Jurnal Ilmiah Niagara Vol. IX No. 1, Juni 2017
IMPLEMENTASI PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PASIEN
PENGGUNA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
(BPJS) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON
Oleh:
Ardiansyah
1, Sulasno
2Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Serang Raya
Email : ardi.farzana@gmail.com Sulasno1971@gmail.com
Abstrak
Rendahnya status kesehatan masyarakat kurang mampu disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya (cost barrier). Selain itu, Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat juga merupakan kendala bagi pemerintah untuk memajukan perkembangan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan. Usaha-usaha kesehatan khususnya dalam mengubah perilaku harus lebih bersifat pendekatan dari bawah (bottom up approach) berdasarkan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah motode penelitian kualitatif. Faktor Pendukung diantaranya adalah sumber daya, komunikasi antar badan pelaksana, lingkungan sosial, Ekonomi dan Politik, dan Standard dan Sasaran Kebijakan. Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah kinerja kebijakan yang masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan, terutama penyediaan obat yang masih belum lengkap.
Kata kunci : Implementasi, Pelayanan Kesehatan, dan Pasien Pengguna BPJS
I. PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sesuai apa yang menjadi definisi dari kesehatan, maka jelas sudah bahwa kesehatan merupakan hal pokok yang menjadi hak-hak bagi setiap orang,ini juga tercermin didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan hak memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan data terakhir Kementerian Sosial RI menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang
pemeliharaan kesehatan, seperti Askes yang sekarang berganti nama menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap dikesampingkan dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang serta masyarakat miskin.
Kemiskinan merupakan salah satu hambatan terbesar bagi sebuah negara berkembang terutama untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rakyatnya. Tingkat kemiskina juga menjadi penyebab masyarakat miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang tergolong mahal Namun, kemahalan akan biaya kesehatan tidak menjamin kualitas
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. IX No. 1, Juni 2017
yang baik pada kesehatan itu sendiri karena kualitas kesehatan masyarakat indonesia selama ini tergolong rendah.
Pelayanan publik dibidang kesehatan merupakan fungsi pemerintah dalam menjalankan dan memberikan hak dasar yang dipahami seluruh komponen masyarakat sebagai hak untuk dapat menikmati kehidupan yang bermartabat dan hak yang diakui dalam peraturan perundang-undangan, dalam peranannya pemerintah selaku penyedia layanan publik harus secara profesional dalam menjalankan aktivitas pelayanannya, tidak hanya menjalankan begitu saja tetapi dituntut harus
berdasarkan prinsip-prinsip Good Governance. Hal yang paling penting dalam proses pemenuhan hak dasar rakyat adalah masalah hak untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan pemerintah.
Akses terhadap hak-hak dasar rakyat seperti ini harus terakomodasi dalam
pembangunan. Tanpa pemenuhan kebutuhan dasar, sulit mengharapkan adanya partisipasi yang berdasarkan pada kemerdekaan dan kesetaraan. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Pasal 1 Tentang Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, dalam hal ini pemerintah dalam menjalankan pelayanan harus berdasarkan perundang-undangan dan mekanisme Good Governance serta harus siap menerima konsekuensi dari apa yang telah diselenggarakan melalui penegakan hukum administrasi. Melihat apa yang menjadi rumusan dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan memang beban berat rasanya berada dipundak pemerintah, adapun yang menjadi dasar-dasar pembangunan nasional itu sendiri diantaranya semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai
dengan martabat manusia. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat serta penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat.
Mengacu pada Undang-undang yang berkaitan yakni pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terlihat bahwa regulasi yang ada sesungguhnya sudah mengatur dengan gamblang terkait hak-hak dan kewajiban terutama pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mampu memberikan pelayanan khususnya di bidang kesehatan terhadap masyarakat secara luas dengan maksimal dan sebaik mungkin. Berkaitan pula dengan apa yang tercantum dalam konstitusi kita bagaimana seharusnya rakyat atau masyarakat memperoleh jaminan itu, saat ini yang menjadi perhatian penuh bukanlah pada regulasinya melainkan pada implementasi dari regulasi yang ada. Hal ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan badan hukum penyelenggara jaminan kesehatan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan (Kemenkes RI, 2013:2). Dalam hal ini BPJS Kesehatan merupakan badan hukum yang di bentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan (Kemenkes RI, 2013:3). Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran (Kemenkes RI, 2013:6). Bagi para pasien BPJS memiliki kewajiban untuk melaporkan perubahan data pasien, baik karena pernikahan, perceraian, kematian, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I, serta menjaga kartu pasien agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. IX No. 1, Juni 2017
orang tidak berhak, dan mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan. Didalam BPJS terdapat prosedur pelayanan dimana pasien yang sakit mendapatkan pelayanan dimana pasien terdaftar dengan membawa kartu BPJS Kesehatan. Selama kartu BPJS Kesehatan belum diterima oleh pasien, maka dapat digunakan kartu identitas kartu kesehatan atau Kartu Tanda Anggota dan Kartu Keluarga.
Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon merupakan salah satu Rumah Sakit yang menyelenggarakan program BPJS bagi pasien. Dalam proses pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien pengguna BPJS di RSUD Cilegon ada beberapa kendala sering yang terjadi. Pasien BPJS sebaiknya lebih memahami makna diberlakukannya BPJS guna meningkatkan kesehatan warga Indonesia dari semua golongan. Dimana pemberlakuan peraturan BPJS diberikan secara merata pada seluruh peserta BPJS dengan mutu pelayanan yang sama dari setiap golongan. Serta diharapkan seluruh penduduk Indonesia, khususnya yang berobat di RSUD Cilegon dapat bekerja sama dengan pihak jaminan kesehatan guna kepentingan bersama. Selain itu petugas kesehatan juga berperan penting dalam melakukan pendekatan dan mampu berkomunikasi dengan pasien dan keluarga dalam proses pemberian pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan dampak positif sehingga mampu meningkatkan kepuasan pada pasien dan keluarga, serta dapat memberikan kepercayaan tersendiri pada seluruh masyarakat pengguna jasa kesehatan BPJS yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Berdasarkan hasil wawancara awal pada pasien pengguna BPJS di RSUD Kota Cilegon, sebagian besar menyatakan kurang puas terhadap ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan untuk menggunakan jasa BPJS, dikarenakan pembatasan sarana prasarana yang diberikan seperti penarikan biaya saat memasuki IGD di RSUD Cilegon, tetapi pasien mengungkapkan dalam
pemberian obat pasien sudah merasa puas karena pemberian obat yang diberikan lebih dari kebutuhan atau lebih dari waktu pemberian obat seperti waktu sebelum pasien memakai BPJS. Adanya ketentuan beberapa pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh BPJS. Serta masih ditemukan
keluhan dimana pengguna BPJS mengeluhkan lama waktu yang diperlukan untuk mengurus persyaratan BPJS saat mereka hendak berobat, dimana dulu mereka bisa langsung menuju poli klinik yang mereka tuju tetapi adanya BPJS mereka merasa lebih lama untuk menuju poli atau tempat berobat yang mereka tuju.
Kajian ini akan membahas tentang proses implementasi pelayanan kesehatan pada pasien pengguna BPJS di RSUD Kota Cilegon dan apa saja yang menjadi factor pendukung dan penghambat implementasi pelayanan kesehatan pada pasien pengguna BPJS di RSUD Kota Cilegon.
Metode kajian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif dengan cara mengaitkan fakta-fakta yang terjadi dengan teori yang sesuai untuk menemukan penjelasan yang dapat diterima secara logis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan publik menurut Dye (1981: 1) adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever goverments choose to do or not to do). Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah disamping yang dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik (Subarsono, 2011: 2).
Dalam konteks kebijakan suatu implementasi sangatlah penting, tanpa adanya suatu implementasi dari kebijakan yang telah ditetapkan maka tidak akan mungkin tujuan yang telah ditetapkan bisa tercapai. Mazmanian serta Sabatier menjelaskan makna dari implementasi yaitu
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. IX No. 1, Juni 2017
: Memahami apa yang senyatanya terjadi setelah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kebijakan-kebijakan dan kegiatan-kegiatan yang timbul setelah disahkan pedoman-pedoman kebijakan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian (Wahab, 2005: 65).
2.1 Teori Van Meter dan Van Horn
Model implementasi kebijakan dari Meter dan Horn menetapkan beberapa variabel yang diyakini dapat mempengaruhi implementasi dan kinerja kebijakan. Beberapa variabel yang terdapat dalam model Meter dan Horn adalah Standar dan Sasaran Kebijakan, Kinerja Kebijakan, Sumber daya, Komunikasi Antar Badan Pelaksana, Karakteristik Badan Pelaksana, Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik, Sikap Pelaksana.
2.2 BPJS sebagai Salah Satu Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan menurut Levey dan Loomba (1973), Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat.
Pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 ini mengamanatkan bahwa program jaminan
sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk program Jaminan Kesehatan melalui suatu badan penyelenggara jaminan sosial. Badan penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk program Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut sebagai program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pengaturan teknis pelaksanaan lebih lanjut program JKN dituangkan dalam berbagai peraturan sebagai turunan dari kedua Undang-Undang tersebut diatas, baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes), Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan (Manlak), Petunjuk Teknis (Juknis), Panduan Praktis dan lain-lain.
III. PEMBAHASAN
Data yang telah diperoleh selama penelitian disajikan dengan kerangka pemikiran diawal yaitu dimulai dengan bagian pertama mengenai gambaran implementasi pelayanan kesehatan terhadap pasien pengguna BPJS di RSUD Kota Cilegon. Kemudian yang kedua adalah pendeskripsian serta penjelasan tentang standard dan sasaran kebijakan, kinerja kebijakan, sumber daya, komunikasi antar badan pelaksana, karakteristik badan pelaksana lingkungan sosial, ekonomi dan politik serta sikap pelaksana. Selanjutnya dilakukan pemaparan mengenai hasil pengumpulan data yang telah dilakukan dalam rangka menjawab perumusan masalah yang dikemukakakn sebelumnya.
3.1 Latar Belakang Program BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam hal perbaikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. IX No. 1, Juni 2017
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 Undang-Undang BPJS. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran.
3.2 Proses Implementasi Pelayanan
Kesehatan Pada Pasien Pengguna BPJS di RSUD Kota Cilegon
RSUD Kota Cilegon melayani 2 hal yaitu pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap. Mengenai rawat inap, RSUD Kota Cilegon telah menyediakan beberapa ruangan rawat inap yang terdiri dari beberapa kelas, diantaranya adalah kelas III, kelas II, kelas I, VIP dan VVIP. Pasien pengguna BPJS yang dirujuk untuk rawat inap akan ditempatkan sesuai dengan fasilitas kesehatan yang dimiliki.
Menurut Dr. Fery yang merupakan Dokter Umum di IGD RSUD Kota Cilegon, dalam hal rawat jalan ke UGD, pasien tidak perlu membawa surat rujukan karena
sifatnya darurat dan perlu penanganan secara cepat. Maka dengan demikian pasien pengguna BPJS tidak perlu melewati fasilitas kesehatan yang ada dibawahnya seperti klinik/puskesmas. Tetapi apabila pasien ingin berobat jalan melalui poliklinik dokter spesialis, maka pasien harus membawa surat rujukan dari klinik/puskesmas terlebih dahulu dengan alasan puskesmas/klinik tidak mampu menangani penyakit tersebut.
3.3 Implementasi Kebijakan Pelayanan
Kesehatan Terhadap Pasien Pengguna BPJS di RSUD Kota Cilegon
3.3.1 Standar dan Sasaran Kebijakan Indonesia sebagai Negara Kesatuan yang memiliki penduduk lebih dari 200 juta jiwa memiliki kewajiban melayani warganya dalam hal kesehatan. Peran pemerintah sangat penting dalam hal perlindungan kesehatan warganya. BPJS dalam target pencapaiannya akan mengcover seluruh masyarakat Indonesia sebagai peserta, namun pada kenyataannya masyarakat Indonesia masih banyak yang belum tercover. Dalam Berita Cilegon Online yang rilis pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 menyatakan bahwa saat ini pasien pengguna BPJS di Kota Cilegon sudah mencapai 80% dan sisanya adalah masyarakat yang belum memiliki asuransi kesehatan.
3.3.2 Komunikasi Antar Badan Pelaksana
Untuk mencapai sasaran dan tujuan program/kebijakan maka diperlukan komunikasi antar badan pelaksana yang baik. Dengan pencapaian peserta BPJS hingga 80% maka Klinik dan Puskesmas terus melakukan koordinasi agar seluruh masyarakat Kota Cilegon memiliki asuransi kesehatan. Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan adalah dengan melaporkan jumlah pasien pengguna BPJS dari setiap klinik dan puskesmas yang ada di Kota Cilegon kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Hal ini menjadi bahan referensi bagi pemerintah Kota Cilegon
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. IX No. 1, Juni 2017
dalam melakukan pengamatan terhadap warganya yang memiliki asuransi kesehatan.
3.3.3 Sumber Daya
Sumber daya merujuk kepada seberapa besar dukungan finansial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan. Dalam hal ini pelaksanaan program BPJS didukung oleh dua sumber daya, diantaranya adalah sumber daya finansial dan sumber daya manusia. Sumber daya finansial yang dimiliki BPJS salah satunya bersumber dari iuran masyarakat yang menjadi peserta BPJS. Iuran bagi masyarakat umum tersebut yakni sebesar Rp 80.000 per orang per bulan untuk rawat inap kelas 1, untuk kelas 2 sebesar Rp 51.000, dan untuk kelas 3 sebesar Rp 25.500. Sementara, iuran penduduk miskin yang ditanggung pemerintah daerah sebesar Rp 19.225 per orang (http://www.bpjs-kis.info). Selain sumber daya finansial, terdapat pula sumber daya manusia yang mendukung jalannya program BPJS di RSUD Kota Cilegon. Ada beberapa pegawai yang ditempatkan untuk mengurusi khusus pasien pengguna BPJS, pegawai tersebut sebelumnya sudah mendapatkan pelatihan dan pendidikan oleh Pihak BPJS.
3.3.4 Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Politik
Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Politik merujuk bahwa lingkungan dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan impelementasi kebijakan. Lingkungan berperan penting terhadap kesuksesan kebijakan itu sendiri. Kota Cilegon merupakan Kota Industri yang sebagian besar masyarakatnya adalah pekerja pabrik yang ada di Kota Cilegon. Menurut Dr. Yuli yang merupakan Dokter UGD di RSUD Kota Cilegon, Lingkungan pekerja yang ada di Kota Cilegon menjadikan kebutuhan asuransi begitu penting untuk dimiliki. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian peserta BPJS yang sudah 80% di Kota Cilegon. Setiap hari masyarakat yang
mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS juga meningkat.
3.3.5 Karakteristik Badan Pelaksana
Karakteristik badan pelaksana merujuk pada seberapa besar daya dukung strukur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang terjadii di internal birokrasi. Dalam kaitannya dengan palayanan yang diberikan kepada pasien pengguna BPJS, seluruh badan pelaksana yang bertugas di dalamnya selalu mendukung penuh agar seluruh masyarakat dapat mendapat pelayanan dengan baik.
BPJS selalu berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit terkait dengan palayanan yang dirasakan kurang oleh pasien. Hal ini dilakukan agar semua badan pelaksana dapat berkerja secara optimal dan saling mendukung satu sama lain.
3.3.6 Sikap Pelaksana
Sikap pelaksana merujuk bahwa sikap pelaksana menjadi variabel penting dalam implementasi kebijakan. Sikap pelaksana merupakan ujung tombak dari pelayanan yang diberikan, baik buruknya pelayanan yang diberikan tergantung pada sikap pelaksana yang diberikan kepada masyarakat. Sikap pelaksana yang ditunjukan pihak Rumah Sakit terhadap pasien pengguna BPJS di RSUD Kota Cilegon selama ini sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan pasien pengguna BPJS sudah mengikuti prosedur yang benar ketika berobat di RSUD Kota Cilegon.
3.3.7 Kinerja Kebijakan
Kinerja kebijakan merupakan penilaian terhadap pencapaian standar dan sasaran kebijakan yang telah ditetapkan diawal. Penilaian tersebut dapat bersifat positif dan negatif sesuai dengan hasil yang dicapai oleh pelaksana kebijakan. kinerja yang dilakukan RSUD Kota Cilegon kepada pasien pengguna BPJS belum sepenuhnya baik, ada beberapa yang dirasakan kurang dan harus diperbaiki, diantaranya adalah masalah pengadaan obat yang sulit dan terkadang pihak Rumah Sakit
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. IX No. 1, Juni 2017
meresepkan pasien lain yang tidak sesuai ketentuan pihak BPJS.
3.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pelayanan Kesehatan pada Pasien Pengguna BPJS di RSUD Kota Cilegon
Implementasi Pelayanan
Faktor Pendukung Faktor
Sumber Daya Kinerj
a
Komunikasi Antar Badan Pelaksana
Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik
Standar dan Sasaran Kebijakan Sikap Pelaksana Karakteristik Badan Pelaksana IV. SIMPULAN
Secara keseluruhan ada beberapa variabel yang menjadi pendukung dan penghambat implementasi pelayanan kesehatan terhadap pasien pengguna BPJS di RSUD Kota Cilegon. Faktor Pendukung diantaranya adalah sumber daya, komunikasi antar badan pelaksana, lingkungan sosial, Ekonomi dan Politik, dan Standard dan Sasaran Kebijakan. Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah kinerja kebijakan yang masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan, terutama penyediaan obat yang masih belum lengkap.
DAFTAR PUSTAKA Buku
DepartemenKesehatan RI., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Indiahono, Dwiyanto. (2009). Kebijakan Publik. Berbasis Dynamic
Policy
Analysis. Yogyakarta : Gava Media. Nugroho, Riant. (2004). Kebijakan Publik:
Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.Jakarta : PT.Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Patton, Michael Quinn. (2006). Metode
Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Subarsono. (2005, 2011). Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
Wahab, Solichin Abdul. (1991, 2005). Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : PT.Bumi Aksara.
Undang-undang
Undang-UndangNomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
Internet http://beritacilegon.com/index.php/berita- cilegon/cilegon-raya/6562-hari-ini- rsud-kota-cilegon-berumur-14-tahun,-80-persen-pasien-pengguna bpjs.html?device=iphone