ii
PENGEMBANGAN KARAKTER RELIGIUS
MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PRAMUKA DI SMAN 1 PABELAN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
HANIF NURCAHYA AGUSTIAN
NIM.111-14-207
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vi
MOTTO
اَمَّنِإَف َدَهاَج ْنَم َو
هِسْفَنِل ُدِهاَجُي
"
Barang siapa yang bersungguh sungguh, sesungguhnya
kesungguhan tersebut untuk kebaikan dirinya sendiri
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Bundaku tercinta, Siti Munawaroh yang selalu dengan sabar mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk buah hatinya.
2. Adikku tersayang Tsani Azkia Putri dan juga keluarga yang selalu memberi dukungan sehingga terselesainya skripsi ini dengan lancar.
3. Untuk sahabat pramuka di SMA N 1 Pabelan yang selalu mendukung dengan sepenuh hati.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup
para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang lurus.
Skripsi yang berjudul “Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Pada Peserta Didik SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten
Semarang Tahun Ajaran 2018/2019” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
ix
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Ibu Djamiatul Islamiyah, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam meningkatkan prentasi
akademis.
5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama
kuliah hingga menyelesaikan skripsi.
7. Bapak Drs. Tri Ajar Suprapto Al Kusworo, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri
1 Pabelan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di
SMA Negeri 1 Pabelan.
8. Ibu Endah Mulyati, SE selaku Kepala bagian Tata Usaha SMA Negeri 1
Pabelan yang telah melayani dengan sepenuh hati dalam memenuhi
administrasi yang dibutuhkan penulis.
9. Ibu Miftah Nindya Rahmawati, S.Pd, M.Pd. selaku Waka Kurikulum SMA
Negeri 1 Pabelan yang telah melayani dan memberikan kepercayaan
kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Pabelan.
10.Bapak/Ibu Pembina Pramuka di SMA Negeri 1 Pabelan yang telah
x
11.Anggota Pramuka di SMA Negeri 1 Pabelan yang bersedia meluangkan
waktu untuk menjadi objek penelitian.
12.Ibuku tercinta Ibu Siti Munawaroh yang selalu dengan sabar
mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus
xi ABSTRAK
Agustian, Hanif Nurcahya. 2018. Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMAN 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Jaka Siswanta,M.Pd.
Kata Kunci: Pengembangan Karakter Religius, Ekstrakurikuler Pramuka.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui dalam mengembangkan budaya religius melalui orientasi kegiatan pramuka pada peserta didik agar dapat mempersiapkan generasi yang berkualitas keimanannya. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengembangan karakter religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka Pada Peserta didik SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018/2019. (2) Untuk mengetahui metode dalam pengembangan karakter religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka Pada Peserta didik SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018/2019. (3) Untuk mengetahui kendala dalam pengembangan karakter religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka Pada Peserta didik SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018/2019.
Bentuk penelitian yang berjudul “Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Pada Peserta didik SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018/2019” adalah jenis penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, teknik pengambilan data melalui observasi, instrumen wawancara, dan dokumentasi.
xii DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO...i
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ...viii
ABSTRAK ...xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Kajian Terdahulu ………... 13
xiii BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengembangan Karakter Religius... 16
1. Pengertian Pendidikan Karakter ………... 16
2. Fungsi Pendidikan Karakter ... 17
3. Pengertian Religius………...…...……….... 17
B. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka...…..………... 22
1. Pengertian Pendidikan Kepramukaan………...……... 22
2. Fungsi Pendidikan Kepramukaan ……..…..…... 24
3. Prinsip Pendidikan Kepramukaan….………...……….... 24
4. Metode Pendidikan Kepramukaan…...……… 26
5. Kode Kehormatan…………...……… 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………….……….. 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 38
C. Sumber Data 1. Data Primer ... 38
2. Data Sekunder ………..……….…….. 39
D. Prosedur Pengumpulan Data ………. 39
E. Analisis Data ………. 42
F. Pengecekan Keabsahan Data ………. 43
xiv BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data... 46 1. Sejarah SMA Negeri 1 Pabelan…... 46
2. Hasil Penelitian...…….……....…... 57
a. Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan
Ektrakurikuler Pramuka……….. 58
b. Metode Dalam Pengembangan Karakter Religius
Melalui Kegiatan Ektrakurikuler Pramuka…..……. 67
c. Kendala Dalam Pengembangan Karakter Religius
Melalui Kegiatan Ektrakurikuler Pramuka……….... 71
B. Analisis Data………. 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………..……..………….……….. 83 B. Saran ………...………... 85 DAFTAR PUSTAKA... 87
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Kondisi Guru menurut Golongan dan Ijazah ... 49
Tabel 4.2 Daftar Menurut Pembagian Tugas Mengajar ... 50
Tabel 4.3 Daftar Kondisi Karyawan ... 50
Tabel 4.4 Daftar Data Peserta didik ( 5 Tahun terakhir)………... 51
Tabel 4.5 Data Angka mengulang peserta didik ( 5 tahun terakhir ) ... 51
Tabel 4.6 Data Keadaan Peserta didik ( 5 Tahun ) ... 51
Tabel 4.7 Jumlah Peserta didik ... 52
Tabel 4.8 Sarana dan prasarana ... 52
Tabel 4.9 Prestasi Peserta didik bidang akademik... 54
Tabel 4.10 Prestasi Peserta didik Bidang Non Akademis ... 55
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karakter religius di Indonesia belakangan ini semakin diharapkan
sebagai salah satu wadah pembinaan watak untuk anak bangsa. Nampaknya, gerakan pendidikan karakter yang marak sekarang ini tidak
lepas dari keprihatinan semua komponen bangsa ini yang menilai bahwa karakter bangsa ini semakin memudar. Sistem pendidikan dilihat seakan-akan tak mampu menjadi alat untuk mencetak anak bangsa Indonesia yang
cerdas baik secara spiritual, sosial, maupun intelektual. Pendidikan yang dilalui oleh sejumlah masyarakat hanya sebagai pusat perhatian yang perlu
diperbaiki. Mulai dari melahirkan pribadi-pribadi unggul, yang jujur, bertanggung jawab, berakhlak mulia serta humanis.
Indonesia merupakan negara yang terus-menerus berupaya menyempurnakan sistem pendidikannya, selalu memperbaharui berbagai kebijakan dan perundang-undangan sistem pendidikan nasionalnya. Yang
dimana hal itu dapat dilakukan agar pendidikan di Indonesia mampu menjadi agen dalam perubahan kemajuan dan negara tetap berlandaskan
pada prinsip antara aspek jasmani dan rohani, aspek spiritual bahkan untuk mencapai kesejahteraan sebagaimana penjelasan dari jurnal karya Wahyudhiana (2018: 1) sebagai berikut:
2
Dengan demikian, mengembangkan sistem pendidikan dalam kompleksitas yakni harapannya dapat bersifat menyeluruh. Seperti halnya
adanya pengembangan karakter religius melalui kegiatan orientasi pramuka juga mampu menghasilkan nilai budaya religius yang
kompleksitas kepada peserta didik.
Dalam suatu perubahan untuk mewujudkan sistem pendidikan
nasional di Indonesia, perlu adanya isi wadah dalam pendidikan yakni pendidikan karakter. Selain itu, pembinaan akhlak mulia terhadap peserta didik sangsat diutamakan dalam hal ini adalah seluruh warga negara yang
mengikuti proses pendidikan.
Lembaga Pendidikan memerlukan adanya pengembangan karakter,
terutama pembentukan moral peserta didik yang harus ditopang melalui pendidikan karakter religius. Jika dipandang beberapa pihak lembaga sekolah yang memerlukan sistem pengembangan karakter religius tersebut,
memang patut untuk menjadi perhatian dan sebagai sarana dalam perubahan moral peserta didik. Dengan demikian, sarana tersebut menjadi
penopang untuk peserta didik yang membutuhkan pembentukan moral yang paling utama dengan melalui pendekatan karakter religius. Menurut
Eti hikmawati (2015: 68)
:
3
Dengan demikian, dalam upaya untuk mencapai suatu kualitas
yang baik sistem pendidikan harus saling terhubung antara beberapa elemen. Salah satunya dalam kurikuler yang tidak terlepas dari guru, pembina, dan peserta didik. Dalam hal ini pemerintah berusaha menjawab
tantangan yang sedang di alami oleh bangsa ini dengan mengeluaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pendidikan Nasional bertujuan: “Untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 3).
Pendidikan karakter religius sebagai pembentukan akhlak yang mencakup iman dan takwa. Oleh karena itu, nilai religus memiliki peran
yang sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan perlu ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Agama menjadi pemandu dalam upaya
mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat, menyadari pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi
4
Dengan demikian lingkungan sekolah memiliki ekstrakurikuler
yang merupakan salah satu perangkat operasional (supplement dan complements) dalam kurikulum sekolah. Banyak ragam kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat diselenggarakan oleh sekolah, baik wajib atau
pilihan. Dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan kepramukaan sebagai
kegiatan ekstra wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam arti ekstrakurikuler harus diikuti oleh semua peserta didik.
Tujuan dari Gerakan Pramuka adalah membentuk setiap angggota
pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia,
mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup. Tujuan dari Gerakan Pramuka sejalan dengan fokus pendidikan karakter yang menjadi program utama Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam UU No. 12
tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, disebutkan Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan yang mempersiapkan anggotanya untuk mempunyai karakter bangsa sesuai dengan dasa darma dan tri satya.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua dari lingkungan
5
karakter religius, yakni memberikan wadah non formal untuk peserta didik
agar dapat berproses, berlatih mandiri, disiplin dan mengedepankan akhlak moral yang baik. Salah satu kegiatan non formal yang ada di SMA Negeri 1 Pabelan yaitu, kegiatan ekstrakurikuler pramuka sebagai wadah dalam
pembentukan karakter religius. Di sebabkan, lingkungan sekolah yang memiliki peserta didik dengan latar belakang mulai dari kondisi keluarga,
ekonomi bahkan kondisi rohani yang lemah. Hal tersebut mengakibatkan efek yang buruk bagi peserta didik seperti, perkelahian, kenal dengan minuman keras, melakukan seks bebas, meninggalkan kelas tanpa ijin,
merokok di kantin, dan meninggalkan kewajiban dalam beribadah.
Dengan demikian, pihak sekolahan berupaya keras dalam
menanggulangi peserta didik yang kurang adanya kontrol dari pihak keluarga. Dengan adanya pengembangan karakter religius melalui
Ekstrakurikuler pramuka yang diwajibkan pada peserta didik kelas 1 dan 2, diharapkan sebagai sarana baik dalam berproses dan mampu mengontrol bahkan menumbuhkan karakter religius pada peserta didik. Untuk itu, dari
dasar pemikiran di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan peneliti tuangkan dalam skripsi yang berjudul``Pengembangan
Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN
6 B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan karakter religius melalui kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1 Pabelan Kabupaten Semarang tahun ajaran 2018/2019?
2. Bagaimana metode dalam pengembangan karakter religius melalui
kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1Pabelan Kabupaten
Semarang tahun ajaran 2018/2019?
3. Apa kendala dalam pengembangan karakter religius melalui kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1Pabelan Kabupaten Semarang
tahun ajaran 2018/2019? C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengembangan karakter religius melalui kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1 Pabelan Kabupaten Semarang
tahun ajaran 2018/2019!
2. Untuk mengetahui metode dalam pengembangan karakter religius
melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1 Pabelan
Kabupaten Semarang tahun ajaran 2018/2019!
3. Untuk mengetahui kendala dalam pengembangan karakter religius
7 D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk terus menumbuhkan karakter religius dalam
mewujudkan budaya islam di sekolah. 2. Bagi Guru PAI
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan semangat Guru PAI untuk saling membantu dengan pembina pramuka dalam menumbuhkan karakter religius bagi peserta didik.
3. Bagi Peserta didik SMAN 1 Pabelan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memudahkan peserta didik SMA
Negeri 1 Pabelan dalam menerapkan dan menumbuhkan budaya religius di sekolah serta pihak sekolah ikut andil membantu
pengontrolan peserta didik dari pengaruh buruk. E. Penegasan Istilah
1. Pengembangan karakter religius melalui kegiatan ekstrakurikuler
pramuka
Menurut Abdul Rahman Shaleh (2006:133) mengatakan
8
Menurut Riandini (2015:82) dalam pengembangan karakter
religius terdapat beberapa kegiatan pramuka penegak. Berikut ini kegiatan sebagai penunjang kualitas pramuka penegak:
1) Pindah golongan
2) Pelantikan penegak, penegak bantara dan laksana 3) Gladian pimpinan sangga (DIAPINSA)
4) Raimuna (Raver Moot)
5) Perkemahan wirakarya (Community Development Camp)
6) Perkemahan Bhakti (sama dengan perkemahan wirakarya
tetapi merupakan acara satuan karya)
7) Jamboree On The Air (JOTA) dan Jamboree On The Intermet
(JOTI).
Jadi Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Pramuka mencakup beberapa indikator yaitu: 1) Kegiatan Pindah golongan artinya pengukuhan dari golongan
pramuka penggalang ke golongan pramuka penegak sesuai
kebutuhan dan umur golongan masing-masing yakni, golongan siaga 07-10, penggalang 11-15, dan penegak 16-20.
2) Kegiatan pelantikan penegak bantara dan laksana yakni
kegiatan pengukuhan yang berdasarkan adanya upaya peserta didik dalam meningkatkan kualitas diri dalam tingkatan
9
Tingkatan Bantara atau tingkatan Laksana. Salah satu bentuk
kualitas diri bagi peserta didik yakni mampu mengembangkan karakter religius bagi peserta didik, melalui penyelesaian SKU (Syarat Kecakapan Umum) Bantara yang terdapat beberapa
poin dalam uji SKU, salah satunya pada poin nomor 1 yakni Agama Islam yang berisi: dapat menjelaskan makna Rukun
Iman dan Islam, Mampu menjelaskan makna sholat berjamaah dan dapat mendirikan sholat sunah secara individu, mampu menjelaskan makna berpuasa,mengurus jenazah, zakat dan
menghafal hadits dan cakupan tentang syariat Islam maupun Muamalah. Sebaliknya dengan SKU Bantara yang berbeda
dengan SKU Laksana dalam tingkatan pencapaian poin nomor 1 lebih tinggi dalam praktik yang bertujuan dapat
mengembangkan karakter religius peserta didik.
3) Melalui kegiatan Gladian Pimpinan Sangga (DIANPINSA)
merupakan kegiatan langkah awal bagi peserta didik agar
mampu melatih diri untuk di bina melalui pendidikan kepramukaan sesuai metode dan prinsip gerakan pramuka dan
salah satu langkah dalam meningkatkan ketakwaan, seperti melaksanakan sholat lima waktu.
4) Melalui kegiatan pramuka yang bersifat umum dan ranah
10
kreatif dan kritis terhadap perkembangan sekarang, sehingga
menjadi pribadi yang memiliki sosial humanis tinggi dalam bergaul. Yakni mencakup kegiatan yang disebut: Raimuna (Rover Moot), Perkemahan Wirakarya (Communit
Development Camp), Perkemahan Bhakti, dan kegiatan Jambore.
2. Metode dalam pengembangan karakter religius melalui kegiatan
ekstrakurikuler pramuka
a. Pembentukan karakter melalui guru
Menurut Doni Koesoema A. (2009:134) guru sebagai pendidik karakter adalah perilaku dan sikap-sikap sehari-hari
merupakan praktis moral yang menyampaikan nilai khusus terhadap peserta didik. Perilaku dan sikapguru sehari-hari
merupakan praktis moral yang menyampaikan nilai khusus terhadap peserta didik.
b. Pembentukan karakter melalui pembina pramuka
Dalam pelaksanaan membentuk karakter di antara menciptakan 10 dasadarma (pramuka) yang bisa membentuk
karakter peserta didik :
1) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia 3) Patriot yang sopan dan kesatria
11 5) Rela Menolong dan tabah
6) Rajin, terampil dan gembira 7) Hemat, cermat, dan bersahaja
8) Disiplin Berani dan setia
9) Bertanggungjawab dan dapat dipercaya 10) Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Jadi metode dalam Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka mencakup beberapa indikator yaitu:
1) Pemberian nasihat kepada peserta didik melalui guru PAI dalam
beribadah kepada Allah SWT.
2) Pihak sekolah dan pembina pramuka memberikan contoh
kepada peserta didik tentang disiplin waktu beribadah kepada
Allah SWT, dan ikut andil dalam setiap kegiatan, terutama dalam hal amal dan peduli sosial sebagai wujud nyata pramuka. 3) Pembina pramuka mengemban dari sistem among yang menjadi
contoh bagi peserta didik, khususnya dalam hal kebaikan yakni: di dalam jadwal kegiatan pramuka sudah dicantumkan waktu
sholat, mengupayakan sholat berjamaah dengan anggota pramuka dan pemberian nasihat-nasihati tentang akhlak baik, dan Melatih anggota pramuka dalam action dimasyarakat,
12
3. Kendala dalam pengembangan karakter religius melalui kegiatan
ekstrakurikuler pramuka
Pendidikan kepramukaan secara luas diartikan sebagai proses pembinaan yang berkesinambungan bagi kaum muda. Pada
pelaksanaan pendidikan kepramukaan terdapat bidang pendidikan yakni, peningkatan mutu mental, moral, spiritual, emosional, sosial,
intelektual dan fisik. Dan selain itu, aspek dalam kegiatan pengembangan ada bina diri, bina satuan, dan bina masyarakat. Dalam hal tersebut, terdapat kendala yang terhambatnya proses
pengembangan adanya kurang pembinaan diri baik internal maupun ekstrenal pada peserta didik dan banyak faktor pengaruh dari
lingungan luar sekolah.
Jadi faktor yang menjadi kendala dalam Pengembangan
Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka mencakup beberapa indikator yaitu:
1. Dalam kegiatan pindah golongan yakni dengan keadaan peserta
didik yang belum bisa mengatur diri dan waktu, sehingga untuk menempuh poin dalam SKU terhambat dengan hal tersebut.
2. Kurangnya pembinaan dari pembina menjadi hambatan bagi
peserta didik dalam perkembangan pola mekanisme di dalam ranah pendidikan di pramuka.
3. Dalam pengaturan jadwal program kerja pramuka penegak yang
13
dan keadaan peserta didik juga menjadi penghambat dalam
pelaksanaan kegitan.
4. Pengondisian terhadap peserta didik yang perlu diperhatikan dalam
setiap kegiatan.
5. Dalam kegiatan luar sekolah atau partisipasi kegiatan baik tingkat
daearah maupun nasioanl, perlu ditingkatkan relasi antara pembina
dengan pembina lain dan bahkan antar anggota pramuka yang lain. Hal itu bertujuan dengan tercapainya komunikasi dalam setiap kegiatan yang ada pada tiap tahun.
F. Kajian Terdahulu
Kajian pustaka digunakan untuk memperkaya wawasan peneliti
tentang tema yang bertujuan untuk menghindari duplikasi dalam penelitian. Dalam penelitian ini kajian pustaka bersumber dari jurnal, skripsi, buku
teks, makalah dan terbitan resmi dari pemerintah.
Penelitian oleh Romli yang berjudul ”Peran Kepramukaan Mengembangkan Bakat Kepemimpinan Siswadi SMP Citra Nusantara”. Hasil dari skripsi ini terkandung bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka dapat mengembangkan bakat kepemimpinan siswa.
Penelitian oleh Fatikhatus Sakdiyah yang berjudul “Pendidikan Agama Islam pada Anak Sopir Angkot(Studi Kasus Sopir Angkot Trayek Bringin-Salatiga)Tahun 2017. Hasil dari skripsi ini terkandung bahwa
14
menginginkan anaknya menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan
berprestasi.
Dalam penelitian oleh Syarif Anam Muhammad yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Peserta didik di Man Salatiga Tahun 2013”. Hasil dari skripsi ini terkandung dalam kegiatan ektrakurikuler peserta didik di Man Salatiga yang terdapat
nilai-nilai pendidikan karakter.
Dengan demikian dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Romli, Fatikhatus Sakdiyah dan Syarif terdapat persamaan dengan skripsi
peneliti yakni sama dalam upaya pengembangan pada sikap peserta didik. Dan terdapat perbedaannya baik objek maupun subjek penelitian, selain
itu terdapat perbedaan hasil Romli dengan peneliti yakni mengembangkan sikap kedisiplinan pada peserta didik. Hasil skripsi Fatikhatus Sakdiyah
berbeda dengan hasil peneliti yakni dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada peserta didik. Sedangkan skripsi dari Syarif penanaman nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik.
G. Sistematika Penulisan
Dalam memahami skripsi ini penulis perlu memberikan urutan
penulisannya, adapun tata urutannya sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan istilah, kajian penelitian
15
Bab II Landasan Teori berisi pendidikan kepramukaan dan karakter
religius.
Bab III Metode Penelitian berisi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV Paparan Data dan Analisis berisi paparan data, konsep dan
peran Pendidikan Kepramukaan Dalam Menumbuhkan Karakter Religius Melalui Ekstrakurikuler Pramuka Di SMA Negeri 1 Pabelan dan faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan
Dalam Menumbuhkan Karakter Religius Melalui Ekstrakurikuler Pramuka. Bab V Penutup berisi Kesimpulan dan saran-saran
Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran
16 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengembangan Karakter Religius
1. Pengembangan Karakter
Pengembangan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Pengembangan adalah kegiatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk
meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.
Jadi, pengembangan karakter merupakan suatu proses yang dijalankan dengan tujuan dapat memberikan perubahan semua komponen kemampuan yang lebih baik kepada peserta didik. Untuk itu
dalam pengembangan terdapat penekanan terhadap substansi, yaitu tentang pendidikan karakter dan fungsi pendidikan karakter.
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Doni Kusuma adalah sebuah gaya, sifat, ciri, maupun karakteristik yang dimiliki seseorang yang berasal dari
pembentukan atupun tempaan yang didapatkannya melalui lingkungan yang ada di sekitar. Pendidikan karakter adalah suatu
17
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil (Wiyani, 2012:3)
b. Fungsi Pendidikan Karakter
Dalam Zuchdi sebagaimana dikutip oleh (Pemerintahan Republik Indonesia, 2010:5-7) menjelasakan tentang Fungsi
kebijakan pendidikan karakter adalah sebagai berikut: (1) pengembangan potensi dasar, agar: ``berhati baik, berfikir baik dan berperilaku baik``. (2) perbaikan perilaku yang kurang baik dan
penguatan perilaku yang sudah baik. (3) penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. Ruang lingkupnya
meliputi: keluarga, satuan pendidikan, pemerintahan, masyarakat sipil, masyarakat politik, dunia usaha dan industri,dan media masa.
Ini menunjukkan bahwa elemen masyarakat diminta berpartisipasi dalam gerakan pembangunan bangsa. Dalam hal ini, satuan pendidiakan, terutama pendidikan formal sangat sentral posisi dan
peranannya. 2. Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
18
keagamaan). Nilai religius merupakan nilai krohanian tertinggi dan
mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia (Sulisman dan Sudarsono, 1994: 198).
Dimensi nilai-nilai religius di antaranya, dimensi kayakinan
atau akidah dalam Islam menunjukkan pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran agamanya, terutama
terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam keislaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan mereka serta qadha’ dan qadar.
Penanaman nilai-nilai religius tidak hanya untuk peserta didik
tetapi juga penting dalam rangka untuk memantabkan etos kerja dan etos ilmiah bagi tenaga kependidikan di Sekolah, agar dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik. Selain itu juga agar tertanam dalam jiwa tenaga kependidikan bahwa memberikan pendidikan dan pembelajaran pada peserta didik bukan semata-mata
bekerja untuk mencari uang, tetapi merupakan bagian dari ibadah. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran Q.S. Asy-Syam:8-10,
19
Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S. Asy-Syam:8-10)( Departemen Agama RI, 2000: 476).
Ayat di atas menunjuk kepada sesuatu yang dapat mengakibatkan kefasikannya dan ketakwaannya, lalu menjelaskan
kepada manusia tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Sungguh berbahagialah orang yang menyucikan jiwanya dengan menaati-Nya.
Ancok dan Suroso (1995:165) mengatakan bahwa dalam Islam, dimensi ini dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan atau
perilaku yang baik sebagai amalan sholeh sebagai muslim, yaitu meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, mensejahterakan dan menumbuh kembangkan orang lain, menegaskan
kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak
menipu, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam dan sebagainya. Dan dalam
menjalankan keimanan harus sesuai dengan aqidah masing-masing, seperti yang diungkapkan Baidhawy, Zakiyuddin (2014: 291) :
hukum-20
hukum Islam dan belajar bahasa Arab, mahasiswa Kristen
mempelajari ajaran keselamatan melalui Yesus, dan sebagainya”.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam pendidikan agama memiliki jalur tersendiri dalam pencapaiannya. Dan yang paling utama
bagi bangsa Indonesia dapat menumbuhkan sikap toleransi dengan empat pilar bangsa yang merupakan nilai budaya dan budaya aqidah bangsa harus dijadikan landasan atau dasar ideal pendidikan karakter
setelah nilai agama di atas, yakni: a. Pancasila
b. Undang-Undang Dasar 1945
c. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
d. Bhinneka Tunggal Ika
Menurut Wahyudhiana (2018: 1) pendidikan adalah faktor utama untuk meningkatkan harga bangsa, sehingga semua negara di
dunia sangat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan untuk memenuhi lebih banyak kompleksitas kehidupan. Menurut Glock &
Stark dalam Widiyanta, ada lima dimensi religiusitas, yaitu: a. Religious practice (the ritualisctic dimension) / Aspek Islam
b. Religious belief (the ideological dimension) / Aspek Iman c. Religious knowledge (the intellectual dimension) / Aspek Ilmu d. Religious feeling (the experiental dimension) / Aspek Ikhsan
21
Lima poin aspek dimensi di atas merupakan indikator inti dari
karakter religius yang hendak peneliti jadikan sebagai fokus penelitian selain 10 Poin Dasa Dharma.
Dengan demikian dapat disimpukan menurut pendapat Ari
Widiyanta (2005, 78-84) dalam Glock dan Stark membedakan beberapa dimensi religiusitas yakni:
a. Dimensi Iman
Mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, malaikat, kitab-kitab, nabi, mukjizat, hari akhir dan adanya setan serta takdir
baik dan buruk. b. Dimensi Islam
Sejauh mana tingkat frekuensi, intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang. Dimensi ini mencakup pelaksanaan shalat, zakat,
puasa dan haji. c. Dimensi Ihsan
Mencakup pengalaman dan perasaan tentang kehadiran
Tuhan dalam kehidupan, ketenangan hidup, takut melanggar perintah Tuhan, keyakinan menerima balasan, perasaan dekat
dengan Tuhan dan dorongan untuk melaksanakan perintah agama. d. Dimensi Ilmu
Seberapa jauh pengetahuan seseorang tentang agamanya,
22
Meliputi bagaimana pengamalan keempat dimensi di atas yang
ditunjukkan dalam perilaku seseorang. Dimensi ini menyangkut hubungan manusia dengan manusia dan dengan lingkungan alamnya.
B. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka
Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka merupakan wadah dalam
pembentukan dan pengembangan karakter, baik moral maupun akhlak baik dalam perilaku siswa. Dengan hal ini perlu adanya mengupas tentang, Pendidikan Karakter Kepramukaan, Fungsi Pendidikan Karakter, Prinsip
Pendidikan Karakter, Sistem Among, Metode Dan Kode Kehormatan. 1. Pengertian Pendidikan Kepramukaan
Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka yang pada dasarnya merupakan suatu gerakan kaum muda, suatu
wadah di mana mereka bisa memperlihatkan kemampuan mereka sendiri, bisa berkesperimen, dan menemukan berbagai hal melalui kegiatan-kegiatan yang mereka nikmati, dan bisa menempatkan diri
mereka di antara kaum muda lainnya, maupun di antara orang dewasa (Kusumanti, 2008: 13). Sedangkan menurut (Riandini, 2015:8)
Kepramukaan juga didefinisikan sebagai: a. Suatu gerakan pendidikan
b. Suatu proses pendidikan
23
d. Kegiatan yang bertujuan untuk membentuk komunikasi antara
pembina dan peserta didik.
Pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan yang praktis, di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga
yang dilakukan di alam tebuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenankan, sehat, teratur dan terarah dengan
menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepamukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak kepribadian dan akhlak mulia (Riandini, 2015:11).
Selama ini istilah Gerakan Pramuka, pendidikan kepramukaan, dan Pramuka digunakan secara rancu, sehingga mengaburkan
pengertian sebenarnya.
a. Gearakan Pramuka adalah nama organisasi pendidikan di luar
sekolah dan di luar keluarga yang menggunakan Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan. b. Pendidikan kepramukaan adalah nama kegiatan anggota Gerakan
Pramuka.
c. Pramuka adalah anggota Gerakan Pramuka yang terdiri dari
anggota muda yaitu, peserta didik siaga, Penggalang, Penegak, Pandega, dan anggota dewasa yaitu Pembina Pramuka, Pembantu pembina pramuka, Pelatih Pembina Pramuka, pembina profesional,
24
(GERAKAN PRAMUKA KWARTIR DAERAH 11 JAWA
TENGAH, 2011:25).
2. Fungsi Pendidikan Kepramukaan
a. Sebagai sebuah game (permainan) yang digunakan sebagai sarana
pendidikan berupa kegiataan yang menarik, menyenangkan dan mengandung nilai-nilai pendidikan bagi kaum muda.
b. Sebgai sebuah pengabdian, yaitu kegiatan yang membutuhkan
tanggung jawab dan jiwa bagi orang dewasa dengan keihklasan demi pencapaian tujuan organisasi.
c. Sebagai alat pencapaian tujuan, yaitu alat untuk membentuk
manusia berkualitas tinggi, sebagai pelengkap pendidikan di
sekolah dan keluarga. Sebagai alat untuk mencapai tujuan, maka kegiatan dalam kepramukaan harus diprogramkan, direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi (Riandini, 2015:9). 3. Prinsip Pendidikan Kepramukaan
a. Prinsip Dasar Keprumakaan adalah:
1) Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam
seisinya
3) Peduli terhadap diri pribadi
4) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka
b. Prinsip Dasar Keprumakaan sebagai norma hidup sebagai anggota
25
setiap peserta didik melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri
pribadi dengan bantuan para pembina, sehingga pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggung jawab peserta
keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
c. Pada hakikatnya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib menerima
Prinsip Dasar Kepramukaan, dalam arti:
1) Menaati perintah tuhan yang maha Esa dan menjauhi
larangan-Nya serta beribadah sesuai tatacara dari Agama yang dipeluknya.
2) Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan
lingkungan sosial, memperkokoh persatuan, serta, menerima
Kebinekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3) Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar
bdapat menunjang dan memberikan kenyamanan dan
kesehjateraan hidup dan karenanya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib peduli terhadap lingkungan hidup dengan cara
menjaga, memelihara dan menciptakan kondisi yang lebih baik. 4) Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup
bersama berdasarkan prinsip peri-kemanusiaan yang adil dan
26
5) Memahami prinsip diri pribadi untuk dikembangkan dengan
cerdas guna kepentingan masa depanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Riandini, 2015:12).
Pada dasarnya Prinsip Dasar Kepramukaan tidak terlepas dari
kode kehormatan, yang paling utama adalah iman dan taqwa kepada Tuhan. Karena termasuk salah satu cara menumbuhkan akhlak
seseorang.
4. Metode Pendidikan Kepramukaan
Metode Kepramukaan adalah suatu cara memberikan
pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang
progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, melalui aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial,
intelektual dan fisik, baik bagi individu maupun sebagai anggota masyarakat maka dibutuhkan suatu metode/ketentuan khusus yang disebut Metode Kepamukaan.
Metode kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan yang keterkaitan keduanya terletak
pada pelaksanaan Kode Kehormatan Pramuka. PDK (Prinsip Dasar Kepramukaan) harus dilaksanakan secara terpadu, keduanya harus berjalan seimbang dan saling melengkapi. Setiap unsur pada Metode
27
saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan
kepramukaan.
Metode kepramukaan merupakan salah satu cara belajaar interaktif progresif melalui:
a. Pengalaman Kode Kehormatan Pramuka, antara lain melalui: 1) Ibadah sesuai agama masing-masing
2) Suka menolong dan tidak mudah putus asa 3) Menepati janji dan jujur
b. Belajar sambil melakukan, antara lain dengan cara: 1) Sebaenyak mungkin melakukan praktik praktis
2) Lebih banyak melakukan daripada menonton c. Sistem beregu/kelompok, antara lain bertujuan untuk:
1) Belajar dipimpin dan memimpin
2) Sebagai wadah untuk membangun kerukunan
d. Kegiatan yang menantang, menarik, dan menyenangkan serta
mengandung rohani dan jasmani anggota muda. e. Kegiatan di alam terbuka, antara lain bertujuan untuk:
1) Menunjukkan saling ketergantungan antara manusia dan alam
2) Menjaga kerjasama dan rasa memiliki alam
f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan.
g. Sistem tanda kecakapan, melalui:
1) SKU (Syarat Kecakapan Umum) yang disimbolkan lewwat
28
2) SKK (Syarakat Kecakapan Khusus) yang disimbolkan lewat
pemasangan TKU (Tanda Kecakapan Khusus)
3) SPG (Syarat Pramuka Garuda) yang disimbolkan lewat TPG
(Tanda Pramuka Garuda)
h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri, dengan
melakukan pembinaan bagi putra oleh pembina putra. Begitu juga,
peserta didik putri dibina oleh putri. i. Kiasan dasar
Kiasan dasar adalah ungkapan yang digunakan secara
simbolik dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan. j. Sistem Among
Sistem among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa, dengan sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah keharusan, paksanaan, dengan maksud untuk menumbuhkan dan mngembangkan rasa
percaya diri, kreativitas, dan aktivitas sesuai dengan aspirasi peserta didik.
1) Dalam semua golongan Pembina berperean sebagai pemberi
contoh dan tekadan tentang perilaku, pengakaman nilai-nilai Satya dan Darma Pramuka.
2) Pada golongan Siaga, Pembina berperan lebih banyak
29
memberi dorongan dengna cara menyesuaikan diri pada sifat,
daya nalar, dan suasana Siaga. Sifat momong dengan `` di depan memeberi contoh`` (Ing ngarso sung tulodho) porsinya lebih besar dibandingkan dengan golongan Penggalang,
Penegak, maupun Pandega.
3) Pada golongan Penggalang, Pembina berperan sebagai
pemrakarsa sebagaimana pada Siaga mulai menurun, tetapi membangkitkan dorongan semangat, motivasi, dan membangun kemauan lebih besar (Ing madyo mangun karsa),
porsinya lebih besar dibandingkan dengan pada Siaga, Penegak, maupun Pandega.
4) Pada golongan Penegak, pembina mengambil peran sebagai
pamong dengan sikap memberikan keleluasaaan pada Penegak
dalam mengamalkan Satya dan Darmanya untuk beraktivitas dan berkreasi (Tut wuri handayani).
Pada golongan Pandega, Pembina mengambil peran sebagai
konsultasi dengan sikap lebih memberikan keleluasaaan pada Pnadega dalam mengamalkan Satya dan Dharmanya untuk
eraktivitas dan berkkreasi (Tut wuri handayani) (GERAKAN PRAMUKA KWARTIR DAERAH 11 JAWA TENGAH, 2011:101)
30
a. Ciri khas yang membedakan kepramukaan dari pendidikan lain.
b. Dua unsur proses pendidikan terpadu yang harus diterapkan
dalam setiap kegiatan.
PDK dan MK dilaksanakan sesuai dengan kepentingan,
kebutuhan situasi dan kondisi masyarakat. 5. Kode Kehormatan
Kode kehormatan adalah suatu norma kesadaran mengenai akhlak yang tersimpan dalam hati manusia sebagai akibat manusia tersebut tahu akan harga dirinya. Bagi seorang pramuka,kode
kehormatan merupakan janji dan ketentuan moral. Kode Kehormatan Pramuka terdiri atas:
a. Janji yang harus ditepati seorang pramuka,disebut Satya Pramuka,
dan
b. Ketentuan moral yang ahrus dipatuhi, disebut Dharma Pramuka.
Satya Pramuka:
a. Janji yang diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota
atau calon pengurus Gerakan Pramuka pada saat pelantikan menjadi anggota atau pengurus;
b. Dipergunakan sebagai dasar pengembangan spriritual, emosional,
sosial, intelektual, dan fisik, baik sebagai individu maupun sebgai anggota masyarakat.
Dharma Pramuka:
31
b. Sistem nilai yang harus dihayati, dimiliki, dan diamalkan dalam
kehidupan anggota Gerakan Pramuka di masyarakat.
c. Landasan gerak bagi Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan
pendidikan kepramukaan yang diwujudkan dalam kegiatan untuk
mendorong pesera didik manunggal dengan masyarakat, bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa kebersamaan
dan gotong royong; dan
d. Kode etik agi organisasi dan anggota Gerakan Pramuka.
Kode kehormatan Pramuka adalah udaya organisasi yang melandasi sikap dan perilaku setiap anggota Gerakan Pramuka. Kode Kehormatan Pramuka diteteapkan dan diterapkan sesuatu
dengan golongan usisa dan oerkembangan rohani dan jasmani anggota Gerakan Pramuka.
Dasa darma adalah ketentuan moral. Karena itu, Dasadarma memuat pokok-pokok moral yang harus ditanamkan kepada anggota
Pramuka agar mereka dapat berkembang menjadi manusia berwatak, warga Negara Republik Indonesia yang setia, dan sekaligus mampu menghargai dan mencintai sesama manusia dan alam ciptaan Tuhan
Yang Mahaesa.
Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan falsafah Pancasila, karena itu, rumusan Dasadarma Pramuka berisi
32
Dasadarma yang berarti sepuluh tuntunan tingksh laku adalah
sarana utnuk mekaksanakan satya (janji, ikrar, ucapan kata hati. Dengan demikian, maka Dasadarma Pramuka pertama-tama adalah ketentuan pengalaman dari Trisatya dan kemudian dilengkapi dengan
nilai-nilai luhur yang bermanfaat dalam tata kehidupan.
a. Darma pertama: Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa:
Perwujudannya secara kongret dalam tingkah laku ataupun sikapnya.
b. Dharma kedua: Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia:
Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan seluruh alam semesta yang terdiri dari manusia, binatang, tumbuhan-tumbuhan, dan
benda-benda alam. Bumi, alam, hewan, dan tumbuhan-tumbuhan tersebut diciptakan Tuhan bagi kesejahteraan manusia. Karena itu,
sudah selayaknya pemberian tuhan ini dikelola, diamnfaatkan, dan dibangun.
c. Darma ketiga: patriot yang sopan dan kesatria:
1) Patrioot berarti putra tanah air, sebagai seorang warga Negara
Republik Indonesia, seorang Pramuka adalah putra yang baik,
berbakti, setia, dan siap siaga membela tanah airnya.
2) Sopan adalah tingkah laku yang halus dan menghormati orang
33
3) Ksatria adalah orang yang agagh berani dan jujur. Ksatria juga
mengandung arti kepahlawanan, sifat gagah berani, dan jujur. Jadi, kata ksatria mengandung makna keberanian, kejujuran, dan kepahlawanan.
4) Seorang Pramuka yang mematuhi darma ini, bersama-sama
dengan warga negara yang lain memounyai satu hati dan satu
sikap mempertahankan tanah airnya, menjunjung tinggi martabat bangsanya.
5) Darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila sila
ketiga.
d. Darma keempat: patuh dan suka bermusyawarah: patuh berarti
setia dan bersedia melakukan sesuatu yang sudah disepakati dan ditentukan. Musyawarah adalah laku utama seorang demokrat
yang menghirmati pendapat orang lain. Orang yang suka bermusyawarah terhindar dari sikap yang otoriter dan semau sendiri. Darma adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila
keempat.
e. Darma kelima: Rela menolong dan tabah: rela atau ikhlas adalah
perbuatan yang dilakukan tanpa memperhitungkan untug dan rugi (tanpa pamrih). Real menolong berarti melakukan perbuatan baik untuk kepentingan orang lain yang kurang mampu. Dengan
34
merampungkan masalah-masalah serta tantangan yang dihadapi.
Tabah atau ulet adalah suatu sikap jiwa tahan uji. Meskipun seseorang mengetahui bahwa menjalankan tugasnya akan menghadapi kesulitan, tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu. Dan
darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila sila kelima.
f. Darma keenam: rajin, terampil, dan gembira: manusia dibedakan
dengan makhluk hidup yang lain karena ia diciptakan mempunyai akal budi. Setiap manusia harus berupaya untuk dapat berdiri di
atas kaki sendiri. Dan manusia itu hidup dan menghidupi dengan mencari jalan bagaimana hidup yang baik.
g. Darma ketujuh: Hemat, cermat, dan bersahaja: hemat bukan
berarti `` kikir`` tetapi lebih terarah keoda dapatnya seorang
Pramuka melakukan dan menggunakan suatu secara tepat menurut kegunaannya. Cermat lebih berarti `` teliti`` sikap laku seorang Pramuka harus senantiasa teliti, baik terhadap dirinya
sendiri (introspeksi) maupun yang datangnya dari luar dirinya sehingga ia senantuasa waspada. Dan bersahaja berarti sederhana,
kesederhanaan yang wajar dan tidak berlebih-lebihan sehingga dapar memberi kemungkinan penggambaran jiwa intuk (penampilan diri) dan menimbulkan kemampuan untuk hidup
35
h. Darma kedelapan: Disiplin, berani dan setia: disiplin dalam
pengertian yang luas berarti patuh dan mengikuti pemimpin dan atau ketentuan dan peraturan. Dalam oengertian yang khusus, disiplin berarti mengekang dan mengendalikan diri. Berani adalah
suatu sikap mental untuk bersdedia menghadapi dan mengatasi suatu masalah dan tantangan. Dan setia berarti tetap pada suatu
pendirian dan ketentuan. Dengan demikian, maka berdisiplin tidak secara membabi buta melaksanakan, ketentuan, dan peraturan. Melainkan sebagai manusia ciptaan Tuhan, seseorang
harus berani berbuat berdasarkan pertimbangan dan nilai yang lebih tinggi.
i. Darma kesembilan: Bertanggungjawab dan dapat dipercaya:
Pramuka itu bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diperbuat,
baik atas perintah mauoun tidak, terutama secara pribadi bertanggung jawab terhadap negara, bangsa, masyarakat, dan keluarga.
j. Darma kesepuluh: Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan: 1) Seorang Pramuka dikatakan matang jiwanya, bila Pramuka itu
dalan setiap tingkah lakunya sudah mengambarkan laku yang suci dalan pikiran, perkataan, dan perbuatan.
2) Suci dalam pikiran berarti bahwa Pramuka tersebut
36
atau ada hikmahnya dan tidak terlintas sama sekali pemikiran
ke arah yang tidak baik.
3) Suci dalam perkataan setiap apa yang telah dikatakan itu
benar, jujur serta dapat dipercaa dengan tidak menyinggung
perasaan orang lain.
4) Suci dalam perbuatan sebagai akibat dari pikiran dna
perkataan yang suci, maka Pramuka itu harus sanggup dan mampu berbuat yang baik dan benar untuk kepentingan negara, bangsa, agama dan keluarga.
5) Dengan selalu melakukan pikiran, perkataan, dan perbuatan
yang suci, akan menimbulkan pengertian dan kesadaran
menurut siratan jiwa Pramuka sehingga Pramuka itu menemukan dirinya sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka,
37 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini penulis menitik beratkan Pada “Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SMA Negeri 1
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019”, dengan
menggunakan pendekatan penelitian deskripsi kualitatif dapat mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang diperoleh dari wawancara atau percakapan
biasa, observasi dan dokumentasi. Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan yang peneliti amati,
seperti apa pandangan partisipan yang berada di latar pengamatan dan seperti apa persitiwa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian. Dalam pembacaan melalui catatan lapangan dan wawancara, peneliti mulai mencari bagian-bagian
data yang akan diperhalus untuk presentasi sebagai deskrispsi dalam laporan penelitian” (Emzir, 2008:174). Dalam pendekatan penelitian ini semua data diperoleh dalam bentuk wawancara bisa berupa kata, gambar, foto, catatan-catatan rapat, dan sebagainya yang bersumber dari pihak lembaga sekolah.
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul
data dan statusnya diketahui oleh subjek (Kepala sekolah, guru dan pembina) atau informan di lokasi penelitian yaitu SMA N 1 Pabelan. Namun objek yang
38
mendapatkan hasil yang valid sesuai dengan kondisi yang terjadi di SMA N 1
Pabelan.
B.Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini di SMA N 1 Pabelan Desa Semowo, Kec.
Pabelan, Kab. Semarang, Jawa Tengah - Indonesia No. Telepon : (08282691228), pada awalnya saya meneliti di lokasi tersebut karena dilihat
dari medan bagi peneliti mudah terjangkau selain itu peneliti melihat keadaan kegiatan pramuka sangat aktif dan sering mengadakan kegiatan di luar sekolah. Sebelum peneliti terjun untuk melakukan penelitian, ada beberapa hal yang
menjadi pusat perhatian yaitu budaya religius yang belum terkondisikan dengan adanya beberapa kendala, baik pihak dalam sekolah maupun peserta
didik itu sendiri. Dengan demikian, peneliti melakukan pengumpulan data dilapangan pada tanggal 06 Agustus 2018 s/d 14 Agustus 2018 untuk mencari
hasil dan data dari penelitian. C.Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah semua informasi yang
diperoleh dari kepala sekolah, dewan guru, pembina pramuka maupun para siswa yang dianggap penting, selain itu data juga dihasilkan dari dokumentasi
yang menunjang. Adapun data dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer
Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
39
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner (Nazir, 1998:79). Dalam hasil
penelitiaan ini data primer yang berbentuk wawancara dari para informan / responden pada waktu mereka diwawancarai, observasi tanpa diketahui
pihak yang terkait dan dokumentasi sebagai data bukti penelitian. Dengan kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari kepala sekolah, guru, pembina pramuka dan beberapa siswa SMA N 1 Pabelan untuk memberikan
keterangan yang relevan. 2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data yang berbentuk tulisan
diperoleh peniliti saat berada di SMA N 1 Pabelan, catatan tersebut berisi Profil, Visi Misi, Data Siswa, Tata tertib, Struktur Organisasi dan lain sebagainya.
D.Prosedur Pengumpulan Data
Agar sebuah kajian ilmiah dapat disajikan secara sistematis, maka
langkah pertama yang perlu dilakukan adalah penentuan seperangkat metode. Hal ini dimaksudkan agar sebuah metode penelitian rasional dan terarah maka peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang tersebut di
40
Menurut Sukardi (2011: 78-79), observasi adalah pengamatan dan
percatatan secara sisitematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian”. Penulis berusah mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari Jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial
keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang
diobservasi dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna mengetahui kegiatan Ekstrakurikuler keagamaan Islam, jumlah siswa maupun kegiatan pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler. Observasi digunakan oleh penulis untuk menghasilkan data profil sekolah, keadaan sekolah dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. 2. Wawancara
Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk
memperoleh infrmasi secara mendalam tentng sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembktian terhadap infrmasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain
sebelumnya.
Menurut Yunus (2010: 358) agar wawancara efektif, maka terdapat
berapa tahapan yang harus dilalui,yaitu: a. Mengenalkan diri
41
Dalam wawancara, terdapat 2 jenis yaitu:
a. Wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti terlibat
langsung secara mendalam dengan kehidupan subyek yng diteliti dn tanya jawab yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman yang
disiapkan sebelumnya serta dilkukan berkali-kali.
b. Wawancara terarah (giuded interview) di mana peneliti menanyakan
kepada subyek yang diteliti berupa pertanyaan yang menggunakan pedoman yang disiapkan sebelumnya, pewawancara terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya sehingga suasana menjadi
kurang santai (Sujarweni, 2014:31). Wawancara kepada Kepala sekolah, pembina, guru dan Siswa digunakan oleh penulis untuk
mengetahui bentuk pengembangan Religius siswa SMA N 1 Pabelan. 3. Dokumentasi
Dalam memperluas pengumpulan data, teknik ini sangat dibutuhkan. Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa surat-surat, arsip-arsip dan termasuk
juga buku-buku tentang pendapat dan teori yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Sukardi, 2011: 81). Metode ini digunakan untuk
42 E.Analisis Data
Muhadjir (1996:104) mengatakan,
“Analisis data merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,wawancara dan lainya. Untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentangkasus yang diteliti dan menyajikanya sebagi temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mancari makna”.
Sedangkan Menurut Suprayogo dan Tobroni (2001:192) bahwa, “Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis”.
Kegiatan-kegiatan analisis selama penulis mengumpulkan data
meliputi:
1. Menetapkan fokus penelitian
2. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah
terkumpul
3. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan
temuan pengumpulan data sebelumnya
4. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitis dalam rangka pengumpulan
data berikutnya; dan
5. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.
Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap menganalisis
43
dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi, ” Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta menarik
kesimpulan (verifikasi)” (Milles, 1992:16-18).
Dengan demikian, penulis akan menunjukkan laporan penelitian akan
berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data yang penulis mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan sebagainya.
F. PengecekanKeabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam menggunakan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi agar mampu menjawab pertanyaan dari peneliti. Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa
yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar penelitian.
Dalam penelitian ini dalam pengecekan keabsahan data menggunakan
metode Triangulasi. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen.
Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu Triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data,
44
Denzin (dalam Moloeng, 2004:98), membedakan empat macam
triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik mencari data berupa sumber data
dan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. G.Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Tahap pra lapangan
a. Mengajukan judul penelitian b. Menyusun proposal penelitian
c. Konsultasi penelitian kepada pembimbing 2. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:
a. Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
b. Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian c. Pencatatan data yang telah dikumpulkan
3. Tahap analisis data, meliputi kegiatan:
45 4. Tahap penulisan laporan penelitian
a. Penulisan hasil penelitian
b. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
c. Perbaikan hasil konsultasi
46 BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran umum SMA Negeri 1 Pabelan
SMA Negeri 1 pabelan terletak di desa semowo, kec pabelan kab. Semarang yang berjarak ± 30km dari pusat pemerintahan kabupaten di
Ungaran. SMA ini diresmikan dan mulai berfungsi sebagai tempat proses belajar mengajar pada tahun 1997. Sekolah ini didirikan untuk menampung
para lulusan SMP atau MTsN yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah yang berada di daerah yang masih jauh dengan pusat kota. a. Sejarah SMA Negeri 1 Pabelan
Pada awalnya, sekolahan ini oleh pemerintah akan didirikan dilokasi yang berdekatan dengan kantor kecamatan pabelan yang
merupakan jalur lalu lintas kota Salatiga – Kabupaten Grobogan, dengan pertimbangan mudah terjangkau oleh masyarakat. Melihat hal ini, para
pemuka masyarakat di kecamatan pabelan meminta kepada pemerintah untuk mengganti lokasi SMA Pabelan ini ke lokasi yang lain yang dianggap lebih bisa membuat sekolahan ini menampung warga masyarakat
Kecamatan Pabelan. Akhirnya sekolah ini pun berdiri di areal tanah yang terletak di desa Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
47 i) Rekening Sekolah
i. Nama Bank : Bank Jateng ii. No Rekening : 3-022-29335-3
iii.Pemegang Rekening : Titik Setyaningrum (Bendahara Rutin/ Gaji)
iv. Penandatangan Rekening :
(1). Kepala Sekolah :Drs.Tri Ajar Suprapto Al Kusworo,M.Pd
(2). Bendahara Sekolah : Titik Setyaningrum
c. Identitas Kepala Sekolah :
1) Nama lengkap : Drs.Tri Ajar Suprapto Al Kusworo, M.Pd
2) NIP : 19680822 199303 1 007
3) Pangkat / Golongan : Pembina / IVA 4) Pendidikan Terakhir : S-2
5) Program Studi : Management pendidikan
6) SK Pengangkatan :
48
c) Tanggal SK : 29 Desember 2017\
7) Alamat : Jl. Sumantri Raya No.18 RT 3/09 Dukuh
Kec. Sidomukti Salatiga. Visi dan Misi Sekolah :
VISI :
“ Berakhlak Mulia, Cerdas dan terampil “
MISI:
1) Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar secara efektif dan efisien berdasarkan Kurikulum yang berlaku.
2) Peningkatan Iman dan Taqwa (IMTAQ), kepada peserta didik, guru, karyawan melalui pelajaran Pendidikan Agama, mata pelajaran lainnya, dan kegiatan kepeserta didikan.
3) Penanaman dan aplikasi nilai-nilai budi pekerti dan nilai-nilai luhur bangsa sekolah, di rumah maupun di masyarat.
4) Meningkatkan sarana prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM), agar mampu melaksanakan yang memenuhi standar yang ditentukan.
5) Melaksanakan koordinasi dan kerja sama yang baik dengan semua stake holder yang ada.
6) Mempersiapkan calon atlit nasional di cabang sepak bola, bola volley, dan atletik..
7) Mempersiapkan calon peserta Olimpiade Peserta didik Nasional tingkat Propinsi dan Nasional
49
9) Menciptakan iklim yang kondusif untuk terlaksananya Tugas Pokok dan Fungsi dari masing-masing komponen sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan dan peserta didik) SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang.
10) Melaksanakan segala ketentuan yang mengatur operasional
sekolah, baik tata tertib Kepegawaian maupun Kepeserta didikan. d. Kondisi Guru, Karyawan Dan Peserta didik
1) Kondisi Guru menurut Golongan dan Ijazah
Tabel 4.1
Kondisi Guru menurut Golongan dan Ijazah
GOL L P JML IJAZAH
2) Menurut Pembagian Tugas Mengajar
Tabel 4.2
Menurut Pembagian Tugas Mengajar
50
3) Kondisi Karyawan
51
4) Data Peserta didik ( 5 Tahun terakhir)
Tabel 4.4
Data Peserta didik ( 5 Tahun terakhir) Tahun
Pelajaran
Jumlah Peserta didik Rasio Peserta didik Baru
5) Angka mengulang peserta didik ( 5 tahun terakhir )
Tabel 4.5
Angka mengulang peserta didik ( 5 tahun terakhir )
Tahun Pelajaran Kelas X ( Orang ) Kelas XI (orang ) Kelas XII
Keadaan Peserta didik ( 5 Tahun )
52 7) Jumlah Peserta didik
Tabel 4.7 Jumlah Peserta didik
Tahun Pelajaran Jumlah Peserta didik
Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah
8) Sarana dan prasarana