• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEND PEN AH D UL AH U UL AN U 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEND PEN AH D UL AH U UL AN U 2"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KOMITMEN BPJS KESEHATAN

DALAM UPAYA PENGUATAN

PROMOTIF PREVENTIF ERA JKN-KIS

Makassar, 05 November 2016

Prof.Dr.dr. Fachmi Idris, M.Kes

Direktur Utama

(2)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

(3)

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

UUD 45 Pasal 34

ayat 2

Pemerintah wajib meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengembangkan sistem jaminan sosial

UUD 45 Pasal

28H ayat 1

Setiap warga negara berhak memperoleh

jaminan sosial

Konvensi ILO

102/1952

9Perlindungan dasar : kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua,

meninggal, pensiun, tunjangan keluarga dan

pengangguran

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

YANG LAYAK

UU

40/2004

SJSN

(4)

JKN

UU Nomor

40/2004

Wajib

bagi seluruh penduduk Indonesia

Prinsip

Ekuitas

(kesetaraan hak dan kewajiban) dan berbentuk

Asuransi Kesehatan

Prinsip

Ekuitas

(kesetaraan hak dan kewajiban) dan berbentuk

Asuransi Kesehatan

Sosial

Didesain untuk memenuhi kebutuhan medis masyarakat (

community rate

)

Fokus pada

pelayanan kesehatan Perorangan

Target :

Cakupan Semesta 2019

Dikelola oleh

BPJS Kesehatan

:

Badan Hukum Publik berdasar UU nomor 24/2011

Berpengalaman selama 49 tahun (Eks PT Askes (Persero))

Mengelola dengan sistem pelayanan terstruktur dan komprehensif (Managed Care)

(5)

Mengembangkan sistem pelayanan

kesehatan, sistem kendali mutu

pelayanan dan sistem pembayaran

UU

N

o

40/2

00

4

Peran BPJS Kesehatan dalam SJSN

Memfasilitasi TKMKB

(6)

Efektivitas Pembiayaan

Kesinambungan Keuangan

Pendapatan Iuran Rp.4,68 T (8,86%) Beban Manfaat Rp.16,68 T Jumlah peserta 14,96 juta jiwa ( 9,54%) Rp.16,68 T (29,22%)

Rasio Klaim

Total 108,16%

Kondisi Kesehatan

Keuangan DJS

Dampak

1. Tren angka Kesakitan terus meningkat

seiring peningkatan jumlah peserta ???

2. Mengancam sustainabilitas JKN ???

3. Bagaimana sebaiknya

Promotif Preventif

diselenggarakan ???

(7)

KASUS DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN

KATASTROPIK

BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PENYAKIT KATASTROPIK TAHUN 2015 (INACBGs) – BERBIAYA TINGGI

56,52%

TERJADI KENAIKAN JUMLAH KASUS SEIRING BERTAMBAHNYA

JUMLAH PESERTA

Tahun 2015: Transaksional BOA Sd 31 Desember 2015

(8)

IURAN

(belum menggunakan

perhitungan aktuaria

secara penuh)

PENGELUARAN

TARIF

Mutu Yankes

MISMATCH

Dari total beban rujukan Rp.45,47 Triliun,

sebanyak Rp.15,29 Triliun atau 33,62%

terserap untuk membiayai

penyakit

Katastropik

, yang terdiri dari :

Efektivitas Pembiayaan?

Tingkat Utilisasi

Potensi Fraud

Manfaat

Adverse Selection

PBPU/MANDIRI/

Non Formal

Insurance Effect

Tingkat Kesehatan

Keuangan DJS

Kepuasan Peserta

Katastropik

, yang terdiri dari :

1. Penyakit Jantung (48%)

2. Gagal Ginjal (20%)

3. Kanker (17%)

4. Stroke (8%)

5. Thalasemia (3%)

6. Chirrosis Hepatitis (2%)

7. Leukemia (1%)

8. Haemofilia (1%)

Sumber : Transaksional pelkes (aplikasi BOA) 31 Desember 2015

Katastropik

33,62%

Non Katastropik

66,38%

(9)

IURAN

(belum menggunakan

perhitungan aktuaria

secara penuh)

PENGELUARAN

TARIF

Mutu Yankes

MISMATCH

Efektivitas Pembiayaan?

Tingkat Utilisasi

Potensi Fraud

Manfaat

Adverse Selection

PBPU/MANDIRI/

Non Formal

Insurance Effect

Tingkat Kesehatan

Keuangan DJS

Kepuasan Peserta

(10)

IURAN

(belum menggunakan

perhitungan aktuaria

secara penuh)

PENGELUARAN

TARIF

Mutu Yankes

MISMATCH

I

Efektivitas Pembiayaan?

Tingkat Utilisasi

Potensi Fraud

Manfaat

Adverse Selection

PBPU/MANDIRI/

Non Formal

Insurance Effect

Tingkat Kesehatan

Keuangan DJS

Kepuasan Peserta

(11)

15,000,000

20,000,000

25,000,000

Communicable, mater

nal, perinatal and

nutritional conditions

D

ea

ths

in

2

011

Setiap tahun 13,8 juta kematian prematur pada usia 30 dan 70 akibat PTM

Beban PTM dan Tantangan di abad ke-21

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

0‐29

30‐69

70‐80+

Noncommunicable

diseases

Injuries

D

ea

ths

in

2

011

Source: WHO Global Burden of Disease (2011)

(12)

60 80 100

Kematian prematur akibat PTM di wilayah Asia Tenggara : Probabilitas

kematian antara usia 30 dan 70

Trend Kematian di Indonesia 1995-2007

Source: WHO Global Health Observatory

0 20 40 Gl obal Au str ia Fr ance UK Bang ladesh Bhuta n DPR of K ore a In di a In don esia Ma ld iv es My anma r Nepal Sri La nk a T hail and T imor -Le st e

(13)

5 Level Prevention Model

5 Level Prevention Model

Rehabilit

ation

Disability

Limitation

Early Diagnosis

Secondary

Secondary

Prevention

Prevention

Tertiary

Tertiary

Prevention

Prevention

Dilaksanakan bagi peserta

BERISIKO

BERISIKO

dengan

mengidentifikasi sedini

mungkin untuk

mencegah/membatasi

Dilaksanakan bagi peserta yang

telah SAKIT,

SAKIT, untuk mengurangi

kecacatan dan membantu

proses pemulihan.

Membutuhkan

biaya yang

cukup tinggi

pada setiap

tahapan,

untuk

mencapai

Bentuk Kegiatan : PROLANIS

Early Diagnosis

and Prompt

Treatment

Spesific

Protection

Health Promotion

Primary

Primary

Prevention

Prevention

Dilaksanakan bagi

peserta

SEHAT

SEHAT

untuk

mencegah terjadinya

penyakit.

mencegah/membatasi

terjadinya kecacatan.

Leavell & Clark of Prevention Model, 1965

mencapai

peningkatan

peningkatan

kualitas

kualitas

kesehatan

kesehatan

peserta

peserta

Bentuk Kegiatan :Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Olahraga

Skrining Riwayat Kesehatan

Bentuk Kegiatan :

Skrining Preventif Sekunder (Skrining Lanjutan DM, IVA dan

(14)
(15)

Pasal 22 ayat 1 (a)

Perpres No.12 Tahun 2013

•(1) Pelayanan kesehatan yang dijamin terdiri atas:

a. pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang

mencakup:

1. administrasi pelayanan;

2. pelayanan promotif dan preventif;

3. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

4. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

5. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

Regulasi Promotif Preventif JKN

5. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

6. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

7. pemeriksaan penunjang diagnostiklaboratorium tingkat pratama; dan

8. rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi

Pasal 21 ayat 1

Perpres No.19 Tahun 2016

• (1) Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

a. penyuluhan kesehatan perorangan; b. imunisasi rutin;

c. keluarga berencana; dan d. skrining kesehatan.

(16)

Upaya Kesehatan

Untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang setinggi‐

tingginya bagi

masyarakat, diselenggarakan

upaya kesehatan yang terpadu

dan menyeluruh dalam bentuk

Upaya

Kesehatan

Upaya

Kesehatan

Perorangan

Upaya

Kesehatan

Masyarakat

Upaya Kesehatan

dan menyeluruh dalam bentuk

upaya kesehatan perorangan

dan upaya kesehatan

masyarakat, pada setiap

tingkat layanan baik

Primer

,

Sekunder

maupun

Tersier

Perorangan

Masyarakat

1. KIE

2. Olahraga Sehat

3. Pelayanan KB

4. Skrining Preventif Primer

5. Skrining Preventif Sekunder

6. Implementasi Prolanis & Rujuk Balik

7. Promotif Preventif Spesifik Daerah

(17)

1. KIE

KIE pada

layanan

Tingkat

Primer

KIE pada

layanan

Tingkat

Sekunder

(1) Penyuluhan

langsung oleh

Narasumber

(2) Pembentukan

Klub RISTI

(1) Penyuluhan

kesehatan saat

RJTL/RITL

(2) Terapi gizi

medis pada

RITL

Sinergi dengan kegiatan penyediaan dan distribusi media promosi kesehatan :

a. Leaflet

b. Banner

c. Filler edukasi

d. dsb

(18)

Pasal 21 Ayat 1

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

a. penyuluhan kesehatan perorangan; b. imunisasi rutin;

c.keluarga berencana; dan d. skrining kesehatan.

Pasal 21 Ayat 1

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

a. penyuluhan kesehatan perorangan; b. imunisasi rutin;

c.keluarga berencana; dan d. skrining kesehatan.

Pasal 21 ayat 4

Pasal 25 huruf m

(Pelayanan Tidak Dijamin)

m. Alat dan obat kontrasepsi, kosmetik,

makanan bayi, dan susu;

PERPRES NO.19 TAHUN 2016

3. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

PERMENKES NO 71 TAHUN 2013

Pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud

meliputi konseling, pelayanan kontrasepsi termasuk vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Pasal 25 Ayat 5

Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi sebagaimana dmaksud pada ayat (3) dan ayat (4a) disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan.

(19)

4. Pelayanan Skrining Kesehatan

Permenkes No 71 Tahun 2013

1)

Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara

perorangan dan

selektif.

2)

Ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan

mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit

tertentu, meliputi:

a.

Diabetes mellitus tipe 2;

b.

Hipertensi;

Pasal 28

Pasal 28

Permenkes No

Permenkes No

71 Tahun 2013

71 Tahun 2013

c.

Kanker leher rahim;

d.

Kanker payudara; dan

e.

Penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Permenkes No

Permenkes No

59

59 Tahun 201

Tahun 2014

4

Pasal 9

Pasal 9

(20)

5. SKRINING SEKUNDER:

5. SKRINING SEKUNDER: DETEKSI

DETEKSI DINI

DINI

KANKER

KANKER SERVIKS DAN PAYUDARA

SERVIKS DAN PAYUDARA

Deteksi dini Kanker Payudara melalui

SADARI/SADANIS

Deteksi dini Kanker Serviks melalui

IVA/Pap Smear

• Deteksi Kanker payudara dan kanker leher rahim dapat dilakukan selama 3 tahun berturut – turut, selanjutnya dilakukan per 5 tahun sekali.

• Pelayanan deteksi Kanker Leher Rahim atau Kanker Payudara diperuntukan bagi peserta JKN/Perempuan (Peserta/istri) dan sudah/pernah menikah/pernah berhubungan seksual

• Dapat dilakukan dalam memperingati hari khusus terkait perempuan: Hari Kartini, Hari Ibu dan sebagainya

• Berkoordinasi dengan Pihak lain : OASE, YKI, dan sebagainya

• Sinergi dengan kegiatan GERMAS

(21)

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) adalah sebuah sistem yang

memadukan sistem pelayanan kesehatan dan komunikasi kepada populasi yang memiliki

kondisi dimana

kemandirian diri

merupakan hal utama

Aktifitas Prolanis

6. PROLANIS

6. PROLANIS

•Edukasi/Konsultasi Medis •Pemantauan Kesehatan •Aktifitas Klub •Home VisitReminder

•Pelayanan Obat secara rutin 

Mencakup PRB

•Mentoring Faskes Primer oleh Faskes Lanjutan Meningkat kan kemandiri an peserta Meningkat kan kualitas kesehatan peserta Mengenda likan biaya Pelayanan kesehatan dalam jangka panjang Meningkat kan kepuasan Peserta

(22)

Program Rujuk Balik

Program Rujuk Balik (PRB) pada

penyakit-penyakit kronis: 1. Diabetes mellitus 2. Hipertensi

3. Jantung 4. Asma

5. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) 6. Epilepsy

Permenkes No 59 Tahun 2014

Optimalisasi peran Dokter Layanan Primer sebagai Gatekeeper sekaligus Manager Kesehatan bagi Peserta Transfer Of 6. Epilepsy

7. Gangguan kesehatan jiwa 8. Stroke, dan

9. Sindroma Lupus Eritematosus (SLE) 10. Penyakit kronis lain yang

ditetapkan Menteri Kesehatan bersama Organisasi Profesi

wajib dilakukan bila kondisi pasien sudah dalam keadaan stabil, disertai dengan surat keterangan rujuk balik

yang dibuat dokter spesialis/sub spesialis.

Transfer Of Knowledge dari Dokter Spesialis /Sub Spesialis ke Dokter Layanan Primer Meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan bagi peserta penderita penyakit kronis

(23)

Diselenggarakan berfokus pada endemik kasus pada suatu daerah

Tujuan : Menurunkan angka kejadian penyakit

tertinggi dan berbiaya besar pada suatu daerah Dapat dilakukan pada Badan Usaha yang telah terdaftar BPJS Kesehatan

7. PROMOTIF PREVENTIF SPESIFIK DAERAH

7. PROMOTIF PREVENTIF SPESIFIK DAERAH

• Klub Ibu Hamil

• Kelas Ibu dan Balita

• Mentoring Spesialis

Obgyn

• Penyuluhan dan

Seminar

Persalinan

Persalinan

• Edukasi Kesehatan

melalui media promosi

kesehatan

• Penatalaksanaan

Penyakit Kronis

• Edukasi khusus kepada

Lansia

Penyakit

Penyakit

Kronis

Kronis

Pertimbangan

Merupakan kegiatan

berkelanjutan

Mempunyai

tool

monitoring dan evaluasi

Dapat bersinergi dengan

program yang telah ada,

namun tidak

over lapping

(24)

Pembayaran

Pembayaran UKP

UKP dengan

dengan Kapitasi

Kapitasi

Pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan pada FKTP (KBK)

merupakan

bagian dari pengembangan sistem kendali mutu pelayanan

yang

bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pelayanan

kesehatan

Ahli Kesehatan Masyarakatdapat mendukung KBK melalui : 1. Peningkatan rasio kunjungan

rumah

2. Peningkatan aktifitas edukasi kesehatan melalui

pendekatan keluarga

3. Menilai efektifitas kunjungan rumah terhadap peningkatan derajat kesehatan peserta JKN‐KIS

(25)
(26)

TANTANGAN JKN

Identifikasi peserta risiko tinggi

(skrining riwayat kesehatan)

Meningkatkan aktivitas

promotif & preventif

Pengelolaan risiko dampak

lanjutan penyakit kronis dan tidak

1. Transisi

Demografi

Encourage

kesadaran hidup sehat

peserta

lanjutan penyakit kronis dan tidak

menular

Monitoring Status

kesehatan

peserta

• Peningkatan kompetensi

tatalaksana penyakit kronis dan

degeneratif

Demografi

2. Peningkatan

prevalensi PTM

(

Triple burden

)

3. Peningkatan

biaya Pelkes

(27)

Terima Kasih

Kartu Indonesia Sehat

Kartu Indonesia Sehat

Dengan Gotong Royong, Semua Tertolong

www.bpjs-kesehatan.go.id @BPJSKesehatanRI BPJS Kesehatan

(Akun Resmi) BPJS Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menganalisa dan menguji apakah metode SMART dapat diterapkan dalam merekomendasikan toko roti terbaik di kota pematangsiantar dimana hasil

Dapat dilihat dari gambar 9 pada bagian grandtotal hasil perhitungan penentuan harga jual pada aplikasi menunjukkan hasil yang sama dengan pengujian manual

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi optimal antara konsentrasi molase dengan tepung kedelai, ekstrak khamir dan amonium sulfat sebagai sumber nitrogen dalam

Lingkungan kerja fisik merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang berpengaruh dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu

Segala biaya yang ditimbulkan dalam rangka pelaksanaan penilaian lomba ini seluruhnya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012 melalui

Perlu juga merujuk pada laporan Daily Bulletin (Outlook Harian) kami untuk memperkuat pandangan terhadap laporan ini.. Trend pada laporan ini dilihat dari kondisi 15’-chart

Uraian di atas menunjukkan bahwa model pelatihan INNOMATTS secara teoretis dapat dikembangkan menjadi model pelati- han yang valid, praktis dan efektif dalam me- ningkatkan

Kholid,dkk (2014) menyatakan tingkat kesehatan koperasi yang diteliti berada dalam predikat kurang sehat, dikarenakan koperasi belum mampu mengoptimalkan modalnya,