i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS
MATERI KEGIATAN JUAL BELI
MELALUI PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING
(CTL) PADA SISWA KELAS III
MI MA’ARIF KUTOWINANGUN SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
PIPIT PUSPASARI
NIM 11511007
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
iii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS
MATERI KEGIATAN JUAL BELI
MELALUI PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING
(CTL) PADA SISWA KELAS III
MI MA’ARIF KUTOWINANGUN
SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
PIPIT PUSPASARI
NIM 11511007
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax.323433 Kode Pos 50721 Salatiga
Website:http://iainsalatiga.ac.idemail:administrasi@iainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara :
Nama : Pipit Puspasari
NIM : 11511007
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI
KEGIATAN JUAL BELI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
PADA SISWA KELAS III MI MA’ARIF
KUTOWINANGUN SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2015
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 7 Juli 2015
Pembimbing
Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd
v
SKRIPSI
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS
MATERI KEGIATAN JUAL BELI
MELALUI PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING
AND LERANING
(CTL) PADA SISWA KELAS III
MI MA’ARIF KUTOWINANGUN SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2015
DISUSUN OLEH
PIPIT PUSPASARI
NIM: 11511007
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan PGMI, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Pipit Puspasari
Nim : 11511007
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 8 Agustus 2015
Yang menyatakan,
Pipit Puspasari
vii
MOTTO
ِساَّبَع ُنْبِا ْنَع
ُوْهِّقَفُي اًرْيَخ ِوِب ُالله ِد ِرُي ْنَم : ََََِّ َْ َ ُ
ََّصَلَّى اللهُ عَلَيْه ِالله ُل ْىُسَر َلاَق : َلاَق ُوْنَع ُالله َي ِضَر
َو ِنْيِّذلا ْيِف
)ْي ِراَخُبْلا ُها َوَر( ... ِمُّلَعَّتلااِب ُمْلِعْلا اَمَّنِا
Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Alm. Ayahku tercinta Kusmanto dan Ibunda tercinta Eri Wijayanti
terima kasih atas segalanya hingga aku bisa meraih gelar SI seperti
yang kalian harapkan selama ini.
Kakakku Bagus Zulkarnain Efendi dan kakak ipar ku yang telah banyak
memberikan bantuan kepada penulis.
Kekasihku tercinta Okta Gunarso yang selalu memberikan dukungan,
semangat dan doa untuk penulis.
Bapak Ibu Dosen IAIN Salatiga yang selalu membimbing dan
memberikan ilmu yang bermanfaat.
Seluruh keluarga besar MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga
Seluruh teman senasib dan seperjuangan PGMI Transfer Angkatan
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur atas rahmat dan nikmat Allah SWT. Hanya dengan
kehendaknya segala sesuatu terjadi dan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan semua Umat Islam yang
Mengikutinya.
Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, penulis skripsi dengan judul :
Peningkatan Prestasi Belajar IPS Materi Kegiatan Jual Beli Melalui Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III MI Ma’arif
Kutowinangun Salatiga Tahun 2015 ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhitung
kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.
Harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis pada khususnya
dan untuk pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini
tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Atas
segala dorongan dan bantuannya penulis menghaturkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
ix
3. Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
IAIN Salatiga.
4. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
memeberikan bimbingan, dorongan dan perhatian dengan penuh kesabaran
sampai terselesaikannya skripsi ini.
5. Dosen dan karyawan IAIN Salatiga.
6. Kepala Madrasah dan segenap guru MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga yang
telah memberikan izin dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.
7. Siswa-siswi kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga yang sudah
membantu penulis dalam pengumpulan data.
8. Teman-teman kampus dan semua pihak yang telah membantu penulis
menempuh studi di IAIN Salatiga sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis yakin skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak
kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak
terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara umum.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 8 Agustus 2015
Penulis
Pipit Puspasari
x
ABSTRAK
Puspasari, Pipit. 2015. Peningkatan Prestasi Belajar IPS Materi Kegiatan Jual Beli Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III Mi Ma’arif Kutowinangun Salatiga Tahun Ajaran
2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Kata kunci:Prestasi belajar IPS dan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL).
Penelitian ini di latar belakangi adanya kenyataan bahwa hasil evaluasi yang didapatkan dari guru kelas menunjukan bahwa pencapaian kkm kelas yang dilihat dari kkm individu baru mencapai 76% dari target minimal 85%. Sedangkan pencapaian kkm nasional secara klasikal baru 47%. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi siswa masih dibawah standar kkm yang diharapkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi yang di peroleh peserta didik setelah di terapkannya Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) pada pembelajaran IPS siswa kelas III MI Ma’arif, Kutowinangun, Salatiga. Masalah yang ingin di jawab dalam penelitian ini adalah apakah dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat
meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas III MI Ma’arif,
Kutowinangun, Salatiga? Apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan presentase pencapaian KKM kelas?
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL). Subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga. Data penelitian ini di ambil melalui pemberian tes formatif untuk mengetahui prestasi belajar siswa, dengan materi pokok kegiatan jual beli berdasarkan hasil penelitian maka pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS bagi siswa kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga tahun pelajaran 2015. Siklus I ke siklus II terjadi kenaikan 0,80 dan pada siklus II ke siklus III terjadi kenaikan 1,17.
xi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO dan PERSEMBAHAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 7
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 7
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Prestasi Belajar ... 18
1. Pengertian Prestasi Belajar... 18
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 19
B.IPS di Madrasah Ibtidaiyah ... 19
2. Syarat terjadinya pasar ... 25
3. Pasar tradisional ... 25
4. Pasar moderen... 26
5. Kegiatan jual beli di lingkungan sekolah... 26
6. Kebutuhan sehari-hari... 26
D.Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 27
1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 27
2. Konsep Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 30
3. Karakteristik Contextual Teaching And Learning (CTL)... 32
4. Prinsip Contextual Teaching And Learning (CTL)... 34
5. Langkah-langkah pembelajaran (CTL)... 40
6. Kelebihan Pembelajaran (CTL)... 41
7. Kelemahan Pembelajaran (CTL)... 42
E. KKM ... 42
1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)... 42
2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal...44
3. Prinsip Penetapan KKM... 46
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.Subjek Penelitian ... 48
xiii
B.Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 50
C.Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 54
D.Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 62
1. Siklus I ... 62
2. Siklus II ... 63
3. Siklus III ... 64
B.Pembahasan ... 66
1. Hasil Rekapitulasi ... 66
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 70
B.Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Daftar Guru MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga ... . 48
Tabel 3. 2 Daftar Nama Siswa Kelas III MI Ma’arif Kutowinangun ... . 49
Tabel 4. 3 Nilai Siswa Siklus I ... . 62
Tabel 4. 4 Nilai Siswa Siklus II ... . 63
Tabel 4. 5 Nilai Siswa Siklus III ... . 64
Tabel 4. 6 Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus I, Siklus II, Siklus III ... . 66
Tabel 4. 7 Tabel Perbandingan Prestasi Belajar IPS Siklus I, II, III ... . 67
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
Lampiran 3 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus III
Lampiran 4 Lembar instrumen siswa
Lampiran 5 Lembar isntrumen guru
Lampiran 6 Nilai Pra Siklus
Lampiran 7 Soal tes formatif siklus I, II, III
Lampiran 8 Contoh jawaban dari siswa dalam menjawab soal tes
Lampiran 9 Nilai tes formatif siklus I, II, III
Lampiran 10 Soal kelompok
Lampiran 11 Penilaian kelompok
Lampiran 12 Dokumentasi
Lampiran 13 Lembar konsultasi skripsi
Lampiran 14 Surat permohonan ijin penelitian
Lampiran 15 Surat keterangan penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam arti luas, pendidikan seumur hidup bermakna bahwa
pendidikan adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Pendidikan adalah hidup.
Pengalaman belajar dapat berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
hayat. Pendidikan adalah segala sesuatu dalam kehidupan yang mempengaruhi
pembentukan berpikir dan bertindak individu. Pendidikan merupakan proses
tanpa akhir yang diupayakan oleh siapa pun, terutama sebagai tanggung jawab
negara (Soyomukti, 2010:28-29).
Pendidikan dalam arti sempit, dilihat dari maknanya yang sempit
pendidikan identik dengan sekolah. Berkaitan dengan hal ini, pendidikan
adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga tempat
mendidik (mengajar). Pendidikan merupakan segala pengaruh yang diupayakan
sekolah terhadap anak dan remaja (usia sekolah) yang diserahkan kepadanya
(sekolah) agar mempunyai kemampuan kognitif dan kesiapan mental yang
sempurna dan berkesadaran maju yang berguna bagi mereka untuk terjun ke
masyarakat, menjalin hubungan sosial, dan memikul tanggung jawab mereka
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial (Soyomukti,2010:40-41).
Pendidikan di Indonesia secara umum masih menyisakan berbagai
polemik pendidikan hingga menimbulkan pro-kontra pada kalangan pemerhati
2
beban belajar menyebabkan guru harus menyelesaikan beban tersebut dalam
waktu yang telah ditentukan. Untuk mencapai target, guru cenderung
mengabaikan proses pembelajaran dengan cara membelajarkan siswa secara
tekstual dengan buku-buku LKS yang bisa didapatkan dengan mudah.
Memberikan pekerjaan rumah kepada siswa, dan cenderung mengabaikan
aspek konkrit pembelajaran yang merupakan hal yang paling penting bagi
siswa untuk menghadapi lingkungan nyata siswa.
Setelah dilakukan observasi awal di MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga,
diketahui bahwa prestasi belajar IPS di sekolah tersebut tergolong rendah. Hal
inI disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain media pembelajaran yang
terbatas, model pembelajaran guru yang klasikal dan monoton, serta kurangnya
minat belajar siswa.
Hasil evaluasi yang didapatkan dari guru kelas menunjukan bahwa
pencapaian kkm kelas yang dilihat dari kkm individu baru mencapai 76 dari
target minimal 85 . Sedangkan pencapaian kkm nasional secara klasikal baru
47 . Hal ini menunjukkan bahwa prestasi siswa masih dibawah standar kkm
yang diharapkan, oleh karena itu peneliti memahami dan ingin segera mungkin
memecahkan masalah yang telah terjadi.
IPS merupakan ilmu pengetahuan yang sangat menarik untuk di pelajari.
Materi-materi yang telah dikemas didalamnya sangat berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari. proses kehidupan manusia selalu berhubungan dengan
sesama manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal ini disebabkan karena
3
pendidikan tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata, melainkan juga
harus diarahkan membina siswa menjadi warga masyarakat dan warga negara
yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama. Oleh sebab itu,
siswa yang dibina tidak hanya cukup berpengetahuan dan berkemampuan
berpikir tinggi semata, melainkan harus memiliki kesadaran dan tanggung
jawab tinggi terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara (Rasimin,
2012:38). Dengan demikian materi IPS sangat mudah untuk di terapkan,
dimengerti, dicerna, dipahami dan di praktikan dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik, khsusnya peserta didik kelas III MI Ma’arif Kutowinangun
Salatiga. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu sosial yang
disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah
dasar, ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi penggunaan program
pendidikan disekolah atau bagi kelompok belajar lainnya yang sederajat
(Ahmadi,2009:2).
Setelah penulis melakukan observasi awal di MI Ma’arif Kutowinangun
Salatiga masalah yang sering dihadapi oleh guru dalam menyampaikan materi
kegiatan jual beli di MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga siswa tidak
berkonsentrasi pada proses pembelajaran, siswa sering bermain sendiri dan
tidak memperhatikan guru saat menerangkan, guru tidak menggunakan media
dalam mengajar sehingga mempersulit siswa dalam menerima materi
pembelajaran, masalah-masalah yang semacam itu memang sering dijumpai di
Madrasah Ibtidaiyah, karena usia mereka khususnya kelas III MI masih sulit
4
guru. Mereka masih menyukai dunia bermain. Saat ini kinerja guru semakin
menurun karena beberapa faktor, antara lain rendahnya minat untuk
mempelajari media-media, model pembelajaran serta metode-metode baru,
yang dapat menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar. Guru tidak
dapat mengoperasikan media dengan baik sehingga mereka mengajar hanya
menggunakan metode ceramah, tidak menggunakan metode atau pendekatan
yang sesuai oleh materi yang akan mereka jelaskan kepada siswa.
Dengan adanya beberapa masalah yang muncul di MI Ma’arif
Kutowinangun Salatiga penulis mencoba menawarkan solusi dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam
mengajar materi kegiatan jual beli khususnya kelas III MI Ma’arif
Kutowinangun Salatiga. Penulis merasa bahwa pendekatan Contextual
Teaching And Learning (CTL) sangat mudah diterapkan, guru tidak perlu
membuat media dalam mengajar karena sering dijumpai guru direpotkan
dengan media dalam mengajar. Dengan pendekatan Contextual Teaching And
Learning (CTL) guru akan dimudahkan dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, guru hanya memberikan arahan dan menerangkan materi sebelum
guru mengajak siswa terjun ke lapangan. Kegiatan ini membuat guru mudah
dalam menyampaikan materi yang akan diterima atau diserap oleh siswa
karena siswa terjun langsung ke lapangan dalam menerima materi
pembelajaran. Disana guru menjelaskan mengenai poin-poin materi yang akan
di sampaikan dengan melakukan kegiatan atau praktik langsung dan siswa
5
mengajak siswa untuk ke pasar guru mengarahkan dan menyuruh siswa untuk
praktik tentang pemahaman pembeli itu apa, saat terjadinya proses siswa
berkomunikasi dengan penjual di pasar dan melakukan proses membeli suatu
barang maka setelah itu siswa akan dijelaskan oleh guru bahwa siswa tersebut
telah menjadi pembeli. Dan masih banyak lagi contoh yang lainnya. Dengan
pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) menguntungkan untuk
siswa dan untuk guru.
Dalam pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa akan
merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan, di
lapangan atau diluar kelas akan membuat siswa menjadi lebih semangat dalam
menerima pembelajaran, mereka tidak merasakan bosan dan jenuh, karena hal
tersebut sering menjadi penghambat prestasi belajar ips. Maka dari itu penulis
ingin menciptakan pembelajaran yang menyenangan dan tidak membosankan,
pembelajaran yang mudah dipahami, dan lama diserap ada di pikiran siswa,
sehingga penulis menawarkan dengan pendekatan Contextual Teaching And
Learning (CTL) yang akan memudahkan guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar, sehingga prestasi belajar IPS naik.
Fakor-faktor masalah yang ada jika tidak segera teratasi maka akan
semakin berdampak buruk pada siswa, prestasi belajar IPS mereka akan
semakin menurun atau rendah, adanya perubahan yang lebih baik akan
berdampak baik pula pada guru dan terutama pada siswa khususnya siswa
kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga. Penulis menawarkan pendekatan
6
pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) mudah diterapkan dan
mudah untuk dipahami siswa dan menyenangkan bagi siswa. Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) sangat bermanfaat untuk guru dan
juga siswa. Untuk guru mudah dalam menyampaikan materi dan meringankan
guru dalam mengajar. Untuk siswa mudah dalam menerima materi,
menyenangkan dan tidak membosankan dalam menerima pembelajaran dan
siswa dapat menyimpan materi yang telah disampaikan oleh guru difikiran
mereka secara jangka panjang karena pendekatan Contextual Teaching And
Learning (CTL) akan merekam semua kegiatan yang telah siswa dan guru
lakukan sehingga akan tersimpan di memori siswa secara lama, apabila siswa
akan mengerjakan soal mereka akan mengingat kegiatan yang telah
disampaikan guru dan kegiatan yang telah mereka lakukan, sehingga mereka
akan selalu mengingatnya dan hal tersebut sangat memberikan keuntungan
kepada siswa karena soal-soal akan mereka jawab dengan mudah dan hal
tersebut akan membuat prestasi belajar IPS menjadi naik atau meningkat.
Banyaknya asumsi dan masalah-masalah yang ada, penulis melakukan
tindakan melalui kegiatan penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai skripsi
dengan judul PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI
KEGIATAN JUAL BELI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III MI
7
B.Rumusan Masalah
1. Apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar
IPS materi kegiatan jual beli pada siswa kelas III MI Ma’arif Kutowinangun
Salatiga?
2. Apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan persentase
pencapaian KKM kelas?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS materi kegiatan jual beli pada siswa kelas III MI Ma’arif
Kutowinangun Salatiga.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan
persentase pencapaian KKM kelas.
D.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi
kegiatan jual beli pada siswa kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga.
2. Penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan persentase pencapaian
8
E.Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dapat diketahui kegunaan
penelitian ini yaitu:
1. Secara Teoritis
a. Di bidang akademik, dapat menambah khasanah di bidang pendidikan
khususnya berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran melalui
pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL).
b. Bagi peneliti lain, dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya yang
ingin meneliti tentang metode pembelajaran melalui pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan konteks yang berbeda.
2. Secara Praktis
a. Bagi sekolah, sebagai masukan untuk menerapkan pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran.
b. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan untuk memotivasi guru
dalam penerapan pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching
And Learning (CTL).
c. Bagi para guru, dapat menjadi masukan untuk menguatkan
kemampuannya dalam menerapkan pembelajaran melalui pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL).
F.Definisi Operasional
9
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses
belajar mengajar berupa perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
pengalaman belajar (Tim Pustaka Phoenix, 2010:18).
2. Pendekatan CTL
Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka
(Sanjaya,2006:109).
Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah model
pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi
dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik
sehingga dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil
belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka (Khaeruddin,dkk, 2007:199).
Jadi pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) dari uraian
diatas dapat kita simpulkan bahwa Contextual Teaching And Learning
(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara
materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)
10
Teaching And Learning (CTL) jenis keterkaitan yaitu mengaitkan antara
materi dengan kehidupan nyata yang dialami oleh siswa.
G.Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas atau dikenal
dengan sebutan PTK. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa (Arikunto,dkk, 2006:3).
Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas partisipan.
Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan apabila orang yang akan
melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian
sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan, sejak
perencanaan penelitian, peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti
memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta
berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. PTK partisipan dapat juga
dilakukan di sekolah. Peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan
terus menerus sejak awal sampai berakhir penelitian (Elfanany,2013:31-32).
2. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa
kelas III MI Ma’arif Kutowinangun Salatiga. Siswa kelas III MI Ma’arif
11
adanya pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran agar siswa lebih
termotivasi dan pemahaman belajar merekapun menjadi meningkat.
Penelitian ini terdiri dari satu kelas yang siswanya berjumlah 17 anak, 8
laki-laki dan 9 perempuan.
3. Langkah-langkah penelitian instrumen penelitian
Penelitian menggunakan PTK guna mencari pemecahan masalah yang
ditemui di dalam kelas. PTK akan dilaksanakan dengan tiga siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari tahapan-tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses pengembangan rencana yang akan
dilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan masalah yang ada
dikelas. Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita
mengetahui masalah dalam pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan
adalah:
1) Mengadakan pertemuan dengan guru kelas III Mi Ma’arif
Kutowinangun Salatiga untuk berdiskusi tentang persiapan penelitian
2) Menyiapkan materi
3) Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4) Membuat lembar soal untuk mengetahui prestasi belajar siswa
5) Memberi instrumen penelitian berupa lembar observasi kegiatan guru
12 b. Pelaksanaan
Tahap ke 2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
mengenakan tindakan kelas (Arikunto,dkk,2006:18).
Perencanaan diwujudkan dengan adanya tindakan dari guru berupa
solusi tindakan sebelumnya. Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga
kegiatan yaitu pendahuluan, inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi) dan
penutup.
c. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan
pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (Arikunto,dkk,2006:19).
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan (Arikunto,dkk,2006:19). Model dan penjelasan untuk
masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
Gambar: 1.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto,dkk,2006:19)
SIKLUS III Pelaksanaan Pengamatan
Refleksi
13 4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini terdiri dari:
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran (fathoni,2011:104). Orang yang
melakukan observasi disebut pengobservasi (observer) dan pihak yang
diobservasi disebut terobservasi (observee).
b. Soal tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan CTL materi kegiatan jual
beli. Soal tes berisi pertanyaan baik lisan maupun tertulis yang
berhubungan dengan materi yang sudah disampaikan atau diajarkan.
c. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat
membantu anda dalam mengumpulkan data penelitian, yang kaitannya
dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas anda
(Wiriaatmadja,2008:121).
5. Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini metode yang akan digunakan
14 a. Observasi
Dalam kegiatan ini penulis melakukan pengamatan di MI Ma’arif
Kutowinangun Salatiga dalam hal penilaian yang diketahui dari buku
laporan belajar siswa dan kondisi kegiatan belajar mengajar di MI
Ma’arif Kutowinangun Salatiga yang sudah berlangsung.
b. Tes
Dalam teknik pengumpulan data melalui tes, penulis membuat
lembar tes tertulis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang telah diberikan oleh guru kepada siswa.
c. Dokumentasi
Instrumen yang dapat penulis kumpulkan dalam teknik
dokumentasi adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
dan nilai peserta didik sebelum dilakukan pendekatan Contextual
Teaching And Learning (CTL) pada mata pelajaran IPS materi Kegiatan
Jual Beli.
Silabus adalah rancangan kegiatan pembelajaran yang digunakan
penulis sebagai landasan penyusunan RPP, sedangkan RPP digunakan
penulis untuk menjadi pedoman pembelajaran guru. Nilai peserta didik
sebelum menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning
(CTL) pada pelajaran IPS materi Kegiatan Jual Beli, penulis gunakan
untuk mengetahui sejauh mana siswa mengetahui pemahaman materi
15 6. Analisis Data
Untuk membuktikan hipotesis maka proses penelitian yang dilakukan
selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah terkumpul dengan lengkap
untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian tersebut. Kemudian dapat
ditarik kesimpulan berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah
diuji.
a. Penlaian Rata-rata
Penilaian rata-rata digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X = ∑
∑ 100
X = Nilai rata-rata
∑ = Jumlah semua nilai siswa
∑ = jumlah siswa
(Aqib, dkk, 2010: 40).
b. Prosentase
Penghitungan prosentase digunakan untuk mengetahui pencapaian
KKM siswa. Rumus yang digunakan adalah:
P = 𝑋
16 Keterangan:
P = Prosentase
X = jumlah siswa yang tuntas belajar
XI = Jumlah siswa
(Aqib, dkk, 2010: 40).
7. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal,
bagian isi dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari sampul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
Sedangkan pada bagian isi dalam sekripsi ini terdiri dari lima bab,
yaitu:
Bab I, merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator
keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian,
rancangan penelitian, subyek penelitian, langkah-langkah, instrumen
penelitian, pengumpulan data, analisis data.
Bab II merupakan kajian pustaka, yang membahas tentang konsep
prestasi belajar, konsep IPS, materi kegiatan jual beli, konsep CTL, konsep
17
Bab III merupakan laporan pelaksanaan penelitian yang
mendeskripsikan pelaksanaan penelitian pada siklus I, siklus II dan siklus
III.
Bab IV merupakan analisis data yang membahas tentang hasil
penelitian siklus I, siklus II, siklus III dan pembahasan mencakup
rekapitulasi siklus I, siklus II, siklus III . .
Bab V merupakan penutup yang terdiri atas kesimpulan dan
saran-saran.
Sedangkan pada bagian akhir pada skripsi ini terdiri dari daftar
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan
pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan
(Hamdani,2011:137).
Qohar dalam Hamdani (2011:137) berpendapat bahwa prestasi
merupakan hasil yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan.
Menurut Depdiknas dalam bukunya Yoni (2012:158) prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dilakukan atau
dikerjakan.
Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Yoni (2012:158) prestasi
belajar adalah hasil yang harus didukung oleh kesadaran seseorang atau
siswa untuk belajar.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa melakukan
kegiatan belajar sehingga ada perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap siswa (Yoni,2012:158).
19
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar, kita ketahui semua, bukan saja dipengaruhi oleh
kemampuan intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor nonkognitif seperti emosi, motivasi, kepribadian serta berbagai
pengaruh lingkungan. Keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh
kemampuan kognitif, tetapi ternyata faktor nonkognitif (yaitu antara lain
motivasi, emosi,) tidak kalah penting, bahkan mempengaruhi tingkat kinerja
serta lingkungan maupun perkembangan dirinya sendiri. Meskipun sudah
menjadi pengetahuan umum, bahwa anak yang memiliki inteligensi (yang
diukur dengan Intelligence Quotient atau IQ) akan lebih mudah
merencanakan materi yang diajarkan. Dengan demikian prestasi belajar
biasanya lebih tinggi. Namun, inteligensi emosional yang akhir-akhir ini
banyak dibicarakan orang, atau yang biasa disebut EQ (Emotional
Intelligence), juga mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Motivasi ini
bersumber dari keyakinan kemampuannya untuk memperoleh sukses dalam
upaya mencapai sasaran yang dicanangkan. Hal ini berdampak pada upaya
mewujudkan prestasi belajar, mengaktualisasikan potensi seoptimal
mungkin (Semiawan,2008:12-13).
B.IPS di Madrasah Ibtidaiyah
1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat IPS, adalah ilmu
20
serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka
memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik,
khususnya di tingkat dasar dan menengah (Susanto,2013:137). Hakikat IPS
di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai
media pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena
pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi
harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap,
dan kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan
kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi
kehidupan sosial siswa di masyarakat (Susanto,2013:138).
Menurut Maryani dalam bukunya Susanto (2013:140) pendidikan IPS
adalah bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan,
adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan
disiplin sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi yang
diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran.
Menurut Banks dalam bukunya Susanto (2013:140) pendidikan IPS
adalah social studies merupakan bagian dari kurikulum di sekolah yang
bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam
rangka berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, dan bahkan di dunia.
Banks menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS diterapkan di
sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi,
21
Menurut Jarolimek dalam bukunya Susanto (2013:141) pendidikan
IPS adalah berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampiln, sikap, dan
nilai-nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok
masyarakat di mana ia tinggal. Kedua pengertian di atas, yang di berikan
oleh Banks dan Jarolimek menekankan kepada upaya pembentukan moral
anak sebagai warga negara atau anggota masyarakat yang mampu berperan
serta dalam kelompok hidupnya.
Menurut Buchari Alma dalam bukunya Susanto (2013:141) IPS adalah
sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang
pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik,
maupun dalam lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari
berbagai ilmu sosial, seperti : geografi, sejarah, ekonomi, antropologi,
sosiologi, politik, dan psikologi. Dengan mempelajari IPS ini sudah
semestinya siswa mendapatkan bekal pengetahuan yang berharga dalam
memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan masyarakat
yang berbeda tempat maupun waktu, baik secara individu maupun secara
kelompok, untuk menemukan kepentingannya yang akhirnya dapat
terbentuk suatu masyarakat yang baik dan harmonis.
2. Tujuan IPS
Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan
22
yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat
(Susanto,2013:145).
Menurut Mutakin dalam bukunya Susanto (2013:145) merumuskan
tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunaan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun
diri sendiri agar survive kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
Dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah telah memberikan arah
yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS yaitu:
23
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
3. Fungsi IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial selain mempunyai tujuan membentuk warga
negara yang baik, dengan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan kehidupan di masyarakat, juga memiiki fungsi aplikatif.
Fungsi yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan sosial sebagai pendidikan.
Fungsi ilmu pengetahuan sosial sebagai pendidikan, selain memberikan
bekal pengetahuan dan keterampilan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Yang dimaksud keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu
yang berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja
sama, gotong royong, tolong-menolong sesama umat manusia, dan
melakukan tindakan dalam memecahkan persoalan sosial masyarakat.
Sedangkan keterampilan intelektual dalam ilmu pengetahuan sosial adalah
24
tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat
(Rasimin,2012:7-8).
Menurut Sumaatmadja dalam bukunya Rasimin (2012:8) fungsi ilmu
pengatahuan sosial sebagai program pendidikan adalah mengembangkan
perhatian dan kepedulian sosial siswa terhadap kehidupan di masyarakat dan
bermasyarakat.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi ilmu pengetahuan
sosial sebagai pendidikan adalah membina siswa menjadi warga negara
yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan kepedulian sosial
yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara.
Mengingat bahwa kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat berkembang
secara terus-menerus, maka landasan pengembangan ilmu pengetahuan
sosial sebagai program pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan dan
perubahan sekaligus kemajuan masyarakat (Rasimin,2012:8).
C.Materi Kegiatan Jual Beli
1. Kegiatan Jual Beli Di Lingkungan Rumah
Jual beli adalah suatu kegiatan yang menjual dan membeli barang.
Kegiatan jual beli tentu dilakukan oleh penjual dan pembeli di suatu tempat.
Kegiatan jual beli ini ditandai pula dengan terjadinya kesepakatan harga.
Penjual adalah orang yang mempunyai barang dagangan untuk dijual.
Pembeli adalah orang yang ingin membeli barang yang dijual. Contoh
25 a. Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Penjual
adalah orang yang menawarkan dagangan, sedangkan pembeli adalah
orang yang membeli barang dagangan.
b. Warung
Warung adalah tempat kegiatan jual beli di lingkungan rumah. Di
warung terdapat penjual yang menyediakan makanan. Di warung juga
terdapat pembeli yang membeli makanan atau barang yang disediakan.
c. Toko
Toko adalah tempat menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari
di antaranya beras, minyak, tepung, sabun, sampo, dan lain sebagainya.
Toko banyak terdapat di sekitar tempat tinggal kita.
2. Syarat terjadinya pasar:
a. Adanya penjual
b. Adanya pembeli
c. Ada barang yang diperjualbelikan
d. Ada transaksi jual beli
e. Ada tempat transaksi
3. Pasar Tradisional:
a. Terdiri dari banyak penjual
b. Pasar dibagi menjadi beberapa gang
26
d. Harga yang dibayar berdasarkan kesepakatan
e. Membayar langsung dengan pedagang
f. Dilayani langsung oleh pedagang
4. Pasar Moderen:
a. Tidak terjadi tawar menawar
b. Harga sudah ditetapkan oleh penjual
c. Membayar melalui kasir
d. Bisa mengambil sendiri barang yang kita inginkan
e. Lebih nyaman
5. Kegiatan Jual Beli Di Lingkungan Sekolah
a. Kantin
Kantin sekolah menyediakan makanan, kalau membeli makanan
pilih makanan yang sehat.
b. Koperasi
Koperasi sekolah didirikan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan para siswanya. Dikoperasi sekolah dijual peralatan sekolah
diantaranya: buku tulis, bolpoin, pensil, buku gambar, penggaris, serta
seragam sekolah.
6. Kebutuhan Sehari-hari
a. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup manusia (sandang adalah pakaian,
27
b. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah
kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan
manusi berjalan dengan baik. Contohnya rekreasi
c. Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan
primer dan sekunder terpenuhi. Contohnya: mobil, leptop, sepeda motor
D.Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)
Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan model
pembelajaran yang mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia
nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik
sehingga dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil
belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka (Khaeruddin,dkk,2007:199).
Pembelajaran kontekstual ini dimana peserta didik akan belajar dengan baik
jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan kegiatan
yang akan terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya
pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan
menganalisis data, memecahkan problem-problem tertentu baik secara
individu maupun kelompok (Khaeruddin,dkk,2007:200).
Pembelajaran dengan CTL akan memungkinkan proses belajar yang
tenang dan menyenangkan karena proses pembelajaran dilakukan secara
alamiah dan kemudian peserta didik dapat mempraktikan secara langsung
28
peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar sehingga akan
memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk rajin dan
senantiasa belajar (Khaeruddin,dkk,2007:200).
CTL diterapkan dalam proses pembelajaran, maka niscaya guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kenyataan peserta didik
serta mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan praktik kehidupan mereka, baik sebagai anggota
keluarga maupun sebagai aggota masyarakat. Dengan penerapan model ini
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Oleh
karenanya proses pembelajaran harus berlangsung secara alamiah dalam
bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan dalam bentuk
transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik (Khaeruddin,dkk,2007:200).
Dengan menerapkan CTL ini guru tidak hanya menyampaikan materi
belaka yang berupa hafalan tetapi juga bagaimana mengatur lingkungan dan
strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik termotivasi untuk
belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat
menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara
keseluruhan (Khaeruddin,dkk:2007:201).
Menurut Elaine B.Johnson dalam bukunya Rusman (2013:187)
pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak
untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, bahwa
pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok
29
akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi,
pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam
memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa
berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya
dengan dunia nyata.
Pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik
pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa
dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari
secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan
pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media, dan lain sebagainya,
yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau
ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian
pembelajaran selain akan lebih menarik, juga akan dirasakan sangat
dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung
manfaatnya (Rusman,2013:187).
CTL adalah sesuatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka (Sanjaya,2006:100).
Menurut Depdiknas dalam bukunya Hermana (2010:58) Contextual
Teaching And Learning adalah konep belajar yang membantu guru
30
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
CTL merupakan strategi pembelajaran yang mengaitkan materi
pembelajaran secara alamiah dengan dunia nyata siswa sehingga dapat
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan
siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Undang,2010:79).
2. Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Nurhadi dalam bukunya Rusman (2013:189) Pembelajaran
kontekstual (Contextual teaching And Learning) merupakan konsep belajar
yang dapat mmbantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat kongkret (terkait
dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam
mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian
pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang
terpenting adalah proses (Rusman,2013:190).
CTL adalah sesuatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
31
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami
yaitu: (Sanjaya,2006:109-110).
a. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan
agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran.
b. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
c. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan,
artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi
yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran
dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian
dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi
32
3. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
Ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan CTL yaitu: (Sanjaya,2006:110)
a. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada (aktiviting knowledge). Artinya apa yang akan dipelajari
tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian
pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh
yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh
dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan
baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai
dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan
detailnya.
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan
diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang
pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru
pengetahuan itu dikembangkan.
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
33
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
Ada beberapa karakteristik dalam proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan CTL yakni: (Hermana,2010:59-60)
a. Kerja sama
b. Saling menunjang
c. Menyenangkan, tidak membosankan
d. Belajar dengan bergairah
e. Pembelajaran terintegrasi
f. menggunakan berbagai sumber
g. Siswa aktif
h. Sharing dengan teman
i. Siswa kritis, guru kreatif
j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,
gambar, artikel, dan lain-lain
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain.
l. Beberapa karakteristik Contextual Teaching And Learning yaitu:
(Undang,2010:84).
1) Materi ajar disesuaikan dengan konteks kehidupan siswa
2) Mengaitkan pengalaman siswa dengan masalah lainnya yang lebih
34
3) Memperhatikan apa yang menjadi daya tarik siswa
4) Memperhatikan pengalaman empiris siswa
5) Membangun perubahan perilaku siswa dengan gembira
(menyenangkan)
6) Menumbuhkan kesadaran bekerja sama (kolegalitas)
7) Membentuk komunitas belajar (learning comunity)
4. Prinsip Contextual Teaching and Learning
Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual antara lain:
(Rusman,2013:193-198)
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam
CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu
memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Batasan
konstruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukanla
tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus
dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau
pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata
terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata. Oleh karena
itu, dalam CTL srategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan
35
diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak
pengetahuan yang harus diingat oleh siswa (Rusman,2013:193).
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya
menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan
merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi
merupakan hasil menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang
mengarah pada upaya menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam
pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan menemukan).tentu saja
unsur menemukan dari kedua pembelajaran (CTL dan inquiry and
discovery) secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu
model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara
individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai
dengan pengalaman masing-masing (Rusman,2013:194).
c. Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah
kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki
seseorang selalu bermula dari bertanya.oleh karena itu, bertanya
merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsur bertanya dalam
CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau
kemampauan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan
36
Seperti pada tahapan sebelumnya, berkembangnya kemampuan dan
keinginan untuk bertanya sangat dipengaruhi oleh suasana pembelajaran
yang dikembangkan oleh guru. Dalam implementasi CTL, pertanyaan
yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan
untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan
kehidupan nyata. Dengan kata lain, tugas bagi guru adalah membimbing
siswa melalui pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan
kaitan antara konsep yang dipelajari dalam kaitan dengan kehidupan
nyata (Rusman,2013:195).
Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan
mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam,
dan akan banyak ditemukan unsur-unsur terkaiit yang sebelumnya tidak
terpikirkan baik oleh guru maupun oleh siswa. Oleh karena itu, cukup
beralasan jika dengan pengembangan bertanya produktivitas
pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya, maka dapat
menggali informasi, baik administrasi maupun akademik
(Rusman,2013:195).
1) Mengecek pemahaman siswa
2) Membangkitkan respons siswa
3) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
4) Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa
5) Memfokuskan perhatian siswa
37
7) Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa
8) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk
melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari
teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community,
bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain
melalui berbagai pegalaman (sharing). Melalui sharing ini anak
dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan
yang positif dalam learning community dikembangkan
(Rusman,2013:196).
Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar
dalam CTL sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan
masyarakat belajar lain di luar kelas. Setiap siswa semestinya dibimbing
dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui
pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya disekat oleh
masyarakat belajar di dalam kelas, akan tetapi sumber manusia lain di
luar kelas (keluarga dan masyarakat). Ketika kita dan siswa dibiasakan
untuk memberikan pengalaman yang luas kepada orang lain, maka saat
itu pula kita atau siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih
banyak dari komunitas lain (Rusman,2013:196).
d. Pemodelan (Modelling)
Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa,karena
38
mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu,
tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan
pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara
menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh
para guru (Rusman,2013:196-197).
e. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau
baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan
apa yang baru dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada
saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang,
membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya
sendiri (learning to be) (Rusman,:197).
Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan
dimiliki ketika seseorang siswa berada di dalam kelas, akan tetapi jauh
lebih penting dari itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar
tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat ia dituntut untuk menanggapi
dan memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari.
Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan pada dunia nyata yang dihadapinya akan mudah
39
dalam setiap jiwa siswa dan di sinilah pentingnya menerapkan unsur
refleksi pada setiap kesempatan pembelajaran (Rusman,:197).
f. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan
penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki
fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas
proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah
proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan
gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan
terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai
perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula
pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap
siswa (Rusman,2013:197).
Guru dengan cermat akan mengetahui kemajuan, kemunduran dan
kesulitan siswa dalam belajar, dan dengan itu pula guru akan memiliki
kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan
penyempurnaan proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya.
Mengingat gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan di
sepanjang proses pembelajaran, maka nilai tidak hanya dilakukan diakhir
program pembelajaran, akan tetapi secara integral dilakukan selama
proses program pembelajaran itu terjadi. Dengan cara tersebut, guru
secara nyata akan mengetahui tingkat kemampuan siswa yang
40
5. Langkah-Langkah Pembelajaran CTL
Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL
guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini:
(Sanjaya,2006:124-125).
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan
dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
3) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
siswa.
4) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya
kelompok 1 dan 2 melakuakn observasi ke pasar tradisional,
kelompok 3 dan 4 melakuakn observasi ke pasar swalayan.
5) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang
ditemukan di pasar-pasar tersebut.
6) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh
setiap siswa.
b. Inti
Di Lapangan
1) Siswa melakuakan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas