• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN JUAL BELI ELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III MI MA’ARIF KUTOWINANGUN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN JUAL BELI ELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III MI MA’ARIF KUTOWINANGUN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015 - Test Repository"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS

MATERI KEGIATAN JUAL BELI

MELALUI PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING

(CTL) PADA SISWA KELAS III

MI MA’ARIF KUTOWINANGUN SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

PIPIT PUSPASARI

NIM 11511007

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS

MATERI KEGIATAN JUAL BELI

MELALUI PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING

(CTL) PADA SISWA KELAS III

MI MA’ARIF KUTOWINANGUN

SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

PIPIT PUSPASARI

NIM 11511007

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(4)

iv

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax.323433 Kode Pos 50721 Salatiga

Website:http://iainsalatiga.ac.idemail:administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara :

Nama : Pipit Puspasari

NIM : 11511007

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI

KEGIATAN JUAL BELI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PADA SISWA KELAS III MI MA’ARIF

KUTOWINANGUN SALATIGA TAHUN

PELAJARAN 2015

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 7 Juli 2015

Pembimbing

Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd

(5)

v

SKRIPSI

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS

MATERI KEGIATAN JUAL BELI

MELALUI PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING

AND LERANING

(CTL) PADA SISWA KELAS III

MI MA’ARIF KUTOWINANGUN SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2015

DISUSUN OLEH

PIPIT PUSPASARI

NIM: 11511007

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan PGMI, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Pipit Puspasari

Nim : 11511007

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 8 Agustus 2015

Yang menyatakan,

Pipit Puspasari

(7)

vii

MOTTO

ِساَّبَع ُنْبِا ْنَع

ُوْهِّقَفُي اًرْيَخ ِوِب ُالله ِد ِرُي ْنَم : ََََِّ َْ َ ُ

ََّصَلَّى اللهُ عَلَيْه ِالله ُل ْىُسَر َلاَق : َلاَق ُوْنَع ُالله َي ِضَر

َو ِنْيِّذلا ْيِف

)ْي ِراَخُبْلا ُها َوَر( ... ِمُّلَعَّتلااِب ُمْلِعْلا اَمَّنِا

Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

 Alm. Ayahku tercinta Kusmanto dan Ibunda tercinta Eri Wijayanti

terima kasih atas segalanya hingga aku bisa meraih gelar SI seperti

yang kalian harapkan selama ini.

 Kakakku Bagus Zulkarnain Efendi dan kakak ipar ku yang telah banyak

memberikan bantuan kepada penulis.

 Kekasihku tercinta Okta Gunarso yang selalu memberikan dukungan,

semangat dan doa untuk penulis.

 Bapak Ibu Dosen IAIN Salatiga yang selalu membimbing dan

memberikan ilmu yang bermanfaat.

 Seluruh keluarga besar MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga

 Seluruh teman senasib dan seperjuangan PGMI Transfer Angkatan

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur atas rahmat dan nikmat Allah SWT. Hanya dengan

kehendaknya segala sesuatu terjadi dan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan semua Umat Islam yang

Mengikutinya.

Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, penulis skripsi dengan judul :

Peningkatan Prestasi Belajar IPS Materi Kegiatan Jual Beli Melalui Pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III MI Ma’arif

Kutowinangun Salatiga Tahun 2015 ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah

satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhitung

kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

Harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis pada khususnya

dan untuk pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini

tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Atas

segala dorongan dan bantuannya penulis menghaturkan banyak terima kasih

kepada :

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

(9)

ix

3. Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

IAIN Salatiga.

4. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah

memeberikan bimbingan, dorongan dan perhatian dengan penuh kesabaran

sampai terselesaikannya skripsi ini.

5. Dosen dan karyawan IAIN Salatiga.

6. Kepala Madrasah dan segenap guru MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga yang

telah memberikan izin dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga yang sudah

membantu penulis dalam pengumpulan data.

8. Teman-teman kampus dan semua pihak yang telah membantu penulis

menempuh studi di IAIN Salatiga sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis yakin skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak

kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun sangat kami

harapkan. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak

terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara umum.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 8 Agustus 2015

Penulis

Pipit Puspasari

(10)

x

ABSTRAK

Puspasari, Pipit. 2015. Peningkatan Prestasi Belajar IPS Materi Kegiatan Jual Beli Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III Mi Ma’arif Kutowinangun Salatiga Tahun Ajaran

2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.

Kata kunci:Prestasi belajar IPS dan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL).

Penelitian ini di latar belakangi adanya kenyataan bahwa hasil evaluasi yang didapatkan dari guru kelas menunjukan bahwa pencapaian kkm kelas yang dilihat dari kkm individu baru mencapai 76% dari target minimal 85%. Sedangkan pencapaian kkm nasional secara klasikal baru 47%. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi siswa masih dibawah standar kkm yang diharapkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi yang di peroleh peserta didik setelah di terapkannya Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) pada pembelajaran IPS siswa kelas III MI Ma’arif, Kutowinangun, Salatiga. Masalah yang ingin di jawab dalam penelitian ini adalah apakah dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat

meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas III MI Ma’arif,

Kutowinangun, Salatiga? Apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan presentase pencapaian KKM kelas?

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL). Subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga. Data penelitian ini di ambil melalui pemberian tes formatif untuk mengetahui prestasi belajar siswa, dengan materi pokok kegiatan jual beli berdasarkan hasil penelitian maka pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS bagi siswa kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga tahun pelajaran 2015. Siklus I ke siklus II terjadi kenaikan 0,80 dan pada siklus II ke siklus III terjadi kenaikan 1,17.

(11)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO dan PERSEMBAHAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 7

(12)

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Prestasi Belajar ... 18

1. Pengertian Prestasi Belajar... 18

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 19

B.IPS di Madrasah Ibtidaiyah ... 19

2. Syarat terjadinya pasar ... 25

3. Pasar tradisional ... 25

4. Pasar moderen... 26

5. Kegiatan jual beli di lingkungan sekolah... 26

6. Kebutuhan sehari-hari... 26

D.Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 27

1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 27

2. Konsep Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 30

3. Karakteristik Contextual Teaching And Learning (CTL)... 32

4. Prinsip Contextual Teaching And Learning (CTL)... 34

5. Langkah-langkah pembelajaran (CTL)... 40

6. Kelebihan Pembelajaran (CTL)... 41

7. Kelemahan Pembelajaran (CTL)... 42

E. KKM ... 42

1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)... 42

2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal...44

3. Prinsip Penetapan KKM... 46

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.Subjek Penelitian ... 48

(13)

xiii

B.Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 50

C.Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 54

D.Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 62

1. Siklus I ... 62

2. Siklus II ... 63

3. Siklus III ... 64

B.Pembahasan ... 66

1. Hasil Rekapitulasi ... 66

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 70

B.Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Daftar Guru MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga ... . 48

Tabel 3. 2 Daftar Nama Siswa Kelas III MI Ma’arif Kutowinangun ... . 49

Tabel 4. 3 Nilai Siswa Siklus I ... . 62

Tabel 4. 4 Nilai Siswa Siklus II ... . 63

Tabel 4. 5 Nilai Siswa Siklus III ... . 64

Tabel 4. 6 Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus I, Siklus II, Siklus III ... . 66

Tabel 4. 7 Tabel Perbandingan Prestasi Belajar IPS Siklus I, II, III ... . 67

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I

Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

Lampiran 3 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus III

Lampiran 4 Lembar instrumen siswa

Lampiran 5 Lembar isntrumen guru

Lampiran 6 Nilai Pra Siklus

Lampiran 7 Soal tes formatif siklus I, II, III

Lampiran 8 Contoh jawaban dari siswa dalam menjawab soal tes

Lampiran 9 Nilai tes formatif siklus I, II, III

Lampiran 10 Soal kelompok

Lampiran 11 Penilaian kelompok

Lampiran 12 Dokumentasi

Lampiran 13 Lembar konsultasi skripsi

Lampiran 14 Surat permohonan ijin penelitian

Lampiran 15 Surat keterangan penelitian

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam arti luas, pendidikan seumur hidup bermakna bahwa

pendidikan adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Pendidikan adalah hidup.

Pengalaman belajar dapat berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang

hayat. Pendidikan adalah segala sesuatu dalam kehidupan yang mempengaruhi

pembentukan berpikir dan bertindak individu. Pendidikan merupakan proses

tanpa akhir yang diupayakan oleh siapa pun, terutama sebagai tanggung jawab

negara (Soyomukti, 2010:28-29).

Pendidikan dalam arti sempit, dilihat dari maknanya yang sempit

pendidikan identik dengan sekolah. Berkaitan dengan hal ini, pendidikan

adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga tempat

mendidik (mengajar). Pendidikan merupakan segala pengaruh yang diupayakan

sekolah terhadap anak dan remaja (usia sekolah) yang diserahkan kepadanya

(sekolah) agar mempunyai kemampuan kognitif dan kesiapan mental yang

sempurna dan berkesadaran maju yang berguna bagi mereka untuk terjun ke

masyarakat, menjalin hubungan sosial, dan memikul tanggung jawab mereka

sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial (Soyomukti,2010:40-41).

Pendidikan di Indonesia secara umum masih menyisakan berbagai

polemik pendidikan hingga menimbulkan pro-kontra pada kalangan pemerhati

(18)

2

beban belajar menyebabkan guru harus menyelesaikan beban tersebut dalam

waktu yang telah ditentukan. Untuk mencapai target, guru cenderung

mengabaikan proses pembelajaran dengan cara membelajarkan siswa secara

tekstual dengan buku-buku LKS yang bisa didapatkan dengan mudah.

Memberikan pekerjaan rumah kepada siswa, dan cenderung mengabaikan

aspek konkrit pembelajaran yang merupakan hal yang paling penting bagi

siswa untuk menghadapi lingkungan nyata siswa.

Setelah dilakukan observasi awal di MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga,

diketahui bahwa prestasi belajar IPS di sekolah tersebut tergolong rendah. Hal

inI disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain media pembelajaran yang

terbatas, model pembelajaran guru yang klasikal dan monoton, serta kurangnya

minat belajar siswa.

Hasil evaluasi yang didapatkan dari guru kelas menunjukan bahwa

pencapaian kkm kelas yang dilihat dari kkm individu baru mencapai 76 dari

target minimal 85 . Sedangkan pencapaian kkm nasional secara klasikal baru

47 . Hal ini menunjukkan bahwa prestasi siswa masih dibawah standar kkm

yang diharapkan, oleh karena itu peneliti memahami dan ingin segera mungkin

memecahkan masalah yang telah terjadi.

IPS merupakan ilmu pengetahuan yang sangat menarik untuk di pelajari.

Materi-materi yang telah dikemas didalamnya sangat berpengaruh dalam

kehidupan sehari-hari. proses kehidupan manusia selalu berhubungan dengan

sesama manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal ini disebabkan karena

(19)

3

pendidikan tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata, melainkan juga

harus diarahkan membina siswa menjadi warga masyarakat dan warga negara

yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama. Oleh sebab itu,

siswa yang dibina tidak hanya cukup berpengetahuan dan berkemampuan

berpikir tinggi semata, melainkan harus memiliki kesadaran dan tanggung

jawab tinggi terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara (Rasimin,

2012:38). Dengan demikian materi IPS sangat mudah untuk di terapkan,

dimengerti, dicerna, dipahami dan di praktikan dalam kehidupan sehari-hari

peserta didik, khsusnya peserta didik kelas III MI Ma’arif Kutowinangun

Salatiga. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu sosial yang

disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah

dasar, ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi penggunaan program

pendidikan disekolah atau bagi kelompok belajar lainnya yang sederajat

(Ahmadi,2009:2).

Setelah penulis melakukan observasi awal di MI Ma’arif Kutowinangun

Salatiga masalah yang sering dihadapi oleh guru dalam menyampaikan materi

kegiatan jual beli di MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga siswa tidak

berkonsentrasi pada proses pembelajaran, siswa sering bermain sendiri dan

tidak memperhatikan guru saat menerangkan, guru tidak menggunakan media

dalam mengajar sehingga mempersulit siswa dalam menerima materi

pembelajaran, masalah-masalah yang semacam itu memang sering dijumpai di

Madrasah Ibtidaiyah, karena usia mereka khususnya kelas III MI masih sulit

(20)

4

guru. Mereka masih menyukai dunia bermain. Saat ini kinerja guru semakin

menurun karena beberapa faktor, antara lain rendahnya minat untuk

mempelajari media-media, model pembelajaran serta metode-metode baru,

yang dapat menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar. Guru tidak

dapat mengoperasikan media dengan baik sehingga mereka mengajar hanya

menggunakan metode ceramah, tidak menggunakan metode atau pendekatan

yang sesuai oleh materi yang akan mereka jelaskan kepada siswa.

Dengan adanya beberapa masalah yang muncul di MI Ma’arif

Kutowinangun Salatiga penulis mencoba menawarkan solusi dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam

mengajar materi kegiatan jual beli khususnya kelas III MI Ma’arif

Kutowinangun Salatiga. Penulis merasa bahwa pendekatan Contextual

Teaching And Learning (CTL) sangat mudah diterapkan, guru tidak perlu

membuat media dalam mengajar karena sering dijumpai guru direpotkan

dengan media dalam mengajar. Dengan pendekatan Contextual Teaching And

Learning (CTL) guru akan dimudahkan dalam melaksanakan proses belajar

mengajar, guru hanya memberikan arahan dan menerangkan materi sebelum

guru mengajak siswa terjun ke lapangan. Kegiatan ini membuat guru mudah

dalam menyampaikan materi yang akan diterima atau diserap oleh siswa

karena siswa terjun langsung ke lapangan dalam menerima materi

pembelajaran. Disana guru menjelaskan mengenai poin-poin materi yang akan

di sampaikan dengan melakukan kegiatan atau praktik langsung dan siswa

(21)

5

mengajak siswa untuk ke pasar guru mengarahkan dan menyuruh siswa untuk

praktik tentang pemahaman pembeli itu apa, saat terjadinya proses siswa

berkomunikasi dengan penjual di pasar dan melakukan proses membeli suatu

barang maka setelah itu siswa akan dijelaskan oleh guru bahwa siswa tersebut

telah menjadi pembeli. Dan masih banyak lagi contoh yang lainnya. Dengan

pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) menguntungkan untuk

siswa dan untuk guru.

Dalam pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa akan

merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan, di

lapangan atau diluar kelas akan membuat siswa menjadi lebih semangat dalam

menerima pembelajaran, mereka tidak merasakan bosan dan jenuh, karena hal

tersebut sering menjadi penghambat prestasi belajar ips. Maka dari itu penulis

ingin menciptakan pembelajaran yang menyenangan dan tidak membosankan,

pembelajaran yang mudah dipahami, dan lama diserap ada di pikiran siswa,

sehingga penulis menawarkan dengan pendekatan Contextual Teaching And

Learning (CTL) yang akan memudahkan guru dan siswa dalam proses belajar

mengajar, sehingga prestasi belajar IPS naik.

Fakor-faktor masalah yang ada jika tidak segera teratasi maka akan

semakin berdampak buruk pada siswa, prestasi belajar IPS mereka akan

semakin menurun atau rendah, adanya perubahan yang lebih baik akan

berdampak baik pula pada guru dan terutama pada siswa khususnya siswa

kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga. Penulis menawarkan pendekatan

(22)

6

pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) mudah diterapkan dan

mudah untuk dipahami siswa dan menyenangkan bagi siswa. Pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) sangat bermanfaat untuk guru dan

juga siswa. Untuk guru mudah dalam menyampaikan materi dan meringankan

guru dalam mengajar. Untuk siswa mudah dalam menerima materi,

menyenangkan dan tidak membosankan dalam menerima pembelajaran dan

siswa dapat menyimpan materi yang telah disampaikan oleh guru difikiran

mereka secara jangka panjang karena pendekatan Contextual Teaching And

Learning (CTL) akan merekam semua kegiatan yang telah siswa dan guru

lakukan sehingga akan tersimpan di memori siswa secara lama, apabila siswa

akan mengerjakan soal mereka akan mengingat kegiatan yang telah

disampaikan guru dan kegiatan yang telah mereka lakukan, sehingga mereka

akan selalu mengingatnya dan hal tersebut sangat memberikan keuntungan

kepada siswa karena soal-soal akan mereka jawab dengan mudah dan hal

tersebut akan membuat prestasi belajar IPS menjadi naik atau meningkat.

Banyaknya asumsi dan masalah-masalah yang ada, penulis melakukan

tindakan melalui kegiatan penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai skripsi

dengan judul PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI

KEGIATAN JUAL BELI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III MI

(23)

7

B.Rumusan Masalah

1. Apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar

IPS materi kegiatan jual beli pada siswa kelas III MI Ma’arif Kutowinangun

Salatiga?

2. Apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan persentase

pencapaian KKM kelas?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan

prestasi belajar IPS materi kegiatan jual beli pada siswa kelas III MI Ma’arif

Kutowinangun Salatiga.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan

persentase pencapaian KKM kelas.

D.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi

kegiatan jual beli pada siswa kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga.

2. Penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan persentase pencapaian

(24)

8

E.Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dapat diketahui kegunaan

penelitian ini yaitu:

1. Secara Teoritis

a. Di bidang akademik, dapat menambah khasanah di bidang pendidikan

khususnya berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran melalui

pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL).

b. Bagi peneliti lain, dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya yang

ingin meneliti tentang metode pembelajaran melalui pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan konteks yang berbeda.

2. Secara Praktis

a. Bagi sekolah, sebagai masukan untuk menerapkan pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran.

b. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan untuk memotivasi guru

dalam penerapan pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching

And Learning (CTL).

c. Bagi para guru, dapat menjadi masukan untuk menguatkan

kemampuannya dalam menerapkan pembelajaran melalui pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL).

F.Definisi Operasional

(25)

9

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses

belajar mengajar berupa perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh

pengalaman belajar (Tim Pustaka Phoenix, 2010:18).

2. Pendekatan CTL

Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong

siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka

(Sanjaya,2006:109).

Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah model

pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi

dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik

sehingga dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil

belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka (Khaeruddin,dkk, 2007:199).

Jadi pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) dari uraian

diatas dapat kita simpulkan bahwa Contextual Teaching And Learning

(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara

materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)

(26)

10

Teaching And Learning (CTL) jenis keterkaitan yaitu mengaitkan antara

materi dengan kehidupan nyata yang dialami oleh siswa.

G.Metodologi Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas atau dikenal

dengan sebutan PTK. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang

dilakukan oleh siswa (Arikunto,dkk, 2006:3).

Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas partisipan.

Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan apabila orang yang akan

melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian

sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan, sejak

perencanaan penelitian, peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti

memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta

berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. PTK partisipan dapat juga

dilakukan di sekolah. Peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan

terus menerus sejak awal sampai berakhir penelitian (Elfanany,2013:31-32).

2. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa

kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga. Siswa kelas III MI Ma’arif

(27)

11

adanya pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran agar siswa lebih

termotivasi dan pemahaman belajar merekapun menjadi meningkat.

Penelitian ini terdiri dari satu kelas yang siswanya berjumlah 17 anak, 8

laki-laki dan 9 perempuan.

3. Langkah-langkah penelitian instrumen penelitian

Penelitian menggunakan PTK guna mencari pemecahan masalah yang

ditemui di dalam kelas. PTK akan dilaksanakan dengan tiga siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari tahapan-tahapan yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses pengembangan rencana yang akan

dilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan masalah yang ada

dikelas. Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita

mengetahui masalah dalam pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan

adalah:

1) Mengadakan pertemuan dengan guru kelas III Mi Ma’arif

Kutowinangun Salatiga untuk berdiskusi tentang persiapan penelitian

2) Menyiapkan materi

3) Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

4) Membuat lembar soal untuk mengetahui prestasi belajar siswa

5) Memberi instrumen penelitian berupa lembar observasi kegiatan guru

(28)

12 b. Pelaksanaan

Tahap ke 2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

mengenakan tindakan kelas (Arikunto,dkk,2006:18).

Perencanaan diwujudkan dengan adanya tindakan dari guru berupa

solusi tindakan sebelumnya. Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga

kegiatan yaitu pendahuluan, inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi) dan

penutup.

c. Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan

pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (Arikunto,dkk,2006:19).

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah dilakukan (Arikunto,dkk,2006:19). Model dan penjelasan untuk

masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar: 1.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto,dkk,2006:19)

SIKLUS III Pelaksanaan Pengamatan

Refleksi

(29)

13 4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas

ini terdiri dari:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku objek sasaran (fathoni,2011:104). Orang yang

melakukan observasi disebut pengobservasi (observer) dan pihak yang

diobservasi disebut terobservasi (observee).

b. Soal tes

Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

mengikuti pembelajaran dengan pendekatan CTL materi kegiatan jual

beli. Soal tes berisi pertanyaan baik lisan maupun tertulis yang

berhubungan dengan materi yang sudah disampaikan atau diajarkan.

c. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat

membantu anda dalam mengumpulkan data penelitian, yang kaitannya

dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas anda

(Wiriaatmadja,2008:121).

5. Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini metode yang akan digunakan

(30)

14 a. Observasi

Dalam kegiatan ini penulis melakukan pengamatan di MI Ma’arif

Kutowinangun Salatiga dalam hal penilaian yang diketahui dari buku

laporan belajar siswa dan kondisi kegiatan belajar mengajar di MI

Ma’arif Kutowinangun Salatiga yang sudah berlangsung.

b. Tes

Dalam teknik pengumpulan data melalui tes, penulis membuat

lembar tes tertulis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

materi yang telah diberikan oleh guru kepada siswa.

c. Dokumentasi

Instrumen yang dapat penulis kumpulkan dalam teknik

dokumentasi adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

dan nilai peserta didik sebelum dilakukan pendekatan Contextual

Teaching And Learning (CTL) pada mata pelajaran IPS materi Kegiatan

Jual Beli.

Silabus adalah rancangan kegiatan pembelajaran yang digunakan

penulis sebagai landasan penyusunan RPP, sedangkan RPP digunakan

penulis untuk menjadi pedoman pembelajaran guru. Nilai peserta didik

sebelum menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning

(CTL) pada pelajaran IPS materi Kegiatan Jual Beli, penulis gunakan

untuk mengetahui sejauh mana siswa mengetahui pemahaman materi

(31)

15 6. Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis maka proses penelitian yang dilakukan

selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah terkumpul dengan lengkap

untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian tersebut. Kemudian dapat

ditarik kesimpulan berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah

diuji.

a. Penlaian Rata-rata

Penilaian rata-rata digunakan untuk mengukur prestasi belajar

siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X = ∑

∑ 100

X = Nilai rata-rata

∑ = Jumlah semua nilai siswa

∑ = jumlah siswa

(Aqib, dkk, 2010: 40).

b. Prosentase

Penghitungan prosentase digunakan untuk mengetahui pencapaian

KKM siswa. Rumus yang digunakan adalah:

P = 𝑋

(32)

16 Keterangan:

P = Prosentase

X = jumlah siswa yang tuntas belajar

XI = Jumlah siswa

(Aqib, dkk, 2010: 40).

7. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal,

bagian isi dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari sampul,

persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian

tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar

tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

Sedangkan pada bagian isi dalam sekripsi ini terdiri dari lima bab,

yaitu:

Bab I, merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator

keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian,

rancangan penelitian, subyek penelitian, langkah-langkah, instrumen

penelitian, pengumpulan data, analisis data.

Bab II merupakan kajian pustaka, yang membahas tentang konsep

prestasi belajar, konsep IPS, materi kegiatan jual beli, konsep CTL, konsep

(33)

17

Bab III merupakan laporan pelaksanaan penelitian yang

mendeskripsikan pelaksanaan penelitian pada siklus I, siklus II dan siklus

III.

Bab IV merupakan analisis data yang membahas tentang hasil

penelitian siklus I, siklus II, siklus III dan pembahasan mencakup

rekapitulasi siklus I, siklus II, siklus III . .

Bab V merupakan penutup yang terdiri atas kesimpulan dan

saran-saran.

Sedangkan pada bagian akhir pada skripsi ini terdiri dari daftar

(34)

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan

pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan

(Hamdani,2011:137).

Qohar dalam Hamdani (2011:137) berpendapat bahwa prestasi

merupakan hasil yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang

menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan.

Menurut Depdiknas dalam bukunya Yoni (2012:158) prestasi belajar

adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dilakukan atau

dikerjakan.

Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Yoni (2012:158) prestasi

belajar adalah hasil yang harus didukung oleh kesadaran seseorang atau

siswa untuk belajar.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa melakukan

kegiatan belajar sehingga ada perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan sikap siswa (Yoni,2012:158).

(35)

19

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar, kita ketahui semua, bukan saja dipengaruhi oleh

kemampuan intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh

faktor-faktor nonkognitif seperti emosi, motivasi, kepribadian serta berbagai

pengaruh lingkungan. Keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh

kemampuan kognitif, tetapi ternyata faktor nonkognitif (yaitu antara lain

motivasi, emosi,) tidak kalah penting, bahkan mempengaruhi tingkat kinerja

serta lingkungan maupun perkembangan dirinya sendiri. Meskipun sudah

menjadi pengetahuan umum, bahwa anak yang memiliki inteligensi (yang

diukur dengan Intelligence Quotient atau IQ) akan lebih mudah

merencanakan materi yang diajarkan. Dengan demikian prestasi belajar

biasanya lebih tinggi. Namun, inteligensi emosional yang akhir-akhir ini

banyak dibicarakan orang, atau yang biasa disebut EQ (Emotional

Intelligence), juga mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Motivasi ini

bersumber dari keyakinan kemampuannya untuk memperoleh sukses dalam

upaya mencapai sasaran yang dicanangkan. Hal ini berdampak pada upaya

mewujudkan prestasi belajar, mengaktualisasikan potensi seoptimal

mungkin (Semiawan,2008:12-13).

B.IPS di Madrasah Ibtidaiyah

1. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat IPS, adalah ilmu

(36)

20

serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka

memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik,

khususnya di tingkat dasar dan menengah (Susanto,2013:137). Hakikat IPS

di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai

media pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena

pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi

harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap,

dan kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan

kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi

kehidupan sosial siswa di masyarakat (Susanto,2013:138).

Menurut Maryani dalam bukunya Susanto (2013:140) pendidikan IPS

adalah bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan,

adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan

disiplin sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi yang

diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran.

Menurut Banks dalam bukunya Susanto (2013:140) pendidikan IPS

adalah social studies merupakan bagian dari kurikulum di sekolah yang

bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam

rangka berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, dan bahkan di dunia.

Banks menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS diterapkan di

sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi,

(37)

21

Menurut Jarolimek dalam bukunya Susanto (2013:141) pendidikan

IPS adalah berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampiln, sikap, dan

nilai-nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok

masyarakat di mana ia tinggal. Kedua pengertian di atas, yang di berikan

oleh Banks dan Jarolimek menekankan kepada upaya pembentukan moral

anak sebagai warga negara atau anggota masyarakat yang mampu berperan

serta dalam kelompok hidupnya.

Menurut Buchari Alma dalam bukunya Susanto (2013:141) IPS adalah

sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang

pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik,

maupun dalam lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari

berbagai ilmu sosial, seperti : geografi, sejarah, ekonomi, antropologi,

sosiologi, politik, dan psikologi. Dengan mempelajari IPS ini sudah

semestinya siswa mendapatkan bekal pengetahuan yang berharga dalam

memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan masyarakat

yang berbeda tempat maupun waktu, baik secara individu maupun secara

kelompok, untuk menemukan kepentingannya yang akhirnya dapat

terbentuk suatu masyarakat yang baik dan harmonis.

2. Tujuan IPS

Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan

(38)

22

yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat

(Susanto,2013:145).

Menurut Mutakin dalam bukunya Susanto (2013:145) merumuskan

tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunaan

metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat

keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di

masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta

mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil

tindakan yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun

diri sendiri agar survive kemudian bertanggung jawab membangun

masyarakat.

Dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah telah memberikan arah

yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS yaitu:

(39)

23

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

3. Fungsi IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial selain mempunyai tujuan membentuk warga

negara yang baik, dengan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan kehidupan di masyarakat, juga memiiki fungsi aplikatif.

Fungsi yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan sosial sebagai pendidikan.

Fungsi ilmu pengetahuan sosial sebagai pendidikan, selain memberikan

bekal pengetahuan dan keterampilan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Yang dimaksud keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu

yang berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja

sama, gotong royong, tolong-menolong sesama umat manusia, dan

melakukan tindakan dalam memecahkan persoalan sosial masyarakat.

Sedangkan keterampilan intelektual dalam ilmu pengetahuan sosial adalah

(40)

24

tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat

(Rasimin,2012:7-8).

Menurut Sumaatmadja dalam bukunya Rasimin (2012:8) fungsi ilmu

pengatahuan sosial sebagai program pendidikan adalah mengembangkan

perhatian dan kepedulian sosial siswa terhadap kehidupan di masyarakat dan

bermasyarakat.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi ilmu pengetahuan

sosial sebagai pendidikan adalah membina siswa menjadi warga negara

yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan kepedulian sosial

yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara.

Mengingat bahwa kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat berkembang

secara terus-menerus, maka landasan pengembangan ilmu pengetahuan

sosial sebagai program pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan dan

perubahan sekaligus kemajuan masyarakat (Rasimin,2012:8).

C.Materi Kegiatan Jual Beli

1. Kegiatan Jual Beli Di Lingkungan Rumah

Jual beli adalah suatu kegiatan yang menjual dan membeli barang.

Kegiatan jual beli tentu dilakukan oleh penjual dan pembeli di suatu tempat.

Kegiatan jual beli ini ditandai pula dengan terjadinya kesepakatan harga.

Penjual adalah orang yang mempunyai barang dagangan untuk dijual.

Pembeli adalah orang yang ingin membeli barang yang dijual. Contoh

(41)

25 a. Pasar

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Penjual

adalah orang yang menawarkan dagangan, sedangkan pembeli adalah

orang yang membeli barang dagangan.

b. Warung

Warung adalah tempat kegiatan jual beli di lingkungan rumah. Di

warung terdapat penjual yang menyediakan makanan. Di warung juga

terdapat pembeli yang membeli makanan atau barang yang disediakan.

c. Toko

Toko adalah tempat menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari

di antaranya beras, minyak, tepung, sabun, sampo, dan lain sebagainya.

Toko banyak terdapat di sekitar tempat tinggal kita.

2. Syarat terjadinya pasar:

a. Adanya penjual

b. Adanya pembeli

c. Ada barang yang diperjualbelikan

d. Ada transaksi jual beli

e. Ada tempat transaksi

3. Pasar Tradisional:

a. Terdiri dari banyak penjual

b. Pasar dibagi menjadi beberapa gang

(42)

26

d. Harga yang dibayar berdasarkan kesepakatan

e. Membayar langsung dengan pedagang

f. Dilayani langsung oleh pedagang

4. Pasar Moderen:

a. Tidak terjadi tawar menawar

b. Harga sudah ditetapkan oleh penjual

c. Membayar melalui kasir

d. Bisa mengambil sendiri barang yang kita inginkan

e. Lebih nyaman

5. Kegiatan Jual Beli Di Lingkungan Sekolah

a. Kantin

Kantin sekolah menyediakan makanan, kalau membeli makanan

pilih makanan yang sehat.

b. Koperasi

Koperasi sekolah didirikan dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan para siswanya. Dikoperasi sekolah dijual peralatan sekolah

diantaranya: buku tulis, bolpoin, pensil, buku gambar, penggaris, serta

seragam sekolah.

6. Kebutuhan Sehari-hari

a. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk

mempertahankan kelangsungan hidup manusia (sandang adalah pakaian,

(43)

27

b. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah

kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan

manusi berjalan dengan baik. Contohnya rekreasi

c. Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan

primer dan sekunder terpenuhi. Contohnya: mobil, leptop, sepeda motor

D.Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan model

pembelajaran yang mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia

nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik

sehingga dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil

belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka (Khaeruddin,dkk,2007:199).

Pembelajaran kontekstual ini dimana peserta didik akan belajar dengan baik

jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan kegiatan

yang akan terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya

pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan

menganalisis data, memecahkan problem-problem tertentu baik secara

individu maupun kelompok (Khaeruddin,dkk,2007:200).

Pembelajaran dengan CTL akan memungkinkan proses belajar yang

tenang dan menyenangkan karena proses pembelajaran dilakukan secara

alamiah dan kemudian peserta didik dapat mempraktikan secara langsung

(44)

28

peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar sehingga akan

memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk rajin dan

senantiasa belajar (Khaeruddin,dkk,2007:200).

CTL diterapkan dalam proses pembelajaran, maka niscaya guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kenyataan peserta didik

serta mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan praktik kehidupan mereka, baik sebagai anggota

keluarga maupun sebagai aggota masyarakat. Dengan penerapan model ini

hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Oleh

karenanya proses pembelajaran harus berlangsung secara alamiah dalam

bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan dalam bentuk

transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik (Khaeruddin,dkk,2007:200).

Dengan menerapkan CTL ini guru tidak hanya menyampaikan materi

belaka yang berupa hafalan tetapi juga bagaimana mengatur lingkungan dan

strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik termotivasi untuk

belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat

menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara

keseluruhan (Khaeruddin,dkk:2007:201).

Menurut Elaine B.Johnson dalam bukunya Rusman (2013:187)

pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak

untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, bahwa

pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok

(45)

29

akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi,

pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam

memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa

berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya

dengan dunia nyata.

Pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik

pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa

dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari

secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan

pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media, dan lain sebagainya,

yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau

ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian

pembelajaran selain akan lebih menarik, juga akan dirasakan sangat

dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung

manfaatnya (Rusman,2013:187).

CTL adalah sesuatu pendekatan pembelajaran yang menekankan

kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan

materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan

nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan mereka (Sanjaya,2006:100).

Menurut Depdiknas dalam bukunya Hermana (2010:58) Contextual

Teaching And Learning adalah konep belajar yang membantu guru

(46)

30

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

CTL merupakan strategi pembelajaran yang mengaitkan materi

pembelajaran secara alamiah dengan dunia nyata siswa sehingga dapat

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan

siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Undang,2010:79).

2. Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Nurhadi dalam bukunya Rusman (2013:189) Pembelajaran

kontekstual (Contextual teaching And Learning) merupakan konsep belajar

yang dapat mmbantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang

memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan

menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat kongkret (terkait

dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam

mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian

pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang

terpenting adalah proses (Rusman,2013:190).

CTL adalah sesuatu pendekatan pembelajaran yang menekankan

kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan

(47)

31

nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan mereka. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami

yaitu: (Sanjaya,2006:109-110).

a. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan

materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman

secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan

agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan

menemukan sendiri materi pelajaran.

b. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi

yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut

untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah

dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat

mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan

saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi

materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,

sehingga tidak akan mudah dilupakan.

c. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan,

artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi

yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat

mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran

dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian

dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi

(48)

32

3. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)

Ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang

menggunakan pendekatan CTL yaitu: (Sanjaya,2006:110)

a. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada (aktiviting knowledge). Artinya apa yang akan dipelajari

tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian

pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh

yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh

dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan

baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai

dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan

detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) artinya

pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan

diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang

pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru

pengetahuan itu dikembangkan.

d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya

harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak

(49)

33

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi

pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik

untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

Ada beberapa karakteristik dalam proses pembelajaran yang

menggunakan pendekatan CTL yakni: (Hermana,2010:59-60)

a. Kerja sama

b. Saling menunjang

c. Menyenangkan, tidak membosankan

d. Belajar dengan bergairah

e. Pembelajaran terintegrasi

f. menggunakan berbagai sumber

g. Siswa aktif

h. Sharing dengan teman

i. Siswa kritis, guru kreatif

j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,

gambar, artikel, dan lain-lain

k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,

laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain.

l. Beberapa karakteristik Contextual Teaching And Learning yaitu:

(Undang,2010:84).

1) Materi ajar disesuaikan dengan konteks kehidupan siswa

2) Mengaitkan pengalaman siswa dengan masalah lainnya yang lebih

(50)

34

3) Memperhatikan apa yang menjadi daya tarik siswa

4) Memperhatikan pengalaman empiris siswa

5) Membangun perubahan perilaku siswa dengan gembira

(menyenangkan)

6) Menumbuhkan kesadaran bekerja sama (kolegalitas)

7) Membentuk komunitas belajar (learning comunity)

4. Prinsip Contextual Teaching and Learning

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual antara lain:

(Rusman,2013:193-198)

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam

CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap

untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu

memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Batasan

konstruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukanla

tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus

dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau

pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata

terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata. Oleh karena

itu, dalam CTL srategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan

(51)

35

diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak

pengetahuan yang harus diingat oleh siswa (Rusman,2013:193).

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya

menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan

keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan

merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi

merupakan hasil menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang

mengarah pada upaya menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam

pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan menemukan).tentu saja

unsur menemukan dari kedua pembelajaran (CTL dan inquiry and

discovery) secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu

model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara

individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai

dengan pengalaman masing-masing (Rusman,2013:194).

c. Bertanya (Questioning)

Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah

kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki

seseorang selalu bermula dari bertanya.oleh karena itu, bertanya

merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsur bertanya dalam

CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau

kemampauan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan

(52)

36

Seperti pada tahapan sebelumnya, berkembangnya kemampuan dan

keinginan untuk bertanya sangat dipengaruhi oleh suasana pembelajaran

yang dikembangkan oleh guru. Dalam implementasi CTL, pertanyaan

yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan

untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan

kehidupan nyata. Dengan kata lain, tugas bagi guru adalah membimbing

siswa melalui pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan

kaitan antara konsep yang dipelajari dalam kaitan dengan kehidupan

nyata (Rusman,2013:195).

Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan

mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam,

dan akan banyak ditemukan unsur-unsur terkaiit yang sebelumnya tidak

terpikirkan baik oleh guru maupun oleh siswa. Oleh karena itu, cukup

beralasan jika dengan pengembangan bertanya produktivitas

pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya, maka dapat

menggali informasi, baik administrasi maupun akademik

(Rusman,2013:195).

1) Mengecek pemahaman siswa

2) Membangkitkan respons siswa

3) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

4) Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa

5) Memfokuskan perhatian siswa

(53)

37

7) Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa

8) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk

melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari

teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community,

bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain

melalui berbagai pegalaman (sharing). Melalui sharing ini anak

dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan

yang positif dalam learning community dikembangkan

(Rusman,2013:196).

Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar

dalam CTL sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan

masyarakat belajar lain di luar kelas. Setiap siswa semestinya dibimbing

dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui

pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya disekat oleh

masyarakat belajar di dalam kelas, akan tetapi sumber manusia lain di

luar kelas (keluarga dan masyarakat). Ketika kita dan siswa dibiasakan

untuk memberikan pengalaman yang luas kepada orang lain, maka saat

itu pula kita atau siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih

banyak dari komunitas lain (Rusman,2013:196).

d. Pemodelan (Modelling)

Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa,karena

(54)

38

mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu,

tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan

pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara

menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh

para guru (Rusman,2013:196-197).

e. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau

baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang

tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan

apa yang baru dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru yang

merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada

saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang,

membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya

sendiri (learning to be) (Rusman,:197).

Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan

dimiliki ketika seseorang siswa berada di dalam kelas, akan tetapi jauh

lebih penting dari itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar

tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat ia dituntut untuk menanggapi

dan memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari.

Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan pada dunia nyata yang dihadapinya akan mudah

(55)

39

dalam setiap jiwa siswa dan di sinilah pentingnya menerapkan unsur

refleksi pada setiap kesempatan pembelajaran (Rusman,:197).

f. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan

penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki

fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas

proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah

proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan

gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan

terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai

perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula

pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap

siswa (Rusman,2013:197).

Guru dengan cermat akan mengetahui kemajuan, kemunduran dan

kesulitan siswa dalam belajar, dan dengan itu pula guru akan memiliki

kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan

penyempurnaan proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya.

Mengingat gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan di

sepanjang proses pembelajaran, maka nilai tidak hanya dilakukan diakhir

program pembelajaran, akan tetapi secara integral dilakukan selama

proses program pembelajaran itu terjadi. Dengan cara tersebut, guru

secara nyata akan mengetahui tingkat kemampuan siswa yang

(56)

40

5. Langkah-Langkah Pembelajaran CTL

Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL

guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini:

(Sanjaya,2006:124-125).

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari

proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan

dipelajari.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.

3) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah

siswa.

4) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya

kelompok 1 dan 2 melakuakn observasi ke pasar tradisional,

kelompok 3 dan 4 melakuakn observasi ke pasar swalayan.

5) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang

ditemukan di pasar-pasar tersebut.

6) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh

setiap siswa.

b. Inti

Di Lapangan

1) Siswa melakuakan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas

Gambar

Tabel 3. 1    Daftar Guru MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga  ....................... .  48
Daftar Nama Siswa Kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Tabel 3.2
Tabel 4.3 Nilai Siswa Siklus 1
Tabel 4.4 Nilai Siswa Siklus II
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa pasing atas bola voli dengan menggunakan alat bantu bola berwarna pada kognitif, afektif dan

[r]

Sensor yang digunakan adalah “PING)))™ Ultrasonic Range Finder ”, buatan Parallax. Agar sensor ini dapat digunakan untuk mengukur jarak dibutuhkan sebuah

Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan

golongan yang sekarang ini menamakan dirinya orang yang memperjuangkan Islam, belumlah dapat dinamakan sebagai “ fiatin qalilatin ...,” yang demikian

cara membaca huruf- huruf hijaiyah sesuai mahraj dan tanda bacanya (fathatain, kasratain, damatain, sukun dan tasydid). - -

Tujuan dibuat aplikasi ini agar mempermudah para karyawan dalam pengelolahan data dan adanya pemetaan kepemilikan tanah secara digitalisasi yang tersimpan di media penyimpanan

Namun pada perkembangannya saat ini, tidak hanya berkomunikasi dengan sebuah program yang telah dirancang dapat memberikan hiburan pada seseorang. Akan tetapi dapat digunakan