• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi deskriptif kepercayaan diri pada mahasiswa pecandu napza - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi deskriptif kepercayaan diri pada mahasiswa pecandu napza - USD Repository"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: MUHAMMAD ARBA

NIM : 029114058

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2010

(2)
(3)
(4)

Look not mournfully into the past

It comes not back again.

Wisely improve the present.

It is thine.

Go forth to meet the shadowy future, without fear.

(Henry Wadsworth Longfellow)

 

Emancipate

 

your

 

selves

 

from

 

mental

 

slavery,

 

none

 

but

 

our

 

selves

 

who

 

can

 

free

 

our

 

mind..

 

 

(Redemption song, Bob Marley)

Tuhan tidak memberikan apa yang kita

inginkan, tetapi Dia memberikan apa

yang kita butuhkan..

(5)

Allah SWT

RAJA dari RAJA apapun... Penguasa alam semesta... Terimakasih atas karunia yang telah Kau berikan kepada aku… Keluarga yang baik, alam yang indah, lingkungan dan habitat lain yang selama ini aku nikmati..

...akhirnya KAU kabulkan Doa-ku untuk dapat menyelesaikan studi S1 dengan baik… Alhamdulillah ya Allah...

NABI Muhammad SAW

Utusan-MU yang telah menjadi panutanku untuk menjalani hidup ini selama aku mampu...

My Family

..BAPAK, IBU, Mbak YUSIE, Dik IRBAH ..Makasih atas kasih sayang, kepercayaan, dukungan dan kesabarannya.. you are the best one..

Anysia Ferdita Wikantayu

..Dukungan mu telah membangkitkan semangat ku.. ..thanks my sweety..

(6)
(7)

Muhammad Arba

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kepercayaan diri pada mahasiswa pecandu NAPZA. Kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri, dengan menerima dirinya apa adanya baik positif maupun negatif, kelebihan maupun kelemahan, yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan agar seseorang mampu menghadapi rintangan dan tantangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembentukan kepercayaan diri dipengaruhi oleh 5 aspek, yaitu : optimis, objektif, keyakinan akan kemampuan diri, bertanggung jawab serta rasional dan realistis. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran berdasarkan analisis skor jawaban subjek terhadap skala yang diberikan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan skala kepercayaan diri. Uji reliabilitas dengan teknik Cronbach Alpha yang menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,910. Subjek penelitian adalah mahasiswa pecandu NAPZA. Subjek penelitian ini sebanyak 50 orang, dengan rincian 39 laki-laki dan 11 perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa pecandu NAPZA memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mean empirik (137,50) lebih besar dari mean teoritik (115).

Kata kunci : kepercayaan diri, mahasiswa, NAPZA

(8)

Muhammad Arba

ABSTRACT

This research is aimed to give a description about drugs addict college student self confidence. Self confidence is someone’s judgment toward themselves, self acceptance in a good or bad way, advantage or disadvantages, which is shaped and learned into a learning process to make someone capable to deal the obstacle and challenge to fulfill their needs. The establishment of self confidence is influenced by five factors: optimistic, objectivity, self faith, responsible and rational and also realistic. The type of research used is descriptive-quantitative, a research which gives a description based on the analysis of subject’s answers score toward given scales. Self-confidence scale was used in data compiling method. The reliability test was performed using Cronbach Alpha which produced reliability coefficient of 0,910. The subject of the research is drugs addict college student. Fifty students become the subject of this research; consist of 39 men and 11 women. The result shows that generally, drugs addict college student have higher self confidence. It is proven by the research. It is proven by the result of the research which shows that empiric mean (137.50) is greater than theoretic mean (115).

Keywords : self confidence, college students, drugs

(9)
(10)

Alhamdulillah, puji dan syukur terlimpahkan kehadirat Allah SWT, yang

telah senantiasa menganugerahkan segala kebesaran-Nya yang membawa

pencerahan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa Pecandu NAPZA”.

Banyak proses yang harus dilalui untuk menyelesaikan skripsi ini hingga

akhirnya layak untuk diujikan, serta banyak pula pihak yang telah membantu

penulis dalam proses tersebut. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati,

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Allah SWT yang Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta.

2. Nabi Muhammad SAW. Utusan-Mu yang etlah menjadi panutanku untuk

menjalani hidup ini selama aku mampu.

3. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bekerja keras membimbing dengan

penuh kesabaran, membantu tahap demi setahap, memberi petunjuk dan saran

yang sangat berguna, serta memberikan dorongan moral.

5. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari, S.Psi., M.Si, selaku Kepala

Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji yang

selalu memberikan dorongan moral dan bersedia mendengarkan curhat.

6. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik di awal

perkuliahan.

(11)

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang sudah banyak membimbing dan

mengajar serta bersedia mentransfer ilmu mereka selama aku kuliah.

9. Seluruh karyawan fakultas Psikologi, Mas Gandung dan Mbak Nanik di

sekretariat, Mas Muji di Laboratorium, Mas Doni di ruang baca, dan Pak Giek

yang selalu memberikan senyuman yang ramah.

10.Bapak dan Ibu yang sabar dan selalu menyayangi serta mendorongku terus

menerus, tiada kata selain maaf jika aku lulus terlalu lama dan terima kasih

untuk segalanya.

11.Mbak Yusie dan Dik Irbah yang selalu mengingatkan dan memberiku

dukungan, tiada kata selain terimakasih untuk semuanya.

12.My Sweety Anysia Ferdita Wikantayu. Dukunganmu telah membangkitkan

semangatku.

13.FX. Sani Kusuma yang telah menolongku, terimakasih atas jasa-jasamu.

14.Para subjek penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu mengisi skala.

15.Pemikir-pemikir terhebat yang pernah dilahirkan di muka bumi. Buah pikiran

kalian yang membentukku jadi seperti sekarang.

16.Segenap teman-teman angkatan 2002 Psikologi yang senasib : Si Ye, Windra,

Barjo, Dhoni, Dhika, Dhimas kreteng, Cing He, Eyang, Siti, Bona, Aan,

Dody, Nining, Ellen, dsb. Kita emang angkatan yang “unik & berbeda”.

Semua pihak yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu yang sudah

mendukungku selalu hingga selesainya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

(12)

Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan

kontribusi untuk semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih.

Yogyakarta, 28 Juli 2010

Penulis

Muhammad Arba

(13)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : LANDASAN TEORI A. Kepercayaan Diri ... 7

(14)

3. Proses Perkembangan Kepercayaan Diri ... 9

4. Faktor-faktor Kepercayaan Diri ... 10

B. Mahasiswa Pecandu NAPZA ... 13

1. Mahasiswa ... 13

2. NAPZA ... 14

3. Pecandu NAPZA ... 18

C. Kepercayaan Diri pada Mahasiswa Pecandu NAPZA ... 19

D. Pertanyaan Penelitian ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

C. Subjek Penelitian ... 25

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 28

E. Kredibilitas Alat Pengumpulan Data ... 28

1. Validitas ... 28

2. Seleksi Item ... 29

3. Reliabilitas ... 31

F. Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah ... 34

B. Pelaksanaan Penelitian ... 34

(15)

2. Deskripsi Data Penelitian ... 36

3. Kategorisasi Kepercayaan Diri ... 38

4. Perbandingan Mean tiap Aspek Kepercayaan Diri ... 38

D. Pembahasan ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 50

(16)

Tabel 1. Blue Print Skala Kepercayaan Diri

Tabel 2. Skor Berdasarkan Sifat Item

Tabel 3. Distribusi Item Uji Coba Skala Kepercayaan Diri

Tabel 4. Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri setelah Uji Coba

Tabel 5. Tingkat Reliabilitas berdasarkan Nilai Alpha

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri

Tabel 7. Norma Kategorisasi

Tabel 8. Deskripsi Subjek Penelitian

Tabel 9. Uji Normalitas

Tabel 10. Deskripsi Data Penelitian

Tabel 11. Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik

Tabel 12. Data Jumlah Subjek per Kategori

Tabel 13. Aspek yang Dominan

(17)

Lampiran 1. Skala Kepercayaan Diri

Lampiran 2. Data Uji Coba Penelitian 1

Lampiran 3. Data Uji Coba Penelitian 2

Lampiran 4. Data Penelitian

Lampiran 5. Deskripsi Data Penelitian

Lampiran 6. Uji Normalitas dan Uji t

Lampiran 7. Uji t Tiap Aspek

(18)

A. Latar Belakang

Pada saat mendengarkan kata NAPZA maka dalam pikiran masing-masing

individu akan timbul pikiran-pikiran negatif tentang obat-obatan yang dapat

merusak masa depan seseorang. Padahal sebenarnya NAPZA merupakan obat

yang pada awalnya lebih banyak digunakan dalam bidang pengobatan dan ilmu

pengetahuan, tetapi kemudian ada beberapa pihak yang menyalahgunakannya.

Penyalahgunaan (abuse) adalah penggunaan NAPZA di luar tujuan pengobatan

dan tanpa pengawasan dokter, serta penggunaan yang melawan hukum (Badan

Narkotika Nasional, 2004).

Penyalahgunaan NAPZA menimbulkan dampak jangka panjang terhadap

kesehatan jasmani dan rohani, gangguan fungsi sampai kerusakan organ vital

seperti otak, jantung, hati, paru-paru, dan ginjal, serta dampak sosial termasuk

putus kuliah, putus kerja, hancurnya kehidupan rumah tangga, serta penderitaan

dan kesengsaraan berkepanjangan (Badan Narkotika Nasional, 2004).

Pecandu NAPZA atau drug addicted adalah orang-orang yang telah

benar-benar kecanduan (addicted) dan menjadi sangat tergantung pada penggunaan

NAPZA setiap saat tanpa mengenal situasi (Joewana, 1989). Menurut Amriel

(2008), ada sejumlah alasan mengapa seseorang menggunakan NAPZA. Alasan

yang lazim dikemukakan meliputi: individu menggunakan NAPZA karena merasa

bosan dengan hidupnya, adanya keinginan untuk masuk ke dalam kelompok

(19)

tertentu, ingin bereksperimen atau mencoba-coba, melarikan diri dari

kompleksitas hidup sekaligus menjalani hidup secara lebih tenang, serta ingin

mendapatkan perlakuan sebagai orang dewasa.

Generasi umat manusia yang akan datang dari semua bangsa dan negara,

saat ini sedang diracuni oleh maksiat penyalahgunaan NAPZA (Badan Narkotika

Nasional, 2004). Demikian juga halnya masyarakat Indonesia yang saat ini hidup

di bawah ancaman NAPZA, suatu zat yang secara perlahan-lahan akan dapat

merusak generasi bangsa. NAPZA sudah merambah ke mana-mana dan yang

menjadi sasaran bukan hanya tempat-tempat hiburan malam, tetapi sudah

merambah ke daerah pemukiman, kampus, bahkan ke sekolah-sekolah. Masuknya

peredaran dan penyalahgunaan NAPZA diakui banyak kalangan menjadi ancaman

yang berbahaya bagi bangsa Indonesia.

Salah satu komunitas yang juga telah menjadi korban dari NAPZA adalah

kampus. Komunitas kampus adalah komunitas yang dihuni oleh mahasiswa,

dimana mahasiswa sendiri didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan

tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Sudah banyak informasi yang

menyatakan bahwa banyak perguruan tinggi yang sekarang memiliki mahasiswa

pemakai bahkan pengedar yang memasok bahan-bahan terlarang tersebut bagi

pengguna dan pecandu NAPZA di lingkungan kampus tersebut. Keadaan ini

semakin lama semakin sulit terbendung, bahkan tidak hanya kampus yang hanya

menjadi ajang transaksi melainkan juga mulai merambah tempat-tempat kos yang

(20)

Pada Koran Tempo edisi Selasa, 11 September 2007 artikel “Satu Juta

Pelajar Menjadi Pengguna Narkoba” dikatakan sebanyak 1.037.682 pelajar dan

mahasiswa di Indonesia diketahui telah mengkonsumsi narkotik dan obat-obatan

terlarang lainnya (narkoba). Angka itu merupakan 32 persen dari total 3,2 juta

pengguna narkoba secara nasional. Angka itu diketahui berdasarkan survei yang

dilakukan Badan Narkotika Nasional dan Universitas Indonesia, Jakarta. Survei

dilakukan terhadap 73.842 pelajar dan mahasiswa di 33 provinsi di Indonesia.

Survei tersebut menyimpulkan faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan

narkoba semakin sulit diketahui, karena penyalahgunaan dan peredaran narkoba

bergerak dari persoalan individu, keluarga, hingga lingkungan. Dalam survei

tersebut juga diketahui bahwa prevalensi penyalahgunaan narkotika dalam satu

tahun terakhir mencapai 5,3 persen. Hal ini berarti dalam setahun terakhir di

antara l00 pelajar dan mahasiswa, terdapat lima orang pemakai narkoba.

Lebih lanjut menurut Brigadir Jenderal Mudji Waluyo, banyaknya

lembaga dan organisasi yang ikut berperan dalam pemberantasan narkoba selama

ini cukup signifikan menekan peningkatan pengguna narkoba. Hanya saja,

langkah itu harus dilakukan dan mendapat dukungan penuh dari semua pihak.

Institusi pendidikan tinggi dan sekolah-sekolah diharapkan juga punya peran yang

lebih dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba. Sebab pada kenyataannya,

pengguna narkoba dari kalangan ini sangat besar dan jumlahnya cenderung

meningkat dari tahun ke tahun (Koran Tempo, 2007).

Dr. H. Inu Wicaksana dalam Seminar "Sosialisasi Narkoba, Pemahaman

(21)

Yogyakarta mengungkapkan bahwa kota Yogyakarta pada tahun 2005 menempati

urutan kedua setelah Jakarta dalam perdagangan narkotika dan bahan-bahan

berbahaya lainnya. Padahal menurut Bakorlak, pada tahun 1995 yang lalu

Yogyakarta menempati urutan kelima (Jawa Pos Radar Jogja, 2005). Dapat

dikatakan secara khusus, Yogyakarta mengalami peningkatan dalam jumlah

pengguna narkoba. Hal ini sangat ironis karena Yogyakarta sendiri terkenal

sebagai kota pelajar.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti tentang kepercayaan diri,

karena menurut Amriel (2008) salah satu efek jangka panjang dari penggunaan

NAPZA adalah hilangnya rasa percaya diri. Hal ini turut didukung oleh Utami

(2004) yang menyatakan bahwa orang yang menggunakan NAPZA dalam waktu

lama, umumnya rasa percaya dirinya menjadi berkurang. Mereka akan selalu

merasa sebagai makhluk yang lemah, tidak dapat berbuat apa-apa yang berguna

bagi dirinya sendiri dan masyarakat.

Gould dan Weinberg (1995) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai

keyakinan bahwa diri seseorang mampu melakukan suatu kegiatan dengan

berhasil. Menurut Hakim (2005) kepercayaan diri adalah suatu keyakinan

seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan

tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan

hidupnya. Lauster (1997), menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu

sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang

bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas

(22)

perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat

menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta

dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya.

Rasa percaya diri mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan mental

serta kesuksesan seorang individu (Gould dan Weinberg, 1995). Hal ini turut

didukung oleh Hakim (2005) yang menyatakan bahwa kesuksesan dalam bidang

apapun tidak akan mungkin tercapai jika seseorang tidak memiliki rasa percaya

diri yang cukup. Bagi seorang mahasiswa khususnya, kepercayaan diri sangat

penting baik dalam menjalani dunia perkuliahan maupun hidup bermasyarakat.

Kepercayaan diri dibutuhkan dalam menjalin pertemanan dan bersosialisasi

dengan teman-teman yang lain, ketika ada tugas presentasi, berbicara di depan

umum, berdiskusi atau berdebat, maupun ketika menyatakan pendapat di kelas. Di

satu sisi mahasiswa sangat membutuhkan kepercayaan diri, tetapi di sisi yang lain

penyebab seseorang menggunakan NAPZA adalah kurang kepercayaan diri, serta

efek jangka panjang penggunaan NAPZA adalah hilangnya kepercayaan diri.

Pentingnya peranan kepercayaan diri dalam kehidupan seseorang membuat

peneliti tertarik untuk meneliti tentang kepercayaan diri pada mahasiswa pecandu

NAPZA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis

mengidentifikasikan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut : Bagaimanakah

(23)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang

seberapa tinggi tingkat kepercayaan diri mahasiswa pecandu NAPZA.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan dalam

bidang ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis mengenai kepercayaan diri

yang dimiliki mahasiswa pecandu NAPZA.

2. Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Bagi para mahasiswa, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan

gambaran tentang pentingnya kepercayaan diri sehingga mahasiswa dapat

termotivasi untuk mengembangkan dan mampu membentuk kepercayaan

diri yang tinggi.

b. Para orang tua pecandu NAPZA

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang

dampak dan bahaya penyalahgunaan NAPZA, menggugah kesadaran dan

kewaspadaan akan ancaman bahaya penyalahgunaan NAPZA, serta

mendorong prakarsa dan peran aktif dalam pencegahan dan

penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan referensi atau informasi

(24)

A. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Gould dan Weinberg (1995) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai

keyakinan bahwa diri seseorang mampu melakukan suatu kegiatan dengan

berhasil.

Menurut Hakim (2005) kepercayaan diri adalah suatu keyakinan

seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan

tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan

hidupnya.

Lauster (1997) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu

sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang

bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa

bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas

perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat

menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi

serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya.

Menurut Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang

individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif

baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang

dihadapinya.

(25)

Dari teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri

merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri,

dengan menerima dirinya apa adanya baik positif maupun negatif, kelebihan

maupun kelemahan, yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar

dengan tujuan agar seseorang mampu menghadapi rintangan dan tantangan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Menurut Lauster (1997), orang yang mempunyai kepercayaan diri

yang tinggi adalah :

a. Optimis, yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik

dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan.

b. Obyektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau

segala sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya bukan menurut

pribadi atau yang menurut dirinya sendiri benar.

c. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang tentang

dirinya bahwa mengerti sesungguhnya akan apa yang dilakukannya.

d. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala

sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

e. Rasional dan realistis, yaitu kemampuan menganalisa suatu masalah,

sesuatu hal atau suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang

(26)

3. Proses Perkembangan Kepercayaan Diri

Menurut Lauster (1997) rasa percaya diri bukan merupakan sifat yang

diturunkan (bawaan) melainkan diperoleh dari pengalaman hidup dan proses

belajar di dalam interaksi seseorang dengan lingkungan.

Menurut Rini (2002) kepercayaan diri tidak diperoleh secara instan,

melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam kehidupan

bersama orangtua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan

diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan

faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri.

Misiak dan Sexton (dalam Walgito, 1993) menyatakan bahwa

kepercayaan diri berkembang melalui interaksi individu dengan

lingkungannya, khususnya lingkungan sosial. Lingkungan yang kondusif

dapat memberikan kesempatan bagi individu untuk mengkespresikan ide-ide

dan perasaannya, menerima dan memberikan dukungan dan bantuan untuk

orang lain, serta menerima dan memberikan umpan balik akan menumbuhkan

rasa berarti bagi dirinya sehingga individu tersebut memiliki konsep diri yang

positif. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan dapat

menghargai dirinya, atau dengan kata lain memiliki harga diri yang tinggi.

Jika individu memiliki harga diri yang tinggi, maka kepercayaan dirinya akan

tinggi pula.

Menurut Angelis (1997) rasa percaya diri lahir dari kesadaran pada diri

sendiri dan tekad untuk melakukan segala sesuatu sampai tujuan yang

(27)

dari keyakinan diri sendiri. Untuk mendapatkan rasa percaya diri seseorang

memerlukan proses dan kepercayaan diri tidak dapat muncul dengan tiba-tiba.

Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan rasa percaya diri

bukan merupakan sifat bawaan yang diturunkan, proses terbentuknya

kepercayaan diri lahir dari kesadaran pada diri sendiri yang bersumber dari

hati nurani yang terbentuk melalui proses belajar dan interaksi dengan

lingkungannya.

4. Faktor-faktor Kepercayaan Diri

Myers (dalam Christiyanto, 2008) mengemukakan bahwa pada

dasarnya kepercayaan diri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal

dan eksternal.

a. Faktor internal, meliputi :

1) Konsep diri

Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan

perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan kelompok.

Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya

sendiri. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mengembangkan

sikap yang realistik dan objektif dalam memandang kehidupannya

sehingga akan meningkatkan kepercayaan dirinya. Sebaliknya, individu

dengan konsep diri negatif akan merasa cemas ketika menilai dirinya

sehingga menimbulkan tekanan emosional yang dapat mengurangi

(28)

2) Harga Diri

Coopersmith (1967) mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi yang

dibuat oleh individu mengenai dirinya sendiri. Evaluasi ini menyatakan

sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan sejauh mana individu

percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil dan berharga.

Menurut Corsini (1994), rasa percaya diri merefleksikan ukuran seseorang

terhadap harga dirinya. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan

menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah

mengadakan hubungan dengan individu lain.

Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya

sebagai individu yang berhasil dan mudah menerima orang lain

sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang memiliki

harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya

terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.

3) Kondisi fisik

Seseorang yang merasa puas dengan dengan kondisi fisiknya, biasanya

cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sebaliknya orang yang

memiliki kondisi fisik kurang menarik akan merasa rendah diri yang

kemudian akan berkembang menjadi tidak percaya diri.

Anthony (1992) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama

rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Menurut Hakim (2005)

cacat atau kelainan fisik tertentu merupakan kekurangan yang jelas terlihat

(29)

dirinya dibandingkan orang lain. Jika seseorang tidak dapat bereaksi

secara positif, akan timbul rasa rendah diri (minder) yang akan

berkembang menjadi rasa tidak percaya diri.

4) Pengalaman hidup

Pandangan seseorang tentang dirinya juga dipengaruhi oleh pengalaman

hidup yang berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan. Pengalaman

tentang kesuksesan cenderung akan meningkatkan kepercayaan diri

seseorang. Hakim (2005) mengatakan bahwa kegagalan yang terlalu sering

dialami dalam bidang apapun akan menimbulkan kecemasan pada

seseorang ketika mencoba memperoleh kesuksesan di bidang yang sama.

Kecemasan tersebut akan menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam

bentuk keraguan apakah masih mempunyai harapan untuk mengatasi

kegagalan. Rasa tidak percaya diri yang disebabkan karena kegagalan

yang terjadi berulang kali merupakan salah satu bentuk rasa tidak percaya

diri yang sangat berat untuk diatasi.

b. Faktor eksternal, meliputi :

1) Pendidikan

Menurut Hakim (2005) tingkat pendidikan formal dapat menjadi salah satu

alat utama yang bisa menentukan tinggi rendahnya status sosial seseorang.

Lebih lanjut Anthony (1992) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan

yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan

orang yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih

(30)

orang lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup

dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi

dari sudut kenyataan.

2) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah orang-orang yang berada di sekitar kehidupan

individu, seperti keluarga dan teman sebaya. Lingkungan sosial

mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan kepercayaan diri

individu. Penerimaan dari lingkungan sosial akan membentuk konsep diri

yang positif pada diri individu sehingga membentuk rasa percaya diri yang

kuat dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sebaliknya, penolakan

dari lingkungan sosial akan membentuk konsep diri yang negatif dalam

diri individu sehingga timbul perasaan cemas dan tidak percaya diri.

Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal

maupun faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kepercayaan diri

yaitu konsep diri, harga diri, kondisi fisik, dan pengalaman hidup. Faktor

eksternal yang mempengaruhi kepercayaan diri yaitu pendidikan dan

lingkungan sosial.

B. Mahasiswa Pecandu NAPZA

1. Mahasiswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa didefinisikan

sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Direktorat Kemahasiswaan

(31)

mendefinisikan mahasiswa sebagai golongan pemuda (usia 18 – 30 tahun)

yang secara resmi terdaftar pada salah satu Perguruan Tinggi dan aktif

didalamnya.

2. NAPZA

Secara umum, diketahui NAPZA merupakan akronim dari narkotika,

psikotropika, dan zat aditif lainnya. Akronim ini memberikan istilah terhadap

bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi

seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan

ketergantungan fisik dan psikologi. Pengertian lain dari NAPZA adalah zat

kimia yang apabila dimasukkan dalam tubuh baik diminum, dihirup, dihisap,

disedot, maupun disuntikkan dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati atau

perasaan dan perilaku seseorang (Buku pegangan Peer Helper, 2002).

Berdasarkan jenisnya NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat

Adiktif lainnya) dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Narkotika

Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis

yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya

rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan:

1) Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,

(32)

Contoh: Heroin, Kokain, Ganja.

2) Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin,

Petidin.

3) Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengebangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan. Contoh: Codein.

b. Psikotropika

Menurut UU RI No 5/1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik

alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri

dari 4 golongan :

1) Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai

potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:

Ekstasi.

2) Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalan terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

(33)

3) Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh: Phenobarbital.

4) Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat

luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma

ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).

c. Zat Adiktif lainnya

Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah: bahan/zat yang berpengaruh

psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi:

1) Minuman alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh

menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari

kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika

digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan

memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3

golongan minuman beralkohol :

a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % (Bir).

b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai minuman anggur)

c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca, Manson

House, Johny Walker).

2) Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap

(34)

keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang

sering disalahgunakan adalah: Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku,

Bensin.

3) Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat

luas di masyarakat.

Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok

dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya

pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk

penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA

dapat digolongkan menjadi 3 golongan :

1) Golongan Depresan (Downer). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi

mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya

menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri.

Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedative (penenang),

Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas).

2) Golongan Stimulan (Upper). Adalah jenis NAPZA yang merangsang

fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat

pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine

(Shabu, Ekstasi), Kokain.

3) Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan

efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali

menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat

(35)

(dalam http://zenc.wordpress.com)

3. Pecandu NAPZA

Pecandu NAPZA atau drug addicted adalah orang-orang yang telah

benar-benar kecanduan (addicted) dan menjadi sangat tergantung pada

penggunaan NAPZA setiap saat tanpa mengenal situasi (Joewana, 1989).

Selain pola penggunaan NAPZA yang bersifat patologik, mereka mengalami

toleransi (peningkatan dosis) dan sindroma putus obat jika tidak menggunakan

NAPZA.

Secara sederhana, seorang pecandu adalah seorang pria atau wanita

yang kehidupannya dikendalikan olah NAPZA. Sebagai pecandu, mereka

adalah orang-orang yang menggunakan zat pengubah pikiran dan suasana hati,

dimana zat tersebut telah menyebabkan masalah di setiap segi kehidupan

mereka. Adiksi atau kecanduan merupakan suatu penyakit yang melibatkan

lebih dari sekedar penggunaan NAPZA sendiri, karena pecandu telah

mengisolasi dirinya dari orang-orang kecuali pada saat pecandu mendapatkan,

menggunakan dan mencari cara serta alat untuk mengkonsumsi NAPZA

tersebut. Salah satu aspek dari kecanduan adalah ketidakmampuan pecandu

untuk menghadapi kehidupan sebagaimana kehidupan adanya. Pecandu

memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan yaitu adiksi atau kecanduan.

Penyakit ini kronis, progresif dan mematikan (Narcotics, Anonymous, 1999).

Berdasarkan Narcotics Educational Foundation of America

(www.cnoa.org), komponen-komponen yang terdapat pada perilaku

(36)

a. Kompulsi/paksaan

1) Kehilangan kendali

2) Dipaksa menggunakan narkoba

3) Kompulsi yang tidak rasional

4) Tidak merencanakan untuk menjadi kompulsi

b. Melanjutkan penggunaan narkoba meskipun dengan konsekuensi yang

buruk. Pecandu adalah orang yang tahu bahwa menggunakan narkoba

akan menyebabkan masalah, tetapi tetap saja mengkonsumsi narkoba

tersebut tanpa mempedulikan akibat dari pemakaian narkoba tersebut.

c. Keinginan-keinginan kembali untuk memakai narkoba (craving)

1) Gejala sehari-hari dari penyakit (kecanduan) ini adalah pengalaman

yang sering dialami pecandu tentang kebingungannya untuk dapat

mendapatkan dan menggunakan narkoba.

2) Keinginan-keinginan untuk menggunakan narkoba kembali adalah

dysphoric, hasutan dan hal-hal seperti ini sangat tidak menyenangkan.

d. Penolakan

1) Penyimpangan persepsi yang disebabkan oleh keinginan-keinginan

untuk menggunakan narkoba kembali (craving)

2) Penggunaan narkoba yang sering berada di bawah tekanan craving,

secara bertahap dibutakan pada resiko dan konsekuensi penggunaan.

C. Kepercayaan Diri pada Mahasiswa Pecandu NAPZA

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa didefinisikan

(37)

Ditjen Perguruan Tinggi dan Departemen P & K (dalam Sarwono, dkk, 1991)

mendefinisikan mahasiswa sebagai golongan pemuda (usia 18 – 30 tahun)

yang secara resmi terdaftar pada salah satu Perguruan Tinggi dan aktif

didalamnya.

Menurut Lauster (1997) rasa percaya diri bukan merupakan sifat yang

diturunkan (bawaan) melainkan diperoleh dari pengalaman hidup dan proses

belajar di dalam interaksi seseorang dengan lingkungan. Dalam penelitian ini

lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan kampus, sebagai seorang yang

belajar di sebuah perguruan tinggi, diharapkan mahasiswa memiliki

kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagai mahasiswa,

seseorang sudah melewati tahap-tahap pendidikan mulai dari paling awal yaitu

TK (Taman Kanak-kanak) sampai SMU (Sekolah Menengah Umum),

sehingga dapat dikatakan tingkat pendidikannya sudah cukup tinggi. Dalam

lingkungan kampus, para mahasiswa akan saling berinteraksi dan belajar

dengan lingkungan sosial yang sama dengan dirinya. Apalagi latar belakang

berdirinya sebuah perguruan tinggi adalah bidang pendidikan, sehingga

aktivitas kegiatan di dalamnya adalah kegiatan-kegiatan yang positif.

Myers (dalam Christiyanto, 2008) mengemukakan bahwa pada

dasarnya kepercayaan diri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal

dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kepercayaan diri yaitu

konsep diri, harga diri, kondisi fisik, dan pengalaman hidup. Sedangkan faktor

eksternal yang mempengaruhi kepercayaan diri yaitu pendidikan dan

(38)

Secara umum, diketahui NAPZA merupakan akronim dari narkotika,

psikotropika, dan zat aditif lainnya. Akronim ini memberikan istilah terhadap

bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi

seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan

ketergantungan fisik dan psikologi. Pengertian lain dari NAPZA adalah zat

kimia yang apabila dimasukkan dalam tubuh baik diminum, dihirup, dihisap,

disedot, maupun disuntikkan dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati atau

perasaan dan perilaku seseorang (Buku pegangan Peer Helper, 2002).

Amriel (2008) berpendapat bahwa banyak individu terjerumus

mengonsumsi NAPZA karena adanya efek penenang (mood-altering) yang

dirasakannya, dan ini secara semu membantu individu dalam menghadapi

dinamika kehidupan sehari-hari. Walaupun terkesan positif, sangat penting

untuk digarisbawahi bahwa efek penenang semacam ini hanya dirasakan

untuk jangka waktu yang sangat singkat. Untuk jangka panjang, seiring

dengan masalah emosional yang tak kunjung teratasi, pengaruh negatif

NAPZA terhadap penggunanya justru lebih dahsyat.

Menurut Amriel (2008) ada beberapa perasaan yang dialami pecandu

NAPZA sebagai manifestasi efek jangka panjang mengkonsumsi NAPZA :

1. Kecemasan, mulai dari perasaan takut hingga paranoia (kecurigaan

berlebihan terhadap orang lain).

2. Hilangnya percaya diri.

3. Amarah, mulai dari perasaan terlalu sensitif hingga mudah mengamuk

(39)

4. Depresi, perasaan tertekan dan ketidakberdayaan yang mendalam hingga

keinginan untuk bunuh diri.

5. Rendah diri, cenderung merendahkan diri hingga perasaan malu dan

bersalah.

6. Boredom, pola kecanduan yang tidak pernah berakhir, berputar-putar

dengan alur adiksi yang sama.

Menurut Lauster (1997), orang yang memiliki kepercayaan diri yang

tinggi adalah orang yang optimis, obyektif, memiliki keyakinan akan

kemampuan dirinya sendiri, bertanggung jawab, serta rasional dan realistis.

Seorang individu yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan mampu

mengekspresikan potensi-potensi yang dimiliki dan lebih mudah dalam

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga mereka tidak butuh

NAPZA untuk membuatnya lebih mudah percaya diri.

Saat ini banyak mahasiswa yang telah menjadi pecandu NAPZA.

Pecandu NAPZA yang menjadi subjek penelitian menuturkan bahwa salah

satu alasan mereka menggunakan NAPZA adalah untuk meningkatkan

kepercayaan dirinya. Hal ini sesuai dengan penelitian Rossenberg dan Kaplan

(1982) yang menyatakan bahwa penggunaan NAPZA dapat meningkatkan self

esteem dan self confidence seseorang. Namun perasaan ini sifatnya sementara,

yaitu hanya pada saat pengaruh obat itu masih aktif dalam dirinya. Pada saat

pengaruh obat tidak aktif, individu cenderung semakin parah untuk mengulang

pemakaian obat ini untuk mendapatkan kembali perasaan senang, penting dan

(40)

NAPZA pada jangka waktu lama dapat mengakibatkan hilangnya rasa percaya

diri.

D. Pertanyaan Penelitian

(41)

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang melakukan

analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan

fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan

disimpulkan (Azwar, 2001). Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan

secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau

mengenai bidang tertentu (Azwar, 2001). Penelitian ini berusaha

menggambarkan situasi dan kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata

bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji

hipotesis, atau membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan

diri sendiri, dengan menerima dirinya apa adanya baik positif maupun negatif,

kelebihan maupun kelemahan, yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar

dengan tujuan agar seseorang mampu menghadapi rintangan dan tantangan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Kepercayaan diri diungkap dengan skala kepercayaan diri yang diadaptasi

dari aspek-aspek yang dikembangkan oleh Lauster (1997), yaitu : optimis,

obyektif, keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri, bertanggung jawab, serta

(42)

rasional dan realistis. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari jawaban terhadap

skala kepercayaan diri tersebut maka semakin tinggi kepercayaan diri mahasiswa,

demikian juga sebaliknya.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah mahasiswa pecandu NAPZA. Mahasiswa

pecandu NAPZA adalah orang-orang yang belajar di sebuah perguruan tinggi

yang telah benar-benar kecanduan (addicted) dan menjadi sangat tergantung pada

penggunaan NAPZA setiap saat tanpa mengenal situasi.

Subjek dalam penelitian ini sebanyak 50 orang, dengan rincian 39 laki-laki

dan 11 perempuan. Subjek memang masih berstatus sebagai pecandu NAPZA

sehingga frekuensi menggunakan NAPZA masih cukup tinggi, tetapi dalam

proses pengambilan data peneliti berusaha melakukan kontrol dengan

mengingatkan dan menyarankan agar pada saat mengisi skala subjek tidak dalam

kondisi dibawah pengaruh NAPZA.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepercayaan diri. Skala

ini bertujuan untuk mengungkap kepercayaan diri mahasiswa pecandu NAPZA.

Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kepercayaan dari Lauster

(43)

a. Optimis, yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik

dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan.

b. Obyektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau

segala sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya bukan menurut

pribadi atau yang menurut dirinya sendiri benar.

c. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang tentang

dirinya bahwa mengerti sesungguhnya akan apa yang dilakukannya.

d. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala

sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

e. Rasional dan realistis, yaitu kemampuan menganalisa suatu masalah,

sesuatu hal atau suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang

dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Reliabilitas akan dihitung dengan menggunakan koefisien alpha, yang

diharapkan nilai alphanya mendekati 1,00 dan koefisien validitas diharapkan

mencapai angka 0,30. Berikut ini secara rinci disajikan blue print aspek dan

sebaran item skala kepercayaan diri yang tampak pada tabel 1 :

Tabel 1

Blue Print Skala Kepercayaan Diri

No Aspek Favourable Unfavourable Jumlah (%)

1 Optimis 6 (10,32%) 6 (10,32%) 12 (20,64%)

2 Objektif 5 (8,6%) 5 (8,6%) 10 (17,2%)

3 Keyakinan akan

kemampuan

9 (15,48%) 5 (8,6%) 14 (24,08%)

4 Bertanggung jawab 6 (10,32%) 5 (8,6%) 11 (18,92%)

5 Rasional dan realistis 6 (10,32%) 5 (8,6%) 11 (18,92%)

(44)

Dalam skala kepercayaan diri ini digunakan skala Likert, dimana subyek

diminta untuk menyatakan tingkat kesesuaian dirinya terhadap isi pernyataan

dengan memilih empat kategori jawaban yang sudah disediakan, yang terdiri dari

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai

(STS). Dalam penelitian ini, skala yang digunakan tidak menyediakan jawaban

tengah atau netral. Keempat penilaian tersebut diberikan bobot sebagai berikut:

Pernyataan yang mendukung (favourable)

Perolehan skor untuk pilihan jawaban adalah:

Sangat Sesuai (SS) : memperoleh skor 4

Sesuai (S) : memperoleh skor 3

Tidak Sesuai (TS) : memperoleh skor 2

Sangat Tidak Sesuai (STS) : memperoleh skor 1

Pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable)

Perolehan skor untuk pilihan jawaban adalah:

Sangat Sesuai (SS) : memperoleh skor 1

Sesuai (S) : memperoleh skor 2

Tidak Sesuai (TS) : memperoleh skor 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) : memperoleh skor 4

Tabel 2

Skor Berdasarkan Sifat Item

Skor Jawaban

Favourable Unfavourable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

(45)

Setelah membuat blue print, dilakukan pembuatan rancangan penyebaran

item. Di bawah ini adalah tabel blue print pembuatan skala beserta distribusi item

uji coba

Tabel 3

Distribusi Item Uji Coba Skala Kepercayaan Diri

Favourable Unfavourable No Aspek

No Jml No Jml

Total (%)

1 Optimis 1, 7, 8, 24, 25, 26 6 6, 11, 12,

16, 17, 18

6 12 (21%)

2 Objektif 2, 9, 10, 48, 49 5 22, 23, 56,

57, 58

5 10 (17%)

3 Keyakinan akan

kemampuan

3, 13, 14, 15, 38, 39, 45, 46, 47

9 27, 28, 29,

43, 44

5 14 (24%)

4 Bertanggung jawab

4, 19, 20, 21, 33, 34 6 35, 36, 37,

40, 41

5 11 (19%)

5 Rasional dan realistis

5, 51, 52, 53, 54, 55 6 30, 31, 32,

42, 50

5 11 (19%)

Total 32 26 58 (100%)

E. Kredibilitas Alat Pengumpulan Data

1. Validitas

Validitas berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai

validitas tinggi apabila dapat memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan

dilakukannya pengukuran tersebut, sebaliknya bila menghasilkan data yang tidak

relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai alat yang memiliki validitas

rendah. Hal yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan

pengukuran. Kecermatan pengukuran berarti bahwa pengukuran tersebut mampu

mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil diantara subjek yang satu dengan lainnya

(46)

Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini dengan menggunakan validitas

isi, yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan

analisis rasional atau lewat professional judgement. Salah satu cara untuk melihat

apakah validitas isi sudah terpenuhi adalah dengan menyesuaikan item-item

dalam skala yang telah ditulis dengan blue print (Azwar, 2001).

Dalam penelitian ini item yang ditulis sudah sesuai dengan blue print dan

indikator perilaku yang hendak diungkap, item yang ditulis juga telah disesuaikan

dengan kaidah penulisan yang benar, dan diperbaiki agar tidak mengandung

social desirability yang tinggi.

2. Seleksi Item

Kualitas item diukur dengan cara menganalisis tiap butir item dengan

menggunakan parameter daya beda item. Daya beda item bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau

kelompok individu yang mempunyai dan yang tidak mempunyai atribut yang

diukur (Azwar, 1999).

Parameter daya beda item yang diestimasikan berdasarkan koefisien korelasi

item total (rix) memperlihatkan kesesuaian fungsi item dengan fungsi skala yang

digunakan dalam mengungkap perbedaan individu yang akan berguna untuk

mengoptimalkan fungsi skala. Pengujian daya beda item dilakukan dengan

komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor

skala yang akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rix). Menurut Azwar

(47)

menggunakan batasan rix > 0,30. Namun, penelitian ini menggunakan batasan

kriteria rix > 0,25 supaya jumlah item lolos yang diinginkan dapat tercapai.

Seleksi item dilaksanakan sebanyak dua kali, dengan menggunakan bantuan

SPSS 15 for windows. Pada proses seleksi item yang pertama didapatkan hasil 10

item yang gugur karena rix > 0,25. Kemudian dilanjutkan seleksi item yang kedua,

dan didapatkan hasil 2 item yang gugur karena rix > 0,25. Setelah seleksi item

yang kedua tidak ada lagi item yang gugur karena rix > 0,25. Sehingga akhirnya

didapatkan hasil 46 item yang sahih dan 12 item yang gugur. Item yang lolos telah

mewakili semua aspek yang mengindikasikan seseorang memiliki kepercayaan

diri yang tinggi, dengan tingkat perwakilan yang berbeda-beda. Untuk lebih jelas

tentang distribusi item yang sahih dan gugur dapat dilihat pada tabel 4 berikut :

Tabel 4

Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri setelah Uji Coba

Sahih Gugur No Aspek

F UF Jml F UF Jml

1 Optimis 7, 8, 24,

25, 26

6,11, 12, 16, 17,

18

11 1 1

2 Objektif 2, 48, 49 22, 23,

56, 57, 58

8 9, 10 2

3 Keyakinan akan

kemampuan 3, 13, 14, 15, 39, 46, 47 27, 28, 29, 43, 44

12 38, 45 2

4 Bertanggung Jawab 4, 19,

21, 33, 34

35, 37, 40

8 20 36, 41 3

5 Rasional dan Realistis 5, 53 30, 31,

32, 42, 50

7 51, 52,

54, 55

4

(48)

3. Reliabilitas

Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan,

keterandalan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya. Namun, ide pokok yang

terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran

tersebut relatif konsisten. Suatu hasil penelitian hanya dapat dipercaya bila dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap suatu kelompok subjek yang

sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri

subjek belum berubah (Azwar,1999).

Dalam penelitian ini, reliabilitas skala diukur dengan pendekatan

konsistensi internal, yaitu koefisien Alpha yang didasarkan pada bentuk final

masing-masing skala. Pendekatan ini dianggap memiliki nilai praktis dan efisiensi

tinggi (Azwar, 1999). Reliabilitas ini dianggap memiliki nilai praktis dan efisiensi

yang tinggi (Azwar, 1999). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien yang angkanya

berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas

mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefisien yang

semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

Uji reliabilitas dilakukan pada skala skala kepercayaan diri yaitu untuk

melihat keajegan alat ukur yang digunakan dalam mengungkap kepercayaan diri.

Perhitungan reliabilitas alat ukur penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik reliabilitas Alpha dari Cronbach dalam SPSS 15 for windows.

Tabel 5

Tingkat Reliabilitas berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s/d 0,20 Kurang reliabel

(49)

> 0,40 s/d 0,60 Cukup reliabel

> 0,60 s/d 0,80 Reliabel

> 0,80 s/d 1.00 Sangat reliabel

Uji reliabilitas skala penelitian ini dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach

dengan bantuan SPSS 15 for windows.

Tabel 6

Hasil Uji Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri

Variabel α Keterangan Kategori

Kepercayaan diri pada mahasiswa pecandu NAPZA

0,910 > 0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel

Berdasarkan hasil uji teknik Alpha Cronbach, dapat diketahui bahwa skala

Kepercayaan Diri dalam penelitian ini adalah sangat reliabel dan dapat dipercaya.

F. Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini digunakan statistik

mean aritmatik yaitu suatu cara untuk mengukur tingkat kepercayaan diri yang

bersumber dari konsep diri, harga diri, kondisi fisik, lingkungan dan pengalaman

hidup. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

menggunakan program statistik SPSS 15 for windows.

Untuk mengetahui data teoritik maka dilakukan perhitungan sebagai berikut:

a. Skor maksimum : 46 x 4 = 184

b. Skor minimum : 46 x 1 = 46

c. Range : 184 – 46 = 138

d. SD : 138 = 23

(50)

e. Mean teoritik : 184 + 46 = 115

2

Data Teoritik di atas dapat di jelaskan sebagai berikut :

a. Skor maksimum : Skor paling tinggi yang mungkin didapat subjek

pada skala, yaitu 4.

b. Skor minimun : Skor paling rendah yang mungkin didapat subjek

pada skala, yaitu 1.

c. Range : Luas jarak sebaran antara nilai maksimum dan

nilai minimum.

d. Standar deviasi ( σ ) : Luas jarak sebaran yang dibagi kedalam enam

satuan deviasi standar.

e. Mean ( µ ) : Mean teoretis, yaitu rata-rata teoretis dari skor

maksimum dan minimum.

Hasil penelitian ditentukan berdasarkan penggolongan yang akan dibagi

menjadi 3 yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Maka ditetapkan luas interval yang

mencakup setiap kategori sebagai berikut :

Tabel 7 Norma Kategorisasi

Norma Kategori

( µ + 1,0 σ ) ≤ x 138 ≤ x Tinggi

( µ - 1,0 σ ) ≤ x < ( µ + 1,0 σ ) 92 ≤ x < 138 Sedang

(51)

A. Orientasi Kancah

Penelitian tentang kepercayaan diri pada mahasiswa pecandu NAPZA

dilaksanakan di Yogyakarta. Jumlah subjek yang digunakan sebanyak 50 orang,

dengan rincian 39 laki-laki dan 11 perempuan. Berikut ini adalah deskripsi subjek

penelitian :

Tabel 8

Deskripsi Subjek Penelitian

Karakteristik Subjek Frekuensi (%)

Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

39 (78%) 11 (22%)

Kategori Usia 18 – 21

22 – 30

35 (70%) 15 (30%) Tingkat Pendidikan Diploma

Perguruan Tinggi

10 (20%) 40 (80%) Lama menjadi

Pecandu

1 – 3 tahun 4 – 6 tahun 6 tahun keatas

24 (48%) 24 (48%) 2 (4%)

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tentang kepercayaan diri pada mahasiswa pecandu NAPZA

dilaksanakan pada tanggal 22 Juni – 19 Juli 2009. Penelitian ini dilaksanakan

dengan menyebarkan skala sebanyak 50 eksemplar. Penyebaran dilakukan dengan

berbagai cara, yaitu dengan mendatangi langsung ke rumah atau kost subjek, dan

menitipkan kepada teman yang bisa dipercaya. Skala yang disajikan langsung

oleh peneliti kepada subjek sebanyak 37 eksemplar, sedangkan yang dititipkan

sebanyak 13 eksemplar.

(52)

Subjek dikatakan berstatus sebagai seorang pecandu NAPZA dapat dilihat

dari beberapa hal seperti : frekuensi menggunakan NAPZA yang cukup sering

sekitar 2 kali seminggu, mempunyai stok simpanan NAPZA untuk dipakai sendiri,

pernah menggunakan lebih dari 1 macam jenis NAPZA, dan masih dalam kondisi

rehabilitasi ke dokter.

C. Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas

Sebelum data diuji dengan uji statistik deskriptif, terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi normalitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui

apakah distribusi frekuensi dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara

signifikan dari frekuensi harapan distribusi normal teoritiknya. Normalitas berarti

bentuk distribusi variabel dalam populasi berbentuk distribusi normal atau kurve

normal (Hadi, 2001). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

sampel yang diambil berasal dari sebuah distribusi normal, dengan mengetahui

apakah sebaran skor memenuhi asumsi distribusi normal. Uji normalitas ini

dilakukan dengan menggunakan rumus one sample Kolmogorov–Smirnov Test,

dengan bantuan SPSS 15 for windows.

Tabel 9 Uji Normalitas

Total N

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

50 .731 .659 a Test distribution is Normal.

(53)

Uji normalitas menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari

0,05 (p > 0,05) maka sebarannya normal, tetapi bila nilai signifikansi lebih kecil

dari 0,05 (p < 0,05) maka sebaran skornya tidak normal.

Hasil analisis data dalam penelitian dengan menggunakan teknik

Kolmogorov–Smirnov pada SPSS versi 15, diperoleh signifikansi sebesar 0,731.

Angka ini menunjukkan bahwa distribusi data subjek adalah normal, dengan nilai

p yang dihasilkan lebih besar dari 0,05.

2. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sehingga perlu penyajian

data melalui tabel, penghitungan nilai maksimum dan minimum, mean teoritik,

mean empirik dan standar deviasi. Berikut tabel yang berisi data penilaian

berdasarkan penghitungan komputerisasi dengan menggunakan SPSS versi 15.

Tabel 10

Deskripsi Data Penelitian

N 50

Skor Minimum Teoritik 46

Skor Maksimum Teoritik 184

Skor Minimum Empirik 101

Skor Maksimum Empirik 162

Mean Teoritik 115

Mean Empirik 137,50

Median 139 Modus 151

Standar Deviasi Teoritik 23

Standar Deviasi Empirik 14,189

Varians 201,316

Standar Deviasi (SD) teoritik yang diperoleh dari penghitungan rentang

antara nilai maksimum teoritik dan nilai minimal teoritik dibagi 6 ( )

(54)

Hal ini berarti Standar Deviasi empirik (14,189) lebih kecil dari pada Standar

Deviasi teoritik (23), dimana kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat variasi

jawaban pada kelompok data lebih rendah daripada tingkat variasi jawaban

teoritik. Sehingga dapat dikatakan subjek penelitian secara umum adalah

kelompok yang homogen, yaitu kelompok mahasiswa pecandu NAPZA.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mean empirik 137,50 lebih

besar daripada mean teoritik 115, di uji lagi dengan uji statistik one sample test

dengan bantuan SPSS for windows versi 15 dengan tujuan untuk membuktikan

bahwa mean empirik secara signifikan lebih besar dari mean teoritik. Berikut ini

hasil perhitungan uji one sample test :

Tabel 11

Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Total 50 137.50 14.189 2.007

One-Sample Test

Test Value = 115

95% Confidence Interval of the Difference

t df

Sig (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper

TOTAL 11.213 49 .000 22.500 18.47 26.53

Hasil uji t membuktikan bahwa secara signifikan mean empirik lebih besar

dari mean teoritik, sehingga dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri yang

dimiliki oleh mahasiswa pecandu NAPZA tergolong tinggi. Berdasarkan hasil

(55)

0,000 lebih kecil dari 0,01 (p = 0,000 < 0,01) yang berarti secara signifikan ada

perbedaan antara mean empirik dan mean teoritik.

3. Kategorisasi Kepercayaan Diri

Berdasarkan pada norma kategorisasi skala pada bab sebelumnya, maka

dapat dikategorisasikan skor total subyek berdasarkan tinggi-rendahnya. Berikut

ini deskripsi skor total yang telah dikategorisasikan.

Tabel 12

Data Jumlah Subjek per Kategori

Kategori Laki-laki Perempuan Jumlah (%)

Tinggi 20 8 28 (56%)

Sedang 19 3 22 (44%)

Rendah 0 0 0 (0%)

Total 39 11 50 (100%)

Hasil pengkategorisasian dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 50

orang subjek terdapat 28 orang subjek yang tergolong dalam kategori tinggi (56

%), 22 orang tergolong dalam kategori sedang (44 %), dan tidak 1 orang pun

tergolong kategori rendah (0 %). Sehingga subjek penelitian terbanyak masuk

dalam kategori tinggi.

4. Perbandingan Mean tiap Aspek Kepercayaan Diri

Tabel 13 Aspek yang Dominan

No Aspek M Teoritik M Empirik

1 Optimis 27,5 32,86

2 Objektif 20 23,42

3 Keyakinan akan Kemampuan 30 35,10

4 Tanggung Jawab 20 24,64

5 Rasional dan Realistis 17,5 21,48

(56)

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa secara umum subjek penelitian

memiliki kepercayaan diri yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari tiap aspeknya

dimana mean empiriknya yang lebih besar dari mean teoritik.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data deskriptif diperoleh hasil bahwa mean

empirik (137,50) lebih besar daripada mean teoritik (115). Hal ini menunjukkan

bahwa subjek penelitian ini, yaitu mahasiswa pecandu NAPZA secara umum

memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Setelah diteliti lebih lanjut menggunakan kategorisasi skor subjek. Pada

kategori tinggi terdapat sebanyak 28 subjek (56%), kategori sedang sebanyak 22

subjek (44%), dan tidak ada 1 pun subjek yang masuk kategori rendah (0%).

Berdasarkan data tersebut tampak bahwa subjek penelitian terbanyak ada pada

kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum mahasiswa

pecandu NAPZA memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Menurut Lauster (1997) ada lima aspek yang dimiliki oleh individu

dengan kepercayaan diri tinggi, yaitu optimis, objektif, keyakinan akan

kemampuan, bertanggung jawab, serta rasional dan realistis. Dalam penelitian

yang dilakukan didapatkan hasil mean empirik dari setiap aspek kepercayaan diri

lebih besar dari mean teoritiknya, sehingga dapat dikatakan subjek memiliki

optimisme, objektivitas, keyakinan akan kemampuan, rasa tanggung jawab, serta

(57)

Santrock (2003) berpendapat bahwa rasa percaya diri dapat meningkat

ketika seseorang menghadapi masalah dan berusaha untuk mengatasinya, bukan

hanya menghindarinya. Menurut Hakim (2005) perilaku menghindar merupakan

salah satu gejala rasa tidak percaya diri, dan akan menjadi masalah yang serius

jika terlalu sering dilakukan. Seseorang yang kurang percaya diri akan menjadi

pesimis dalam menghadapi setiap kesukaran, karena sudah terbayang kegagalan

sebelum mencoba untuk menghadapi setiap kesukaran atau persoalan tersebut.

Dalam penelitian ini, subjek penelitian memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Seharusnya dengan kepercayaan diri yang tinggi tersebut subjek mulai

menghadapi masalah-masalah yang mendorong mereka menggunakan NAPZA,

dan tidak selalu lari dan menghindari masalah dengan menggunakan NAPZA.

Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan mampu

mengekspresikan potensi-potensi yang dimiliki dan lebih mudah berinteraksi

dengan lingkungan sekitarnya, sehingga mereka tidak butuh NAPZA untuk

membuatnya lebih percaya diri, terutama dalam menghadapi hal-hal yang

membutuhkan kepercayaan diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

mahasiswa pecandu NAPZA memiliki kepercayaan diri yang tinggi, hal ini

mungkin dapat terjadi karena efek dari penggunaan NAPZA.

Dalam penelitian ini ada kesulitan untuk memasuki komunitas pecandu

NAPZA, karena ada kecurigaan yang sangat besar terhadap orang asing yang

tiba-tiba memasuki komunitas mereka. Hal ini menyebabkan dalam proses penyebaran

skala, beberapa skala dititipkan kepada orang yang sudah menjadi anggota

(58)

subjek dalam mengisi skala dan tidak dapat mengontrol apakah ketika mengisi

skala subjek dalam kondisi dibawah pengaruh NAPZA atau tidak.

Berdasarkan observasi dan wawancara, jenis NAPZA yang paling sering

digunakan oleh subjek penelitian adalah : ganja, minuman keras, shabu-shabu,

putaw, dan bermacam jenis pil seperti : pil koplo, inex, ekstasi dan pil-pil yang

digunakan dalam proses rehabilitasi.

Menurut Amriel (2008), efek penggunaan NAPZA dapat mempengaruhi

perilaku pecandunya. Perilaku yang timbul seperti : perilaku menghindar, dimana

subjek cenderung mengisolasi diri sendiri dan menolak tanggung jawab;

mengendalikan pihak lain, termasuk perilaku manipulatif bahkan kekerasan;

menyakiti diri, mulai dari melukai hingga usaha bunuh diri; mengorbankan pihak

lain, yang dilakukan sebagai usaha memenuhi kebutuhan akan NAPZA; menipu,

ditujukan untuk terus mendapatkan NAPZA dan menyelubungi perilaku

kecanduan; sulit beradaptasi dengan lingkungan, termanifestasi ke dalam

perilaku-perilaku beresiko, misalnya kinerja yang buruk di sekolah

Menurut Rosenberg dan Kaplan (1982), penyalahgunaan obat memang

dapat memberikan rasa senang dan penting, yang dapat menaikkan self esteem dan

self confidence seseorang. Namun perasaan ini sifatnya sementara, yaitu hanya

pada saat pengaruh obat itu masih aktif dalam dirinya. Pada saat pengaruh obat

tidak aktif, individu cenderung semakin parah untuk mengulang pemakaian obat

ini untuk mendapatkan kembali perasaan senang, penting dan berharga. Hasil

penelitian menyatakan bahwa subjek penelitian memiliki kepercayaan diri yang

(59)

dalam pengaruh NAPZA atau mengkondisikan dirinya ketika masih dalam

pengaruh NAPZA.

Menurut Myers (dalam Christiyanto, 2008) kepercayaan diri dipengaruhi

oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu konsep diri, harga

diri, kondisi fisik, dan pengalaman hidup. Sedangkan faktor eksternal yaitu

pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan sosial.

Coopersmith (1967) mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi yang

dibuat oleh individu mengenai dirinya sendiri. Evaluasi ini menyatakan sikap

setuju atau tidak setuju dan menunjukkan sejauh mana individu percaya bahwa

dirinya mampu, berarti, berhasil dan berharga. Sheaford dan Horejski (2003)

mengatakan bahwa seseorang yang tidak menghargai atau menghormati dirinya

sendiri akan merasa kurang percaya diri dan banyak berjuang dengan segala

keterbatasan dirinya, sehingga mereka sering terlibat dalam tingkah laku yang

salah atau rentan dieksploitasi dan disalahgunakan oleh orang lain. Subjek menilai

bahwa perilakunya menggunakan NAPZA adalah benar menurut pandangan

pribadinya, karena dengan menggunakan NAPZA dapat membantu subjek

mengatasi kesulitan dalam pergaulan sosial dan keterbatasan-keterbatasan dirinya.

Seseorang yang merasa puas dengan dengan kondisi fisiknya, biasanya

cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sebaliknya orang yang

memiliki kondisi fisik kurang menarik akan merasa rendah diri yang kemudian

akan berkembang menjadi tidak percaya diri. Menurut Hakim (2005) cacat atau

kelainan fisik tertentu merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh orang lain,

(60)

lain. Ji

Gambar

Tabel 2 Skor Berdasarkan Sifat Item
Tabel 3 Distribusi Item Uji Coba Skala Kepercayaan Diri
Tabel 4 Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri setelah Uji Coba
Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

mastery orientation, mahasiswa tersebut merasa tidak yakin akan kemampuan dirinya sebingga mudah putus asa bila mengalami kegagalan. Keyakinan diri sendiri

Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, merasa

Lauster menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Lauster (2000) bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam

Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif yang di rasakan tentang dirinya sendiri yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Lauster (2000) bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam

Ciri konsep diri positif adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa

Dalam hal ini individu dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu menginstropeksi diri atau lebih mengenal dirinya melalui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, Sedangkan