• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK PUISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK PUISI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I S B N : 9 7 8 - 6 0 2 - 6 7 7 9 - 2 1 - 2

Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia | 413 (PIBSI) XL 2018

PENDIDIKAN KARAKTER PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK PUISI

Ariesty Fujiastuti

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Ahmad Dahlan E-mail: ariesty.fujiastuti@pbsi.uad.ac.id

ABSTRAK

Pendidikan karakter merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan. Hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat pada bangsa Indonesia, seperti kejujuran, kesantunan dan kesopanan, hormat pada orang lain, religius, dan kebersamaan, menjadikan keprihatinan bagi masyarakat Indonesia. Semua treatment yang ada dalam dunia pendidikan seharusnya selalu memperhatikan hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan dengan fitrah, sebagai mahkluk individu yang khas, dan sebagai mahluk sosial yang hidup dalam realitas sosial. Sebagai bangsa yang berketuhanan, kita meyakini bahwa para Nabi dan Rasul adalah manusia terbaik yang dapat dijadikan acuan dalam pendidikan berkarakter. Oleh karena itu, dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan bisa diatasi dengan adanya pendidikan karakter profetik. Salah satau contoh menanamkan pendidikan karakter profetik yaitu dalam pembelajaran karya sastra seperti menyimak puisi. Salah satu puisi yang mengandung nilai kenabian yaitu puisi yang ditulis oleh Kuntowijoyo dalam buku “Makrifat Daun Daun Makrifat” yang berisi puisi-puisi yang memiliki makna keislaman atau kenabian.

Kata Kunci: pendidikan karakter, profetik, puisi

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan. Hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat pada bangsa Indonesia, seperti kejujuran, kesantunan dan kesopanan, hormat pada orang lain, religius, dan kebersamaan, menjadikan keprihatinan bagi masyarakat Indonesia.. Banyak permasalahan yang setiap hari muncul dalam dunia pendidikan seperti kekerasan dan kebrutalan baik yang dilakukan oleh pendidik atau peserta didik. Siswa juga sering melakukan tawuran antar pelajar. Selain itu, tingkat keopanan siswa terhadap guru juga semakin menurun. Banyak siswa yang mulai berani terhadap guru bahkan melontarkan kosa kata yang kasar. Permasalahn tersebut harus segera diatasi karena pada hakikatnya pendidikan merupakan pross memanusiakan manusia (humanizing human being).

Semua treatment yang ada dalam dunia pendidikan seharusnya selalu memperhatikan hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan dengan fitrah, sebagai mahkluk individu yang khas, dan sebagai mahluk sosial yang hidup dalam realitas

(2)

I S B N : 9 7 8 - 6 0 2 - 6 7 7 9 - 2 1 - 2 sosial. Sebagai bangsa yang berketuhanan, kita meyakini bahwa para Nabi dan Rasul adalah manusia terbaik yang dapat dijadikan acuan dalam pendidikan berkarakter. Para Nabi diutus Tuhan untuk membawa perubahan akhlak dan rohani sebagai tujuan utamanya, sebagaimana yang dikemukakan Nabi Muhammad SAW bahwa sebenarnya, ia diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak. Oleh karena itu, dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan bisa diatasi dengan adanya pendidikan karakter profetik.

Pendidikan karakter profetik dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara memasukkan nilai-nilai kenabian dalam materi pembelajaran. Salah satau contohnya yaitu dalam pembelajaran karya sastra seperti menyimak puisi. Tidak semua puisi mengandung nilai-nilai keislaman atau kenabian. Salah satu puisi yang mengandung nilai keislaman atau kenabian yaitu puisi yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Kuntowijoyo merupakan penggagas sastra profetik. Beliau merupakan seorang intelektual yang berperan dalam ilmu sosial profetik. Salah satu karya sastra yang dihasilkan oleh Kuntowijoyo adalah buku “Makrifat Daun Daun Makrifat” yang berisi puisi-puisi yang memiliki makna keislaman atau kenabian.

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Karakter Profetik

Pendidikan karakter melalui sekolah tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan, tetapi harus disertai dengan pola pembiasaan dan pembudayaan secara intensif hal-hal yang dapat memicu siswa untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai keluhuran budi pekerti. Pembiasaan dan pembudayaan tersebut di antaranya mencakup hal-hal yang dianggap sederhana, seperti pemberian penghargaan (prizing) kepada yang berprestasi dan hukuman (punishment) bagi yang melanggar, menumbuhkan (cherising) nilai-nilai yang baik dan mencegah (discowaging) berlakunya nilai-nilai yang buruk (Aziz, 2011:198). Salah satu cara penanaman pendidikan karakter yaitu dengan memasukkan nilai-nilai keislaman atau kenabian (profetik).

Menurut pendapat Roqib (2013:244), nilai karakter profetik atau kenabian yang utama adalah sifat-sifat wajib bagi rasul yaitu jujur (shiddiq), amanah,

(3)

I S B N : 9 7 8 - 6 0 2 - 6 7 7 9 - 2 1 - 2

Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia | 415 (PIBSI) XL 2018

komunikatif (tabligh), dan cerdas (fathanah). Kontekstualisasi dari keempat sifat kenabian itu ialah terbentuk figur sebagai berikut. Pertama, selalu berpedoman pada nurani dan kebenaran, tidak mengikuti hawa nafsu dan pengaruh lingkungan yang negatif, bahkan manusia yang telah terinternalisasi nilai profetik akan menebarkan kebenaran dan nilai kemanusiaan ke berbagai kalangan. Kedua, figur tersebut juga menjaga profesionalisme dan komitmen. Apa yang manusia katakan akan dilaksanakan dengan konsekuen. Manusia menjadi seorang figur yang mampu menjaga amanah, tugas pokok, dan fungsinya sehingga tidak tenggelam dalam rayuan nafsu untuk menguasai jabatan atau kekayaan. Manusia akan terus berbuat sesuai dengan mandat yang ia terima. Ketiga, figur ini menguasai keterampilan berkomunikasi dengan berbagai kalangan dan strata. Manusia tidak membedakan suku, agama, partai politik, dan golongan. Kebenaran Manusia tegakkan dan komunikasikan ke berbagai kalangan dengan niatan untuk memberi kemanfaatan dan kedamaian hidup. Ucapan dan perilakunya sekaligus menjadi duta yang mampu menerjemahkan apa yang ada di hatinya secara jujur. Keempat, Manusia menjadi figur yang mampu menyelesaikan masalah karena memiliki multikecerdasan. Ia menjadi sosok kunci (key person) yang mampu menyelesaikan berbagai kasus dan problem yang muncul. Manusia juga sosok yang mampu memanfaatkan fasilitas dan lingkungan baik fisik maupun sosial untuk mendukung pencapaian tujuan mulianya.

B. Pembelajaran Menyimak Puisi

1. Hakikat Menyimak

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, sertamemahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahsa lisan (Tarigan, 2008: 31). Tahap-tahap menyimak Menurut Strickland dan Anderson (dalam Tarigan, 2008: 31), yaitu sebagai berikut.

a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.

(4)

I S B N : 9 7 8 - 6 0 2 - 6 7 7 9 - 2 1 - 2 b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan

dengan adanya selingan perhatian pada hal-hal di luar pembicaraan.

c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati, mengutarakan apa yang terpendam dalam hati.

d. Menyimak serapan, sang anak keasyikan menyerap hal-hal yang kurang penting, jadi hanya merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.

e. Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; hanya memperhatikan kata-kata pembicara yang menarik hatinya saja.

f. Menyimak asosiasif; hanya mengingat pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan penyimak tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan pembicara.

g. Menyimak dengan reaksi berkala; pembicara membuat komentar/pertanyaan terhadap pembicaraan.

h. Menyimak secara seksama; dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran pembicara.

i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagagasan pembicara

2. Puisi

a. Pengertian Puisi

Sayuti (2008: 27) menjelaskan bahwa puisi merupakan suatu objek yang mencukupi dirinya sendiri atau bersifat otonom sebagai dunia dalam kata. Itu sebabnya ada yang menyebut bahwa puisi merupakan kata-kata terbaik dalam susunan terbaik pula. Penggunaan bahasa dalam puisi menggunakan bahasa yang sempurna. Artinya koherensi secara internal dunianya memang dibangun dengan sebaik-baiknya. Fungsi bahasa yang menonjol untuk menggambarkan makna seperti yang terdapat dalam lambang bahas itu sendiri.

(5)

I S B N : 9 7 8 - 6 0 2 - 6 7 7 9 - 2 1 - 2

Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia | 417 (PIBSI) XL 2018

Menurut Pradopo (2009: 7) puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.

Taylor (dalam Pradopo, 2009: 6) menyatakan bahwa puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya. Sedangkan Wordsworth (dalam Pradopo, 2009: 6) mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan bentuk mengekspresikan pikiran yang membangkitkan perasaan serta merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.

C. Pendidikan Karakter Profektif dalam Pembelajaran Menyimak Puisi

Dalam dunia pendidikan, puisi merupakan salah satu karya sastra yang dipandang sebagai salah satu instrumen untuk memberikan keseimbangan antara intelektualitas dan sensibilitas, antara pikiran dan kepekaan rasa. Menurut Kasiyan (2002:34), pada batas-batas tertentu, karya sastra dapat difungsikan dalam konteks kepentingan mempertajam moral dan watak (karakter). Karya sastra dapat dijadikan sebagai media yang efektif dalam proses penanaman nilai-nilai dan pembentukan karakter profetik siswa.

Salah satu contoh pendidikan karakter profektif dalam pembelajaran menyimak puisi yaitu dengan mengambil contoh puisi yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Contoh puisi Kuntowijoyo yang mengandung pendidikan karakter profetik yaitu puisi dalam buku “Makrifat Daun Daun Makrifat”. Makrifat Daun Daun Makrifat merupakan karya sastra profetik yang berisi pemikiran tentang Tuhan dan segala ciptaannya. Kata “Makrifat” berarti pengetahuan, tingkat

(6)

I S B N : 9 7 8 - 6 0 2 - 6 7 7 9 - 2 1 - 2 penyerahan diri kepada Tuhan, yang setingkat demi setingkat sehingga sampai pada tingkat keyakinan yang kuat. Kata “Daun” secara ilmiah berarti bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai hidup dari sebuah pohon untuk bernapas. Makna dari “Makrifat Daun” berarti dalam kehidupan manusia mereka harus terus mencari ilmu dengan melihat dan merasakan alam semesta beserta isinya. Oleh karena itu, manusia seharusnya semakin beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. Berkat Tuhan, sejatinya manusia mampu merasakan kehadiran dan kebesaran-Nya. Contoh sederhana yaitu manusia bisa bernapas, menginjak bumi, dan menikmati keindahan ciptaan-Nya.

Berikut kutipan puisi yang mengandung pendidikan karakter profetik yaitu puisi yang berjudul “Aku Cemas Bumi Semakin Menyusut” dalam buku “Makrifat Daun Daun Makrifat” karya Kuntowijoyo.

Ketika orang tak lagi pandai berdoa Karena kita tidak punya waktu

Bagi kekosongan

Manusia bukan milik manusia

Puisi ini sarat akan kontemplasi, Kuntowijoyo membawa pembaca untuk kembali memahami fitrah manusia sebagai hamba. Hamba yang diperintahkan untuk berdoa dan meminta kepada Sang Pencipta, hamba yang tidak punya kuasa bahkan atas dirinya sendiri. Akan tetapi, manusia banyak yang lupa akan perintah Tuhannya. Banyak manusia yang lebih mementingkan dunia dari pada akhirat. Banyak manusia yang sudah tidka melaksanakan kewajiban yang diberikan oleh Tuhan. Bahkan hanya untuk berdoa saja manusia sudah tidak mempunyai waktu dan disibukkan olek aktifitas dunia. Sesungguhnya manusia bukan milik manusia. Akan tetapi, manusia adalah milik Tuhan yang akan kembali kepada-Nya.

Tetapi engkau kehilangan jejak

Lebih baik serahkan laut kepada airnya Daun kepada hijaunya

Bintang kepada cahyanya Sebab pada mulanya

(7)

I S B N : 9 7 8 - 6 0 2 - 6 7 7 9 - 2 1 - 2

Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia | 419 (PIBSI) XL 2018

Hanyalah Kun Fayakun”

Dalam kutipan puisi tersebut, Kuntowijoyo memainkan kata-kata dan berimajinasi dengan alam. Melalui alam, Kuntowijoyo mengajak manusia untuk bisa merasakan kebesaran Tuhan. Keindahan dan kenikmatan alam yang diciptakan oleh Tuhan tidak ada yang bisa menandinginya. Tidak ada manusia yang bisa menciptakan keindahan alam seperti ciptaan-Nya. Melalui puisi tersebut, Kuntowijoyo mengingatkan manusia bahwa semua alam semesta ini adalah mili Tuhan. Oleh karena itu, manusia wajib beriman dan bertaqwa kepada Tuhan sesuai dengan tuntunan, tauladan, dan ajaran yang dibawa oleh para Nabi.

Selain Kuntowijoyo, Suara dan semangat profetik juga memberi warna pada karyakarya sastrawan Indonesia, seperti tampak dalam karya Arifin C. Noer, Danarto, dan Sutardji Calzoum Bachri. Para pengarang menyajikan alternatif gagasan dan pemikiran tentang pentingnya manusia untuk kembali mengenali kesejatian asal usul. Dunia telah dipenuhi dengan perang yang mengerikan dan sia-sia. Oleh karena itu, yang dibutuhkan saat ini adalah Tuhan, sehingga pencarian terbaik adalah berhubungan dengan Tuhan.

Pembahasan mengenai pendidikan karakter profetik juga selaras dengan pendapat Efendi (2011:47), yang telah menemukan pendidikan karakter profetik dalam karya sastra seperti naskah drama yang berjudul “Dalam Bayangan Tuhan”, karya Arifin C. Noer yang menyajikan nyanyian sekelompok orang yang tidak berdaya ditindas tirani kemiskinan dan kekuasaan sehingga tidak lagi memiliki kemerdekaan. Pada kondisi itulah, tidak ada pilihan kecuali kembali pada penyadaran keagungan Tuhan. Selain itu, Danarto melalui cerpen-cerpennya juga mengabarkan hadirnya jalan profetik sebagai jalan yang perlu ditempuh untuk menuju kesempurnaan hidup. Dalam cerpen yang sarat dengan profetik, yang berjudul Godlob, Danarto menghadirkan gambaran pelanggaran-pelanggaran moral yang telah melampaui batas. Cerpen tersebut menghadirkan tokoh ayah dan anak sebagai pembawa suara kesufian. Contoh lain pemanfaatan nilai-nilai dalam sastra untuk pengembangan karakter siswa, disajikan sebuah puisi berjudul “Kerendahan Hati”, terjemahan dari puisi “Be the Best of Whatever You Are” karya Douglas Malloch.

(8)

I S B N : 9 7 8 - 6 0 2 - 6 7 7 9 - 2 1 - 2

SIMPULAN

Dalam dunia pendidikan, puisi merupakan salah satu karya sastra yang dipandang sebagai salah satu instrumen untuk memberikan keseimbangan antara intelektualitas dan sensibilitas, antara pikiran dan kepekaan rasa. Karya sastra dapat dijadikan sebagai media yang efektif dalam proses penanaman nilai-nilai dan pembentukan karakter profetik siswa. Salah satu contoh pendidikan karakter profektif dalam pembelajaran menyimak puisi yaitu dengan mengambil contoh puisi yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Contoh puisi Kuntowijoyo yang mengandung pendidikan karakter profetik yaitu puisi dalam buku “Makrifat Daun Daun Makrifat”.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Hamka Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati. Jakarta: Penerbit Al-Mawardi Prima.

Anwar, Wan. 2005. Kuntowijoyo: Karya dan Dunianya. Serang: Grasindo.

Efendi, Anwar. 2011. “Pembelajaran Sastra Profetik sebagai Media Pengembangan Karakter Siswa”. Cakrawala Pendidikan, XXX: 39-52. Kasiyan. 2002. “Pendidikan Kesenian dalam Pembangunan Karakter Bangsa”.

Cakrawala Pendidikan, XXI (2): 33-55.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Roqib, Moh. 2013. “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Profetik”. Pendidikan Karakter, III (3): 240-249.

Sayuti, Suminto A. 2008. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Referensi

Dokumen terkait

Adalah tanggungjawab anda untuk memastikan bahawa harta yang digadaikan kepada bank adalah diinsuranskan sewajarnya dengan syarikat insurans yang diterima oleh bank untuk

Dalam artikel yang diunduh dari http://diarykecilavryl.wordpress.com/tag/teknik-bola-voli mengungkapkan teknik spike menurut Muhajir (2006: 23) ”Teknik dalam

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, evaluasi DTPs pada pengobatan pasien tifoid di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman periode bulan Juli 2007 -

Dalam proses produksi, perusahaan ini sering mengalami kendala dalam bentuk tidak bekerjanya sistem yang disebabkan adanya kerusakan mesin produksi atau

Kepala sekolah menjelaskan bahwa: ada beberapa strategi yang telah dirumuskan untuk meningkatkan kemampuan guru, yaitu; (a) menyusun program peningkatan kemampuan guru

Pembuktian hipotesis dapat diketahui dari pengolahan dan analisis skor data Dari label 7 dapat diketahui bahwa murid yang dapat memahami makna simbolis cerita rekaan adalah

Dimensi perkembangan pekerja dilihat dari segi pembangunan personel dan profesional kepada warga organisasi berkenaan juga menunjukkan tahap sokongan yang rendah bagi kesemua

Maka dari itu untuk mempermudah institusi STMIK GI MDP dalam melakukan dokumentasi dokumen borang akreditasi pada institusi STMIK GI MDP, penulis menyusun laporan penelitian