• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sianida Terhadap Pemutihan Karang Porites lutea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Sianida Terhadap Pemutihan Karang Porites lutea"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Sianida Terhadap Pemutihan Karang

Porites lutea

Insafitri dan Wahyu Andy N. Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo

ABSTRACTS

This research was focused on bleaching percentage of coral Porites lutea after exposed to cyanide. Coral was put on aquarium in random, and then exposed to cyanide with 0.1 g/l; 1 g/l and 10 g/l concentration and control (without exposure) for 10 minutes. 5 corals were used as sample in every treatment. After exposed for 10 minutes, corals were put back to the reef ecosystem in the sea with the depth of 1 meter. For the 12 days, corals were observed for the coral bleaching.

The average bleaching percentage of coral was increase exponentially with additional concentration of cyanide. In the control, bleaching percentage was increase 14 percent after 12 days. While in the concentration of 0.1 g/l; 1 g/l and 10 g/l cyanide, bleaching percentage was increased 30%, 64% and 69%, respectively.

Keyword : cyanide, bleaching, coral

PENDAHULUAN

Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat produktif. Ekosistem ini merupakan tempat tinggal bagi berbagai ikan laut ekonomis penting. Beberapa ikan laut penting tersebut antara lain ikan hias akuarium dan kerapu yang bernilai jual tinggi dalam keadaan hidup (Pet dan Pet-Soede, 1999). Karena tuntutan tersebut, maka penggunaan sianida sebagai pembius tidak dapat dielakkan. Penggunaan sianida di Indonesia dimulai sekitar duapuluh tahun yang lalu, dan terus meningkat (McAllister, et al., 1999).

Meskipun penggunaan sianida memberikan andil dalam kerusakan karang, namun tingkat kerusakan yang dihasilkan dari penggunaan pembius ini belum terlalu jelas dideskripsikan. Penelitian di Bolinao Filipina memberikan estimasi kerusakan terumbu

karang akibat penggunaan sianida sekitar 0,4% dari total penutupan karang pertahun (Johannes dan Riepen, 1995). Namun hal ini masih terus menjadi perdebatan. Beberapa pertanyaan yang masih belum jelas terjawab adalah pengaruh sianida pada zooxanthellae dan pengaruh berbagai konsentrasi sianida pada karang.

Hoegh-Goldberg (1999) mendapatkan bahwa sianida mematikan karang karena pengaruh sianida pada proses fotosintesis oleh

zooxanthellae. Karena terhambatnya proses fotosintesis di zooxanthellae, energi yang diberikan ke polip karang juga berkurang. Proses ini pada akhirnya akan mengakibatkan pemutihan dan kematian karang. Oleh karena itu penelitian ini terfokus pada derajat kerusakan karang berdasarkan kandungan zooxanthellae-nya dengan pemberian berbagai konsentrasi sianida. Penelitian ini dilakukan

(2)

untuk menjawab pertanyaan tentang seberapa besarkah derajat kerusakan karang dengan melihat kandungan zooxanthellae pada berbagai konsentrasi sianida. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa derajat kerusakan karang berdasarkan pada pemutihan karang pada berbagai konsentrasi pemberian sianida.

MATERI DAN METODE Pengambilan dan persiapan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan peralatan SCUBA dan palu serta tatah. Sampel karang yang diambil mempunyai ukuran yang relatif sama untuk menghilangkan kesalahan interpretasi, yaitu diameter sekitar 10 cm karena ukuran ini diharapkan tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, sehingga tidak merusak ekosistem. Jumlah koloni sampel yang diambil sebanyak 4 sampel.

Perlakuan dengan Sianida

Karang diletakkan dalam akuarium secara acak, kemudian akan ekspos dengan konsentrasi sianida selama 10 menit. Pada perlakukan ini terdapat 4 buah perlakuan :

a. Akuarium pertama : perlakuan dengan konsentrasi 10 gram perliter

b. Akuarium kedua : perlakuan dengan konsentrasi 1 gram perliter c. Akuarium ketiga : perlakuan

dengan konsentrasi 0,1 gram perliter

d. Akuarium keempat : tanpa

pemberian sianida, sebagai kontrol Setelah 10 menit, karang diletakkan kembali ke laut dengan kedalaman 1 meter. Selama 12 hari perlakuan, karang diamati derajat pemutihan karangnya dalam bentuk persentase. Untuk menghitung persentase pemutihan karang ini, selembar plastik di gunakan untuk menutup permukaan karang dan kontur pemutihan karang digambar dengan pena tahan air. Kontur tersebut selanjutnya dihitung luas pemutihannya dengan software Image Tool. Luas pemutihan selanjutnya di bandingkan dengan total luas area karang untuk mendapatkan persentase luas pemutihan karang.

3. Analisa data

Angka kematian karang, perubahan warna, dan kesehatan umum karang selanjutnya dianalisa secara deskriptif. Sedangkan hubungan antara pemutihan karang dan pemberian sianida dianalisa dengan analisa regresi. Analisis Kruskal-Wallis juga dilakukan untuk melihat taraf signifikansi konsentrasi sianida terhadap pemutihan karang. Analisis statistik ini akan dilakukan dengan menggunakan software statistik Graphad Prism versi 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsentrasi sianida yang berbeda-beda mempunyai pengaruh yang beragam terhadap persentase pemutihan (bleaching) karang. pada

(3)

perlakuan kontrol, karang mengalami bleaching secara perlahan-lahan hingga puncaknya pada hari ke-9, dan mulai stabil setelah hari ke-9. Pada perlakuan dengan konsentrasi 0.1 ppt, persentase pemutihan melonjak cepat sampai hari ke 4, dan bertambah sedikit demi sedikit mulai hari ke 4. Persentase pemutihan karang melonjak sangat cepat dan signifikan pada hari kedua pada perlakuan dengan konsentrasi 1 ppt dan 10 ppt.

Berdasarkan grafik perubahan persentase pemutihan karang dari hari kehari,

terlihat bahwa persentase pemutihan karang pada konsentrasi sianida 1 dan 10 ppt sangat jauh berbeda dibandingkan dengan konsentrasi 0.1 ppt. Persentase pemutihan yang hampir sama antara 1 dan 10 ppt menunjukkan bahwa karang mengalami tekanan yang cukup besar meskipun hanya terpapar oleh sianida dengan konsentrasi 1 ppt. Karang yang terpapar sianida sebesar lebih dari 10 ppt kemungkinan besar akan mengalami kematian secara cepat. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Ha ri 1 Ha ri 2 Ha ri 3 Ha ri 4 Ha ri 5 Ha ri 6 Ha ri 7 Ha ri 8 Ha ri 9 Ha ri 1 0 Ha ri 1 1 Ha ri 1 2 Per s ent ase bl ea chi n g (% ) kontrol 0.1 ppt 1 ppt 10 ppt

Gambar 1. Persentase pemutihan karang selama 12 hari

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 kontrol 0.1 ppt 1 ppt 10 ppt P e rs e n tase b leach in g ( % ) Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12

(4)

Persentase bleaching rata-rata bertambah secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi sianida. Pada perlakuan control, persentase bleaching setelah 12 hari bertambah sebesar 14 persen. Pada perlakuan dengan konsentrasi 0.1 ppt,

persentase bleaching bertambah sebesar 30 persen. Sedangkan pada perlakuan dengan konsentrasi 1 dan 10 ppt, persentase bleaching bertambah masing-masing sebesar 64 % dan 69 %. 14 30 64 69 y = 9.217e0.5555x R2 = 0.9177 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 kontrol 0.1 ppt 1 ppt 10 ppt P e rsen tase b leac h in g ( % )

Gambar 3. Persentase pemutihan rata-rata pada berbagai konsentrasi sianida Hasil Kruskal-Wallis test menyatakan

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara berbagai konsentrasi sianida terhadap persentase bleaching. Hasil analisis Dunn’s Post Test menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan persentase pemutihan karang antara kontrol dan konsentrasi 0.1 ppt. Sebaliknya, terdapat perbedaan yang nyata persentase pemutihan karang antara kontrol dan konsentrasi 1 dan 10 ppt.

Tabel 1. Hasil Analisa Kruskal-Wallis dan Test Pasca analisis Dunn Kruskal-Wallis test

Do the medians vary signif. (P < 0.05) Ya

Number of groups 4

Kruskal-Wallis statistic 26.93

Jones (1997) dalam penelitian tentang pengaruh sianida terhadap karang Pocillopora damicornis menemukan bahwa karang

Pocillopora damicornis mati dalam waktu 24 jam ketika di masukkan dalam sianida dengan

konsentrasi 10 ppt dengan waktu 10 menit. Sedangkan dengan sianida sebesar 1 ppt, karang mengalami 60 persen bleaching. Jones dan Steven (1997) juga menemukan hasil yang hampir sama ketika melakukan percobaan

(5)

terhadap karang Porites lichen. Karang Porites lutea adalah karang berbentuk seperti batu yang mengakibatkan ekspos larutan sianida hampir merata pada seluruh permukaan. Hal ini mengakibatkan persentase bleaching (pemutihan/perubahan warna karang menjadi pucat) lebih tinggi dibandingkan karang

Pocillopora damicornis dan Porites lichen.

Tabel 2. Hasil analisa Dunn’s Post Test

Konsentrasi sianida Taraf Signifikasi I II kontrol -7.75 0.1 ppt -7.75 -15.08

1 ppt -15.08

10 ppt -17.5

Dalam penelitian pada karang

Acropora millepora dan Aiptasia pallida,

Cervino et al (2003) mendapatkan bahwa pada konsentrasi sianida sebesar 10 ppt menyebabkan karang mati 60 persen karang yang digunakan dalam penelitian mengalami kematian dalam waktu 3 minggu, sedangkan sisanya mengalami derajat pemutihan atau perubahan warna yang tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan sianida sangat mematikan bagi hewan karang. Umumnya, nelayan di Indonesia menggunakan sianida minimal sebesar 10 g/l (10 ppt) ketika mencari ikan (pet, 1997) sampai sekitar 20 ppt (Jones dan

Steven, 1997) . Jika melihat hasil penelitian ini maupun penelitian terdahulu, hampir dipastikan karang akan mengalami kematian, atau minimal mengalami pemutihan. Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka akan terjadi kematian karang yang sangat luas, hal yang oleh Johannes dan Riepen (1995) dinyatakan sebagai kerusakan lingkungan yang dasyat (extensive collateral environmental damage).

Persentase bleaching rata-rata bertambah secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi sianida. Pada perlakuan control, persentase bleaching setelah 12 hari bertambah sebesar 14 persen. Pada perlakuan dengan konsentrasi 0.1 ppt, persentase bleaching bertambah sebesar 30 persen. Sedangkan pada perlakuan dengan konsentrasi 1 dan 10 ppt, persentase bleaching bertambah masing-masing sebesar 64 % dan 69 %.

Jika mengacu pada penelitian terdahulu (Jones, 1997; Jones and Steven, 1997, dan Cervino, 2003) terlihat bahwa penggunaan konsentrasi sianida yang semakin besar guna mencari ikan akan menambah derajat kerusakan karang, baik pemutihan maupun kematian. Dilihat dari tren persentase pemutihan karang yang meningkat eksponensial, dapat dikatakan bahwa pada konsentrasi sianida diatas 1 ppt, karang mendapatkan tekanan yang cukup besar.

(6)

Sianida mempunyai efek sangat merusak karang, apalagi jika digunakan dengan dosis yang cukup besar, misalkan 1 atau 10 ppt, yang dapat mengakibatkan kematian pada karang. Sianida juga mengakibatkan peningkatan yang cukup drastis terhadap persentase pemutihan pada karang.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R and Adrim, M. 2003. Coral Reef Fishes of Indonesia. Zoological Studies 42(1): 1-72

Allen, G.R. 1998. Reef and shore fishes of Milne Bay Province, Papua New Guinea. In Werner, T.B. and Allen, G.R. (eds) A Rapid Biodiversity Assessment of the Coral Reefs of Milne Bay Province, Papua New Guinea.

C.I. Washington RA.P. Working Papers, II, 39-49.

Allen, G.R. 2000. Reef fishes of the Togean and Banggai Islands, Central Sulawesi, Indonesia. In Werner, T.B., and Allen, G.R. (eds) A Rapid Biodiversity Assessment of the Coral Reefs of the Togean and Banggai Islands, Indonesia. C.I. Washington.

Barnes, R.S.K. and Hughes, R.N. 1988. An

Introduction to Marine Ecology. Blackwell Scientific Publications, Oxford, 351 pp.

Brown, B.E., Dunne, R.P., Ambarsari, I., Le Tissier, M.D.A. and Satapoomin, U. 1999. Seasonal fluctuations in environmental factors and variations in symbiotic algae and chlorophyll pigments in four Indo-Pacific coral species. Marine Ecology Progress Series 91: 53– 69.

Cervino, J.M., R.L. Hayes, M. Honovich, T.J. Goreau, S. Jones, P.J. Rubec. 2003. Changes in zooxanthellae density, morphology, and mitotic index in hermatypic corals and anemones exposed to cyanide.

Mar. Poll. Bull. 46 : 573–586

Cesar, H. 1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs. World Bank, 97pp.

COREMAP, 1997. COREMAP Project Preparation Document T.A. 2535-IND.

Fitt, W.K., McFarland, F.K., Warner, M.E. and Chilcoat, G.C. 2000. Seasonal patterns of tissue biomass and densities of symbiotic dinoflagellates in reef corals and

(7)

relation to coral bleaching.

Limnology and Oceanography

45(3): 677–685.

Glynn, P.W. 1996. Coral reef bleaching: facts, hypothesis and implications.

Global Change Biology 2(6): 495–509.

Hoegh-Guldberg, O. 1999. Climate change, coral bleaching and the future of the world’s coral reefs. Marine and Freshwater Research 50(8): 839–866.

Johannes, R.E., and Riepen, M. 1995. Environmental, economic and social implications of the live reef fish trade in Asia and the Western Pacific. Report to The Nature Conservancy and the South Pacific Commission. 82pp.

Jones, R.J. 1997. Zooxanthellae loss as a bioassay for assessing stress in corals. Mari. Ecol. Prog. Ser. 149, 163–71.

Jones, R.J., and A.L. Steven. 1997. Effects of cyanide on corals in relation to cyanide fishing on reefs. Mar. Freshw. Res. 48, 517–522.

M.V. Erdmann and Pet, J.S. 1999. Krismon &

DFP: some observations on the effects of the Asian financial crisis on destructive fishing practices in Indonesia. SPC Live Reef Fish Information Bulletin 5: 22-26.

McAllister, D.E, Caho, N.L dan Shih, C.T. 1999. Cyanide fisheries: Where did they start?. SPC Live Reef Fish Information Bulletin 5: 18-21.

Muscatine, L. 1990. The role of symbiotic algae in carbon and energy flux in reef corals. In Z. Dubinsky (ed.).

Coral Reefs: Ecosystems of the World, Volume 25. Elsevier Science, Amsterdam: 75–87.

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. P.T. Gramedia, Jakarta, 457 hIm.

Pet, J. and Pet-Soede, L. 1999. A note on cyanide fishing in Indonesia. SPC Live Reef Fish Information Bulletin 5, 21-22.

Pet-Soede, L. and Erdmann, M.V. 1999. An overview and comparison of destructive fishing practices in Indonesia. SPC Live Reef Fish Information Bulletin 4, 28-36.

(8)

Rowan, R. and Knowlton, N. 1995. Intraspecific diversity and ecological zonation in coral algal symbiosis. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America

92(7): 2850–2853.

Rowan, R., Knowlton, N., Baker, A. and Jara, J. 1997. Landscape ecology of algal symbionts creates variation within episodes of coral bleaching. Nature 388(6639): 265–269.

Sebens, K.P. 1987. Coelenterata. In T.J. Pandian and Vernberg, F.J. (eds).

Animal Energetics. Academic Press, San Diego, California: 55– 120.

Springer, V.G. 1988. The Indo-Pacific blenniid fish genus Ecsenius. Smithsonian Contributions Zoology 465:1-134.

Springer, V.G. 1991. Ecsenius randalli a new species of blenniid fish from Indonesia with notes on other species of Ecsenius. Tropical Fish Hobbyist, 39:100-113.

Suharsono, 1996. Jenis-Jenis Karang Yang Umum di Jumpai di Indonesia. P3O-LlPl, Jakarta, 116 hIm.

Sukarno. 1995. Ekosistem terumbu karang dan masalah pengelolaannya. Materi Pendidikan dan Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang. P3O-LIPI dan Universitas Diponegoro, Jepara, 117 hIm.

Westmacott, S., Teleki, K., Wells, S. and West. J.M. 2000. Management of bleached and severely damaged coral reefs. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 37 pp.

Gambar

Gambar 2. Persentase pemutihan karang berdasarkan konsentrasi sianida
Gambar 3. Persentase pemutihan rata-rata pada berbagai konsentrasi sianida  Hasil Kruskal-Wallis test menyatakan

Referensi

Dokumen terkait

Pada penambahan Degra Simba 5 mL dengan waktu degradasi 8 hari, konsentrasi sianida (CN - ) yang terdapat didalam limbah cair tapioka sudah dibawah baku mutu limbah cair

Demikian pula semakin tinggi konsentrasi sampai dengan 10 8 spora/ml pada stadium imago tetap tidak menyebabkan kematian. Pada percobaan ini konsentrasi 10 8 spora/ml

Demikian pula semakin tinggi konsentrasi sampai dengan 10 8 spora/ml pada stadium imago tetap tidak menyebabkan kematian.. Pada percobaan ini konsentrasi 10 8 spora/ml

Symbiodiniaceae yang berasal dari Pulau Sambangan pada kategori healthy mengalami peningkatan di suhu 28°C dan 30°C pada hari pertama dan penurunan dihari kedua dan

Pada Gambar 16 merupakan hasil pengelompokkan analisis komponen utama pada sumbu satu dan sumbu dua terhadap keseluruhan stasiun penelitian didapatkan bahwa karang yang

Berdasarkan penelitian maka tanah dalam kondisi basah dan kering yang terinsektisida menyebabkan kematian pada cacing hampir 100% walaupun dalam konsentrasi beragam.. Kemungkinan

Pada penelitian ini penambahan potasium sianida (KCN) dalam medium fermentasi yang dishaker dilakukan untuk mengetahui pengaruh inhibitor respirasi terhadap produksi etanol

Demikian pula semakin tinggi konsentrasi sampai dengan 10 8 spora/ml pada stadium imago tetap tidak menyebabkan kematian.. Pada percobaan ini konsentrasi 10 8 spora/ml