• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

HEAD INJURY

HEAD INJURY

(2)

Pendahuluan

Pendahuluan

Cedera kepala

Cedera kepala

penyebab utama

penyebab utama

morbiditas dan mortalitas

morbiditas dan mortalitas

Adanya berbagai program pencegahan

Adanya berbagai program pencegahan

– peralatan keselamatan peralatan keselamatan  sabuk pengaman, sabuk pengaman, airbag, penggunaan helm

airbag, penggunaan helm

– batas kadar alkohol dalam darah yang diizinkanbatas kadar alkohol dalam darah yang diizinkan

dampak (+) pada epid. cedera kepala

dampak (+) pada epid. cedera kepala

berat.

berat.

Hasil keluaran dari pasien cedera kepala

Hasil keluaran dari pasien cedera kepala

– tingkat keseriusan dari cedera kepala tingkat keseriusan dari cedera kepala

(3)

Insiden

Insiden

 Insiden cedera kepala di AS Insiden cedera kepala di AS 200/100.000 per 200/100.000 per

tahun.

tahun.

 ±± 500.000 orang 500.000 orang cedera kepala setiap tahun cedera kepala setiap tahun

– ± ± 40.000-50.000 orang meninggal sebelum MRS40.000-50.000 orang meninggal sebelum MRS

 ±± 230.000 orang lainnya 230.000 orang lainnya MRS akibat cedera MRS akibat cedera

kepala.

kepala.

 ± ± 50% cedera kepala 50% cedera kepala kecelakaan lalu lintas. kecelakaan lalu lintas.

– >1/2 kasus kecelakaan lalu-lintas >1/2 kasus kecelakaan lalu-lintas  kematian kematian

– 15% dari semua kematian 15% dari semua kematian  kecelakaan lalu kecelakaan lalu lintas

lintas

(4)

Insiden

Insiden

Cedera otak

Cedera otak

1/2 dari kematian akibat

1/2 dari kematian akibat

trauma

trauma

– penggunaan alkohol serta obat-obatan penggunaan alkohol serta obat-obatan  1/2 dari 1/2 dari kasus tersebut.

kasus tersebut.

Insiden puncak cedera kepala

Insiden puncak cedera kepala

– Umur 15-24 tahun (dekade kedua sampai ketiga). Umur 15-24 tahun (dekade kedua sampai ketiga). – pada bayi dan orang berumur tua. pada bayi dan orang berumur tua.

Cedera kepala

Cedera kepala

penyebab kematian utama

penyebab kematian utama

pada dewasa muda

pada dewasa muda

(5)

Insiden

Insiden

Risiko tinggi

Risiko tinggi

cedera otak traumatik

cedera otak traumatik

– dewasa muda dewasa muda  15-30 tahun 15-30 tahun

– bayi umur 6 bulan - 2 tahunbayi umur 6 bulan - 2 tahun – anak umur sekolahanak umur sekolah

– orang berumur tua orang berumur tua

Pasien dengan cedera kepala berat, atau

Pasien dengan cedera kepala berat, atau

mereka yang MRS dalam keadaan koma

mereka yang MRS dalam keadaan koma

sebagian kecil dari pasien dengan cedera

sebagian kecil dari pasien dengan cedera

kepala

kepala

(6)

Etiologi

Etiologi

Hampir semua cedera otak traumatik

Hampir semua cedera otak traumatik

kecelakaan lalu lintas

kecelakaan lalu lintas

peristiwa yang berhub.

peristiwa yang berhub.

aktivitas

aktivitas

olahraga

olahraga

tindakan kekerasan.

tindakan kekerasan.

Cedera kepala non penetrasi

Cedera kepala non penetrasi

kecelakaan

kecelakaan

lalu lintas, dan akibat terjatuh

lalu lintas, dan akibat terjatuh

Cedera kepala penetrasi

Cedera kepala penetrasi

Cedera akibat

Cedera akibat

luka tembak (

luka tembak (

±

±

44% dari semua kasus cedera

44% dari semua kasus cedera

kepala)

(7)

ANATOMI

ANATOMI

Meningen

Meningen

Epidural

Epidural

1.

1.

Duramater

Duramater

Subdural

Subdural

2.

2.

Arakhnoid

Arakhnoid

Subarakhnoid

Subarakhnoid

3.

3.

Piamater

Piamater

(8)
(9)

Otak

Otak

Berat otak pada orang dewasa

Berat otak pada orang dewasa

+

+

1,4

1,4

kg

kg

Lobus-lobus otak :

Lobus-lobus otak :

(10)

Sistem Ventrikel

Sistem Ventrikel

Terdiri atas :

Terdiri atas :

2 buah ventrikel lateral

2 buah ventrikel lateral

Foramen MonroForamen Monro

Ventrikel III

Ventrikel III

Aquaductus SylviiAquaductus Sylvii

Ventrikel IV

Ventrikel IV

Foramen LuschkaForamen LuschkaForamen MagendieForamen Magendie

(11)
(12)

Vaskularisasi Otak Vaskularisasi Otak

 Arteri Arteri

– Sirkulasi anterior Sirkulasi anterior  a. karotis, a. cerebri media, a. a. karotis, a. cerebri media, a. cerebri anterior

cerebri anterior

– Sirkulasi posterior Sirkulasi posterior  a.vertebralis, a. basilaris, a. a.vertebralis, a. basilaris, a. cerebri posterior

cerebri posterior – Sirkulus WillisiSirkulus Willisi

 VenaVena

– Sinus SagitalisSinus Sagitalis – Sinus KavernosusSinus Kavernosus – Sinus TransversusSinus Transversus

(13)
(14)
(15)

Klasifikasi

Klasifikasi

Trauma kepala nonpenetrasi

Trauma kepala nonpenetrasi

Trauma kepala penetrasi

Trauma kepala penetrasi

(16)

Klasifikasi

Klasifikasi

Trauma kepala nonpenetrasi

Trauma kepala nonpenetrasi

 Akibat dari cedera tumpulAkibat dari cedera tumpul

– benturan kepala pada permukaan yang kerasbenturan kepala pada permukaan yang keras

– objek berkecepatan tinggi yang mengenai kepala. objek berkecepatan tinggi yang mengenai kepala.

 ≠ penetrasi benda asing pada dura penetrasi benda asing pada dura dura masih dura masih intak

intak

– meskipun meskipun  laserasi dura akibat fraktur tulang laserasi dura akibat fraktur tulang

tengkorak

tengkorak

 Jaringan otak Jaringan otak ≠ terpapar dengan lingkungan luar. terpapar dengan lingkungan luar.  Trauma tumpulTrauma tumpul

(17)

Klasifikasi

Klasifikasi

Trauma kepala penetrasi

Trauma kepala penetrasi

Terjadi penetrasi pada dura

Terjadi penetrasi pada dura

Terjadi paparan isi tengkorak

Terjadi paparan isi tengkorak

lingkungan

lingkungan

luar

luar

– Trauma terbuka. Trauma terbuka.

Morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

±

±

15% kematian akibat cedera kepala.

15% kematian akibat cedera kepala.

(18)

Klasifikasi

Klasifikasi

Berdasarkan beratnya trauma kepala dapat

Berdasarkan beratnya trauma kepala dapat

dikelompokkan berdasarkan GCS menjadi:

dikelompokkan berdasarkan GCS menjadi:

Cedera Kepala Ringan (TCR) pada GCS 14-

Cedera Kepala Ringan (TCR) pada GCS

14-15

15

Cedera Kepala Sedang (TCS) pada GCS 9-

Cedera Kepala Sedang (TCS) pada GCS

9-13

13

(19)

Patofisiologi cedera

Patofisiologi cedera

kraniocerebral

kraniocerebral

Cedera otak dapat terjadi

Cedera otak dapat terjadi

secara langsung di bawah lokasi cedera

secara langsung di bawah lokasi cedera

(cedera coup)

(cedera coup)

jauh dari lokasi benturan (cedera

jauh dari lokasi benturan (cedera

countrecoup)

countrecoup)

karena otak sifatnya lebih relatif karena otak sifatnya lebih relatif

dibandingkan tulang tengkorak dan dura,

dibandingkan tulang tengkorak dan dura,

maka kompresi otak yang berjauhan dengan

maka kompresi otak yang berjauhan dengan

lokasi benturan juga dapat terjadi

(20)

Cedera primer

Cedera primer

Cedera primer

Cedera primer

cedera otak traumatik

cedera otak traumatik

primer yang terjadi pada waktu benturan.

primer yang terjadi pada waktu benturan.

kerusakan yang irreversibel akibat disrupsi kerusakan yang irreversibel akibat disrupsi

sel, bergantung pada mekanisme dan

sel, bergantung pada mekanisme dan

keseriusan dari kejadian tersebut.

keseriusan dari kejadian tersebut. 

Fraktur

Fraktur

– Fraktur linier Fraktur linier – Fraktut depresiFraktut depresi

– Fraktur depresi campuranFraktur depresi campuran – Fraktur dasar tengkorak. Fraktur dasar tengkorak.

(21)

Konkusi

Konkusi

 Konkusi Konkusi kehilangan fungsi neurologik sentral kehilangan fungsi neurologik sentral akibat trauma kraniocerebral

akibat trauma kraniocerebral

– sifatnya segera, terjadi tiba-tiba, dan tanpa sifatnya segera, terjadi tiba-tiba, dan tanpa

disertai sekuel

disertai sekuel

tidak disertai adanya kerusakan patologis tidak disertai adanya kerusakan patologis pada otak.

pada otak.

hilangnya kesadaran, amnesia sementara hilangnya kesadaran, amnesia sementara (hilangnya memori), disorientasi, sakit kepala,

(hilangnya memori), disorientasi, sakit kepala,

tinitus.

(22)

Kontusi cerebral

Kontusi cerebral

Kontusi cerebral

Kontusi cerebral

area yang mengalami

area yang mengalami

kerusakan pada parenkim otak

kerusakan pada parenkim otak

defisit

defisit

neurologis bergantung pada lokasi

neurologis bergantung pada lokasi

anatominya.

anatominya.

– Kontusi paling sering Kontusi paling sering  lobus frontal temporal lobus frontal temporal

– Jarang terjadi Jarang terjadi  lobus parietal dan occipital. lobus parietal dan occipital.

Kontusi yang besar

Kontusi yang besar

efek massa

efek massa

peningkatan TIK atau herniasi otak

peningkatan TIK atau herniasi otak

perubahan pada fungsi perhatian, memori, perubahan pada fungsi perhatian, memori,

afek, emosi, dan tingkah laku. afek, emosi, dan tingkah laku.

(23)

Hematom intrakranial

Hematom intrakranial

Cedera kepala

Cedera kepala

perdarahan pada ruang

perdarahan pada ruang

epidural, subdural atau subarachnoid.

epidural, subdural atau subarachnoid.

Perdarahan intrakranial

Perdarahan intrakranial

mungkin

mungkin

membutuhkan evakuasi melalui tindakan

membutuhkan evakuasi melalui tindakan

operasi

operasi

bergantung pada ukuran dan

bergantung pada ukuran dan

lokasinya.

lokasinya.

Perdarahan intrakranial

Perdarahan intrakranial

efek massa

efek massa

peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi

peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi

otak disertai kompresi struktur otak yang vital.

(24)

Hematoma epidural

Hematoma epidural

 ±± 1-2% dari cedera otak mayor 1-2% dari cedera otak mayor

 pada semua kelompok umur pada semua kelompok umur umur 20-40 umur 20-40 tahun.

tahun.

 Sumber perdarahan Sumber perdarahan arteri (85%) dan akibat arteri (85%) dan akibat dari cedera pada vena meningea atau dura sinus

dari cedera pada vena meningea atau dura sinus

(15%).

(15%).

 Fossa temporalis Fossa temporalis lokasi yang paling sering dari lokasi yang paling sering dari hematom ekstradural

hematom ekstradural  cedera pada arteri dan cedera pada arteri dan

vena meningea media.

vena meningea media.

 Lesi ini umumnya diakibatkan oleh fraktur tulang Lesi ini umumnya diakibatkan oleh fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah

tengkorak dan laserasi pembuluh darah

meningeal

(25)

Gambar CT-Scan Hematoma

Gambar CT-Scan Hematoma

Epidural

Epidural

(26)

Hematom subdural

Hematom subdural

 ±± 10-20% dari cedera otak traumatik. 10-20% dari cedera otak traumatik.

– Akut Akut  berkembang dlm waktu 3 hari setelah berkembang dlm waktu 3 hari setelah

cedera

cedera

– Subakut Subakut  berkembang dr hari ke 4 - 20. berkembang dr hari ke 4 - 20.

– Kronik Kronik  berkembang setelah 3 minggu berkembang setelah 3 minggu

pada orang berumur tua dan orang dengan pada orang berumur tua dan orang dengan

penyalahgunaan alkohol

penyalahgunaan alkohol  kondisi atrofi otak kondisi atrofi otak 

penambahan pada ruang ekstradural

penambahan pada ruang ekstradural

 Adanya robekan dari vena penghubung (bridging Adanya robekan dari vena penghubung (bridging

vein)

vein)

 ≠ berhubungan dengan perlekatan dura berhubungan dengan perlekatan dura

perdarahan biasanya meluas secara difus pada

perdarahan biasanya meluas secara difus pada

permukaan korteks

(27)

Gambar CT-Scan Hematoma

Gambar CT-Scan Hematoma

Subdural

Subdural

(28)

Hematom subarachnoid

Hematom subarachnoid

Perdarahan subarachnoid

Perdarahan subarachnoid

disebabkan

disebabkan

oleh trauma kraniocerebral.

oleh trauma kraniocerebral.

Hidrocephalus dan vasospasme cerebral

Hidrocephalus dan vasospasme cerebral

komplikasi lambat biasanya terlihat

komplikasi lambat biasanya terlihat

beberapa hari atau minggu setelah

beberapa hari atau minggu setelah

terjadinya perdarahan.

terjadinya perdarahan.

(29)

Hematom intracerebral

Hematom intracerebral

 ±± 2-3% orang yang mengalami cedera kepala 2-3% orang yang mengalami cedera kepala  Dapat bersifat tunggal atau multipelDapat bersifat tunggal atau multipel

– Paling sering pada lobus frontal atau temporalPaling sering pada lobus frontal atau temporal

 Selanjutnya hematom intracerebral Selanjutnya hematom intracerebral massa massa yang makin meluas

yang makin meluas  meningkatkan tekanan meningkatkan tekanan

intrakranial

(30)

Gambar CT-Scan Hematoma

Gambar CT-Scan Hematoma

Intracerebral

Intracerebral

(31)

Cedera sekunder

Cedera sekunder

Penelitian

Penelitian

autoregulasi cerebral dapat

autoregulasi cerebral dapat

mengalami gangguan setelah terjadinya

mengalami gangguan setelah terjadinya

cedera otak traumatik.

cedera otak traumatik.

Pasien dengan cedera kepala

Pasien dengan cedera kepala

rawan

rawan

terhadap akibat dari cedera sekunder

terhadap akibat dari cedera sekunder

– hipotensi, hipertensi intrakranial, hipoksia, hipotensi, hipertensi intrakranial, hipoksia,

perdarahan intrakranial, iskemia, peningkatan

perdarahan intrakranial, iskemia, peningkatan

tekanan intrakranial, infeksi, dan

tekanan intrakranial, infeksi, dan

ketidakseimbangan elektrolit dan metabolik.

ketidakseimbangan elektrolit dan metabolik.

Insiden cedera sekunder

Insiden cedera sekunder

semakin

semakin

meningkat dengan keseriusan cedera primer

(32)

Cedera sekunder

Cedera sekunder

 Cedera sekunder Cedera sekunder memperburuk status memperburuk status neurologik pasien

neurologik pasien  efeknya ditambahkan efeknya ditambahkan

dengan gangguan neurologi pada cedera

dengan gangguan neurologi pada cedera

primernya.

primernya.

 Dimulai pada waktu terjadinya cedera atau Dimulai pada waktu terjadinya cedera atau beberapa waktu setelahnya

beberapa waktu setelahnya

 Cedera sekunder Cedera sekunder dicegah dan ditangani. dicegah dan ditangani.  Cedera sekunder meliputi efek hipotensi, Cedera sekunder meliputi efek hipotensi,

hipoksia, dan herniasi dengan peningkatan

hipoksia, dan herniasi dengan peningkatan

tekanan intrakranial akibat efek massa.

(33)

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

Primary Survey

Primary Survey

Airway + C-spine Control

Airway + C-spine Control

Breathing

Breathing

Ciculation

Ciculation

Disability

Disability

Eksposure

Eksposure

(34)

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

Medika Metosa :

Medika Metosa :

1. Mengendalikan peninggian TIK

1. Mengendalikan peninggian TIK

2. Koreksi gangguan elektrolit, asam basa.

2. Koreksi gangguan elektrolit, asam basa.

3. Antikonvulsan bila perlu.

3. Antikonvulsan bila perlu.

Pembedahan Pembedahan

 Teknik pembedahan tergantung dari jenis lesi yang ada.Teknik pembedahan tergantung dari jenis lesi yang ada.  Koreksi impresi fraktur, pada fraktur yang menekan.Koreksi impresi fraktur, pada fraktur yang menekan.

 Pada hematoma intra cranial (Epidural, Subdural, Subaraknoid, Pada hematoma intra cranial (Epidural, Subdural, Subaraknoid,

Intra cerebral)

Intra cerebral)

 Dapat dilakukan trepanasi, kraniektomi, kraniotomi luas, Dapat dilakukan trepanasi, kraniektomi, kraniotomi luas,

kraniotomi dekompresi terutama pada subdural hematoma akut

kraniotomi dekompresi terutama pada subdural hematoma akut

yang luas.

yang luas.

 c.c. Pada perdarahan intraventrikuler dilakukan kraniektomi diikuti Pada perdarahan intraventrikuler dilakukan kraniektomi diikuti

dengan drainase ventrikel eksternal

(35)

Terima kasih

Gambar

Gambar CT-Scan Hematoma
Gambar CT-Scan Hematoma
Gambar CT-Scan Hematoma

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan proyeksi ini adalah daerah pada titik perpotongan tersebut memiliki faktor skala 1 yaitu tidak ada distorsi atau ditorsi sangat kecil, daerah yang tecakup dengan

Sholehan Guru Madya SMP 02 Islam 45 Ambulu Jember Kab.. Jember

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia dan anugerah yang di berikanNya kepada saya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pada proses pengujian alat dilakukan dengan cara menjalankan alat penelitian untuk pengambilan data Objek yang diteliti diletakan didepan sensor lalu disinari dengan

• Kontraktor (pelaksana pekerjaan) harus berkoordinasi dengan direksi pekerjaan PT.PJB UP Paiton sebelum melaksanakan pekerjaan. • Witness untuk 2 orang di workshop

Membran terbaik yang dapat digunakan dalam pemisahan larutan detergen ialah pada konsentrasi NPE 5% yang memiliki nilai indeks rejeksi di atas

Pengaruh Konsentrasi Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) terhadap Sifat Fisikokimiawi dan Organoleptik Selai Lembaran Nanas, Skripsi S-1, Fakultas Teknologi Pertanian,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran serta meningkatkan aktivitas siswa dan keterampilan menulis karangan narasi sis- wa dalam