• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SMAN 1 PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SMAN 1 PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

PENGEMBANGAN KARAKTER RELIGIUS

MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PRAMUKA DI SMAN 1 PABELAN KABUPATEN

SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

HANIF NURCAHYA AGUSTIAN

NIM.111-14-207

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

اَمَّنِإَف َدَهاَج ْنَم َو

هِسْفَنِل ُدِهاَجُي

"

Barang siapa yang bersungguh sungguh, sesungguhnya

kesungguhan tersebut untuk kebaikan dirinya sendiri

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Bundaku tercinta, Siti Munawaroh yang selalu dengan sabar mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk buah hatinya.

2. Adikku tersayang Tsani Azkia Putri dan juga keluarga yang selalu memberi dukungan sehingga terselesainya skripsi ini dengan lancar.

3. Untuk sahabat pramuka di SMA N 1 Pabelan yang selalu mendukung dengan sepenuh hati.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup

para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang lurus.

Skripsi yang berjudul “Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Pada Peserta Didik SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten

Semarang Tahun Ajaran 2018/2019” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(9)

ix

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam

(PAI).

4. Ibu Djamiatul Islamiyah, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan semangat dan motivasi dalam meningkatkan prentasi

akademis.

5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis

dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama

kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

7. Bapak Drs. Tri Ajar Suprapto Al Kusworo, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri

1 Pabelan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di

SMA Negeri 1 Pabelan.

8. Ibu Endah Mulyati, SE selaku Kepala bagian Tata Usaha SMA Negeri 1

Pabelan yang telah melayani dengan sepenuh hati dalam memenuhi

administrasi yang dibutuhkan penulis.

9. Ibu Miftah Nindya Rahmawati, S.Pd, M.Pd. selaku Waka Kurikulum SMA

Negeri 1 Pabelan yang telah melayani dan memberikan kepercayaan

kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Pabelan.

10.Bapak/Ibu Pembina Pramuka di SMA Negeri 1 Pabelan yang telah

(10)

x

11.Anggota Pramuka di SMA Negeri 1 Pabelan yang bersedia meluangkan

waktu untuk menjadi objek penelitian.

12.Ibuku tercinta Ibu Siti Munawaroh yang selalu dengan sabar

mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus

(11)

xi ABSTRAK

Agustian, Hanif Nurcahya. 2018. Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMAN 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Jaka Siswanta,M.Pd.

Kata Kunci: Pengembangan Karakter Religius, Ekstrakurikuler Pramuka.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui dalam mengembangkan budaya religius melalui orientasi kegiatan pramuka pada peserta didik agar dapat mempersiapkan generasi yang berkualitas keimanannya. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengembangan karakter religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka Pada Peserta didik SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018/2019. (2) Untuk mengetahui metode dalam pengembangan karakter religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka Pada Peserta didik SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018/2019. (3) Untuk mengetahui kendala dalam pengembangan karakter religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka Pada Peserta didik SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018/2019.

Bentuk penelitian yang berjudul “Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Pada Peserta didik SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018/2019” adalah jenis penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, teknik pengambilan data melalui observasi, instrumen wawancara, dan dokumentasi.

(12)

xii DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO...i

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

ABSTRAK ...xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Kajian Terdahulu ………... 13

(13)

xiii BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Karakter Religius... 16

1. Pengertian Pendidikan Karakter ………... 16

2. Fungsi Pendidikan Karakter ... 17

3. Pengertian Religius………...…...……….... 17

B. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka...…..………... 22

1. Pengertian Pendidikan Kepramukaan………...……... 22

2. Fungsi Pendidikan Kepramukaan ……..…..…... 24

3. Prinsip Pendidikan Kepramukaan….………...……….... 24

4. Metode Pendidikan Kepramukaan…...……… 26

5. Kode Kehormatan…………...……… 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………….……….. 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 38

C. Sumber Data 1. Data Primer ... 38

2. Data Sekunder ………..……….…….. 39

D. Prosedur Pengumpulan Data ………. 39

E. Analisis Data ………. 42

F. Pengecekan Keabsahan Data ………. 43

(14)

xiv BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Paparan Data... 46 1. Sejarah SMA Negeri 1 Pabelan…... 46

2. Hasil Penelitian...…….……....…... 57

a. Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan

Ektrakurikuler Pramuka……….. 58

b. Metode Dalam Pengembangan Karakter Religius

Melalui Kegiatan Ektrakurikuler Pramuka…..……. 67

c. Kendala Dalam Pengembangan Karakter Religius

Melalui Kegiatan Ektrakurikuler Pramuka……….... 71

B. Analisis Data………. 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………..……..………….……….. 83 B. Saran ………...………... 85 DAFTAR PUSTAKA... 87

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Kondisi Guru menurut Golongan dan Ijazah ... 49

Tabel 4.2 Daftar Menurut Pembagian Tugas Mengajar ... 50

Tabel 4.3 Daftar Kondisi Karyawan ... 50

Tabel 4.4 Daftar Data Peserta didik ( 5 Tahun terakhir)………... 51

Tabel 4.5 Data Angka mengulang peserta didik ( 5 tahun terakhir ) ... 51

Tabel 4.6 Data Keadaan Peserta didik ( 5 Tahun ) ... 51

Tabel 4.7 Jumlah Peserta didik ... 52

Tabel 4.8 Sarana dan prasarana ... 52

Tabel 4.9 Prestasi Peserta didik bidang akademik... 54

Tabel 4.10 Prestasi Peserta didik Bidang Non Akademis ... 55

(16)
(17)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karakter religius di Indonesia belakangan ini semakin diharapkan

sebagai salah satu wadah pembinaan watak untuk anak bangsa. Nampaknya, gerakan pendidikan karakter yang marak sekarang ini tidak

lepas dari keprihatinan semua komponen bangsa ini yang menilai bahwa karakter bangsa ini semakin memudar. Sistem pendidikan dilihat seakan-akan tak mampu menjadi alat untuk mencetak anak bangsa Indonesia yang

cerdas baik secara spiritual, sosial, maupun intelektual. Pendidikan yang dilalui oleh sejumlah masyarakat hanya sebagai pusat perhatian yang perlu

diperbaiki. Mulai dari melahirkan pribadi-pribadi unggul, yang jujur, bertanggung jawab, berakhlak mulia serta humanis.

Indonesia merupakan negara yang terus-menerus berupaya menyempurnakan sistem pendidikannya, selalu memperbaharui berbagai kebijakan dan perundang-undangan sistem pendidikan nasionalnya. Yang

dimana hal itu dapat dilakukan agar pendidikan di Indonesia mampu menjadi agen dalam perubahan kemajuan dan negara tetap berlandaskan

pada prinsip antara aspek jasmani dan rohani, aspek spiritual bahkan untuk mencapai kesejahteraan sebagaimana penjelasan dari jurnal karya Wahyudhiana (2018: 1) sebagai berikut:

(18)

2

Dengan demikian, mengembangkan sistem pendidikan dalam kompleksitas yakni harapannya dapat bersifat menyeluruh. Seperti halnya

adanya pengembangan karakter religius melalui kegiatan orientasi pramuka juga mampu menghasilkan nilai budaya religius yang

kompleksitas kepada peserta didik.

Dalam suatu perubahan untuk mewujudkan sistem pendidikan

nasional di Indonesia, perlu adanya isi wadah dalam pendidikan yakni pendidikan karakter. Selain itu, pembinaan akhlak mulia terhadap peserta didik sangsat diutamakan dalam hal ini adalah seluruh warga negara yang

mengikuti proses pendidikan.

Lembaga Pendidikan memerlukan adanya pengembangan karakter,

terutama pembentukan moral peserta didik yang harus ditopang melalui pendidikan karakter religius. Jika dipandang beberapa pihak lembaga sekolah yang memerlukan sistem pengembangan karakter religius tersebut,

memang patut untuk menjadi perhatian dan sebagai sarana dalam perubahan moral peserta didik. Dengan demikian, sarana tersebut menjadi

penopang untuk peserta didik yang membutuhkan pembentukan moral yang paling utama dengan melalui pendekatan karakter religius. Menurut

Eti hikmawati (2015: 68)

:

(19)

3

Dengan demikian, dalam upaya untuk mencapai suatu kualitas

yang baik sistem pendidikan harus saling terhubung antara beberapa elemen. Salah satunya dalam kurikuler yang tidak terlepas dari guru, pembina, dan peserta didik. Dalam hal ini pemerintah berusaha menjawab

tantangan yang sedang di alami oleh bangsa ini dengan mengeluaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Pendidikan Nasional bertujuan: “Untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 3).

Pendidikan karakter religius sebagai pembentukan akhlak yang mencakup iman dan takwa. Oleh karena itu, nilai religus memiliki peran

yang sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan perlu ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Agama menjadi pemandu dalam upaya

mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat, menyadari pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi

(20)

4

Dengan demikian lingkungan sekolah memiliki ekstrakurikuler

yang merupakan salah satu perangkat operasional (supplement dan complements) dalam kurikulum sekolah. Banyak ragam kegiatan

ekstrakurikuler yang dapat diselenggarakan oleh sekolah, baik wajib atau

pilihan. Dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan kepramukaan sebagai

kegiatan ekstra wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam arti ekstrakurikuler harus diikuti oleh semua peserta didik.

Tujuan dari Gerakan Pramuka adalah membentuk setiap angggota

pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi

nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia,

mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup. Tujuan dari Gerakan Pramuka sejalan dengan fokus pendidikan karakter yang menjadi program utama Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam UU No. 12

tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, disebutkan Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan

pendidikan kepramukaan yang mempersiapkan anggotanya untuk mempunyai karakter bangsa sesuai dengan dasa darma dan tri satya.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua dari lingkungan

(21)

5

karakter religius, yakni memberikan wadah non formal untuk peserta didik

agar dapat berproses, berlatih mandiri, disiplin dan mengedepankan akhlak moral yang baik. Salah satu kegiatan non formal yang ada di SMA Negeri 1 Pabelan yaitu, kegiatan ekstrakurikuler pramuka sebagai wadah dalam

pembentukan karakter religius. Di sebabkan, lingkungan sekolah yang memiliki peserta didik dengan latar belakang mulai dari kondisi keluarga,

ekonomi bahkan kondisi rohani yang lemah. Hal tersebut mengakibatkan efek yang buruk bagi peserta didik seperti, perkelahian, kenal dengan minuman keras, melakukan seks bebas, meninggalkan kelas tanpa ijin,

merokok di kantin, dan meninggalkan kewajiban dalam beribadah.

Dengan demikian, pihak sekolahan berupaya keras dalam

menanggulangi peserta didik yang kurang adanya kontrol dari pihak keluarga. Dengan adanya pengembangan karakter religius melalui

Ekstrakurikuler pramuka yang diwajibkan pada peserta didik kelas 1 dan 2, diharapkan sebagai sarana baik dalam berproses dan mampu mengontrol bahkan menumbuhkan karakter religius pada peserta didik. Untuk itu, dari

dasar pemikiran di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan peneliti tuangkan dalam skripsi yang berjudul``Pengembangan

Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SMAN

(22)

6 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengembangan karakter religius melalui kegiatan

ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1 Pabelan Kabupaten Semarang tahun ajaran 2018/2019?

2. Bagaimana metode dalam pengembangan karakter religius melalui

kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1Pabelan Kabupaten

Semarang tahun ajaran 2018/2019?

3. Apa kendala dalam pengembangan karakter religius melalui kegiatan

ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1Pabelan Kabupaten Semarang

tahun ajaran 2018/2019? C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengembangan karakter religius melalui kegiatan

ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1 Pabelan Kabupaten Semarang

tahun ajaran 2018/2019!

2. Untuk mengetahui metode dalam pengembangan karakter religius

melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMAN 1 Pabelan

Kabupaten Semarang tahun ajaran 2018/2019!

3. Untuk mengetahui kendala dalam pengembangan karakter religius

(23)

7 D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk terus menumbuhkan karakter religius dalam

mewujudkan budaya islam di sekolah. 2. Bagi Guru PAI

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan semangat Guru PAI untuk saling membantu dengan pembina pramuka dalam menumbuhkan karakter religius bagi peserta didik.

3. Bagi Peserta didik SMAN 1 Pabelan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memudahkan peserta didik SMA

Negeri 1 Pabelan dalam menerapkan dan menumbuhkan budaya religius di sekolah serta pihak sekolah ikut andil membantu

pengontrolan peserta didik dari pengaruh buruk. E. Penegasan Istilah

1. Pengembangan karakter religius melalui kegiatan ekstrakurikuler

pramuka

Menurut Abdul Rahman Shaleh (2006:133) mengatakan

(24)

8

Menurut Riandini (2015:82) dalam pengembangan karakter

religius terdapat beberapa kegiatan pramuka penegak. Berikut ini kegiatan sebagai penunjang kualitas pramuka penegak:

1) Pindah golongan

2) Pelantikan penegak, penegak bantara dan laksana 3) Gladian pimpinan sangga (DIAPINSA)

4) Raimuna (Raver Moot)

5) Perkemahan wirakarya (Community Development Camp)

6) Perkemahan Bhakti (sama dengan perkemahan wirakarya

tetapi merupakan acara satuan karya)

7) Jamboree On The Air (JOTA) dan Jamboree On The Intermet

(JOTI).

Jadi Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler Pramuka mencakup beberapa indikator yaitu: 1) Kegiatan Pindah golongan artinya pengukuhan dari golongan

pramuka penggalang ke golongan pramuka penegak sesuai

kebutuhan dan umur golongan masing-masing yakni, golongan siaga 07-10, penggalang 11-15, dan penegak 16-20.

2) Kegiatan pelantikan penegak bantara dan laksana yakni

kegiatan pengukuhan yang berdasarkan adanya upaya peserta didik dalam meningkatkan kualitas diri dalam tingkatan

(25)

9

Tingkatan Bantara atau tingkatan Laksana. Salah satu bentuk

kualitas diri bagi peserta didik yakni mampu mengembangkan karakter religius bagi peserta didik, melalui penyelesaian SKU (Syarat Kecakapan Umum) Bantara yang terdapat beberapa

poin dalam uji SKU, salah satunya pada poin nomor 1 yakni Agama Islam yang berisi: dapat menjelaskan makna Rukun

Iman dan Islam, Mampu menjelaskan makna sholat berjamaah dan dapat mendirikan sholat sunah secara individu, mampu menjelaskan makna berpuasa,mengurus jenazah, zakat dan

menghafal hadits dan cakupan tentang syariat Islam maupun Muamalah. Sebaliknya dengan SKU Bantara yang berbeda

dengan SKU Laksana dalam tingkatan pencapaian poin nomor 1 lebih tinggi dalam praktik yang bertujuan dapat

mengembangkan karakter religius peserta didik.

3) Melalui kegiatan Gladian Pimpinan Sangga (DIANPINSA)

merupakan kegiatan langkah awal bagi peserta didik agar

mampu melatih diri untuk di bina melalui pendidikan kepramukaan sesuai metode dan prinsip gerakan pramuka dan

salah satu langkah dalam meningkatkan ketakwaan, seperti melaksanakan sholat lima waktu.

4) Melalui kegiatan pramuka yang bersifat umum dan ranah

(26)

10

kreatif dan kritis terhadap perkembangan sekarang, sehingga

menjadi pribadi yang memiliki sosial humanis tinggi dalam bergaul. Yakni mencakup kegiatan yang disebut: Raimuna (Rover Moot), Perkemahan Wirakarya (Communit

Development Camp), Perkemahan Bhakti, dan kegiatan Jambore.

2. Metode dalam pengembangan karakter religius melalui kegiatan

ekstrakurikuler pramuka

a. Pembentukan karakter melalui guru

Menurut Doni Koesoema A. (2009:134) guru sebagai pendidik karakter adalah perilaku dan sikap-sikap sehari-hari

merupakan praktis moral yang menyampaikan nilai khusus terhadap peserta didik. Perilaku dan sikapguru sehari-hari

merupakan praktis moral yang menyampaikan nilai khusus terhadap peserta didik.

b. Pembentukan karakter melalui pembina pramuka

Dalam pelaksanaan membentuk karakter di antara menciptakan 10 dasadarma (pramuka) yang bisa membentuk

karakter peserta didik :

1) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia 3) Patriot yang sopan dan kesatria

(27)

11 5) Rela Menolong dan tabah

6) Rajin, terampil dan gembira 7) Hemat, cermat, dan bersahaja

8) Disiplin Berani dan setia

9) Bertanggungjawab dan dapat dipercaya 10) Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Jadi metode dalam Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka mencakup beberapa indikator yaitu:

1) Pemberian nasihat kepada peserta didik melalui guru PAI dalam

beribadah kepada Allah SWT.

2) Pihak sekolah dan pembina pramuka memberikan contoh

kepada peserta didik tentang disiplin waktu beribadah kepada

Allah SWT, dan ikut andil dalam setiap kegiatan, terutama dalam hal amal dan peduli sosial sebagai wujud nyata pramuka. 3) Pembina pramuka mengemban dari sistem among yang menjadi

contoh bagi peserta didik, khususnya dalam hal kebaikan yakni: di dalam jadwal kegiatan pramuka sudah dicantumkan waktu

sholat, mengupayakan sholat berjamaah dengan anggota pramuka dan pemberian nasihat-nasihati tentang akhlak baik, dan Melatih anggota pramuka dalam action dimasyarakat,

(28)

12

3. Kendala dalam pengembangan karakter religius melalui kegiatan

ekstrakurikuler pramuka

Pendidikan kepramukaan secara luas diartikan sebagai proses pembinaan yang berkesinambungan bagi kaum muda. Pada

pelaksanaan pendidikan kepramukaan terdapat bidang pendidikan yakni, peningkatan mutu mental, moral, spiritual, emosional, sosial,

intelektual dan fisik. Dan selain itu, aspek dalam kegiatan pengembangan ada bina diri, bina satuan, dan bina masyarakat. Dalam hal tersebut, terdapat kendala yang terhambatnya proses

pengembangan adanya kurang pembinaan diri baik internal maupun ekstrenal pada peserta didik dan banyak faktor pengaruh dari

lingungan luar sekolah.

Jadi faktor yang menjadi kendala dalam Pengembangan

Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka mencakup beberapa indikator yaitu:

1. Dalam kegiatan pindah golongan yakni dengan keadaan peserta

didik yang belum bisa mengatur diri dan waktu, sehingga untuk menempuh poin dalam SKU terhambat dengan hal tersebut.

2. Kurangnya pembinaan dari pembina menjadi hambatan bagi

peserta didik dalam perkembangan pola mekanisme di dalam ranah pendidikan di pramuka.

3. Dalam pengaturan jadwal program kerja pramuka penegak yang

(29)

13

dan keadaan peserta didik juga menjadi penghambat dalam

pelaksanaan kegitan.

4. Pengondisian terhadap peserta didik yang perlu diperhatikan dalam

setiap kegiatan.

5. Dalam kegiatan luar sekolah atau partisipasi kegiatan baik tingkat

daearah maupun nasioanl, perlu ditingkatkan relasi antara pembina

dengan pembina lain dan bahkan antar anggota pramuka yang lain. Hal itu bertujuan dengan tercapainya komunikasi dalam setiap kegiatan yang ada pada tiap tahun.

F. Kajian Terdahulu

Kajian pustaka digunakan untuk memperkaya wawasan peneliti

tentang tema yang bertujuan untuk menghindari duplikasi dalam penelitian. Dalam penelitian ini kajian pustaka bersumber dari jurnal, skripsi, buku

teks, makalah dan terbitan resmi dari pemerintah.

Penelitian oleh Romli yang berjudul ”Peran Kepramukaan Mengembangkan Bakat Kepemimpinan Siswadi SMP Citra Nusantara”. Hasil dari skripsi ini terkandung bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka dapat mengembangkan bakat kepemimpinan siswa.

Penelitian oleh Fatikhatus Sakdiyah yang berjudul “Pendidikan Agama Islam pada Anak Sopir Angkot(Studi Kasus Sopir Angkot Trayek Bringin-Salatiga)Tahun 2017. Hasil dari skripsi ini terkandung bahwa

(30)

14

menginginkan anaknya menjadi manusia yang beriman, bertaqwa dan

berprestasi.

Dalam penelitian oleh Syarif Anam Muhammad yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Peserta didik di Man Salatiga Tahun 2013”. Hasil dari skripsi ini terkandung dalam kegiatan ektrakurikuler peserta didik di Man Salatiga yang terdapat

nilai-nilai pendidikan karakter.

Dengan demikian dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Romli, Fatikhatus Sakdiyah dan Syarif terdapat persamaan dengan skripsi

peneliti yakni sama dalam upaya pengembangan pada sikap peserta didik. Dan terdapat perbedaannya baik objek maupun subjek penelitian, selain

itu terdapat perbedaan hasil Romli dengan peneliti yakni mengembangkan sikap kedisiplinan pada peserta didik. Hasil skripsi Fatikhatus Sakdiyah

berbeda dengan hasil peneliti yakni dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada peserta didik. Sedangkan skripsi dari Syarif penanaman nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik.

G. Sistematika Penulisan

Dalam memahami skripsi ini penulis perlu memberikan urutan

penulisannya, adapun tata urutannya sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan istilah, kajian penelitian

(31)

15

Bab II Landasan Teori berisi pendidikan kepramukaan dan karakter

religius.

Bab III Metode Penelitian berisi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,

pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV Paparan Data dan Analisis berisi paparan data, konsep dan

peran Pendidikan Kepramukaan Dalam Menumbuhkan Karakter Religius Melalui Ekstrakurikuler Pramuka Di SMA Negeri 1 Pabelan dan faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan

Dalam Menumbuhkan Karakter Religius Melalui Ekstrakurikuler Pramuka. Bab V Penutup berisi Kesimpulan dan saran-saran

Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran

(32)

16 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Karakter Religius

1. Pengembangan Karakter

Pengembangan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Pengembangan adalah kegiatan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk

meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

Jadi, pengembangan karakter merupakan suatu proses yang dijalankan dengan tujuan dapat memberikan perubahan semua komponen kemampuan yang lebih baik kepada peserta didik. Untuk itu

dalam pengembangan terdapat penekanan terhadap substansi, yaitu tentang pendidikan karakter dan fungsi pendidikan karakter.

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Doni Kusuma adalah sebuah gaya, sifat, ciri, maupun karakteristik yang dimiliki seseorang yang berasal dari

pembentukan atupun tempaan yang didapatkannya melalui lingkungan yang ada di sekitar. Pendidikan karakter adalah suatu

(33)

17

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun

kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil (Wiyani, 2012:3)

b. Fungsi Pendidikan Karakter

Dalam Zuchdi sebagaimana dikutip oleh (Pemerintahan Republik Indonesia, 2010:5-7) menjelasakan tentang Fungsi

kebijakan pendidikan karakter adalah sebagai berikut: (1) pengembangan potensi dasar, agar: ``berhati baik, berfikir baik dan berperilaku baik``. (2) perbaikan perilaku yang kurang baik dan

penguatan perilaku yang sudah baik. (3) penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. Ruang lingkupnya

meliputi: keluarga, satuan pendidikan, pemerintahan, masyarakat sipil, masyarakat politik, dunia usaha dan industri,dan media masa.

Ini menunjukkan bahwa elemen masyarakat diminta berpartisipasi dalam gerakan pembangunan bangsa. Dalam hal ini, satuan pendidiakan, terutama pendidikan formal sangat sentral posisi dan

peranannya. 2. Religius

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk

(34)

18

keagamaan). Nilai religius merupakan nilai krohanian tertinggi dan

mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia (Sulisman dan Sudarsono, 1994: 198).

Dimensi nilai-nilai religius di antaranya, dimensi kayakinan

atau akidah dalam Islam menunjukkan pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran agamanya, terutama

terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam keislaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan mereka serta qadha’ dan qadar.

Penanaman nilai-nilai religius tidak hanya untuk peserta didik

tetapi juga penting dalam rangka untuk memantabkan etos kerja dan etos ilmiah bagi tenaga kependidikan di Sekolah, agar dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik. Selain itu juga agar tertanam dalam jiwa tenaga kependidikan bahwa memberikan pendidikan dan pembelajaran pada peserta didik bukan semata-mata

bekerja untuk mencari uang, tetapi merupakan bagian dari ibadah. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran Q.S. Asy-Syam:8-10,

(35)

19

Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S. Asy-Syam:8-10)( Departemen Agama RI, 2000: 476).

Ayat di atas menunjuk kepada sesuatu yang dapat mengakibatkan kefasikannya dan ketakwaannya, lalu menjelaskan

kepada manusia tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Sungguh berbahagialah orang yang menyucikan jiwanya dengan menaati-Nya.

Ancok dan Suroso (1995:165) mengatakan bahwa dalam Islam, dimensi ini dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan atau

perilaku yang baik sebagai amalan sholeh sebagai muslim, yaitu meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, mensejahterakan dan menumbuh kembangkan orang lain, menegaskan

kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak

menipu, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam dan sebagainya. Dan dalam

menjalankan keimanan harus sesuai dengan aqidah masing-masing, seperti yang diungkapkan Baidhawy, Zakiyuddin (2014: 291) :

(36)

hukum-20

hukum Islam dan belajar bahasa Arab, mahasiswa Kristen

mempelajari ajaran keselamatan melalui Yesus, dan sebagainya”.

Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam pendidikan agama memiliki jalur tersendiri dalam pencapaiannya. Dan yang paling utama

bagi bangsa Indonesia dapat menumbuhkan sikap toleransi dengan empat pilar bangsa yang merupakan nilai budaya dan budaya aqidah bangsa harus dijadikan landasan atau dasar ideal pendidikan karakter

setelah nilai agama di atas, yakni: a. Pancasila

b. Undang-Undang Dasar 1945

c. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

d. Bhinneka Tunggal Ika

Menurut Wahyudhiana (2018: 1) pendidikan adalah faktor utama untuk meningkatkan harga bangsa, sehingga semua negara di

dunia sangat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan untuk memenuhi lebih banyak kompleksitas kehidupan. Menurut Glock &

Stark dalam Widiyanta, ada lima dimensi religiusitas, yaitu: a. Religious practice (the ritualisctic dimension) / Aspek Islam

b. Religious belief (the ideological dimension) / Aspek Iman c. Religious knowledge (the intellectual dimension) / Aspek Ilmu d. Religious feeling (the experiental dimension) / Aspek Ikhsan

(37)

21

Lima poin aspek dimensi di atas merupakan indikator inti dari

karakter religius yang hendak peneliti jadikan sebagai fokus penelitian selain 10 Poin Dasa Dharma.

Dengan demikian dapat disimpukan menurut pendapat Ari

Widiyanta (2005, 78-84) dalam Glock dan Stark membedakan beberapa dimensi religiusitas yakni:

a. Dimensi Iman

Mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, malaikat, kitab-kitab, nabi, mukjizat, hari akhir dan adanya setan serta takdir

baik dan buruk. b. Dimensi Islam

Sejauh mana tingkat frekuensi, intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang. Dimensi ini mencakup pelaksanaan shalat, zakat,

puasa dan haji. c. Dimensi Ihsan

Mencakup pengalaman dan perasaan tentang kehadiran

Tuhan dalam kehidupan, ketenangan hidup, takut melanggar perintah Tuhan, keyakinan menerima balasan, perasaan dekat

dengan Tuhan dan dorongan untuk melaksanakan perintah agama. d. Dimensi Ilmu

Seberapa jauh pengetahuan seseorang tentang agamanya,

(38)

22

Meliputi bagaimana pengamalan keempat dimensi di atas yang

ditunjukkan dalam perilaku seseorang. Dimensi ini menyangkut hubungan manusia dengan manusia dan dengan lingkungan alamnya.

B. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka

Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka merupakan wadah dalam

pembentukan dan pengembangan karakter, baik moral maupun akhlak baik dalam perilaku siswa. Dengan hal ini perlu adanya mengupas tentang, Pendidikan Karakter Kepramukaan, Fungsi Pendidikan Karakter, Prinsip

Pendidikan Karakter, Sistem Among, Metode Dan Kode Kehormatan. 1. Pengertian Pendidikan Kepramukaan

Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka yang pada dasarnya merupakan suatu gerakan kaum muda, suatu

wadah di mana mereka bisa memperlihatkan kemampuan mereka sendiri, bisa berkesperimen, dan menemukan berbagai hal melalui kegiatan-kegiatan yang mereka nikmati, dan bisa menempatkan diri

mereka di antara kaum muda lainnya, maupun di antara orang dewasa (Kusumanti, 2008: 13). Sedangkan menurut (Riandini, 2015:8)

Kepramukaan juga didefinisikan sebagai: a. Suatu gerakan pendidikan

b. Suatu proses pendidikan

(39)

23

d. Kegiatan yang bertujuan untuk membentuk komunikasi antara

pembina dan peserta didik.

Pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan yang praktis, di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga

yang dilakukan di alam tebuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenankan, sehat, teratur dan terarah dengan

menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepamukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak kepribadian dan akhlak mulia (Riandini, 2015:11).

Selama ini istilah Gerakan Pramuka, pendidikan kepramukaan, dan Pramuka digunakan secara rancu, sehingga mengaburkan

pengertian sebenarnya.

a. Gearakan Pramuka adalah nama organisasi pendidikan di luar

sekolah dan di luar keluarga yang menggunakan Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan. b. Pendidikan kepramukaan adalah nama kegiatan anggota Gerakan

Pramuka.

c. Pramuka adalah anggota Gerakan Pramuka yang terdiri dari

anggota muda yaitu, peserta didik siaga, Penggalang, Penegak, Pandega, dan anggota dewasa yaitu Pembina Pramuka, Pembantu pembina pramuka, Pelatih Pembina Pramuka, pembina profesional,

(40)

24

(GERAKAN PRAMUKA KWARTIR DAERAH 11 JAWA

TENGAH, 2011:25).

2. Fungsi Pendidikan Kepramukaan

a. Sebagai sebuah game (permainan) yang digunakan sebagai sarana

pendidikan berupa kegiataan yang menarik, menyenangkan dan mengandung nilai-nilai pendidikan bagi kaum muda.

b. Sebgai sebuah pengabdian, yaitu kegiatan yang membutuhkan

tanggung jawab dan jiwa bagi orang dewasa dengan keihklasan demi pencapaian tujuan organisasi.

c. Sebagai alat pencapaian tujuan, yaitu alat untuk membentuk

manusia berkualitas tinggi, sebagai pelengkap pendidikan di

sekolah dan keluarga. Sebagai alat untuk mencapai tujuan, maka kegiatan dalam kepramukaan harus diprogramkan, direncanakan,

dilaksanakan dan dievaluasi (Riandini, 2015:9). 3. Prinsip Pendidikan Kepramukaan

a. Prinsip Dasar Keprumakaan adalah:

1) Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam

seisinya

3) Peduli terhadap diri pribadi

4) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka

b. Prinsip Dasar Keprumakaan sebagai norma hidup sebagai anggota

(41)

25

setiap peserta didik melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri

pribadi dengan bantuan para pembina, sehingga pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggung jawab peserta

keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

c. Pada hakikatnya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib menerima

Prinsip Dasar Kepramukaan, dalam arti:

1) Menaati perintah tuhan yang maha Esa dan menjauhi

larangan-Nya serta beribadah sesuai tatacara dari Agama yang dipeluknya.

2) Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan

lingkungan sosial, memperkokoh persatuan, serta, menerima

Kebinekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3) Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar

bdapat menunjang dan memberikan kenyamanan dan

kesehjateraan hidup dan karenanya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib peduli terhadap lingkungan hidup dengan cara

menjaga, memelihara dan menciptakan kondisi yang lebih baik. 4) Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup

bersama berdasarkan prinsip peri-kemanusiaan yang adil dan

(42)

26

5) Memahami prinsip diri pribadi untuk dikembangkan dengan

cerdas guna kepentingan masa depanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Riandini, 2015:12).

Pada dasarnya Prinsip Dasar Kepramukaan tidak terlepas dari

kode kehormatan, yang paling utama adalah iman dan taqwa kepada Tuhan. Karena termasuk salah satu cara menumbuhkan akhlak

seseorang.

4. Metode Pendidikan Kepramukaan

Metode Kepramukaan adalah suatu cara memberikan

pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang

progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, melalui aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial,

intelektual dan fisik, baik bagi individu maupun sebagai anggota masyarakat maka dibutuhkan suatu metode/ketentuan khusus yang disebut Metode Kepamukaan.

Metode kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan yang keterkaitan keduanya terletak

pada pelaksanaan Kode Kehormatan Pramuka. PDK (Prinsip Dasar Kepramukaan) harus dilaksanakan secara terpadu, keduanya harus berjalan seimbang dan saling melengkapi. Setiap unsur pada Metode

(43)

27

saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan

kepramukaan.

Metode kepramukaan merupakan salah satu cara belajaar interaktif progresif melalui:

a. Pengalaman Kode Kehormatan Pramuka, antara lain melalui: 1) Ibadah sesuai agama masing-masing

2) Suka menolong dan tidak mudah putus asa 3) Menepati janji dan jujur

b. Belajar sambil melakukan, antara lain dengan cara: 1) Sebaenyak mungkin melakukan praktik praktis

2) Lebih banyak melakukan daripada menonton c. Sistem beregu/kelompok, antara lain bertujuan untuk:

1) Belajar dipimpin dan memimpin

2) Sebagai wadah untuk membangun kerukunan

d. Kegiatan yang menantang, menarik, dan menyenangkan serta

mengandung rohani dan jasmani anggota muda. e. Kegiatan di alam terbuka, antara lain bertujuan untuk:

1) Menunjukkan saling ketergantungan antara manusia dan alam

2) Menjaga kerjasama dan rasa memiliki alam

f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan.

g. Sistem tanda kecakapan, melalui:

1) SKU (Syarat Kecakapan Umum) yang disimbolkan lewwat

(44)

28

2) SKK (Syarakat Kecakapan Khusus) yang disimbolkan lewat

pemasangan TKU (Tanda Kecakapan Khusus)

3) SPG (Syarat Pramuka Garuda) yang disimbolkan lewat TPG

(Tanda Pramuka Garuda)

h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri, dengan

melakukan pembinaan bagi putra oleh pembina putra. Begitu juga,

peserta didik putri dibina oleh putri. i. Kiasan dasar

Kiasan dasar adalah ungkapan yang digunakan secara

simbolik dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan. j. Sistem Among

Sistem among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk

dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa, dengan sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah keharusan, paksanaan, dengan maksud untuk menumbuhkan dan mngembangkan rasa

percaya diri, kreativitas, dan aktivitas sesuai dengan aspirasi peserta didik.

1) Dalam semua golongan Pembina berperean sebagai pemberi

contoh dan tekadan tentang perilaku, pengakaman nilai-nilai Satya dan Darma Pramuka.

2) Pada golongan Siaga, Pembina berperan lebih banyak

(45)

29

memberi dorongan dengna cara menyesuaikan diri pada sifat,

daya nalar, dan suasana Siaga. Sifat momong dengan `` di depan memeberi contoh`` (Ing ngarso sung tulodho) porsinya lebih besar dibandingkan dengan golongan Penggalang,

Penegak, maupun Pandega.

3) Pada golongan Penggalang, Pembina berperan sebagai

pemrakarsa sebagaimana pada Siaga mulai menurun, tetapi membangkitkan dorongan semangat, motivasi, dan membangun kemauan lebih besar (Ing madyo mangun karsa),

porsinya lebih besar dibandingkan dengan pada Siaga, Penegak, maupun Pandega.

4) Pada golongan Penegak, pembina mengambil peran sebagai

pamong dengan sikap memberikan keleluasaaan pada Penegak

dalam mengamalkan Satya dan Darmanya untuk beraktivitas dan berkreasi (Tut wuri handayani).

Pada golongan Pandega, Pembina mengambil peran sebagai

konsultasi dengan sikap lebih memberikan keleluasaaan pada Pnadega dalam mengamalkan Satya dan Dharmanya untuk

eraktivitas dan berkkreasi (Tut wuri handayani) (GERAKAN PRAMUKA KWARTIR DAERAH 11 JAWA TENGAH, 2011:101)

(46)

30

a. Ciri khas yang membedakan kepramukaan dari pendidikan lain.

b. Dua unsur proses pendidikan terpadu yang harus diterapkan

dalam setiap kegiatan.

PDK dan MK dilaksanakan sesuai dengan kepentingan,

kebutuhan situasi dan kondisi masyarakat. 5. Kode Kehormatan

Kode kehormatan adalah suatu norma kesadaran mengenai akhlak yang tersimpan dalam hati manusia sebagai akibat manusia tersebut tahu akan harga dirinya. Bagi seorang pramuka,kode

kehormatan merupakan janji dan ketentuan moral. Kode Kehormatan Pramuka terdiri atas:

a. Janji yang harus ditepati seorang pramuka,disebut Satya Pramuka,

dan

b. Ketentuan moral yang ahrus dipatuhi, disebut Dharma Pramuka.

Satya Pramuka:

a. Janji yang diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota

atau calon pengurus Gerakan Pramuka pada saat pelantikan menjadi anggota atau pengurus;

b. Dipergunakan sebagai dasar pengembangan spriritual, emosional,

sosial, intelektual, dan fisik, baik sebagai individu maupun sebgai anggota masyarakat.

Dharma Pramuka:

(47)

31

b. Sistem nilai yang harus dihayati, dimiliki, dan diamalkan dalam

kehidupan anggota Gerakan Pramuka di masyarakat.

c. Landasan gerak bagi Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan

pendidikan kepramukaan yang diwujudkan dalam kegiatan untuk

mendorong pesera didik manunggal dengan masyarakat, bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa kebersamaan

dan gotong royong; dan

d. Kode etik agi organisasi dan anggota Gerakan Pramuka.

Kode kehormatan Pramuka adalah udaya organisasi yang melandasi sikap dan perilaku setiap anggota Gerakan Pramuka. Kode Kehormatan Pramuka diteteapkan dan diterapkan sesuatu

dengan golongan usisa dan oerkembangan rohani dan jasmani anggota Gerakan Pramuka.

Dasa darma adalah ketentuan moral. Karena itu, Dasadarma memuat pokok-pokok moral yang harus ditanamkan kepada anggota

Pramuka agar mereka dapat berkembang menjadi manusia berwatak, warga Negara Republik Indonesia yang setia, dan sekaligus mampu menghargai dan mencintai sesama manusia dan alam ciptaan Tuhan

Yang Mahaesa.

Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan falsafah Pancasila, karena itu, rumusan Dasadarma Pramuka berisi

(48)

32

Dasadarma yang berarti sepuluh tuntunan tingksh laku adalah

sarana utnuk mekaksanakan satya (janji, ikrar, ucapan kata hati. Dengan demikian, maka Dasadarma Pramuka pertama-tama adalah ketentuan pengalaman dari Trisatya dan kemudian dilengkapi dengan

nilai-nilai luhur yang bermanfaat dalam tata kehidupan.

a. Darma pertama: Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa:

Perwujudannya secara kongret dalam tingkah laku ataupun sikapnya.

b. Dharma kedua: Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia:

Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan seluruh alam semesta yang terdiri dari manusia, binatang, tumbuhan-tumbuhan, dan

benda-benda alam. Bumi, alam, hewan, dan tumbuhan-tumbuhan tersebut diciptakan Tuhan bagi kesejahteraan manusia. Karena itu,

sudah selayaknya pemberian tuhan ini dikelola, diamnfaatkan, dan dibangun.

c. Darma ketiga: patriot yang sopan dan kesatria:

1) Patrioot berarti putra tanah air, sebagai seorang warga Negara

Republik Indonesia, seorang Pramuka adalah putra yang baik,

berbakti, setia, dan siap siaga membela tanah airnya.

2) Sopan adalah tingkah laku yang halus dan menghormati orang

(49)

33

3) Ksatria adalah orang yang agagh berani dan jujur. Ksatria juga

mengandung arti kepahlawanan, sifat gagah berani, dan jujur. Jadi, kata ksatria mengandung makna keberanian, kejujuran, dan kepahlawanan.

4) Seorang Pramuka yang mematuhi darma ini, bersama-sama

dengan warga negara yang lain memounyai satu hati dan satu

sikap mempertahankan tanah airnya, menjunjung tinggi martabat bangsanya.

5) Darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila sila

ketiga.

d. Darma keempat: patuh dan suka bermusyawarah: patuh berarti

setia dan bersedia melakukan sesuatu yang sudah disepakati dan ditentukan. Musyawarah adalah laku utama seorang demokrat

yang menghirmati pendapat orang lain. Orang yang suka bermusyawarah terhindar dari sikap yang otoriter dan semau sendiri. Darma adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila

keempat.

e. Darma kelima: Rela menolong dan tabah: rela atau ikhlas adalah

perbuatan yang dilakukan tanpa memperhitungkan untug dan rugi (tanpa pamrih). Real menolong berarti melakukan perbuatan baik untuk kepentingan orang lain yang kurang mampu. Dengan

(50)

34

merampungkan masalah-masalah serta tantangan yang dihadapi.

Tabah atau ulet adalah suatu sikap jiwa tahan uji. Meskipun seseorang mengetahui bahwa menjalankan tugasnya akan menghadapi kesulitan, tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu. Dan

darma ini adalah tuntunan untuk mengamalkan Pancasila sila kelima.

f. Darma keenam: rajin, terampil, dan gembira: manusia dibedakan

dengan makhluk hidup yang lain karena ia diciptakan mempunyai akal budi. Setiap manusia harus berupaya untuk dapat berdiri di

atas kaki sendiri. Dan manusia itu hidup dan menghidupi dengan mencari jalan bagaimana hidup yang baik.

g. Darma ketujuh: Hemat, cermat, dan bersahaja: hemat bukan

berarti `` kikir`` tetapi lebih terarah keoda dapatnya seorang

Pramuka melakukan dan menggunakan suatu secara tepat menurut kegunaannya. Cermat lebih berarti `` teliti`` sikap laku seorang Pramuka harus senantiasa teliti, baik terhadap dirinya

sendiri (introspeksi) maupun yang datangnya dari luar dirinya sehingga ia senantuasa waspada. Dan bersahaja berarti sederhana,

kesederhanaan yang wajar dan tidak berlebih-lebihan sehingga dapar memberi kemungkinan penggambaran jiwa intuk (penampilan diri) dan menimbulkan kemampuan untuk hidup

(51)

35

h. Darma kedelapan: Disiplin, berani dan setia: disiplin dalam

pengertian yang luas berarti patuh dan mengikuti pemimpin dan atau ketentuan dan peraturan. Dalam oengertian yang khusus, disiplin berarti mengekang dan mengendalikan diri. Berani adalah

suatu sikap mental untuk bersdedia menghadapi dan mengatasi suatu masalah dan tantangan. Dan setia berarti tetap pada suatu

pendirian dan ketentuan. Dengan demikian, maka berdisiplin tidak secara membabi buta melaksanakan, ketentuan, dan peraturan. Melainkan sebagai manusia ciptaan Tuhan, seseorang

harus berani berbuat berdasarkan pertimbangan dan nilai yang lebih tinggi.

i. Darma kesembilan: Bertanggungjawab dan dapat dipercaya:

Pramuka itu bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diperbuat,

baik atas perintah mauoun tidak, terutama secara pribadi bertanggung jawab terhadap negara, bangsa, masyarakat, dan keluarga.

j. Darma kesepuluh: Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan: 1) Seorang Pramuka dikatakan matang jiwanya, bila Pramuka itu

dalan setiap tingkah lakunya sudah mengambarkan laku yang suci dalan pikiran, perkataan, dan perbuatan.

2) Suci dalam pikiran berarti bahwa Pramuka tersebut

(52)

36

atau ada hikmahnya dan tidak terlintas sama sekali pemikiran

ke arah yang tidak baik.

3) Suci dalam perkataan setiap apa yang telah dikatakan itu

benar, jujur serta dapat dipercaa dengan tidak menyinggung

perasaan orang lain.

4) Suci dalam perbuatan sebagai akibat dari pikiran dna

perkataan yang suci, maka Pramuka itu harus sanggup dan mampu berbuat yang baik dan benar untuk kepentingan negara, bangsa, agama dan keluarga.

5) Dengan selalu melakukan pikiran, perkataan, dan perbuatan

yang suci, akan menimbulkan pengertian dan kesadaran

menurut siratan jiwa Pramuka sehingga Pramuka itu menemukan dirinya sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka,

(53)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini penulis menitik beratkan Pada “Pengembangan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SMA Negeri 1

Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019”, dengan

menggunakan pendekatan penelitian deskripsi kualitatif dapat mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang diperoleh dari wawancara atau percakapan

biasa, observasi dan dokumentasi. Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan yang peneliti amati,

seperti apa pandangan partisipan yang berada di latar pengamatan dan seperti apa persitiwa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian. Dalam pembacaan melalui catatan lapangan dan wawancara, peneliti mulai mencari bagian-bagian

data yang akan diperhalus untuk presentasi sebagai deskrispsi dalam laporan penelitian” (Emzir, 2008:174). Dalam pendekatan penelitian ini semua data diperoleh dalam bentuk wawancara bisa berupa kata, gambar, foto, catatan-catatan rapat, dan sebagainya yang bersumber dari pihak lembaga sekolah.

Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul

data dan statusnya diketahui oleh subjek (Kepala sekolah, guru dan pembina) atau informan di lokasi penelitian yaitu SMA N 1 Pabelan. Namun objek yang

(54)

38

mendapatkan hasil yang valid sesuai dengan kondisi yang terjadi di SMA N 1

Pabelan.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini di SMA N 1 Pabelan Desa Semowo, Kec.

Pabelan, Kab. Semarang, Jawa Tengah - Indonesia No. Telepon : (08282691228), pada awalnya saya meneliti di lokasi tersebut karena dilihat

dari medan bagi peneliti mudah terjangkau selain itu peneliti melihat keadaan kegiatan pramuka sangat aktif dan sering mengadakan kegiatan di luar sekolah. Sebelum peneliti terjun untuk melakukan penelitian, ada beberapa hal yang

menjadi pusat perhatian yaitu budaya religius yang belum terkondisikan dengan adanya beberapa kendala, baik pihak dalam sekolah maupun peserta

didik itu sendiri. Dengan demikian, peneliti melakukan pengumpulan data dilapangan pada tanggal 06 Agustus 2018 s/d 14 Agustus 2018 untuk mencari

hasil dan data dari penelitian. C.Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah semua informasi yang

diperoleh dari kepala sekolah, dewan guru, pembina pramuka maupun para siswa yang dianggap penting, selain itu data juga dihasilkan dari dokumentasi

yang menunjang. Adapun data dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

(55)

39

mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara

langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner (Nazir, 1998:79). Dalam hasil

penelitiaan ini data primer yang berbentuk wawancara dari para informan / responden pada waktu mereka diwawancarai, observasi tanpa diketahui

pihak yang terkait dan dokumentasi sebagai data bukti penelitian. Dengan kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari kepala sekolah, guru, pembina pramuka dan beberapa siswa SMA N 1 Pabelan untuk memberikan

keterangan yang relevan. 2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data yang berbentuk tulisan

diperoleh peniliti saat berada di SMA N 1 Pabelan, catatan tersebut berisi Profil, Visi Misi, Data Siswa, Tata tertib, Struktur Organisasi dan lain sebagainya.

D.Prosedur Pengumpulan Data

Agar sebuah kajian ilmiah dapat disajikan secara sistematis, maka

langkah pertama yang perlu dilakukan adalah penentuan seperangkat metode. Hal ini dimaksudkan agar sebuah metode penelitian rasional dan terarah maka peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang tersebut di

(56)

40

Menurut Sukardi (2011: 78-79), observasi adalah pengamatan dan

percatatan secara sisitematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian”. Penulis berusah mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari Jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial

keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang

diobservasi dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna mengetahui kegiatan Ekstrakurikuler keagamaan Islam, jumlah siswa maupun kegiatan pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler. Observasi digunakan oleh penulis untuk menghasilkan data profil sekolah, keadaan sekolah dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. 2. Wawancara

Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk

memperoleh infrmasi secara mendalam tentng sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembktian terhadap infrmasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain

sebelumnya.

Menurut Yunus (2010: 358) agar wawancara efektif, maka terdapat

berapa tahapan yang harus dilalui,yaitu: a. Mengenalkan diri

(57)

41

Dalam wawancara, terdapat 2 jenis yaitu:

a. Wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti terlibat

langsung secara mendalam dengan kehidupan subyek yng diteliti dn tanya jawab yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman yang

disiapkan sebelumnya serta dilkukan berkali-kali.

b. Wawancara terarah (giuded interview) di mana peneliti menanyakan

kepada subyek yang diteliti berupa pertanyaan yang menggunakan pedoman yang disiapkan sebelumnya, pewawancara terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya sehingga suasana menjadi

kurang santai (Sujarweni, 2014:31). Wawancara kepada Kepala sekolah, pembina, guru dan Siswa digunakan oleh penulis untuk

mengetahui bentuk pengembangan Religius siswa SMA N 1 Pabelan. 3. Dokumentasi

Dalam memperluas pengumpulan data, teknik ini sangat dibutuhkan. Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa surat-surat, arsip-arsip dan termasuk

juga buku-buku tentang pendapat dan teori yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Sukardi, 2011: 81). Metode ini digunakan untuk

(58)

42 E.Analisis Data

Muhadjir (1996:104) mengatakan,

“Analisis data merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,wawancara dan lainya. Untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentangkasus yang diteliti dan menyajikanya sebagi temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mancari makna”.

Sedangkan Menurut Suprayogo dan Tobroni (2001:192) bahwa, “Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis”.

Kegiatan-kegiatan analisis selama penulis mengumpulkan data

meliputi:

1. Menetapkan fokus penelitian

2. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah

terkumpul

3. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan

temuan pengumpulan data sebelumnya

4. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitis dalam rangka pengumpulan

data berikutnya; dan

5. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.

Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap menganalisis

(59)

43

dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode

kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi, ” Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta menarik

kesimpulan (verifikasi)” (Milles, 1992:16-18).

Dengan demikian, penulis akan menunjukkan laporan penelitian akan

berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data yang penulis mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan sebagainya.

F. PengecekanKeabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam menggunakan

metode observasi, wawancara dan dokumentasi agar mampu menjawab pertanyaan dari peneliti. Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa

yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar penelitian.

Dalam penelitian ini dalam pengecekan keabsahan data menggunakan

metode Triangulasi. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen.

Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu Triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data,

(60)

44

Denzin (dalam Moloeng, 2004:98), membedakan empat macam

triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik mencari data berupa sumber data

dan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. G.Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Tahap pra lapangan

a. Mengajukan judul penelitian b. Menyusun proposal penelitian

c. Konsultasi penelitian kepada pembimbing 2. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:

a. Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian

b. Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian c. Pencatatan data yang telah dikumpulkan

3. Tahap analisis data, meliputi kegiatan:

(61)

45 4. Tahap penulisan laporan penelitian

a. Penulisan hasil penelitian

b. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing

c. Perbaikan hasil konsultasi

(62)

46 BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

1. Gambaran umum SMA Negeri 1 Pabelan

SMA Negeri 1 pabelan terletak di desa semowo, kec pabelan kab. Semarang yang berjarak ± 30km dari pusat pemerintahan kabupaten di

Ungaran. SMA ini diresmikan dan mulai berfungsi sebagai tempat proses belajar mengajar pada tahun 1997. Sekolah ini didirikan untuk menampung

para lulusan SMP atau MTsN yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah yang berada di daerah yang masih jauh dengan pusat kota. a. Sejarah SMA Negeri 1 Pabelan

Pada awalnya, sekolahan ini oleh pemerintah akan didirikan dilokasi yang berdekatan dengan kantor kecamatan pabelan yang

merupakan jalur lalu lintas kota Salatiga – Kabupaten Grobogan, dengan pertimbangan mudah terjangkau oleh masyarakat. Melihat hal ini, para

pemuka masyarakat di kecamatan pabelan meminta kepada pemerintah untuk mengganti lokasi SMA Pabelan ini ke lokasi yang lain yang dianggap lebih bisa membuat sekolahan ini menampung warga masyarakat

Kecamatan Pabelan. Akhirnya sekolah ini pun berdiri di areal tanah yang terletak di desa Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

(63)

47 i) Rekening Sekolah

i. Nama Bank : Bank Jateng ii. No Rekening : 3-022-29335-3

iii.Pemegang Rekening : Titik Setyaningrum (Bendahara Rutin/ Gaji)

iv. Penandatangan Rekening :

(1). Kepala Sekolah :Drs.Tri Ajar Suprapto Al Kusworo,M.Pd

(2). Bendahara Sekolah : Titik Setyaningrum

c. Identitas Kepala Sekolah :

1) Nama lengkap : Drs.Tri Ajar Suprapto Al Kusworo, M.Pd

2) NIP : 19680822 199303 1 007

3) Pangkat / Golongan : Pembina / IVA 4) Pendidikan Terakhir : S-2

5) Program Studi : Management pendidikan

6) SK Pengangkatan :

(64)

48

c) Tanggal SK : 29 Desember 2017\

7) Alamat : Jl. Sumantri Raya No.18 RT 3/09 Dukuh

Kec. Sidomukti Salatiga. Visi dan Misi Sekolah :

VISI :

“ Berakhlak Mulia, Cerdas dan terampil “

MISI:

1) Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar secara efektif dan efisien berdasarkan Kurikulum yang berlaku.

2) Peningkatan Iman dan Taqwa (IMTAQ), kepada peserta didik, guru, karyawan melalui pelajaran Pendidikan Agama, mata pelajaran lainnya, dan kegiatan kepeserta didikan.

3) Penanaman dan aplikasi nilai-nilai budi pekerti dan nilai-nilai luhur bangsa sekolah, di rumah maupun di masyarat.

4) Meningkatkan sarana prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM), agar mampu melaksanakan yang memenuhi standar yang ditentukan.

5) Melaksanakan koordinasi dan kerja sama yang baik dengan semua stake holder yang ada.

6) Mempersiapkan calon atlit nasional di cabang sepak bola, bola volley, dan atletik..

7) Mempersiapkan calon peserta Olimpiade Peserta didik Nasional tingkat Propinsi dan Nasional

(65)

49

9) Menciptakan iklim yang kondusif untuk terlaksananya Tugas Pokok dan Fungsi dari masing-masing komponen sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan dan peserta didik) SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang.

10) Melaksanakan segala ketentuan yang mengatur operasional

sekolah, baik tata tertib Kepegawaian maupun Kepeserta didikan. d. Kondisi Guru, Karyawan Dan Peserta didik

1) Kondisi Guru menurut Golongan dan Ijazah

Tabel 4.1

Kondisi Guru menurut Golongan dan Ijazah

GOL L P JML IJAZAH

2) Menurut Pembagian Tugas Mengajar

Tabel 4.2

Menurut Pembagian Tugas Mengajar

(66)

50

3) Kondisi Karyawan

(67)

51

4) Data Peserta didik ( 5 Tahun terakhir)

Tabel 4.4

Data Peserta didik ( 5 Tahun terakhir) Tahun

Pelajaran

Jumlah Peserta didik Rasio Peserta didik Baru

5) Angka mengulang peserta didik ( 5 tahun terakhir )

Tabel 4.5

Angka mengulang peserta didik ( 5 tahun terakhir )

Tahun Pelajaran Kelas X ( Orang ) Kelas XI (orang ) Kelas XII

Keadaan Peserta didik ( 5 Tahun )

(68)

52 7) Jumlah Peserta didik

Tabel 4.7 Jumlah Peserta didik

Tahun Pelajaran Jumlah Peserta didik

Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah

8) Sarana dan prasarana

Gambar

Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.6
Tabel 4.7 Jumlah Peserta didik
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendeskripsikan solusi untuk mengatasi kendala yang timbul dalam implementasi pendidikan karakter religius melalui kegiatan ekstrakurikuler Rohis di SMA Negeri

Penelitian ini bertujuan untuk meneroleh gambaran faktual mengenai kontribusi kegiatan ekstrakurikuler terakan Pramuka dalam nengembangan nendidikan

Proses Pembentukan Nilai Karakter Siswa Melalui Ekstrakurikuler Pramuka Di MI Tasmirit Tarbiyah Sumbergayam Trenggalek Dalam pembentukan nilai karakter siswa melalui

Faktor penghambat dalam melaksanakan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SD Negeri Pilangsari 3 Sragen yaitu sebagai berikut karakter

karakter melalui ekstrakurikuler pramuka di SMK Negeri 1 Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu ini merupakan sebuah ekstrakurikuler pramuka yang dalam kegiatan

Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan oleh sekolah yaitu ekstrakurikuler pramuka yaitu sebagai salah satu alat/wadah untuk pengembangan karakter yang

Faktor pendukung dalam pelaksana- an kegiatan ekstrakurikuler pramuka da- lam pembentukan karakter tanggung ja- wab terhadap peserta didik di SMP Negeri 2 Windusari antara

i PERAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TAHFIDZ AL-QUR’AN DALAM MENINGKATKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMAN 1 PRAMBON NGANJUK SKRIPSI Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Kediri