• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Industri tahu yang dikelola di Desa Cisaat pada umumnya adalah industri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. Industri tahu yang dikelola di Desa Cisaat pada umumnya adalah industri"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

38 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Deskripsi Profil Industri Tahu

Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang ada di Desa Cisaat. Deskripsi profil industri tahu dalam penelitian ini meliputi aspek proses produksi tahu, jenis limbah yang dihasilkan dari proses produksi tahu, serta dampak dari limbah tahu.

6.1.1. Deskripsi Proses Produksi Tahu

Industri tahu yang dikelola di Desa Cisaat pada umumnya adalah industri kecil. Cara pembuatan tahu pada setiap pabrik agak berbeda, namun pada prinsipnya sama, yaitu mengekstrak protein kedelai dengan air, kemudian menggumpalkannya dengan menggunakan asam atau garam-garam tertentu. Secara garis besar pembuatan tahu terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan (pembuatan susu kedelai) dan tahap koagulasi (penggumpalan) susu kedelai sampai terbentuk tahu cetak (Indrasti dan Fauzi 2009). Namun untuk menghasilkan tahu proses produksi ditambah satu tahap lagi yaitu tahap penggorengan.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tahapan-tahapan dari proses produksi tahu yaitu tahap pencucian, perendaman, penggilingan, pemasakkan, ekstraksi susu kedelai, penggumpalan, pengendapan, pencetakan, pengepresan, pemotongan dan penggorengan. Pada tahap pencucian, kedelai yang akan diolah harus dicuci sampai bersih sebelum direndam. Pencucian dimaksudkan agar kotoran-kotoran yang ada pada kedelai hilang seperti pasir, tanah dan lainnya. Tahap perendaman dilakukan berkisar antara 8-12 jam atau semalaman. Pada akhir perendaman kedelai juga dibersihkan dari pasir, ranting, daun, kulit dan lain-lain.

(2)

39 Tahap penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai dimaksudkan untuk memperkecil ukuran partikel, sehingga dapat mengurangi waktu pemasakkan dan mempermudah ekstraksi susu kedelai. Tahap pemasakkan dilakukan dalam waktu 30 menit dengan memberikan air secara terus menerus hingga komposisi berat kedelai (awal) dengan air yang ditambahkan saat pemasakkan sekitar 1:10. Pemasakkan bertujuan untuk memperoleh ekstrak protein yang optimum. Ekstraksi dilakukan dengan menyaring kedelai dengan kain blacu sehingga diperoleh sari (susu) kedelai dan dari penyaringan akan tersisa ampas tahu. Pada proses penggumpalan, sari (susu) kedelai yang telah diperoleh selanjutnya diendapkan dengan menambahkan koagulan (bahan penggumpal) untuk memperoleh protein susu. Selanjutnya gumpalan yang terbentuk tersebut dimasukan kedalam cetakan yang dilapisi oleh kain blacu berwarna putih kemudian dipress hingga terbentuk tahu cetak. Setelah tahu terbentuk masuk ketahap penggorengan. Pada tahap tersebut, tahu yang sudah jadi dimasukan kedalam penggorengan yang sudah diisi minyak goreng panas. Setelah tahu berubah warna menjadi kecoklatan angkat dan tiriskan. Secara ringkas, proses pembuatan tahu dapat dilihat pada Gambar 10.

(3)

40

Sumber : Data sekunder

Gambar 10. Diagram Proses Pembuatan Tahu

Kedelai 150 kg (sudah dicuci)

Perendaman (3- 6 jam, 450 lt)

Penirisan

Penggilingan

Pengirisan

Pencetakan dan pengepresan Pemisahan bagian cairan

Penggumpalan Penyaringan

Pemasakkan (100ºC, 30menit) Bubur

Ekstraksi susu kedelai

Curd Air panas (50º- 70ºC, 150 lt Air (300 lt) Air (1400 lt) Ampas tahu Tahu Penggorengan Tahu Whey Koagulan (penggumpal)

(4)

41 6.1.2. Identifikasi Jenis Limbah Tahu

Jenis limbah tahu yang berhasil diamati dari pabrik tahu di Desa Cisaat terdiri dari tiga jenis, yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah asap atau debu5. Limbah padat berupa ampas tahu yang diperoleh dari proses penyaringan bubur kedelai, limbah cair tahu diperoleh dari proses pencucian, perendaman, pemasakkan dan penyaringan, sedangkan limbah asap atau debu berasal dari proses penggorengan menggunakan bahan bakar serbuk gergaji. Limbah padat berupa ampas tahu dijual kepada pemilik ternak untuk dijadiakan pakan bagi ternak-ternaknya.

Limbah cair yang berasal dari proses pencucian dan perendaman ini mengandung komponen organik yang apabila dibiarkan akan menyebabkan air menjadi hitam dan berbau busuk. Limbah cair yang dihasilkan dari proses pemasakkan berupa air yang tercecer saat pengadukan, sedangkan limbah cair yang berasal dari proses penyaringan biasa disebut dengan whey. Whey merupakan cairan basi yang apabila dibiarkan dan dibuang ke sungai akan menimbulkan pencemaran lingkungan (Indrasti dan Fauzi 2009).

Limbah asap atau debu yang dikeluarkan dari proses penggorengan dengan menggunakan bahan bakar serbuk gergaji jika terkena kulit akan mengakibatkan gatal-gatal. Secara ringkas, komposisi limbah padat dan cair yang dihasilkan dari proses produksi tahu per 100 kg kedelai dapat dilihat pada Tabel 14. Sedangkan komposisi limbah yang dihasilkan oleh setiap pabrik tahu di Desa Cisaat per hari dapat dilihat pada Lampiran 1.

5

Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar pabrik tahu, Bapak Kardi (ketua Rw3), di desa Cisaat tanggal 10 Juni 2012

(5)

42 Tabel 14. Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu

Tahapan Limbah Cair (liter) Limbah Padat (kg)

Pencucian 262,5 -

Perendaman 150,0 -

Perebusan 2100,0 210

Total 2512,5 210

Sumber: Data primer, diolah (2012)

6.1.3. Dampak Limbah Tahu

Industri tahu menghasilkan produk sampingan berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah asap atau debu. Limbah yang dihasilkan oleh industri tahu dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Limbah padat yang dihasilkan dari industri tahu adalah ampas tahu yang seluruhnya sudah dimanfaatkan oleh pengrajin tahu dengan menjualnya untuk pakan ternak. Apabila ampas tahu ini tidak dimanfaatkan oleh pengrajin tahu dan langsung dibuang ke lingkungan tanpa melakukan pengolahan dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan seperti bau busuk yang dihasilkan oleh kandungan bahan organik yang terdapat dalam ampas tahu (Indrasti dan Fauzi 2009).

Limbah cair yang dihasilkan mengandung sisa air dari susu tahu yang tidak menggumpal yang masih mengandung bahan organik seperti protein, karbohidrat dan lemak yang dapat dijadikan tempat berkembangnya mikroba yang akan mencemari lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar (Astuti, Wisaksono dan Nurwini 2007). Seluruh pemilik pabrik tahu masih belum melakukan pengolahan terhadap limbah cair yang mereka hasilkan, alasannya biaya yang mahal dan teknologi yang sulit untuk diterapkan menjadi hambatan utama para pemilik pabrik tahu. Akibatnya para pemilik pabrik tahu membuang limbah cair hasil proses produksi tahunya secara langsung tanpa proses pengolahan ke aliran sungai yang dekat dengan pabrik mereka. Apabila dibiarkan, air limbah akan berubah

(6)

43 warna menjadi kehitaman dan akan menimbulkan bau busuk yang akan mengakibatkan pada gangguan pernapasan. Apabila air limbah ini dialirkan kesungai dan air sungai itu dikonsumsi oleh masyarakat maka akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti gatal, diare, kolera, radang usus, dan penyakit lainnya.

Limbah asap dan debu yang dihasilkan dari proses penggorengan yang menggunakan bahan bakar serbuk gergaji akan mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Asap yang dihasilkan berwarna hitam pekat jika terhirup oleh masyarakat akan mengalami gangguan pernapasan seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) dan ASMA. Debu hitam yang dihasilkan dari proses penggorengan jika terkena kulit, kulit akan menjadi merah dan gatal-gatal.

6.2. Estimasi Pendapatan Industri Tahu Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal

Pendapatan usaha pengolahan tahu di Desa Cisaat terdiri dari arus penerimaan (revenue) dan arus biaya (cost). Penerimaan dan biaya dalam analisis ini dibatasi pada penerimaan dan biaya yang dapat diperhitungkan (tangible). 6.2.1. Arus Penerimaan

Arus penerimaan industri tahu di Desa Cisaat terdiri penerimaan produksi utama (tahu) dan penerimaan produksi sampingan (ampas tahu). Rincian komponen penerimaan pabrik tahu per tahun dapat dilihat pada Tabel 15. Data komponen penerimaan pabrik tahu dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 15. Komponen Penerimaan Pabrik Tahu/tahun Komponen

Penerimaan

Penerimaan per Pabrik (Rp)

Pabrik1 Pabrik2 Pabrik3 Pabrik4 Pabrik5 Pabrik6 Pabrik7

Tahu 686.400.000 686.400.000 686.400.000 1.029.600.000 1.216.800.000 2.246.400.000 4.290.000.000 Ampas

Tahu 19.656.000 19.656.000 19.656.000 26.208.000 32.760.000 65.520.000 131.040.000 Total

Penerimaan 706.056.000 706.056.000 706.056.000 1.055.808.000 1.249.560.000 2.311.920.000 4.421.040.000

(7)

44 Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat penerimaan setiap pabrik tahu berbeda-beda sesuai skala produksi setiap pabrik yaitu jumlah bahan baku berupa kedelai yang mereka gunakan dan harga penjualan tahu yang mereka tetapkan sendiri. Pabrik 1-3 memiliki skala produksi sebesar 150 kg kedelai. Pabrik 4-7 masing-masing memiliki skala produksi sebesar 200, 250, 500 dan 1000 kg kedelai.

6.2.2. Arus Biaya

Arus biaya produksi pada industri pembuatan tahu di Desa Cisaat terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya faktor produksi dan peralatan yang mendukung proses pembuatan tahu seperti lahan, bangunan, penggilingan, tungku, kuali, drum/ember, cetakan, kain blacu, saringan, gayung, raga dan widig. Rincian komponen biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Komponen Biaya Tetap pabrik Tahu/tahun

`Komponen Biaya Tetap

Biaya Tetap per Pabrik (Rp)

Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Pabrik 4 Pabrik 5 Pabrik 6 Pabrik 7 Bangunan 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.500.000 3.500.000 6.000.000 16.000.000 Penggilingan 700.000 700.000 700.000 1.400.000 1.400.000 2.000.000 2.000.000 Tu ngku 60.000 60.000 60.000 120.000 150.000 180.000 180.000 Kuali 400.000 400.000 400.000 800.000 1.500.000 1.800.000 2.400.000 Drum/ember 150.000 150.000 150.000 195.000 195.000 385.000 385.000 Gentong/ gentong semen 250.000 250.000 250.000 500.000 750.000 1.050.000 1.050.000 Cetakan 240.000 240.000 240.000 480.000 600.000 720.000 720.000 Saringan 120.000 120.000 120.000 240.000 240.000 360.000 480.000 Rak (kerai) dari bamboo 100.000 100.000 100.000 150.000 150.000 200.000 200.000 Total biaya tetap 5.020.000 5.020.000 5.020.000 7.385.000 8.485.000 12.695.000 23.415.000

Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Biaya variabel industri tahu meliputi penggunaan kedelai, solar dan oli mesin penggiling, minyak goreng, garam, listrik, karyawan, serbuk gergaji,

(8)

45 transportasi, dan plastik. Rincian komponen biaya variabel pabrik tahu dapa dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Komponen Biaya variabel Pabrik Tahu/tahun Komponen

Biaya variable

Biaya Variabel per Pabrik (Rp)

Pabrik 1 Pabrik 2 Pabrik 3 Pabrik 4 Pabrik 5 Pabrik 6 Pabrik 7

Kedelai 327.600.000 327.600.000 327.600.000 436.800.000 546.000.000 1.029.600.000 2.184.000.000

Solar dan oli 14.472.000 14.472.000 14.472.000 14.904.000 14.904.000 14.616.000 28.656.000 Minyak goreng 85.800.000 85.800.000 85.800.000 137.280.000 171.600.000 446.160.000 858.000.000 Garam 7.800.000 7.800.000 7.800.000 11.700.000 15.600.000 31.200.000 46.800.000 Listrik 2.400.000 2.400.000 2.400.000 4.200.000 4.800.000 6.000.000 7.200.000 Karyawan 70.200.000 70.200.000 70.200.000 140.400.000 156.000.000 312.000.000 390.000.000 Serbuk gergaji 156.000.000 156.000.000 156.000.000 234.000.000 234.000.000 312.000.000 624.000.000 Transportasi 2.808.000 2.808.000 2.808.000 2.808.000 3.120.000 6.240.000 9.360.000 Plastik 540.000 540.000 540.000 630.000 630.000 810.000 900.000 Gayung 6.000 6.000 6.000 12.000 15.000 24.000 30.000 Kain blacu 48.000 48.000 48.000 96.000 120.000 192.000 240.000 Total biaya variable 667.674.000 667.674.000 667.674.000 982.830.000 1.146.789.000 2.158.842.000 4.149.186.000

Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Total biaya produksi pada industri tahu dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap dengan biaya variabel. Rincian total biaya produksi pabrik tahu dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Total Biaya Produksi Pabrik Tahu/tahun

Nama Pabrik. Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Biaya Total (Rp)

Pabrik 1 5.020.000 667.674.000 672.694.000 Pabrik 2 5.020.000 667.674.000 672.694.000 Pabrik 3 5.020.000 667.674.000 672.694.000 Pabrik 4 7.385.000 982.830.000 990.215.000 Pabrik 5 8.555.000 1.146.789.000 1.155.344.000 Pabrik 6 12.695.000 2.158.842.000 2.171.537.000 Pabrik 7 23.385.000 4.149.186.000 4.172.571.000

(9)

46 6.2.3. Pendapatan

Tingkatan pendapatan industri tahu dihitung dengan mengurangi total penerimaan (total revenue) dengan total biaya (total cost). Rincian pendapatan pabrik tahu dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Pendapatan Pabrik Tahu/tahun Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal

Nama Pabrik. Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

Pabrik 1 706.056.000 672.694.000 33.362.000 Pabrik 2 706.056.000 672.694.000 33.362.000 Pabrik 3 706.056.000 672.694.000 33.362.000 Pabrik 4 1.055.808.000 990.215.000 65.593.000 Pabrik 5 1.249.560.000 1.155.344.000 94.216.000 Pabrik 6 2.311.920.000 2.171.537.000 140.383.000 Pabrik 7 4.421.040.000 4.172.571.000 248.469.000

Sumber: Data Primer, diolah (2012)

6.3. Estimasi Biaya Ekternal yang Ditanggung Industri Tahu untuk Pengolahan Limbah dengan Menggunakan IPAL

Biaya ekternal yang harus ditanggung oleh pengusaha pabrik tahu untuk mengurangi limbah yang dikularkan dari pabriknya adalah dengan pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Internalisasi Biaya ekternal adalah memasukaan biaya eksternal (biaya sosial) kedalam suatu biaya produksi. Biaya sosial disini merupakan biaya pembangunan IPAL.

6.3.1. Mekanisme Sistem pengolahan Limbah Cair dengan IPAL

Salah satu cara mengurangi dampak limbah yang dihasilkan dari proses produksi tahu adalah dengan menggunakan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Teknik pengolahan limbah dengan IPAL ada dua cara yaitu IPAL terpadu dan IPAL teknik biogas. Teknik pengolahan limbah tahu yang bermanfaat bagi industri tahu adalah teknik biogas dengan biodigester karena (1) biaya investasi untuk pembangunan IPAL biogas lebih rendah dan (2) gas methan yang dihasilkan dari pengolahan limbah tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi

(10)

47 alternatif yang menghasilkan gas-bio. Gas-bio tersebut dapat digunakan untuk proses produksi tahu lainnya seperti memasak, lampu dan sebagainya. IPAL dengan teknik biogas terdiri dari bak inlet, biodigester, bak peluapan, Anerobic

Baffled Reactor (ABR), Anaerobic filter (AF), dan bak aoutlet. Selain itu

keuntungan menggunakan IPAL teknik biogas adalah dapat menurunkan kadar BOD dan COD hingga 90%.

Limbah cair dimasukkan/disalurkan ke dalam bak inlet yang berfungsi untuk menampung air limbah sebelum diolah. Setelah air limbah masuk ke dalam inlet, air tersebut mengalir ke dalam digester untuk menghasilkan gas methan (gas bio) yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif bagi pabrik. Setelah diolah dengan biodigester, air limbah dimasukan ke dalam ABR dan AF, untuk diendapkan dan difiltrasi agar kadar BOD dan COD turun hingga 90%. Fungsi ABR (Reaktor lumpur aktif) adalah untuk menghilangkan bahan organik dalam air limbah, sedangkan AF berfungsi untuk menyaring air limbah agar kandungan bahan pencemar berkurang. Air limbah yang sudah diolah langsung dialirkan menuju bak outlet yang berfungsi untuk menampung air limbah sebelum dibuang ke sungai. Setelah ditampung, air limbah yang telah diolah dapat dibuang ke sungai. Gambar Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL) biogas dapat dilihat pada gambar berikut.

1. Biodiegester

Desain kedap judara

Menghasilkan gas bio sebagai sumber energy Mengolah limbah berkandungan air rendah

(11)

48 Gambar 11. Biodiegester

2. Anerobic Baffled Reactor (ABR)

Air limbah langsung dialirkan melewati endap bakteri aktif disetiap reactor System terintegrasi sehingga tidak ada zat padat ukuran besar bias masuk ke reactor

Gambar 12. Anerobic Baffled Reactor (ABR)

3. Anaerobic filter (AF)

Air limbah langsung difiltrasi dengan endapan bakteri aktif yang terdapat pada material penyaring

Menurunkan COD dan BOD hingga 90%

(12)

49 6.3.2. Biaya Eksternal untuk Pengolahan Limbah dengan IPAL Per Pabrik

Tahu

Menurut penelitian Natalia (2008), yang merancang biaya pembangunan IPAL di Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor, biaya untuk membangun IPAL terdiri dari biaya pembelian dan pemasangan biodigester, biaya pembelian dam pemasangan ABR dan AF dan biaya pemasangan pemipaan serta biaya supervise konstruksi dan garansi 1 tahun sebanyak 15% dari total biaya konstruksi. Berikut rincian dari biaya pembangunan IPAL dengan teknik biogas. Umur ekonomis IPAL diasumsikan selama 10 tahun.

Tabel 20. Rincian Biaya Pembangunan IPAL Teknik Biogas/tahun

No. Jenis Pekerjaan Biaya (Rp) Biaya/tahun (Rp)

1. Pembelian dan pemasangan biodigester 309.324.662,20 30.932.466,220

2. Pembelian dan pemasangan ABR dan AF 265.988.741,50 26.598.874,150

3. Pembelian dan pemasangan pemipaan 39.180.273,89 3.918.027,389

Jumlah Biaya Konstruksi 614.493.677,59 61.449.367,759

Supervise konstruksi dan garansi 1 tahun (15%) 92.174.051,64 9.217.405,164

Total 706.667.729,23 70.666.772,923

Dibulatkan 706.800.000,00 70.680.000,000

Sumber : Data Sekunder, diolah (2012)

Biaya pembangunan IPAL untuk kapasitas 45 m³ per hari adalah Rp 70.680.000/tahun. Kapasitas yang ditampung oleh IPAL teknik biogas tersebut adalah 45 m³ per hari dengan rata-rata limbah yang dikeluarkan per hari dari semua pabrik di Desa Cisaat adalah 40,2 m³ (Lampiran 2). IPAL tersebut dapat digunakan oleh sekitar tujuh pabrik yang ada di Desa Cisaat. Namun karena setiap pabrik memiliki skala produksi (penggunaan kedelai) yang berbeda maka akan menghasilkan limbah cair yang berbeda. Oleh karena itu, perhitungan biaya pembangunan IPAL berdasarkan biaya pembangunan IPAL per kilogram penggunaan kedelai. Perhitungan biaya pembangunan IPAL per kilogram kedelai merupakan pembagian dari total biaya IPAL dibagi dengan jumlah total skala

(13)

50 produksi tujuh pabrik tahu. Total Skala produksi per hari dari tujuh pabrik tahu didapat sebanyak 2400 kg, skala produksi per hari diasumsikan tidak berubah setiap tahunnya untuk setiap pabrik tahu. Setelah mendapatkan biaya pembangunan IPAL per kilogram, hasil akan dikali jumlah skala produksi per pabrik. Biaya pembangunan IPAL untuk 1 kg kedelai adalah sebagai berikut: Biaya pembangunan IPAL/kg = harga pembangunan IPAL/total skala usaha Biaya pembangunan IPAL/kg = Rp 70.680.000,00/2.400 kg

Biaya pembangunan IPAL/kg = Rp 29.450/kg

Dari hasil tersebut, didapatkan bahwa biaya pembangunan IPAL teknik biogas adalah sebesar Rp 29.450/kg. Rincian mengenai pembangunan IPAL teknik biogas per pabrik dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Biaya Pembangunan IPAL Teknik Biogas Per Pabrik Per Tahun

Nama pabrik. Skala Produksi (kg)/hari Biaya Pembangunan IPAL (Rp)

Pabrik 1 150 4.417.500 Pabrik 2 150 4.417.500 Pabrik 3 150 4.417.500 Pabrik 4 200 5.890.000 Pabrik 5 250 7.362.500 Pabrik 6 500 14.725.000 Pabrik 7 1000 29.450.000 Jumlah 70.680.000

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Selain biaya pembangunan perlu juga dilakukan biaya untuk perawatan dan pemeliharaan IPAL. Sehingga perlu dilakukan juga perhitungan biaya operasional per unit pabrik. Berikut data mengenai biaya-biaya operasional pengolahan limbah dengan IPAL teknik biogas dapat dilihat pada Tabel 22.

(14)

51 Tabel 22. Rincian Biaya Operasional Pengolahan IPAL Teknik Biogas/tahun

No Jenis Pekerjaan Biaya/bulan (Rp) Biaya/tahun (Rp)

1. Upah Tenaga Kerja IPAL Rp 1.200.000 per bulan 1.200.000 14.400.000

2. Biaya Overhead 450.000 5.400.000

3. Biaya Perawatan 450.000 5.400.000

4. Biaya Angkutan 600.000 7.200.000

Total Biaya Operasional 2.700.000 32.400.000

Sumber : Data Sekunder, diolah (2012)

Biaya operasional terdiri dari upah tenaga kerja, biaya overhead, biaya perawatan dan biaya pengangkutan. Upah tenaga kerja diestimasi Rp 1.200.000/bulan menjadi Rp 14.400.000/tahun sesuai UMR (Upah Minimum Regular) di Kabupaten Sukabumi. Biaya overhead diestimasikan sebesar Rp 450.000/bulan menjadi Rp 5.400.000/tahun. Biaya perawatan diestimasikan sebesar Rp 450.000/bulan menjadi Rp 5.400.000/tahun. Biaya angkutan diestimasikan sebesar Rp 600.000/bulan menjadi Rp 7.200.000/tahun. Sehingga total keseluruhan biaya operasional teknik IPAL biogas yang sudah dibulatkan sebesar Rp 32.400.000,00/tahun.

IPAL tersebut digunakan untuk tujuh pabrik tahu. Perhitungan biaya operasional IPAL per kilogram merupakan pembagian dari total biaya operasional IPAL dibagi dengan jumlah total skala produksi tujuh pabrik tahu. Total Skala produksi per hari dari tujuh pabrik tahu didapat sebanyak 2400 kg, skala produksi per hari diasumsikan tidak berubah setiap tahunnya untuk setiap pabrik tahu.Setelah mendapatkan biaya operasional IPAL per kilogram, hasil akan dikali jumlah skala produksi per pabrik. Biaya operasional untuk 1 kg kedelai adalah sebagai berikut:

Biaya operasional IPAL/kg = harga operasional IPAL/total skala usaha Biaya operasional IPAL/kg = Rp 32.400.000,00/2.400kg

(15)

52 Dari hasil tersebut, didapatkan bahwa biaya operasional IPAL teknik biogas /adalah sebesar Rp 13.500/kg. Rincian mengenai operasional IPAL teknik biogas per pabrik dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Biaya Oprasional Pengolahan IPAL Teknik Biogas Per Pabrik Per Tahun

Nama pabrik. Skala Produksi (kg) Biaya Operasional IPAL (Rp)

Pabrik 1 150 2.025.000 Pabrik 2 150 2.025.000 Pabrik 3 150 2.025.000 Pabrik 4 200 2.700.000 Pabrik 5 250 3.375.000 Pabrik 6 500 6.750.000 Pabrik 7 1000 13.500.000 Jumlah 32.400.000

Sumber : Data primer, diolah (2012)

Total biaya pengolahan dengan menggunakan IPAL yang harus ditanggung oleh setiap pabrik tahu adalah penjumlahan antara biaya pembangunan dan biaya operasional. Lebih rinci mengenai perhitungan total biaya IPAL per pabrik per tahun dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Total Biaya Pengolahan dengan IPAL Teknik Biogas Per Pabrik Per Tahun

Nama pabrik. Biaya Pembangunan IPAL (Rp)

Biaya Operasional IPAL (Rp)

Biaya Total Pengolahan IPAL (Rp) Pabrik 1 4.417.500 2.025.000 6.442.500 Pabrik 2 4.417.500 2.025.000 6.442.500 Pabrik 3 4.417.500 2.025.000 6.442.500 Pabrik 4 5.890.000 2.700.000 8.590.000 Pabrik 5 7.362.500 3.375.000 10.737.500 Pabrik 6 14.725.000 6.750.000 21.475.000 Pabrik 7 29.450.000 13.500.000 42.950.000

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

6.4. Analisis Pendapatan Industri Tahu Setelah Internalisasi Biaya Eksternalitas

Biaya total setelah adanya internalisasi biaya eksternal merupakan penjumlahan dari biaya variabel, biaya tetap dan biaya pengolahan IPAL (biaya

(16)

53 eksternal). Rincian biaya total setelah adanya internalisasi dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Total Biaya Produksi Pabrik Tahu/tahun Setelah Internalisasi Biaya Eksternal

Nama Pabrik..

Biaya Variabel

(Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya eksternal (Rp)

Total Biaya Setelah Internalisai (Rp) Pabrik 1 667.674.000 5.020.000 6.442.500 679.136.500 Pabrik 2 667.674.000 5.020.000 6.442.500 679.136.500 Pabrik 3 667.674.000 5.020.000 6.442.500 679.136.500 Pabrik 4 982.830.000 7.385.000 8.590.000 998.805.000 Pabrik 5 1.146.789.000 8.555.000 10.737.500 1.166.081.500 Pabrik 6 2.158.842.000 12.695.000 21.475.000 2.193.012.000 Pabrik 7 4.149.186.000 23.385.000 42.950.000 4.215.521.000

Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Pendapatan setiap industri tahu/tahun setelah adanya internalisasi pengolahan limbah tetap bernilai positif. Hal ini menunjukkan dengan melakukan pengolahan limbah pabrik tahu tetap mendapatkan keuntungan dan lingkungan sekitar dapat tetap terjaga. Rincian pendapatan produksi pabrik tahu/tahun setelah adanya internalisasi dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Pendapatan Produksi Pabrik Tahu/tahun Setelah Internalisasi Biaya Eksternal

Nama Pabrik. Total Penerimaan (Rp)

Total Biaya Setelah Internalisasi (Rp) Pendapatan Setalah Internalisasi (Rp) Pabrik 1 706.056.000 679.136.500 26.919.500 Pabrik 2 706.056.000 679.136.500 26.919.500 Pabrik 3 706.056.000 679.136.500 26.919.500 Pabrik 4 1.055.808.000 998.805.000 57.003.000 Pabrik 5 1.249.560.000 1.166.081.500 83.478.000 Pabrik 6 2.311.920.000 2.193.012.000 118.908.000 Pabrik 7 4.421.040.000 4.215.521.000 205.519.000

Sumber: Data Primer, diolah (2012)/

Rata-rata penurunan pendapatan pabrik tahu setelah internalisasi biaya eksternal dengan pembuatan IPAL sebesar 16,43%. Persentase penurunan pendapatan terbesar pabrik tahu setelah adanya internalisasi biaya ekternal dialami oleh pabrik 1, 2,dan 3 dengan persentasi penurunan sebesar 19.31%. Hal ini dikarenakan pabrik 1, 2,dan 3 memiliki pendapatan yang kecil dibandingkan

(17)

54 dengan pabrik tahu lainnya. Persentase penurunan terkecil dialami oleh pabrik 5 dengan persentase sebesar 11,40%. Hal ini menunjukan pabrik 5 lebih efisien dibandingkan pabrik lainnya dalam penggunaan bahan-bahan produksi dan menghasilkan pendapatan yang cukup besar. Perubahan Pendapatan Sebelum dan Setelah adanya internalisasi biaya eksternal dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Persentase Penurunan Pendapatan Pabrik Tahu Setelah Internalisasi Biaya Eksternal

Nama Pabrik. Pendapatan Sebelum Internalisasi(Rp) Pendapatan Setelah Internalisasi (Rp) Persentase perubahan pendapatan (%) Pabrik 1 33.362.000 26.919.500 19,31 Pabrik 2 33.362.000 26.919.500 19,31 Pabrik 3 33.362.000 26.919.500 19,31 Pabrik 4 65.593.000 57.003.000 13,10 Pabrik 5 94.216.000 83.478.000 11,40 Pabrik 6 140.383.000 118.908.000 15,30 Pabrik 7 248.469.000 205.519.000 17,29 Rata-rata 16,43

Sumber: Data Primer, diolah (2012)

6.5. Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Proses Produksi Tahu

Persepsi diberikan oleh responden yang merupakan warga Desa Cisaat yang menjadi objek dari penelitian ini. Sejumlah warga yang tinggal dekat dengan pabrik tahu akan terkena dampak lingkungan akibat proses produksi pabrik tersebut. Persepsi masyarakat perlu diketahui karena masyarakat merasakan dan mengetahui tentang perubahan kondisi lingkungan dan perlu tidaknya membangun IPAL bagi pabrik tahu. Persepsi ini diukur dengan skala Likert yaitu dengan cara memberikan pembobotan (scoring) pada setiap jawaban responden.

Desa Cisaat terdapat tujuh buah pabrik tahu yang berpotensi merusak lingkungan, limbah hasil proses pabrik tahu ini berupa limbah padat, limbah cair yang dibuang ke aliran sungai, dan asap. Peranan utama aliran sungai bagi warga Desa Cisaat berfungsi untuk irigasi pertanian dan sarana air untuk kolam ikan. Namun, akibat adanya limbah proses produksi tahu menyebabkan perubahan

(18)

55 kondisi aliran sungai. Selain, itu asap yang dikeluarkan dari proses produksi pabrik tahu mencemari udara sekitar kawasan yang menyebabkan masyarakat mengalami gangguan kesehatan seperti gatal-gatal, ISPA, ASMA, dan kondisi atap rumah yang menghitam. Hasil penelitian terhadap 50 responden di Desa Cisaat menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan banyak perubahan kondisi lingkungan di lingkungan mereka.

Penilaian perubahan kondisi lingkungan ditunjukkan dari persepsi masyarakat terhadap menurunnya estetika lingkungan, menimbulkan kebisingan, penurunan kualitas air, penurunan kualitas udara, penurunan produktifitas masyarakat, dan menimbulkan gangguan kesehatan. Persepsi masyarakat dinilai dengan menggunakan skala likert dengan memberikan nilai dari 1 sampai 5. Hasil rata-rata persepsi masyarakat dari 50 responden dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Proses Produksi Tahu

No Keterangan Nilai

1 Kondisi air 3.76

2 Kondisi udara 4.38

3 Kebisingan 2.98

4 Kondisi lingkungan secara umum 3.94

5 Produksi pertanian seperti padi atau ikan 3.72

6 Kondisi kesehatan masyarakat 3.86

7 Seberapa penting pembuatan IPAL untuk mengurangi limbah pabrik tahu 4.46 Sumber: Data primer, diolah (2012)

Penilaian mengenai kondisi air yang ada disekitar pabrik tahu diukur dengan cara setiap responden memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan air yang ada disekitar pabrik tahu sangat baik, nilai dua menunjukkan air disekitar pabrik tahu baik, nilai tiga menunjukkan air biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan buruk, dan nilai lima menunjukkan sangat buruk. Hasil rata-rata perhitungan persepsi responden

(19)

56 menunjukkan 3.76. Nilai tersebut mendekati nilai empat, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi masyarakat menunjukkan kondisi air yang ada disekitar pabrik tahu dapat dikategorikan buruk. Berdassarkan hasil wawancara dengan masyarakat, kondisi air yang menjadi buruk disebabkan oleh buangan air limbah hasil produksi pabrik tahu yang dibuang ke aliran-aliran sungai yang akan digunakan oleh masyarakat. Penurunan kondisi air dapat dilihat dari warna air yang menjadi hitam, dan bau yang kurang sedap dari air tersebut. Kondisi air yang buruk membuat masyarakat disekitar pabrik tahu merasa dirugikan karena air yang sudah tercemar limbah tidak layak digunakan dan akan menimbulkan gangguan kesehatan.

Penilaian mengenai kondisi udara yang ada disekitar pabrik tahu diukur dengan cara setiap responden diminta memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan udara yang ada disekitar pabrik tahu sangat baik, nilai dua menunjukkan udara disekitar pabrik tahu baik, nilai tiga menunjukkan udara disekitar pabrik biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan buruk, dan nilai lima menunjukkan sangat buruk. Hasil rata-rata perhitungan persepsi responden menunjukkan 4.38. Nilai tersebut mendekati nilai empat, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi masyarakat menunjukkan kondisi udara yang ada disekitar pabrik tahu dapat dikategorikan buruk. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, kondisi udara yang memburuk berasal dari limbah proses produksi tahu yaitu limbah cair dan limbah padat yang mengeluarkan bau tidak sedap dan juga limbah asap yang dihasilkan pada tahap penggorengan. Hal tersebut membuat masyarakat sekitar pabrik tahu merasa rugi

(20)

57 karena menurunnya kualitas udara yang mereka hirup setiap hari akan menyebabkan gangguan kesehatan.

Penilaian mengenai kebisingan yang diakibatkan dari proses produksi tahu diukur dengan cara setiap responden diminta memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan kondisi suara dari proses produksi tahu sangat tidak bising, nilai dua menunjukkan tidak bising, nilai tiga menunjukkan biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan bising, dan nilai lima menunjukkan sangat bising. Hasil rata-rata perhitungan persepsi responden menunjukkan 2.98. Nilai tersebut mendekati nilai tiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi masyarakat menunjukkan tidak terjadi perubahan kebisingan disekitar pabrik tahu setelah adanya pabrik. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, suara yang dihasilkan dari proses produksi tahu tidak mengganggu masyarakat.

Penilaian mengenai kondisi lingkungan secara umum diukur dengan cara setiap responden diminta memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dekat dengan pabrik tahu secara umum sangat baik, nilai dua menunjukkan kondisi lingkungan secara umum baik, nilai tiga menunjukkan secara umum biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan buruk, dan nilai lima menunjukkan sangat buruk. Hasil perhitungan rata-rata persepsi responden menunjukkan nilai 3,94. nilai tersebut dekat dengan nilai empat yang berarti bahwa rata-rata persepsi responden terhadap kondisi lingkungan secara umum dapat dikatergorikan buruk. Hal ini merupakan kesimpulan dari 3 pertanyaan sebelumnya yang meliputi perubahan kondisi air, udara, kebisingan dan ditambah perubahan estetika lingkungan yang ada disekitar pabrik tahu.

(21)

58 Penilaian mengenai perubahan kondisi produksi pertanian seperti padi dan ikan akibat adanya pabrik tahu dapat diukur dengan cara setiap responden diminta memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan produksi pertanian akibat adanya pabrik tahu sangat baik, nilai dua menunjukakn produksi pertanian akibat adanya pabrik tahu baik, nilai tiga menunjukkan produksi pertanian biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan buruk, dan nilai lima menunjukkan sangat buruk. Hasil rata-rata perhitungan persepsi responden menunjukkan 3.72. Nilai tersebut mendekati nilai empat, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi masyarakat menunjukkan produksi pertanian akibat adanya pabrik tahu tergolong buruk atau menurun. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, penurunan produksi pertanian seperti padi dan ikan berasal dari penggunaan air yang sudah tercemar dengan limbah pabrik tahu. Industri pabrik tahu membuang air limbahnya ke aliran-aliran sungai, yang nantinya akan digunakan masyarakat untuk mengaliri sawah dan kolam ikan mereka. Hal tersabut membuat masyarakat sekitar pabrik tahu mengalami kerugian kerena penurunan produksi pertanian mereka yaitu padi dan ikan.

Penilaian selanjutnya mengenai kondisi kesehatan masyarakat sekitar pabrik tahu diukur dengan cara setiap responden memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan kesehatan masyarakat disekitar pabrik tahu sangat baik, nilai dua menunjukkan kesehatan masyarakat disekitar pabrik tahu baik, nilai tiga menunjukkan kesehatan masyarakat biasa saja atau tidak terjadi perubahan, nilai empat menunjukkan buruk, dan nilai lima menunjukkan sangat buruk. Hasil persepsi responden terhadap kondisi kesehatan masyarakat menunjukkan nilai 3.86. Nilai tersebut mendekati nilai empat, sehingga dapat disimpulkan bahwa

(22)

59 rata-rata persepsi masyarakat menunjukkan kondisi kesehatan masyarakat yang ada disekitar pabrik tahu tergolong buruk. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, kondisi kesehatan masyarakat menjadi buruk yang disebabkan oleh asap, debu dan air limbah yang dihasilkan pabrik. Beberapa masyarakat mengaku mengalami gangguan pernasapan karena menghirup udara yang bercampur dengan asap, debu hitam dan aroma tidak sedap yang dihasilkan dari limbah cair pabrik, debu hitam yang dihasilkan dari penggunaan serbuk gergaji pada proses penggorengan jika terkena kulit akan mengakibatkan gatal-gatal dan merah-merah. Hal tersabut membuat beberapa masyarakat sekitar pabrik tahu mengalami kerugian kerena harus pergi kedokter yang berarti mereka harus menambah biaya hidup mereka.

Penilaian lain yang dilakukan selanjutnya yaitu persepsi responden terhadap seberapa penting pembuatan IPAL untuk mengurangi limbah pabrik tahu yang ada di Desa Cisaat. Penilaian diukur dengan cara setiap responden diminta memilih satu dari lima pilihan. Nilai satu menunjukkan bahwa pembangunan IPAL sangat tidak penting, nilai dua menunjukkan pembangunan IPAL tidak penting, nilai tiga menunjukkan pembangunan IPAL biasa saja, nilai empat menunjukkan penting, dan nilai lima menunjukkan sangat penting. Hasil rata-rata perhitungan persepsi responden menunjukkan 4.46. Nilai tersebut mendekati nilai empat yang menunjukkan masyarakat mengganggap bahwa pembangunan IPAL di Desa Cisaat penting untuk dilaksanankan. Berdasarkan hasil survei kepada 50 responden, menunjukkan bahwa 100% responden menyetujui pembangunan IPAL didesa mereka. Masyarakat menilai bahwa sudah saatnya pemerintah atau pemilik pabrik peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Gambar

Gambar  10. Diagram Proses Pembuatan Tahu
Tabel 15. Komponen Penerimaan Pabrik Tahu/tahun  Komponen
Tabel 18. Total Biaya Produksi Pabrik Tahu/tahun
Gambar 13. Anaerobic filter (AF)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster

Tujuan umum tersebut, dapat dirincikan menjadi tujuan khusus : (1) untuk menganalisis rata-rata nilai ulangan harian matematika siswa kelas V Sekolah Dasar

Untuk uji coba keamanan transaksi data, berikut diberikan contoh gambar hasil tangkap data dengan perangkat lunak wireshark di sisi client pada jaringan

Mirip seperti osilasi pada simulasi tekanan darah sebelumnya, osilasi naik perlahan secara linier dari titik mulai sampai titik puncak (saat MAP), lalu turun perlahan secara

Bentuk pola dan warna pada ikan Koi yang dipilih untuk dipelihara oleh manusia dianggap sebagai cerminan dari manusia itu sendiri, sehingga pola ikan koi adalah

Kebaikan mutlak itu jika dapat dimiliki orang akan sampai pada kebahagiaan tertinggi karena kebaikan mutlak merupakan tujuan terakhir manusia yang mampu berfikir

Berdasarkan peraturan menteri dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa disebutkan bahwa alokasi dana desa berasal dari APBD kabupaten/kota

Salah satu keluaran dari penyelenggaraan system informasi kesehatan kabupaten adalah Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung, yang merupakan paket penyajian