dia main-main saja‟.

Bekedek-bekedek /bǝkǝdE? bǝkǝdE?/ bentuk dasar bekedek /bǝkǝdE?/.

58) Mangan-mangan doang gawekne. #maɳan maɳan dowaɳgawe?nǝ# „Makan-makan saja kerjaannya‟.

Mangan-mangan /maɳan maɳan/ bentuk dasar mangan /maɳan/.

59) Ndeq mele begawean, ye tindok-tindok doang. #ǝnde?melE bǝgaweyan, yǝ tIndo? tIndo? dowaɳ# „Tidak mau bekerja, dia tidur-tidur saja‟.

Tindok-tindok /tIndo? tindo?/ bentuk dasar tindok /tindo?/.

(45)

34 „Dia jalan-jalan saja, tidak tahu mau kemana‟.

Lampak-lampak /lampa? lampa?/ bentuk dasar lampa?.

 Kata kelas adjektiva di dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang bila diulang akan berfungsi membentuk kata ulang adjektiva. Contohnya diberikan di bawah ini.

61) Dedere se inges non girang raos-raosan dengan. #dǝdǝrǝ sǝ iɳǝs non giraɳ raos raosan deɳan#

„Gadis yang cantik itu suka membicara-bicarakan orang‟. Raos-raosan /raos raosan/ bentuk dasar raos /raos/.

62) Keluarge dengan nin ye pelit-pelit doang. #kǝluwargǝ dǝɳan nIn iyǝ pǝlIt pǝlIt dowaɳ# „Keluarga orang ini dia pelit-pelit saja‟.

Pelit-pelit /pǝlIt pǝlIt/ bentuk dasar pelit /pǝlIt/.

63) Toaq-toaq masih doang girang kedu kincu. #towa? towa? masih dowaɳ giraɳkǝdu kincu# „Tua-tua masih saja suka memakai lipstik‟.

Toaq-toaq /towa? towa?/ bentuk dasar toaq /towa?/.

64) Gagah-gagah laguk ndek tao jagak pemunikne. #gagah gagah lagU? ǝnde? tao jaga? pǝmuni?nǝ# „Ganteng-ganteng tetapi tidak bisa jaga omongannya‟. Gagah-gagah /gagah gagah/ bentuk dasar gagah /gagah/.

65) Pecu-pecu bae begawean. #pǝcu pǝcu bae bǝgaweyan# „Rajin-rajin saja bekerja‟.

Pecu-pecu /pǝcu pǝcu/ bentuk dasar pecu /pǝcu/.

66) Sombong-sombong timak inges. #somboɳ somboɳ tima? iɳes#

„Sombong-sombong walaupun cantik‟.

Sombong-sombong /somboɳ somboɳ/ bentuk dasar sombong /somboɳ/.

(46)

35 „Keluarga Pak Ahmad baik-baik sekali‟.

Baek-baek /bae? bae?/ bentuk dasar baek /bae?/.

68) Ndeq tao ngelawan ye momot-momot doang. #ǝnde? tao ɳǝlawan iyǝ mɔmɔt mɔmɔt dowaɳ# „Tidak bisa melawan dia diam-diam saja‟.

Momot-momot /mɔmɔt mɔmɔt/ bentuk dasar momot /mɔmɔt/.

69) Timakne te empuk, ndeq nangis-nangis. #tima?nǝ tǝ ǝmpU?, ǝnde? naɳIs naɳIs#

„Walaupun dipukul, dia tidak menangis-nangis.

Nangis-nangis /naɳIs naɳIs/ bentuk dasar nangis /naɳIs/.

70) Luek-luek dengan, ndeq arak se girang betulung. #luwe? luwe? dǝɳan, ǝnde? ara? sǝgiraɳbǝtulUɳ# „Banyak-banyak orang, tidak ada yang suka membantu‟. Luek-luek /luwe? luwe?/ bentuk dasar luek /luwe?/.

 Kata kelas numeralia di dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang bila diulang akan berfungsi membentuk kata ulang numeralia. Contohnya diberikan di bawah ini.

71) Tangan sekek-sekek ntan sugun langan ruang rapat! #taɳan sǝke?sǝke? ǝntan sugUn laɳan ruwaɳ rapat# „Satu demi satu caranya keluar dari ruang rapat‟!

Sekek-sekek /sǝke? sǝke?/ bentuk dasar sekek /sǝke?/.

72) Sepulu-sepulu ntan tetaliq sate nin! #sǝpulu sǝpulu ǝntan tǝtalI? sate nIn# „Sepuluh-sepuluh caranya diikat sate itu‟!

Sepulu-sepulu /sǝpulu sǝpulu/ bentuk dasar sepulu /sǝpulu/.

73) Due-due ntan teme liq ruang ujian! #duwǝ duwǝ ǝntan tǝmǝ lI? ruwaɳ ujian# „Dua-dua caranya masuk di ruang ujian‟!

Dua-dua /duwǝ duwǝ/ bentuk dasar due /duwǝ/.

(47)

36 „Berilah dia masing-masing satu‟!

Sekek-sekek /sǝke? sǝke?/ bentuk dasar sekek /sǝke?/.

75) Ndeq mele tebeng sekek, pede sepulu-sepulu doang melekne. #ǝnde?mele tǝbeɳsǝke? pǝdǝ sǝpulu sǝpulu dowaɳmele?nǝ# „Tidak mau diberi satu, masing-masing sepuluh saja maunya‟. Sepulu-sepulu /sǝpulu sǝpulu/ bentuk dasar sepulu /sǝpulu/.

76) Empat-empat isine sekek kamar. #ǝmpat ǝmpat isInǝ sǝke? kamar# „Empat-empat isinya satu kamar‟.

Empat-empat /ǝmpat ǝmpat/ bentuk dasar empat /ǝmpat/.

77) Potokopi due-due nggih! #potokopi duwǝ duwǝ ɳgIh# „Potokopi dua-dua, ya‟!

Due-due /duwǝ duwǝ/ bentuk dasar due /duwǝ/.

78) Tebeliang isiq mamiq buku pede due-due. #tǝbǝliyaɳ isI? mamI? buku pǝdǝ duwǝ duwǝ# „Dibelikan oleh ayah buku masing-masing dua‟. Due-due /duwǝ duwǝ/ bentuk dasar due /duwǝ/.

79) Sepulu sepulu ntan sebar undangan! #sǝpulu sǝpulu ǝntan sǝbar Undaɳan# „Sepuluh-sepuluh caranya sebar undangan‟!

Sepulu-sepulu /sǝpulu sǝpulu/ bentuk dasar sepulu /sǝpulu/.

80) Pede telu-telu wah beit cokelat! #pǝdǝ tǝlu tǝlu uwah bǝIt cokelat# „Masing-masing ambillah tiga cokelat‟!

Telu-telu /tǝlu tǝlu/ bentuk dasar telu /tǝlu/.

 Kata kelas pronomina di dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang bila diulang akan berfungsi membentuk kata pronomina yang digunakan untuk mengganti kata benda. Contohnya diberikan di bawah ini. 81) Sei-sei yaq milu nane.

(48)

37 „Siapa-siapa yang ikut sekarang?‟.

Sei-sei /sǝi sǝi/ bentuk dasar sei /sǝi/.

82) Tetune lite, laguk ndeqne kene epe-epe. #tǝtunǝ lite lagU? Ende?nǝ kǝnǝ ǝpǝ ǝpǝ#

„Benar dia kesini, tetapi dia tidak bilang apa-apa‟. Epe-epe /ǝpǝ ǝpǝ/ bentuk dasar epe /ǝpǝ/.

83) Jauk-jauk bae ntan, ndak tolok ye! #jaU? jaU? bae ǝntan, ǝnda? tolo?yǝ# „Bawa-bawa saja caranya, jangan ditaruh‟!

Jauk-jauk /jaU? JaU?/ bentuk dasar jauk /jaU?/.

84) Timaq ite lelah begawean, ie-ie doang nikmatin hasilne. #tima? Itǝ lǝlah bǝgaweyan, iyǝ iyǝ dowaɳ nI?matIn hasIlnǝ#

„Walaupun kita yang lelah bekerja, dia-dia saja yang menikmati hasilnya‟. Ie-ie /iyǝ iyǝ/ bentuk dasar ie /iyǝ/.

85) Piran-piran wah telalo. #piran-piran wah tǝlalo#

„Kapan-kapan sudah kita pergi‟.

Piran-piran /piran piran/ bentuk dasar pire /pire/.

86) Ngembe-ngembe ntan mele piak. #ɳǝmbe ɳǝmbe ǝntan mele piya?#

„Bagaimana-bagaimana caranya akan dibuat‟.

Ngembe-ngembe /ɳǝmbe ɳǝmbe/ bentuk dasar ngembe /ɳǝmbe/.

87) Liq mbe-mbe taok mele tolok tasne. #lI? ǝmbe ǝmbe tao? mele tolo? tasnǝ#

„Tasnya ditaruh di mana-mana keinginannya‟.

Mbe-mbe /ǝmbe ǝmbe/ bentuk dasar mbe /ǝmbe/.

88) Tiang-tiang doang surukne. #tiyaɳ tiyaɳ dowaɳsurU?nǝ# „Saya-saya saja disuruhnya‟.

Tiang-tiang /tiyaɳ tiyaɳ/ bentuk dasar tiang /tiyaɳ/.

(49)

38 „Kamu-kamu saja maunya‟.

Side-side /sidǝ sidǝ/ bentuk dasar side /sidǝ/.

90) Pire-pire ejine, beli wah! #pirǝ pirǝ ǝjinǝ bǝli uwah#

„Berapa-berapa harganya, beli sudah‟!

Pire-pire /pirǝ pirǝ/ bentuk dasar pire /pirǝ/.

 Kata kelas konjungsi di dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang bila diulang akan berfungsi membentuk kata ulang konjungsi (penghubung). Contohnya diberikan di bawah ini.

91) Ye lile-lile doang ampok ndek wah sugun. #iyǝ lilǝ lilǝ dowaɳampo? ǝnde? uwah sugUn# „Dia malu-malu saja sehingga tidak pernah keluar‟. Lile-lile /lilǝ lilǝ/ bentuk dasar lile /lilǝ/.

92) Sak beni, ndaq te takut-takutan. #sa? bǝni, ǝnda? tǝ takUt takUtan# „Agar berani, jangan ditakut-takuti‟.

takut-takutan /takUt takUt/ bentuk dasar takut /takUt/.

93) Silik-silik bae selapukne. #silI? silI? bae sǝlapuknǝ# „Marah-marah saja semuanya‟.

Silik-silik /silI? silI?/ bentuk dasar silik /silI?/.

94) Arean bae, masih jak ndeq wah mele tesuruk-suruk. #are?an bae, masIh ja? ǝnde? uwah mele tǝsurU? surU?# „Biarkan saja, lagipula tidak pernah mau disuruh-suruh‟. Suruk-suruk /surU? surU?/ bentuk dasar suruk /surU?/.

95) Ye sengke-sengke tegawek, ampok ndeq man mele begawean. #iyǝ sǝɳkǝ sǝɳkǝ tǝgawe?, ampo? ǝnde? man mele bǝgaweyan# „Dia sulit-sulit dikerjakan, sehingga belum mau bekerja‟. Sengke-sengke /sǝɳkǝ sǝɳkǝ/ bentuk dasar sengke /sǝɳkǝ/.

(50)

39 „Banyak-banyak sendokkan nasi agar mereka kenyang‟!

Luek-luek /luwe? luwe?/ bentuk dasar luek /luwe?/.

97) Ndeqman pecu-pecu lalok dimin beruk dateng. #ǝnde?man pǝcu pǝcu lalo? dimIn bǝrU? datǝɳ# „Belum rajin-rajin sekali waktu baru datang‟.

Pecu-pecu /pǝcu pǝcu/ bentuk dasar pecu /pǝcu/.

98) Males-males lalok ampok pede tesilik #malǝs malǝs lalo? ampo? pǝdǝ tǝsilI?#

„Malas-malas sekali sehingga mereka dimarah‟.

Males-males /malǝs malǝs/ bentuk dasar males /malǝs/.

99) Kanak-kanak seluek raosne nin, masih jak jeri mopok. #kana? kana? sǝluwe? raosnǝ nIn, masIh ja? jǝri mopo?# „Anak-anak yang banyak omongnya itu, akhirnyajadi mencuci‟. Kanak-kanak /kana?kana?/ bentuk dasar kanak /kana?/.

100) Kodek-kodek wah bereyean ampok pede toak raos. #kode? kode? uwah bǝrǝyean ampo? pǝdǝ towa? raos# „Kecil-kecil sudah pacaran sehingga mereka tua omongan‟. Kodek-kodek /kode? kode?/ bentuk dasar kodek /kode?/.

 Kata kelas preposisi di dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang bila diulang akan berfungsi membentuk kata ulang preposisi (kata depan). Contohnya diberikan di bawah ini.

101) Lamun side lalo, toloq kunci liq mbe-mbe! #lamUn sidǝ lalo, tolo? kUnci lI? ǝmbe ǝmbe# „Kalau kamu pergi, taruh kunci dimana-mana‟! Mbe-mbe /ǝmbe ǝmbe/ bentuk dasar mbe /ǝmbe/.

102) Teme jok dalem-dalem. #tǝmǝ jo? dalǝm dalǝm# „Masuk ke dalam-dalam‟.

Dalem-dalem /dalǝm dalǝm/ bentuk dasar dalem /dalǝm/.

(51)

40 „Di kebun-kebun orang, tempatnya bermain‟.

Kebon-kebon /kǝbon kǝbon/ bentuk dasar kebon /kǝbon/.

104) Arak doang sejeri ndeq mele milu jok ninik-ninik ne. #ara? dowaɳsǝ jǝri ǝnde? mele milu jo? ninI? ninI? ne#

„Ada sajayang jadi tidak mau ikut ke nenek-nenek/kakek-kakeknya‟. Ninik-ninik /ninI? ninI?/ bentuk dasar ninik /ninI?/.

105) Kanak-kanak doang liq bale-bale nen. #kana? kana? dowaɳ lI? bale bale nEn# „Anak-anak saja di rumah-rumah ini‟.

Kanak-kanak /kana? kana?/ bentuk dasar kanak /kana?/.

106) Liq julu-julu taokne boye tipi. #lI? julu julu tao?nǝ boyǝ tipi#

„Di depan-depan tempatnya menonton TV‟. Julu-julu /julu julu/ bentuk dasar julu /julu/.

107) Lalo mangan liq bibik-bibikne iton! #lalo maɳan lI? bibI? bibI?nǝ iton# „Pergi makan ke bibi-bibinya sana‟!

Bibik-bibik /bibI? bibI?/ bentuk dasar bibik /bibI?/.

108) Ndak nulis liq tembok-tembok dengan! #ǝnda? nulIs lI? tembok tembok dǝɳan# „Jangan menulis di tembok-tembok orang‟!

Tembok-tembok /tembok tembok/ bentuk dasar tembok /tembok/.

109) Pete wah liq bale-bale deket bangket! #pEtǝ uwah lI? bale bale dEkEt baɳkǝt# „Cari sudah di rumah-rumah dekat sawah‟! Bale-bale /bale bale/ bentuk dasar bale /bale/.

110) Lelah tiang liq kamar-kamar diq. #lǝlah tiyaɳ lI? kamar kamar dI?# „Lelah saya di kamar-kamar saja‟.

(52)

41 4.3.2 Fungsi Kata Ulang Sebagian (Parsial)

Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian bentuk dasarnya. Dengan kata lain bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.

Contohnya diberikan di bawah ini. 111) Dedoro non teteh liq luah!

#dǝdɔrɔnon tǝteh lI? luwah# „Sampah itu buang di luar‟!

Dedoro /dǝdɔrɔ/ → doro-doro /dɔrɔdɔrɔ/.

112) Terune nane luean ngerokok. #tǝrunǝ nane luwe?an ɳǝroko?#

„Pemuda sekarang kebanyakan merokok‟. Terune /tǝrunǝ/ → rune-rune /runǝrunǝ/.

113) Dedere nane luean kincu. #dǝdǝrǝ nane luwe?an kIncu#

„Gadis sekarang kebanyakan lipstik‟. Dedere /dǝdǝrǝ/ → dere-dere /dǝrǝdǝrǝ/. 114) Ye aget lalok, tetaletan ne jeri doang.

#yǝagǝt lalo? tǝtalǝtan nǝ jǝri dowaɳ#

„Dia sangat beruntung, tanamannya selalu jadi‟.

Tetaletan /tǝtalǝtan/ → taletan-taletan /talǝtantalǝtan/.

4.3.3 Fungsi Kata Ulang Dengan Afiks

Kata ulang dengan afiks adalah sebuah akar di ulang tetapi di beri afiks pada unsur ulangnya.

 Kata kelas nomina di dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang yang berasal dari kata benda bila diulang akan berfungsi membentuk kata ulang nomina. Contohnya diberikan di bawah ini.

115) Dimin jok mol, jaran-jaranan doang petene. #dimIn jɔk mɔl, jaran jaranan dɔwaɳpetǝnǝ# „Setiap ke mall, kuda-kudaan saja yang dicari‟.

Nomina bersufiks –an pada kata ulang jaran-jaran /jaran jaran/

(53)

42 116) Betrek-trek bawang jaukne langan Sembalun.

#bǝtǝrǝk tǝrǝk bawaɳjaU?nǝ laɳan sǝmbalUn# „Bertruk-truk bawang dia bawa dari Sembalun‟.

Nomina berprefiks –be pada kata ulang trek-trek /tǝrǝktǝrǝk/

menjadibetrek-trek /bǝtǝrǝk tǝrǝk/.

117) Beton-ton gabah ndek man gero. #bǝtɔn tɔn gabah ǝndE?man gǝro# „Berton-ton padi belum kering‟.

Nomina berprefiks –be pada kata ulang ton-ton /tɔn tɔn/

menjadibeton-ton /bǝtɔn tɔn/.

118) Bebaleq-baleqan non taok pede bebao. #bǝbale? bale?an nɔn taɔ? bǝbao# „Rumah-rumahan itu tempat berteduh‟.

Nomina berkonfiks be-an pada kata ulang baleq-baleq /bale? bale?/

menjadi bebaleq-baleqan /bǝbale? bale?an/.

119) Benare-narean atong ne jeje. #bǝnare nareyan atoɳnǝ jǝjǝ#

„Bernampan-nampan dia antar jajan‟.

Nomina berkonfiks be-an pada kata ulang nare-nare/nare nare/

menjadi benare-narean /bǝnare nareyan/.

120) Bekarung-karung gabah ne liq gudang. #bǝkarUɳ karUɳgabah nǝ lI?gudaɳ# „Berkarung-karung padinya di gudang‟.

Nomina berprefiks be- pada kata ulang karung-karung /karUɳ karUɳ/

menjadi bekarung-karung /bǝkarUɳ karUɳ/.

121) Dimin wah lalo belenje, beretas-retas kakenan ne. #dimIn uwah lalo bǝlǝnjǝ bǝrǝtas rǝtas kakǝnan nǝ# „Jika sudah pergi belanja, bertas-tas makanannya‟.

Nomina berprefiks be- pada kata ulang retas-retas /rǝtas rǝtas/ menjadi

beretas-retas /bǝrǝtas rǝtas/.

(54)

43 „Bergelas-gelas dia buat kopi‟.

Nomina berkonfiks be-an pada kata ulang gelas-gelas /gǝlas gǝlas/

menjadi begelas-gelasan /bǝgǝlas gǝlasan/.

123) Lito lite besepetu-sepetu doang. #lito lite bǝsǝpǝtu sǝpǝtu dowaɳ# „Kesana kemari bersepatu-sepatu saja‟.

Nomina berprefiks be- pada kata ulang sepetu-sepetu /sǝpǝtu sǝpǝtu/

menjadi besepetu-sepetu /bǝsǝpǝtu sǝpǝtu/.

124) Besandel-sandel ndeq arak kene. #bǝsandǝl sandǝl ǝnde? ara? kǝnǝ# „Bersandal-sandal tidak berarti‟.

Nomina berprefiks be- pada kata ulang sandel-sandel /sandǝl sandǝl/

menjadi besandel-sandel /bǝsandǝl sandǝl/.

125) Bemeje-meje mangan marak dengan sugih. #bǝmejǝ mejǝ maɳan mara? dǝɳan sugIh# „bermeja-meja makan seperti orang kaya‟.

Nomina berprefiks be- pada kata ulang meje-meje /mejǝ mejǝ/ menjadi

bemeje-meje /bǝmejǝ mejǝ/.

 Kata kelas verba di dalam bahasa sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang bila diulang akan berfungsi membentuk kata ulang verba. Contohnya diberikan di bawah ini.

126) Ndek ne lile besiduk-sidukan tetelek siq dengan luek. #ǝndE?nǝ lilǝ bǝsidUk sidUkan tǝtEle? sI? dǝɳan luwe?# „Dia tidak malu bercium-ciuman dilihat oleh orang banyak‟.

Verba berkonfiks be-an pada kata ulang siduk-siduk /sidUk sidUk/

menjadi besiduk-sidukan /bǝsidUk sidUkan/.

127) Ndak girang pebeleq-beleq masalah lamun ndek taok! #ǝnda? giraɳpǝbǝlE? bǝlE? masalah lamUn ǝnde? tao?# „Jangan suka membesar-besarkan masalah jika tidak tahu‟!

Verba berprefiks pe- pada kata ulang beleq-beleq /bǝlE? bǝlE?/

(55)

44 128) Sepelei-pelei non tesiram.

#sǝpǝlǝi pǝlǝi nɔn tǝsiram# „Yang lari-lari itu disiram‟.

Verba berprefiks se- pada kata ulang pelei-pelei /pǝlǝi pǝlǝi/ menjadi

sepelei-pelei /sǝpǝlǝi pǝlǝi/.

129) Ria wah beleq tetowok-towok doang dimin mangan. #riya uwah bǝle? tǝtɔwo? tɔwo? dowaɳ dimIn maɳan# „Ria sudah besar disuap-suapkansaja jika makan‟.

Verba berprefiks te- pada kata ulang towok-towok /tɔwo? tɔwo?/

menjadi tetowok-towok /tǝtɔwo? tɔwo?/.

130) Ye bererek-rerekan liq julun dengan sakit. #iyǝ bǝrere? rere?an lI? julun dǝɳan sakIt# „Mereka tertawa-tawa di depan orang sakit‟.

Verba berkonfiks be-an pada kata ulang rerek-rerek /rere? rere?/

menjadi bererek-rerekan /bǝrere? rere?an/.

131) Te begawe-gawean doang nane. #tǝ bǝgawe gaweyan dowaɳ nane# „Kita bekerja-kerja saja sekarang‟.

Verba berkonfiks be-an pada kata ulang gawe-gawe /gawe gawe/

menjadi begawe-gawean /bǝgawe gaweyan/.

132) Pede besiak-siak ndek tao lile. #pǝdǝ bǝsiya? siya? ǝnde? tao lilǝ#

„Mereka berkelahi-kelahi tidak tahu malu‟.

Verba berprefiks be- pada kata ulang siak-siak /siya? siya?/ menjadi

besiak-siak /bǝsiya? siya?/.

133) Beronas-ronasan doang mauk mangan. #bǝrɔnas rɔnasan dowaɳ maU? maɳan# „Mencuci-cuci piring saja dapat makan‟.

Verba berkonfiks be-an pada kata ulang ronas-ronas /rɔnas rɔnas/

menjadi beronas-ronasan /bǝrɔnas rɔnasan/.

(56)

45 „Berpeluk-pelukan cara mereka bersalaman‟.

Verba berkonfiks be-an pada kata ulang kapong-kapong /kapɔɳ kapɔɳ/

menjadi bekapong-kapongan/bǝkapɔɳ kapɔɳan/.

135) Wah ane ndak teribut-ribut lalok. „uwah ane ǝnda? tǝribUt ribUt lalo?#

„Sudahlah tidak usah kita terlalu ribut-ribut‟.

Verba bersufiks te- pada kata ulang ribut-ribut /ribUt ribUt/ menjadi

teribut-ribut /tǝribUt ribUt/.

 Kata kelas adjektiva di dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Rarang bila diulang akan berfungsi membentuk kata ulang adjektiva. Contohnya diberikan di bawah ini.

136) Ye pekembok-kembok dik doang. #iyǝ pǝkǝmbɔ? kǝmbɔ? dI? dowaɳ# „Dia memanja-manjakan diri saja‟.

Adjektifa berprefiks pe- pada kata ulang kembok-kembok /kǝmbɔ?

kǝmbɔ?/ menjadi pekembok-kembok /pǝkǝmbɔ? kǝmbɔ?/.

137) Begedek-gedekan doang bilang jelo. #bǝgǝdǝk gǝdǝkan dowaɳ bilaɳjǝlo# „Bermarah-marahan saja setiap hari‟.

Adjektifa berkonfiks be-an pada kata ulang gedek-gedek /gǝdǝk gǝdǝk/

menjadi begedek-gedekan /bǝgǝdǝk gǝdǝkan/.

138) Sepecu-pecu nin doang tepedulian. #sǝpǝcu pǝcu dowaɳtǝpǝduliyan# „Yang rajin-rajin saja diperhatikan‟.

Adjektifa berprefiks se- pada kata ulang pecu-pecu /pǝcu pǝcu/ menjadi

sepecu-pecu /sǝpǝcu pǝcu/.

139) Kelarge pak Ahmad kebaek-baekne. #kǝluwargǝ pa? ahmad kǝbae? bae?nǝ# „Keluarga Pak Ahmad baik-baik sekali‟.

Adjektifa berkonfiks ke-ne pada kata ulang baek-baek /bae? bae?/

(57)

46 140) Ndeq tao ngelawan ye te penangis-nangis doang.

#ǝnde? tao ɳǝlawan iyǝ tǝ pǝnaɳIs naɳIs dowaɳ# „Tidak bisa melawan dia dibuat menangis-nangis saja‟.

Adjektifa berprefiks pe- pada kata ulang nangis-nangis /naɳIs naɳIs/

menjadi penangis-nangis /pǝnaɳIs naɳIs/.

141) Kemales-malesne kanak-kanak nen. #kǝmalǝs malǝsnǝ kanak kanak nEn# „Malas-malas sekali anak-anak ini‟.

Adjektifa berkonfiks ke-ne pada kata ulang males-males /malǝs malǝs/

menjadi kemales-malesne /kǝmalǝs malǝsnǝ/.

142) Ndak ngelawan-lawan daong. #ǝnda? ɳǝlawan lawan dowaɳ# „Jangan melawan-lawan saja‟.

Adjektifa berprefiks nge- pada kata ulang lawan-lawan /lawan lawan/

menjadi ngelawan-lawan /ɳǝlawan lawan/.

143) Ye demen besisir-sisir julun kece. #iyǝ dǝmǝn bǝsisIr sisIr julUn kǝcǝ# „Dia suka bersisir-sisir depan kaca‟.

Adjektifa berprefiks be- pada kata ulang sisir-sisir /sisIr sisIr/ menjadi

besisir-sisir /bǝsisIr sisIr/.

144) Rani kence Rino besiaq-siaq doang. #rani kǝncǝ rino bǝsiya? siya? dowaɳ# „Rani dan Rino berkelahi-kelahi saja‟.

Adjektifa berprefiks be- pada kata ulang siaq-siaq /siya? siya?/ menjadi

besiaq-siaq /bǝsiya? siya?/.

145) Ye periak-riak doang liq dengan. #iyǝ pǝriyak riyak dowaɳlI? dǝɳan# „Dia kasihan-kasihan saja kepada orang‟.

Adjektifa berprefiks pe- pada kata ulang riak-riak /riyak riyak/

(58)

47 4.4 Makna Kata Ulang Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa Rarang

Arti (makna) kata ulang dibagi ke dalam tujuh kelompok. Ketujuh kelompok tesebut sebagai berikut.

a) Kata ulang yang bermakna „banyak yang jumlahnya tidak tentu‟. Contohnya diberikan di bawah ini.

146) Bale-bale /bale bale/ „rumah-rumah‟. 147) Meje-meje /mejǝ mejǝ/ „meja-meja‟.

148) Tangkong-tangkong /taɳkoɳ taɳkoɳ/ „baju-baju‟. 149) Galeng-galeng /galǝɳgalǝɳ/ „bantal-bantal‟. 150) Jaran-jaran /jaran-jaran/ „kuda-kuda‟.

151) Honde-honde /hondǝ hondǝ/ „sepeda motor-sepeda motor‟. 152) Sandel-sandel /sandǝl sandǝl/ „sandal-sandal‟.

153) Penci-penci /pǝnci pǝnci/ „panci-panci‟.

154) Kompor-kompor /kompor kompor/ „kompor-kompor‟. 155) Karung-karung /karUɳ karUɳ/ „karung-karung‟.

Makna bentuk kata ulang di atas akan berbeda dengan bentuk „dua buah rumah”, “tiga buah meja”, “empat buah baju”, “lima buah bantal”, “enam buah kuda”, “tujuh buah sepeda motor”, “delapan buah sandal”, “sembilan buah panci”, “sepuluh buah kompor”, maupun “sebelas buah karung”. Hal tersebut disebabkan oleh „satu‟, „dua‟, „tiga‟, „empat‟, „lima‟, „enam‟, „tujuh‟, „delapan‟, „sembilan‟, „sepuluh‟, dan „sebelas‟ itu jumlahnya tentu/pasti.

b) Kata ulang yang bermakna „bermacam-macam‟. Contohnya diberikan di bawah ini.

156) Tolang-tolangan /tolaɳ tolaɳan/ „biji-bijian‟. 157) Jeje-jejean /jǝjǝ jǝjǝan/ „jajan-jajanan‟.

158) Kedek-kedekan /kǝdE? kǝdE?kan/ „main-mainan‟. 159) Sayur-sayuran /sayUr-sayUran/ „sayur-sayuran‟. 160) Empak-empakan /ǝmpa? ǝmpa?an/ „ikan-ikanan‟. 161) Ijo-ijoan /ijo ijowan/ „hijau-hijauan‟.

(59)

48 164) Doe-doe /do?ǝ do?ǝ/ „doa-doa‟.

165) Suere-suerean /suwǝrǝ suwǝrǝan/ „suara-suaraan‟.

Tolang-tolangan /tolaɳ tolaɳan/ bermakna „bermacam-macam biji-bijian‟, jeje-jejean /jǝjǝ jǝjǝan/ bermakna „bermacam-macam jajan‟, kedek-kedekan /kǝdE?kǝdE?kan/ bermakna „bermacam-macam mainan‟, sayur-sayuran /sayUr-sayUran/ bermakna „bermacam-macam sayuran‟, empak-empakan /ǝmpa? ǝmpa?an/ bermakna „bermacam-macam ikan‟, ijo-ijoan /ijo ijowan/ bermakna „bermacam-macam sayur yang berwarna hijau‟, inem-ineman /inǝm inǝman/ bermakna „bermacam-macam minuman‟, kacang-kacangan /kacaɳ kacaɳan/ bermakna „bermacam-macam kacang‟, doe-doean /do?ǝ do?ǝwan/ bermakna „bermacam-macam doa‟, suere-suerean /suwǝrǝ suwǝrǝan/ bermakna „bermacam -macam suara‟.

c) Kata ulang yang bermakna „menyerupai kata yang diulang‟. Contohnya diberikan di bawah ini.

166) Sepede-sepedean /sǝpedǝ sǝpedǝan/ „sepeda-sepedaan‟ bermakna „benda menyerupai sepeda‟.

167) Leptop-leptopan /leptop leptopan/ „leptop-leptopan‟ bermakna „benda menyerupai leptop‟.

168) Trek-trekan /tǝrǝk tǝrǝkan/ „truk-trukan‟ bermakna „menyerupai mobil truk‟.

169) Piring-piringan /pirIɳ-pirIɳan/ „piring-piringan‟ bermakna „benda menyerupai piring‟.

170) Bale-balean /bale baleyan/ „rumah-rumahan‟ bermakna „menyerupai rumah‟.

171) Bulu-buluan /bulu buluwan/ „rambut-rambutan‟ bermakna „menyerupai rambut‟.

172) Sepetu-sepetuan /sǝpǝtu sǝpǝtuwan/ „sepatu-sepatuan‟ bermakna „menyerupai sepatu‟.

173) Hape-hapean /hape hapeyan/ „handphone-handpohenan‟ bermakna „menyerupai handphone‟.

Gambar

Tabel 1, kata dasar dan bentuk dasar
Tabel 2, Kata Asal (Bentuk Asal)
Tabel 3, Deskripsi Kata Ulang Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene

Referensi

Dokumen terkait

Mätästys oli myös muokattujen uudistamisalojen lukumäärän perustella eniten käytetty menetelmä vuonna 2011, jolloin sen osuus tuoreen kankaan

i. Mengkaji kesan agregat berkubik yang telah dihancurkan menggunakan mesin Barmac terhadap kekuatan konkrit asfalt berbanding agregat ketaksekataan. Menentukan kandungan

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis

Hasil penelitian yang dianalisis dengan menggunakan uji paired sample t- test , menunjukkan nilai rerata berdasarkan pengaruh promosi kesehatan tentang tanda bahaya

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan tinggi orthometrik dengan menggunakan teknologi satelit GPS yang diolah menggunakan perangkat lunak GAMIT/GLOBK dan metode

Perlindungan hukum yang meliputi undang-undang dan peraturan mentri tersebut yang seharusnya dapat memberikan perlindungan bagi anak sebagai peserta didik di

Alasan yang paling sering menjadi penyebab pasien dengan sindrom ini datang ke dokter ialah adanya gangguan pada siklus menstruasi dan infertilitas, masalah obesitas dan

Pemasangan peralatan kapasitor seri dan paralel pada jaringan distribusi mengakibatkan losses akibat aliran daya reaktif pada saluran dapat dikurangi sehingga kebutuhan arus