• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Mary C.Townsend, 1998). Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya rasa percaya diri dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan (Budi Anna Keliat, 1999). Gangguan harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau diri (Lynda Juall Carpenito, 1997).

Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif yang di rasakan tentang dirinya sendiri yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung dan dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain.

B. Komponen Konsep Diri

Konsep diri yang didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sehingga hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Gail Wiscarz Stuart, 2006).

(2)

Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini: 1. Citra tubuh

Kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya.termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru (Gail Wiscarz Stuart, 1998).

2. Ideal diri

Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu (Gail Wiscarz Stuart, 1998).

Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntunan atau harapan. Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, teman.

Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri :

a. Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya. b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.

Kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman. c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil; kebutuhan yang

realitis; keinginan untuk menghindari kegagalan; perasaan cemas, rendah diri (Budi Anna Keliat, 1992).

(3)

3. Harga diri

Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap merasa sebagai seorang penting dan berharga (Gail Wiscarz Stuart, 1998).

Menurut (Stuart dan Sundeen, 1991) empat cara meningkatkan harga diri rendah pada anak:

a. Memberikan kesempatan untuk berhasil

Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri pengetahuan dan pujian akan keberhasilan.

b. Menanamkan gagasan

Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk berkembang.

c. Mendorong aspirasi

Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan yang sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang positif dan bermakna.

d. Membantu membentuk koping

Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil jika diterima dan diakui oleh orang lain, merasa mampu menghadapi kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri rendah yang

(4)

rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada pasien skizotrenia dan depresi.

4. Performa peran

Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seorang tidak mempunyai pilihan. peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih individu (Gail Wiscarz Stuart, 1998).

Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stress peran terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak. Sikap peran terdiri dari :

a. Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.

b. Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.

c. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.

d. Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal terjadi tidak terjadi waktu untuk menyelesaikan (Budi Anna Keliat, 1992)

(5)

Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991) :

a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran b. Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan c. Kesesuaian dan keseimbangan

d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran e. Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku

peran 5. Identitas diri

Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu (Gail W. Stuart 2006).

Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal-hal berikut ini:

a. Gambaran diri positif dan akurat

Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri sendiri, dan perasaan tentang ukuran, fungsi penampoilan dan potensi tubuh.

b. Ideal diri yang realistis

Individu yang mempunyai ideal diri yang realistis akan mempunyai tujuan hidup yang dicapai.

(6)

c. Konsep diri yang positif

Konsep diri positif menunjukan bahwa individu akan sukses didalam hidupnya.

d. Harga diri yang tinggi

Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. ia memandang dirinya sangat sama dengan apa yang diinginkan.

e. Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian yang sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubunhan interdependen.

f. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan. (Budi Anna Keliat, 1992). Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta depersonalisasi yang lebih maladaptif (Skema1.3). Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing pada diri sendiri. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji reallitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri

(7)

sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya (Gail Wiscarz Stuart, 2006).

C. Rentang Respon Konsep Diri

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi Diri diri positif rendah identitas

Skema 1.3 Rentang Respon Konsep Diri (Townsend, 1996). Keterangan:

1. Aktualisasi diri

Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

2. Konsep diri

Apa bila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.

3. Harga diri rendah

(8)

4. Kerancauan identitas

Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis

5. Depersonalisasi

Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan diri dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1998).

D. Pengkajian

1. Faktor Predisposisi

Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang, Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri.

Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian. Anak yang tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal mencitai dirinya dan menggapai cinta orang lain. Individu yang kurang mengerti akan dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri. ia akan tergantung pada orang lain dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri. ia mengingkari kebebasan

(9)

mengekspresikan sesuatu, termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri yang ditetapkan tidak dapat dicapai.

b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.

Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang objektif dan kurang rasional dibandingkan pria. pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat kurang ekspresif disbanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti lazimnya, maka dapat menimbulkan konflik didalam diri maupun hubungan sosial Misalnya, wanita yang sacara tradisional harus tinggal di rumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk sekolah atau kerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri

Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang percaya diri pada anak. anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah. Kontrol orang tua yang tetap pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. teman sebaya merupakan faktor lain

(10)

yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diinginkan dan dimiliki oleh kelompoknya (Budi Anna Kelliat, 1992). 2. Stresor Pencetus

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan sundeen, 1991).

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai berikut:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan

b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:

1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

(11)

2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh Kehilangan bagian tubuh, Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh Perubahan fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal dan prosedur medis dan keperawatan (Gail Wiscarz Stuart, 1998)

E. Tanda Dan Gejala

Stuart (2006) mengemukakan Gangguan perilaku pada konsep diri dapat dibagi menjadi sebagai bertikut:

1. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah: a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain

b. Penurunan produktivitas

c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain d. Gangguan dalam berhubungan

e. Rasa diri pentinng yang berlebihan f. Perasaan tidak mampu

g. Rasa bersalah

h. Mudah tersinggung atau marah berlebihan i. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri j. Ketegangan peran yang dirasakan k. Pandanangan hidup yang pesimis

(12)

l. Keluhan fisik

m.Pandangan hidup yang bertentangan n. Penolakan terhadap kemampuan personal o. Destruktif terhadap diri sendiri

p. Pengurangan diri

q. Menarik diri secara sosial r. Penyalahgunaan zat s. Menarik diri dari realitas t. Khawatir

2. Perilaku yang berhubungan dengan kerancauan identitas : a. Tidak ada kode moral

b. Sifat kepribadian yang bertentangan c. Hubunganm interpersonal eksploitatif d. Perasaan hampa

e. Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri f. Kerancuan gender

g. Tingkat ansietas tinggi

h. Ketidak mampuan untuk empati pada oranng lain i. Kehilangan keautentikan

j. Masalah intimasi

3. Perilaku yang Berhubungan dengan Depersonalisasi: a. Afektif

(13)

2) Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu 3) Perasaan tidak realistis

4) Rasa isolasi yang kuat

5) Ketidakmampuan untuk mendapatkan kesenagan atau perasaan mencapai sesuatu

6) Kurang rasa kesinambungan dalam diri 7) Kehilangan identitas

b. Persepsi

1) Halusinasipendengaran dan penglihatan 2) Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri 3) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain 4) Gangguan citra tubuh

5) Mengalami dunia seperti dalam mimpi c. Kognitif 1) Bingung 2) Disorientasi waktu 3) Gangguan berfikir 4) Gangguan memori 5) Gangguan penilaian

6) Kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama d. Perilaku

1) Afek tumpul

(14)

3) Komunikasi yang tidak sesuai 4) Kurang spontanitas dan animasi 5) Kehilangan kendali terhadap impuls

6) Kehilangan inisiatif dan kemampuan membuat keputusan 7) Menarik diri secara sosial

F. Mekanisme Koping

Mekanise koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan Pertahanan jangka pendek meliputi:

1. Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri(misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif) 2. Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara(misal: ikut serta

dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)

3. Aktifitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (misalnya: olah raga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)

4. Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misal: penyalah gunaan obat)

(15)

Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:

1. Penutupan identitas-adopsi identitas premature yng diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu. 2. Identitas negatif-asumsi identitas yang tidak sesuai daengan nilai dan

harapan yang diterima masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement), splitting, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk (Stuart, 2006).

G. Etiologi

1. Gangguan citra tubuh

Mikanisme: gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukur, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh, klien biasanya tidak dapat menerima kondisinya merasa kurang sempurna kemudian akan timbul harga diri rendah.

2. Ideal diri tidak realistik

Mikanisme: ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan sukar realitas, idial diri yang sukar dan tidak jelas, cenderung menuntut. Kegagalan-kegagalan yang dialami dan fantasi yang terlalu tinggi yang tidak dapat dicapai membuat frustasi dan timbul harga diri rendah (Keliat Anna Keliat, 1998).

(16)

H. Akibat

1. Perubahan penampilan peran

Mikanisme: berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah.

2. Keputusan

Mikanisme: merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuannya karena menganggap dirinya tidak mampu

3. Menarik diri

Mikanisme: perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan oarang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas berada di lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari harga diri rendah (Budi Anna Keliat, 1998)

I. Pohon masalah

Perubahan sensori persepsi

Isolasi social

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

Gangguan Citra Tubuh Idial diri tidak realistic (Budi Anna Keliat, 1998)

(17)

Masalah dan Data yang perlu di kaji

1. Resiko gangguan sensorik persepsi : halusinasi

a. Data objektif :

Berbicara dan tertawa sendiri, tersenyum, bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu, disorientasi, menggerakkan bibir tanpa suara, diam dan asyik sendiri.

b. Data subjektif :

Mendengar suatu bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata, melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus, takut pada suara atau bunyi atau gambaran yang didengar, ingin memukul atau melempar barang.

2. Isolasi sosial : menarik diri a. Data objektif :

Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), mendak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.

b. Data subjektif :

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak.

3. Harga diri rendah

a. Data objektif :

Pasien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri.

(18)

b. Data subjektif

Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.(Townsend, 1998).

J. Diagnosa keperwatan

1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah 2. Isolasi Sosial

(19)

K. Perencanaankeperawatan

Perencanaan No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional 1 Gangguan konsep diri : harga diri rendah Sp lp 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Setelah Ix interaksi diharapkan: a. Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi yang terapeutik: a. Sapa pasien dengan ramah tamah baik verbal maupun nonverbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien 1. Hubungan saling percaya merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

(20)

g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengidentifik asi a. Aspek positif dan kemampua n yang di miliki klien b. Aspek positif keluarga c. Aspek positif lingkungan klien b. Klien dapat menyebutkan aspek positif yang dimiliki klien, keluarga lingkungan 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki klien 2.2 Setiap pertemuan hindari nilai negatif 2.3 Bersama klien buat daftar tentang aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan dan kemampuan yang dimiliki klien 2.1 Utamakan pemberian pujian yang realitis 2. Sebagai dasar asuhan keperawa-tan 3. membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan c. Klien dapat menilai kemampuan yang di miliki untuk dilaksanakan 3.1 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat di gunakan selama sakit Dan dapat di lanjutkan penggunaan 3. Memoti- vasi diri untuk tetap mempertah ankan penggun aannya 4. membantu klien memilih kegiatan yang akan di latihan sesuai dengan d. klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai kemampuan yang dimiliki 4.1 Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi dan kondisi 4.2 Rencanakan 4. Klien dapat berfikiran positif sehingga bisa

(21)

kemampuan klien bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien (kegiatan mandiri, dengan bantuan) 4.1 Beri contoh kegiatan yang boleh digunakan membuat klien percaya diri 5. melatih klien kegiatan yang di pilih sesuai rencana yang di buat sesuai kemampuan klien e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat 5.1 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan 5.2 Pantau kegiatan yang telah dilaksanakan 5.1 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang 5. Karena klien adalah individu yang bertanggun g jawab terhadap dirinya 6. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian f. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat 6.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan kedalam jadwal kegiatan harian 6. Agar klien terbiasa melakukan -nya 1 Gangguan konsep diri : harga diri Sp 2 p 1. Memvalidasi masalah dari latihan Setelah 2x interaksi diharapkan: 1.1 Motivasi klien untuk menyebutkan 1. Untuk mengingat kembali

(22)

rendahnya sebelum a. Klien dapat menyebutkan dan mendemon-strasi kan latihan yang diajarkan sebelum nya dan mendemons-trasikan latihan sebelumnya latihan sebelum-nya 2. Melatih kegiatan selanjutnya yang dipilih sesuai kemampuan b. Klien mendemo-nstrasikan cara yang dilatih 2.1 Beri pujian atas jawaban yang benar a. Motivasi klien untuk lebih bisa apa yang diajarkan b. Anjurkan klien untuk mengikuti lain memprak-tekan c. Beri reinforceme n positif atas tidakan yang di lakukan klien 2. Karena klien adalah individu yang bertanggun g jawab terhadap dirinya 3. Membimbing klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian c. Klien bersedia untuk memasukkan kegiatan yang telah di lakukan ke dalam kegiatan jadwal harian 3.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan kedalam jadwal kegiatan harian 3. Agar klien terbiasa melakukan -nya 1 Gangguan konsep diri : harga diri rendah Sp lk 1. Mendiskusi-kan masalah yang di a. Keluarga dapat: - Menjelaskan 1.1 Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya

(23)

rasakan keluarga dalam merawat klien perasaannya - Menjelaskan cara merawat harga diri rendah - Mendemon-strasikan cara perawatan klien harga diri rendah - Berpartisi-pasi dalam perawatan klien harga diri rendah percaya dengan keluarga : a. Saling berkenalan b. Jelaskan tujuan c. Buat kontrak d. Ekplorasi 1.1 Motivasi keluarga klien menyetujui dan mengikuti kontrak merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjut-nya 2. Menjelaskan pengertian harga diri rendah, tanda dan gejala serta prosesnya b. Keluarga mengerti dan menyebutkan kembali pengertian tanda dan gejala dan proses terjadinya harga diri rendah. 2.1 Diskusikan dengan keluarga klien tentang : a. Harga diri rendah b. Penyebab harga diri rendah c. Akibat yang akan terjadi jika harga diri rendah tidak ditangani d. Cara keluarga menghadapi harga diri rendah 2. Menganti-sipasi masalah yang timbul 3. Menjelaskan cara merawat pasien harga diri rendah c. Keluarga mengerti tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah 3.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah 3. Mening-katkan kemam-puan keluarga dalam merawat klien dengan

(24)

harga diri rendah. 4. Melatih keluarga memprakteka n cara meawat klien dengan harga diri rendah d. Keluarga mampu mempraktekan cara merawat klien dengan harga diri rendah 4.1 Dorong anggota keluarga untuk mengikuti cara merawat klien harga diri rendah 4. Mendorong keluarga akan sangat berpenga-ruh dalam memper-cepat proses penyem-buhan klien. 2 Isolasi sosial : menarik diri Sp lp 1. Membina hubungan saling percaya a. Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. l. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi yang terapeutik: a. Sapa pasien dengan ramah tamah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukan sikap empati dan 1. Hubungan saling percaya merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

(25)

menerima pasien g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien 2. Mengidenti-fikasi penyebab isolasi sosial : menarik diri klien b. Klien dapat mengungkap-kan penyebab isolasi sosial : menarik diri. 2.1 Tanyakan pada klien tentang orang yang tinggal serumah / teman sekamar, orang yang paling dekat dengan klien di rumah / di ruang perawatan, apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut dan tidak dekat dengan orang tersebut, dan upaya apa yang sudah dilakukan supaya dekat dengan orang tersebut. 2.1 Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri / tidak mau bergaul dengan orang lain 2. untuk mengeta-hui pengeta-huan klien dan alasan menarik diri 3. Mengidentifi-kasi keuntungan berinteraksi c. Diharapkan klien mampu menyebutkan 3.1 Tanyakan pada klien tentang manfaat hubungan 3. Meningk-atkan pemaha-man klien

(26)

dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. keuntungan berhubungan sosial misalnya : - Banyak teman - Tidak kesepian - Bisa berdiskusi - Saling menolong, Dan kerugian menarik diri, misal: - Sendiri - Kesepian - Tidak bisa diskusi sosial dan kerugian menarik diri 3.1 Diskusikan pada klien tentang manfaat hubungan sosial dan kerugian menarik diri tentang berhubung an dengan orang lain. 4. Melatih klien berkenalan dengan satu orang d. Klien dapat memperagaka n cara berkenalan dengan 1 orang 4.1 Beri motivasi dan bantu klien berkenalan atau komukasi dengan : perawat, pasien dan kelompok 4.2 Beri reinforcement positif atas keberhasilan dan usaha klien dalam berkenalan dengan 1 orang 4.1 Motivasi klien untuk lebih banyak lagi berkenalan dengan orang 4. Mening-katkan interaksi klien dengan lingkungan .

(27)

5. Membimbing klien memasukkan ke dalam jadwal e. Klien mau memasukkan kegiatan yang telah dilakukan kedalam jadwal harian 5.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian 5. Agar klien terbiasa melakukan -nya 2 Isolasi sosial : menarik diri Sp2p 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih a. Klien dapat menyebutkan dan mendemostra-sikan latihan yang diajarkan sebelum nya b. Klien dapat mendemonstra si-kan cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih 1.1 Motivasi klien untuk menyebutkan dan mendemonstra sikan latihan sebelumnya 2.1 Motivasi klien untuk berkenalan lebih banyak lagi dengan orang 2.2 Anjurkan klien untuk mengikuti lalu mempraktekan berkenalan dengan lebih banyak orang 1. Untuk mengingat latihan sebelum nya 2. meningkat-kan interaksi klien dengan lingkungan . 3. Membimbing klien memasu-kan ke dalam jadwal kegiatan harian c. Klien memasukan kegiatan yang telah di lakukan ke dalam kegiatan jadwal harian 3.2 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah di lakukan kedalam jadwal kegiatan harian 3. Agar klien terbiasa melakukan nya

(28)

2 Isolasi sosial : menarik diri Sp 3 p 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelum nya a. Klien dapat mengungkap-kan apa yang dirasakan b. Klien dapat menyebutkan dan Memperaga-kan kembali latihan sebelumnya 1.1 Motivasi klien untuk mengungkap-kan masalah dan mendemonstra si kan kembali latihan sebelumnya 1. Untuk mengingat latihan sebelum-nya 2. Melatih klien berinteraksi dengan kelompok c. Klien mau mengikuti dan mempraktek-kan apa yang di ajarkan 2.1 Motivasi klien untuk mengikuti apa yang telah diajarkan 2. meningkat-kan interaksi klien dengan lingku-ngan. 3. Membimbing klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian d. Klien bersedia untuk memasukkan kegiatan yang telah di lakukan ke dalam jadwal kegiatan harian 3.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang akan diakukan ke dalam jadwal kegiatan harian 3. Agar klien terbiasa melakukan -nya 2 Isolasi sosial menarik diri Sp l k 1. Mendiskusi-kanmasalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien a. Keluarga dapat : -. Menjelaskan perasaannya -. Menjelaskan cara merawat klien menarik diri - Mendemon-strasikan cara perawatan klien 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga a. Saling berkenalan b. Jelaskan tujuan c. Buat kontrak d. Ekplorasi perasaan 1. Hubungan saling percaya merupakan dasar kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

(29)

menarik diri - Berpartisi-pasi dalam perawatan klien menarik diri keluarga klien 2. Menjelaskan pengertian menarik diri, tanda dan gejala serta proses terjadinya 2. Keluarga mengerti dan menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya isolasi sosial : menarik diri. 2.1 Diskusikan dengan keluarga klien tentang : Isolasi sosial : menarik diri, Penyebab isolasi sosial, akibat yang akan terjadi jika isolasi sosial : menarik diri tidak di tangani, cara keluarga menghadapi isolasi sosial : menarik diri 2. Menganti-sipasi masalah yang timbul 3. Menjelaskan cara merawat klien isolasi sosial :menarik diri 3. Keluarga mengerti dan meyebutkan kembali cara merawat klien isolasi sosial : menarik diri 3.1 Dorong anggota keluarga untuk mengikuti cara merawat klien isolasi sosial : menarik diri 3. Mening-katkan kemam-puan keluarga dalam perawat klien dengan isolasi sosial : menarik diri 3 Perubahan sensori persepsi : halusinasi Sp lp 1. Mengidenti-fikasi jenis halusinasi 2.Mengidentifi-kasi isi halusinasi 3.Mengidentifi-Setelah Ix interaksi diharapkan: a. Klien dapat menyebutkan : - Mengetahui jenis 1.1 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (dengar / lihat / pennghidu / raba / kecap ) 1. Mengenal perilaku pada saat halusina si timbul memudah-kan perawatan

(30)

kasi waktu halusinasi 4. Mengidentifi-kasi frekuensi halusinasi 5. Mengidenti-fikasi situasi yang menimbulkan halusinasi halusinasi - Mengetahui isi halusinasi - Mengetahui waktu halusinasi - Mengetahui frekuensi halusinasi - Mengetahui situasi dan kondisi yang menimbulka n halusinasi jika menemukan pasien yang sedang halusinasi : a. Tanyakan apakah pasien mengalami sesuatu halusinasi (dengar / lihat / pennghidu / raba / kecap) b. Jika pasien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya c. Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi) d. Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama e. Katakan bahwa klien akan membantu dalam melaksana-kan intervenisi dan mengena1 halusinasi memungkin -kan klien untuk menghindar kan faktor pencetus timbulnya halusinasi

(31)

klien Jika pasien tidak sedang berhalusinasi, diskusikan dengan pasien : a. Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasiny a (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang) b. Situasi dan kondisi yang menimbul-kan atau tidak menim-bulkan halusinasi 6. Mengidentifi-kasi respon pasien terhadap halusinasi b. Klien menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi : Marah -Takut - Sedih - Senang - Cemas - Jengkel 6.1 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan untuk meng-ungkapkan perasaannya 6.2 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut 6.1 Diskusikan 6. Sebagai dasar asuhan kepera-watan

(32)

tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya. 7. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik. b Klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya c. Klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya d. Klien dapat memilih dan Mempe-ragakan cara mengatasi halusinasi (dengar / lihat / penghidu / raba kecap ) e Klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengontrol halusinasinya

7.1 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dll) 7.2 Diskusikan cara yang digunakan klien : a. Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian b. Jika cara yang digunakan maladaptive Diskusikan kerugian cara tersebut 7.3 Diskusikan cara baru untuk memutuskan/ mengontrol timbulnyahalu sinasi : a. Katakan pada diri sendiri bahwa itu tidak 7. Upaya untuk memutusk an siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut.

(33)

nyata ("saya tidak mau dengar / lihat / penghidu / raba/kecap pada saathalusina si terjadi") b. Menemui orang lain (perawat /teman /anggota keluarga ) untuk mencerita-kan tentang halusinasi-nya c. Membuat dan melaksana-kan jadwal yang telah disusun d. Meminta keluarga / teman / perawat menyapa jika sedang berhalusi-nasi 7.4 Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya 7.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara

(34)

yang dipilih dan dilatih 7.1 Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian 8. Membimbing memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian f. klien mau memasukkan kegiatan yang telah dilakukan kedalam jadwal harian 8.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian 8. Agar klien terbiasa melakukan -nya 3 Perubahan sensori persepsi : halusinasi Sp2p 1. Memvalidasi masalah dari latihan sebelum nya 2. Melatih cara control halusinasi dengan berbincang dengan orang lain 3. Membimbing klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian a. Klien dapat menyebutkan dan mendemonstra si-kan latihan yang diajarkan sebelum nya b. Klien melaksanakan cara yang dipilih untuk mengendalikan halusinasiny c. Klien merasa senang d. Klien bersedia untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam kegiatan jadwal harian 1.1 Motivasi klien untuk menyebutkan dan mendemonstra -sikan latihan sebelumnya 2.1 Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya 2.1 Beri kesempatan untuk melakukan yang dipilih dan di latih 3.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian 1. Untuk mengingat latihan sebelumnya 2. Upaya untuk memutuska n siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut 3. Agar klien terbiasa melakukan nya

(35)

3 Perubahan sensori persepsi : halusinasi SP3p 1. Memvalidasi masalah dari latihan sebelum nya 2. Melatih cara control halusinasi dengan kegiatan (yang biasa dilakukan klien) a. Klien dapat menyebutkan dan mendemonstra sikan latihan yang di ajarkan sebelum nya b. Klien melaksanakan cara yang dipilih untuk mengendalikan halusinasinya c. Klien merasa senang 1.1 Motivasi klien untuk menyebutkan dan mendemons-trasikan latihan sebelumnya 2.1 Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya 2.1 Beri kesempatan untuk melakukan yang dipilih dan di latih 1. Untuk mengingat latihan sebelumny a 2. Upaya untuk memutuska n siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut 3. Membimbing klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian d. Klien bersedia untuk memasukkan kegiatan yang telah di lakukan ke dalam kegiatan jadwal harian 3.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan kedalam jadwal kegiatan harian 3. Agar klien terbiasa melakukan -nya 3 Perubahan sensori persepsi : halusinasi Sp 4 p 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Mengajarkan cara kontrol halusinasi a. Klien dapat mengungkapk an apa yang dirasakan b. Klien dapat menyebutkan dan Mempe-ragakan lagi latihan sebelumnya c. Klien melak-sanakan cara yang telah 1. Motivasi klien untuk mengucapkan masalah dan mendemonstra-sikan kembali latihan sebelumnya 2. Diskusikan dengan Pasien tentang 1. Untuk menging at latihan sebelum nya 2. Upaya untuk memutuska

(36)

dengan minum obat (prinsip 5 benar minum obat) dipilih untuk mengontrol halausinasinya d. Klien mengerti tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat e. Klien mengerti akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama,warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat 3. Pantau Pasien saat penggunaan obat

4. Ben pujian jika Pasien menggunakan obat dengan benar 5. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 6. Anjurkan Pasien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan n siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut 3. Membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian f. Klien bersedia untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian 3.1 Motivasi klien untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan kedalam jadwal kegiatan harian 3. Agar klien terbiasa melakukan -nya 3 Perubahan sensori persepsi : halusinasi Sp lk 1. Mendiskusi-kan masalah yang a. Keluarga dapat: - Menjelaskan l.l Diskusikan masalah yang dihadapi 1. Mengenal masalah yang di

(37)

dirasakan keluarga dalam merawat klien perasaannya - Menjelaskan cara merawat halusinasi-nya - Mendemons-trasikan cara perawatan klien halusi-nasinya - Berparti-sipasi dalam perawatan halusinasi-nya. keluarga dalam merawat klien hadapi keluarga memudah-kan perawatan dalam melaksana -kan intervenisi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami klien beserta proses terjadinya. b. Keluarga mengerti dan menyebutkan kembali pengertian tanda dan gejala serta proses terjadinya halusinasinya. 2.1 Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat klien halusinasi, cara merawat anggota keluarga yang halusinasi 2. Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memu-dahkan perawatan dalam melaksa-nakan intervenisi dan mengena1 halusinasi memungki n kan klien untuk menghinda rkan faktor pencetus timbulnya halusinasi 3. Menjelasan cara-cara merawat klien halusinasi c. Keluarga dapat menyebutkan dan Mempe-ragakan lagi latihan sebelumnya 3.1 Berikan kesempatan pada keluarga untuk Mempe-ragakan cara merawat klien dengan 3. Menganti-sipasi masalah yang timbul

(38)

4. Melatih keluarga memprakteka n cara merawat klien dengan halusinasi 5. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien halusinasi d. Keluarga mampu memprak-tekkan cara merawat klien dengan halusinasi e. Keluarga mampu memprak-tekkan langsung cara merawat klien dengan halusinasi halusinasi 4.1 Diskusikan bersama keluarga mempraktekan cara merawat klien dengan halusinasi 5.1 Diskusikan bersama keluarga mempraktekan cara merawat klien dengan halusinasi 4. Meningkat-kan kemam-puan keluarga dalam merawat klien dengan harga diri rendah. 5. Mendorong keluarga akan sangat berpe-ngaruh dalam memper cepat proses penyembu han klien 6. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum obat 7. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang f. Keluarga bersedia untuk memasukkan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian g. Keluarga mengerti / memahami follow up yang telah diarahkan pada klien. 6.1. Diskusikan bersama keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum obat 7.1 Diskusikan follow up untuk keluarga

Referensi

Dokumen terkait

Jenis daun yang juga ditemukan pada Rhoeo discolor adalah Hipsofil (hypsophyllum) atau brachte yakni daun yang terletak pada dasar perbungaan dengan ukuran dan

 ika :;U %ang kita nilai memiliki aset lain %ang tidak digunakan dalam pen(iptaan arus kas bebas dan aset tersebut memiliki nilai pasar maka kita menambahkann%a

Bagian ketiga dari tubu adala pleon yang terdiri atas 6 segmen dan tiap segmen dari segmen 1 samapai dengan 5 mempunyai kaki renang yang beramus (pleopod).. Segmen ke 6

Pada tracer tahun 2014 lulusan Prodi Ekonomi Pembangunan yang mendapatkan pelayanan akademik dalam komponen keterlaksanaan ujian yang memuaskan (baik dan

Hasil penelitian terbagi atas dua bagian yaitu 1) hasil pra tindakan dan 2) hasil pelaksanaan tindakan. Kegiatan pada pra tindakan yaitu peneliti memberikan tes

Kedua, jika ulama ushul fiqh cenderung menganggap asbab al-nuzul tidak bersifat waqtiyyah (temporal) dan tidak terbatas sebagai suatu sebab sehingga mereka berpijak pada kaidah

Hasil penghitungan koloni menunjukkan bahwa jumlah koloni Escherichia coli terbanyak ada pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 85,7 ± 10,81 diikuti kelompok perlakuan

1) Kadar air susuan, dalam hal ini ulama berselisih pendapat, golongan yang berpegang pada kemutlakan ayat yang menyatakan larangan susuan, jumhur ulama