• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Singkat Tentang Sistem Akuntansi. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Singkat Tentang Sistem Akuntansi. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Singkat Tentang Sistem Akuntansi 1. Pengertian Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Dari definisi akuntansi tersebut, unsur suatu sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta laporan.

Menurut Fees dan Niswonger (2000:182), “Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan dan melaporkan informasi mengenai keuangan dan operasi usaha.”

Menurut Kieso (2001), definisi sistem akuntansi adalah sebahgai berikut: sistem akuntansi adalah sistem pengumpulan dan pemerosesan data transaksi serta penyebaran informasi keuangan kepada phak-pihak yang berkepentingan, yang memiliki beberapa persyaratan, antara lain:

1. sifat transaksi yang berhubungan, 2. ukuran luas perusahaan,

3. volume data yang harus ditangani.

4. kebutuhan dari pihak-pihak manajemen serta pihak lain.

Selain definisi sistem akuntansi diatas, hal lain yang perlu diketahu untuk memahami sistem akuntansi itu adalah mengenai tujuan dari sistem akuntansi itu sendiri. Menurut Mulyadi (2001), tujuan penyusunan tersebut sebagai berikut:

1. untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.

2. untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur

(2)

3. untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan,

4. untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

Dari tujuan diatas dapat dijelaskan bahwa biasanya perusahaan yang baru memulai usahanya sangat memerlukan penyusunan sistem akuntansi yang lengkap. Namun, adakalanya sistem akuntansi yang sudah ada tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi yang terdapat dalam laporan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perkembangan perusahaan. Dengan memperbaiki pengawasan akuntansi dan pengendalian intern maka pertanggungjawaban terhadap penggunaan kekayaan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik serta informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut dapat dipercaya. Penyusunan sistem akuntansi juga ditujukan untuk menghemat biaya operasional perusahaan.

Sistem akuntansi berkembang melalui suatu proses yang terdiri dari tiga tahap sejalan dengan pertumbuhan dan perubahan perusahaan. Tahap pertama dalam proses tersebut adalah analisis, yaitu (1) mengidentifikasi kebutuhan para pihak yang menggunakan informasi tentang perusahaan dan (2) melakukan bagaimana menyediakan informasi tersebut. Dalam tahap kedua sistem tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan pemakai, terdiri dari akun, jurnal dua kolom, dan buku besar. Tahap terakhir sistem diimplementasikan dan digunakan untuk mencatat transaksi dan menyusun laporan keuangan. Setelah suatu sistem diimplementasikan,, umpan balik dari pengguna informasi dapat

(3)

digunakan untuk menganalisis dan memperbaiki sistem. Jika digambarkan maka sistem akuntansi adalah sebagai berikut:

Analisis Rancangan Implementasi

Umpan Balik

Gambar 2.1. Tahapan dalam sistem akuntansi

2. Rerangka Sistem Akuntansi.

Berbagai sistem dapat menghasilkan berbagai dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam catatan akuntansi dilukiskan hubungannya dengan sistem akuntansi pokok pada gambar 2.2

(4)

Umpan Balik

Gambar 2.2 Rerangka Sistem Akuntansi

3. Unsur-unsur dari Sistem Akuntansi Utama

Sistem Akuntansi yang disusun untuk suatu perusahaan dapat diproses dengan cara manual (tanpa mesin pembantu) atau diproses dengan menggunakan mesin mulai dari mesin pembukuan yang sederhana sampai dengan komputer. Menurut Zaky (1991: 6): “Sistem Akuntansi utama terdiri dari empat unsur, yaitu Klasifikasi Rekening, Buku Besar dan Buku Pembantu, Jurnal, dan Bukti Transaksi.” Sistem Penyusunan Anggaran Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Sistem Akuntansi Piutang Sistem Akuntansi Pembelian Sistem Akuntansi Utang Sistem Akuntansi Penggajian & Pengupahan Sistem Akuntansi Biaya Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Sistem Akuntansi Persediaan Sistem Akuntansi Aktiva Tetap Laporan Keuangan Jurnal Buku Besar Buku Pembantu Dokumen Pendukung Dokumen Sumber

(5)

a. Klasifikasi Rekening.

Buku rekening adalah penggolongan rekening-rekening yang digunakan dalam sistem akuntansi. Rekening ini terdiri dari rekening neraca (riel) dan rekening rugi-laba (nominal). Daftar dari rekening yang digunakan beserta dengan nomor kodenya disebut kerangka rekening.

b. Buku Besar dan Buku Pembantu.

Buku besar berisi rekening neraca dan rugi-laba yang digunakan dalam sistem akuntansi. Buku besar ini merupakan dasar untuk menyusun laporan keuangan, seperti neraca, laporan rugi-laba dan laporan-laporan lainnya. Buku besar ini juga disebut juga sebagai buku pencatatan terakhir. Buku pembantu berisi rekening yang merupakan rincian dari suatu rekening buku besar. Misalnya rekening piutang dagang dalam buku besar dibuatkan dengan membuat satu rekening piutang untuk setiap langganan. Rincian ini dilakukan dengan membuat satu rekening piutang untuk setiap langganan. Kumpulan rekening-rekening piutang ini disebut buku pembantu piutang.

c. Jurnal.

Yang dimaksud dengan jurnal adalah catatan akuntansi transaksi pertama kali. Catatan ini dibuat urut tanggal terjadinya transaksi. Biasanya dibuatkan jurnal-jurnal khusus untuk mencatat transaksi-transaksi yang frekuensinya tinggi.

(6)

d. Bukti Transaksi.

Merupakan formulir yang digunakan untuk mencatat transaksi pada saat terjadinya sehingga menjadi bukti tertulis dari transaksi yang terjadi seperti faktur penjualan, bukti kas masuk, dan lain-lain. Bukti transaksi ini dalam sistem akuntansi yang dikerjakan dengan tangan (manual) digunakan sebagai dasar pencatatan dalam jurnal umum maupun rekening-rekening.

B. Pengertian Piutang dan Klasifikasi Piutang.

Piutang merupakan suatu pos yang penting, yang dapat menunjukkan satu bagian yang besar dari harta likuid perusahaan. menurut Skousen skk (2001: 361), “Dalam pengertiannya yang paling luas putang (receivable) meliput i semua klaim terhadap pihak lain untuk uang, barang, atau jasa. Tetapi untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya digunakan didalam pengertian yang sempit untuk merancang klaim agar ditempatkan dengan kuitansi utang”. Piutang merupakan uang yang terutang oleh pelanggan atas barang atau jasa yang telah kita berikan kepadanya. Piutang menunjukkan kredit pelanggan dan informasi mengena pembayaran yang telah dilakukan, yang bermanfaat bagi administrasi kebijakan kredit perusahaan secara keseluruhan. Pada umumnya piutang bersumber dari aktivitas operasi normal perusahaan yaitu penjualan kredit atas barang atau jasa kepada pelanggan. tetapi selain itu masih banyak sumber-sumber yang dapat menimbulkan piutang. Menurut Smith dan Skousen (2001), mereka membuat klasifikasi piutang sebagai berikut:

(7)

1. piutang dagang (trade receivables). Piutang dagang ini terdiri dari:

a. wesel tagih (notes receivable). Wesel tagih oleh suatu janji formal tertulis untuk membayar.

b. piutang usaha (account receivables). Merupakan piutang dagang yang tidak dijamin oleh “Rekening terbuka”. Piutang dagang merupakan suatu perluasan kredit jangka pendek kepada pelanggan. Pembayarannya biasanya jatuh tempo dalam tiga puluh sampai sembilan puluh hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan berupa faktur dan kontrak-kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak mencakup bunga, meskipun bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu. Piutang dagang merupakan tipe piutang paling besar.

2. piutang bukan dagang (non trade receivable). Piutang ini meliputi seluruh tipe piutang lainnya. Piutang bukan dagang datang dari berbagai transaksi seperti:

a. penjualan surat berharga atau pemilikan selain barang dan jasa.

b. uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan dan perusahaan-perusahaan afiliasi.

c. setoran-setoran kepada kreditur, perusahaan kebutuhan umum dan instansi-instansi lainnya.

d. pembayaran dimuka atas pembelian-pembelian.

e. setoran-setoran untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran biaya,

f. tuntutan atas kerugian dan kerusakan, g. saham yang masih harus disetor, h. piutang dividen dan bunga.

Menurut Haryono (2001:52), “Piutang dapat digolongkan menjadi tiga jenis piutang, Piutang Dagang, Piutang Wesel, dan Piutang Lain-lain”. Piutang dagang berkaitan erat dengan operasi utama perusahaan, dan umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun, piutang wesel lebih formal bila dibandingkan dengan piutang dagang, debitur dalam piutang wesel membuat janji tertulis kepada kreditur untuk membayar sejumlah uang yang tercantum dalam surat janji tersebut pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Piutang Lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang dagang maupun

(8)

piutang wesel, dalam kategori ini termasuk didalamnya piutang kepada karyawan perusahaan, direksi perusahaan, dan piutang kepada cabang-cabang perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:PSAK No. 9 Pargraf 7), “Piutang digolongkan dalam 2 kategori yaitu piutang usaha dan piutang lan-lain.” Piutang Usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain. Piutang Usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan dapat ditagih dalam satu tahun atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kadang-kadang seluruh piutang usaha diklasifikasikan sebagai aktiva lancar tanpa memandang jangka waktu penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan.

Secara umum piutang dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu piutang dagang dan piutang non dagang.

a. Piutang Dagang adalah jumlah hutang yang dimiliki oleh konsumen untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang dklasifikasikan anas dua bagian, yaitu:

i. Putang Usaha, merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan jasa secara kredt dalam usaha normal. waktu pembayaran piutang usaha umumnya 30-60 hari.

ii. Wesel Tagih, adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan secara kredit, pembiayaan ataupun transaksi lainnya.

(9)

b. Piutang Non Dagang adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan operasi perusahaan. Adapun yang termasuk dalam tipe piutang non dagang adalah :

i. Piutang timbul dari transaksi pinjaman antara lain pinjaman karyawan perusahaan.

ii. Piutang pendapatan : contohnya piutang sewa, piutang bunga, dan lain sebagainya.

C. Sistem Akuntansi Piutang Dagang 1. Prosedur Penjualan Kredit

Piutang usaha muncul dari penjualan kredit disebabkan penjualan kredit mengandung resiko yang tidak terdapat pada penjualan tunai berupa kemungkinan tidak tertagihnya piutang, maka diperlukan prosedur yang kompleks dalam penjualan kredit. Yang dimaksud dengan prosedur disini yaitu suatu urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penenganan secara seragam terhadap transaksi perusahaan yang terjadi.

Dalam penjualan kredit terdapat beberapa unsur yang dilakukan sebagai berikut :

a.Prosedur Order Penjualan

Dalam prosedur ini fungsi penjualan menerima order dari pembelian dan menambahkan informasi penting pada saat surat order dari pembelian. Fungi penjualan kemudian membuat faktur penjualan kartu kredit dan

(10)

mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari pembelian.

b.Prosedur Pengiriman barang

Dalam prosedur ini fungsi gudang ini menyiapkan barang yang diperlukan oleh pembeli dan fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembelian sesuai dengan informasi yang tercantum dalam faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi gudang. Pada saat penyerahan barang, fungsi pengiriman meminta tanda tangan penerimaan barang dari pemegang kartu kredit diatas faktur penjualan kartu kredit.

c.Prosedur Pencatatan Piutang

Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan kartu kredit ke dalam kartu piutang.

d.Prosedur Penagihan

Dalam prosedur ini fungsi penagihan menerima faktur penjualan kartu kredit mengarsipkannya menurut abjad. Secara periodic fungsi penagihan membuat surat tagihan dan mengirimkannya kepada pemegang kartu kredit perusahaan, dilampirkan dengan faktur penjualan kartu kredit.

e.Prosedur Pencatatan Penjualan

Dalam prosedur ini fungsi akuntasi mencatat transaksi penjualan kartu kredit dalam penjualan.

(11)

Dari prosedur pejualan kerdit diatas melibatkan beberapa fungsi atau kegiatan dari suatu perusahaan fungsi yang terkait dalam penjualan kredit meliputi:

a. Fungsi Penjualan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut, meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim, dan mengisi surat order pengiriman.

b. Fungsi Kredit

Fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.

c. Fungsi Gudang

Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimapan barang dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan.

d. Fungsi Pengiriman

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan.

(12)

Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.

f. Fungsi Akuntansi

Dalam Transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur serta membuat laporan penjualan.

2. Pengakuan dan Penilaian Piutang Dagang. Pengakuan Piutang Dagang

Pengakuan piutang dagang bertalian dengan pengakuan pendapatan. Karena pendapatan pada umumnya dicatat ketika proses menghasilkan laba telah selesai dan kas terealisasi atau dapat direalisasi, maka piutang yang berasal dari penjualan barang umumnya diakui pada waktu hak milik atas barang beralih ke pembeli. Karena saat peralihan hak dapat bervariasi sesuai dengan syarat-syarat penjualan, maka lazimnya piutang diakui pada saat barang dikirimkan kepada pelanggan.

Penilaian Piutang Dagang

Karakter utama piutang dagang adalah dapat ditentukannya tanggal jatuh tempo dan jumlah yang akan diterimanya. Hal ini berarti piutang dagang tersebut harus dinilai terlebih dahulu sebelum dilaporkan di neraca pada akhir suatu periode. Menurut prinsip akuntansi, penilaian atas piutang didasarkan atas jumlah piutang yang mungkin dapat ditagih, maka sisa piutang pada akhir periode harus

(13)

dikurangi dengan jumlah piutang yang mungkin tidak dapat ditagih pada periode yang akan datang.

Taksiran besarnya penyisihan untuk piutang ragu – ragu paling akurat jika didasarkan pada umur dan sifat piutang yang masih ditagih pada tanggal neraca dan harapan probabilistic mengenai ketertagihannya.

Dari pendapat diatas taksiran besarnya piutang tak tertagih adalah dengan menggunakan umur dari perkiraan – perkiraan piutang yang belum diselesaikan dalam satu siklus operasi normal. Dengan demikian bukan berarti piutang tak tertagih setelah tanggal neraca tidak dapat diterima. Ada kemungkinan pelanggan membayar kembali piutang tersebut.

3. Prosedur Penerimaan Kas dari Piutang Dagang

Sumber penerimaan kas suatu perusahaan biasanya berasal dari pelunasan/pembayaran piutang oleh debitur, karena sebagian besar produk perusahaan tersebut dijual melalui penjualan kredt. Biasanya penerimaan kas dari penjualan tunai merupakan sumber penerimaan kas yang relatf kecil. Untuk menjamin diterimanya kas oleh perusahaan, sistem penerimaan kas dari piutang mengharuskan,

i. Debitur melakukan pembayaran dengan cek atau dengan cara memindahbukukan melalui rekening bank (giro bilyet) jika perusahaan menerima kas dalam bentuk cek dari debitur, yang cek nya atas nama perusahaan akan menjamin kas yang diterima oleh perusahaan masuk ke rekening giro bank perusahaan.

(14)

ii. Kas yang diterima dalam bentuk cek dari debitur harus segera disetor ke bank dalam jumlah yang penuh.

Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari piutang usaha menurut Mulyadi (2001: 487) adalah:

i. Fungsi Sekretariat

Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, Fungsi sekretariat bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan melalui pos dari para debitur perusahaan.

ii. Fungsi Penagihan.

Fungsi Penagihan bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang.

iii. Fungsi Kas.

Fungsi ini bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu piutang.

iv. Fungsi Akuntansi

Fungsi akuntansi bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu piutang.

v. Fungsi Pemeriksaan Intern.

Fungsi ini bertanggung jawab dalam penghitungan kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik

(15)

4. Pengawasan Internal Piutang Dagang

Prinsip-prinsip pengendalian internal dapat digunakan untuk membentuk pengendalian dalam rangka melindungi piutang. Sebagai contoh fungsi persetujuan kredit, fungsi penjualan, fungsi akuntansi, dan fungsi penagihan harus dipisahkan. Individu-individu yang bertanggung jawab menangani penjualan harus dipisahkan dari indvidu-individu yang menangani akuntansi untuk piutang dan persetujuan kredit. Dengan begitu, fungsi akuntansi dan persetujuan kredit bertindak sebagai pemeriksaan independent atas fungsi penjualan. Karyawan yang menangani akuntansi untuk piutang tidak boleh terlibat dalam penagihan piutang. Pemisahan fungsi-fungsi ini mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyalahgunaan dana.

Contoh: penagihan piutang memiliki akses terhadap penerimaan kas dari pelanggan, maka bagian tersebut dapat mencuri pembayaran kas oleh pelanggan dan kemudian mengubah laporan bulanan pelanggan untuk mengindikasikan bahwa pembayaran telah diterma. Pelanggan kecil kemungkinannya untuk mengajukan keluhan dan pencurian ini tidak terdeteksi.

Ada lima sifat (characteristics) sistem pengendalliable) menurut Hartadi (1999:12):

a. Kualitas karyawan.

b. Rencana organisasi yang memberi pemisahan tanggungjawab fungsi secara layak.

c. Sistem pemberian wewenang, tujuan dan teknik, dan pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, utang, penghasilan dan biaya.

d. Pengendalian terhadap penggunaan aktiva dan dokumen serta formulir yang penting.

e. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan utang dengan yang senyatanya yang penting.

(16)

Struktur pengendalian intern satuan usaha terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk keyakinan (assurance) memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai.

Menurut James A. Hall (2001:152), terdapat tiga model control internal yaitu terdiri dari:

a. control preventif. Prevensi (pencegahan) adalah garis pertama pertahanan dalam struktur kontrol. Kontrol preventif adalah teknik pasif yang didesain untuk mengurangi frekuensi munculnya peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan. Kontrol preventif memaksa kesesuaian dengan tindakan-tindakan yang ditetapkan sebelumnya atau yang diinginkan dank arena itu menyaring peristiwa-peristiwa yang menyimpang. Pencegahan kesalahan dan kecurangan jauh lebih efektif dari segi biaya daripada pendeteksian dan pengkoreksian masalah setelah muncul.

b. Kontrol deteksi. Kontrol deteksi membentuk garis pertahanan kedua . termasuk kontrol ini adalah peralatan, teknik, dan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasikan dan mengekspos peristwa-peristiwa yang tidak diinginkan yang terlepas dari kontrol preventif. Kontrol deteksi mengungkapkan jenis kesalahan spesifik dengan membandingkan data actual dan standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Ketika kontrol detekdi mengidentifikasi suatu penyimpangan dari standar, ia akan membunyikan alarm untuk menarik perhatian pada masalah tersebut.

c. Kontrol korektif, kontrol korektif adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk membalikkan efek yang dideteksi di langkah-langkah. d. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan

pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.

Penghapusan Piutang Dagang

Resiko utama dari piutang dagang adalah resiko tidak tertaginya piutang usaha. Oleh karena itu setiap perusahaan biasanya menetapkan jumlah piutang yang tidak dapat ditagihnya dari konsumen. Menurut Kieso dan Weygandt (2001 :

(17)

Penghapusan Langsung (Direct Write Off Method) dan Metode penyisihan (Allowance methode).

Metode Penghapusan Langsung (Direct Write Off Method)

Apabila perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung, maka jumlah kerugian piutang tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak digunakan rekening Cadangan Kerugian Piutang. Apabila suatu piutang diyakini tidak akan dapat ditagih lagi, maka kerugian akibat pitang tersebut langsung didebetkan ke dalam rekening Kerugian Piutang dan rekening Piutang Dagang dikreditkan.

Metode ini biasanya diterapkan pada perusahaan kecil dimana transaksi – transaksi setiap harinya khususnya penjualan kredit jarang terjadi. Adapun kelemahan metode ini adalah piutang disajikan di neraca akan mencerminkan keadaan tidak wajar karena disajikan dalam jumlah bruto sehingga menyalahi prinsip akuntansi yang berlaku umum, sedangkan kelebihannya adalah metode ini sederhana, biaya sedikit dan waktu tersita.

Metode penyisihan (Allowance methode)

Metode cadangan digunakan apabila kerugian putang yang biasa terjadi, cukup besar jumlahnya. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah sebagai berikut :

i. Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan ditandingkan (matched) dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode terjadinya penjualan.

(18)

ii. Jumlah piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima dicatat dengan mendebetkan rekening Kerugian Piutang dan Mengkreditkan rekening Cadangan Kerugian Piutang.

iii. Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dicacat dengan mendebetkan rekening Cadangan Kerugian Piutang dan mengkreditkan rekening piutang dagang pada saat suatu piutang dihapus dari pembukuan.

Pada umumnya perusahaan yang berskala besar baik itu perusahaan industri, dagang, maupun jasa membuat penyisihan atas piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih, dimana besar kerugian yang sesungguhnya dialami belum dapat diketahui dengan pasti. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kecermatan catatan akuntansi yang tercermin dalam laporan keuangan.

5. Metode Pencatatan Piutang Dagang dengan Komputer

Metode pencatatn piutang dagang dengan komputer menggunakan dokumen sumber yang mengubah putang yang dikumpulkan dan sekaligus diposting setiap hari untuk memutakhirkan catatan piutang. dalam sistem komputer dibentuk dua macam arsip: arsip transaksi (transaction file) dan arsip induk (master file). Pencatatan piutang yang dilakukan secara harian disajikan pada Gambar 2.3. Secara harian pula, arsip transaksi digunakan untuk memutakhirkan arsip induk piutang seperti yang disajikan pada Gambar 2.4. Secara periodik, misalnya setiap bulan, arsip induk piutang digunakan untuk menghasilkan berbagai macam laporan bagi manajemen, seperti disajikan pada gambar 2.5.

(19)

Gambar 2.3 Pengolahan Dokumen Sumber Untuk Menghasilkan Arsip Transaksi Piutang Harian. Faktur Penjualan Memo Kredit, Adjustment, dll Buku Kas Masuk Terminal Terminal Terminal

Edit and log Transaction Progran Arsip Transaksi Piutang Harian Control Information Report Arsip Transaksi Piutang Harian Arsip Induk Piutang Up Date Master File Progran Arsip Transaksi Piutang s/d hari ni Up date Arsip Induk Piutang Laporan Penyimpanan Laporan Pengolahan Piutang Harian

(20)

Gambar 2.5 Proses Pembuatan Laporan Bulanan

6. Penyajian Piutang Dagang dalam Neraca

Piutang adalah salah satu pos neraca yang tergolong dalam aktiva lancar. Agar laporan keuangan bermanfaat bagi pemakai, maka penyajian piutang di neraca haruslah tepat. Piutang yang diharapkan dapat dicairkan menjadi uang dalam satu tahun (satu siklus tahunan) digolongkan dalam aktiva lancar di neraca. Sedangkan piutang yang tidak dapat dicairkan menjadi uang dalam satu tahun,misalnya pinjaman jangka panjang (oleh nasabah bank) harus digolongkan dalam pos investasi dan disajikan sesudah aktiva lancar.

Menurut IAI penyajian piutang pada neraca adalah : “Putang dinyatakan

Arsip Induk Piutang Report Program Laporan Umur Piutang Pernyataan Piutang Laporan Status Piutang Yang Macet Laporan Penjualan Menurut Daerah Pemasaran

(21)

dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.”

Dengan demikian penyajian piutang dalam neraca dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2 PT. Mandiri

Penyajian Piutang Dagang Pada Neraca Per 31 Desember 2008 Aktiva : Aktiva Lancar : Kas ... Rp. 5.000.000 Wesel Tagih ... Rp. 20.000.000 Piutang Dagang ... Rp. 50.000.000

Dikurangi Penyisihan piutang ragu – ragu ... Rp. (1.500.000)

Piutang Dagang Netto ... Rp. 48.500.000 Piutang Bunga ... Rp. 2.500.000

(22)

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu.

Ringkasan tinjauan penelitian terdahulu ditampilkan dalam table 2.3 Tabel 2.3

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Judul Variabel Yang

Digunakan Hasil Penelitian Dzulma Arief Pane (2008) Sistem Informasi Akuntansi Piutang Pada PT. Indah Sejahtera Com Medan Sistem informasi akuntansi piutang, komputerisasi, dan pengendalian intern PT. Indah Sejahtera Com Medan telah menggunakan satu sistem informasi akuntansi secara menyeluruh yang didasarkan pada

program akuntansi yang dibuat berdasarkan pesanan. Talita Ully Situmorang (2009 Tinjauan Pengendalian Internal Atas Penjualan Kredit Pada PT. Sumatera Berlian Motors Pengendalian Internal dan penjualan Kredit

Lingkungan

pengendalian yang diciptakan PT. SBM sudah cukup memadai dalam mendukung penerapan pengendalian

intern terhadap penjualan kredit dan

penagihan piutang usaha. Elmita Oktarina Tarigan (2010) Analisis Kebijakan Piutang Usaha untuk meningkatkan likuiditas pada PT. Inalum Kuala Tanjung Kebijakan piutang usaha dan tingkat likuiditas.

Kebijakan piutang usaha dapat meningkatkan likuiditas

dapat dilihat dari meningkatnya rasio lancer, quick rasio dan working capital to total assets.

(23)

E. Kerangka Konseptual

Berikut ini peneliti akan menyajikan kerangka konseptual dan penjelasannya yang dilakukan dalam pembahasan penelitian.

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual

Penjualan kredit PT. Trido Abed Utama merupakan kebijakan manajemen perusahaan dalam meningkatkan pangsa pasar. Dari penjualan kredit tersebut muncul akun yang dinamakan piutang dagang. Untuk mengendalikan nilai piutang dagang yang jumlahnya relative besar di perusahaan maka dibutuhkan suatu sistem yang baik. Sistem akuntansi piutang terdiri dari prosedur-prosedur mulai dari prosedur penjualan kredit, penerimaan kas dari piutang dagang, pengawasan internal piutang dagang, penghapusan piutang dagang, hingga penyajian piutang dagang pada neraca.

Penjualan Kredit PT. Trido Abed Utama

Sistem Akuntansi Piutang Dagang PT.

Trido Abed Utama

Penyajian Piutang Dagang pada Neraca

Gambar

Gambar 2.2 Rerangka Sistem Akuntansi
Gambar 2.3 Pengolahan Dokumen Sumber Untuk Menghasilkan Arsip Transaksi Piutang Harian
Gambar 2.5 Proses Pembuatan Laporan Bulanan
Gambar 2.6  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Semoga kontribusi kecil ini rnenjadi indikasi sernangat dan kornitmen tak kunjung putus dalam rnembangun dan rnendidik manusia Indonesia sebagai bagian dari proses

Grafik kurva pengamatan aktivitas spesifik Enzim Selulase sebelum Diafiltrasi dengan keterangan angka dan setelah Diafiltrasi menggunakan amicon ultra-4 centrifugal

Nilai signi- fikansi atas konstanta yang signifikan kuat dan lebih kuat dari pada variabel utamanya (Z’- score) menunjukkan bahwa terdapat variabel lain yang tidak

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Peserta Didik Kelas VI SMP Negeri 1. Lembang Tahun

mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau aspek psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

93 Pada dasarnya seorang murid itu juga tidak lain hanyalah manusia biasa, yang tak lepas dari kesalahan dan kelalaian (lupa). Sebagaimana Nabi yang telah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam penggunaan alat pelindung diri terhadap pencegahan penularan penyakit

Nilai Nilai yang bisa di pilih untuk bisa di kembangkan dalam penerapan pendidikan karakter di sekolah yaitu dengan cara berorganisasi, karena didalam