• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Praktikum Dasar Budidaya Tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Praktikum Dasar Budidaya Tanaman"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

M

M

O

O

D

D

U

U

L

L

P

P

R

R

A

A

K

K

T

T

I

I

K

K

U

U

M

M

D

D

A

A

S

S

A

A

R

R

B

B

U

U

D

D

I

I

D

D

A

A

Y

Y

A

A

T

T

A

A

N

N

A

A

M

M

A

A

N

N

O

Ol

le

eh

h

:

:

D

Dr

r

.

.

I

Ir

r.

.

A

Ag

gu

us

s

S

Su

ur

r

ya

y

an

nt

to

o,

,

M

M

S

S

W

Wi

iw

wi

in

n

S

Su

um

mi

iy

ya

a

D

Dw

wi

i

Y

Y,

,

S

SP

P.

.M

MP

P

L

L

A

A

B

B

O

O

R

R

A

A

T

T

O

O

R

R

I

I

U

U

M

M

S

S

U

U

M

M

B

B

E

E

R

R

D

D

A

A

Y

Y

A

A

L

L

I

I

N

N

G

G

K

K

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

J

J

U

U

R

R

U

U

S

S

A

A

N

N

B

B

U

U

D

D

I

I

D

D

A

A

Y

Y

A

A

P

P

E

E

R

R

T

T

A

A

N

N

I

I

A

A

N

N

F

F

A

A

K

K

U

U

L

L

T

T

A

A

S

S

P

P

E

E

R

R

T

T

A

A

N

N

I

I

A

A

N

N

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

B

B

R

R

A

A

W

W

I

I

J

J

A

A

Y

Y

A

A

M

M

A

A

L

L

A

A

N

N

G

G

2

2

0

0

1

1

2

2

(2)

2

M

M

OD

O

D

U

U

L

L

P

PR

R

AK

A

K

TI

T

IK

KU

U

M

M

D

D

AS

A

S

AR

A

R

B

BU

U

DI

D

ID

D

AY

A

Y

A

A

TA

T

AN

N

AM

A

M

AN

A

N

O Olleehh:: D Drr..IIrr..AAgguussSSuurryyaannttoo,,MMSS W WiiwwiinnSSuummiiyyaaDDwwiiYY,,SSPP..MMPP

F

FA

AK

KU

UL

LT

TA

AS

S

P

PE

ER

R

TA

T

AN

NI

IA

AN

N

U

UN

NI

IV

VE

ER

RS

SI

IT

TA

AS

S

B

BR

RA

AW

WI

IJ

JA

AY

YA

A

M

MA

AL

LA

AN

NG

G

2

20

01

12

2

Nama : ... NIM : ... Program Studi : ... Asisten : ...

(3)

3

1. MEDIA TANAM

1.1 Pendahuluan

Keberhasilan perbanyakan tanaman dengan biji dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya kualitas biji, tersedianya air dan jenis media yang digunakan. Media perkecambahan yang efektif untuk pembibitan adalah media yang berpori dan berdrainase baik serta mampu mempertahankan kelembaban, kadar garam rendah tetapi kemampuan menerima dan memasok unsur hara cukup baik, bebas hama, penyakit, dan gulma.

Media tanam diartikan sebagai media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman/bahan tanaman, tempat akar atau bakal akar tumbuh dan berkembanh. Media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak dan kokoh berdiri di atas media tersebut. Selain itu, media tanam digunakan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman karena tanaman mendapatkan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara menyerap unsur hara yang terkandung di dalam media tanam.

Media tanaman yang paling umum digunakan adalah tanah. Tanah mengandung butiran-butiran mineral dan bahan organik, air dan udara. Bila komposisi unsur-unsur tersebut dalam keadaan yang tepat, maka tanah tersebut dapat mendukung pertumbuhan suatu jenis tanaman dengan baik. Selain tanah, terdapat beberapa jenis media tanam yang lain yang dapat digunakan sebagai media tanam, baik secara sendiri-sendiri atau sebagai campuran, antara lain sekam padi, arang sekam padi, sabut kelapa, kompos, humus, arang kayu, styrofom, vermikulit, pasir, kerikil, rockwool, serbuk gergaji, kayu, dan peat moss. Bahan-bahan tersebut mempunyai sifat-sifat yang berbeda-beda. Beberapa jenis media tanam memerlukan perlakuan khusus selama digunakan budidaya tanaman, misalnya menyiram larutan pupuk secara intensif agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh

(4)

4

dengan baik, persiapan media tanam merupakan salah satu langkah awal yang harus diperhatikan.

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.

Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya.

Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata.

Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik.

A. BAHAN ORGANIK

Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang

(5)

5

sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.

Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau

dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi.

Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelapa, pupuk kandang, dan humus.

1. Arang

Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.

Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.

(6)

6

Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipecah menjadi potongan-potongan kecil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran pecahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya digunakan pecahan arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm, dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan arang juga harus lebih kecil.

2. Batang Pakis

Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.

Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya.

Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.

3. Kompos

Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari

(7)

7

penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil Condotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam hal memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.

Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu Yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang.

4. Moss

Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.

Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat air dengan baik serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss dikombinasikan dengan media tanam organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut, atau daun-daunan kering.

(8)

8

5. Pupuk kandang

Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.

Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam.

Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.

6. Sabut kelapa (coco peat)

Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ,sebaiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.

Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu,

(9)

9

tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.

Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P). Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa-senyawa kimia yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukkan ke dalam mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur. Residu dari pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak. Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat menyimpan oksigen sampai 50%. Itu lebih tinggi ketimbang kemampuan menyimpan oksigen pada tanah yang hanya 2-3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam dibutuhkan untuk pertumbuhan akar. Hasil penelitian Dr Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service, Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml air yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuang hanya 11 ml. Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada sphagnum moss yang hanya 41%. Secara umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8-6

7. Sekam padi

Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat

(10)

10

porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.

Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur, Namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk.

Sementara kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara.

8. Humus

Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh Jasad mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Bahan-bahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan atas tanah (top soil)

Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah. dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan tanah, Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika terjadi perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim. Humus Juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.

(11)

11

B. BAHAN ANORGANIK

Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi.

Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2u. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.

1. Gel

Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.

Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa ditanam dalam media ini, misalnya philodendron dan anthurium. Namun, gel tidak cocok untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan dikarenakan ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih dikarenakan pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah. Sebagian besar nursery lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dalam jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga.

(12)

12

Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain. Di Jepang gel digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna-warni dapat memberi kesan hidup pada taman miniatur tersebut.

2. Pasir

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.

Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.

Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.

Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk

(13)

13

digunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).

3. Kerikil

Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang tidak jauh berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori makro lebih banyak daripada pasir. Kerikil sering digunakan sebagai media untuk budi daya tanaman secara hidroponik. Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin.

Seiring kemajuan teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil sintesis. Sifat kerikil sintesis cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki rongga-rongga udara sehingga memiliki bobot yang ringan. Kelebihan kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air. Selain itu, sistem drainase yang dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara dalam media tanam.

4. Pecahan batu bata

Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat kecil, seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 cm. Semakin kecil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin baik. Selain itu,

(14)

14

ukuran yang semakin kecil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media tanam ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.

5. Spons (floralfoam)

Para hobiis yang berkecimpung dalam budi daya tanaman hias sudah sering memanfaatkan spons sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari sifatnya, spons sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan di mana saja. Walaupun ringan, media jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah direndam atau disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat menegakkan tanaman.

Kelebihan lain dari media tanam spons adalah tingginya daya serap terhadap air dan unsur hara esensial yang biasanya diberikan dalam bentuk larutan. Namun, penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur. Oleh karena itu, jika spons sudah terlihat tidak layak pakai (mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya segera diganti dengan yang baru. Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, spons sering digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga

(15)

15

potong (cutting flower) yang penggunaannya cenderung hanya sementara waktu saja.

6. Tanah liat

Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran kecil (pori-pori-pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori-pori-pori yang berukuran besar (pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat. Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi lamban.

Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan sebagai media penyemaian, cangkok, dan bonsai.

7. Vermikulit dan perlit

Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan Halium. Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang memiliki kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran media tanaman. Jika digunakan sebagai campuran media tanam, vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah diserap oleh akar tanaman.

(16)

16

Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot ringan serta memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah. Sebagai campuran media tanam, fungsi perlit sama dengan Vermikulit, yakni menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya serap air.

Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara.

8. Gabus (styrofoam)

Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Mulanya, styrofoam hanya digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian diri) bagi tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses aklimatisasi tersebut hanya bersifat sementara. Styrofoam yang digunakan berbentuk kubus jengan ukuran (1 x 1 x 1) cm.

.

Tujuan persiapan media tanam adalah menyiapkan tempat untuk tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, agar diperoleh struktur dan komposisi media tanam yang paling optimum, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan kata lain, jika akar tanaman dapat memanfaatkan air, udara, dan unsur hara yang terdapat di dalam media tanam, maka pertumbuhan tanaman dapat mencapai tingkat optimum.

(17)

17

2. Tujuan

Praktikum ini bertujuan:

1. Mempelajari sifat beberapa jenis media tanam dan komposisi media tanam yang paling optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

2. Mempelajari tipe perkecambahan tanaman

3. Metode

3.1 Pelaksana Praktikum

Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan 3.2.1 Perlakuan

Perlakuan praktikum adalah jenis media tanam dan jenis bahan tanam. Media yang digunakan adalah tanah, pasir, kompos, cocopeat, arang sekam, batu, air dan cacahan pakis. Jenis bahan tanam yang digunakan adalah biji salak, biji alpukat, biji nangka, benih jagung, kacang panjang, kedelai, bayam, sawi, pakchoy, kalian, cabai, tomat, dan kangkung, serta stek ubi kayu, ubi jalar, stek nilam.

3.2.2 Persiapan media tanam

Persiapan dilakukan dengan menyiapan media dan benih yang digunakan sesuai dengan perlakuan. Kemudian media ditempatkan pada baki persemaian setinggi 1/2.

3.2.3 Penanaman

Benih ditanam di polybag pembibitan, kemudian ditutup dengan tanah (seluruh benih tertutup dengan tanah). Benih ditanam 2 tanaman per polybag.

(18)

18

3.2.4 Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman dilakukan melihat kondisi media. Jika media yang digunakan adalah pasir, penyiraman dilakukan setiap hari. Untuk media yang lain, penyiraman dilakukan melihat kondisi tanaman.

Penyulaman dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam, jika ada benih busuk (terutama untuk tanaman buah)

3.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan ketika benih akan berkecambah, variable pengamantan adalah:

1. Waktu biji berkecambah, dilakukan dengan cara mencatat waktu biji berkecambah setelah ditanami. Satuannya adalah hari

2. Persentase perkecambahan, dilakukan dengan cara menghitung jumlah benih yang berkecambahng dibandingkan dengan jumlah benih dikalikan 100%. Satuannya adalah %

3. Tipe perkecambahan (dan gambar), dilakukan dengan cara melihat tipe perkecambahan benih, apakah hypogeal atau epigeal.

4. Tinggi tanaman, dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari permukaan media sampai titik tumbuh tanaman. Satuannya adalah cm 5. Jumlah daun, dilakukan dengan cara mengitung jumlah daun yang

(19)

19

2. TANAM DAN POLA TANAM

1 Pendahuluan

Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Pola tanam tumpangsari ( Intercropping ) adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama (Suryanto, 1995). Tumpangsari ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan (hara, air dan sinar matahari) sebaik - baiknya agar diperoleh produksi maksimal (Jumin, 1991). Pola penanaman ini dimaksudkan agar diperoleh hasil panen yang maksimal.

Tumpangsari sebagai usaha intensifikasi ruang dan waktu banyak dilakukan terutama pada pertanian berlahan sempit dan lingkungan kering/tadah hujan. Sebagai suatu pola produksi, tumpangsari digunakan karena mampu meningkatkan efisiensi tenaga kerja, menekan serangan hama, penyakit, dan gulma, serta masih berpeluang mendapatkan hasil jika salah satu komponen tanaman gagal panen. Pemilihan pola tanam tumpangsari dalam budidaya tanaman disebabkan hasil total yang diperoleh persatuan luas lahan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam secara monokultur pada luas lahan dan tingkat pengelolaan yang sama.

Dengan demikian, pola tanam memiliki arti penting dalam pola produksi tanaman. Melalui pengaturan pola tanam, berarti memanfaatkan dan memdaukan berbagai komponen yang tersedia yang meliputi : agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, teknik budidaya, dan sosial ekonomi. Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan ( terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan). Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan ketersediaan air ataupun curah hujan.

(20)

20

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut : Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman ( umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan sawi; tumpangsari beda umur seperti jagung, ketela pohon, dan padi gogo. Tumpang gilir ( Multiple cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor - faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh : jagung muda, padi gogo, kacang tanah, dan ubi kayu.

2. Tujuan

Praktikum bertujuan untuk:

1. Mahasiswa mengetahui, memahami serta mempraktekkan pola tanam monokultur dan tumpangsari

2. Mahasiswa membandingkan pola pertumbuhan tanaman pada pola tanam monokultur dan tumpangsari.

3. Mahasiswa membandingkan produksi tanaman persatuan luasan pada pola tanam monokultur dan tumpangsari.

3. Metode

3.1 Pelaksana Praktikum

Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan 3.2.1 Perlakuan

1. Penambahan Bahan Organik a. Pupuk kandang

b. Pupuk hijau

c. Pupuk organic pabrikan d. Pupuk organic cair

(21)

21

2. Pola Tanam

a. Monokultur jagung manis

b. Tumpangsari jagung manis dan bayam c. Tumpangsari jagung manis dan kangkung

Jagung ditanam dengan jarak tanam 75 x 30 cm dengan jumlah 3 – 4 benih per lubang. Setelah berumur 2 minggu tanaman dijarangkan menjadi 2 tanaman per lubang.

3.2.2 Persiapan media tanam

Persiapan lahan dilakukan dengan membajak lahan menggunakan hand traktor. Pada saat pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur.

3.2.3 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam ditugal sedalam 5 cm dan benih dimasukkan ke dalam lubang tanam, kemudian ditutup dengan sedikit tanah. Jumlah benih per lubang 3 – 4 benih per lubang. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 x 30 cm. Untuk pola tanam tumpangsari jarak tanam bayam adalah 40 x 20 cm sedangkan kangkung 40 x 20 cm. Bayam dan kangkung langsung ditanam tanpa pembibitan.

3.2.4 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan, penyiangan, pembubunan dan pengendalian hama dan penyakit.

1. Penjarangan

Penjarangan dilakukan dua minggu setelah tanam, disisakan dua tanaman per lubang.

(22)

22

2. Pemupukan a. Dosis pupuk :

- Pupuk N (urea) : 100 kg ha-1 (1/3 dosis),

- Pupuk P (SP-36): 75 kg ha-1

- Pupuk K (KCl) : 100 kg ha-1

b. Pemupukan dilakukan 3 kali, pertama pada saat tanam yaitu 1/3 dosis N dan semua dosis P dan K, pemuoukan kedua pada umur 21 HST yaitu 1/3 dosis N dan pemupukan ketiga adalah 1/3 dosis N.

Cara pemupukan adalah dengan membuat lubang di samping tanaman dengan jarak sekitar 5 cm, pupuk ditaruh dalam lubang kemudian ditutup dengan tanah.

3. Pengairan

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali apabila tanah telah lembab. Pengairan dilakukan 1 minggu sekali atau melihat kondisi tanah. Menjelang tanaman berbunga, kebutuhan air tanaman lebih banyak sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

4. Penyiangan

Penyiangan dilakukan setelah tanaman berusia 15 hari setelah tanam dan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau bantuan alat. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu dan merusak perakaran tanaman.

5. Pembumbunan

Kegiatan pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan. Pembubunan bertujuan untuk untuk memperkokoh posisi batang tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas tanah, mengendalikan gulma serta memperbaiki aerasi tanah.

(23)

23

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan jenis dan tingkat serangan hama dan penyakit yang ada. Apabila tingkat serangan hama ringan, pengendalian hama bisa dilakukan secara mekanik, namun bila tingkat serangan agak luas pengendalian hama menggunakan insektisida. Pada saat tanam, tanah ditaburi fungisida untuk mencegah pertumuhan jamur.

5) Panen

Pemanenan dilakukan pada umur 60 – 70 hari setelah tanam.

3.3 Pengamatan

3.3.1 Pengamatan organ pertumbuhan vegetatif

- Variabel pengamatan antara lain:

1. Jumlah daun, dihitung daun yang sudah membuka sempurna 2. Tinggi Tanaman

- Pengamatan dilakukan mulai umur 14 hst sampai dengan 42 hst

- Interval pengamatan adalah 7 hari

- Diukur dari permukaan tanah

3.3.2 Pengamatan organ generatif

- Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan variabel pengamatan antara lain:

1. saat berbunga, dicatat saat tanaman berbunga (hari setelah tanam) 2. jumlah tongkol per tanaman, dihitung jumlah tongkol per tanaman 3. bobot tongkol pertanaman, ditimbang bobot tongkol per tanaman

tanpa pembungkus tongkol jagung (”kelobot”).

4. Bobot segar tanaman sela, ditimbang tanaman sela (sawi dan kangkung) pada saat panen

5. produksi per ha, dihitung bobot tongkol yang sudah dikonversi dari petak panen ke hektar.

(24)

24

3. BAHAN TANAM

1. Pendahuluan

Cara memperbanyak tanaman sangat banyak ragamnya. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada yang rendah. Hal ini sangat bergantung pada beberapa faktor, misalnya cara perbanyakan yang dipilih, jenis tanaman, wakru memperbanyak, keterampilan pekerja, dan sebagainya.

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif maupun vegetative. Perbanyakan vegetatif diperlukan untuk tanaman dan kultivar yang tidak menghasilkan biji secaara teratur atau tidak menghasilkan biji sama sekali. Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan organ vegetatif tanaman dan memungkinkan untuk dilakukan, sebab organ vegetatif dari beberapa tanaman mempunyai kemampuan bergenerasi, misalnya cabang, pucuk, daun umbi dan akar. Contoh dari perbanyakan vegetatif ialah stek, cangkok, okulasi, grafting, dan kultur jaringan. Perbanyakan tanaman dengan cara stek ialah perbanyakan dengan cara menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan atau bagian tanaman seperti akar, batang atau daun untuk menjadi tanaman baru.

Perbanyakan generatif merupakan usaha memperbanyak jumlah tanaman dengan biji yang terbentuk dari persatuan dua gamet (sel kelamin). Cara perbanyakan dengan biji telah umum dilakukan di berbagai Negara, baik digunakan untuk tanaman menyerbuk sendiri maupun tanaman menyerbuk silang.

Perbanyakan secara generatif mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan adalah:

a. Biji merupakan cara yang paling murah dalam pembiakan.

b. Pada keadaan penyimpanan yang cocok, biji dapat tetap mempunyai viabilitas dalam jangka waktu yang lama.

(25)

25

c. Pertumbuhan tanaman kuat, karena pola perakarannya dalam, sehingga lebih tahan terhadap kekeringan.

d. Masa hidup atau umur tanaman lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari pengembangan vegetatif.

Sedangkan kerugiannya adalah menghasilkan tanaman baru dengan sifat yang tidak sama dengan induknya. Bibit yang dikembangkan dari cara generatif memerlukan waktu yang lama untuk memasuki fase reproduktif.

2. Tujuan

Tujuan praktikum adalah :

1. Mahasiswa mempelajari, memahami dan mempraktekan cara perbanyakan tanaman secara vegetaif dan generatif.

3. Metode

3.1 Pelaksana Praktikum

Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan 3.2.1 Perlakuan

Perlakuan praktikum adalah :

a. Bahan Tanam Vegetatif (Perlakuan)

i. Stek batang (V1) : Krisan, nilam

ii. Stek daun (V2) : Sansiviera, cocor bebek

iii. Umbi/Corm/Rhizome (V3) : Bawang merah, gladiol

iv. Stolon (V4) : Stroberi

b. Bahan Tanam Generatif : jadi satu dengan materi media Tanam

(26)

26

3.2.2 Persiapan media tanam

Persiapan dilakukan dengan menyiapan media yang digunakan yaitu campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 3:1. Media dimasukkan dalam tempat pembibitan sebanyak 2/3 bagian.

3.2.3 Penanaman

Cara penanaman:

1. Stek batang dan daun:

 Bahan tanam dipotong 10 – 15 cm, pada bagian bawah dipotong miring 45 º, Stek ditancapkan ke media sedalam 3 – 5 cm.

2. Rhizome/Corm/Stolon:

 Bahan tanam di tanam pada media, kemudian bahan tan am ditutup dengan media.

3.2.4 Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman dilakukan setiap hari untuk menjaga kelembaban tanah.

3.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan ketika benih akan berkecambah, variable pengamantan adalah:

1. Persentase keberhasilan/stek hidup, dihitung dengan membandingkan bahan tanam yang hidup dengan jumlah bahan tanam.

2. Saat tumbuh tunas, di catat waktu bahan tanam tumbuh tunas

3. Panjang tunas (cm), diukur panjang tunas yang tumbuh dari bahan tanam

(27)

27

4. PEMUPUKAN PADA JAGUNG

1. Pendahuluan

Tanah sebagai media tumbuh tidak selamanya mampu mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman. Ketidakmampuan tanah untuk menyediakan unsur hara salah satunya dapat disebabkan o leh penanaman yang sama secara terus menerus pada lahan yang sama dan sisa-sisa hasil panen jarang sekali dikembalikan pada lahan tersebut. Kadang-kadang petani juga kurang melakukan pemupukan dalam melakukan usaha taninya. Pemupukan dengan pupuk anorganik merupakan salah satu cara untuk menambah unsur hara ke dalam tanah, sehingga tanah mampu mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Jumlah pupuk yang seharusnya diberikan pada tanaman berbeda-beda disetiap tempat. Oleh karena itu, usah penentuan dosis pupuk merupakan suatu langkah untuk mencapai tingkat efisiensi pemupukan. Selain itu, bertujuan menghindari pemberian berlebihan yang justru dapat merugikan.

Tanaman jagung tidak hanya membutuhkan nitrogen, tetapi juga unsur lainnya seperti phosphate dan kalium. Setiap fase pertumbuhan tanaman dibutuhkan sejumlah nutrisi tertentu bagi pertumbuhan optimumnya. Pengambilan unsur hara selama periode pertumbuhan suatu tanaman tidaklah sama banyaknya, hal ini bergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Kebutuhan unsur hara pada tanaman jagung paling banyak kira-kira 10 hari sebelum keluar malai sampai dengan 25-30 hari setelah keluar malai.

Pupuk dapat dibagi menjadi:

1. Pupuk Organik, yaitu pupuk yang berasal dari tanaman, kotoran hewan, seresah atau residu tanaman

2. Pupuk An-Organik yaitu pupuk yang dibuat oleh manusia dengan formulasi tertentu

(28)

28

Pupuk An-Organik

1. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu mahal per kg hara, mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai rekomendasi.

2. Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara manual, sekali aplikasi, tidak semua pupuk dapat dicampur, keseragaman campuran beragam, sulit untuk diterapkan untuk tanaman menghasilkan.

3. Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara utama, harga per kg hara mahal, sekali aplikasi, mudah disimpan, biaya aplikasi murah, sulit diterapkan untuk tanaman menghasilkan.

Contoh Pupuk An-Organik

1. Pupuk Tunggal

a. Urea, kandungan unsur hara N (46%)

b. Ammonium Nitrat (AN), kandungan unsure hara N (35%)

c. Sulphate of Ammonia (SOA - ZA), kandungan unsure hara N (21%) dan S (24%)

d. Rock Phosphate (RP), kandungan unsure hara P2O5 (30%) Ca (45%)

e. Triple Super Phosphate (TSP), kandungan P2O5 46% dan CaO 20%

f. Single Super Phosphate (SSP), kandungan P2O5 (18%), CaO (25%) dan S

(11%)

g. Muriate of Potash(MOP-KCl), kandungan K2O (60%)

Sumber Hara

Hara

Utama N P2O5 K2O MgO CaO B Cu S Cl 1. Pupuk Tunggal

- Single Super Phosphate

(SSP) P, Ca, S 18 25 11 - Muriate of Potash (MOP

- KCl) K, Cl 60 35 - Sulphate of Potash

(SOP-ZK) K, S 50 17 - Kieserite Mg, S 27 23

(29)

29 - Dolomit Mg, Ca 22 30 - Sulfur S 97 - Borate B 11 - Copper Sulphate (CuSO4.H2O) Cu 25 13 - Langbeinite K, Mg, S 22 18 22 2. Pupuk Majemuk - Diammonium Phosphate (DAP) N, P 18 46 - NPK (12-12-17-2) N,P,K,Mg 12 12 17 2 - NPK (15-15-6-4) N,P,K,Mg 15 15 6 4 - NPK (15-15-15) N,P,K 15 15 16

3. Sisa - sisa Tanaman

- Abu tandan kosong

K, Mg,

Ca 4 40 6 5 - Tandan kosong N, K < 1 0,1 1,2 0,1 0,1 - Pelepah hasil tunas an N, P, K 0,5 0,1 0,8 0,1 0,1 - Limbah cair Perkebunan

Kelapa Sawit N, K, Mg 0,4 0,2 1,3 0,4

Karakteristik Pupuk Urea dan ZA

Keterangan

Jenis Pupuk

Urea Z A

Kadar N (%) 42 - 46 21

Hara lain (%) - 24 % S

Kelarutan dalam air

(gr/ltr) 1.030 750

Reaksi agak masam masam

Higroskopisitas tinggi kurang

Pencucian/penguapan tinggi sedang

Ketersediaan mudah mudah

(30)

30

Karakteristik Pupuk Phosphate

Keterangan Jenis Pupuk RP-Gafsa RP-Maroco CIRP TSP SP-36 P2O5

(larut asam sitrat 2 %) 26,7 33,1 28 46 36

Hara Lain : - CaO (%) - Al2O3 + Fe2O3 (%) - S (%) 49,8 0,2 - 48,2 0,18 - 35,7 9,3 - 18,3 0 - - - 5 Kelarutan dalam air

( gr/ltr ) 0,125 - - > 99 - Reaksi Netral - basa Netral - basa Netral - basa Masam Agak masam Higroskopisitas - - - - - Kehalusan :  Mesh 80 (%)  Mesh 100 (%) 63 91 29 80 60 99 - - - -

Ketersediaan Mudah Mudah Mudah Tidak

tersedia Mudah

Karakteristik Pupuk ZK dan KCl/MOP

Keterangan

Jenis Pupuk

ZK MOP/KCl

Kadar K2O (%) 49 - 53 21

Hara lain (%) 18 % S 47 % Cl

Kelarutan dalam air larut larut

Reaksi netral netral

Higroskopisitas - -

Ketersediaan mudah mudah

(31)

31

Karakteristik Pupuk Magnesium

Keterangan

Jenis Pupuk

Kieserite Dolomit Dolomit - Lokal

Kadar MgO (%) 27 18 - 22 2,9 - 37,7

Hara lain (%) 22 % S 40 % CaO

0,9 - 48 % CaO 0,04 - 4,21 % Fe2O3 35 - 45 % SiO2

Kelarutan dalam air Agak sukar sukar -

Reaksi Agak masam Basa -

Higroskopisitas - - - Kehalusan - Bervariasi > 95 % (mesh 100) Bervariasi > 90 % (mesh 80)

Ketersediaan mudah mudah mudah

Pencampuran Beberapa Jenis Pupuk

Urea Z A R P SP-36 ZK MOP Kieserite Dolomit

Urea a N a a a N Z A N a N x x a R P a SP-36 a N a x a N ZK a x x a a a MOP a x a a a a Kieserite a Dolomit N a N a a a Keterangan :  a = Dapat dicampur

N = Pupuk dapat dicampur segera sebelum digunakan

x = Pupuk tidak dapat dicampur

(32)

32

2. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari macam pupuk anorganic 2. Kandungan dan formulasinya

3. Menghitung kebutuhan pupuk

4. Teknik aplikasi pada budidaya tanaman jagung manis

3. Metode

3. 1 Penghitungan kebutuhan pupuk tanaman jagung manis.

Rekomendasi kebutuhan pupuk anorganik untuk jagung manis adalah urea dengan dosis 300 kg/ha, SP-18 adalah 400 kg/ha, KCl 100 kg/ha. Hitunglah kebutuhan pupuk anorganik pertanaman apabila diasumsikan lahan yang terpakai untuk luasan drainase dan jalan ± 12,5 %.

Untuk SP-18 dan KCl diberikan sekaligus bersamaan dengan penanaman. Sedangkan pupuk urea diberikan 3 kali (bersamaan tanam 1/3 dosis) sisanya pada 21 hst dan 42 hst.

1. Kebutuhan pupuk urea per tanaman…gram 2. Kebutuhan pupuk SP-18 per tanaman…gram 3. Kebutuhan pupuk KCl per tanaman…gram

Hitung pula kebutuhan unsur N,P2O5 dan K2O pertanaman apabila digunakan dosis anjuran per hektar seperti yang tertera di atas.

1. Kebutuhan N per tanaman…gram. 2. Kebutuhan P2O5 per tanaman…gram 3. Kebutuhan K2O per tanaman…gram

a. Jika pupuk yang tersedia adalah pupuk majemuk NPK 100 kg dengan kadar 15:15:15, dan dosis pupuk yang digunakan mengacu pada dosis anjuran yang tersebut di atas. Maka, hitunglah apakah persediaan pupuk majemuk tersebut cukup untuk memupuk jagung

(33)

33

manis pada lahan seluas 1 ha? Jika kurang, berapa pupuk tunggal (Urea, SP-18, dan KCl) yang harus ditambahkan?

b. Selain ditanam di lahan, jagung manis juga bisa ditanam di polybag volume 5 kg. Dengan mengacu pada dosis anjuran yang tersebut di atas, hitunglah:

1. Kebutuhan pupuk Urea per polybag…gram 2. Kebutuhan pupuk SP-18 per polybag…gram 3. Kenutuhan pupuk KCl per polybag…gram

(34)

34

5. PENANGANAN PASCA PANEN PRODUK SAYURAN

1. Pendahuluan

Tanaman mempunyai waktu panen yang tidak sama, tergantung jenis tanaman dan kebutuhannya. Demikian juga dengan criteria panennya, beberapa tanaman ada yang dipanen bagian bunga, buah, batang, pucuk/tunas batang, umbi/akar dan bagian lainnya. Produksi pertanian sangat mudah mengalami kerusakan apalagi jika penanganan pra-panen dan pasca panennya tidak tepat. Mutu buah setelah panen tidak dapat diperbaiki tetapi dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama.

Produksi pertanian sebelum jatuh ke tangan konsumen sering kali mengalami masa tunggu, agar produk tersebut tidak cepat rusak. Perlu diketahui cara-cara yang tepat sebagai penanganan pasca panen agar kualitas dapat dipertahankan. Perlakuan pasca panen yang diberikan pada setiap produk pertanian berbeda-beda. Salah satu perlakuan pasca panen yang biasa diberikan pada hasil pertanian adalah pembungkusan dengan plastic atau pengemasan (wrapping). Pengemasan merupakan salah satu bidang kegiatan yang aktivitasnya menangani sayuran pasca panen untuk kemudian disiapkan menjadi satu produk sesuai dengan criteria yang diharapkan pelanggan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dipengemasan meliputi penerimaan, pembersihan, penyimpanan dan pengepakan. Pengemasan menggunakan bahan yang disebut dengan film plastic bertujuan: tampilan akan tampak bersih dan mewah, mengurangi penguapan yang berlebihan (mengurangi kehilangan air/mencegah dehidrasi) untuk memperpanjang shelf life, melindungi sayur dari kontaminasi. Dengan demikian akan dapat memperpanjang umur simpan komoditas sayuran, karena turunnya kandungan air akan menyebabkan kelayuan sayuran yang merupakan penyebab hilangnya kesegaran dan turunnya nilai ekonomis.

Selain dengan metode pengemasan, umur simpan sayuran dapat diperpanjang dengan metode penyimpanan yang benar. Penyimpanan

(35)

35

dilakukan pada ruang pendingin dengan temperature yang optimal sesuai dengan daya simpan (Shelf Life) sayuran tersebut. Untuk sayuran jenis dedaunan (kol, sawi putih, seledri, lettuce, selada dan lain-lain) biasanya disimpan pada ruang pendingin bertemperatur 4-7°C. sedangkan sayur-sayuran yang berjenis buah-buahan (tomat, paprika, daikon dan lain-lain) ditempatkan pada pendingin bertemperatur 7-10°C.

2. Tujuan

Praktikum adalah bertujuan :

1. Mahasiswa dapat mengetahui criteria panen tanaman

2. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami pengemasan dan penyimpanan beberapa jenis sayuran.

3. Mahasiswa dapat membandingkan umur simpan sayuran dengan teknik pengemasan dan penyimpanan yang berbeda.

3. Metode

3.1 Pelaksana Praktikum

Peserta praktikum adalah mahasiswa Agroekoteknologi dan Agribisnis

3.2 Metode Pelaksanaan 3.2.1 Perlakuan

1. Tanpa dikemas plastik, disimpan dalam suhu kamar 2. Dikemas plastik, disimpan dalam suhu kamar

3. Tanpa dikemas plastik, disimpan dalam lemari pendingin (kulkas) 4. Dikemas plastik, disimpan dalam lemari pendingin (kulkas)

Komoditi : Tomat, Bunga Kol, Wortel, Kacang kapri dan Selada keriting.

3.2.2 Pelaksanaan

1. Sayuran dikemas dengan sterofoam, kemudian dibungkus dengan plastis

(36)

36

2. Sayuran disimpan disuhu dingin sesuai dengan perlakukan selama 14 hari.

3.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap hari, variable pengamantan adalah: 1. Warna sayuran

2. kondisi sayuran 3. Aroma

(37)

37

6. DISPLAY PRODUK PERTANIAN

1. Pendahuluan

Praktikum Dasar Budidaya Tanaman yang berbobot 2 SKS diharapkan akan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam membentuk profil lulusan, khususnya di bidang pertanian. Pada materi praktikum ini akan digali potensi dan kreatifitas mahasiswa yang kemungkinan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut atau pengabdian kepada masyarakat.

Display atau Pameran Produk Pertanian merupakan rangkaian kegiatan dalam praktikum Dasar Budidaya tanaman yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memamerkan ide-ide, kreatifitas atau keterampilannya yang terkait dengan proses produksi pertanian (mulai tanam hingga panen dan pasca panen). Dengan demikian, praktikan diarahkan untuk memiliki keberanian dan kemampuan untuk memulai berpartisipasi menangani masalah atau menemukan ide baru dalam proses produksi pertanian.

2. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk memacu dan mengembangkan ide serta daya kreatifitas mahasiswa terhadap proses produksi pertanian (mulai tanam hingga panen dan pasca panen). Selanjutnya mahasiswa dapat mengembangkan idenya dalam forum yang lebih luas.

3. Pelaksanaan

a. Kelompok sesuai dengan kelompok praktikum, selanjutnya tentukan tema. Dalam kegiatan ini, praktikan dipersilakan diskusi dengan asisten masing-masing.

b. Setiap kelompok hanya diberikan kesempatan untuk memamerkan satu ide/tema, tetapi boleh lebih dari satu komoditi, namun tetap dalam satu tema.

(38)

38

d. Siapkan materi yang akan dipamerkan. Waktu pajang hanya 3 (tiga) hari. Setelah itu produk boleh dijual atau dibagi.

e. Selama waktu pajang berlangsung, tim juri akan melakukan penilaian. f. Setiap kelompok yang berpartisipasi dalam kegiatan ini akan mendapat

nilai, bagi kelompok yang tidak berpartisipasi tidak mendapat nilai (kosong).

g. Tiga (3) kelompok yang mendapat skor nilai tertinggi akan mendapatkan reward.

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan adanya konvergensi IFRS, konsep konservatisme kini digantikan oleh prudence , yang dimaksud dengan prudence dalam IFRS adalah pengakuan pendapatan

Oleh sebab itu dilakukan penelitian mengenai analisis waktu antar kerusakan mesin dan mengusulkan penjadwalan preventive maintenance (replacement) age terhadap mesin electric

dengan skripsi ini, penelitian yang akan penulis analisis adalah mengenai konflik batin tokoh utama drama My Boss My Hero, dimana perbedaan antara persona dan konflik

Dimana, pemerintah Yaman sendiri tidak mampu melindungi rakyatnya dan melainkan melakukan tindak kekejaman pada rakyatnya, DK PBB selaku badan perdamaian dari

Berdasarkan hasil penelit ian dari beberapa dimensi alasan prokrastinasi akademik yang ada, lima a lasan mulai dari yang tertinggi dalam mela kukan prokrastinasi akademik

Menurut Nurfaridah, (2005) manfaat fungsional dari bunga rosella karena mengandung kadar zat anti oksidan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kumis kucing dan bunga knop

yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas dengan. menggunakan data Laporan Keuangan Perusahaan untuk kurun waktu 3

Internal controls in the company are monitored by the senior accountant, although detailed review is assumed to be carried out by the external auditors; SGCC does not have an