ii
PENINGKATAN FISIK MOTORIK HALUS
MELALUI KEGITAN BERMAIN DENGAN MEDIA KERTAS LIPAT
PADA ANAK KELOMPOK A2 DI RA AL-AMIN 02 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
RIZDA MELA SANTI
NIM 11614016
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
AKU PASTI BISA.
Jangan pernah merasa takut untuk gagal sebelum kamu mencobanya.
(Rizda Mela Santi)
Persembahan
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Kedua orang tua tercinta (Irawan dan Siti Zubaidah) yang telah mendidik
peneliti dari kecil hingga sekarang dan memberikan dorongan baik
material maupun spiritual sehingga dapat menyelesaikan studi S1.
2. Keluarga besar Kakek Jupri, keluarga besar Kakek alm. Katiyo dan semua
keluarga yang telah memberikan do’a sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi.
3. Semua keluarga besar RA AL-AMIN 02 Salatiga yang telah memberikan
motivasi yang besar.
4. Kepada teman-teman (Riska, Yunita, Fantyana, Umi, Nelvi, Puji, Daryati,
Devi, Rahma) dan teman-teman jurusan PIAUD yang telah memberikan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Adapun judul skripsi ini adalah “PENINGKATAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN BERMAIN DENGAN MEDIA KERTAS LIPAT PADA ANAK KELOMPOK
A2 DI RA AL-AMIN 02 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018”. Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan PIAUD IAIN Salatiga.
4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara
ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam
x ABSTRAK
Santi, Rizda Mela. 2018. Peningkatan Fisik Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Dengan Media Kertas Lipat Pada Anak Kelompok A2 di RA AL- AMIN 02Salatiga Tahun Pelajaran2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Intitut Agama Islam Negri Salatiga. Pembimbing : Siti Rukhayati, M.Ag.
Kata Kunci : motorik halus, media kertas lipat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat dapat meningkatkan fisik motorik halus pada anak kelompok A2 di RA AL-AMIN 02 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan fisik motorik halus melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat pada anak kelompok A2 di RA AL-AMIN 02 Salatiga tahun pelajaran 017/2018.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah anak kelompok A2 yang berjumlah 15 anak 7 puta dan 8 putri. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data Observasi, Dokumentasi, dan Tes yang berupa lembar kerja anak.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
LOGO ... iii
PERSETUJUAN BIMBINGAN ... iv
PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
D. Kegunaan/Manfaat Penulisan ... 7
xii BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 50
B. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus ... 57
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 58
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus ... 76
B. Pembahasan... 103
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 107
Daftar Pustaka ... 109
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ... 9
Tabel 3.1 Daftar Nama Guru RA AL-AMIN 02 Salatiga ... 53
Tabel 3.2 Daftar Nama Anak RA AL-AMIN 02 Salatiga ... 54
Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ... 76
Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus ... 77
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus ... 79
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru Pada Pra Siklus ... 86
Tabel 4.5Hasil Penilaian Siklus I ... 87
Tabel 4.6Hasil Pengamatan Guru Pada Siklus 1 ... 94
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Siklus II ... 95
Tabel 4.8Hasil Pengamatan Guru Pada Siklus II ... 102
xiv
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto Gedung RA AL-AMIN 02 Salatiga
Lampiran 2 Foto Dewan Guru dan Peneliti
Lampiran 3 Foto Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Lampiran 4 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 5 Surat Keterangan Kegiatan (SKK)
Lampiran 6 Indikator Tiap Siklus
Lampiran 7 RPPH Siklus I
Lampiran 8 RPPH Siklus II
Lampiran 9 Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu jenjang pendidikan yang menjadi perhatian pemerintah adalah
pendidikan anak usia dini, dalam proses pembelajaran pendidikan di RA terdapat
program pembelajaran yang disusun sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan
pendidikan. Karena di RA memiliki prinsip pembelajaran yaitu bermain sambil
belajar, pembelajaran berorientasi kebutuhan anak, pembelajaran berpusat pada anak,
pembelajaran menggunakan pendekatan tematik, pembelajaran PAIKEM GEMBROT
(pembelajaran, aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot),
pembelajaran mengembangkan kecakapan hidup, pembelajaran yang didukung oleh
lingkungan yang kondusif.
Dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak memperoleh
pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan
perkembangan fisik. Perkembangan tersebut berkembang pesat pada masa prasekolah
sehingga masa tersebut disebut dengan masa keemasan atau golden age, karena pada
masa ini merupakan periode yang sangat kritis dalam tahap perkembangan anak.
Kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah bermain, bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak
itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan
bermain yang akan menghasilkan proses belajar pada anak (Mutiah, 2010:91).
Bermain sangat penting bagi anak usia dini karena melalaui bermain dapat
meningkatkan aspek-aspek perkembangan seperti aspek fisik, sosial, emosional, dan
kognitif. Kegiatan dalam bermain mengembangkan aspek fisik dan motorik anak
yaitu melalui permainan motorik kasar dan halus, kemampuan mengontrol anggota
2
dampak jika anak tumbuhh dan berkembang dengan fisik motorik yang baik maka
anak akan lebih percaya diri, memiliki rasa nyaman, dan memiliki konsep diri yang
positif. Menurut Carton & Allen (1999) dalam bukunya Risaldy Sabil (2014:24)
mengemukakan bahwa kegiatan bermain mempengaruhi perkembangan keenam
aspek perkembangan anak, yakni aspek kesadaran diri (personal awareness),
emosional, sosial, komunikasi, kognisi, dan keterampilan motorik.
Perkembangan motorik halus melibatkan otot-otot halus yang mengendalikan
tangan dan kaki. Terkait dengan anak kecil, anda sebaiknya memberikan perhatian
lebih kepada kontrol, koordinasi, dan ketangkasan dalam menggunakan tangan dan
jemari. Meskipun perkembangan ini berlangsung serentak dengan perkembangan
motorik kasar, otot-otot dekat batang tubuh matang sebelum otot-otot kaki dan
tangan, yang mengendalikan pergelangan dan tangan. Jadi, penting bagi anak kecil
untuk berlatih menggunakan otot-otot besar saat terlibat dalam kegiatan motorik
halus. Penundaan pengembangan koordinasi motorik kasar mungkin berdampak
negatif pada perkembangan kemampuan motorik halus. Tetapi begitu anak-anak bisa
melakukan gerakan motorik halus, guru prasekolah sebaiknya mendorong mereka
terlibat dalam semua jenis kegitan manipulatif sehingga mereka bisa belajar dan lalu
menerapkan kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan tangan jemari dengan
control dan tangkas (Beaty, 2013:236).
Kemampuan perkembangan fisik motorik halus pada anak RA pada saat
mengkoordinasikan mata-tangan semakin baik, kelenturan tangannya mereka gunakan
untuk berkreasi. Misalnya : menggunting, menulis, menggambar, mewarnai, dan
melipat kertas. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai
3
Berdasarkan pengamatan kondisi perkembangan anak di RA AL-AMIN 02
Salatiga pada kelompok A2, dalam pembelajaran diketahui adanya kendala pada
kegiatan perkembangan fisik motorik halus yaitu dalam kegiatan fisik motorik halus
khususnya melipat dengan media kertas lipat. Pada saat peneliti melakukan observasi,
peneliti menemukan bahwa pada saat pembelajaran melipat dengan media kertas lipat
masih banyak anak-anak yang meminta bantuan kepada gurunya, ada beberapa anak
yang tidak mau melanjutkan dengan alasan susah, dan hampir semua anak-anak yang
belum bisa melipat dengan rapi sesuai dengan garis pada kertas lipat. Walaupun untuk
usia anak kelompok A tidak harus lurus dan rapi, tetapi setidaknya anak mau belajar
melipat agar kemampuan fisik motorik halus pada anak berkembang dengan
maksimal melalui melipat.
Pada saat anak dibimbing langkah-langkah melipat sesuatu tentang
pembelajaran hari itu, hampir semua anak-anak meminta bantuan kepada gurunya.
Hal tersebut menjadi kendala bagi guru untuk mengatasi anak-anak yang belum bisa
menirukan lipatan sesuai langkah-langkah yang diberikan oleh guru di depan kelas
dalam melipat dari awal sampai akhir. Begitu pula menjadi kendala bagi anak-anak,
dalam satu kelas hanya ada 1 guru sedangkan anak-anak banyak yang meminta
bantuan, sehingga mereka tidak bisa maksimal dalam melaksanakan pembelajaran.
Dari 15 anak yang terdiri dari 7 putra dan 8 putri, yang dapat melakukan
melipat sesuai dengan standart indikator pengembangan meniru lipatan bentuk 1-6
lipatan hanya beberapa anak. Pada anak kelompok A2 sebagian besar belum bisa
menyelesaikan sampai tahap akhir, baru 1-3 lipatan anak-anak sudah meminta
bantuan kepada guru dan juga sebagian besar belum bisa melipat dengan rapi sesuai
garis pada kertas lipat. Hal tersebut kemampuan fisik motorik halus pada anak belum
4
Upaya untuk peningkatan fisik motorik halus anak Guru RA sebaiknya
merancang metode pembelajaran untuk peningkatan fisik motorik halus anak agar
berkembang sesuai harapan, dengan cara menggunakan metode bermain untuk
pembelajaran melipat dalam pengembangan fisik motorik halus pada anak kelompok
A2. Dengan pembelajaran melalui bermain anak pasti akan lebih senang dan bisa
mengikuti pembelajaran melipat dengan baik.
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan keprofesionalisme seorang
tenaga pendidik, yaitu seorang guru harus dituntut untuk mampu meningkatkan hasil
belajar anak dengan metode yang kreatif dan inovatif dalam mendidik anak didiknya
agar penerus bangsa Indonesia mempunyai jiwa yang cerdas, kreatif dan berilmu.
Orang yang mempunyai ilmu akan mendapat kehormatan di sisi Allah dan Rosul-Nya.
Sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an yang menganjurkan agar umat manusia mau menuntut ilmu yang tertuang dalam Firman Allah SWT :
Artinya : “Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “ . (Al Mujadalah : 11).
Menurut Permendiknas RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (2003 : 28), menjelaskan secara jelas batasan tentang pendidikan anak usia
dini bahwa :
Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
5
Program kegiatan di RA dilaksanakan dengan tujuan program, untuk
membentuk melakukan dasar arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan
dan daya cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan pendidikan serta perkembangan selanjutnya”. Metode dan Media
pembelajaran di RA yang dapat diterapkan adalah metode yang sesuai untuk belajar
anak usia dini, salah satunya yaitu metode bermain praktik langsung dan Media
Kertas Lipat dengan tujuan anak terlibat langsung dan merasakan pengalaman baru
yang akan mudah diterima dan selalu diingat oleh anak.
Uraian diatas merupakan sebagian besar gambaran yang perlu diteliti
kebenarannya sehingga mendapatkan perubahan yang lebih baik, dan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut dalam pembahasan peningkatan fisik
motorik halus melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat, maka peneliti
perlu mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan fisik motorik halus melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat pada anak kelompok A2 di RA AL-AMIN 02 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: Apakah melalui
kegiatan bermain dengan media kertas lipat dapat meningkatkan fisik motorik halus
pada anak kelompok A2 di RA AL-AMIN 02 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan fisik motorik halus
melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat pada anak kelompok A2 di RA
6 D. Kegunaan/Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara Teoritis
dan Praktis.
1. Manfaat secara Teoritis yaitu :
a. Memberi masukan untuk pengembangan dan peningkatan profesional guru.
b. Sebagai bahan informasi kepada lembaga lain tentang pentingnya peningkatan
fisik motorik halus pada anak melalui kegiatan bermain dengan media kertas
lipat.
c. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif dan
inovatif dalam merancang dan mengelola kegiatan yang menyenangkan untuk
anak didik.
2. Manfaat secara Praktis yaitu :
a. Bagi Guru
1) Meningkatkan kreatifitas Guru
2) Mendapatkan wawasan dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dengan media yang tepat dalam peningkatan
fisik motorik halus
3) Mendorong Guru melakukan tindakan kelas selanjutnya untuk
memecahkan permasalahan yang ada kaitannya dengan proses
pembelajaran.
b. Bagi Anak
Melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat diharapkan anak didik
senang dan tertarik serta tumbuh minatnya untuk melakukan kegiatan ini
7
c. Bagi Orang Tua
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan orang tua anak didik dapat
mengetahui dan memahami bahwa peningkatan fisik motorik halus anak
melaui kegiatan bermain dengan media kertas lipat, sehingga orang tua dapat
bekerjasama dengan pihak guru maupun sekolah untuk bersama-sama
membina dan mendidik anak-anak agar meningkatkan fisik motorik halus anak
usia dini pada saat di rumah.
d. Bagi sekolah
1) Dapat meningkatkan prestasi RA AL-AMIN 02 Salatiga
2) Dapat memberikan wawasan atau pengetahuan baru tentang peningkatan
fisik motorik halus melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Hipotesis Tindakan adalah “Dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatasi masalah”. (Wardhani,2012:2.10)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa hipotesis adalah
pernyataan atau jawaban awal yang kebenarannya belum dapat dipastikan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu dalam mengatasi masalah.
Siswanto (2017: 154) mengungkapkan indikator keberhasilan merupakan
keberhasilan yang dijadikan acuan dalam menetukan keberhasilan atau keefektifan
8
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah 85% dan
terdapat ketentuan pemberian nilai pada anak yaitu sebagai berikut :
Tabel .1.1
Ketentuan Pemberian Nilai Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Dengan Media Kertas Lipat
Simbol
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, hipotesis tindakan yang peneliti
ajukan dalam penelitian ini adalah melalui kegiatan bermain dengan media kertas
lipat dapat meningkatkan fisik motorik halus pada anak kelompok A2 di RA
AL-AMIN 02 Salatiga sesuai dengan indikator keberhasilan anak yaitu 85%.
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. (Wardhani,
2012:1.4).
Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan
9
penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki
praktik pembelajaran yang ada, meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
guru sehingga mampu menghasilkan anak didik yang berprestasi. Peneliti
merencanakan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini pada tahun pelajaran
2018.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah 15 anak terdiri dari 7 putra dan 8 putri pada
kelompok A2 di RA AL-AMIN 02 Salatiga, yang berlokasi di Ngronggo Rt 02/
Rw 04, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Model
pembelajaran yang dilaksanakan di RA AL-AMIN 02 masih menggunakan model
klasikal, karena adanya keterbatasan ruang belajar dan tenaga pendidik.
3. Langkah – langkah penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas ada 4 komponen, yaitu
perencanaan (planing), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observation),
dan Refleksi (reflection). Kemmis dan McTanggart dari Deakin University via
Slamet Riadi (2005) dalam bukunya (Suryadin, 2011:21,22). Untuk lebih jelasnya
tahapan dalam tindakan kelas yang di jabarkan Kemmis dan M.C Taggart sebagai
10
Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTanggart
Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan (planning),
tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penggunaan media
kertas lipat yaitu membuat (RKH) Rencana Kegiatan Harian.
2) Menyiapkan lembar tes atau lembar penugasan, yang mana hasil
penugasan dari anak didik tersebut akan diberi nilai dan dijadikan data
untuk dianalisis lebih lanjut.
3) Membuat simulasi perbaikan.
b. Tahap Pelaksanaan
Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan
media kertas lipat melalui bermain sesuai dengan konsep pembelajaran yang
11
c. Tahap Pengamatan/Observasi
Pada tahap ini, peneliti menyajikan hasil tindakan yang telah dilakukan
melalui: lembar observasi, hasil wawancara, analisis dokumentasi.
d. Tahap Refleksi
Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian, tahap
refleksi meliputi:
1)Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2)Evaluasi hasil observasi.
3)Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I untuk
dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
4. Tehnik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian data dalam penelitian ini
menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan penugasan :
a. Teknik Observasi
Wardhani ( 2012: 2.27) berpendapat pelaksanaan obervasi dilakukan
secara terfokus pada perilaku belajar siswa, interaksi antara guru dan siswa,
dan mengamati setiap kejadian dengan alat observasi tentang hal-hal yang
akan diteliti. Samsu (2013:82) memberikan pendapat bahwa tujuan observasi
adalah untuk memperoleh informasi, data, dan rekaman hal-hal penting dalam
pembelajaran yang dapat dijadikan bahan untuk menemukan masalah PTK.
Observasi hasil belajar menggunakan lembar observasi akan digunakan
sebagai pedoman dalam mengumpulkan data tentang kemampuan
perkembangan fisik motorik halus anak. Lembar observasi ini diambil dari
tahapan kemandirian anak untuk melipat dengan media kertas lipat melalui
12
b. Teknik Dokumentasi
Di samping data yang dikumpulkan dengan cara observasi, masih ada
teknik dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari data atau hal-hal yang
sesuai dengan yang dibutuhkan pada saat penelitian. Dokumen yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah catatan harian guru, profil sekolah,
lembar portofolio hasil kerja anak, rapot siswa, wawancara, foto dengan
kamera, Wardhani (2012: 2.29).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dimaksudkan dalam PTK adalah alat yang digunakan oleh
guru atau observer untuk megukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan
untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan, Samsu
(2013: 75).
a. Lembar Observasi Siswa dan Guru
Lembar observasi anak ini digunakan untuk memantau setiap peningkatan
fisik motorik halus anak dalam kegiatan melipat.
Lembar observasi guru ini disusun untuk memantau peningkatan dari proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penguasaan terhadap kegiatan
bermain dengan media kertas lipat.
b. Soal Tes
Yaitu berupa penugasan pada anak yang berupa hasil melipat anak yang sudah
ditempel pada kertas yang sudah disiapkan oleh peneliti.
6. Analisis Data
Analisis Data menurut Arikunto (2008 : 128) adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
13
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang harus
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri dan
orang lain.
Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan
observasi kegiatan pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan.
Analisis data observasi terhadap guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran
digunakan untuk melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan
yang dapat diambil pada siklus berikutnya.
Analisis data terhadap anak dilakukan beberapa tahap seperti Mulyasa (2009 :101)
yaitu :
1) Menjumlah Skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.
2) Menghitung presentase peningkatan melipat pada anak. Presentase
pencapaian kemampuan rumusnya, yaitu :
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x jumlah butir amatan
Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%
Jumlah skor maksimum
Persentase Keberhasilan Kelas = Total pencapaian kelas x 100%
Jumlah Siswa
3) Membuat tabulasi skor observasi pengamatan melipat dengan kegiatan
14 Keterangan :
1) Persentase pencapaian: diperoleh dari perhitungan persentase piningkatan hasil
melipat dengan kegiatan bermain pada masing-masing anak.
2) Persentase keberhasilan: diperoleh dari persentase standar ketuntasan belajar yang
ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu standar keberhasilan hasil belajar tiap anak
sebesar 85%.
3) Penelitian pada setiap Siklus akan berhasil bila anak sudah mencapai persentase
yang telah ditentukan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti uraian
penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan sistematka skripsi secara garis
besar menjadi beberapa bagian :
Bagian awal yang terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, moto
dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,
daftar lampiran.
BAB I berisi tentang Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan/Manfaat Penelitian, Hipotesis Tindakan,
Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II mengkaji tentang kajian pustaka yaitu, Pengertian Fisik Motorik
Halus, Kegiatan Bermain, Media Pembelajaran, Kertas Lipat.
BAB III menjelaskan tentang pelaksanaan penelitian yaitu, Gambaran Umum
Lokasi dan Subyek Penelitian, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Pra Siklus, Deskripsi
15
BAB IV hasil Penelitian dan Pembahasan, Deskripsi Per Siklus, Deskripsi
Pelaksanaan Per Siklus.
BAB V penutup berisi Kesimpulan dan Saran.
Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan
16 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Fisik Motorik Halus
1. Pengertian Fisik Motorik Halus
Pengembangan fisik adalah pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada
tubuh/badan/ jasmani seseorang (Hildayani,2004:8.3).
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih (Hasnida,2014:52).
Keterampilan motorik halus adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan
pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktifitas ini termasuk memegang benda
kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pensil
dengan benar, menggunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing dan
menarik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan
dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar
(Damay,2012:52)
Menurut Profesor Janet W. Lerner (Sudono,2000:53) seorang guru besar
pada universitas Northeastern Illinois dalam bidang ilmu kemampuan dan
ketidakmampuan belajar, motorik halus adalah keterampilan menggunakan media
dengan koordinasi antara mata dan tangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Fisik motorik halus merupakan perubahan
yang terjadi pada tubuh seseorang dengan kemampuan untuk menggerakkan
otot-otot kecil atau halus pada bagian tangan dengan menggunakan media sebagai alat
17 2. Tahapan Perkembangan Motorik Halus
Desni (2010), menyatakan bahwa tahapan perkembangan motorik halus
berdasarkan usia, antara lain adalah:
a. Usia 1-2
Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk, membuka 2-3 halaman
buku secara bersamaan, menyusun menara dari balok, memindahkan air dari
gelas ke gelas lain, belajar memakai kaus kaki sendiri, menyalakan TV dan
bermain remote, belajar mengupas pisang.
b. Usia 2-3
Mencoret-coret dengan 1 tangan, menggambar garis tak beraturan, memegang
pensil, belajar menggunting, mengancingkan baju, memakai baju sendiri.
c. Usia 3-4
Menggambar manusia, mencuci tangan sendiri,membentuk benda dari
plastisin, membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi.
d. Usia 4-5
Menggunting dengan cukup baik, melipat amplop, membawa gelas tanpa
menumpahkan isinya, memasukkan benang ke lubang besar.
3. Faktor -Faktor Perkembangan Fisik Motorik Halus
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak sebagai berikut
(Kartono, 1995:21):
a. Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan).
b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan kematangan
fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis.
c. Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan, punya
18
Faktor-faktor (syarat-syarat) yang mempengaruhi perkembangan motorik
anak, yang meliputi 6 persayaratan: perkembangan usia, tercapainya kematangan
organ-organ fisik, kontrol kepala, kontrol tangan, kontrol kaki dan lokomosi.
Adapun penjelasan tentang persayaratan yang mempengaruhi perkembangan
motorik adalah sebagai berikut(Dariyo:2007) :
a. Perkembangan Usia
Usia mempengaruhi individu untuk melakukan suatu aktivitas. Karena dengan
pertambahan usia, berarti menunjukkan tercapai kematangan organ-organ
fisik. Kemudian ditopang pula oleh berfungsinya sistem syaraf pusat yang
mengkoordinasikan organ-organ tubuh, sehingga seseorang dapat melakukan
aktivitas motorik kasar dan motorik halus.
b. Tercapainya Kematangan Organ-organ Fisiologis
Kematangan organ fisik ditandai dengan tercapainya jaringan otot yang makin
komplek, kuat dan bekerja secara teratur. Pada masa pertumbuhan bayi
maupun anak, kematangan fisiologis ini dipengaruhi oleh faktor usia, nutrisi
dan kesehatan individu. Makin tinggi usia seseorang, makin matang
organ-organ fisiologisnya. Namun kematangan ini, tak lepas dari faktor nutrisi yang
dikonsumsi setiap harinya. Nutrisi yang baik yaitu makan-makanan yang
mengandung gizi, vitamin, protein akan menjamin kesehatan seseorang. Bayi
maupun anak yang memiliki kondisi sehat cenderung memiliki kematangan
fisiologisnya, dibandingkan dengan bayi atau anak yang sering terkena
penyakit.
c. Kontrol Kepala
Pada usia 1-5 bulan, bayi masih sering tertidur dengan posisi kepala terbaring
19
mengangkat kepala belum dapat dilakukan dengan baik. Hal ini terjadi karena
otot-otot bagian leher belum berkembang dengan baik, sehingga belum
mampu untuk menopang kepalanya. Sejalan dengan perkembangan usianya,
bayi akan mampu untuk tengkurap dan menopang kepalanya. Awal mulanya,
bayi belajar untuk memindahkan posisi dari posisi terlentang menjadi posisi
tengkurap. Keberhasilan untuk mencapai posisi tengkurap ini, akan diikuti
dengan kemampuan untuk mengangkat dan menopang kepalanya.
Kemampuan mengontrol kepala (head control skill) merupakan dasar untuk
perkembangan gerakan-gerakan kepala yang bermanfaat bagi seorang anak
yang akan melakukan aktivitas olahraga, misalnya gerakan memutar atau
menggeleng kepala.
d. Kontrol Tangan
Sejak lahir bayi akan menggenggam benda-benda yang datang dan menyentuh
telapak tangannya. Awal mulanya bayi tidak mampu untuk memegang dan
menggenggam suatu benda dengan baik, tetapi dengan pengaruh
perkembangan usia dan kematangan otot-otot, maka bayi akan mampu dengan
sendirinya untuk melakukan tugas menggeggam/mengepal suatu benda secara
kuat. Reflek ini merupakan dasar timbulnya gerakan-gerakan motorik halus,
seperti: menggengam, menulis, menggambar atau menggunting. Kemampuan
melakukan koordinasi otot-otot tangan yang bermanfaat untuk keterampilan
tangan dinamakan kemampuan control tangan (hand control ability).
e. Kontrol Kaki
Kemampuan mengontrol kaki (legs control) diatur oleh sistem syaraf pusat.
Namun pada diri seorang bayi, kaki bergerak karena ada suatu benda yang
20
bayi cenderung pasif dan hanya bergerak, kalau ada rangsangan dari luar
dirinya. Bayi dapat menggerakkan kaki sendiri sebagai respons atau reflek
rasa senang atas kehadiran orang yang memiliki kedekatan emosional. Jadi
kakinya memang belum cukup kuat untuk berjalan. Sebagaimana halnya, kaki
merupakan organ penting untuk melakukan kegiatan motorik kasar (berjalan,
melompat, berlari), namun untuk dapat melakukannya perlu persiapan dan
kematangan fisik. Tentu hal ini sesuai dengan perkembangan usianya. Makin
tinggi usianya, misalnya usia 1,5-2,0 tahun, maka bayi (anak) akan dapat
melakukan kegiatan-kegiatan seperti: merangkak, berjalan, berlari dan
sebagainya. Dengan kemampuan ini, kontrol kaki berfungsi secara sempurna.
f. Lokomosi
Lokomosi (locomotion) ialah kemampuan untuk bergerak atau berpindah dari
satu tempat ke tempat yang lain. Kemampuan ini berkembang sejalan dengan
bertambahnya usia dan tercapainya kematangan organ-organ fisik, serta
berfungsinya sistem syaraf pusat. Dengan demikian kemampuan
bergerak/berpindah sangat dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat
fisiologis. Secara implisit, kemampuan lokomosi sudah ada bersamaan dengan
timbulnya gerakan-gerakan reflex, seperti: reflex penempatan (placing reflek),
berjalan, berenang. Namun kemampuan reflekks itu cenderung tidak terkontrol
oleh sistem syaraf, sehingga dapat dikatakan bahwa reflek merupakan sebagai
tanda saxzperkembangan awal dari lokomosi (pre-locomotion). Hal ini
kemudian berkembang secara bertahap, sampai benar-benar tercapai
kemampuan lokomosi. Diantara tahapan itu, misalnya: sejak bayi mampu
mencapai posisi tengkurap, maka muncullah perilaku-perilaku sebagai
21
Dari posisi tengkurap, berarti bayi akan atau sudah mampu untuk mengangkat
kepala (kontrol kepala), meningkat menjadi kemampuan untuk mengangkat
badan, merangkak, belajar berjalan, berjalan, berlari dan melompat.
B. Kegiatan Bermain
1. Pengertian Bermain
Secara bahasa, bermain diartikan sebagai suatu aktivitas yang langsung
atau spontan, di mana seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda
di sekitarnya, dilakukan dengan senang (gembira), atas inisiatif sendiri,
menggunakan daya khayal (imajinatif), menggunakan pancaindra, dan seluruh
anggota tubuhnya. Menurut Brooks, J.B dan D.M Elliot dalam bukunya (Latif.dkk,2013:77), “Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara
bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang lebih ialah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, dan tanpa
mempetimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Aktivitas bermain merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan membutuhkan pengaturan lingkungan bermain dan
belajar serta alat-alat permainan yang dibutuhkan (Risaldy,2014:45).
Menurut Bettelheim (Risaldy,2014:48), “Kegiatan bermain adalah
kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realita luas.”
Bermain merupakan prinsip dasar anak usia dini, sehingga wajar apabila
bermain menjadi salah satu metode yang wajib dilakukan guru dalam
22
Plato, Aristoteles, dan Frobel (Mutiah,2010:93) menganggap bermain
sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan
sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada
anak.
Menurut Piaget (Tedjasaputra,2001:8) bermain adalah keadaan tidak
seimbang dimana asimilasi lebih dominan daripada akomondasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Bermain merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan tanpa ada paksaan atau tekanan dan tidak
mempunyai peraturan dalam permainan, kegiatan yang dilakukan membutuhkan
peraturan lingkungan bermain dan belajar serta alat-alat permainan yang
dibutuhkan menggunakan anggota seluruh anggota tubuh, dan kegiatan bermain
digunakan sebagai alat untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan
tertentu pada anak.
2. Manfaat bermain
(Risaldy,2014:145) manfaat bermain bagi anak usia dini meliputi :
a. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik.
Ketika bermain anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang
banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, srhingga membuat tubuh anak
menjadi sehat. Selain itu, anggota tubuh mendapat kesempatan untuk
digerakkan, dan anak juga dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan
sehingga anak tidak merasa gelisah.
b. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
Aspek motorik kasar dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain,
23
motorik halus dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain mewarnai,
menggambar bentuk-bentuk tertentu atau meronce berbagai bentuk dengan
variasi berbagai bahan.
Melalui bermain, dapat mengontrol gerak motorik kasar. Pada saat
bermain itulah, mereka dapat mempraktikan semua gerakan motorik kasar
seperti berlari, meloncat, melompat. Anak-anak terdorong untuk mengangkat,
membawa, berjalan atau meloncat, berputar, dan beralih respons untuk irama
(Mutiah,2010:151).
Melaui bermain anak dapat mempraktikan keterampilan motorik halus
mereka seperti menjahit, menata puzzle, memaku paku ke papan, mengecat
(Mutiah,2010:152).
c. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial.
Dengan bermain anak belajar berkomunikasi dengan sesame temman baik
dalam hal mengemukakan isi pikiran dan perasaannya maupun memahami apa
yang diucapkan oleh teman, sehingga hubungan dapat terbina dan dapat saling
informasi.
d. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian.
Melalui bermain anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya dalam
hidupnya sehari-hari. Selain itu, bermain bersama sekelompok teman, anak
akan mempunyai penilaian terhadap dirinya sehingga dapat membantu
pembentukan konsep diri, rasa percaya diri, dan hraga diri karena ia merasa
24 e. Manfaat bermain untuk aspek kognitif.
Pada usia didi anak diharapkan menguasai berbagai konsep seperti warana,
bentuk, arah besaran sebagai pengalaman untuk belajar menulis, bahasa,
matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Pemahaman konsep-konsep ini
lebih mudah diperoleh jika melalui kegiatan bermain.
f. Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan. Penginderaan
menyangkut penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan
perabaan. Melalui kegiatan bermian kelima aspek penginderaan dapat diasah
agar anak menjadi lebih tanggap di lingkungan sekitarnya.
g. Manfaat bermain untuk mengembangkan keterampilan olahraga dan menari.
Dalam kegiatan bermian olahraga anak melakukan gerakan-gerakan olahraga
seperti berlari, melompat, menendang dan melempar bola sehingga anak akan
memiliki tubuh yang sehat, kuat dan cekatan. Dalam kegiatan menari anak
melakukan gerakan-gerakan yang lentur tidak canggung-canggung sehingga
anak akan memiliki rasa percaya diri.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan bermain
Menurut Hurlock, 1987 (Tedjasaputra,2001:91) kegiatan bermain yang dilakukan
anak dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Kesehatan
Kesehatan sangat mempengaruhi aktivitas anak, termasuk bermain. Anak yang
lebih sehat akan cenderung melakukan ndan menyanyangi kegiatan bermain
aktif daripada pasif, seperti olahraga, bermain lompat tali, kejar-kejaran dan
25
b. Perkembangan Motorik
Kegiatan bermain sedikit banyak tergantung pada perkembangan motorik
anak, baik motorik halus maupun motorik kasar. Kegiatan bermain aktif lebih
banyak menggunakan keterampilan motorik, terutama motorik kasar, seperti
berlari, melompat,meloncat dan lain-lain. Sedangkan bermain pasif kurang
begitu banyak melibatkan koordinasi motorik.
c. Intelegensi
Biasanya anak lebih pandai lebih aktif dari pada anak yang kurang pandai.
d. Jenis kelamin
Banyak penelitian telah dilakukan terhadap perbedaan yang terjadi antara anak
laki-laki dan perempuan dalam memilih kegiatan bermain. Namun beberapa
penelitian lain menggungkapkan bahwa, perbedaan itu muncul akibat adanya
perbedaan perlakuan yang diterima oleh anak perempuan dan laki-laki sejak
bayi (Spondek, Saracho & Davis,1991).
e. Lingkungan dan taraf sosial ekonomi
Anak yang berasal dari lingkungan dan tingkat sosial ekonomi rendah
cenderung memiliki kesehatan yang kurang baik, kurang mempun yai waktu
luang, alat permainan dan tempat untuk bermain, sehingga mereka cenderung
kurang banyak melakukan kegiatan bermain. Begitu pula anak yang tinggal di
desa, lebih jarang bermain dibandingkan anak sebayanya yang tinggal di kota,
mengingat kurangnya waktu luang dan alat permainan.
f. Alat permainan
Jenis alat permainan yang memiliki anak mempengaruhi kegiatan bermain.
Alat permainan seperti boneka dan binatang-binatang merangsang kegiatan
26
keeping-keping plastik untuk dirakit akan membuat kontruktif, alangkah
sangat bijaksana bila guru dan orang tua dapat menyediakan alat permainan
yang bervariasi, sehingga berbagai jenis kegiatan bermain dapat dilakukan.
Dan ini memang penting artinya untuk mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak secara optimal.
4. Kelebihan dan kekurangan metode bermain
Adapun kelebihan metode ini adalah : Sesuai dengan tahap perkembangan
anak yang membutuhkan wahana dalam mengembangkan semua aspek-aspek
perkembangan, baik perkembangan fisik, perkembangan kognitif maupun
emisionalnya. Adapun kekurangan metode ini adalah : apabila metode ini
dilakukan tanpa persiapan yang matang, maka ada kemungkinan tujuan-tujuan
pembelajaran tidak tercapai secara maksimal sebab anak terlalu larut dalam proses
bermain apalagi misalnya guru kurang memperhatikan tahapan-tahapan
pembelajaran melalui metode ini (Risaldy,2014:33).
C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius, dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dalam
bahasa Arab, media adalah perantara atau pembawa pesan dari pengirim kepada
penerima pesan (Latif.dkk,2013:151).
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran
cenderung diartikan sebagai alat-alat frafis, fotografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal
27
Menurut Gerlach dan ely dalam bukunya (Hasnida,2014:33), “Media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, kejadian yang
membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Media merupakan suatu proses
pembelajaran pada anak untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
sikap. Melalui perantara atau pembawa pesan untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.
2. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu media visual,
media audio, dan media audio visual (Hasnida,2014:54).
a. Media Visual
Media visual adalah media yang menyampampaikan pesan melalui
penglihatan pemirsa atau media yang hanya dapat dilihat.
b. Media Audio
Media Audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contohnya media audio adalah
program kaset suara dan program radio.
c. Media audio visual
Media audio visual merupakan kombinasi dari media audio dan media visual
atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media
audiovisual, maka penyajian isi tema pembelajaran kepada anak akan semakin
28
Sedangkan menurut (Latif.dkk,2013:152-154), jenis-jenis media yang
lazim dipakai di Indonesia dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya:
a. Media visual/media grafis : adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis
media visual ini tampaknya yang paling sering digunakan oleh guru pada
lembaga pendidikan anak usia dini untuk membantu menyampaikan isi
dari tema pendidikan yang sedang dipelajari. Media visual terdiri atas
media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan media yang tidak
dapat diproyeksikan (non projected visual). Media grafis termasuk media
visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber kepenerima
pesan. Saluran yang digunakam menyangkut dengan indra penglihatan.
b. Media audio : media audio berkaitan dengan indra pendengaran. Pesan
yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambing-lambang auditif,
baik verban (lisan), maupun nonverbal. Ada beberapa jenis media yang
dapat dikelompokkan dalam media audio yaitu : Radio, alat perekam pita
magnetic, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.
c. Media proyeksi dia (audio-visual) : mempunyai persamaan dengan media
grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Perbedaannya
adalah pada media grafis dapat berinteraksi secara langsung dengan pesan
media bersangkutan, sedangkan pada media proyeksi diam terlebih dahulu
harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran, ada
kalanya media ini disertai dengan rekaman audio, tetapu ada pula yang
hanya visual saja.
Ada beberapa kategori dalam mengklasifikasi jenis-jenis media
pembelajaran untuk anak usia dini yang bisa dikembangkan sesuai dengan
29
(Hasnida,2014:37), kategori media pembelajaran yang digunakan pada anak
usia dini terdiri dari tiga tahapan, yaitu media manipulative (media kognitif),
media pictorial (semi kognitif), dan media symbolic (simbol-simbol).
a. Media manipulative
Media manipulative adalah segala benda yang dapat dilihat, disentuh,
didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan.
b. Media pictorial
Media pictorial adalah manipulasi dari media sebenarnya, biasanya
diimplementasikan dalam bentuk-bentuk gambar.
c. Media symbolic
Tahapan media yang terakhir adalah media symbolic. Media ini diberkan
kepada anak yang sudah memiliki tingkat pemahaman yang cukup matang.
3. Tujuan Penggunaan Media
Media pembelajaran menjadi jembatan anatara guru dan siswa dengan
pembelajaran, maka dapat dipahami bahwa tujuan pembelajaran sangat penting
bagi media pembelajaran dalam hal-hal berikut (Hamalik:1994:25) dalam
bukunya (Hasnida,2014:36) :
a. Tujuan pembelajaran menentukan arah yang hendak dicapai oleh media
pembelajaran.
b. Tujuan pembelajaran menentukan alat atau media pembelajaran yang akan
digunakan.
c. Tujuan pembelajaran menentukan tehnik penilaian terhadap penggunaan
media pembelajaran.
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
30
demikian, dapat diharapkan manfaat yang maksimal dari media pembelajaran
terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
4. Pemilihan Media Pembelajaran Anak Usia Dini
Menurut Sadiman (1993) dalam bukunya (Latif.dkk,2013:155),
mengatakan, bila media itu sesuai pakailah, “If medium fits, use it!” Dan, yang
menjadikan pertanyaan adalah apa ukuran atau criteria kesesuaian tersebut.
Beberapa faktor perlu dipertimbangkan, misalnya: tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan
(audio, visual, grerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi
setempat dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada
akhirnya harus diterjemahkan dalam norma atau criteria keputusan pemilihan.
Dalam konteks pemilihan media pembelajaran untuk anak usia dini,
beberapa dasar pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
pembelajaran, diantaranya (Latif.dkk,2013:155-156) :
a. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
pemakai (anak usia dini) yang dilayani serta mendukung tujuan
pembelajaran.
b. Media pembelajaran yang dipilih perlu didasarkan atas asas manfaat, untuk
apa dan mengapa media pembelajran tersebut dipilih.
c. Pemilihan media pembelajaran hendaknya berposisi ganda baik berada pada
sudut pandang pemakai (guru,anak) maupun dari kepentingan lembaga.
d. Pemilihan media pembelajaran harus didasarkan pada kajian edukatif dengan
memperhatikan kurikulum yang berlaku, cakupan bidang pengembangan
yang dikembangkan, karakteristik peserta didik serta aspek-aspek lainnya
31
e. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya memenuhi persyaratan kualitas
yang telah ditentukan antara lain relevansi dengan tujuan, persyaratan fisik,
kuat dan tahan lama, sesuai dengan dunia anak, sederhana, atraktif, dan
berwarna, terkait dengan aktivitas bermain anak serta kelengkapan yang
lainnya.
f. Pemilihan media pembelajaran hendaknya memeliharakan pula
keseimbangan koleksi (well rounded collection), termasuk media
pembelajaran pokok di bahan penunjang sesuai dengan kurikulum baik untuk
kegiatan pembelajran bakat, minat, dan keterampilan yang terkait.
g. Untuk memudahkan memilih media pembelajaran yang baik perlu kiranya
menyertakan alat bnatu penelususran informasi, seperti katalog, kajian buku,
review, atau bekerja sama dengan sesame komponen fingsional seperti
guru-guru atau kepada pimpinan lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
dalam forum KKG (Kelompok kerja guru), misalnya para guru dari berbagai
lembaga PAUD dimungkinkan untuk saling tukar informasi mendiskusikan
berbagai hal yang berkaitan dengan peningkatan proses belajar mengajar
(PBM) dan tentang kondisi keberadaan media pembelajaran yang diperlukan.
5. Prinsip-prinsip Media Pembelajaran
Dalam pembuatan media pembelajaran ini ada beberapa prinsip yang harus
diperhatian, dalam bukunya (Latif.dkk,2013:157-159) yaitu:
a. Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multiguna.
b. Bahan mudah didapatkan di lingkungan sekitar lembaga PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini ) dan mudah atau bisa dibuat dari bahan bekas/sisa.
32
d. Dapat menimbulkan kretivitas, dapat dimainkan sehingga menambah
kesengan bagi anak, menimbulkan daya khayal dan daya imajinasi serta
dapat digunakan untuk bereksperimen dan bereksplorasi.
e. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana.
f. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal.
g. Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
D. Kertas Lipat atau Origami
1. Pengertian Kertas Lipat atau Origami
Origami adalah seni melipat kertas, yang terkenal berasal dari dan
berkembang di Jepang. Sebagai hobi origami memang terlihat sepele, tapi jika
dilihat sebagai sesuatu yang mendidik, origami akan bermakna sangat besar. Ada
berbagai macam manfaat yang diperoleh dari seni lipat-melipat ini
(Simpleepaper.blogspot.co.id/2012 diaskes pada tanggal 23 Maret 2018).
Menurut kamus webster’s Third New International (seperti yang dikutip
Isao Honda, 1965) origami merupakan seni melipat kertas dari Jepang atau
sesuatu (menampilkan bentuk dari burung, serangga, dan bunga) yang dihasilkan
dari seni melipat kertas (Elib.unikom.ac.id diaskes pada tanggal 23 Maret 2018).
Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang
digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. origami
merupakan suatu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula sejak kertas
diperkenalkan pada abad pertama di zaman tiongkok kuno pada tahun 105 masehi oleh Ts‟ai lun. Origami atau melipat kertas adalah aktivitas seni yang mudah
dibuat dan menyenangkan, origami juga sangat fungsional untuk anak. Seni ini
memiliki fungsi melatih motorik halus dalam masa perkembangan, hal tersebut
33
pelaku pelipat kertas itu sendiri. Oleh karena itu seni tersebut cocok untuk
diterapkan pada pendidikan dasar (e-jurnal.uajy.ac.id diaskes pada tanggal 23
Maret 2018).
Ada beberapa pengertian dari origami, yaitu:
a. Menurut kamus webster’s Third New International (seperti yang dikutip Isao Honda, 1965) origami merupakan seni melipat kertas dari Jepang atau
sesuatu (menampilkan bentuk dari burung, serangga, dan bunga) yang
dihasilkan dari seni melipat kertas.
b. Hira Karmachela (2008) berpendapat bahwa kata origami berasal dari bahasa
Jepang yakni dari kata oru yang berarti melipat dan kami berarti kertas.
Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak
mengubah artinya, yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan
orikami tetapi origami maksudnya adalah melipat kertas. Sedangkan menurut
Dr Sumanto, (2006) melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya seni/
kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan
untuk menghasilkan aneka bentuk main, hiasan, benda fungsional, alat
peraga dan kreasi lainnya.
c. Berkaitan dengan kegiatan melipat Hira Karmachela berpendapat (20081),
Seni melipat kertas ini merupakan seni yang sangat cocok bagi anak karena
origami melatih keterampilan tangan anak. Juga kerapian dalam berkreasi.
Selain itu anak akan terbiasa untuk menciptakan hal baru atau inovasi.
Melipat pada hakekatnya merupakan keterampilan tangan untuk menciptakan
bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat lem serta ketelitian
ini membutuhkan keterampilan koordinasi tangan, ketelitian dan kerapian,
34
memberikan keasikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi anak Sumantri
(2005).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kertas Lipat atau Origami merupakan suatu
tehnik karya seni dengan melipat kertas atau kerajinan tangan yang terbuat dari
bahan kertas yang bertujuan untuk melatih keterampilan tangan anak yang
menghasilkan aneka bentuk main, hiasan, benda fungsional, alat peraga dan kreasi
yang memberikan keasikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi anak.
2. Manfaat Ketas Lipat
Ada sebuah thesis untuk gelar PhD yang meneliti tentang manfaat origami bagi
seseorang. Disitu tercatat ada sepuluh manfaat origami
(Simpleepaper.blogspot.co.id/2012 diaskes pada tanggal 23 Maret 2018), yaitu :
a. Pembentukan kemampuan motorik yang lebih sempurna pada kedua tangan,
b. Peningkatan kemampuan intelektual,
c. Peningkatan kemampuan daya kreatif,
d. Merangsang kinerja seimbang antara bagian otak kiri dan kanan,
e. Peningkatan daya imajinasi,
f. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian(boleh dibilang
meningkatkan konsentrasi),
g. Meningkatan kemampuan dayaingat (memori),
h. Melatih kesabaran,
i. Memberikan penglaman emosional dan estetis, dan tentu saja
j. Membuat seseorang bisa lebih menghargai kenikmatan, kepuasan, dan
35 3. Macam-macam jenis Kertas Lipat
Ada beberapa macam jenis origami dalam (olvista.com diaskes pada tanggal 23
maret 2018) antara lain:
a. Origami Bergerak (Action Origami)
Origami tidak hanya terdiri dari objek diam, tetapi juga ada yang bisa
bergerak. Biasanya gerakan origami dibantu dengan tangan untuk membuat
gerakan seperti terbang, melayang, mengepakkan sayap, melompat, atau
membuka mulut. Contoh origami aksi yang populer adalah origami kodok
yang dapat melompat jika ujung belakangnya di tekan, pesawat terbang atau
senjata rahasia ninja yang bisa terbang jika dilempar.
b. Origami Moduler (Modular Origami)
Origami modular kadang kadang disebut juga origami 3D (tiga dimensi).
Origami modular adalah origami yang tersusun dari beberapa lipatan kertas
yang berbentuk sama. Biasanya lipatan modul berbentuk sederhana, namun
untuk menyusunnya menjadi objek tertentu biasanya cukup sulit.
c. Origami Basah (Wet-Folding Origami)
Origami basah adalah seni melipat kertas dimana kertas yang digunakan
dilembabkan atau dibasahi. Setelah bentuk origami selesai lalu dibiarkan
kering. Kertas yang lembab lebih mudah dibentuk menurut geometri yang
lebih fleksibel dibandingkan dengan kertas kering. Keterampilan seniman
origami basah tidak hanya melipat tetapi juga membentuk permukaan objek
seperti kekukan dan tonjolan.
d. Origami Murni (Pureland Origami)
Origami murni adalah jenis seni melipat kertas dengan aturan yang ketat
36
dikembangkan oleh seniman origami Inggris yang bernama John Smith pada
tahuun 1970-an untuk membantu orang berajar origami atau orang
mempunyai keterbatasan fisik motorik.
e. Tesselasi Origami (Origami Tesselations)
Tesselasi adalah seni membentuk susunan ubin pada bidang dua dimensi
sehingga membentuk bidang beraturan. Tesselasi origami adalah seni
membentuk susunan ubin menggunakan kertas yang dilipat sedemikian rupa
sehingga menghasilkan bidang yang beraturan.
f. Kirigami
Dalam seni origami tradisional tidak dikenal istilah kirigami, istilah kirigami
sendiri baru dikenal pada abad ke-20. Kirigami adalah seni melipat dan
memotong kertas untuk membentuk ojek seni. Sebagian orang memasukkan
kirigami sebagai bagian dari origami karena kemiripan nama dan adanya
unsur melipat kertas pada seni ini.
4. Langkah-langkah Kegiatan Bermain Dengan Media Kertas Lipat
Dalam penggunaan media kertas lipat dlam kegiatan bermain, guru melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan tema pembelajaran
b. Guru menjelaskan tema pembelajaran dihubungkan dengan kertas lipat
c. Guru menyediakan kertas lipat untuk kegiatan melipat
d. Guru membagikan kertas lipat pada siswa
e. Guru memberikan bimbingan, motivasi dan dorongan kepada anak
f. Guru menjelaskan pada anak-anak bagaimana melipat yang baik dan benar
g. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan
37
h. Guru memberikan reward kepada siswa yang telah melakukan kegiatan
bermain melipat dengan baik dan benar.
E. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa penelitian, ada beberapa
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian yang
pertama yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian dari jurnal yang dilakukan
oleh Catri Jumiarsih (2012). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan motorik halus anak yang diterapkan dalam menggunakan kegiatan
melipat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek dalam
penelitian ini adalah anak kelompok A dan guru TK Aisyiyah 2 Pandeyan. Penelitian
ini bersifat kolaboratif antara lain peneliti dan guru kelas. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Hasil dari penilitian ini
menunjukkan adanya peningkatan motorik halus anak melalui kegiatan melipat.
Hal ini dapat dilihat dari prosentase rata-rata hasil kemampuan motorik halus
anak dalam 1 kelas sebelum tindakan 26.3%, siklus I 31.9%, siklus II 50%, siklus III
80%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kegiatan melipat dapat meningkatkan
motorik halus anak kelompok A di TK Aisyiyah 2 Pandeyan Ngemplak Boyolali
Tahun Ajaran 2012/2013.
Ada perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
ialah penelitian ini difokuskan pada peningkatan kemampuan fisik motorik halus
melalui kegiatan bermain dengan cara melipat, sedangkan penelitian yang akan diteliti
oleh peneliti ialah tentang peningkatan fisik motorik halus melalui kegiatan bermain
dengan media kertas lipat yang dibeli dan dibuat oleh peneliti, dan tempat penelitian yang
38
Sedangan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama menggunakan jenis PTK (Penelitian
Tindakan Kelas), membahas tentang motorik halus dan melipat, dan subyek peneliti
sama-sama kelas A.
Penelitian yang kedua yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian dari
Siti Masriah (2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motorik halus
anak melalui kegiatan melipat. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas,
subyek penelitian ini adalah siswa kelompok B di taman kanak-kanak dharma wanita
tawangrejo. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
proserdur kerja 2 (dua) siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi. Metode pengumpulan data dan observasi, catatan
lapangan dan dokumentasi. Kegiatan melipat dapat meningkatkan motorik halus anak
kelompok B TK Dharma Wanita Tawangrejo. Analisis data dari Data motorik halus
dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik diskriptif komparatif dan teknik analisis
kritis. Sedangkan analisis kwantitatif digunakan pada data kwantitatif yaitu dengan
membandingkan antara siklus.
Berdasarkan hasil penelitian kelas yang dilaksanakan melalui beberapa
tindakan dari siklus I dan siklus II, kemudian berdasarkan seluruh pembahasan serta
analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan melipat data
meningkatkan motorik halus anak. hal ini dapat ditunjukkan hasil analisis yang
didapat bahwa rata-rata prosentase kemampuan motorik halus anak kelompok B TK
Dharma Wanita Tawangrejo pada saat sbelum tindakan 49,37%, pada siklus I adalah
39
Ada perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
ialah penelitian ini difokuskan pada peningkatan motorik halus, sedangkan penelitian
yang akan diteliti oleh peneliti ialah tentang peningkatan fisik motorik halus melalui
kegiatan bermain dengan media kertas lipat, subyek penelitian pada kelompok A, dan
tempat penelitian yang berbeda.
Sedangan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama menggunakan jenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), menggunakan analisis kuantitatif, dan sama-sama membahas tentang
40 BAB III
PELAKSAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RA AL-AMIN 02 Salatiga, Kelurahan
Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Pada bagian ini, peneliti akan
memaparkan lokasi pelaksaan penelitian, karakteristik siswa serta kompetensi tenaga
pendidik yang dimiliki yang nantinya informasi tersebut akan memberikan penguatan
pada analisis data yang akan dilakukan oleh peneliti. Secara garis besar informasi
mengenai subjek peneliaan tersebut yaitu :
1. Profil Sekolah
Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut:
1) Nama Sekolah : RA AL-AMIN 02
11)Status Sekolah : Lembaga Pendidikan MA ARIF NU
12)Akreditasi : C
41
14)Manajemen : Yayasan
2. Letak Geografis RA AL-AMIN 02 Salatiga
Lembaga pendidikan RA AL-AMIN 02 Salatiga tepatnya berada di
Ngronggo Rt 02 Rw 04, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota
Salatiga dengan kode pos 50733.
3. Visi dan Misi RA AL-AMIN 02 Salatiga
a. Visi
Adapun Visi RA AL-AMIN 02 Salatiga yaitu :
“Terwujudnya Anak Usia Dini Yang Sehat, Cerdas, dan Ceria serta Bertaqwa kepada Allah SWT”
b. Misi
Adapun Misi RA AL-AMIN 02 Salatiga yaitu :
1) Memberikan dasar-dasar keimanan, ketaqwaan, kecakapan, dan
emosional.
2) Membentuk anak usia dini yang sholeh dan sholehah dan mempunyai
kepribadian yang bertanggung jawab.
3) Mendidik dan membina secara terus-menerus untuk meningkakan
kwalitas pelaksanaan ibadah sholat wajib dan sholat sunah.
4. Sarana dan Prasarana
Lingkungan belajar nyaman dan mudah dijangkau oleh masyarakat umum,
memiliki semua fasilitas yang diperlukan merupakan salah satu syarat bagi
keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Sekolah RA AL-AMIN 02 Salatiga
terletak di tempat strategis tepatnya di jalan yang dapat diakses oleh semua
masyarakat umum, hal ini memudahkan bagi setiap peminat pendidikan anak
42
hanya ada 1 RA saja, jadi hampir semua masyarakat anak-anaknya bersekolah di
RA AL-AMIN 02 dan banyak dari Dusun lainnya yang bersekolah di RA
tersebut. Beberapa fasilitas yang ditawarkan RA AL-AMIN 02 Salatiga ini
adalah:
a. Ruang
Sejumlah 4 kelas, 1 ruang kantor, halaman untuk senam dan bermain
anak-anak, 1 kamar mandi, 1 tempat wudlu dan dekat dengan Musolla.
b. Pusat Informasi
Terdapat papan informasi yang memudahkan guru menyampaikan informasi
kepada orang tua yang ditempel di depan kelas, surat, dan juga terdapat grub
Whatsapp untuk setiap kelas untuk Orang Tua dan Guru kelas.
c. Fasilitas yang tersedia :
1) Ruang kelas baru dan bersih
2) Ruang ibadah
3) Mobil antar jemput
4) APE (Alat Permainan Edukatif)
5. Keadaan Guru dan Siswa
a. Daftar Nama Guru
Adapun nama-nama Guru di RA AL-AMIN 02 terlihat pada tabel dibawah ini
:
Tabel 3.1 Daftar Nama Guru RA-AL AMIN 02 Salatiga
No. Nama Tugas Mengajar
1. Zakiyah S.Pdi Kepala Sekolah
2. Sri Maskanah S.Pdi Guru Kelas B1