• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik (motorik). Perkembangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik (motorik). Perkembangan"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak yang dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik (motorik). Perkembangan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf dan otot. Salah satu aspek penting pada proses perkembangan adalah perkembangan motorik kasar yaitu gerak tubuh menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar dari seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak sebagai awal dari kecerdasan dan emosi sosial anak khususnya anak toddler (Hidayat, 2008).

Banyaknya negara yang mengalami berbagai masalah perkembangan anak seperti keterlambatan motorik, bahasa, perilaku, autisme, dan hiperaktif. Angka kejadian di Amerika Serikat bekisar 12-16%, Thailand 24%, Argentina 22%, dan Indonesia 13-18% (Hidayat, 2010). Perkembangan motorik kasar anak yang tidak optimal bisa menyebabkan menurunnya kreatifitas anak dalam beradaptasi (Adriana, 2011).

Masalah gizi merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di sebagaian besar Negara berkembang, terutama pada balita, anak-anak dan wanita usia produktif. Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih menghadapi masalah gizi seperti kekurangan energi protein, gangguan akibat kekurangan yodium, anemia gizi besi dan kekurangan vitamin A. Beberapa masalah gizi diatas sering dialami oleh balita dan sampai dengan sekarang belum dapat terselesaikan.

(2)

Kekurangan akan kebutuhan gizi pada masa anak usia prasekolah selain akan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan jasmaninya juga akan menyebabkan gangguan perkembangan anak, dalam hal ini adalah perkembangan motorik (Sutarta, 2008). Perkembangan motorik berkaitan erat dengan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 2000).

Menurut Herawati (2009) terdapat tiga tahapan perkembangan sel dan jaringan saraf dalam otak. Tahap pertama, pada periode pertama sekitar masa kehamilan 32 minggu dan periode kedua sekitar berumur 15 bulan. Masa ini disebut masa kritis karena merupakan fase pesat tumbuh kembang yang terjadi pembelahan sel otak. Tahap kedua, usia 0-2 tahun dimana periode yang paling krusial paska kelahiran terjadi dimana terjadi pembesaran sel otak yang amat pesat. Tahap ketiga, usia 3-6 tahun juga merupakan masa kritis, pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan sel dan jaringan syaraf berlangsung pesat untuk melanjutkan dan memantapkan potensi yang sudah dibangun pada usia sebelumnya.

Berdasarakan hasil riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 diketahui prevalensi nasional balita dengan status gizi buruk 4,9%, gizi kurang 13% dan stunting 35,6. Dalam perjalanannya, Indonesia dapat dikatakan berhasil karena sudah dapat menurunkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang dari 31% pada tahun 1989 menjadi 17,9% pada tahun 2013. Akan tetapi yang menjadi masalah serius sekarang adalah masih tingginya prevalensi stunting. Prevalensi balita stunting tahun 2013 di

(3)

Jawa Tengah yaitu 33,9%. Anhka kejadian stunting di kota Medan tahun 2013 sebesar 20,66%, sedangkan kecamatan Angkola Barat mencapai 40,16%.

Masa balita merupakan periode kritis perkembangan anak terutama pada usia tiga tahun pertama. Pada usia tersebut, rentan terjadi malnutrisi. Stunting merupakan keadaan malnutrisi kronik yang berkaitan dengan perkembangan otak anak. Hal ini disebabkan oleh adanya keterlambatan kematangan sel-sel saraf teruma di bagian cerebellum yang merupakan pusat koordinasi gerak motorik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stunting berhubungan dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan aspek perkembangan yang penting karena berkaitan dengan aspek perkembangan yang lain, terutama perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif inilah yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.

Asupan zat gizi merupakan kebutuhan anak yang berperan dalam proses tumbuh kembang terutama tumbuh kembang otak dan dibutuhkan di masa-masa rawan yaitu trimester ketiga kehamilan sampai usia tiga tahun. Asupan zat gizi yang penting untuk fungsi motorik meliputi enegi, protein, besi, dan seng. Energi dan protein berperan dalam proses proliferasi, difersensiasi sel dan synaptogenesis. Besi berperan dalam sintesis monoamine, metabolisme energi di neuron dan sel glia, serta mielinisasi. Seng berperan dalam sintesis DNA dan pelepasan neurotransmitter.

Hasil penelitian di Yogyakarta menunjukkan bahwa asupan energi, protein, zat besi, dan seng dalam makanan pendamping ASI mempunyai

(4)

hubungan yang bermakna dengan pekembangan bayi usia 6-11 bulan. Perkembangan motorik anak tidak hanya dipengaruhi oleh derajat stunting dan asupan zat gizi, tetapi juga faktor sosial ekonomi rumah tangga. Peranan dari sisi sosial rumah tangga terutama ibu dalam mengasuh anak sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak. Pendidikan ibu dan pekerjaan ibu diketahui berhubungan dengan perkembangan motorik anak. Pendidikan yang rendah menyebabkan terbatasnya pengetahuan ibu mengenai tumbuh kembang anak. Hal ini menyebabkan rendahnya kualitas pola asuh dan stimulan yang diberikan. Status pekerjaan ibu akan sangat mempengaruhi interaksi ibu dengan anak. Interaksi ibu dengan anak inilah yang jadi bagian penting dalam proses perkembangan anak. Pendapatan rumah tangga merupakan faktor ekonomi yang juga mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini berkaitan dengan kemampuan orang tua menyediakan fasilitas yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Hasil penelitian Novita Milda Susanty (2012) terdapat sebanyak 53,5% subjek termasuk moderate stunting. Asupan energi (23,3%), protein (14%), besi (69.8%), dan seng (72,1%) kurang dari AKG individu. Pendidikan ibu 60,5% relatif tinggi. Sebanyak 67,4% ibu tidak bekerja, dan 53,5% pendapatan per kapita rumah tangga tergolong cukup. Perkembangan motorik kasar dan halus masing-masing 16,3% dan 14% dicurigai ada keterlambatan. Hasil uji korelasi menunjukan ada hubungan asupan energi dengan perkembangan motorik halus (p=0,040) dan motorik kasar (p=0,020). Ada hubungan asupan protein dengan perkembangan motorik halus (p=0,045) dan motorik kasar (p=0,027). Tidak ada hubungan antara

(5)

derajat stunting, asupan besi, asupan seng, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan per kapita rumah tangga dengan perkembangan motorik halus dan kasar (p> 0,05). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa asupan energi dan protein berhubungan dengan perkembangan motorik halus dan kasar anak balita.

Pada penelitian Kartika et al (2002) didapatkan anak usia 3-6 tahun mengalami kemampuan motorik kasar lebih rendah pada anak yang mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang tidak stunting, dimana anak yang mengalami stunting mempunyai risiko 6 kali lebih besar mengalami gangguan perkembangan motorik kasar dibandingkan dengan anak dengan status gizi normal. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stunting dengan motorik kasar pada anak usia 3-6 tahun. Hal yang serupa juga dibuktikan pada penelitian Olney et al (2007) bahwa di daerah Zanzibar, Afrika Timur, anak yang stunting memiliki skor Total Motor Activity (TMA) atau jumlah lebih rendah dan membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan gerakan-gerakan perpindahan.

Selain keadaan gizi masa lampau pada anak, pemberian asupan gizi yang seimbang juga harus diperhatikan karena untuk mengembangkan kemampuan saraf motoriknya (Zaviera, 2008). Menurut Gerorgieff (2001) asupan zat gizi yang berperan dalam motorik diantaranya adalah energi, protein, besi (Fe) dan seng (Zn). Dimana energi berperan dalam mempengaruhi zat kimia yang ada di otak yang sering disebut neurotransmitter. Protein pada asam amino tirosin berkaitan dengan neurotransmitter dan serotonin berperan dalam menstimulasi

(6)

tidur yang penting untuk perkembangan otak dalam memproses informasi sedangkan catecholamine berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu menyerap informasi di otak. Besi (Fe) berperan dalam sintesis monoamine, metabolisme energi di neuron serta mielinisasi dan seng (Zn) berperan dalam pelepasan neurotransmitter.

Pada penelitian Susanty (2012) dengan uji korelasi menunjukkan adanya hubungan asupan energi dan protein tehadap status motorik anak dengan p<0,05. Pada penelitan Black et al (2005) bahwa terdapat dampak positif pada suplementasi zat seng (Zn) yang diberikan terhadap status motorik anak. Pada penelitian Black et al (2004) juga menunjukkan bahwa terdapat dampak positif pada suplementasi zat besi yang diberikan terhadap status motorik anak.

Disamping pengaruh gizi, stimulasi juga berpengaruh terhadap status motorik. Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita sehingga kemampuan gerak atau motorik anak berlangsung secara optimal sesuai umur anak (Depertemen Kesehatan RI, 2008). Menurut Soetjiningsih (2002) stimulasi psikososial merupakan rangsangan dari peristiwa-peristiwa sosial atau psikologis yang datang dari lingkungan luar diri seseorang atau anak sehingga dapat mempengaruhi kualitas perkembangan anak.

Pada penelitian Gustiana et al (2011) dipaparkan bahwa anak pada umur 3-5 tahun mengalami status motorik kasar kurang baik lebih banyak pada anak yang jarang diberi stimulasi psikososial yaitu sebesar 56%, sedangkan pada anak yang sering distimulasi psikososial yang mengalami gangguan motorik

(7)

kasar hanya sebesar 24%. Anak yang mengalami status motorik kasar mempunyai risiko 4,03 kali mendapatkan stimulasi psikososial yang jarang dibandingkan yang cukup, hasil ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara stimulasi psikososial dengan status motorik kasar. Pada penelitian Gardner et al (2007) dengan uji anova juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara stimulasi psikososial dengan status motorik pada p<0.01 dan dengan derajat kepercayaan 95%.

Berdasarkan data dari Desa Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan bahwa pada tahun 2015 diketahui bahwa 27,4% dari 566 balita memiliki status gizi stunting. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan derajat stunting, asupan zat gizi, dan sosial ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motorik balita usia 24 - 36 bulan di Desa Sitinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya status gizi dan asupan gizi balita serta peran sosial ekonomi keluarga sebagai upaya mencapai perkembangan motorik yang optimal dan sumber daya manusia yang berkualitas.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik ingin melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan stunting, asupan zat gizi, sosial ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan”.

(8)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana hubungan stunting, asupan zat gizi, sosial ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan stunting, asupan zat gizi, sosial ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. 1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk menganalisis hubungan stunting dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Untuk menganalisis hubungan asupan zat gizi dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

3. Untuk menganalisis hubungan sosial ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

(9)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti

Sebagai upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya tentang perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan.

1.5.2. Bagi Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat

Sebagai informasi dalam upaya meningkatkan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan.

1.5.3. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan penyuluhan tentang perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan..

1.5.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selajutnya sebagai referensi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya yang terkait dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stunting 2.1.1. Pengertian

Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.

Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).

(11)

Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.

2.1.2. Penyebab Stunting

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.

Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).

(12)

Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :

1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).

2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), 3. Riwayat penyakit.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting

Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunted meningkat dengan bertambahnya usia, peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan.

Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara lain sebagai berikut :

1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah

(13)

dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik.Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.

2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.

3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.

2.1. 4. Penilaian Stunting secara Antropometri

Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.

(14)

Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi. Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan (Gibson, 2005).

Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS dan WHO. Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan median, dan standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada anak- anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan antara nilai individu dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi yang sama, dibagi dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan penggunaan Z-score antara lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan indeks dan perbedaan usia, juga memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan secara statistik dari pengukuran antropometri.

Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah dengan banyak masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunted sesuai dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS berikut (Sumber WHO 2006).

(15)

2.1.5. Dampak Stunting

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.

Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.

Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

2.1.6. Cara Mencegah Stunting 1. Mencegah Stunting pada Balita

Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk

(16)

menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014 tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.

Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.

Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu

(17)

merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.

Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.

Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.

2. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi a. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi

Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama kehidupan, yaitu:

1. Pada ibu hamil

Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu

(18)

hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.

2. Pada saat bayi lahir

Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).

3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.

b. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi 1. Kebutuhan gizi masa hamil

Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau

(19)

pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.

2. Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui

Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.

3. Kebutuhan Gizi Bayi 0-12 bulan

Pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5-2 liter perhari.

(20)

4. Kebutuhan Gizi Anak 1-2 tahun

Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa efek samping

2.1.7. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek) a. Kalsium

Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju, kacang-kacangan.

b. Yodium

Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.

(21)

c. Zink

Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.

d. Zat Besi

Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.

e. Asam Folat

Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

2.1.9. Usaha Pemerintah dalam Masalah Stunting

Selama ini pemerintah sudah berusaha mengurangi Gizi buruk, terutama pertumbuhan yang terhambat, merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Untuk mengatasi tantangan itu, UNICEF mendukung sejumlah inisiatif di tahun 2012 untuk menciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi. Ini meliputi peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition-SUN) dan mendukung pengembangan regulasi tentang pemberian ASI eksklusif, rencana nasional untuk mengendalikan gangguan kekurangan iodine, panduan tentang pencegahan dan pengendalian parasit intestinal dan panduan tentang suplementasi multi-nutrient perempuan dan anak di Klaten, Jawa Tengah.

(22)

Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut dan pemberian makan bayi dan anak menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk menangani gizi buruk, sementara pengendalian gizi anak dan malaria ditangani bersama untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat (stunting) (Laporan Tahuna Unicef Indonesia, 2012).

Untuk membantu pemerintah dalam melakukan perbaikan gizi pada balita Stunting, menurut Unicef Indonesia perhatian khusus harus diberikan pada: 1. Penciptaan dan penguatan mekanisme koordinasi nasional dan daerah untuk

mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi, dan untuk melakukan koordinasi dengan sektor-sektor non-gizi.

2. Pengembangan, pemantauan dan penegakan peraturan nasional untuk mengawasi pemasaran produk pengganti ASI.

3. Revisi standar minimal pelayanan kesehatan untuk mencakup aksi-aksi dan sasaran gizi,seperti aksi-aksi yang berhubungan dengan konseling gizi, makanan pendamping ASI dan gizi ibu.

4. Penguatan sistem informasi kesehatan untuk meningkatkan keandalan data, promosi pengawasan suportif terhadap program kesehatan dan gizi, dan promosi penggunaan data oleh petugas kesehatan secara terus-menerus untuk meningkatkan dampak program.

5. Penguatan program fortifikasi pangan nasional dengan memperbarui standar fortifikasiuntuk terigu, pengharusan fortifikasi minyak, dan peningkatan penegakan legislasi yang ada; tentang iodisasi garam.

(23)

6. Implementasi langkah-langkah untuk merekrut, mengembangkan dan mempertahankan ahli gizi yang memenuhi syarat, termasuk insentif bagi mereka yang bekerja di daerah-daerah yang kurang terlayani.

2.2. Asupan Zat Gizi 2.2.1. Zat Gizi

Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. (Djoko Pekik Irianto, 2006).

I Dewa Nyoman Suparisa dkk (2002) Menjelaskan bahwa gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi. Penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.

Menurut Sunita Almatsier (2009) zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein, oksidasi zatzat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk zat organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar, jumlah zat gizi yang paling banyak terdapat dalam pangan dan disebut juga zat pembakar.

(24)

Selanjutnya Sunita Almatser (2009) mengemukakan bahwa fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia, sumber karbohidrat adalah padi-padian, atau sereal, umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula.

Menurut Asmira Sutarto (1980) secara umum fungsi zat makanan adalah sebagai berikut:

1. Memberi bahan untuk membangun tubuh dan memelihara serta memperbaiki bagian-bagian tubuh yang hilan dan rusak.

2. Memberi kekuatan atau tenaga, sehingga kita dapat bergerak dan bekerja. 3. Memberi bahan untuk mengatur proses-proses dalam tubuh.

4. Membangun dan memelihara tubuh.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka untuk mendapatkan kualitas gizi yang baik makanan yang kita konsumsi setiap hari harus mengandung zat-zat gizi, misalnya di Indonesia telah lama masyakaratnya dianjurkan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna yaitu nasi, sayur, lemak, buah dan susu, sehingga diharapkan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat gizi akan membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, maka gizi merupakan suatu zat yang terdapat dalam makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang penting bagi manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia,

(25)

memelihara proses tubuh dan sebagai penyedia energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Menurut Sunita Almatsier, (2009) Zat Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun, memelihara jaringan serta mengatur proses-proses jaringan. Gizi merupakan bagian penting yang dibutuhkan oleh tubuh guna perkembangan dan pertumbuhan dalam bentuk dan untuk memperoleh energi, agar manusia dapat melaksanakan kegiatan fisiknya sehari-hari.

Menurut Rizqie Auliana (2001) beberapa zat gizi dapat dibuat oleh tubuh sendiri dan sebagian besar lainnya harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Zat gizi yang diperlukan tubuh terdiri dari Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa gizi adalah bahan makanan yang dikonsumsi oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga, membangun dan memelihara jaringan dalam tubuh.

2.2.2. Pengertian Status Gizi

Pengertian Status Gizi menurut Djoko Pekik Irianto, (2006) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak, serta menunjang prestasi olahraga.

(26)

Sedangkan Menurut Sunita Almatsier (2009) Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Dalam pengertian yang lain I Dewa Nyoman Suparisa dkk (2002) menjelaskan bahwa status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang status gizi di atas bahwa status gizi adalah status kesehatan tubuh yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient, sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara status gizi , kurus, normal, resiko untuk gemuk, dan gemuk agar berfungsi secara baik bagi organ tubuh.

a. Karbohidrat

Karbohidrat disebut juga zat pati atau zat tepung atau zat gula yang tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Di dalam tubuh karbohidrat akan dibakar untuk menghasilkan tenaga atau panas. Satu gram karbohidrat akan menghasilkan empat kalori. Menrurt besarnya molekul karbohidrat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana. Banyak karbohidrat yang merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta bercabang-cabang. Kerbohidrat merupakan bahan makanan penting dan merupakan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan. Selain itu, karbohidrat juga menjadi

(27)

komponen struktur penting pada mahluk hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti selulosa, pectin, serta lignin. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh. Tubuh menggunakan karbohidrat seperti layaknya mesin mobil menggunakan bensin sebagai bahan bakar.glukosa, karbohidrat yang paling sederhana mengalir dalam aliran darah sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa dan mengubahnya menjadi tenaga untuk menjalankan sel-sel tubuh. Hidrat arang atau karbohidrat disebut juga zat pati atau zat tepung atau zat gula yang tersusun dari unsur karbon (C). Hidrogen (H), dan oksigen (O). Di dalam tubuh hidrat arang akan dibakar untuk menghasilkan tenaga atau panas. Satu gram hidrat arang akan menghasilkan empat kalori. Menurut besarnya molekul hidrat arang dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : monosakarida, disakarida, dan polisakarida (Rizqie Aulia, 2001).

Menurut Sunita Almatsier (2009) fungsi dari karbohidrat antara lain: 1. Sebagai sumber energi, satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori.

2. Pemberi rasa manis pada makanan, khususnya pada monosakarida pada disakarida.

3. Penghemat protein, jika karbohidrat makanan tidak tercukupi maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun.

4. Pengatur metabolisme lemak, karbohidrat akan mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetoasetat, aseton, dan asam beta-hidro-butirat. Bahan-bahan ini

(28)

dibentuk dalam hati dan dikeluarkan melalui urine dengan mengikat basa berupa ion natrium. Hal ini dapat menyebabkan ketidak seimbangan natrium dan dehidrasi, serta PH cairan tubuh menurun.

5. Membantu pengeluaran faeses dengan cara mengatur peristaltik usus dan memberi bentuk pada faeses.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2006) dalam tubuh manusia karbohidrat bermanfaat untuk berbagai keperluan, antara lain :

1. Sumber energi utama yang diperlukan untuk gerak: 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori.

2. Pembentuk cadangan sumber energi: kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan sumber energi yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan.

3. Memberi rasa kenyang: karbohidrat mempunyai volume yang besar dengan adanya selulosa sehingga memberikan rasa kenyang.

Bahan makanan sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok seperti biji-bijian (beras, jagung, sagu) dan umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar dan kacang-kacangan). Sebagai makanan pokok, karbohidrat nmengandung zat pati dan gula yang mampu menghasilkan energi untuk berbagai aktivitas, setiap pembakaran satu gram karbohidrat mampu menghasilkan empat kalori. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa karbohidrat adalah zat tepung yang merupakan makanan pokok yang menghasilkan tenaga dengan satuan kalori. Satu gram karbohidrat dapat menghasilkan empat kalori. Sumber tenaga ini dibutuhkan

(29)

untuk bekerja, bernafas dan lain-lain. Karbohidrat terutama terdapat pada tumbuh-tumbuhan, seperti beras, jagung, kentang, gandum dan ubiubian.\

b. Protein

Diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan semua jaringan di dalam tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku. Protein pembentukan hormon untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan yang aus, perkembangan seks dan metabolisme. Disamping itu, protein berguna untuk melindungi supaya keseimbangan asam dan basa di dalam darah dan jaringan terpelihara, selain itu juga mengatur keseimbangan air di dalam tubuh. Selain fungsi tersebut, menurut Joko Pekik (2006) protein juga berfungsi sebagai:

a. Membangun sel tubuh b. Mengganti sel tubuh

c. Membuat air susu, enzim dan hormone d. Membuat protein darah

e. Menjaga keseimbangan asam basa cairan tubuh f. Pemberi kalori

Protein terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen,oksigen, dan nitrogen, selain itu unsur sulfur dan fosfor juga ada. Semua unsur tersebut diperoleh melalui tumbuh-tumbuhan (protein, nabati) seperti kacang-kacangan terutama kedelai dan kacang hijau serta hasil olahannya (tempe dan tahu), dan melalui hewan (protein hewani), seperti daging, susu, telur, ikan. Apabila tubuh kekurangan protein, maka serangan penyakit busung lapar akan selalu terjadi. Busung lapar adalah tingkat

(30)

terakhir dari kelaparan, terutama akibat kekurangan protein dalam waktu lama (Sjahmen Moehji).

Menurut Sunita Almatsier (2009) fungsi protein yaitu:

1. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan dan sel-sel tubuh.

2. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, hormon-hormon seperti tiroid, insulin, dan epinerfin adalah protein, demikian pula berbagai enzim.

3. Mengatur keseimbangan air, cairan-cairan tubuh terdapat dalam tiga kompartemen: intraseluler (di dalam sel), ekstraseluler/ interselular (di luar sel), intravaskular (di dalam pembuluh darah).

4. Memelihara netralitas tubuh, protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam basa untuk pH pada taraf konstan.

5. Pembentukan anti bodi, kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi bergantung pada kemampuan tubuh memproduksi anti bodi.

6. Mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel.

7. Sebagai sumber energi, protein ekivalen dengan karbohidrat karena menghasilkan 4 kalori/g protein.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa protein adalah merupakan senyawa kimia yang mengandung unsur-unsur C, H, O, N, dan kadang-kadang juga mengandung unsur P dan S. Berdasarkan sumber atau asalnya, protein dibedakan atas protein nabati (tumbuhan), misalnya kacang-kacangan, tahu,

(31)

tempe, kacang kedelai dan gandum, protein hewani seperti daging, telur, susu, keju, ikan dan lain-lain. 1 gram protein menghasilkan 4 kalori.

c. Lemak

Molekul lemak terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) seperti halnya karbohidrat. Fungsi utama lemak adalah memberikan tenaga kepada tubuh. Satu gram lemak dapat dibakar untuk menghasilkan sembilan kalori yang diperlukan tubuh. Disamping fungsinya sebagai sumber tenaga, lemak juga merupakan bahan pelarut dari beberapa vitamin yaitu vitamin: A, D, E, dan K. Bahan-bahan makanan yang mengandung lemak banyak akan member rasa kenyang yang lama, selain itu lemak memberi rasa gurih pada makanan. Menurut sumbernya lemak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lemak nabati dan lemak hewani. Menurut Sunita almatsier (2009: 52) klasifikasi lipida menurut fungsi biologisnya di dalam tubuh yaitu:

1. Lemak simpanan yang terutama terdiri atas trigliserida yang disimpan di dalam depot-depot di dalam jaringan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Lemak merupakan simpanan sumber zat gizi esensial. Komposisi asam lemak trigliserida simpanan lemak ini bergantung pada susunan lemak.

2. Lemak struktural yang terutama terdiri atas fosfolipida dan kolestrol. Di dalam jaringan lunak lemak struktural ini, sesudah protein merupakan ikatan struktural paling penting di dalam tubuh. Di dalam otak lemak-lemak struktural terdapat dalam konsentrasi tinggi.

(32)

Fungsi lemak menurut Sunita Almatsier (2009) antara lain:

1. Lemak meupakan sumber energi paling padat yang menghasilkan 9 kalori untuk setiap gram, yaitu 2,5 kali besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama.

2. Lemak merupakan sumber asam lemak esensial, asam linoleat, dan linolinat. 3. Alat angkut vitamin larut lemak yaitu membantu transportasi dan absorpsi

vitamin larut lemak A, D, E, dan K.

4. Menghemat penggunaan protein untuk sintesis protein, sehingga protein tidak digunakan sebagai sumber energi.

5. Memberi rasa kenyang dan kelezatan, lemak memperlambat sekresi asam lambung, dan memperlambat pengosongan lambung, sehingga lemak memberi rasa kenyang lebih lama. Disamping itu lemak memberi tekstur yang disukai dan memberi kelezatan khusus pada makanan.

6. Sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan.

7. Memelihara suhu tubuh, lapisan lemak dibawah kulit mengisolasi tubuh dan mencegah kehilangan panas secara cepat, dengan demikian lemak berfungsi juga dalam memelihara suhu tubuh.

8. Pelindung organ tubuh, lapisan lemak yang menyelubungi organ tubuh seperti jantung, hati, dan ginjal membantu menahan organ tersebut tetap di tempatnya dan melindungi terhadap benturan dan bahaya lain.

Konsumsi lemak sebanyak 15-30 % kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan

(33)

untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Di antara lemak yang dikonsumsi sehari-hari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda. Konsumsi kolestrol yang dianjurkan adalah <300 mg sehari.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2006) dalam tubuh lemak bermanfaat untuk: 1. Sebagai sumber energi, 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori.

2. Melarutkam vitamin sehingga dapat diserap oleh usus. 3. Memperlama rasa kenyang.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa lemak adalah merupakan senyawa kimia yang mengandung unsur C, H, dan O. Banyak terdapat dalam lauk pauk (daging berlemak) dan minyak (minyak goreng). Satu gram lemak mengandung sembilan kalori dalam tubuh.

d. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam makanan dan sangat penting peranannya dalam reaksi metabolisme. Menurut Sunita Almatsier (2009). Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan. Fungsi utama vitamin adalah mengatur proses metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.

(34)

Menurut sifatnya vitamin digolongkan menjadi dua, yaitu vitamin larut dalam lemak vitamin A, D, E, dan K, dan vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C. Menurut Sunita almatsier (2009) beberapa sifat-sifat umum vitamin larut dalam lemak dan vitamin dalam air, sebagai berikut :

Tabel 1. Sifat-Sifat Umum Vitamin Larut dalam Lemak dan Vitamin Larut dalam Air

VITAMIN LARUT LEMAK VITAMIN LARUT AIR

Larut dalam lemak dan pelarut lemak Larut dalam air Kelebihan konsumsi dari yang

dibutuhkan disimpan dalam tubuh

Simpanan sebagai kelebihan kebutuhan sangat sedikit

Dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu

Dikeluarkan melalui urine

Gejala defisiensi berkembang lambat Gejala defisiensi sering terjadi dengan cepat

Tidak selalu perlu ada dalam makanan sehari-hari

Harus selalu ada dalam makanan sehari-hari

Mempunyai prekursor atau provitamin

Umumnya tidak mempunyai prekursor Hanya mengandung unsur-unsur C,

H, dan O

Selain C, H, dan O mengandung N, kadang-kadang S dan Co

Diabsorpsi melalui sistem limfe Diabsorpsi melalui vena porta Hanya dibutuhkan oleh organisme

kompleks

Dibutuhkan oleh organism sederhana dan kompleks

Beberapa jenis sifat toksik pada jumlah relatif rendah (6-10 x KGA)

Bersifat toksik hanya pada dosis tinggi/megadosis (>10 x KGA)

e. Mineral

Menurut Risqie Auliana (2001) mineral merupakan senyawa organik yang mempunyai peranan penting dalam tubuh. Unsur-unsur mineral adalah karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N), selain itu mineral juga mempunyai unsur kimia lainnya, yaitu kalsium (Ca), Klorida (CO), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), sulfur (S). Tubuh manusia

(35)

tidak dapat mensintesa mineral, sehingga harus memperoleh dari makanan. Mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Mineral merupakan zat penting untuk kesehatan tubuh, karena semua jaringan dan air di dalam tubuh mengandung mineral. Demikian mineral merupakan komponen penting dari tulang, gigi, otot, jaringan, darah dan saraf. Mineral penting dalam pemeliharaan dan pengendaliaan semua proses faal di dalam tubuh, mengeraskan tulang, membantu kesehatan jantung, otak dan saraf. Mineral juga membantu keseimbangan air dan keadaan darah agar jangan terlalu asam atau terlalu basa selain itu mineral juga membantu dalam pembuatan anti bodi, yaitu sel-sel yang berfungsi membunuh kuman. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa mineral adalah merupakan senyawa organik yang mempunyai peranan penting dalam tubuh. Mineral dibutuhkan tubuh sebagai zat pembangun dan zat pelindung. Banyak terdapat dalam lauk pauk atau sayuran, misalnya Fe (zat besi) terdapat dalam bayam, kangkung, dan katuk, telur dan sayuran hijau lainnya. f. Air

Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh manusia, kurang lebih 60-70 % berat badan orang dewasa berupa air, sehingga air sangat diperlukan oleh tubuh. Air berfungsi sebagai zat pembangun yang merupakan bagian dari jaringan tubuh dan sebagai zat pengatur yang berperan sebagai pelarut hasil-hasil pencernaan. Dengan adanya air pula sisa-sisa pencemaran dapat dikeluarkan dari tubuh, baik melalui paru-paru, kulit, ginjal maupun usus. Air juga berfungsi

(36)

sebagai pengatur panas tubuh dengan jalan mengalirkan semua panas yang dihasilkan ke seluruh tubuh.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2006) sebagai komponen terbesar, air memiliki manfaat yang sangat penting, yaitu:

1. Sebagai media transportasi zat-zat gizi, membuang sisa-sisa metabolisme, hormon ke organ sasaran (target organ).

2. Mengatur temperatur tubuh terutama selama aktifitas fisik. 3. Mempertahankan keseimbangan volume darah.

Selanjutnya Sunita almatsier (2009) air merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55-66% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpa lemak (lean body mass). Adapun fungsi air tersebut adalah sebagai pelarut dan alat angkut , katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu dan peredam benturan. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat tergantikan oleh senyawa lain. Fungsi air adalah pembentuk cairan tubuh, alat pengangkut unsur-unsur gizi, pengatur panas tubuh dan pengangkut sisa oksidasi dari dalam tubuh.

2.3. Sosial Ekonomi

2.3.1 Pengertian Status Sosial Ekonomi

Santrock (2007), status sosioekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan ekonomi. Status

(37)

sosioekonomi menunjukan ketidak setaraan terentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki (1) pekerjaan yang bervarias prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individual memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbeedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara.

Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut Soekanto (2001) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan peragulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya.

Menurut Russel (1993) sistem distribusi menentukan pembagian masyarakat menjadi kelas-kelas, dan dimana terdapat kelas, maka kelas-kelas yang berbeda akan menerima jenis pendidikan yang berbeda. Pada masyarakat kapitalis, kaum buruh mendapatkan pendidikan yang paling sedikit, dan mereka yang berkeinginan memasuki suatu profesiyang terpelajar memperoleh pendidikan terbanyak, sedangkan kuantitas pendidikan yang sedang dianggap cocok bagi mereka yang akan menjadi “orang-orang terhormat” atau usahawan. Sebagai suatu kaidah umum, seorang anak

(38)

lelaki atau perempuanmenjadi bagian dari kelas sosial yang sama sepertikedua orang tuanya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengertian status sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah latarbelakang ekonomi keluarga atau orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan.

2.3.2 Faktor-faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi.

Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tingal, pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan jenis pekerjaan.

1. Tingkat Pendidikan

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didika secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

(39)

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2007) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang

(40)

lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua adalah penghasilan yang di terima orang tua dalam bentuk uang dari hasil kerja baik secara formal maupun informal . Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu :

a. Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan

b. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan

c. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawh antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan

d. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp. 1.500.000,00 per bulan kebawah.

Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan penghasilan insidentil.

(41)

3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya.

4. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup Menurut Manginsihi (2013), pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua siswa untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang ditekuni oleh stiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilanyang rendah sampai pada tingkat penghasilan yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya.

2.4. Perkembangan Motorik Anak usia 24-36 Bulan

Dalam kurun waktu singkat, si kecil akan genap berusia 2 tahun. Tentunya pada rentang usia masa 24-36 bulan ini akan banyak perkembangan dan stimulasi anak yang dimiliki, diantaranya seperti :

(42)

1. Jalan naik tangga sendiri

2. Dapat bermain dan menendang bola kecil 3. Mencoret-coret pensil pada kertas

4. Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata

5. Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta

6. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih 7. Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika

diminta

8. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah 9. Melepas pakaiannya sendiri

2.4.1. Perkembangan Motorik atau Gerak Kasar 1. Latihan menghadapi rintangan

Ajak anak bermain “ular naga”, merangkak di kolong meja, berjinjit mengelilingi kursi, melompat di atas bantal dan lain-lain.

2. Melompat jauh

Usahakan agar anak melompat jauh dengan kedua kakinya bersamaan. Letakkan sebuah handuk tua di lantai, ajari anak melompatinya. Atau buat garis di tanah dengan sebuah tongkat atau di lantai dengan sebuah kapur tulis, sebagai batas lompatan.

(43)

3. Melempar dan menangkap

Tunjukkan kepada anak cara melempar sebuah bola besar ke arah anda. Kemudian lemparkan kembali bola itu kepada anak sehingga ia dapat menangkapnya.

4. Perkembangan Motorik atau Gerak Halus

Lanjutkan stimulasi dorong agar anak mau bermain puzzle, balok-balok, memasukkan benda yang satu kedalam benda lainnya, dan menggambar.

5. Membuat gambar tempelan

Bantu anak memotong gambar-gambar dari majalah tua dengan gunting untuk anak. Dengan lem kertas atau karton atau membuat gambar tempelan. Bicarakan dengan anak tentang apa yang sedang dibuatnya.

6. Memilih dan mengelompokkan benda menurut jenisnya

Berikan kepada anak bermacam-macam benda. misalnya: uang logam, berbagai jenis kancing, benda berbagai warna, dan lain-lain. Minta anak memilih dan mengelompokkan benda-benda itu menurut jenisnya. Mulai dengan 2 jenis benda yang berlainan, kemudian sedikit demi sedikit tambahkan jenisnya.

7. Mencocokkan gambar dan benda

Tunjukkan kepada anak cara mencocokkan gambar bola dengan sebuah bola yang sesungguhnya. Bicarakan mengenai bentuknya, gunanya dan sebagainya.

8. Konsep jumlah

Tunjukkan kepada anak cara mengelompokkan benda dalam jumlah satu-satu, dua, tiga dan sebagainya. Katakan kepada anak anda berapa jumlah benda dalam

(44)

satu kelompok dan bantu ia menghitungnya (”Ini ada 3 biji kacang, mari kita hitung, satu, dua, tiga”)

9. Bermain atau menyusun balok-balok.

Beli atau buat satu set balok mainan anak. Anak akan main dengan balok-balok itu selama bertahun-tahun. Bila anak anda bertambah besar, anda dapat menambah jumlahnya.

2.4.2. Perkembangan Aspek Bicara dan Bahasa 1. Menyebut Nama lengkap anak

Ajari anak menyebut namanya secara lengkap. Sebut nama lengkap anak dengan perlahan. Minta anak mengulanginya.

2. Bercerita tentang diri anak

Anak senang mendengar cerita tentang dirinya. Ceritakan kembali kejadian-kejadian lucu dan menarik yang dialami anak.

3. Menyebut nama berbagai jenis pakaian

Ketika mengenakan pakaian anak, sebut nama jenis pakaian tersebut . 4. Menyatakan keadaan suatu benda

Ketika mengajak anak bicara, gunakan ungkapan yang menyatakan keadaan suatu benda.

(45)

2.4.3. Perkembangan Aspek Sosialisasi dan Kemandirian

1. Melatih buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi/ WC

Ajak anak untuk memberitahu anda bila ingin buang air kecil/buang air besar. Dampingi anak saat buang air kecil/ buang air besar dan beritahu cara membersihkan diri dan menyiram kotoran.

2. Berdandan.

Biarkan anak berdandan mengenakan pakaian dewasa yang sudah tua. Berl anak beberapa topi anak-anak, rok, celana, kemeja, sepatu, dsb. Biarkan anak memilih sendiri mana yang akan dipakainya.

3. Berpakaian.

Ajari anak berpakaian sendiri tanpa bantuan. Beri kesempatan anak memilih sendiri pakaian yang akan dikenakannya.

2.5. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Perkembangan Motorik Anak Usia 24-36 Bulan

Stunting

Asupan Zat Gizi

(46)

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan stunting dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. 2. Terdapat hubungan asupan zat gizi dengan perkembangan motorik anak usia

24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

3. Terdapat hubungan sosial ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan stunting, asupan zat gizi, sosial ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 24-36 bulan di Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan yang berjumlah 54 orang.

(48)

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel yaitu sebesar 54 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas

1. Stunting adalah keadaan anak dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya yang diperoleh dari hasil pengamatan pada anak.

Kategori Stunting : 0. Tidak Stunting 1. Stunting

2. Asupan zat gizi adalah konsumsi gizi yang terdapat dalam makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang penting bagi tubuh anak untuk pertumbuhan dan perkembangan.

(49)

Kategori Asupan zat gizi : 0. Baik 1. Tidak baik

3. Sosial ekonomi adalah tingkat pendapatan atau penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Kategori Sosial ekonomi : 0. ≥ Rp. 2.500.000,-/bulan 1. < Rp. 2.500.000,-/bulan 3.5.2. Variabel Terikat

Perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan adalah kemampuan pergerakan atau stimulasi yang dimiliki anak di usia 24-36 bulan.

Kategori Perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan : 0. Normal

1. Tidak normal

Pengukuran variabel perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan disusun 18 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 1)”, dan tidak (bobot nilai 0)” dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:

0. Normal, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu 10-18 1. Tidak normal, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu 1-9

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1.  Variabel, Cara, Alat,  Skala dan Hasil Ukur  Variabel  Cara dan Alat
Tabel  4.1.  Distribusi  Frekuensi  Stunting  pada  Anak  24-36  Bulan  di  Desa  Sintinjak Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan
Tabel  4.3.  Distribusi  Frekuensi  Sosial  Ekonomi  di  Desa  Sintinjak  Kecamatan  Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penulis sangat bersyukur dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Diksi dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita Karya

Analisis kebutuhan fungsional adalah analisis tentang fungsi-fungsi yang dapat dilakukan oleh sistem, seperti: menerima pengajuan proposal, mengumumkan hasil

Understanding sys.excepthook Using sys.excepthook in Maya Creating an error handler Improving the error handler Inspecting Python code objects Adding filtering based on

pendidikan 37Yo responden menjawab ingin beke{a dan melanjutkan strata dua. Responden kurang berani untuk mengambil resiko memulai sebuah usaha dengan kendala-kendala

Kebutuhan akan data yang berubah-ubah (up to date) baik perubahan yang bersifat berkala maupun tidak (update data tidak beraturan) mengharuskan mengikuti

Efektivitas suatu radiator berdampak besar terhadap sistem pendinginan mesin oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisis tingkat keberhasilan yang dicapai

adalah kurangnya informasi tentang tumbuh kembang balita usia 1 sampai 2 tahun ,sehingga ibu kurang mengetahui tahap-tahap dari proses tumbuh kembang balita usia

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia- Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Emisi Karbon