• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN KOLEKTIF MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN METAKOGNITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN KOLEKTIF MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN METAKOGNITIF"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN KOLEKTIF

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

DAN METAKOGNITIF

PENELITI Ketua

Abdul Muin, S.Si., M.Pd. Anggota

Lia Kurniawati, M.Pd.

PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013

▸ Baca selengkapnya: melatih kepekaan dan kemampuan reflektif terhadap perkembangan diri dan kondisi sekitar

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENELITIAN KOLEKTIF DENGAN JUDUL:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN

METAKOGNITIF

TIM PENELITI:

Ketua Peneliti : Abdul Muin, S.Si., M.Pd. NIP : 19751201 200604 1 003 Anggota Peneliti : Lia Kurniawati, M.Pd. NIP : 19760521 200801 2 008

Jakarta, November 2013 Mengesahkan

Reviewer,

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA NIP. 19540802 198503 1 002

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiin,

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah Subhanahu la yang telah memberikan berbagai kenikmatan, kekuatan, dan kemampuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian kolektif ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjunan alam Nabi Besar Muhammad SAW., keluarganya, para shahabat, tabiin, sampai kepada kita semua sebagai ummat beliau di akhir zaman ini.

Penelitian kolektif ini berj Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematik melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan Metakognitif

melaksanakan perkuliahan. Beberapa proses pembelajaran yang secara terbatas didekati dengan pendekatan berbasis masalah dan metakognitif menunjukkan adanya perkembangan kemampuan mahasiswa dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan. Pengalaman baik ini hanya bersifat dugaan-dugaan sementara yang sifatnya teoretik. Dengan adanya dorongan melalui kesempatan dibukanya penelitian oleh Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kami merasa perlu untuk melakukan penelitian secara lebih formal agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Dalam penelitian yang dilakukan dikembangkan dua model pendekatan pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis masalah pada matakuliah Struktur Aljabar I dan metakognitif pada matakuliah Statistika Matematik II. Proses

(4)

iv

penelitian dilaksanakan secara kolaboratif antara dosen pengampu matakuliah Struktur Aljabar I dan dosen pengampu matakuliah Statistika Matematik II. Perkuliahan yang dikembangkan prosesnya terpisah antara kedua matakuliah tersebut. Penelitian pada matakuliah Struktur Aljabar I dilaksanakan pada mahasiswa semester V sedangkan penelitian pada matakuliah Statistika Matematik II dilaksanakan pada mahasiswa semester VII.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan program perkuliahan, terutama perkuliahan utuk matakuliah yang dianggap relatif sulit. Pendekatan yang dibuat dapat mengembangkan proses berpikir mahasiswa sebagai bekal dalam menyelesaikan permasalahan baik yang sederhana maupun yang lebih kompleks.

Dengan segala keterbatasan penulis, akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan walaupun masih perlu penyempurnaan-penyempurnaan yang dapat dilakukan pada penelitian selanjutrnya. Penulis sangat mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam kegiatan penelitian ini. Oleh karena itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Pimpinan Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk memodifikasi SAP dan proses perkuliahan Struktur Aljabar I dan Statistika Matematik II sesuai dengan kepentingan penelitian.

2. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA selaku reviewer kami selama proses penelitian mulai proposal, progres penelitian, sampai hasil akhir penelitian dengan penuh

(5)

v

ketulusan. Kami sangat banyak menerima masukan dari Bapak, semoga Bapak mendapat kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

3. Rekan-rekan sejawat dosen di jurusan dan fakultas yang telah meberikan sumbang saran dalam penelitian ini

4. Kepala Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah beserta jajarannya yang telah membantu mengakomodasikan penelitian penulis melalui Program Penelitian yang dikelola Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.

5. Mahasiswa-mahasiswa yang telah terlibat dalam penelitian bersama penulis. 6. Keluarga tercinta yang telah meberikan pengertian dan kesematan kepada

penulis dalam meluangkan waktu untuk menyelesaikan penelitian ini.

Jakarta, November 2013

(6)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah Penelitian ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 13

A. Pengetahuan Awal dan Intuisi ... 13

B. Berpikir Reflektif dalam Siklus Reflektif ... 14

C. Berpikir Reflektif melalui Teknologi ... 15

D. Berpikir Reflektif dan Aktivitas Metakognitif ... 16

E. Kemampuan Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran ... 17

F. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Metakognitif... 20

1. Pembelajaran Berbasis Masalah... 20

(7)

vii

G. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah dan

Metakognitif ... 30

1. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah . 30

2. Implementasi Pembelajaran H. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

B. Desain Penelitian ... 36

C. Populasi dan sampel Penelitian ... 37

D. Data dan Sumber Data ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 52

G. Hipotesis Statistik ... 56

H. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Deskripsi Data B. Analisis Data ... 63

C. Pembahasan ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ...

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Desain Penelitian... 37

Tabel 3.2: Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematik Pada Mata Kuliah Struktur Aljabar I... 39

Tabel 3.3: Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematik Pada Mata Kuliah Statistika Matematika II... 41

Tabel 3.4: Pedoman Pesskoran Soal Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematik Pada Mata Kuliah Struktur Aljabar I... 43

Tabel 3.5: Pedoman Pesskoran Soal Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematik Pada Mata Kuliah Statistika Matematika II... 46

Tabel 4.1: Perbandingan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematik Mahasiswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada Mata Kuliah Struktur Aljabar I... 58

Tabel 4.2: Perbandingan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematik Mahasiswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada Mata Kuliah Statistika Matematika II... 59

Tabel 4.3: Hasil Uji Homogenitas... 69

Tabel 4.4: Rank Rata-Rata Kelas Eksperimen dan Kontrol... 70

Tabel 4.5: Statistika Uji U Mann Whitney... 70

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Histogram Skor Struktur Aljabar I untuk Kelompok Eksperimen (1)

dan Kelompok Kontrol (2) ... 61

Gambar 4.2: Histogram Skor Statistika Matematika II untuk Kelompok Eksperimen (1) dan Kelompok Kontrol (2) ... 62

Gambar 4.3: Uji Normalitas Kelas Eksperimen Struktur Aljabar I ... 64

Gambar 4.4: Uji Normalitas Kelas Kontrol Struktur Aljabar I ... 64

Gambar 4.5: Uji Normalitas Kelas Eksperimen Statistika Matematika II... 65

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Contoh Rencana Pembelajaran... L1.1 Lampiran 2: Bahan Ajar... L2.1 Lampiran 3: Intrumen Penelitian... L3.1 Lampiran 4: Kunci Jawaban... ... L4.1 Lampiran 5: CV Peneliti... L5.1

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu hal yang penting dalam belajar adalah mengetahui apa yang ingin dicapai melalui belajar tersebut. Apa yang ingin dicapai adalah tujuan dari belajar yang harus disadari oleh si pebelajar. Kegagalan dari proses pembelajaran salah satunya karena tidak mengetahui apa yang ingin dicapai dari belajar tersebut. Si pebelajar tidak memiliki arahan yang jelas dalam menempuh proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, apa yang ingin dicapai dikemas dalam bentuk tujuan-tujuan pembelajaran. Ini adalah tujuan pembelajaran yang formal. Dalam proses belajar seorang siswa disamping memahami tujuan pembelajaran formal perlu juga untuk memiliki atau menetapkan tujuan sendiri yang mengimplikasikan motivasi dalam menguasai sesuatu dari proses pembelajarannya. Dengan demikian siswa dapat mengontrol proses pemahaman dalam belajar melalui pengaitan dengan tujuan pembelajaran sendiri yang telah ditetapkan.

Selain dari penetapan tujuan sendiri dalam pembelajaran, proses pemahaman tools

(2010). Tools tersebut adalah kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir ini sangat penting dimiliki oleh siapapun yang ingin belajar.

(12)

2

Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia di sisi-Nya yang membedakannya dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT lainnya.

Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Proses berpikir juga merupakan suatu kegiatan mental untuk membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatu proses pembelajaran, kemampuan berpikir peserta didik dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui persoalan pemecahan masalah. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Tyler (Mayadiana, 2005) mengenai pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah, sehingga kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan. Betapa pentingnya pengalaman ini agar peserta didik mempunyai struktur konsep yang dapat berguna dalam menganalisis serta mengevaluasi suatu permasalahan.

Isu aktual dalam pembelajaran matematika saat ini adalah bagaimana mengambangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills HOTS), serta menjadikannya sebagai tujuan penting yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika. Kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi bersifat non-algoritmik, kompleks, melibatkan kemandirian dalam berpikir, seringkali melibatkan suatu ketidakpastian sehingga membutuhkan pertimbnagan dan interpretasi, melibatkan kriteria yang beragam dan terkadang memicu timbulnya

(13)

3

konflik, menghasilkan solusi yang terbuka, juga membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh dalam melakukannya (Resnick, 1987; Arends, 2004).

Sehubungan dengan kegiatan berpikir matematik tingkat tinggi, Schoenfeld (Henningsen dan Stein, 1997) membaginya menjadi beberapa hal yang meliputi: mencari dan mengeksplorasi pola, memahami struktur dan hubungan-hubungan matematik, menggunakan data, merumuskan dan memecahkan masalah, bernalar analogis, mengestimasi/memprediksi, menyusun alasan yang rasional, menggeneralisasi, mengkomunikasikan ide-ide matematik, serta bagaimana memeriksa kebenaran suatu jawaban.

Salah satu kemampuan berpikir yang termasuk ke dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir reflektif. Ada empat mengenai perlunya dibiasakan mengembangkan kemampuan berpikir reflektif, yakni: (1) tuntutan zaman yang menghendaki warga negara dapat mencari, memilih, dan menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara, (2) setiap warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut mampu berpikir reflektif, (3) kemampuan memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam memecahkan masalah, dan (4) berpikir reflektif merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara kreatif agar peserta didik dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama dengan bangsa lain (Wahab, 1996; Maulana, 2007).

Kemampuan berpikir reflektif dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika di sekolah ataupun perguruan tinggi, yang menitikberatkan pada sistem,

(14)

4

struktur, konsep, prinsip, serta kaitan yang ketat antara suatu unsur dan unsur lainnya. Matematika dengan hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis, sebagai suatu kegiatan manusia melalui proses yang aktif, dinamis, dan generatif, serta sebagai ilmu yang mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif, dan terbuka, menjadi sangat penting dikuasai oleh peserta didik dalam menghadapi laju perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat.

Kenyataannya, seperti yang diungkapkan oleh Maier dan Begle (Darhim, 2004), tidak dapat dimungkiri bahwa anggapan yang saat ini berkembang pada sebagian peserta didik adalah matematika merupakan bidang studi yang sulit dan tidak disenangi, hanya sedikit yang mampu menyelami dan memahami matematika sebagai ilmu yang dapat melatih kemampuan berpikir reflektif. Padahal mereka sendiri tahu bahwa matematika itu penting bagi kehidupannya.

Bersandar pada alasan yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa kemampuan berpikir reflektif peserta didik sangat penting untuk dikembangkan. Oleh karena itu, guru atau dosen hendaknya mengkaji dan memperbaiki kembali praktik-praktik pengajaran yang selama ini dilaksanakan, yang mungkin hanya sekadar rutinitas belaka.

Memang benar bahwa saat ini pembelajaran matematika sudah cukup banyak yang menekankan pada pendekatan yang berorientasi perubahan dan mengenalkan pentingnya pelibatan peserta didik dalam memanfaatkan matematika melalui suatu proses aktif. Dalam proses pembelajaran matematika, sudah cukup banyak dosen yang menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan

(15)

5

mahasiswanya untuk mengembangkan kemampuan berpikir reflektif, namun belum menunjukkan bagaimana keberhasilan kemampuan reflektif mahasiswa calon guru. Jika kemampuan berpikir reflektif para mahasiswa calon guru matematika tidak dikembangkan selama mengenyam pendidikan kesarjanaannya, maka bukan mustahil setelah mereka lulus dan menjadi guru, mereka kesulitan pula untuk mengembangkan kemampuan berpikir reflektif siswanya. Padahal, mahasiswa Pendidikan matematika adalah mahasiswa yang disiapkan untuk menjadi guru matematika, yang mampu untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir reflektif siswanya seperti yang diamanahkan oleh Kurikulum.

Keadaan yang ironis terjadi karena di satu sisi kemampuan berpikir reflektif peserta didik sangat penting untuk dimiliki dan dikembangkan, akan tetapi di sisi lain ternyata kemampuan berpikir reflektif peserta didik tersebut masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Lia Kurniawati selama beberapa semester terhadap mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika. Lemahnya kemampuan reflektif matematik mahasiswa khususnya di Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilakukan oleh peneliti, yang menunjukkan bahwa umumnya kemampuan berpikir reflektif dan pembuktian matematik mahasiswa masih rendah. Hal ini terlihat dari 46 mahasiswa, 34 mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pembuktian yang harus disertai alasan dan soal-soal yang tidak sederhana (melibatkan berbagai konsep), hanya 12 mahasiswa yang dapat menyelesaikan soal-soal tersebut. Dengan demikian hanya 26,09% mahasiswa yang mampu menyelesaikan soal tersebut, hasil

(16)

6

ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir reflektif matematik mahasiswa masih rendah.

Semua informasi yang ditemukan di lapangan tersebut mengenai rendahnya kemampuan berpikir reflektif matematik mahasiswa Jurusan pendidikan matematika tidak selayaknya dibiarkan begitu saja. Akan tetapi, perlu kiranya dilakukan sebuah upaya untuk menindaklanjutinya dalam rangka perbaikan, salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan suatu strategi dan pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif. Dalam hal ini Ausubel (Ruseffendi, 1992) menyarankan agar sebaiknya digunakan pendekatan yang menggunakan metode pemecahan masalah, inkuiri, dan metode belajar yang menumbuhkembangkan kemampuan berpikir reflektif.

Hasil penelitian Sumarmo, dkk. (Hulukati, 2005) memberikan gambaran bahwa pembelajaran matematika dewasa ini antara lain memiliki karakteristik sebagai berikut: pembelajaran lebih berpusat pada guru/dosen, pendekatan yang digunakan lebih bersifat ekspositori, guru/dosen lebih mendominasi proses aktivitas kelas, latihan-latihan yang diberikan lebih banyak yang sifatnya rutin. Sementara itu kurikulum menuntut suatu suatu proses pembelajaran yang student-centered, mengembangkan kreativitas siswa, menciptakan kondisi yang menyenangkan tetapi menantang, mengembangkan kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam serta belajar melalui perbuatan (learning by doing). Oleh karena itu, perlu ada upaya yang ekstra keras dari semua pihak yang terkait dengan proses pendidikan untuk secara bersama-sama berusaha memperbaiki proses pembelajaran yang terjadi saat ini.

(17)

7

Menyadari pentingnya suatu strategi dan pendekatan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir mahasiswa, maka mutlak diperlukan adanya pembelajaran matematika yang lebih banyak melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Hal ini dapat terwujud melalui suatu bentuk pembelajaran alternatif yang dirancang sedemikian rupa sehingga mencerminkan keterlibatan mahasiswa secara aktif dan konstruktif. Mahasiswa sebagai peserta didik perlu dibiasakan untuk mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan mampu mentransformasikan pengetahuannya tersebut ke dalam situasi lain yang lebih kompleks sehingga pengetahuan tersebut akan menjadi milik peserta didik itu sendiri, yang melekat selamanya. Proses mengkonstruksi pengetahuan dapat dilakukan oleh peserta didik sendiri berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, atau dapat pula berupa hasil penemuan yang melibatkan faktor lingkungan.

Berdasarkan pandangan konstruktivisme, suatu strategi pembelajaran haruslah memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut: penggunaan waktu yang lebih banyak untuk mengembangkan pemahaman yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mengalihgunakan pengetahuan, melibatkan peserta didik dalam proses belajar sehingga konsep yang abstrak disajikan lebih konkret, penerapan diskusi dalam kelompok kecil, serta penyajian masalah-masalah yang bersifat tidak rutin.

Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang didasari oleh pandangan konstruktivisme adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau sering pula disebut dengan intilah problem based learning (PBL) dan pembelajaran

(18)

8

metakognitif. Dalam prosesnya, pembelajaran seperti ini menyuguhkan suatu lingkungan pembelajaran dengan masalah sebagai basisnya. Masalah dimunculkan sedemikian rupa sehingga peserta didik perlu menginterpretasi suatu masalah, mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, menilai alternatif solusi, memilih dan mempresentasikan solusi yang telah dipilihnya. Ketika peserta didik mencoba mengembangkan suatu prosedur dalam menyelesaikan permasalahan, maka sebenarnya mereka sedang mengintegrasikan pengetahuan konseptual dengan keterampilan yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam hal ini secara keseluruhan para peserta didiklah yang membangun pengetahuannya, dengan ditopang oleh keberadaan pengajar yang berperan besar sebagai fasilitator pembelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah menyediakan suatu lingkungan belajar yang memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematiknya. Dengan pembelajaran berbasis masalah, mereka mencoba menggali, mengadaptasi, mengubah prosedur penyelesaian, juga memverifikasi solusi yang sesuai dengan situasi masalah baru yang diperoleh.

Pembelajaran berbasis masalah juga sangat kental dengan nuansa metakognitif, yang menitikberatkan pada aktivitas belajar, membantu dan membimbing peserta didik jika menemui kesulitan, dan membantu mengembangkan kesadaran metakognisinya, baik dalam hal memilih, mengingat, mengenali kembali, mengorganisasi informasi yang dihadapinya, sampai kepada bagaimana menyelesaikan masalah (Suzana, 2003). Pembelajaran berbasis masalah yang berdasarkan pandangan konstruktivisme ini dapat memicu tumbuh kembangnya

(19)

9

keterampilan metakognitif peserta didik, karena proses belajar diawali dengan konflik kognitif dan diatasi oleh peserta didik itu sendiri melalui pengaturan diri (self regulation), yang akhirnya dalam proses belajar itu peserta didik membangun sendiri pengetahuannya melalui pengalaman dari hasil interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka perlulah kiranya dilakukan suatu penelitian mengenai alternatif pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir reflektif mahasiswa. Oleh karena itu, Mengingkatkan Kemampuan Berpikir reflektif Matematik Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan Metakognitif

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika di kelas bersifat satu arah lebih terpusat kepada dosen sehingga mahasiswa menjadi pasif.

2. Pembelajaran matematika yang biasa dilakukan lebih berkonsentrasi pada penyelesaian soal yang bersifat prosedural semata menyebabkan mahasiswa tidak mampu menyelesaikan masalah matematika dalam bentuk yang berbeda dengan contoh.

3. Kebingungan dalam memilih penyelesaian yang tepat dalam menyelesaikan soal.

(20)

10

4. Pembelajaran matematika yang biasa diterapkan di kelas kurang memberi peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tingginya yang salah satunya adalah kemampuan berpikir reflektif.

5. Rendahnya kemampuan berpikir reflektif matematik mahasiswa.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas pemahaman tentang variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dan

Metakognitif.

2. Penelitian ini terbatas pada peningkatan proses berpikir reflektif matematik siswa.

3. Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa semester V dan VII Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Penelitian ini dilakukan pada mata kuliah Struktur Aljabar I dan Statistika Matematika II.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa permasalahan penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan berpikir reflektif matematik mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah dan metakognitif?

(21)

11

2. Bagaimanakah kemampuan berpikir reflektif matematik mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional?

3. Apakah kemampuan berpikir reflektif matematik mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah dan metakognitif lebih tinggi dari pada kemampuan berpikir reflektif matematik mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang dirumuskan maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kemampuan berpikir reflektif matematik mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah dan metakognitif.

2. Mengetahui kemampuan berpikir reflektif matematik mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

3. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematik mahasiswa antara mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah dan metakognitif dengan mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional

F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang akan dilakukan ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut:

(22)

12

1. Membantu mengelola proses pembelajaran dengan mengoptimalkan proses berpikir baik secara individual maupun secara bersama-sama.

2. Dapat memetakan permasalahan yang dihadapi ke dalam struktur pemecahan masalah secara lebih sederhana.

3. Berguna dalam membuat keputusan mengenai rencana penyelesaian dan perbaikan atas masalah yang dihadapi secara kreatif dan kritis.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah yang terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi

Terkait dengan kebutuhan-kebutuhan hidup praktek sehari-hari yang termasuk dalam fiqih dan bukan dalam hal ekonomi atau ilmu pengetahuan social umum, hal

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi Lapen Dalam Kawasan Permukiman Kelurahan Batupelat, maka

Merancang pengujian substantive transaksi penjualan dapat dilakukan ketika kondisi penjualan yang dicatat benar-benar terjadi, penjualan yang dicatat

Secara umum yang dimaksud dengan kebugaran jasmani adalah kebugaran fisik (physical fitness), yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan kerja sehari-hari secara

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan nano pigmen dari pucuk daun jati muda dalam bentuk serbuk dengan menggunakan persentase filler maltodekstrin yang berbeda dan

Menurut Nahar (2016) dalam dunia pendidikan penerapan pendekatan behavioristik menuntut seorang seorang guru memberikan segala rangsangan sebagai stimulus pada anak didik dan hasil

Sebagai perguruan tinggi seni tertua dan terbesar, yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya intelektual dalam berbagai bidang seni dan desain di Indonesia, Institut Seni