• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran yang menggunakan pemodelan dalam menyelesaikan masalah penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI kelas IV A SDN Tegalrejo 2 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran yang menggunakan pemodelan dalam menyelesaikan masalah penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI kelas IV A SDN Tegalrejo 2 - USD Repository"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN YANG

MENGGUNAKAN PEMODELAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PMRI KELAS IV A

SDN TEGALREJO 2

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Antonius Wisnu Setiawan

NIM : 081134097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN YANG

MENGGUNAKAN PEMODELAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PMRI KELAS IV A

SDN TEGALREJO 2

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Antonius Wisnu Setiawan

NIM : 081134097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

...kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. ROMA 5 : 3-4

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus pelindung dan penyemangat hidupku

Bapak dan ibuku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung

Kakak dan adikku

(7)

vi

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan, yang telah melimpahkan berkat,

kasih, dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis

menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bimbingan, dukungan,

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang penulis sebutkan di bawah ini.

1. Rohandi, P. Hd, selaku Dekan Universitas sanata Dharma

2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., B.S.T., M.A, selaku Kaprodi PGSD Universitas

Sanata Dharma

3. Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd, selaku dosen pembimbing 1 yang telah

memberi pengarahan dalam membimbing dan memotivasi penulis sehingga

skripsi ini dapat selesai.

4. Veronika Fitri Rianasari, M. Sc, selaku dosen pembimbing 2 yang telah

memberi pengarahan dalam membimbing dan membantu penulis sehingga

skripsi ini dapat selesai.

5. Drs. Paulus Wahana, M. Hum, selaku dosen penguji yang telah memberi

masukkan dan saran terhadap penulisan skripsi ini.

6. Drs. Sukawit, M. A, selaku kepala sekolah SDN Tegalrejo 2, yang telah

memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Sri Endarwati, S. Pd, selaku guru kelas IV A SDN Tegalrejo 2 yang telah

(9)
(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Batasan Istilah ... 4

E.Spesifikasi Produk ... 4

F. Pentingnya Pengembangan ... 6

G.Kontribusi hasil Pengembangan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A.Penelitian yang relevan ... 8

(11)

x

1. Perangkat Pembelajaran ... 9

2. PMRI ... 10

3. Pemodelan ... 15

4. Pecahan ... 17

C.Kerangka Berpikir ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A.Jenis Penelitian ... 21

B.Desain dan Prosedur Penelitian ... 22

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

D.Instrumen Penelitian... 27

E.Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A.Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan ... 30

B.Paparan Desain Pengembangan ... 33

C.Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas .. 37

1. Pelaksanaan Penelitian ... 37

2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 38

a. Pembahasan Secara Umum... ... 38

b. Karakteristik Pemodelan yang Muncul dalam Pembelajaran... ... 52

c. Rangkuman Karakteristik Pemodelan yang Muncul dalam Pembelajaran... ... 59

D.Refleksi Implementasi... ... 64

(12)

xi

A.Kesimpulan ... 65

B.Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Guru ...

Lampiran 2 Hasil Pengamatan ...

Lampiran 3 Silabus ...

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...

Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa ...

Lampiran 6 Materi Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama ...

Lampiran 7 Materi Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Beda ...

Lampiran 8 Soal Evaluasi ...

Lampiran 9 Rubrik penilaian ...

Lampiran 10 Kisi-kisi soal evaluasi ...

Lampiran 11 Transkip ...

Lampiran 12 Surat Keterangan ...

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1: Tabel Kriteria Penilaian Hasil Produk Pengembangan ... 25

Tabel 4.1: Tabel Hasil Validasi ... 34

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1: Penjumlahan Pecahan Beda Penyebut ... 13

Gambar 2.2: Penjumlahan Pecahan Sama Penyebut ... 13

Gambar 3.1: Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan... 21

Gambar 3.2: Prosedur Penelitian yang Dilakukan ... 24

Gambar 4.1: Masalah kontekstual dengan benda konkret ... 38

Gambar 4.2: Siswa memodelkan masalah menggunakan apel ... 40

Gambar 4.3: penggunaan kalimat matematika oleh siswa ... 41

Gambar 4.4: siswa menggunakan gambar yang diarsir ... 42

Gambar 4.5: siswa menggunakan rumus matematika. ... 42

Gambar 4.6: strategi pemecahan siswa menggunakan apel ... 43

Gambar 4.7: siswa memotong replika kue terang bulan ... 44

Gambar 4.8: siswa memotong kertas ... 45

Gambar 4.9: diskusi kelompok... 48

(15)

xiv

Gambar 4.11:siswa menggunakan pasir dan gelas ukur... .... 52

Gambar 4.12:siswa menggunakan gambar yang diarsir... ... 53

Gambar 4.13: siswa memotong kertas... 54

Gambar 4.14:siswa menggunakan rumus matematika... .... 55

(16)

xv ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN

PMRI KELAS IV A SDN TEGALREJO 2

Antonius Wisnu Setiawan NIM: 081134097 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Pengembangan ini menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan evaluasi yang mengakomodasi pemodelan dalam menyelesaikan masalah dengan pendekatan PMRI. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran yang menggunakan pemodelan dalam menyelesaikan masalah penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI kelas IV A SDN Tegalrejo 2.

Kegiatan awal dari penelitian pengembangan ini adalah dengan melaksanakan analisis kebutuhan untuk mengetahui kebutuhan siswa dalam pembelajaran matematika, terutama materi pecahan. Pada tahap ini penulis melakukan analisis dengan cara pengamatan dan wawancara. Setelah dilakukan analisis kebutuhan didapatkan gambaran yang rinci untuk menyusun perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang sudah dibuat kemudian divalidasi oleh ahli yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk. Produk tersebut kemudian direvisi untuk memperbaiki kekurangan atau kelemahan agar didapat produk yang lebih berkualitas. Produk pengembangan ini kemudian dimplementasikan dengan tujuan untuk meyakinkan peneliti bahwa produk yang dibuat layak untuk diujicobakan.

(17)

xvi ABSTRACT

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT WHICH USES MODELING IN SOLVING THE PROBLEM OF ADDITION FRACTION

WITH PMRI APPROACH IN CLASS IV A AT SDN TEGALREJO 2

Antonius Wisnu Setiawan NIM: 081134097 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

This research is a development research. It produces a product which is called as a set of learning. Those products are syllabus, RPP, LKS, subject material, and evaluation that accommodating the model in finishing the problem with PMRI approach. The problem which is being discussed in this research is how development in a set of learning which uses the model in finishing a problem of the number of fraction with PMRI approaches in grade IV A SDN Tegalrejo 2.

The first activity of this research is doing the requirement analyze to

know the students’ needs in learning Mathematic, especially in fraction material.

In this step, the author does analysis with observation and interview method. After doing the requirement analyze, it can be obtained the detail delineation to arrange a set of learning. A set of learning which is made can be validation by some experts in order to know the expedience of that product. It can be revised to correct the weaknesses so sthat it produces the good product. This development product implement with the purpose to convince researchers that the products are made eligible to be tested.

(18)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika sebagai salah satu pelajaran yang termasuk sarana

berpikir ilmiah sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan

kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam diri siswa. Hal itu

bertujuan untuk menunjang keberhasilan belajar siswa dalam menempuh

pendidikan. Bahkan matematika sangat diperlukan oleh semua orang

dalam kehidupan sehari-hari.

Selama ini proses pembelajaran matematika di sekolah kebanyakan

berpusat pada guru, serta dalam pelaksanaannya guru memegang kendali,

memainkan peran aktif, sedangkan siswa cenderung pasif, hanya

menerima informasi, pengetahuan dan keterampilan dari guru. Hal ini

dapat dilihat dari kegiatan siswa seperti siswa pasif, mendengarkan guru

ceramah, belajar dari guru, dan belajar dari materi pembelajaran. Selain itu

materi yang disajikan kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa

sehingga sebagian besar dari mereka tidak mampu menghubungkan antara

apa yang mereka pelajari di sekolah dengan masalah yang mereka hadapi

dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya mereka tidak mampu

menggunakan atau memanfaatkan pengetahuan mereka untuk

memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Julie (2003), belajar matematika akan lebih bermakna bila

(19)

mempunyai kaitan dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam

memori siswa.

Guru juga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyelesaikan masalah dengan cara sendiri. Guru cenderung memecahkan

masalah dengan cara guru itu sendiri maupun dengan cara-cara yang sudah

ada tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

sendiri cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Bahan ajar yang

digunakan guru tidak mengakomodasi siswa untuk dapat menemukan

sendiri cara pemecahan masalah. Hal ini bertentangan dengan apa yang

diungkapkan Freudental. Freudental dalam Suryanto (2010:14)

menyatakan bahwa bahan pelajaran hendaknya diatur sedemikian rupa

sehingga para siswa berpeluang ‘menemukan kembali’ matematika atau

rumus matematika. Hal ini berarti bahwa dalam pendidikan matematika

pusat perhatian terdapat pada kegiatan, pada proses matematisasi.

Hal di atas terjadi karena perangkat pembelajaran yang digunakan

guru saat mengajar hanya berpusat pada kegiatan guru. Perangkat

pembelajaran tersebut hanya memainkan peran aktif guru saat

pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut juga tidak mengakomodasi

siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran sehingga siswa terlihat

tidak aktif.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka peneliti tertarik

untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan

PMRI. PMRI menyajikan masalah yang relevan dengan kehidupan

(20)

untuk menemukan penyelesaian masalah menggunakan cara mereka

sendiri. Dengan demikian, siswa akan mampu membangun konsep dengan

cara mereka sendiri.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

1. Apa sajakah perangkat pembelajaran yang menggunakan

pemodelan dalam menyelesaikan masalah penjumlahan pecahan

dengan pendekatan PMRI kelas IV A SDN Tegalrejo 2?

2. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran yang

menggunakan pemodelan dalam menyelesaikan masalah

penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI kelas IV A SDN

Tegalrejo 2?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pengembangan

penelitian ini adalah :

1. Mengetahui produk hasil pengembangan perangkat pembelajaran

yang menggunakan pemodelan dalam menyelesaikan masalah

penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI kelas IV A SDN

Tegalrejo 2

2. Mengembangkan perangkat pembelajaran yang menggunakan

pemodelan dalam menyelesaikan masalah penjumlahan pecahan

(21)

D. Batasan Istilah

1. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah alat atau sarana yang disiapkan

oleh guru dan dipergunakan dalam proses pembelajaran oleh guru

maupun siswa.

2. PMRI

PMRI merupakan salah satu pendekatan di mata pelajaran

matematika. Pendekatan ini menggunakan masalah yang sesuai

dengan dunia siswa dalam pembelajarannya.

3. Pemodelan

Pemodelan merupakan salah satu karakteristik PMRI. Karakteristik

ini menunjukkan bahwa siswa dapat menemukan sendiri cara untuk

menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Pada

karakteristik ini siswa diberikan kebebasan untuk menentukan cara

yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah.

4. Pecahan

Pecahan adalah bilangan yang dapat ditulis

dimana a dan b

bilangan bulat dengan syarat b≠0, a bukan merupakan kelipatan

dari b atau b bukan faktor dari a.

E. Spesifikasi Produk

Produk pendidikan (Arifin.2011:127) mengandung tiga pengertian

pokok. Pertama, produk tersebut tidak hanya meliputi perangkat keras,

(22)

pembelajaran, prosedur dan proses pembelajaran. Kedua, produk tersebut

dapat berarti produk baru atau memodifikasi produk yang sudah ada.

Ketiga, produk yang dikembangkan merupakan produk yang betul-betul

bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Produk dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran itu terdiri dari:

1. Silabus

Silabus yang dikembangkan memiliki kegiatan belajar yang

mengakomodasi siswa untuk menemukan sendiri model

penyelesaian masalah.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP yang dikembangkan memiliki metode pembelajaran dan

kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi siswa untuk

menemukan sendiri model penyelesaian masalah

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS yang dikembangkan memiliki kegiatan belajar yang dapat

mengakomodasi siswa untuk menemukan sendiri model

penyelesaian masalah secara mandiri maupun berkelompok.

Kalimat perintah dalam LKS juga menuntut siswa untuk dapat

menemukan sendiri model peyelesaian masalah.

4. Bahan ajar

Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan gambar-gambar dan

contoh soal yang dapat memunculkan peluang bagi siswa untuk

(23)

5. Evaluasi

Bentuk soal evaluasi berupa soal cerita yang bersifat kontekstual

sehingga dapat mendorong siswa menemukan banyak strategi

pemecahan masalah.

F. Pentingnya Pengembangan

Penelitian pengembangan ini penting untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran matematika. Penelitian ini dapat membantu guru merancang

dan mengembangkan perangkat pembelajaran yang baik, terutama untuk

yang berhubungan dengan pendekatan PMRI.

G. Kontribusi Hasil Pengembangan

Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak, antara lain :

1. Bagi peneliti

Penelitian pengembangan ini dapat memberi pengalaman baru

dalam menggunakan pemodelan dalam menyelesaiakan masalah

pada pembelajaran penjumlahan pecahan dengan pendekatan

PMRI di SD Negeri Tegalrejo 2 tahun pelajaran 2011/2012

2. Bagi siswa

Penelitian pengembangan ini dapat memberikan pengalaman baru

dalam mempelajari materi penjumlahan pecahan menggunakan

(24)

3. Bagi guru

Penelitian pengembangan ini dapat dijadikan inspirasi dalam

melakukan penelitian pengembangan khususnya menggunakan

pendekatan PMRI

4. Bagi sekolah

Penelitian pengembangan ini dapat menambah dokumen hasil

penelitian pengembangan khususnya tentang pemodelan dalam

menyelesaikan masalah pada pembelajaran penjumlahan pecahan

dengan pendekatan PMRI di SD Negeri Tegalrejo 2 tahun

(25)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian yang

relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian pertama

adalah penelitian yang dilakukan oleh saudari Hadziqotul Aizah tahun

2007 dalam Suryanto (2010:182) (skripsi tidak diterbitkan) dengan judul

Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI di Kelas IVA SD N Percobaan 2 Depok Sleman. Hasil penelitiannya adalah 1) mampu berpikir lancar dengan banyak memberi alternatif

penyelesaian masalah, memberikan lebih dari satu jawaban dalam soal

terbuka, banyak bertanya mengenai masalah, menyelesaikan masalah

dengan cepat, 2) mampu berpikir luwes dengan memanfaatkan media yang

ada, 3) mampu berpikir orisinil dengan menyelesaikan masalah sendiri

atau berkelompok dan membuat model matematika informal pecahan

dengan kertas dan gambar, 4) mampu mengelaborasi dengan menjelaskan

langkah-langkah baik secara lisan maupun tulisan, 5) mampu menilai

dengan mengambil keputusan dari berbagai pendapat dalam diskusi

kelompok.

Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan saudara Eko

Rusyan Anan Prasetyo dalam Suryanto (2010:180) (skripsi tidak

(26)

alat peraga dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistic

adalah 1) membantu siswa untuk mempermudah memahami suatu konsep

matematika yang diajarkan, 2) menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan sehingga menumbuhkan respon positif siswa terhadap

pembelajaran, 3) menciptakan interaksi antara siswa dengan siswa, siswa

dengan guru, 4) menumbuhkan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif di

kelas, 5) membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri

dan menemukan sendiri cara penyelesaian masalah dengan metodenya

sendiri.

Penelitian-penelitian tersebut merupakan penelitian yang berkaitan

dengan pendekatan PMRI dan pemodelan yang digunakan siswa untuk

menyelesaikan masalah dalam pembelajaran. Kesimpulan dari kedua

penelitian tersebut menyebutkan bahwa pendekatan PMRI yang digunakan

dalam pembelajaran dapat membantu siswa mampu menemukan sendiri

model penyelesaian masalah dari guru baik secara individu maupun

berkelompok. Setelah melihat hasil penelitian terdahulu, penelitian oleh

peneliti sesuai dengan penelitian terdahulu. Oleh karena itu, penelitian

yang dilakukan peneliti masih relevan dan bermanfaat untuk

dikembangkan.

B. Landasan Teori

1. Perangkat pembelajaran

Trianto (2010:96) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran

adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran.

(27)

Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Bahan Ajar

dan Evaluasi. Sementara itu, Rusdi (2008) mengungkapkan

perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media yang digunakan

dalam proses pembelajaran oleh guru dan siswa Media yang

digunakan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku

Siswa (BS), Buku Pegangan Guru (BPG), Lembar Kegiatan Siswa

(LKS), dan Tes Hasil Belajar. Jadi perangkat pembelajaran adalah

perangkat yang disiapkan oleh guru dan dipergunakan dalam

proses pembelajaran oleh guru maupun siswa.

2. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

a) Pengertian PMRI

Suryanto (2010:37) menyatakan bahwa Pendidikan

Matematika Realistik (PMRI) adalah pendidikan matematika

sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematic Education yang diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan

masyarakat Indonesia. PMRI merupakan salah satu inovasi dalam

pembelajaran matematika. Bagi guru matematika di Indonesia,

penggunaan soal-soal yang berhubungan dengan dunia nyata

(kontekstual) dan penyelesaian masalah dengan eksplorasi,

merupakan hal yang baru. Pembelajaran matematika juga

merupakan kegiatan yang menitikberatkan pada siswa berbeda

dengan model pembelajaran matematika yang masih menggunakan

(28)

Matematika adalah hal yang abstrak dan sulit untuk

dipahami. Oleh karena itu PMRI mengupayakan pembelajaran

yang menggunakan hal-hal konkret terlebih dahulu agar siswa

dapat memahami matematika dengan lebih matang. PMRI ini juga

sejalan dengan pembelajaran konstruktivisme, pembelajaran yang

mengupayakan agar siswa membangun sendiri pengetahuannya.

b) Prinsip PMRI

Suryanto (2010:41-43) ada beberapa prinsip yang merupakan dasar

teoritis PMRI, yaitu :

1) Guided reinvention dan progressive mathematization a) Guided Reinvention (penemuan kembali secara

terbimbing)

Prinsip ini memberikan kesempatan bagi siswa

untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan

konsep-konsep matematis melalui masalah kontekstual

yang realistik (yang dapat dibayangkan atau dipahami

oleh siswa) dengan bimbingan dari guru, selanjutnya

melalui aktivitas, siswa diharapkan dapat menemukan

kembali pengertian (definisi), sifat-sifat matematis

(teorema), dan lainnya, meskipun pengungkapannya

masih dalam bahasa informal (nonmatematis)

b) Progressive mathematization

Setelah membangun dan menemukan kembali

(29)

‘pemikiran matematis’. Dikatakan progresif karena terdiri

dari dua langkah berurutan yaitu (1) matematisasi

horizontal (berawal dari masalah kontekstual dan berakhir

pada matematika formal) (2) matematisasi vertikal (dari

matematika formal ke matematika formal yang lebih

tinggi, luas, dan rumit).

2)Didactical phenomenology

Prinsip ini menekankan pada pembelajaran yang

bersifat mendidik dan pentingnya masalah kontekstual

untuk diberikan kepada siswa. Masalah kontekstual yang

diberikan harus mempertimbangkan aspek pada diri siswa

dan harus diselesaikan sendiri oleh siswa.

3)Self-developed model

Pembelajaran diawali dengan menggunakan

masalah kontekstual, maka memungkinkan siswa memiliki

model dan cara sendiri dalam menyelesaikan masalah.

Model tersebut mungkin masih sederhana dan mirip

dengan masalah kontekstualnya.

c) Karakteristik PMRI

Menurut Treffers dalam Wijaya (2012:21-23) menyatakan bahwa

karakteristik PMRI terdiri dari :

1) Penggunaan konteks

Pembelajaran sebaiknya diawali dengan

(30)

tujuan agar siswa mudah membayangkan masalah yang

diberikan guru. Siswa dapat dilibatkan secara aktif untuk

mengeksplorasi permasalahan sehingga dapat

meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam

belajar matematika..

2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif

Pembelajaran matematika yang abstrak terkadang

membutuhkan model untuk penyampaiannya. Model yang

digunakan dapat bermacam-macam, mulai dari

benda-benda konkret, semi konkret, maupun yang semu. Semua

model tersebut selalu berhubungan dengan masalah konkret

yang dihadapi siswa.

3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa

Siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan

strategi pemecahan masalah dan diberi kesempatan untuk

menemukan konsep-konsep matematis di bawah bimbingan

guru. Dari hal di atas diharapkan muncul hasil kerja dan

konstruksi siswa yang bervariasi untuk selanjutnya

digunakan untuk landasan pengembangan konsep

matematika.

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa juga perlu

diperhatikan oleh guru. Sumbangan berupa ide, gagasan,

(31)

hal-hal yang perlu diperhatikan utuk meningkatkan

pengetahuan siswa.

4) Interaktivitas

Pada proses pembelajaran matematika terdapat

aktivitas sosial. Siswa perlu mengkomunikasikan hasil

kerja dan gagasan mereka kepada orang lain untuk

ditanggapi. Selain itu siswa juga menyimak hasil kerja dan

gagasan siswa lain serta diharapkan untuk menanggapinya.

Hal ini bertujuan agar proses belajar menjadi lebih efektif

dan efisien serta mengembangkan potensi alamiah afektif

siswa atau sikap siswa dalam aktivitas social. Bentuk

interaksi tersebut dapat berupa diskusi, tanya-jawab,

memberi penjelasan, dan komunikasi singkat

5) Keterkaiatan

Matematika merupakan ilmu yang terstruktur.

Keterkaitan antara topik, konsep, operasi sangat kuat,

sehingga memungkinkan adanya integrasi antara topik yang

satu dengan topik yang lain dan jangan dipandang atau

dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi

terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat

hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik. Jadi

PMRI merupakan salah satu pendekatan di mata pelajaran

matematika. Pendekatan ini menggunakan masalah yang

(32)

3. Pemodelan

Pembelajaran matematika masih bersifat abstrak sehingga

memerlukan model. Model itu dapat bermacam-macam, dapat

konkret berupa benda, atau semikonkret berupa gambar atau

skema. Hal ini dimaksudkan sebagai jembatan dari konkret ke

abstrak atau dari abstrak ke abstrak yang lain.

Menurut Maaв dalam Wijaya (2012:46-47) menyatakan

bahwa alasan penting penggunaaan model :

a. Pemodelan memiliki peran mengembangkan kepekaan

siswa tentang manfaat matematika sehingga mereka

bisa menerapkan konsep matematika dalam kehidupan.

b. Pemodelan merupakan suatu aktivitas yang dapat

menjembatani dunia matematika dengan dunia nyata.

c. Pemodelan merupakan aspek yang penting dalam

pemecahan masalah.

d. Pemodelan membantu siswa memahami dan juga

menguasai konsep matematika dengan lebih mudah.

e. Pemodelan dapat mengembangkan sikap positif siswa

terhadap matematika.

Penggunaan model merupakan hal penting dalam

penemuan dan pembangunan konsep matematika oleh

siswa. Menurut Gravemeijer dalam Wijaya (2012: 47)

menyebutkan bahwa empat level dalam pengembangan

(33)

a. Level situasional

Level paling dasar dari pemodelan di mana

pengetahuan dan model masih berkembang dalam

konteks situasi masalah yang digunakan.

b. Level referensial

Pada level ini, siswa membuat model untuk

menggambarkan situasi konteks sehingga hasil

pemodelan pada level ini disebut model dari situasi.

c. Level general

Model yang dikembangkan siswa sudah mengarah

pada pencarian solusi secara matematis dan disebut

model untuk penyelesaian masalah.

d. Level formal

Merupakan tahap perumusan dan penegasan konsep

matematika yang dibangun oleh siswa yang bekerja

dengan menggunakan simbol dan representasi

matematis.

Jadi pemodelan merupakan salah satu karakteristik PMRI.

Karakteristik ini menunjukkan bahwa siswa dapat menemukan

sendiri cara untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh

guru. Pada karakteristik ini siswa diberikan kebebasan untuk

menentukan cara yang akan digunakan untuk menyelesaikan

(34)

4. Pecahan

a. Pengertian Pecahan

Trivieri (1989:53) said that a fraction is a number resulting from the division of one whole number a by

another whole number b, with b ≠ 0, and is written in the

form or a/b or a ÷ b. The whole number a is called the numerator of the fraction. The nonzero whole number b is called the denominator.

Kutipan di atas menyatakan bahwa pecahan adalah

bilangan hasil dari pembagian bilangan bulat a dengan

bilangan bulat b, dengan b ≠ 0, dan ditulis dalam bentuk

atau a/b atau a ÷ b. Bilangan bulat a disebut pembilang dari

pecahan. Bilangan bulat b disebut penyebut. Heruman

(2008: 43) berpendapat bahwa pecahan adalah bagian dari

sesuatu yang utuh. Marsigit (2009: 34) berpendapat bahwa

pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam

bentuk dengan a, b bilangan bulat, b≠ 0 dan b bukan faktor

dari a. Pecahan adalah bilangan yang ditulis

dimana a dan

b bilangan bulat dengan syarat b≠0, a bukan merupakan

kelipatan dari b dan b bukan faktor dari a.

b. Penjumlahan Pecahan

1) Penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama

Pecahan-pecahan yang mempunyai penyebut sama

disebut pecahan serupa. Pecahan dan merupakan

pecahan serupa karena keduanya mempunyai penyebut 7.

(35)

a) Add the numerators and write the sum over the like denominator.

b) Simplify, if possible.

Peraturan untuk menjumlahkan pecahan serupa

sebagai berikut.

a) Jumlahkan pembilangnya dan tuliskan di

atas penyebut.

b) Sederhanakan jika memungkinkan.

2) Penjumlahan dua pecahan berbeda penyebut

Pecahan berbeda penyebut disebut pecahan tidak

serupa. Pecahan dan merupakan contoh pecahan tidak

serupa karena keduanya mempunyai penyebut yang

berbeda. Supaya dapat dijumlahkan maka harus

menyamakan penyebutnya. Berikut ini merupakan gambar

penjumlahan pecahan tidak serupa.

Pecahan tidak serupa

(36)

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang bersifat

abstrak. Maka dari itu dibutuhkan pembelajaran yang dapat

menghubungkan dunia abstrak ke dunia nyata anak. Pembelajaran

sebaiknya menggunakan masalah yang relevan dengan kehidupan siswa

sehingga siswa lebih mudah membangun konsep materi pembelajaran.

Selain itu siswa juga dapat diberi kebebasan untuk menemukan cara dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Hal itu dimaksudkan agar

siswa dapat memodelkan masalah dengan cara mereka sendiri. Setelah

siswa dapat memodelkan masalah dengan cara mereka sendiri maka

kontribusi siswa dalam pembelajaran akan terlihat.

PMRI menawarkan inovasi baru dalam pembelajaran matematika.

Pembelajaran ini menggunakan hal-hal yang realistic sebagai fokus

pembelajaran. Hal-hal yang realistik dalam hal ini diartikan sebagai

penggunaan masalah yang relevan dengan kehidupan siswa dan

menggunakan benda-benda nyata. Siswa dianggap sudah mempunyai

pengetahuan yang bersumber dari kehidupan sehari-hari siswa yang dapat

digunakan untuk mengantarkan materi dari yang abstrak menunju ke dunia

nyata. Berawal dari masalah sehari-hari siswa maka diharapkan siswa

mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan cara

mereka sendiri dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.

Guru di sini berperan sebagai fasilitator dan berperan untuk

menjembatani siswa untuk menemukan model penyelesaian masalah.

(37)

penyelesaian masalah diharapkan dapat membantu siswa mengarahkan

pemikiran konkret ke pemikiran abstrak. Dengan demikian, siswa mampu

menemukan konsep materi pembelajaran dengan cara mereka sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran yang menggunakan

matematika realistik dan pembelajaran yang menjembatani siswa untuk

menemukan sendiri model penyelesaian penting untuk membantu siswa

dalam membangun pengetahuannya. Atas dasar hal tersebut peneliti akan

mengembangkan perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang

mengakomodasi pemodelan dalam menyelesaikan masalah dengan

(38)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan perangkat

pembelajaran yang menggunakan pendekatan PMRI. Jadi metode

penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan

atau Research and Development (R&D). Borg & Gall dalam Setyosari (2010: 194) menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu

proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk

pendidikan. Langkah-langkah atau proses pengembangan terdiri atas

kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan,

mengembangkan produk atas temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba

lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai, dan

melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan.

Menurut Sukmadinata (2008: 164) menyatakan bahwa penelitian

dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk

mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang

telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut dapat

berbentuk benda atau perangkat keras (hardware) dan berbentuk perangkat lunak(software). Contoh dari perangkat keras (hardware) seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, sedangkan

(39)

Sugiyono (2010: 407) menyatakan bahwa metode penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu.

B. Desain dan Prosedur Penelitian

Tahapan penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti

berdasarkan pada tahapan yang dikemukakan oleh Sugiyono. Menurut

Sugiyono (2010: 409) langkah-langkah penelitian dan pengembangan

dapat ditunjukkan pada gambar berikut :

Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan

1. Potensi dan masalah

Penelitian berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi atau

masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan

(40)

dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus

dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain.

2. Pengumpulan data

Setelah potensi dan masalah diketahui, maka langkah selanjutnya

adalah mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai bahan

untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat

mengatasi masalah tersebut.

3. Desain produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah perangkat

pembelajaran. Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini terdiri

dari silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan evaluasi.

4. Validasi desain

Produk yang sudah dibuat kemudian divalidasi oleh ahli. Caranya

dengan menghadirkan ahli untuk menilai produk baru yang

dirancang tersebut. Tujuannya untuk memperbaiki produk tersebut.

5. Revisi desain

Setelah divalidasi oleh ahli kemudian dapat diketahui kelemahan

dari produk tersebut. Kelemahan tersebut kemudian diperbaiki oleh

peneliti.

6. Uji coba produk

Produk yang sudah direvisi kemudisn diujicoba pada sampel

terbatas. Tujuannya untuk mendapatkan informasi apakah produk

tersebut lebih efektif dan efisien dari produk sebelumnya.

(41)

Hasil uji coba model pembelajaran pada sampel terbatas terkadang

masih memiliki kelemahan, pada tahap ini model pembelajaran

yang telah diuji coba direvisi lagi untuk mendapat hasil baik.

8. Uji coba pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, maka selanjutnya

produk tersebut diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan

yang lebih luas. Produk tersebut harus tetap dinilai kekurangan

atau hambatan yang muncul guna perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi produk

Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian di lembaga

pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan atau kelemahan.

Pembuat produk harus selalu mengevaluasi kinerja produk yang

dibuat untuk mengetahui kelemahan yang ada, sehingga dapat

digunakan untuk penyempurnaan atau pembuatan produk baru lagi.

10.Pembuatan produk masal

Apabila produk sudah dinyatakan efektif dalam beberapa

kali pengujian, maka produk tersebut dapat diterapkan pada setiap

lembaga pendidikan dan dapat diproduksi masal.

Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran yang dilakukan

peneliti ini menggunakan langkah-langkah pengembangan yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 409) dan kemudian dimodifikasi oleh

peneliti. Modifikasi dilakukan dengan alasan penelitian ini membutuhkan

(42)

atau dari tahun ke tahun. Materi penelitian yaitu penjumlahan pecahan

juga hanya diajarkan di semester genap tahun berikutnya. Selain itu

penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain sehingga penelitian ini

hanya sampai pada tahap revisi. Berikut ini tahapan penelitian dan

pengembangan yang dilakukan peneliti berdasarkan pada tahapan yang

dikemukakan oleh Sugiyono.

Bagan 3.2. langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan

1. Potensi dan masalah

2. Pengumpulan data

3. Desain produk

4. Validasi desain

5. Revisi desain

6. Implementasi produk

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti hanya

sampai pada tahap revisi desain. Peneliti juga menambahkan beberapa

Potensi dan

Masalah

Pengumpulan

data

Desain

produk

Validasi

desain

Revisi desain Implementasi

(43)

tahap untuk untuk meyakinkan bahwa produk yang disusun layak untuk

dilakukan ujicoba. Tahap tersebut meliputi uji keterbacaan dan

implementasi produk.

Langkah awal penelitian, peneliti melakukan studi literatur

mengenai PMRI dan membuat lembar penelitian berdasarkan karakteristik

PMRI. Kemudian peneliti melakukan analisis kebutuhan guna

memperoleh informasi mengenai kebutuhan siswa dalam proses belajar

matematika. Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara pengamatan dan

wawancara dengan guru kelas. Langkah berikutnya peneliti melakukan

studi literature yang bertujuan untuk menemukan konsep atau landasan

teoritis yang memperkuat suatu produk. Setelah dilakukan analisis

kebutuhan dan studi literature terdapat gambaran yang rinci untuk

menyusun produk berupa perangkat pembelajaran.

Rancangan produk yang disusun berupa silabus, RPP, LKS, bahan

ajar, dan evaluasi. Produk tersebut kemudian divalidasi oleh ahli

menggunakan instrumen validasi yang berisi komponen penilaian untuk

selanjutnya direvisi oleh peneliti. Revisi bertujuan untuk mengetahui

komponen perangkat pembelajaran yang harus diganti, diubah, dan

dikembangkan. Setelah itu peneliti melakukan uji keterbacaan LKS pada

siswa lain. Tujuannya untuk mengetahui apakah LKS yang akan

digunakan mudah dipahami siswa atau tidak.

Peneliti kemudian melakukan implementasi pada sampel terbatas

(44)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi untuk penelitian ini belum dapat ditentukan, sehingga

sampel penelitian juga belum dapat ditentukan. Populasi dan sampel

belum ditentukan karena pelaksanaan penelitian hanya sampai tahap

implementasi produk. Tujuan dari implementasi ini adalah untuk

meyakinkan bahwa produk yang disusun layak diujicobakan di lembaga

pendidikan. Uji coba terbatas dilakukan di SD N Tegalrejo 2 tahun

pelajaran 2011/2012. Kelas yang dipilih adalah kelas IV A dengan jumlah

34 siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen

pengamatan tentang pemodelan dalam menyelesaikan masalah. Instrumen

ini digunakan untuk mengamati proses pembelajaran. Instrumen

pengamatan yang digunakan telah divalidasi dengan teknik expert judgement (oleh ahli). Lembar pengamatan ini berisi aspek-aspek yang menunjukkan pemodelan dalam menyelesaikan masalah seperti

penggunaan strategi informal oleh siswa dalam pemecahan masalah,

penggunan strategi formal oleh siswa dalam pemecahan masalah, dan

pembimbingan oleh guru dalam menjembatani strategi informal siswa ke

strategi formal.

Instrumen lain yang digunakan adalah panduan wawancara guru.

Panduan ini berisi tujuh pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh

informasi kondisi awal kelas. Informasi tersebut antara lain tentang

(45)

mengajar, dan cara yang digunakan guru saat menemui hambatan dalam

mengajar.

Instrumen lembar validasi perangkat pembelajaran juga digunakan

dalam penelitian ini. Lembar validasi terdiri dari lima macam, yaitu

lembar validasi silabus, RPP, LKS, bahan ajar, soal evaluasi, dan

instrumen penilaian. Lembar validasi ini berisi komponen penilaian yang

bertujuan untuk mengetahui kekurangan perangkat pembelajaran.

E. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2

macam, yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif

digunakan untuk analisis kebutuhan dan diperoleh dari hasil wawancara

guru dan pengamatan saat guru mengajar. Hasil dari wawancara guru

dideskripsikan sesuai pertanyaan yang diajukan kepada guru. Hasil

pengamatan dinarasikan sesuai format yang dibuat yaitu sesuai dengan

aspek-aspek yang terdapat dalam lembar pengamatan.

Data yang dianalisis secara kuantitatif berasal dari penilaian para

ahli. Hasil penilaian pada masing-masing perangkat pembelajaran

kemudian dihitung nilai rata-ratanya menggunakan pedoman menurut

Syaifuddin Azwar dalam disertasi Setiani (2011). Berikut ini merupakan

(46)

Tabel 3.1. Kriteria Penilaian Hasil Produk Pengembangan

Interval Tingkat Pencapaian

Kualifikasi

3,25 < M ≤ 4,00 Baik Sekali

2,50 < M ≤ 3,25 Baik

1,75 < M ≤ 2,50 Kurang Baik

0,00 < M ≤ 1,75 Sangat Kurang

(47)

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan

Dalam penelitian ini, sebagai langkah awal peneliti melakukan

pengamatan dan wawancara dengan guru kelas IV A SD N Tegalrejo 2

untuk menemukan masalah yang ada di kelas. Peneliti melakukan

pengamatan sebanyak 3 kali selama bulan Januari dan Februari

menggunakan lembar pengamatan pemodelan dalam menyelesaikan

masalah dengan materi meletakkan pecahan pada garis bilangan. Peneliti

juga melakukan satu kali wawancara dengan guru kelas menggunakan

pedoman wawancara.

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas, diperoleh data bahwa guru

tidak menggunakan masalah yang relevan dengan kehidupan siswa untuk

membuka pelajaran. Guru langsung mengajarkan materi yang akan

dipelajari. Guru juga tidak memfasilitasi siswa untuk menemukan sendiri

strategi atau cara untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Guru

hanya mengajarkan materi menggunakan rumus matematika dan siswa

hanya menggunakan rumus tersebut untuk memecahkan masalah tanpa

mencoba menggunakan cara lain.

Sementara itu berdasarkan wawancara dapat diperoleh data bahwa

siswa masih mengalami kesulitan dalam materi pecahan. Akan tetapi guru

beranggapan bahwa hal itu disebabkan karena siswa mempunyai daya

ingat yang kurang baik dan siswa malas untuk mempelajari kembali materi

(48)

di kelas hanya ceramah dan penugasan. Saat mengajar guru tidak

memberikan masalah kontekstual yang harus dipecahkan siswa tetapi

langsung memberi soal-soal latihan yang ada di buku paket. Saat

pembelajaran guru juga tidak menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran. Saat awal pembelajaran siswa memperhatikan guru yang

mengajar, tetapi lama kelamaan siswa ramai sendiri dan guru hanya

memberikan soal latihan lagi agar siswa tidak ramai.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru,

peneliti dapat menyimpulkan kebutuhan pembelajaran yang dapat menjadi

bahan penyusunan produk. Kebutuhan tersebut meliputi :

1. Selama 3 kali pengamatan pembelajaran di kelas peneliti melihat

dalam pembelajaran guru tidak menggunakan masalah atau soal

cerita yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru hanya

terpusat pada materi tanpa menggunakan masalah kontekstual

untuk mengarahkan siswa menuju materi pembelajaran. Hal

tersebut dapat membuat siswa sulit membayangkan apa yang akan

mereka pelajari karena tidak sesuai dengan masalah yang mereka

temukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka kelas tersebut

membutuhkan pembelajaran yang menggunakan masalah

kontekstual atau masalah yang relevan dengan kehidupan

sehari-hari siswa.

2. Pembelajaran yang dilakukan di kelas oleh guru hanya

menggunakan metode ceramah dan penugasan. Guru

(49)

dari buku paket, kemudian dari soal tersebut guru menyelesaikan

soal menggunakan rumus matematika tanpa menggunakan cara

lain bahkan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyelesaikan soal menggunakan cara mereka sendiri. Siswa

hanya dapat menyelesaikan soal menggunakan rumus yang

diajarkan oleh guru. Maka pembelajaran di kelas tersebut

membutuhkan pembelajaran yang mendorong siswa untuk

memecahkan masalah dengan berbagai strategi.

3. Berdasarkan pengamatan di kelas dan wawancara guru, peneliti

dapat melihat bahwa pembelajaran yang dilakukan guru di kelas

tidak menggunakan media pembelajaran. Guru hanya

menggunakan media papan tulis dalam mengajar sehingga siswa

kesulitan memahami materi karena materi tersebut terasa abstrak.

Siswa membutuhkan media untuk menghantarkan materi yang

terlihat abstrak ke nyata. Maka pembelajaran di kelas tersebut

membutuhkan pembelajaran yang menggunakan media

pembelajaran.

4. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru hanya berpusat pada guru.

Saat pembelajaran guru kurang berinteraksi dengan siswa. Guru

kurang melakukan tanya jawab dan guru tidak memfasilitasi

negoisasi antar siswa. Siswa juga tidak difasilitasi bekerja dalam

kelompok. Maka dari itu keterlibatan siswa dalam pembelajaran

sangat kurang. Begitu juga dalam hal interaksi siswa antar siswa

(50)

membutuhkan pembelajaran yang mendorong terjadinya

interaktivitas antar siswa.

5. Pemecahan masalah yang dilakukan siswa hanya menggunakan

cara yang diajarkan guru. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengungkapkan pendapatnya akan tetapi tidak ada

siswa yang mau mengungkapkan pendapatnya sehingga siswa

tidak terlihat kontribusinya dalam pembelajaran. Hal itu

kemungkinan terjadi karena guru tidak memberikan motivasi

maupun pertanyaan pancingan agar siswa mau mengungkapkan

pendapatnya. Guru sebaiknya memberikan motivasi dan waktu

yang cukup agar siswa mampu mengungkapkan strategi

pemecahan masalah yang ditemukannya. Pembelajaran di kelas

tersebut membutuhkan pembelajaran yang dapat mengakomodasi

kontribusi siswa.

6. Pembelajaran matematika yang dilakukan guru tidak mengaitkan

materi pecahan dengan materi lainnya di luar matematika. Guru

hanya mengaitkan materi pecahan dalam materi matematika

lainnya yaitu penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Maka

pembelajaran tersebut membutuhkan pembelajaran yang

mengaitkan materi pecahan dengan materi lainnya dalam

matematika maupun materi lain di luar matematika.

B. Paparan Desain Pengembangan

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan oleh

(51)

membutuhkan pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu peneliti ingin

menggunakan pendekatan PMRI pada pembelajaran matematika di SD N

Tegalrejo 2. Pendekatan PMRI tersebut diterapkan pada perangkat

pembelajaran yang didisain oleh peneliti.

Pendekatan PMRI dipilih karena pendekatan pembelajaran ini

memiliki karakteristik yang mampu mengakomodasi kebutuhan dalam

pembelajaran penjumlahan pecahan. Agar pendekatan pembelajaran PMRI

dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut, maka diperlukan perangkat

pembelajaran untuk melaksanakan proses kegiatan pembelajaran

penjumlahan pecahan. Perangkat pembelajaran yang dimaksud berupa

silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan evaluasi.

Desain ini menggunakan satu silabus dengan SK menggunakan

pecahan dalam pemecahan masalah. Dalam silabus ini hanya terbatas pada

KD menjumlahkan pecahan. Operasi hitung pecahan yang dipelajari siswa

hanya terbatas pada menjumlahkan pecahan. Kegiatan belajar dalam

silabus dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan pembelajaran

penjumlahan pecahan.

RPP dibuat dengan mengacu pada silabus. Pelitian ini membuat

empat RPP. Masing-masing RPP diselesaikan dalam satu kali pertemuan,

sehingga penelitian ini berlangsung selama empat pertemuan. RPP yang

dibuat ini memiliki kelengkapan dalam hal indikator dan tujuan

pembelajaran yang telah mengakomodasi semua ranah perkembangan

(52)

LKS berisi instruksi dari guru kepada siswa untuk melakukan

kegiatan selama pembelajaran berlangsung yang berkaitan dengan materi

yang dipelajari. LKS dibuat berdasarkan RPP. LKS yang dibuat telah

berisi tugas dan latihan yang mengaktifkan siswa selama pembelajaran.

Siswa mendiskusikan dan mengerjakan LKS secara berkelompok. Hal ini

dapat mendorong munculnya berbagai strategi pemecahan masalah yang

digunakan oleh siswa.

Bahan ajar digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi

pembelajaran. Bahan ajar tersebut berisi materi pembelajaran penjumlahan

pecahan. Bahan ajar yang dibuat menggunakan masalah kontekstual agar

mudah dipahami siswa. Selain itu bahan ajar juga diberi gambar agar

memudahkan siswa untuk memahami materi.

Perangkat pembelajaran harus melalui beberapa tahap sebelum

diimplementasikan ke sekolah. Tahapan tersebut bertujuan untuk

memperbaiki perangkat pembelajaran yang akan diimplementasikan.

Tahap-tahap tersebut meliputi :

1. Validasi perangkat

Validasi perangkat pembelajaran berfungsi untuk mengetahui

tingkat kelayakan perangkat yang dibuat. Perangkat pembelajaran

yang sudah dibuat divalidasi oleh ahli yaitu tiga dosen ahli dan satu

(53)

Berikut ini hasil validasi perangkat pembelajaran oleh ahli :

Tabel 4.1. tabel hasil validasi ahli

Tabel 4.2. Tabel kriteria validitas

Berdasarkan tabel validitas di atas, dapat dikatakan bahwa

perangkat pembelajaran yang dibuat tergolong sangat baik. Maka

dari itu perangkat pembelajaran yang dibuat layak untuk

diimplementasikan.

Selain itu juga dilakukan uji keterbacaan di kelas IV B SD

N Tegalrejo 2 dengan jumlah 4 siswa. Siswa tersebut dipilih secara

acak tanpa memperhatikan tingkat kepandaian para siswa. Uji

keterbacaan ini hanya menguji LKS yang akan digunakan.

Tujuannya untuk mengetahui apakah LKS tersebut mudah

dipahami atau tidak.

Skor Kriteria Validitas

3 < X ≤ 4 Sangat Baik

2 < X ≤ 3 Baik

1 < X ≤ 2 Kurang

(54)

2. Revisi desain

Perangkat pembelajaran yang sudah divalidasi kemudian direvisi.

Revisi bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada perangkat

pembelajaran agar didapat perangkat pembelajaran yang lebih baik.

Revisi pada perangkat pembelajaran terdapat pada sumber bahan

dan kalimat pada indikator. Revisi juga dilakukan pada LKS yaitu

pada bagian kalimat dan gambar yang kurang sesuai.

3. Desain Prototype

Perangkat pembelajaran yang sudah selesai direvisi, selanjutnya

diimplementasikan. Implementasi yang akan dilakukan mengambil

sample terbatas. Peneliti memilih sample terbatas pada guru dan

siswa kelas IV A SD N Tegalrejo 2 dengan jumlah siswa sebanyak

34 siswa.

C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas 1. Pelaksanaan penelitian

Peneliti melakukan empat kali penelitian di kelas IV A SD

N Tegalrejo 2 untuk keperluan penelitian ini. Subjek penelitian ini

adalah guru dan siswa kelas IV A SD N Tegalrejo 2. Waktu

pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : penelitian pertama

tanggal 23 Februari 2012 pada jam 07.00-08.10, penelitian kedua

pada tanggal 7 Maret 2012 pada jam 07.00-08.10, penelitian ketiga

pada tanggal 8 Maret 2012 pada jam 07.00-08.10, penelitian

(55)

Peneliti mengamati pembelajaran yang dilakukan guru

terhadap 34 siswa yang menjadi sampel penelitian. Dalam

penelitian ini digunakan lembar pengamatan pemodelan dalam

menyelesaikan masalah. Tujuannya untuk mengetahui berbagai

strategi pemecahan masalah yang digunakan siswa.

Proses penelitian didokumentasikan dengan menggunakan

handycam dan kamera digital. Dokumentasi bertujuan untuk memperoleh gambaran utuh dari semua proses kegiatan

pembelajaran yang dilakukan. Gambaran utuh dari proses

pembelajaran akan digunakan peneliti untuk membuat pembahasan

lebih lanjut.

2. Hasil penelitian dan pembahasan a. Pembahasan secara umum

Keterangan :

G : guru kelas S : siswa

Pada pembelajaran ini, guru membuka pelajaran

dengan memberikan pertanyaan tentang buah apel dan

jambu. Pertanyaan tersebut dianggap sesuai dengan

kehidupan sehari-hari siswa. Masalah yang terdapat dalam

pertanyaan terbukti mampu mengarahkan siswa untuk

menemukan konsep pecahan.

(transkip no 8-19)

(56)

10.G :Yang dimaksud pecahan yaitu buah yang satu dengan nanti dibagi menjadi berapa juga harus berbeda, nggih. Pembagian atau penjumlahan.

11.G : Sekarang saya suruh maju, nggih (artinya: ya). Riski, yang satu putri Aurel... Aurel sama Riski sekarang dibelah menjadi dua. Tapi hati-hati! Di bawah! Sekarang sudah dibagi dua? Itu hasilnya dilihatkan ... Nah, ini apel dan jambu dibagi dua itu sama tidak? (Guru bertanya pada seluruh siswa)

12.SS : Sama. (Siswa menjawab secara serentak)

13.G : Sama? Sama karena dibagi dua. Ini nilainya sama tetapi berbeda karena bentuknya dan jenisnya berbeda. Jambu yang sudah dibelah menjadi nilainya itu menjadi berapa? (Guru bertanya kepada siswa sambil

menunjukkan buah jambu yang sudah dibelah)

14.SS : Satu per dua. (Siswa menjawab secara serentak)

15.G : Ini tempatnya Riski? (Guru menunjukkan apel yang telah dibelah)

16.SS : Satu per dua.

17.G : Satu per dua itu atau berapa? 18.SS : Setengah

19.G : Setengah. Nah, jadi nilainya sama.

.Penggunaan masalah kontekstual oleh guru muncul

di pembelajaran ini berupa penggunaan benda konkret,

penggunaan soal cerita atau masalah sehari-hari yang

mudah dipahami atau dibayangkan oleh siswa. Guna

mempermudah siswa dalam memecahkan masalah tersebut,

siswa diberi media pembelajaran berupa buah apel dan

jambu yang mudah didapat oleh siswa dan dapat menarik

(57)

Gambar 4.1. (masalah kontekstual dengan benda

konkret)

Penggunaan masalah kontekstual lainnya, guru

mengawali pembelajaran dengan memberikan masalah

yang sesuai dengan konteks siswa yaitu soal cerita tentang

terang bulan. Masalah ini relevan dengan siswa karena

sesuai dengan masalah sehari-hari siswa. Media yang

digunakan berupa terang bulan yang dianggap mudah

didapat dan dapat menarik perhatian siswa. (transkip no

85-97)

85.G : Nomor 15 siapa? 33? dst. Sekarang berkelompok! Nomor 1-5, nomor 6-10, 11-15, dst. Nanti tak suruh kelompoknya harus bekerja sama tidak ada yang santai-santai! Sekarang saya suruh maju kelompoknya Kenanga. Dua orang saja. Dengarkan semua. Disini ada kue terang bulan. Ning ming satu mengko ora direbut. Ini nggih. Saya mau membacakan. Pak Man mempunyai 1 buah terang bulan yang dipotong menjadi 4. Sopo sing isih omaong?Dibagi menjadi berapa tadi?

86.SS:Empat

(58)

terang bulan. Berapa bagian terang bulan yang dimiliki Bintang? Nah sekarang Kenanga memotong terang bulan tadi diberikan kepada siapa tadi?

88.SS: Bintang

89.G : Pak Man mempunyai 1 buah terang bulan yang dipotong menjadi 4 bagian sama besar. Tiba-tiba Bintang datang terus dikasih satu potong. Sekarang dipotong! Satu dipotong!

90.S14: (siswa memotong kue terang bulan menjadi 4 bagian)

91.G :Sudah? Setelah itu Bintang meminta satu potong! Dikasihkan satu potong, satu potong.

92.S30: (S14 memberikan sepotong martabak terang bulan kepada S30 kue)

93.G : Bintang dikasih sepotong kue terang bulan milik Pak Man. Dengarkan lagi! Sebelum Bintang pulang Pak Man memberikan lagi 1 potong.

94.S14: (memberikan lagi sepotong terang bulan kepada S30)

95.G :Ya, berapa bagian yang dimiliki Bintang?Berapa? 96.SS: 2 bagian

97.G : 2 bagian. Nah ini menjadi 2 bagian. Daru ora malah dolanan!

Pada pembelajaran ini terlihat pemodelan dalam

memecahkan masalah yang dilakukan oleh siswa. Guru

membimbing dalam menjembatani strategi informal siswa

ke strategi formal. Langkah pertama yang dilakukan oleh

guru ialah guru memberikan pertanyaan (soal cerita) yang

mengarahkan siswa untuk menemukan strategi formal.

22.G : Sekarang saya bagikan LKS! Sudah? Siapa yang mau ramai? Dengarkan dulu! Aji kelompoknya mana? Satu kelompok itu kerjanya dengan kelompoknya sendiri! Sekarang kamu kerjakan! Dengarkan to! Ora malah dinggo topeng!(artinya: bukannya dipakai

untuk topeng!) Sudah? “Sekarang dilihat! Sopo sing omong terus kelompoke mengko ra entuk bintang lho.”

(59)

tidak dapat bintang lho). “Pada soal nomor 1 kamu

pahami! Ayah mempunyai sebuah apel. Apel itu dibagi menjadi 4 potongan yang sama besar, kemudian diberikan kepada ibu dan Ani. Ibu mendapat potongan apel. Ani mendapatkan potongan apel.

Berapa bagian apel yang diberikan kepada Ibu dan Ani

dari keseluruhan apel tadi?” (Guru membacakan soal pada LKS kemudian guru membagikan kertas manila yang akan digunakan siswa untuk menuliskan jawaban sesuai cara yang mereka temukan masing-masing di dalam kelompok).Sing omong wae ra entuk bintang!(artinya: yang bicara terus tidak dapat bintang!). Sudah? Kelompoknya ditulis!(guru membagikan spidol yang akan digunakan untuk menuliskan jawaban siswa).

Berawal dari pertanyaan yang diberikan oleh guru

kemudian siswa mencoba memecahkan masalah

menggunakan apel. Apel tersebut dipotong menjadi empat

potongan sama besar dan kemudian dipraktikan sesuai

dengan soal. Setelah itu siswa memodelkan masalah dalam

kalimat matematika untuk memecahkan masalah tersebut

(60)

Gambar 4.2. (siswa memodelkan masalah

menggunakan apel)

Pada saat presentasi, siswa menggunakan kalimat

matematika untuk menyampaikan cara pemecahan masalah

dengan dibantu menggunakan media apel dan pasir untuk

menunjukkan strategi informal yang digunakan siswa untuk

(61)

Gambar 4.3. (penggunaan kalimat matematika oleh

siswa)

28.S9 : Ayah membagi apel kepada Ibu Ani 2 potong, apel kepada Ani 1 potong. Jadi apel yang diberikan kepada ibu dan Ani adalah 3 potong apel. Jadi apel ayah masih 1 potong. Apel yang diberikan kepada ibu bagian.

Diberikan kepada Ani bagian. Jadi apel yang diberikan

kepada ibu dan Ani adalah bagian. Jadi keseluruhan

apel yang diberikan kepada Ibu dan Ani adalah . (siswa membacakan hasil kerja kelompok)

29.G : Nah, ini jawaban kelompoknya Aurel. Benar tidak? Sekarang kelompoknya Wulan.

30.S33:Ibu mendapatkan apel 2 potong. Ani mendapatkan apel 1 potong. Jadi, keseluruhannya ibu dan Ani mendapatkan apel 3 potong. (Siswa membacakan jawaban hasil kerja kelompok)

31.G : Nah, itu pendapatnya dari kelompoknya Wulan. Sekarang kelompoknya Anita.

32.S8 :Ayah mempunyai 1 buah apel. Lalu dibagi menjadi menjadi 4 bagian sama besar. Lalu diberikan ibu Ani 2 potongan apel. Ani mendapatkan 1 potongan. Jadi keseluruhannya 2 potong apel + 1 potong apel = 3 potong. Jadi keseluruhan apel adalah bagian.

Siswa memecahkan soal cerita yang diberikan guru

menggunakan kertas yang dipotong-potong kemudian

mempraktikkan sesuai dengan soal. Selain itu ada juga

beberapa siswa yang memodelkan masalah ke dalam

bentuk gambar lingkaran yang diarsir. Kegiatan tersebut

mampu mengarahkan siswa ke dalam konsep pecahan dan

(62)

konsep pecahan. Setelah itu siswa menyelesaikan soal

cerita menggunakan rumus matematika.

Gambar 4.4. (siswa memodelkan masalah dalam

bentuk gambar yang diarsir)

Gambar 4.5. (siswa menyelesaikan masalah dengan

rumus matematika).

Dalam pembelajaran ini, kontribusi siswa dalam

memecahkan sudah terlihat. Mereka menemukan cara

untuk memecahkan masalah secara berkelompok, tetapi

cara yang mereka temukan hanya satu cara dan kurang

bervariasi. Cara yang mereka gunakan ialah dengan

menggunakan bantuan media apel dan pasir. Mereka

menggunakan apel dengan cara membelah apel menjadi

(63)

sesuai dengan soal, sedangkan pasir digunakan dengan

cara mengisikan pasir sesuai ukuran susu yang ada di

soal ke dalam gelas ukur.

Gambar 4.6. (strategi pemecahan siswa

menggunakan apel)

Setelah itu guru memberikan kesempatan bagi

siswa untuk mengungkapkan pendapatnya terhadap

pemecahan masalah yang sudah dilakukan dan

memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk

menanggapi jawaban teman. Hanya ada beberapa siswa

yang menanggapi jawaban temannya.dalam

pembelajaran ini guru sudah memberikan waktu yang

cukup kepada siswa untuk memecahkan masalah, akan

tetapi guru kurang memberikan motivasi kepada siswa

untuk mengungkapkan pendapatnya. Guru hanya

menyuruh siswa untuk mengungkapkan pendapatnya di

(64)

Siswa diberi kesempatan dan waktu yang cukup

untuk memecahkan soal cerita secara berkelompok.

Melalui kegiatan berkelompok muncul dua strategi

yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah

yaitu dengan menggunakan kertas yang mereka

potong-potong sesuai dengan soal dan menggunakan gambar

yang diarsir. Media yang digunakan untuk membantu

siswa dalam memecahkan masalah juga sudah tepat

yaitu dengan menggunakan kertas untuk

menggambarkan terang bulan dan luas tanah.

Gambar 4.7. (siswa memotong replika kue terang

bulan)

Gambar

Tabel 4.2: Tabel Kriteria Validitas................................................................
Gambar 4.14:siswa menggunakan rumus matematika............................... ....
tabel kriteria penilaian hasil produk pengembangan.
Tabel 3.1. Kriteria Penilaian Hasil Produk Pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

(i) Sekelompok pakar hukum internasional yang diundang oleh Komisi Internasional Para Ahli Hukum, Fakultas Hukum Universitas Limburg (Maastricht, Belanda) dan Institusi

Dari semua perubahan pada kedua bentuk antena ini diketahui bahwa lebar saluran catu yang disisipkan dibawah patch dan penyetelan stub pendek memegang peranan penting dalam

Tempo sebesar Nilai Pembelian Kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), maka Bank Indonesia dapat menjual Surat Berharga Bank sesuai dengan harga

Perumusan masalah penelitian ini strategi Public Relations PELINDO III dalam mengelola corporate image melalui kegiatan Corporate Social Responsibility , yang

Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kriteria yang digunakan

Hasil analisis pada bulan Maret 2009 diban- dingkan dengan Februari 2009, gas tersebut mempunyai perbedaan baik konsentrasi dan isotop karbon dari hidrokarbon serta iso- top

Pada penelitian ini, proses pengklasifikasian citra X-ray melalui proses fourier filter, wavelet haar filter, dan clahe filter untuk filtering, selanjutnya

Unjuk kerja suatu menara pendingin bergantung pada nilai efektifitas, bilangan NTU, dan kapasitas pendinginan yang dihasilkan.Untuk menara pendingin terbuka