• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perpindahan panas di kelas IV SD Negeri 16 Sabang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perpindahan panas di kelas IV SD Negeri 16 Sabang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pada materi perpindahan

panas di kelas IV SD Negeri 16

Sabang

THANTAWI

Guru Kelas Pada SD Negeri 16 Sabang

Abstrak. Penelitian yang berjudul “Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

materi perpindahan panas di kelas IV SD Negeri 16 Sabang” ini mengangkat masalah apakah melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar perpindahan panas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar perpindahan panas melalui penerapan metode eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 16 Sabang semester I tahun pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 23 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Metode yang digunakan metode penelitian tindakan kelas. Pengumpulan data dilakukan secara teknik tes dan observasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata atau nilai rata-rata siswa dalam memahami materi materi perpindahan panas adalah 82,30 pada siklus I dan 84,65 pada siklus II. Berdasarkan kategori nilai yang menjadi acuan peneliti, nilai rata-rata 84,65 berada pada kategori baik. Dengan demikian, kemampuan rata-rata siswa dalam memahami materi perpindahan panas pada pembelajaran IPA berdasarkan hasil penelitian ini tergolong baik. Disarankan penelitian yang berhubungan dengan materi perpindahan panas pada jenjang SD/MI dapat dilanjutkan oleh peneliti lain sehingga dapat terungkap hal-hal yang belum terungkap melalui penelitian ini, umpamanya materi benda konduktor dan isolator panas.

Kata kunci: IPA perpindahan panas, metode eksperimen.

Received: 28 April 2017, Revision: 19 Juni 2017, Accepted: 30 september 2017 P - ISSN: 2549-7189

E - ISSN: 2598-3024

(2)

Pendahuluan

Pembelajaran IPA merupakan interaksi antar siswa dan siswa dengan guru serta sumber belajar dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada dasarnya pembelajaan IPA memiliki dua tujuan pokok, yaitu agar siswa memiliki keterampilan proses melalui kegiatan secara ilmiah dan siswa memperoleh hasil

dari kegiatan yang dilakukannya.

Pembelajaran IPA bukan hanya hafalan melainkan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman kepada siswa secara langsung untuk bekalnya kelak. Untuk itu guru hendaknya memiliki pertimbangan-pertimbangan penuh dalam

mendesain kegiatan pembelajaran,

misalnya pemilihan bahan belajar,

memotivasi siswa, dan penggunaan metode yang sesuai untuk menunjang keberhasilan pembelajaran IPA.

Untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran IPA, guru harus dapat menciptakan dan membawa siswa ke

dalam situasi pembelajaran yang

menyenangkan dan melibatkan siswa

secara langsung.

Metode eksperimen merupakan salah satu

metode pembelajaran yang dapat

melibatkan siswa secara langsung dan

memberi pengalaman kepada siswa

mengenai pelajaran yang dipelajarinya sehingga siswa dapat menemukan jawaban dengan usahanya sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Menggunakan metode

eksperimen siswa dapat mengalami,

membuktikan, menarik kesimpulan dan

memecahkan masalah. Dengan

menggunakan metode ini siswa akan tertarik dan termotivasi untuk belajar IPA, sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Rostiyah dalam Istarani, 2012:21).

Kualitas belajar merupakan cerminan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam KBM. Maka dari itu perlu adanya perbaikan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian belajar yang tepat, dengan dilihat dari nilai siswa yang

begitu rendah terhadap mata pelajaran IPA maka perlu adanya peningkatan kualitas belajar yang nantinya akan tergambarkan dalam hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan SD (2006:454)

menyebutkan, bahwa :

IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang bersifat fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan amanat KTSP 2006 tersebut maka diharapkan bahwa pembelajaran IPA di tingkat sekolah dasar sudah mengarah

terhadap pembelajaran kontekstual

(penerapan/kemampuan) bukan hanya

penguasaan konsep. Oleh karena itu perlu adanya pembelajaran yang mengarah ke pembelajaran berbasis ekperimen.

Darmadjo (Karli, 2002:121) memandang IPA selain sebagai produk juga sebagai

proses, sebagaimana dikemukakannya

bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan kerja manusia (produk) yang diperoleh dari pengalaman dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Produk sains berupa pengetahuan tentang sains terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. Proses ilmiah merupakan serangkaian prosedur empirik dan prosedur pengelolaan analitik. Prosedur empirik mencakup: pengamatan (observasi), klasifikasi dan pengukuran. Proses analitik mencakup: menyusun hipotesa, merancang serta melakukan eksperimen, menarik kesimpulan dan meramalkan. Pemahaman terhadap sains sebaiknya tidak hanya memandang sains sebagai produk tetapi juga sebagai proses.

Peneliti menduga bahwa metode

(3)

melibatkan peserta didik secara langsung dan cocok untuk pembelajaran IPA sehingga akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan metode ini siswa akan terlibat langsung dalam menemukan

jawaban mengenai materi yang

dipelajarinya, guru hanya bertindak sebagai motivator, fasilitator, dan moderator. Selain itu, pada pembelajaran ini peran siswa sangat tinggi dan siswa memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama dengan teman sekelompoknya sehingga dapat menumbuhkan kebersamaan dan kerja sama yang baik, dan siswa dapat berkompetisi secara sehat antar tim/ kelompok.

Berdasar uraian di atas peneliti termotivasi untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perpindahan panas di kelas IV SD Negeri 16 Sabang”.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas karena lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan.

Penelitian tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research yang

merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kematangan rasional dan tindakan-tindakan dalam melakukan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tndakan yang dilakukan, serta

memperbaiki kondisi kelas tempat

pembelajaran tersebut dilakukan.

Penelitian dilaksanakan di kelas IV semester II SD Negeri 16 Sabang. Adapun dipilih sekolah tersebut sebagai tempat penulis

mengajar, sehingga penulis tidak

meninggalkan kegiatan belajar mengajar yang menjadi tugas sehari-hari.

Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 23 orang (laki-laki 16 orang dan perempuan 7 orang).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Tes Hasil Belajar

Tes merupakan alat pengumpul data yang bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternative jawabannya memiliki standar jawaban tertentu. Tes bisa dilakukan secara tertulis, lisan atau tes kinerja dan diberikan pada akhir pembelajaran (Sanjaya, 2009:33). Dengan demikian, pada penelitian ini tes hasil belajar yang digunakan adalah tes secara tertulis berbentuk pilihan ganda pada materi konsep energi panas dan bunyi sebanyak 10 soal, dimana tiap soal memiliki bobok nilai 10 dan nilai maksimal adalah 100 jika siswa dapat menjawab seluruh pertanyaan dengan benar. (Soal terlampir).

b)Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati baik secara langsung maupun tidak langsung serta mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Sudjana, 2001:84). Yang dicatat pada lembar observasi pada penelitian ini adalah seluruh tingkah laku siswa selama pembelajaran

berlangsung, seperti: mendengarkan

penjelasan guru dalam penyampaian tujuan pembelajaran, memperhatikan penjelasan guru terkait materi pelajaran energi panas, dan memperhatikan penjelasan guru tentang contoh energi panas.

Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah, yang mana hasilnya dapat dijadikan bahan untuk analisis. Data ini bermanfaat bagi peneliti untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan dan hasil belajar siswa. Setelah mengikuti proses pembelajaran IPA

dengan metode eksperimen. Teknik

pengolahan data dapat dipaparkan sebagai berikut :

a) Tes Hasil Belajar

(4)

diberikan siswa. Tiap-tiap butir soal yang dijawab oleh siswa diberi skor sesuai dengan benar tidaknya jawaban yang diberikan, skor yang diperoleh siswa kemudian di konversi menjadi nilai, dengan rumus :

NS = 100 (Sudjana, 2001:118) Keterangan:

NS = Nilai Siswa

SP = Skor yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimal

b) Data Aktivitas Guru dan Siswa Analisis data aktifitas siswa berdasarkan

lembar observasi selama proses

pembelajaran berlangsung dengan melihat kesesuaian antara perencanaan dengan tindakan pelaksanaan dikatakan berhasil jika ≥ 60 dari semua aktifitas siswa pada pembelajaran berlangsung yang tertuang

dalam skenario pembelajaran yang

terlaksana dengan mestinya. Aktifitas siswa selama kegiatan belajar mengajar ditentukan pada observasi dengan rumus :

Nilai = 100

(Sudjana, 2001:133)

Sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan dan menganalisis data yang diperoleh perlu ditetapkan indikator kinerja dalam penelitian. Pada penelitian ini, indikator kinerja dalam bentuk hasil belajar siswa meningkat, ini nantinya dapat dilihat dari nilai tes yang diperoleh siswa bila dibandingkan dengan hasil tes sebelumnya dan akan menentukan berhasil tidaknya pembelajaran.

Kurikulum 2006 (Depdiknas, 2006),

menyatakan bahwa jika seorang siswa tuntas belajar bila telah mencapai skor 70% atau nilai 70, dan kelas disebut tuntas belajar secara klasikal bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 70%. Jadi indikator kinerjanya adalah ketuntasan baik secara individu yakni 70 nilai yang dicapai ataupun

secara keseluruhan (klasikal) adalah 85% siswa yang tuntas hasil belajarnya.

Pada dasarnya, prosedur dalam penelitian itu terdiri dari tiga tahap, yaitu: pertemuan pendahuluan, observasi dan diskusi balikan. Adapun prosedur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan PTK berbentuk siklus (cycle). Tiap siklus dilakukan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran.

Model siklus yang digunakan adalah model spiral seperti yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Asrori, 2008:68-69) yakni momen-momen dalam bentuk spiral yang meliputi perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari rangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang sudah ditentukan.

Pada setiap siklus, peneliti dan guru terlibat langsung secara aktif dalam mengamati setiap kegiatan dengan cermat. Melalui langkah-langkah yang telah ditentukan tersebut, peneliti dan guru dapat bersama-sama menentukan tindakan yang dianggap tepat guna meningkatkan pembelajaran.

Hasil Penelitian

A. Siklus I

1. Perencanaan Pembelajaran Siklus I Dalam tahap perencanaan yang dilakukan di siklus I ini meliputi kegiatan penyusunan RPP dan penyusunan instrumen pengumpul data yang diperlukan, seperti instrumen penilaian, lembar observasi dan catatan lapangan. Pada penyusunan RPP Siklus I ini guru mengacu pada Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, sebagaimana ditegaskan dalam PP nomor 41 tahun 2007 bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi

silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Adapun sistematika komponen RPP Siklus I ini adalah sebagai

(5)

berikut:

1) Kolom identitas Mata Pelajaran 2) Standar Kompetensi

3) Kompetensi Dasar

4) Indikator pencapaian kompetensi 5) Tujuan Pembelajaran 6) Materi Pembelajaran 7) Metoda Pembelajaran 8) Kegiatan Pembelajaran a) Pendahuluan b) kegiatan inti -perencanaan -pelaksanaan -tindak lanjut c) penutup 9) Sumber/Alat/Bahan Belajar 10) Penilaian.

RPP yang disusun pada Siklus I ini berbeda dengan RPP sebelumnya, biasanya peneliti selaku guru kelas pada penyusunan RPP mata pelajaran IPA hanya menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab.

Sedangkan ciri khas dari RPP ini memuat langkah-langkah metode Eksperimen pada mata pelajaran IPA yang disesuaikan dengan konsep tentang perpindahan panas. Selain itu dilengkapi dengan panduan untuk menuangkan permasalahan yang harus dilakukan eksperimennya dan didiskusikan oleh siswa secara berkelompok, sehingga siswa menemukan jawabannya sendiri dengan keterlibatan secara langsung.

Selain itu, dalam pengumpulan data aktivitas peserta didik dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian sikap dan perilaku. Data tes hasil belajar dilakukan secara individu berupa tes akhir. Data tersebut dilengkapi dengan hasil observasi siswa serta catatan lapangan. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan dalam bentuk uraian.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2014. Pada dasarnya pembelajaran yang dilaksanakan di siklus I ini mengacu pada RPP yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, guru sebagai peneliti melibatkan rekan sejawat untuk mengamati

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan mengisi lembar observasi dalam bentuk uraian komentar/deskripsi. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa tes formatif (post tes) pada siklus I yang telah diberikan, menunjukkan hasil bahwa 19 orang siswa atau sebesar 82,61% yang memperoleh nilai hasil belajarnya tuntas (>70), sedangkan sebanyak 4 orang siswa atau sebesar 13,04% nilai hasil belajarnya masih di bawah nilai 70. Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus ini adalah 81,30, dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 65. Hasil ini masih di bawah dari ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal yang diharapkan yaitu 85% siswa yang mencapai nilai 70. Hal ini dimungkinkan karena metode eksperimen yang telah digunakan masih baru diterapkan, namun siswa tampak antusias dalam belajar dibandingkan hari-hari sebelumnya.

3. Observasi Pembelajaran Siklus I

Kegiatan pengamatan selama proses

pembelajaran berlangsung dilakukan oleh Guru SD Negeri 16 Sabang dengan menggunakan lembar observasi yang telah peneliti siapkan sebelumnya. Hasil pengamatan dari hasil pengamatan yang dilakukan pengamat menjelaskan bahwa aktivitas peneliti (selaku guru) selama proses pembelajaran materi perpindahan panas dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen pada tindakan siklus I secara umum telah belangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.

Hasil pengamatan yang dilakukan observer dapat dijelaskan bahwa kegiatan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus I dapat dinyatakan belum efektif, karena masih terdapat beberapa aspek yang diamati berada dalam kriteria cukup dengan skor 3. Dengan demikian ada 8 aspek pengamatan dari aktivitas guru sudah mencapai penilaian yang optimal. Secara umum, setelah dilakukan konversi skor yang didapat ke dalam bentuk nilai, maka pada siklus I ini aktivitas guru memperoleh nilai secara keseluruhan 70,67

(6)

dengan kategori cukup.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran materi konsep energi panas yaitu mengidentifikasi sumber-sumber energi panas lalu menganalisis siklus I sebagai berikut: kegiatan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana, namun terdapat beberapa temuan penting yang terjadi selama pertemuan berlangsung. Temuan pertama, dalam tahap kegiatan awal masih siswa terlihat yang masih kurang fokus pada saat guru menjelaskan tujuan pembelajaran sehingga guru harus menegur siswa untuk memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, temuan kedua siswa antusias ketika guru menjelaskan bahwa pembelajaran akan menggunakan metode eksperimen dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen. Temuan ketiga, suasana kelas mulai gaduh ketika guru mulai membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Temuan keempat: siswa tampak tidak ragu ketika diminta untuk mengidentifikasi sumber-sumber energi panas sehingga pembelajaran dalam kelompok terlihat seru dan sedikit gaduh. Temuan kelima nilai hasil belajar siswa masih belum maksimal, tidak sesuai dengan harapan yang telah diharapkan.

Adapun jalan keluar untuk temuan yang terjadi di lapangan pada saat pembelajaran berlangsung adalah: pertama siswa diberi

motivasi dengan cara memberikan

penghargaan kepada siswa yang mau

bertanya dan menjawab selama

pembelajaran berlangsung. Kedua,

menjelaskan kepada siswa bahwa

pembagian kelompok dilakukan secara acak dan merata tingkat kemampuan siswa sehingga dapat membuat diskusi dalam kelompok menjadi lebih hidup dan

bersemangat. Ketiga, mengupaya

memberikan penguatan terhadap materi yang belum dipahami siswa dengan cara menjelaskan kembali dan meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan terhadap materi yang dianggap belum jelas sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih fokus terhadap materi yang sedang dibahas.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat di jelaskan bahwa ada delapan orang siswa atau sebesar 47,83% masuk dalam kategori cukup pada penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran materi perpindahan panas melalui penerapan metode pembelajaran eksperimen di kelas IV SD Negeri 16 Sabang pada Siklus I, sebahagian besar siswa termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 52,17% atau sebanyak 12 orang siswa. Kategori Amat baik belum ada satu siswapun yang mampu mencapai kategori tersebut.

Berdasarkan data tersebut, maka

pembelajaran materi perpindahan panas melalui penerapan metode pembelajaran eksperimen di kelas IV SD Negeri 16 Sabang belum dapat dikatakan efektif.

4. Refleksi Pembelajaran Siklus I

Berdasarkan hasil postest, observasi dan catatan lapangan, pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen membuat siswa menjadi aktif dan antusias dalam belajar. Hal ini dapat terlihat pada saat guru

mulai membagi kelompok dan

menyampaikan tujuan pembelajaran kepada setiap kelompok. Walaupun hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai KKM yang diharapkan, akan tetapi kemauan dan atusias siswa dalam pembelajaran sudah sangat baik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan secara keseluruhan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran sudah terlaksana dengan baik, dilihat dari keaktifan siswa maka siswa lebih aktif dalam belajar namun guru masih kurang menyeluruh dalam pengelolaan kelas. Masih sekitar

82,61% siswa yang mendapat nilai

memenuhi KKM.

Adapun penyebab siswa belum

tuntas/belum mencapai KKM antara lain beberapa siswa dalam menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan sehingga hasil yang diperoleh kurang memuaskan/masih di bawah KKM. Untuk pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya harus ada perbaikan dengan melihat

(7)

kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I ini. Adapun hal-hal yang harus diperbaiki pada Siklus berikutnya antara lain:

1. Guru harus dapat mengkondisikan siswa dengan lebih baik lagi dan

memberikan perhatian secara

menyeluruh, tidak terfokus pada satu kelompok siswa.

2. Membimbing siswa dalam melakukan diskusi/presentasi untuk lebih aktif dengan cara memberikan umpan balik/tanya jawab yang menjadikan siswa lebih aktif/tidak ragu untuk

mengungkapkan pendapat dan

sanggahan sehingga tidak ada yang lebih mendominasi.

3. Pembuatan pertanyaan soal postest harus menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh siswa dan dijabarkan sejelas-jelasnya.

B. Siklus II

1. Perencanaan Pembelajaran Siklus II Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, peneliti merumuskan rencana pembelajaran (RPP) untuk mata pelajaran IPA dengan materi perpindahan panas dengan menerapkan metode eksperimen. Pada dasarnya RPP yang disusun pada siklus II ini dirumuskan berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh pada siklus I dan sistematikanya sama dengan sistematika RPP yang disusun pada siklus I. RPP pada siklus II ini juga memiliki karakteristik yang sama dengan RPP yang disusun pada siklus I. Namun, pada kegiatan pembelajaran RPP ini terdapat beberapa perbaikan sesuai dengan temuan pada siklus I. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap terdapat pada lampiran.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Maret 2014. Pada dasarnya pelaksanaan pembelajan siklus II ini mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan, seperti yang telah dideskripsikan di atas. Adapun pada

pelaksanaannya peneliti bertindak sebagai

guru yang melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Peneliti juga melibatkan rekan sejawat sebagai observer untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan mengisi lembar observasi dalam bentuk deskripsi/uraian tentang kegiatan pembelajaran yang berlangsung.

Berdasarkan analisis data pada siklus kedua, jumlah siswa yang mencapai hasil belajar ≥70 adalah 23 orang siswa atau sebesar 100%. Nilai rata-rata pada tes formatif siklus II ini adalah 84,65 dengan persentase hasil belajar siswa secara klasikal sudah mencapai 100% atau hasil belajar siswa secara klasikal dapat dinyatakan berhasil dengan nilai terendah yang dicapai siswa adalah sebesar 70 dan nilai tertinggi adalah 95.

3. Observasi Pembelajaran Siklus II

Kegiatan pengamatan selama proses

pembelajaran berlangsung yang dilakukan pengamat menjelaskan bahwa aktivitas peneliti (selaku guru) selama proses pembelajaran

materi perpindahan panas dengan

menggunakan metode pembelajaran

eksperimen pada tindakan siklus II secara umum berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya Hasil pengamatan yang dilakukan observer pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus II dapat dinyatakan sudah efektif, karena dari 15 aspek penilaian pengamatan dari aktivitas guru sudah mencapai penilaian yang optimal seluruhnya. Secara umum, setelah dilakukan konversi skor yang didapat ke dalam bentuk nilai, maka pada siklus II ini aktivitas guru memperoleh nilai secara keseluruhan 98 dengan kategori amat baik Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran materi konsep energi panas yaitu melakukan eksperimen sumber-sumber energi panas dan melakukan eksperimen perpindahan panas lalu menganalisis hasil pengamatan pada siklus II sebagai berikut: kegiatan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana. Temuan

(8)

pertama, dalam tahap kegiatan awal siswa terlihat fokus pada saat guru menjelaskan tujuan pembelajaran, temuan kedua siswa antusias ketika guru menjelaskan bahwa pembelajaran akan menggunakan metode eksperimen dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen. Temuan ketiga, pada saat pengaturan duduk berdasarkan kelompok seperti yang telah ditentukan pada siklus I, siswa dalam kondisi tenang pindah ke kelompoknya masing-masing. Temuan keempat: siswa tampak yakin ketika melakukan eksperimen setelah mendapat pengarahan dari guru. Temuan kelima nilai hasil belajar siswa sudah mencapai nilai yang memuskan.

Dari data yang di peroleh dapat dijelaskan bahwa ada 6 orang siswa atau sebesar 26,09% masuk dalam kategori amat baik pada penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran materi perpindahan panas melalui penerapan metode pembelajaran eksperimen di kelas IV SD Negeri 16 Sabang pada Siklus II, sebahagian besar siswa termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 73,91% atau sebanyak 17 orang siswa masuk dalam kategori baik. Berdasarkan data tersebut, maka pembelajaran materi perpindahan

panas melalui penerapan metode

pembelajaran eksperimen di kelas IV SD Negeri 16 Sabang sudah dapat dikatakan efektif.

4. Refleksi Pembelajaran Siklus II

Hasil observasi catatan lapangan dan postest pada siklus II ini dijadikan bahan

pertimbangan untuk mencukupkan

penelitian ini pada siklus II, karena pembelajaran sudah dikatakan memuaskan dibanding pembelajaran konvensional. Berdasarkan observasi lapangan dan catatan lapangan tersebut, pembelajaran dengan

menggunakan metode Eksperimen

membuat peserta didik antusias dalam belajar. Hal ini terlihat saat guru melakukan apersepsi dan motivasi melalui Tanya jawab (bermain tebak benda) dan saat guru menunjukkan sebuah alat penghantar panas yaitu sendok besi.

Siswa terlihat senang dan gembira serta ingin segera melakukan percobaan. Aktivitas peserta didik juga terlihat pada saat

melakukan eksperimen dan

mempresentasikan hasilnya. Pada siklus sebelumnya siswa masih ada yang pasif tetapi pada siklus II ini siswa seluruhnya telah aktif. Adapun empat siswa yang kurang aktif tetapi mereka mau mencoba tidak seperti pada siklus sebelumnya, dimana mereka diam saja dan enggan berbicara di depan untuk mempresentasikan hasil eksperimen maupun mengemukakan tanggapan.

Perolehan nilai hasil postest siklus II pun

telah menunjukkan adanya kenaikan

dibanding siklus sebelumnya. Seluruh siswa mencapai KKM.

Melihat hal tersebut di atas, maka pada siklus II ini pembelajaran sudah dikatakan berhasil dengan nilai yang memuaskan, sehingga penelitian dicukupkan sampai pada siklus II.

Pembahasan

1. Perencanaan Pembelajaran IPA pada Tindakan Siklus I, dan II

Berdasarkan data yang diperoleh selama observasi di SD Negeri 16 Sabang bahwa pada hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) di kelas IV menujukkan nilai rata-rata pelajaran IPA sebesar 58,41. Maka dalam perencanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II materi perpindahan panas

dituangkan dalam bentuk Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan metode Eksperimen,

dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Dalam kegiatan inti

mencakup tiga tahap, yaitu tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut.

2. Pelaksanaan Pembelajaran IPA pada Tindakan Siklus I dan II.

Dalam pelaksnaan pemelajaran siklus I dan siklus II disesuaikan dengan langkah-langkah yang telah direncanakan sebelumnya.

(9)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi perpindahan panas di kelas IV

Sekolah Dasar mampu memperbaiki

pelaksanaan pemelajaran di kelas. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa, yakni siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa ini menunjukkan bahwa pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru (teacher centered) melainkan berpusat pada siswa (student centered).

Dengan menerapkan metode Eksperimen, siswa dapat menemukan jawaban sendiri atas permasalahan yang mereka hadapi karena metode eksperimen meliatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.

Mereka memiliki kesempatan untuk

menemukan sendiri konsep yang

dipelajarinya dan dapat membuktikannya sendiri, sehingga pemahaman siswa menjadi

semakin berkembang dan dengan

pengalamannya itu pengetahuan siswa akan tahan lama.

Pembelajaran IPA dengan menggunakan

metode Eksperimen merupakan

pembelajaran yang penyajian materinya dilakukan dengan cara melibatkan siswa secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri apa yang dipelajarinya. Ini menunjukkan pada pembelajaran IPA tentang materi perpindahan panas sangat baik apabila dengan menggunakan metode eksperimen.

3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I dan II yang telah dilaksanakan oleh peneliti menunjukkan adanya peningkatan, baik perolehan nilai rata-rata siswa maupun presentase pencapaian KKM. Hal ini seiring dengan yang dikemukakan oleh Hakiim (2008: 74-75) bahwa: “pemahaman dan struktur kognitif diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. ... pengalaman inilah yang menuntun diperolehnya hasil belajar pada diri siswa yang bersangkutan”. Berikut merupakan Gambar grafik peningkatan nilai

rata-rata hasil belajar siswa dan peningkatan persentase hasil belajar siswa secara klasikal pada tiap siklusnya:

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa tiap Siklus

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa secara Klasikal tiap Siklus Dari gambar grafik peningkatan tersebut tergambar bahwa perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 81,30 dan pada siklus II adalah 84,65. Persentase hasil belajar secara klasikal pada siklus I adalah 82,61% dan pada siklus II adalah 100%. Dari uraian tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya.

4. Peningkatan Aktivitas Guru dan Siswa Data dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru (peneliti) pada pembelajaran perpindahan panas melalui penerapan metode pembelajaran eksperimen meningkat tiap siklusnya. Pada siklus I guru

masih mengalami kesulitan dalam

menerapkan metode eksperimen dikarenakan metode ini masih baru pertama kali diterapkan. Namun demikian, seiring berjalannya waktu guru mulai terbiasa dalam

menerapkan metode eksperimen yang

ditandai dengan kemampuan guru mulai meningkat dalam pengelolaan kelas baik itu materi pembelajaran maupun keadaan siswa

81,30 84,65 78,00 80,00 82,00 84,00 86,00 Siklus I Siklu II 82,61% 100% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% Siklus I Siklus II

(10)

pada saat mengikuti pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, peningkatan yang terjadi pada aktivitas guru dapat dilihat pada gambar grafik peningkatan aktivitas guru di bawah ini:

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Dari gambar grafik di atas terlihat bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran materi perpindahan panas melalui penerapan metode pembelajaran eksperimen di kelas IV SD Negeri 16 Sabang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I nilai aktivitas guru secara keseluruhan dari 15 aspek penilaian aktivitas guru memperoleh nilai sebesar 70,67. Pada siklus III aktivitas guru mengalami peningkatan dengan memperoleh nilai sebesar 98.

Dengan demikian penerapan metode

eksperimen pada pembelajaran materi perpindahan panas di kelas IV SD Negeri 16 Sabang dapat meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran.

Adapun penilaian aktivitas siswa yang telah dijelaskan pada hasil penelitian di atas, menjelaskan bahwa aktivitas siswa juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari antusias siswa yang awalnya hanya terpaku pada guru sebagai sumber belajar tanpa harus melakukan suatu tindakan seperti mencari kebenaran terhadap materi yang diajarkan guru, namun pada penerapan metode eksperimen siswa lebih bersemangat dalam belajar. Siswa dituntut untuk mencari, meneliti, dan menyimpulkan materi yang diajarkan melalui sebuah eksperimen, dimana siswa terlibat secara aktif disetiap kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Untuk lebih jelasnya, adapun perolehan nilai aktivitas siswa secara keseluruhan pada

pembelajaran materi perpindahan panas melalui penerapan metode eksperimen di kelas IV SD Negeri 16 Sabang dapat dilihat pada gambar grafik berikut:

Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Dari gambar grafik di atas terlihat jelas adanya peningkatan perolehan nilai aktivitas siswa dari seluruh aktivitas yang dilakukan siswa pada pembelajaran materi perpindahan panas melalui penerapan metode eksperimen di kelas IV SD Negeri 16 Sabang, yaitu: pada siklus I nilai keseluruhan aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah sebesar 74. Pada siklus ini ada beberapa aspek penilaian aktivitas siswa yang masih rendah. Hal ini dikarenakan metode yang digunakan baru pertama kali dialami oleh siswa. Pada siklus II nilai aktivitas siswa secara keseluruhan memperoleh nilai sebesar 90. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru menarik perhatian siswa, siswa terlibat secara langsung pada pembelajaran, dan siswa menemukan sendiri jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan pada saat sebelum dilakukan eksperimen. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat

dijelaskan bahwa penerapan metode

eksperimen pada pembelajaran materi perpindahan panas di kelas IV SD Negeri 16 Sabang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Bukan hanya itu saja, pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna dan pengetahuan yang didapat siswa dapat bertahan lebih lama dikarenakan adanya pengalaman dalam pembelajaran.

70,67 98 0 50 100 150 Siklus I Siklus II 74 90 0 50 100 Siklu I Siklus II

(11)

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dari pembelajaran IPA melalui penerapan metode Eksperimen pada materi perpindahan panas di kelas IV Sekolah Dasar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningakatan nilai rata-rata hasil belajar

siswa pada penerapan metode

eksperimen pembelajaran IPA tentang materi perpindahan panas, yaitu: pada siklus I sebesar 81,30, dan siklus II sebesar 84,65. Dan persentase hasil belajar siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan, yaitu: pada siklus I persentase hasil belajar klasikal sebesar 82,61%, dan siklus II sebanyak 100%. Berdasarkan data-data yang telah dianalisis maka dapat dinyatakan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perpindahan panas di kelas IV SD Negeri 16 Sabang.

2. Aktifitas guru dan siswa selama pembelajaran pada mata pelajaran IPA

dengan menggunakan metode

eksperimen menjadi lebih bermakna. Pemahaman yang siswa dapat lebih tahan lama untuk diingat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Disamping itu, dari siswa muncul juga sikap kerja sama, tanggung jawab, dan berani mengemukakan pendapat serta dapat menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian pembelajaran materi

perpindahan panas dengan

menerapkan metode eksperimen di kelas IV SD Negeri 16 Sabang dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa.

Saran

Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa serta kinerja guru dalam pembelajaran IPA tentang materi perpindahan panas untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV, berikut ini dikemukakan beberapa saran:

1. Bagi Guru

a. Penggunaan metode eksperimen perlu dijadikan metode yang tepat untuk pembelajaran IPA dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, karena metode eksperimen melibatkan siswa secara langsung dan memberi pengalaman bagi siswa dalam memecahkan masalah.

b. Sebelum melaksanakan metode

eksperimen, hendaknya guru

memperhatikan kurikulum atau materi yang sesuai dengan metode tersebut, kondisi perserta didik, kondisi guru, alat/bahan yang akan digunakan dan sebanainya.

c. Sebelum melaksanakan metode

eksperimen pada pembelajaran IPA, hendaknya merencanakan persiapan

secara matang dan penuh

pertimbangan mengenai keselamatan kerja siswa, sehingga pada saat pelaksanaannya dapat berlangsung sesuai dengan harapan dan tidak menimbulkan kecelakaan bagi siswa. 2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran IPA untuk meningkatkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman secara langsung bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan metode eksperimen pada pembelajarn IPA dengan lebih kreatif dalam memilih alat/bahan untuk eksperimen dan dalam merencanakan pelaksanaan pembelajarannya..

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asrori, Muhammad. 2008. Penelitian Tindakan

Kelas. Bandung: Wacana Prima.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006.

Kurikulum 2006. Jakarta: Media Makmur Mandiri.

(12)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Banda Aceh: FKIP Unsyiah.

Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana

Prima.

Istarani. 2012. Kumpulan 39 Metode Pembelajaran: untuk Revolusi Pengajaran.

Medan: Iscom Medan.

Karli dan Yuliaritiningsih, M.S. 2002.

Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Model-model Pembelajaran.

Jakarta. Bina Media Informasi.

Uno, Hamzah. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana

Membelajarkan SAINS di Sekolah Dasar.

Jakarta : Depdiknas.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses. Jakarta:

Kencana.

---,2013. Penelitian Pendidikan: Jenis,

Metode, dan Prosedur. Jakarta: Kencana

Sonny, Robertus. 2013. Karbohidrat, Sumber

Energi Utama Bagi Tubuh. (Online),

(http://sains.me/1170/karbohidrat-

sumber-energi-utama-bagi-tubuh.html/., diakses 17 Mei 2013).

Sudjana, N. 2001. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Suhartanti, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam

untuk Kelas VI SD/MI. Jakarta: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Sumini. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Dan

Pengembangan Profesi Guru, Jurnal Pendidikan, (online), Vol 24, No. 1,

(www.usd.ac.id., diakses 07 November 2012).

Gambar

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai Rata- Rata-rata Hasil Belajar Siswa tiap Siklus
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Aktivitas  Guru dalam Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis peningkatan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Karanganyar tahun

reference group terhadap keputusan melakukan brand switching pada produk jasa pengiriman paket pada mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara..

Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat, tentang kondisi pola pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Kota Serang saat ini, terutama pada kompetensi dasar

Kegiatan pembelajaran dengan megimplementasikan pembelajaran inquiry untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI

Wasmen Manalu

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance , seperti, komposisi Dewan Komisaris Independen, ukuran Dewan Komisaris, keberadaan Komite Audit, dan

Distribusi proporsi indikasi seksio sesarea dengan bayi lahir mati berdasarkan status rujukan pada persalinan seksio sesarea di RSU Dokter Soedarso Pontianak

Setiap orang (dalam hal ini pekerja) berhak atas kebebasan dalam menganut keyakinan maupun agama tertentu, serta menjalankan peribadatan terkait dengan keyakinan atau