i
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, IKLIM KELAS, DAN
PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU DENGAN
PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMK Sanjaya Pakem
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sajana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Galuh Kristianto
041334073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
1.
Tuhan Yesus Kristus atas berkah yang diberikan.
2.
Kedua orangtuaku yang selalu percaya dan mendukung
sepenuhnya baik moril maupun materiil
3.
Untuk adikku yang selalu memberi semangat.
4.
Untuk teman-teman yang percaya dan mendukung aku
selama ini
v MOTTO
”
Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan diri”
-Ben Sweetland-
“Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu
melakukan hal yang besar, tetapi kita dapat melakukan
banyak hal kecil dengan cinta yang besar”
-Bunda Teresa-
‘Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi
pencapaian kecemerlangan hidup yang diinginkan, dan
berhati-hatilah karena beberapa kesenangan adalah cara
gembira menuju kegagalan”
viii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, IKLIM KELAS, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP
PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus Siswa- Siswi Kelas X dan XI SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMK Sanjaya Pakem
Galuh Kristianto Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara: (1) motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi. (2) iklim kelas dengan prestasi belajar akuntansi. (3) persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar akuntansi. (4) motivasi belajar, iklim kelas, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru secara bersama-sama dengan prestasi belajar akuntansi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta pada bulan April –Mei 2011. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan XI Jurusan akuntansi yang berjumlah 100 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang dilengkapi dengan wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan korelasi Product Moment dan Korelasi Ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi (rhitung = 0,016 < rtabel = 0,195),
(2) tidak ada hubungan antara iklim kelas dengan prestasi belajar akuntansi (rhitung
= 0,039 < rtabel = 0,195), (3) tidak ada hubungan antara persepsi siswa tentang
komptensi guru dengan prestasi belajar akuntansi (rhitung = 0,001 < rtabel = 0,195),
ix ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING MOTIVATION, CLASSROOM ATMOSPHERE, STUDENTS’ PERCEPTIONS OF
TEACHER’S COMPETENCE AND STUDENT’S ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study of students’ of the tenth and eleventh class BOPKRI 1 Vocational School Yogyakarta and SANJAYA Vocational School Pakem
Galuh Kristianto Sanata Dharma University
Yogyakarta 2011
This research aims to know the relationships between: 1) learning motivation and students’ accounting learning achievement; 2) classroom atmosphere and students’ accounting learning achievement; 3) students’ perceptions of teacher competence and students’ accounting learning achievement; 4) learning motivation, classroom atmosphere, students’ perceptions of teacher competence and students’ accounting learning achievement.
This research is a case study conducted at BOPKRI 1 Vocational School Yogyakarta and SANJAYA Vocational School Pakem from April to May 2011. The samples in this research were 100 students of accounting of the tenth and eleventh class. The data collecting techniques were questionnaire, interviews and documentary. The data were analysed by applying product moment and multiple correlation analysis technique.
The result of the study indicates that (1) there isn’t any relationship between learning motivation and students’ accounting learning achievement (rcount
= 0,016 < rtable = 0,195); (2) there isn’t any relationship between classroom
atmosphere and students’ accounting learning achievement (rcount = 0,039 < rtable =
0,195); (3) there isn’t any relationship between students’ perceptions of teacher competence and students’ accounting learning achievement (rcount = 0,001< rtable =
x KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, IKLIM KELAS, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI”.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo,S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Laurentius Saptono,S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd.,S.I.P.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E. M.S.i selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
7. Sdr Tri purnomo, Moko, Dana, dan Eko yang banyak membantu selama proses pencarian data dan pengolahan data.
8. Sdri Lusi,Okta,dan Ela yang banyak membantu dan memberi banyak dorongan sehingga selesainya skripsi ini.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT
... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN
... 1
A.
Latar belakang ... 1
B.
Identifikasi Masalah ... 3
C.
Batasan Masalah ... 3
xiv
E.
Tujuan Penelitian ... 4
F.
Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
... 6
A.
Prestasi Belajar Akuntansi ... 6
B.
Motivasi Belajar ... 8
C.
Iklim kelas ... 11
D.
Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru ... 13
E.
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 23
F.
Kerangka Berpikir ... 24
1.
Hubungan Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Akuntansi ... 24
2.
Hubungan Iklim Kelas Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi ... 24
3.
Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru Terhadap
Prestasi Belajar Akuntansi ... 24
4.
Hubungan Disiplin Belajar, Iklim Kelas, dan Persepsi Siswa
Tentang Kompetensi Guru Terhadap Prestasi Belajar
Akuntansi ... 25
xv
BAB III METODE PENELITIAN
... 27
A.
Jenis Penelitian ... 27
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
C.
Populasi dan Sampel ... 27
D.
Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 28
E.
Teknik Pengumpulan Data ... 35
F.
Uji Instrumen Penelitian ... 35
G.
Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV GAMBARAN UMUM
... 47
A.
SMK BOPKRI 1
... 47
1.
Tujuan Pendidikan SMK ... 47
2.
Sistem pendidikan SMK ... 48
3.
Kurikulum SMK ... 50
4.
Organisasi SMK ... 56
5.
Sumber Daya Manusia ... 62
6.
Siswa SMK ... 62
7.
Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 63
8.
Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 64
9.
Komite Sekolah ... 65
10.
Hubungan Dengan DI/DU atau Intstansi Lain ... 66
xvi
B.
SMK SANJAYA
... 67
1.
Mengenal Sekolah ... 67
2.
Tujuan Satuan Pendidikan ... 70
3.
Sistem Pendidikan SMK ... 72
4.
Kurikulum SMK ... 73
5.
Organisasi Sekolah ... 75
6.
Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMK ... 75
7.
Siswa SMK ... 81
8.
Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 82
9.
Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 84
10.
Majelis Sekolah / Dewan Sekolah / Komite Sekolah ... 86
11.
Hubungan Antara Satuan Pendidikan ... 88
12.
Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Kelulusan ... 88
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
... 90
A.
Deskripsi Data ... 90
B.
Analisis Data ... 94
1.
Pengujian Prasyarat Analisis ... 95
2.
Pengujian Hipotesis ... 95
xvii
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN,
DAN
SARAN
... 110
A.
Kesimpulan ... 110
B.
Saran ... 111
C.
Keterbatasan Penelitian ... 112
Daftar Pustaka ...
113
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skala Sikap ... 30
Tabel 3.2 Pengembangan Variabel Motivasi Belajar ... 31
Table 3.3 Skor Item-item Pertanyaan Kuesioner Motivasi Belajar ... 32
Tabel 3.4
Pengembangan Variabel Iklim Kelas ... 32
Tabel 3.5
Skor Item-item Pertanyaan Kuesioner Iklim Kelas ... 33
Tabel 3.6
Pengembangan Variabel Persepsi Siswa tentang Kompetensi
Guru
...
33
Table 3.7
Skor Item-item Pertanyaan Kuisioner Persepsi Siswa tentang
Kompetensi
Guru
...
34
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ... 37
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Kelas ... 38
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa tentang Kompetensi
Guru
...
39
Tabel 3.11 Instrumen Interprestasi Reliabilitas ... 41
Tabel 3.12 Rangkuman Pengujian Reliabilitas ... 41
Tabel 4.1
Jumlah Siswa-siswi SMK BOPKRI 1 ... 62
Tabel 4.2
Susunan Ketua Program Studi ... 75
Tabel 4.3
Susunan Guru-guru SMK SANJAYA Pakem ... 76
xix
Tabel 4.5
Jumlah Siswa-siswi SMK SANJAYA Pakem ... 79
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Skor Variabel Motivasi Belajar ... 87
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Skor Variabel Iklim Kelas ... 88
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Skor Variabel Persepsi Siswa tentang
Kompetensi
Guru
...
89
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Skor Variabel Prestasi Belajar Akuntansi ... 90
Tabel 5.5
Hasil Uji Normalitas ... 91
Tabel 5.6
Hasil Uji Hipotesis I dengan Menggunakan Korelasi ... 93
Tabel 5.7
Rangkuman Perhitungan t
hitungHipotesis I ... 94
Tabel 5.8
Hasil Uji Hipotesis II dengan Menggunakan Korelasi Product
Moment ... 95
Tabel 5.9
Rangkuman Perhitungan t
hitungHipotesis II ... 96
Tabel 5.10 Hasil Uji Coba Hipotesis III dengan Menggunakan Korelasi
Product
Moment
...
97
Tabel 5.11 Rangkuman Perhitungan t
hitungHipotesis III ... 98
Tabel 5.12 Rangkuman Perhitungan Korelasi Ganda ... 99
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian ... 110
Lampiran 2
Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 118
Lampiran 3
Data Induk Penelitian ... 122
Lampiran 4
Penilaian Acuan Patokan PAP Tipe II ... 134
Lampiran 5
Mean, Median, Modus, Deviasi Standar ... 140
Lampiran 6
Uji Normalitas ... 143
Lampiran 7
Uji Korelasi
Product Moment
... 145
Lampiran 8
Analisis Regresi ... 147
Lampiran 9
Tabel r, t, F ... 154
Lampran 10 Surat Izin Penelitian ... 162
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di jaman yang mulai berkembang akan menuntut manusia untuk mempunyai prestasi yang tinggi. Untuk memperoleh prestasi yang tinggi sangat diperlukan berbagai macam cara. Banyak faktor yang berhubungan dengan pencapaian prestasi belajar.
Banyak hal yang berhubungan dengan pencapaian prestasi belajar siswa antara lain peranan orang tua dalam menanamkan nilai disiplin, kemandirian, perhatian orang tua, pemenuhan gizi yang baik, peranan guru dalam memotivasi belajar siswa, menjaga kedisiplinan siswa, iklim kelas, pengaruh lingkungan belajar, teman sebaya pada umumnya, sikap disiplin dalam membagi waktu, dukungan semangat belajar dari teman-teman sekitar dan sebagainya.
Melalui pendidikanlah akan tercipta sumber daya manusia yang kreatif dan memiliki wawasan luas yang didasarkan pada pendidikan yang diterima oleh siswa. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan yang dinamakan motivasi untuk terus berprestasi dan semangat disiplin yang tinggi, dengan adanya motivasi belajar yang tinggi diharapkan prestasi belajar siswa akan meningkat.
seorang siswa akan terdorong untuk belajar dengan baik sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang baik, jika seorang siswa sudah termotivasi untuk belajar maka untuk membiasakan diri dalam belajarpun mudah. Selain motivasi siswa juga harus memiliki iklim kelas yang mendukung, karena iklim kelas yang mendukung dapat membuat siswa lebih rajin belajar dan mendapatkan prestasi yang optimal. Selain itu juga guru yang kompeten juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, guru yang kompeten lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga hasil belajar siswa dapat optimal. Guru yang kompeten juga mampu menyajikan materi pelajaran yang benar-benar bermutu dan sesuai dengan ilmu dan teknologi yang ada, sehingga membuat siswa merasa senang melakukan kegiatan belajar mengajar.
Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru dengan Prestasi Belajar Akuntansi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka masalah-masalah yang muncul dalam peningkatan prestasi belajar akuntansi adalah motivasi belajar siswa, variasi gaya mengajar guru, lingkungan belajar, pendidikan orang tua, dukungan teman, media pembelajaran, iklim kelas, dan persepsi tentang kompetensi guru dalam pengajarannya kepada peserta didiknya.
C. Batasan Masalah
Dengan adanya banyak faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar akuntansi, maka dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas mengenai hubungan motivasi belajar, iklim kelas, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar akuntansi.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan prestasi belajar akuntansi?
4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar, iklim kelas, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar akuntansi?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara iklim kelas dengan prestasi belajar akuntansi
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar akuntansi.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar, iklim kelas, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar akuntansi.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah
2. Bagi siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan iklim kelas yang mendukung siswa untuk meningkatkan prestasi belajar akuntansi.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi para mahasiswa Universitas Sanata Dharma untuk melakukan penelitian selanjutnya maupun sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan mahasiswa.
4. Bagi Penulis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab tinjauan pustaka ini diuraikan tentang motivasi belajar, iklim
kelas, persepsi siswa tentang kompetensi guru dan prestasi belajar akuntansi. Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
A.
Prestasi Belajar Akuntansi
1.
Belajar
Winkel (1996:53) memberikan pengertian belajar sebagai suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap, perubahan ini
bersifat relatif konstan.
Sardiman (1986:22-23) memberikan beberapa pengertian belajar
sebagai berikut:
a.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan itu tidak
hanya berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan tapi juga
berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap pengertian, harga diri,
b.
Belajar dalam arti luas merupakan kegiatan psiko-fisik menuju
perkembangan pribadi seutuhnya.
c.
Belajar dalam arti sempit adalah usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya.
d.
Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk
menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti
menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Dari berbagai pengertian yang disampaikan oleh para ahli maka
belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku menuju
perkembangan manusia seutuhnya melalui serangkaian kegiatan yang
dibimbing oleh seorang yang lebih tahu. Perubahan tersebut diakibatkan
dengan adanya interaksi dengan lingkungan sehingga menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang lebih baik.
2.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang
meliputi kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik (Sunaryo, 1983:10).
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari
dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern:
1)
Faktor psikologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejiwaan
2)
Faktor biologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan
keadaan phisik.
b.
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu
Faktor ekstern meliputi faktor lingkungan sekitar, baik itu
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.
Faktor-faktor tersebut berpengaruh dalam membantu meningkatkan prestasi
belajar peserta didik. Oleh karena itu diupayakan agar faktor-faktor
tersebut dapat membantu peningkatan prestasi belajar.
B.
Motivasi Belajar
1.
Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi adalah keadaan psikologis dalam diri pribadi seseorang
yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu (Winkel, 1987:93).
Motivasi juga dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku
belajar (Dimyati dan Mudjono, 2006:80).
Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa arti motivasi
adalah sesuatu yang mendorong individu untuk melakukan suatu
tindakan ke arah tujuan tertentu. Jadi motivasi merupakan segala sesuatu
2.
Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (1986:85) ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
a.
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak yang
melepaskan energi, motivasi dalam hal ini merupakan penggerak
dari setiap kegiatan yang akan dilakukan.
b.
Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c.
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
3.
Unsur-unsur Motivasi Belajar
Ada enam unsur yang mempengaruhi motivasi belajar.
Unsur-unsur tersebut adalah:
a.
Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Setiap siswa mempunyai keinginan dalam hidupnya.
Keinginan tersebut akan selalu ia perjuangkan. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan, bahkan di
kemudian hari menimbulkan cita-cita dalam hidupnya. Cita-cita
akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupaun ekstrinsik.
b.
Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu disertai dengan kemampuan
atau kecakapan mencapainya. Keberhasilan dalam mencapai
keinginan tersebut akan menimbulkan kegemaran terhadap hal
tersebut. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan
memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya.
c.
Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar. Kondisi seperti sakit, lapar atau
marah akan mengganggu perhatian belajar. Sementara kondisi sehat,
kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.
d.
Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan
tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan.
Lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah akan memperkuat
semangat dan motivsi belajar.
e.
Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan
pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.
Lingkungan budaya siswa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi
f.
Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Guru sebagai tenaga pendidik profesional mempunyai tugas
untuk membelajarkan siswa. Guru yang tinggi semangatnya dalam
membelajarkan siswa, menjadikan siswa semangat juga untuk
belajar. Bahan pelajaran yang terbaru, terbaik dan disampaikan
secara menarik bisa menjadikan tingginya motivasi siswa.
C.
Iklim Kelas
1.
Pengertian Iklim Kelas
Ada beberapa istilah yang kadang-kadang digunakan secara
bergantian dengan kata
climate
, yang diterjemahkan dengan iklim,
seperti
feel, atmosphere, tone
, dan
environment
. Dalam konteks ini,
istilah iklim kelas digunakan untuk mewakili kata-kata tersebut di atas
dan kata-kata lain seperti
learning environment, group climate
dan
classroom environment
(Winkel, 1987: 86)
.
Bloom (Tarmidi, 2006:67) mendefinisikan iklim dengan kondisi,
pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial,
dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Hoy dan Forsyth
(Tarmidi, 2006:68) mengatakan bahwa iklim kelas adalah organisasi
sosial informal dan aktivitas guru kelas yang secara spontan
mempengaruhi tingkah laku. Di samping itu, Hoy dan Miskell (Tarmidi,
2006:68) mengatakan bahwa iklim merupakan kualitas dari lingkungan
tingkah laku, dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka.
Selanjutnya, Hoy dan Miskell (Tarmidi, 2006:71) menambahkan bahwa
istilah iklim seperti halnya kepribadian pada manusia. Artinya,
masing-masing kelas mempunyai ciri (kepribadian) yang tidak sama dengan
kelas-kelas yang lain, meskipun kelas itu dibangun dengan fisik dan
bentuk atau arsitektur yang sama.
Dengan berdasar pada beberapa pengertian iklim dan atau
iklim kelas di atas, maka dapat dipahami bahwa iklim kelas adalah
segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta
didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari
kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar. Situasi di sini dapat
dipahami sebagai beberapa skala
(scales)
yang dikemukakan oleh
beberapa ahli dengan istilah seperti kekompakan
(cohesiveness),
kepuasan
(satisfaction),
kecepatan
(speed),
formalitas
(formality),
kesulitan
(difficulty),
dan demokrasi
(democracy)
dari kelas.
2.
Dimensi Iklim Kelas
Beberapa dimensi iklim kelas adalah dimensi hubungan
(relationship),
dimensi pertumbuhan dan perkembangan pribadi
(personal growth / development)
dan dimensi perubahan dan perbaikan
sistem
(system maintenance and change)
serta lingkungan fisik
(physical
D.
Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru
Kartono (1984:77) mengemukakan persepsi adalah pengamatan
secara global, belum disertai kesadaran, sedang subjek dan objeknya belum
terbedakan satu dari yang lainnya (baru ada proses memiliki tanggapan).
Davidoff (1998:232) juga mengemukakan definisi persepsi yaitu
sebagai proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera
kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita
dapat menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan diri sendiri.
Sarlito (1992:45) mendefiniskan persepsi sebagai sejumlah
penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang
lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai
objek-objek.
Dari beberapa pernyataan di atas kita bisa mengambil suatu
kesimpulan bahwa persepsi adalah proses memahami, menerima,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan rangsang dari lingkungannya
melalui panca indera, sehingga individu menyadari dan mengerti apa yang
diinderakan.
a.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi merupakan suatu tanggapan terhadap suatu objek yang
dapat diterima dan dimengerti oleh penerima rangsang atau stimulus.
Tanggapan tersebut bersifat individual. Stimulus adalah segala sesuatu
2004:87). Stimulus dapat berasal dari dalam dan luar diri individu.
Namun, kebanyakan stimulus berasal dari luar diri individu.
Persepsi diawali dengan proses penginderaan, selanjutnya akan
memunculkan aktivitas kognitif yang bersifat psikologis. Menurut
Irwanto dkk (1998:76-77) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
yaitu: (1) Perhatian yang selektif; (2) ciri-ciri rangsang; serta (3)
nilai-nilai dan kebutuhan individu. Ketiga faktor dijelaskan sebagai berikut:
1)
Perhatian yang Selektif
Setiap saat individu berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi dengan
lingkungan mempengaruhi individu untuk menerima rangsang dari
dunia sekitar. Rangasang atau stimulus yang diterima individu
sangatlah beragam. Hal ini mendorong individu hanya memusatkan
perhatian pada rangsang-rangsang tertentu. Perhatian sebagai langkah
persiapan dalam pemusatan dari seluruh aktivitas individu terhadap
suatu objek atau sekumpulan objek (Walgito, 2004:98). Perhatian
pada suatu objek tergantung dari intensitas objek tersebut. Perhatian
memiliki intensitas yang secara intensif dan tidak intensif terhadap
suatu objek. Perhatian dapat intensif apabila dikuatkan oleh
banyaknya rangsang yang diterima dan perhatian dapat tidak intensif
apabila kurang dikuatkan oleh rangsang tersebut (Soemanto,
2)
Ciri-ciri Rangsang
Dalam melakukan persepsi rangsang yang diterima harus kuat hingga
melewati ambang rangsang. Ambang rangsang pada kekuatan
rangsang minimal dapat diterima oleh individu (Walgito 2002:46).
Berkaitan dengan perhatian, individu lebih tertarik pada rangsang
yang memiliki intensitas kuat karena dianggap dapat menarik
perhatian. Rangsang dengan perubahan dari keadaan statis akan lebih
mudah diterima oleh individu. Rangsang dengan ukuran besar dan
diterima secara berulang-ulang, memudahkan individu untuk
menerimanya (Irwanto, dkk 1998:76).
3)
Nilai-nilai dan Kebutuhan Individu
Davidoff (Walgito, 2004:89) mengemukakan bahwa persepsi bersifat
infividual sehingga persepsi individu yang satu dengan yang lain
berbeda. Objek yang diterima oleh individu dapat berbeda satu
dengan yang lainnya dapat berbeda. Hal ini ditemukan oleh nilai dan
kebutuhan individu itu sendiri. Nilai dan kebutuhan menjadi
b.
Pengertian Persepsi Siswa
Seorang guru bagi siswa merupakan salah satu komponen yang
penting dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan. Oleh karena itu guru merupakan salah satu komponen
penting di bidang pendidikan yang harus berperan aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga yang berkompeten, sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti
khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung
jawab untuk membawa para siswanya pada kedewasaan (Sardiman,
1986:125)
Guru merupakan orang yang penting statusnya di dalam kegiatan
belajar mengajar karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu
mengatur dan mengemudikan bahtera kehidupan kelas. Bagaimana
suasana kelas berlangsung merupakan hasil dari kerja guru. Suasana
kelas yang dapat “hidup”, siswa dapat belajar dengan tekun tetapi tidak
merasa terkekang. Di dalam melaksanakan tugas tersebut guru berupaya
sekuat tenaga agar kehidupan kelas dapat berjalan dengan mulus, siswa
dapat belajar tanpa hambatan dan dapat menguasai apa yang diajarkan
c.
Kompetensi Guru
Kompetensi guru merupakan kemampuan guru atau penguasaan
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan menjalankan tugas sebagai
pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru dituntut memiliki
seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar. Sedangkan
guru sebagai pendidik dituntut dapat menanamkan nilai-nilai yang
terkandung pada berbagai pengetahuan yang disertai dengan
contoh-contoh teladan dan tingkah laku gurunya. Jadi tugas guru selain
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa juga mendidik siswa
menjadi warga negara yang baik dan utuh.
Mengingat peran dan tanggung jawab guru sangat besar dalam
dunia pendidikan, seorang guru harus memiliki kompetensi sebagai
modal dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun
2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru bahwa
kompetensi guru dibedakan menjadi empat bagian yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Ke empat kompetensi tersebut tidak bisa dipisah-pisahkan,
karena ke empat kompetensi tersebut terpadu di dalam diri dan tingkah
laku guru. Guru yang terampil mengajar harus pula memiliki
kepribadian yang baik dan mampu mengelola pembelajaran peserta
bermasyarakat. Keempat kompetensi tersebut akan diuraikan sebagai
berikut:
1)
Kompetensi Kepribadian
Menurut Masidjo (2007), kompetensi kepribadian berarti
kemampuan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif,
berwibawa, berakhlak mulia, dan dapat menjadi teladan.
Guru
dalam
menjalankan
tugasnya hendaknya dapat
mengembangkan kepribadiannya. Dalam kedudukannya sebagai
makhluk yang beriman, ia bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Misalnya dengan beribadah sesuai dengan agamanya, mengamalkan
ajaran-ajaran agama yang dianut dan bertoleransi dengan penganut
agama lainnya. Guru juga mengembangkan sifat-sifat terpujinya
dengan menerapkan sifat-sifat sabar, demokratis, menghargai
pendapat orang lain, sopan, dan tanggap terhadap pembaharuan.
Guru dalam menghadapi masalah apapun dapat bersikap dewasa
untuk menyelesaikannya, dan mempunyai kewibawaan yang tinggi
di depan keluarga, rekan kerja, anak didik maupun masyarakat
sekitar.
2)
Kompetensi Pedagogik
Menurut Masidjo (2007), kompetensi pedagogik ialah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, meliputi :
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan potensi
peserta didik.
Guru sebaiknya mempunyai sikap positif terhadap dirinya
sendiri. Sebab dengan sikapnya tersebut akan mempengaruhi tinggi
rendahnya kualitas dan kuantitas layanan kepada siswa. Proses
belajar dan hasil belajar bukan saja ditentukan oleh sekolah,
struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan
oleh guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya,
sehingga belajar para siswa akan berada pada tingkat optimal.
Guru harus mengenal setiap murid yang dipercayakan
padanya. Bukan saja mengenai sifat, tetapi juga harus mengenal
sifat, kebutuhan, kemampuan dan cara belajar murid secara khusus.
Guru harus bisa menjadi guru yang disenangi oleh siswa-siswanya.
Misalnya guru bersifat ramah dan memahami setiap orang, sabar
dan suka membantu, memberi perasaan tenang, adil dan tidak
memihak, cerdas dan memiliki rasa humor serta memperlihatkan
tingkah laku yang menarik. Di dalam kelas, di mana siswa
bermacam-macam latar belakang minat dan kebutuhannya maka
guru harus sanggup merangsang murid-murid belajar, menjaga
sehingga pengajaran berjalan dengan baik dan memberikan hasil
yang memuaskan.
Guru harus terampil dalam menyiapkan bahan pelajaran,
menyusun satuan pelajaran dan menyampaikan ilmu kepada murid.
Guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar
mengajar secara efektif. Untuk itu ia harus memiliki pengetahuan
yang cukup tentang merumuskan tujuan, memiliki bahan, memiliki
metode dan menetapkan evaluasi. Guru juga harus mampu
mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar sehingga
tercipta suasana yang menyenangkan bagi anak. Dalam fungsinya
dalam evaluasi hasil belajar, seorang guru hendaknya secara terus-
menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa
dari waktu ke waktu.
3)
Kompetensi Profesional
Menurut Masidjo (2007), kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar
nasional pendidikan.
Guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki
pengetahuan yang luas dan baru mengenai ilmu yang akan
pendidikan nasional. Mengelola kegiatan sekolah yang
mencerminkan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan.
Dapat menguasai bahan pengajaran yang diterapkan pada anak
didik. Guru hendaknya juga dapat memilih dan mengembangkan
media pengajaran yang sesuai. Misalnya dengan memilih media
yang tepat, membuat media pengajaran yang sederhana dan
menggunakan media pengajaran dengan tepat dan optimal. Serta
guru dapat memilih dan memanfaatkan berbagai jenis dan kegunaan
sumber belajar.
4)
Kompetensi Sosial
Menurut Masidjo (2007), kompetensi sosial adalah
kemampuan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.
Seorang guru harus dapat menjaga hubungan yang baik
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru dalam
hubungannya dengan peserta didik haruslah merupakan seorang
figur yang berwibawa dan bisa menjadi panutan. Menjadi orang
yang disenangi oleh peserta didik dan benar-benar dapat menjalin
disegani oleh anak didiknya. Dengan sesama pendidik, guru harus
menjalin hubungan yang baik untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Dengan memiliki hubungan yang baik maka akan
tercipta kerja sama yang baik pula. Guru berlatih menerima dan
memberikan balikan serta bersama-sama mengikuti perkembangan
profesi. Tenaga kependidikan dan guru juga harus sama-sama
menjalin hubungan yang baik agar bisa saling membantu apabila
ada kesulitan dan masalah yang berhubungan dengan kependidikan.
Guru juga harus mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Lewat hubungan yang baik pula maka mereka akan bisa cepat
menerima keberadaan, kewibawaan, dan peranannya sebagai
seorang guru sekaligus sebagai anggota di dalam lingkungan
masyarakat. Gurupun hendaknya memegang dan menjalankan
E.
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Cicilia Sari Wahyuni (2003) yang dilakukan di SMK
Tarakanita Kalasan menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan
antara persepsi siswa tentang kompetensi guru, motivasi belajar, dan kegiatan
belajar dengan hasil belajar akuntansi.
Hasil penelitian Fransiska Dian Wasitaningsih (2003) yang berjudul
hubungan antara disiplin belajar, motivasi belajar dan perhatian orang tua
dengan prestasi belajar siswa menunjukkan adanya hubungan yang positif dan
signifikan antara disiplin belajar, motivasi belajar dan perhatian orang tua
dengan prestasi belajar siswa.
Berbagai penelitian yang dirangkum oleh Tarmidi (2006) menunjukkan
bahwa iklim kelas merupakan variabel yang berkorelasi positif terhadap prestasi
belajar siswa. Dengan kata lain, iklim kelas merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran di kelas. Namun demikian,
pada umumnya guru dan kepala sekolah belum mengetahui makna dan hakikat
serta dampak iklim kelas terhadap proses belajar – mengajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara disiplin belajar, iklim kelas, dan persepsi siswa
tentang kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dari
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya seperti yang telah
F.
Kerangka berpikir
1.
Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Siswa yang motivasi belajarnya tinggi akan cenderung menguasai
pelajaran yang mereka pelajari sehingga prestasi yang diraih meningkat pula.
Dengan demikian siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi pada
umumnya mempunyai prestasi belajar yang tinggi pula karena keterlibatan
dan aktivitas yang tinggi dalam belajar.
2.
Hubungan Iklim Kelas dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Iklim kelas yang mendukung, diantaranya suasana belajar yang
kondusif dan siswa yang proaktif, akan dapat memperlancar proses belajar
mengajar dan membuat siswa merasa nyaman dan bergairah dalam belajar.
Dengan demikian siswa yang berada pada kelas dengan iklim yang
mendukung dimungkinkan akan mendapatkan prestasi belajar akuntansi yang
tinggi pula.
3.
Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru dengan Prestasi
Belajar Akuntansi
Kompetensi guru yang handal guru akan membuat siswa lebih mudah
memahami mata pelajaran yang diajarkan, sehingga akan membuat siswa
semakin perhatian dan menyenangi mata pelajaran yang diajarkan. Dengan
demikian kompetensi guru yang handal akan membuat siswa mendapatkan
4.
Hubungan Motivasi Belajar, Iklim Kelas, dan Persepsi Siswa Tentang
Kompetensi Guru dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Dengan adanya iklim kelas yang mendukung, diantaranya suasana
belajar yang kondusif dan siswa yang proaktif, sehingga dapat memperlancar
proses belajar mengajar dan membuat siswa akan merasa nyaman dan
bergairah dalam belajar. Selain itu juga diperlukan kompetensi guru yang
handal juga akan membuat siswa semakin perhatian dan menyenangi mata
pelajaran yang diajarkan sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajar
akuntansi yang tinggi. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi juga akan
menyebabkan siswa dapat terlibat dan aktif dalam belajar, sehingga
prestasinya menjadi lebih baik.
G.
Perumusan hipotesis
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara, yang belum final dan
masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini
merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara sehingga menjadi
tuntunan untuk mencari jawaban yang sebenarnya atas dasar kerangka berpikir
tersebut di atas.
Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.
Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi
2.
Ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan prestasi belajar
akuntansi.
3.
Ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi
guru dengan prestasi belajar akuntansi.
4.
Ada hubungan yang signifikan antara motivasi, iklim kelas, dan persepsi
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus
yaitu jenis penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam
terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu (Suharsimi Arikunto,
2006:142). Penelitian tentang hubungan motivasi belajar, iklim kelas, dan
persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar akuntansi
dilakukan di SMK BOPKRI 1 Yoyakarta dan SMK Sanjaya Pakem, sehingga
kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada siswa Jurusan Akuntansi SMK
BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMK Sanjaya Pakem.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMK
Sanjaya Pakem yang dilaksanakan pada tanggal April s/d Mei 2011.
C.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau keseluruhan
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa Jurusan
Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMK Sanjaya Pakem pada
tahun ajaran 2010/2011.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. Dalam penelitian
ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling
dengan menetapkan siswa kelas X dan XI Jurusan Akuntansi sebagai sampel
yang berjumlah 100 siswa. Pertimbangannya adalah bahwa kelas XII Jurusan
Akuntansi sedang melaksanakan Ujian Nasional (UN), sehingga kepala
sekolah tidak mengizinkan peneliti untuk meakukan penelitian.
D.
Variabel Penelitian dan Pengukuran
1.
Variabel Penelitian
a.
Variabel Bebas
(independent variable)
Menurut Nawawi (1994:50), variabel bebas adalah himpunan
sejumlah gejala yang mewakili berbagai aspek atau unsur yang berfungsi
mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain yang disebut
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
1)
Variabel Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keadaan psikologis dalam diri
pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan
2)
Variabel Iklim Kelas
Iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat
hubungan antara guru dan peserta didik yang menjadi ciri
khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.
3)
Variabel Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru
Persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah
tanggapan siswa mengenai kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
dalam menjalankan tugas sebagai pengajar dan pendidik, yang
meliputi empat kompetensi diantaranya kompetensi
pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi profesional.
b.
Variabel Terikat
(dependent variable)
Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki
sejumlah aspek atau unsur di dalamnya yang berfungsi menerima atau
menyesuaikan diri dengan kondisi variabel lain yang disebut variabel
bebas. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
berupa pengetahuan dan keterampilan melalui serangkaian tes yang
biasanya dilambangkan dengan angka nilai. Variabel terikat dalam
2.
Pengukuran Variabel
a.
Variabel Bebas
(independent variable)
Pada penelitian ini semua variabel bebas akan diukur dengan
menggunakan skala sikap dari Likert, yaitu suatu cara yang sistematis
untuk memberi skor dalam suatu kuesioner yang telah dibagikan. Ada dua
kategori pernyataan yang digunakan, yaitu pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Dalam skala ini digunakan penskoran sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skala Sikap
Jawaban
Pernyataan
Positif
(skor)
Pernyataan
Negatif
(Skor)
Sangat Setuju (SS)
5
1
Setuju (S)
4
2
Ragu-ragu (R)
3
3
Tidak Setuju (TS)
2
4
1)
Variabel Motivasi Belajar
Tabel 3.2
Pengembangan Variabel Motivasi Belajar
Variabel Dimensi
Indikator
Peryataan
Positif Negatif
Motivasi
belajar
a.
Aktivitas siswa
di rumah
b.
Aktivitas siswa
di sekolah
Tanggung jawab
siswa dalam
melaksanakan tugas
Melaksanakan tugas
dengan target yang
jelas
Memliki tujuan yang
jelas dan menantang
Memiliki perasaan
senang dalam belajar
Selalu berusaha
untuk lebih baik
Belajar dengan
harapan mendapat
nilai bagus
Fasilitas yang
mendukung
Lingkungan belajar
yang kondusif
Tabel 3.3
Skor Item-item Pertanyaan Kuesioner Motivasi Belajar
Jawaban Pilihan
Pengembangan Variabel Iklim Kelas
Variabel Dimensi
Indikator
Pernyataan
Positif Negatif
Kejelasan aturan
Inovasi
Kelengkapan sumber
Tabel 3.5
Skor Item-item Pertanyaan Kuesioner Iklim Belajar
Jawaban Pilihan
3)
Variabel Kompetensi Guru
Tabel 3.6
Pengembangan Variabel Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru
Variabel Dimensi
Indikator
Pernyataan
Positif Negatif
Menguasai teori
belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran
Mengembangkan
kurikulum yang
terkait dengan mata
pelajaran yang
diampu
Menunjukkan etos
kerja, tanggung
jawab yang tinggi
dan rasa percaya diri
Menjunjung kode
etik profesi guru
d.
Kompetensi
Profesional
Mampu
berkomunikasi
dengan efektif
terhadap sesama guru
Menguasai materi
pelajaran
Skor Item-item Pertanyaan Kuesioner Persepsi Siswa Tentang Kompetensi
Guru
b. Variabel Terikat
(dependent variable)
Pada variabel terikat prestasi belajar akuntansi akan diukur
berdasarkan nilai ujian tengah semester genap tahun ajaran 2010/2011
E.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Kuesioner
Kuesioner merupakan pengumpulan data yang memberikan daftar
digunakan untuk mengungkap tentang variabel motivasi belajar, iklim kelas,
dan persepsi siswa tentang kompetensi guru.
2.
Dokumentasi
Dokumentasi ini digunakan untuk mengungkap data yang bersifat
khusus, yang diyakini kebenarannya dan sesuai dengan peristiwa yang terjadi.
Data diperoleh dari pihak yang berwenang. Dokumentasi digunakan untuk
mencari data mengenai prestasi belajar akuntansi untuk siswa Jurusan
Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMK Sanjaya Pakem.
F.
Uji instrumen Penelitian
1.
Pengujian Validitas Kuesioner
Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila suatu alat pengukur
tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat atau teliti.
Pengujian kevalidan alat ukur dapat menggunakan metode analisis butir
dengan menguji apakah item telah mengungkapkan faktor atau indikator yang
ingin diselidiki. Pengujian validitas dilakukan dengan perhitungan korelasi
Product Moment
dari Karl Pearson dengan rumus (Arikunto,1993:138):
( )( )
Rxy = Koefisien korelasi
x = Nilai masing-masing item
n = Jumlah responden
Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi
dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran r
≥
r tabel
maka item
tersebut dinyatakan valid. Untuk korelasi yang diperoleh dari hasil
perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang
diukur. Selanjutnya harga koefisien korelasi ini dibandingkan dengan harga r
korelasi
Product Moment
pada tabel. Jika r
hitung> r
tabel, maka butir soal
tersebut dapat dikatakan valid.
Uji validitas dilakukan dengan program
SPSS 12.0 for Windows
dengan jumlah responden (n) sebanyak 30 siswa, maka angka pada r tabel
pada taraf signifikasi 5% menunjukkan 0,361. Hasil pengujian validitas pada
masing-masing variabel dapat dilihat pada penjelasan berikut:
a.
Motivasi Belajar
Hasil uji validitas pada variabel motivasi belajar dapat dilihat
pada lampiran 2. Berikut ringkasan hasil pengujian validitas item pada
Tabel 3.8.
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar
Butir
r
hitungr
tabelHasil Analisis
1
0,848
0,361 Valid
2
0,808
0,361
Valid
3
0,460
0,361
Valid
4
0,657
0,361
Valid
5
0,687
0,361
Valid
6
0,452
0,361
Valid
7
0,798
0,361
Valid
8
0,812
0,361
Valid
9
0,615
0,361
Valid
10
0,448
0,361
Valid
11
0,571
0,361
Valid
12
0,477
0,361
Valid
13
0,662
0,361
Valid
14
0,573
0,361
Valid
Berdasarkan tabel 3.8 di atas, diketahui bahwa hasil pengujian
validitas 14 item pernyataan dalam kuesioner untuk mengukur variabel
motivasi belajar dinyatakan valid karena r
hitunglebih besar dari r
tabel.
b.
Iklim Kelas
Hasil uji validitas pada variabel iklim kelas dapat dilihat pada
lampiran 2. Berikut ringkasan hasil pengujian validitas item pada variabel
Tabel 3.9.
Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Kelas
Butir
r
hitungr
tabelHasil Analisis
1
0,564
0,361 Valid
2
0,596
0,361
Valid
3
0,557
0,361
Valid
4
0,558
0,361
Valid
5
0,541
0,361
Valid
6
0,683
0,361
Valid
7
0,693
0,361
Valid
8
0,754
0,361
Valid
9
0,654
0,361
Valid
10
0,695
0,361
Valid
11
0,753
0,361
Valid
12
0,575
0,361
Valid
13
0,737
0,361
Valid
14
0,677
0,361
Valid
Berdasarkan tabel 3.9 di atas, diketahui bahwa hasil pengujian
validitas 14 item pernyataan dalam kuesioner untuk mengukur variabel
iklim kelas dinyatakan valid karena r
hitunglebih besar dari r
tabel.
c.
Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru
Hasil uji validitas pada variabel persepsi siswa tentang
pengujian validitas item pada variabel persepsi siswa tentang kompetensi
guru.
Tabel 3.10.
Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa tentang
Kompetensi Guru
Butir
r
hitungr
tabelHasil Analisis
1
0,850
0,361 Valid
2
0,836
0,361
Valid
3
0,419
0,361
Valid
4
0,740
0,361
Valid
5
0,666
0,361
Valid
6
0,579
0,361
Valid
7
0,729
0,361
Valid
8
0,824
0,361
Valid
9
0,578
0,361
Valid
10
0,467
0,361
Valid
11
0,547
0,361
Valid
12
0,517
0,361
Valid
13
0,708
0,361
Valid
14
0,673
0,361
Valid
Berdasarkan tabel 3.10 di atas, diketahui bahwa hasil pengujian
validitas 14 item pernyataan dalam kuesioner untuk mengukur variabel
2.
Pengujian Reliabilitas Kuesioner
Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk dapat dipakai sebagai pengumpul data. Untuk
menguji reliabilitas instrumen pada penelitian ini rumus yang dipakai yaitu
koefisien
Alfa Cronbach
(Suharsimi Arikunto,1998: 193):
(
)
⎥
⎥
⎦
r = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal
Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya reliabilitas pedoman
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11
Instrumen Interpretasi Reliabilitas
No
Tingkat Penguasaan
Kriteria Penilaian
1 0,80-1,00
Sangat
Tinggi
2 0,60-0,79
Tinggi
3 0,40-0,59
Cukup
4 0,20-0,39
Rendah
Jika nilai
Cronbach Alpha
sama atau lebih dari 0,60 maka instrumen
penelitian dinyatakan reliabel sebaliknya jika nilai
Cronbach Alpha
kurang
dari 0,60 maka intrumen penelitian tidak reliabel (Nunnaly,1997).
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach
dan dikerjakan dengan program SPSS
for Windows Versi
12.0.
Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut
ringkasan hasil pengujiannya.
Tabel 3.12.
Rangkuman Pengujian Reliabilitas
Variabel
Koef.
Alpha
Kriteria
Reliabilitas
Status
Tingkat
Keandalan
Motivasi Belajar
0,908
0,60
Andal
Tinggi
Iklim Kelas
0,919
0,60
Andal
Tinggi
Kompetensi Guru
0,919
0,60
Andal
Tinggi
Berdasarkan tabel 3.7. di atas, diketahui bahwa koefisien alpha untuk
masing-masing variabel lebih besar dari nilai kriteria reliabilitas, maka dapat
dikatakan semua variabel tersebut reliabel.
G.
Teknik Analisis Data
1.
Uji persyaratan analisis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis korelasi
apabila memenuhi syarat antara lain: skala data interval atau rasio,
berdistribusi normal, linear antara variabel bebas dengan variabel terikat,
maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji linearitas sebagai
prasyarat untuk dilakukan analisis data.
a.
Pengujian Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk menguji normal tidaknya data hasil
pengukuran. Apabila data yang terjaring berdistribusi normal, maka
analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Untuk mengetahui hal
tersebut maka akan digunakan rumus
Kolmogorov Smirnov
(Sugiyono,
1999:255):
( )
−( )
Χ=MaksimumF Sn
D 0