• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI KEGITAN BERMAIN DENGAN MEDIA KERTAS LIPAT PADA ANAK KELOMPOK A2 DI RA AL-AMIN 02 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI KEGITAN BERMAIN DENGAN MEDIA KERTAS LIPAT PADA ANAK KELOMPOK A2 DI RA AL-AMIN 02 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PENINGKATAN FISIK MOTORIK HALUS

MELALUI KEGITAN BERMAIN DENGAN MEDIA KERTAS LIPAT

PADA ANAK KELOMPOK A2 DI RA AL-AMIN 02 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

RIZDA MELA SANTI

NIM 11614016

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

AKU PASTI BISA.

Jangan pernah merasa takut untuk gagal sebelum kamu mencobanya.

(Rizda Mela Santi)

Persembahan

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta (Irawan dan Siti Zubaidah) yang telah mendidik

peneliti dari kecil hingga sekarang dan memberikan dorongan baik

material maupun spiritual sehingga dapat menyelesaikan studi S1.

2. Keluarga besar Kakek Jupri, keluarga besar Kakek alm. Katiyo dan semua

keluarga yang telah memberikan do’a sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi.

3. Semua keluarga besar RA AL-AMIN 02 Salatiga yang telah memberikan

motivasi yang besar.

4. Kepada teman-teman (Riska, Yunita, Fantyana, Umi, Nelvi, Puji, Daryati,

Devi, Rahma) dan teman-teman jurusan PIAUD yang telah memberikan

(7)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Adapun judul skripsi ini adalah “PENINGKATAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN BERMAIN DENGAN MEDIA KERTAS LIPAT PADA ANAK KELOMPOK

A2 DI RA AL-AMIN 02 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018”. Pada kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Jurusan PIAUD IAIN Salatiga.

4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara

ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam

(8)
(9)

x ABSTRAK

Santi, Rizda Mela. 2018. Peningkatan Fisik Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Dengan Media Kertas Lipat Pada Anak Kelompok A2 di RA AL- AMIN 02Salatiga Tahun Pelajaran2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Intitut Agama Islam Negri Salatiga. Pembimbing : Siti Rukhayati, M.Ag.

Kata Kunci : motorik halus, media kertas lipat.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat dapat meningkatkan fisik motorik halus pada anak kelompok A2 di RA AL-AMIN 02 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan fisik motorik halus melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat pada anak kelompok A2 di RA AL-AMIN 02 Salatiga tahun pelajaran 017/2018.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah anak kelompok A2 yang berjumlah 15 anak 7 puta dan 8 putri. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data Observasi, Dokumentasi, dan Tes yang berupa lembar kerja anak.

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

LOGO ... iii

PERSETUJUAN BIMBINGAN ... iv

PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

D. Kegunaan/Manfaat Penulisan ... 7

(11)

xii BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 50

B. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus ... 57

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 58

D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus ... 76

B. Pembahasan... 103

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

Daftar Pustaka ... 109

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ... 9

Tabel 3.1 Daftar Nama Guru RA AL-AMIN 02 Salatiga ... 53

Tabel 3.2 Daftar Nama Anak RA AL-AMIN 02 Salatiga ... 54

Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ... 76

Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus ... 77

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus ... 79

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru Pada Pra Siklus ... 86

Tabel 4.5Hasil Penilaian Siklus I ... 87

Tabel 4.6Hasil Pengamatan Guru Pada Siklus 1 ... 94

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Siklus II ... 95

Tabel 4.8Hasil Pengamatan Guru Pada Siklus II ... 102

(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Gedung RA AL-AMIN 02 Salatiga

Lampiran 2 Foto Dewan Guru dan Peneliti

Lampiran 3 Foto Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Lampiran 4 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 5 Surat Keterangan Kegiatan (SKK)

Lampiran 6 Indikator Tiap Siklus

Lampiran 7 RPPH Siklus I

Lampiran 8 RPPH Siklus II

Lampiran 9 Lembar Konsultasi

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu jenjang pendidikan yang menjadi perhatian pemerintah adalah

pendidikan anak usia dini, dalam proses pembelajaran pendidikan di RA terdapat

program pembelajaran yang disusun sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan

pendidikan. Karena di RA memiliki prinsip pembelajaran yaitu bermain sambil

belajar, pembelajaran berorientasi kebutuhan anak, pembelajaran berpusat pada anak,

pembelajaran menggunakan pendekatan tematik, pembelajaran PAIKEM GEMBROT

(pembelajaran, aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot),

pembelajaran mengembangkan kecakapan hidup, pembelajaran yang didukung oleh

lingkungan yang kondusif.

Dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak memperoleh

pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan

perkembangan fisik. Perkembangan tersebut berkembang pesat pada masa prasekolah

sehingga masa tersebut disebut dengan masa keemasan atau golden age, karena pada

masa ini merupakan periode yang sangat kritis dalam tahap perkembangan anak.

Kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak

adalah bermain, bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak

itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan

bermain yang akan menghasilkan proses belajar pada anak (Mutiah, 2010:91).

Bermain sangat penting bagi anak usia dini karena melalaui bermain dapat

meningkatkan aspek-aspek perkembangan seperti aspek fisik, sosial, emosional, dan

kognitif. Kegiatan dalam bermain mengembangkan aspek fisik dan motorik anak

yaitu melalui permainan motorik kasar dan halus, kemampuan mengontrol anggota

(16)

2

dampak jika anak tumbuhh dan berkembang dengan fisik motorik yang baik maka

anak akan lebih percaya diri, memiliki rasa nyaman, dan memiliki konsep diri yang

positif. Menurut Carton & Allen (1999) dalam bukunya Risaldy Sabil (2014:24)

mengemukakan bahwa kegiatan bermain mempengaruhi perkembangan keenam

aspek perkembangan anak, yakni aspek kesadaran diri (personal awareness),

emosional, sosial, komunikasi, kognisi, dan keterampilan motorik.

Perkembangan motorik halus melibatkan otot-otot halus yang mengendalikan

tangan dan kaki. Terkait dengan anak kecil, anda sebaiknya memberikan perhatian

lebih kepada kontrol, koordinasi, dan ketangkasan dalam menggunakan tangan dan

jemari. Meskipun perkembangan ini berlangsung serentak dengan perkembangan

motorik kasar, otot-otot dekat batang tubuh matang sebelum otot-otot kaki dan

tangan, yang mengendalikan pergelangan dan tangan. Jadi, penting bagi anak kecil

untuk berlatih menggunakan otot-otot besar saat terlibat dalam kegiatan motorik

halus. Penundaan pengembangan koordinasi motorik kasar mungkin berdampak

negatif pada perkembangan kemampuan motorik halus. Tetapi begitu anak-anak bisa

melakukan gerakan motorik halus, guru prasekolah sebaiknya mendorong mereka

terlibat dalam semua jenis kegitan manipulatif sehingga mereka bisa belajar dan lalu

menerapkan kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan tangan jemari dengan

control dan tangkas (Beaty, 2013:236).

Kemampuan perkembangan fisik motorik halus pada anak RA pada saat

mengkoordinasikan mata-tangan semakin baik, kelenturan tangannya mereka gunakan

untuk berkreasi. Misalnya : menggunting, menulis, menggambar, mewarnai, dan

melipat kertas. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai

(17)

3

Berdasarkan pengamatan kondisi perkembangan anak di RA AL-AMIN 02

Salatiga pada kelompok A2, dalam pembelajaran diketahui adanya kendala pada

kegiatan perkembangan fisik motorik halus yaitu dalam kegiatan fisik motorik halus

khususnya melipat dengan media kertas lipat. Pada saat peneliti melakukan observasi,

peneliti menemukan bahwa pada saat pembelajaran melipat dengan media kertas lipat

masih banyak anak-anak yang meminta bantuan kepada gurunya, ada beberapa anak

yang tidak mau melanjutkan dengan alasan susah, dan hampir semua anak-anak yang

belum bisa melipat dengan rapi sesuai dengan garis pada kertas lipat. Walaupun untuk

usia anak kelompok A tidak harus lurus dan rapi, tetapi setidaknya anak mau belajar

melipat agar kemampuan fisik motorik halus pada anak berkembang dengan

maksimal melalui melipat.

Pada saat anak dibimbing langkah-langkah melipat sesuatu tentang

pembelajaran hari itu, hampir semua anak-anak meminta bantuan kepada gurunya.

Hal tersebut menjadi kendala bagi guru untuk mengatasi anak-anak yang belum bisa

menirukan lipatan sesuai langkah-langkah yang diberikan oleh guru di depan kelas

dalam melipat dari awal sampai akhir. Begitu pula menjadi kendala bagi anak-anak,

dalam satu kelas hanya ada 1 guru sedangkan anak-anak banyak yang meminta

bantuan, sehingga mereka tidak bisa maksimal dalam melaksanakan pembelajaran.

Dari 15 anak yang terdiri dari 7 putra dan 8 putri, yang dapat melakukan

melipat sesuai dengan standart indikator pengembangan meniru lipatan bentuk 1-6

lipatan hanya beberapa anak. Pada anak kelompok A2 sebagian besar belum bisa

menyelesaikan sampai tahap akhir, baru 1-3 lipatan anak-anak sudah meminta

bantuan kepada guru dan juga sebagian besar belum bisa melipat dengan rapi sesuai

garis pada kertas lipat. Hal tersebut kemampuan fisik motorik halus pada anak belum

(18)

4

Upaya untuk peningkatan fisik motorik halus anak Guru RA sebaiknya

merancang metode pembelajaran untuk peningkatan fisik motorik halus anak agar

berkembang sesuai harapan, dengan cara menggunakan metode bermain untuk

pembelajaran melipat dalam pengembangan fisik motorik halus pada anak kelompok

A2. Dengan pembelajaran melalui bermain anak pasti akan lebih senang dan bisa

mengikuti pembelajaran melipat dengan baik.

Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan keprofesionalisme seorang

tenaga pendidik, yaitu seorang guru harus dituntut untuk mampu meningkatkan hasil

belajar anak dengan metode yang kreatif dan inovatif dalam mendidik anak didiknya

agar penerus bangsa Indonesia mempunyai jiwa yang cerdas, kreatif dan berilmu.

Orang yang mempunyai ilmu akan mendapat kehormatan di sisi Allah dan Rosul-Nya.

Sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an yang menganjurkan agar umat manusia mau menuntut ilmu yang tertuang dalam Firman Allah SWT :

Artinya : “Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “ . (Al Mujadalah : 11).

Menurut Permendiknas RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (2003 : 28), menjelaskan secara jelas batasan tentang pendidikan anak usia

dini bahwa :

Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia

(19)

5

Program kegiatan di RA dilaksanakan dengan tujuan program, untuk

membentuk melakukan dasar arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan

dan daya cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan pendidikan serta perkembangan selanjutnya”. Metode dan Media

pembelajaran di RA yang dapat diterapkan adalah metode yang sesuai untuk belajar

anak usia dini, salah satunya yaitu metode bermain praktik langsung dan Media

Kertas Lipat dengan tujuan anak terlibat langsung dan merasakan pengalaman baru

yang akan mudah diterima dan selalu diingat oleh anak.

Uraian diatas merupakan sebagian besar gambaran yang perlu diteliti

kebenarannya sehingga mendapatkan perubahan yang lebih baik, dan dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut dalam pembahasan peningkatan fisik

motorik halus melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat, maka peneliti

perlu mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan fisik motorik halus melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat pada anak kelompok A2 di RA AL-AMIN 02 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: Apakah melalui

kegiatan bermain dengan media kertas lipat dapat meningkatkan fisik motorik halus

pada anak kelompok A2 di RA AL-AMIN 02 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan fisik motorik halus

melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat pada anak kelompok A2 di RA

(20)

6 D. Kegunaan/Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara Teoritis

dan Praktis.

1. Manfaat secara Teoritis yaitu :

a. Memberi masukan untuk pengembangan dan peningkatan profesional guru.

b. Sebagai bahan informasi kepada lembaga lain tentang pentingnya peningkatan

fisik motorik halus pada anak melalui kegiatan bermain dengan media kertas

lipat.

c. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif dan

inovatif dalam merancang dan mengelola kegiatan yang menyenangkan untuk

anak didik.

2. Manfaat secara Praktis yaitu :

a. Bagi Guru

1) Meningkatkan kreatifitas Guru

2) Mendapatkan wawasan dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan

tingkat perkembangan anak dengan media yang tepat dalam peningkatan

fisik motorik halus

3) Mendorong Guru melakukan tindakan kelas selanjutnya untuk

memecahkan permasalahan yang ada kaitannya dengan proses

pembelajaran.

b. Bagi Anak

Melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat diharapkan anak didik

senang dan tertarik serta tumbuh minatnya untuk melakukan kegiatan ini

(21)

7

c. Bagi Orang Tua

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan orang tua anak didik dapat

mengetahui dan memahami bahwa peningkatan fisik motorik halus anak

melaui kegiatan bermain dengan media kertas lipat, sehingga orang tua dapat

bekerjasama dengan pihak guru maupun sekolah untuk bersama-sama

membina dan mendidik anak-anak agar meningkatkan fisik motorik halus anak

usia dini pada saat di rumah.

d. Bagi sekolah

1) Dapat meningkatkan prestasi RA AL-AMIN 02 Salatiga

2) Dapat memberikan wawasan atau pengetahuan baru tentang peningkatan

fisik motorik halus melalui kegiatan bermain dengan media kertas lipat.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis Tindakan adalah “Dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatasi masalah”. (Wardhani,2012:2.10)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa hipotesis adalah

pernyataan atau jawaban awal yang kebenarannya belum dapat dipastikan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu dalam mengatasi masalah.

Siswanto (2017: 154) mengungkapkan indikator keberhasilan merupakan

keberhasilan yang dijadikan acuan dalam menetukan keberhasilan atau keefektifan

(22)

8

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah 85% dan

terdapat ketentuan pemberian nilai pada anak yaitu sebagai berikut :

Tabel .1.1

Ketentuan Pemberian Nilai Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Dengan Media Kertas Lipat

Simbol

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, hipotesis tindakan yang peneliti

ajukan dalam penelitian ini adalah melalui kegiatan bermain dengan media kertas

lipat dapat meningkatkan fisik motorik halus pada anak kelompok A2 di RA

AL-AMIN 02 Salatiga sesuai dengan indikator keberhasilan anak yaitu 85%.

F. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam

kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. (Wardhani,

2012:1.4).

Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan

(23)

9

penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki

praktik pembelajaran yang ada, meningkatkan kualitas proses belajar mengajar

guru sehingga mampu menghasilkan anak didik yang berprestasi. Peneliti

merencanakan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini pada tahun pelajaran

2018.

2. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah 15 anak terdiri dari 7 putra dan 8 putri pada

kelompok A2 di RA AL-AMIN 02 Salatiga, yang berlokasi di Ngronggo Rt 02/

Rw 04, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Model

pembelajaran yang dilaksanakan di RA AL-AMIN 02 masih menggunakan model

klasikal, karena adanya keterbatasan ruang belajar dan tenaga pendidik.

3. Langkah – langkah penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas ada 4 komponen, yaitu

perencanaan (planing), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observation),

dan Refleksi (reflection). Kemmis dan McTanggart dari Deakin University via

Slamet Riadi (2005) dalam bukunya (Suryadin, 2011:21,22). Untuk lebih jelasnya

tahapan dalam tindakan kelas yang di jabarkan Kemmis dan M.C Taggart sebagai

(24)

10

Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTanggart

Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan (planning),

tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penggunaan media

kertas lipat yaitu membuat (RKH) Rencana Kegiatan Harian.

2) Menyiapkan lembar tes atau lembar penugasan, yang mana hasil

penugasan dari anak didik tersebut akan diberi nilai dan dijadikan data

untuk dianalisis lebih lanjut.

3) Membuat simulasi perbaikan.

b. Tahap Pelaksanaan

Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa penerapan

media kertas lipat melalui bermain sesuai dengan konsep pembelajaran yang

(25)

11

c. Tahap Pengamatan/Observasi

Pada tahap ini, peneliti menyajikan hasil tindakan yang telah dilakukan

melalui: lembar observasi, hasil wawancara, analisis dokumentasi.

d. Tahap Refleksi

Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian, tahap

refleksi meliputi:

1)Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.

2)Evaluasi hasil observasi.

3)Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I untuk

dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

4. Tehnik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian data dalam penelitian ini

menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan penugasan :

a. Teknik Observasi

Wardhani ( 2012: 2.27) berpendapat pelaksanaan obervasi dilakukan

secara terfokus pada perilaku belajar siswa, interaksi antara guru dan siswa,

dan mengamati setiap kejadian dengan alat observasi tentang hal-hal yang

akan diteliti. Samsu (2013:82) memberikan pendapat bahwa tujuan observasi

adalah untuk memperoleh informasi, data, dan rekaman hal-hal penting dalam

pembelajaran yang dapat dijadikan bahan untuk menemukan masalah PTK.

Observasi hasil belajar menggunakan lembar observasi akan digunakan

sebagai pedoman dalam mengumpulkan data tentang kemampuan

perkembangan fisik motorik halus anak. Lembar observasi ini diambil dari

tahapan kemandirian anak untuk melipat dengan media kertas lipat melalui

(26)

12

b. Teknik Dokumentasi

Di samping data yang dikumpulkan dengan cara observasi, masih ada

teknik dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari data atau hal-hal yang

sesuai dengan yang dibutuhkan pada saat penelitian. Dokumen yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah catatan harian guru, profil sekolah,

lembar portofolio hasil kerja anak, rapot siswa, wawancara, foto dengan

kamera, Wardhani (2012: 2.29).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dimaksudkan dalam PTK adalah alat yang digunakan oleh

guru atau observer untuk megukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan

untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan, Samsu

(2013: 75).

a. Lembar Observasi Siswa dan Guru

Lembar observasi anak ini digunakan untuk memantau setiap peningkatan

fisik motorik halus anak dalam kegiatan melipat.

Lembar observasi guru ini disusun untuk memantau peningkatan dari proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penguasaan terhadap kegiatan

bermain dengan media kertas lipat.

b. Soal Tes

Yaitu berupa penugasan pada anak yang berupa hasil melipat anak yang sudah

ditempel pada kertas yang sudah disiapkan oleh peneliti.

6. Analisis Data

Analisis Data menurut Arikunto (2008 : 128) adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,

(27)

13

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang harus

dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri dan

orang lain.

Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan

observasi kegiatan pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan.

Analisis data observasi terhadap guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran

digunakan untuk melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan

yang dapat diambil pada siklus berikutnya.

Analisis data terhadap anak dilakukan beberapa tahap seperti Mulyasa (2009 :101)

yaitu :

1) Menjumlah Skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.

2) Menghitung presentase peningkatan melipat pada anak. Presentase

pencapaian kemampuan rumusnya, yaitu :

Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x jumlah butir amatan

Persentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%

Jumlah skor maksimum

Persentase Keberhasilan Kelas = Total pencapaian kelas x 100%

Jumlah Siswa

3) Membuat tabulasi skor observasi pengamatan melipat dengan kegiatan

(28)

14 Keterangan :

1) Persentase pencapaian: diperoleh dari perhitungan persentase piningkatan hasil

melipat dengan kegiatan bermain pada masing-masing anak.

2) Persentase keberhasilan: diperoleh dari persentase standar ketuntasan belajar yang

ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu standar keberhasilan hasil belajar tiap anak

sebesar 85%.

3) Penelitian pada setiap Siklus akan berhasil bila anak sudah mencapai persentase

yang telah ditentukan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti uraian

penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan sistematka skripsi secara garis

besar menjadi beberapa bagian :

Bagian awal yang terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul,

persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, moto

dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,

daftar lampiran.

BAB I berisi tentang Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan/Manfaat Penelitian, Hipotesis Tindakan,

Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II mengkaji tentang kajian pustaka yaitu, Pengertian Fisik Motorik

Halus, Kegiatan Bermain, Media Pembelajaran, Kertas Lipat.

BAB III menjelaskan tentang pelaksanaan penelitian yaitu, Gambaran Umum

Lokasi dan Subyek Penelitian, Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Pra Siklus, Deskripsi

(29)

15

BAB IV hasil Penelitian dan Pembahasan, Deskripsi Per Siklus, Deskripsi

Pelaksanaan Per Siklus.

BAB V penutup berisi Kesimpulan dan Saran.

Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan

(30)

16 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Fisik Motorik Halus

1. Pengertian Fisik Motorik Halus

Pengembangan fisik adalah pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada

tubuh/badan/ jasmani seseorang (Hildayani,2004:8.3).

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau

sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar

dan berlatih (Hasnida,2014:52).

Keterampilan motorik halus adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan

pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktifitas ini termasuk memegang benda

kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pensil

dengan benar, menggunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing dan

menarik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan

dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar

(Damay,2012:52)

Menurut Profesor Janet W. Lerner (Sudono,2000:53) seorang guru besar

pada universitas Northeastern Illinois dalam bidang ilmu kemampuan dan

ketidakmampuan belajar, motorik halus adalah keterampilan menggunakan media

dengan koordinasi antara mata dan tangan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Fisik motorik halus merupakan perubahan

yang terjadi pada tubuh seseorang dengan kemampuan untuk menggerakkan

otot-otot kecil atau halus pada bagian tangan dengan menggunakan media sebagai alat

(31)

17 2. Tahapan Perkembangan Motorik Halus

Desni (2010), menyatakan bahwa tahapan perkembangan motorik halus

berdasarkan usia, antara lain adalah:

a. Usia 1-2

Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk, membuka 2-3 halaman

buku secara bersamaan, menyusun menara dari balok, memindahkan air dari

gelas ke gelas lain, belajar memakai kaus kaki sendiri, menyalakan TV dan

bermain remote, belajar mengupas pisang.

b. Usia 2-3

Mencoret-coret dengan 1 tangan, menggambar garis tak beraturan, memegang

pensil, belajar menggunting, mengancingkan baju, memakai baju sendiri.

c. Usia 3-4

Menggambar manusia, mencuci tangan sendiri,membentuk benda dari

plastisin, membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi.

d. Usia 4-5

Menggunting dengan cukup baik, melipat amplop, membawa gelas tanpa

menumpahkan isinya, memasukkan benang ke lubang besar.

3. Faktor -Faktor Perkembangan Fisik Motorik Halus

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak sebagai berikut

(Kartono, 1995:21):

a. Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan).

b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan kematangan

fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis.

c. Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan, punya

(32)

18

Faktor-faktor (syarat-syarat) yang mempengaruhi perkembangan motorik

anak, yang meliputi 6 persayaratan: perkembangan usia, tercapainya kematangan

organ-organ fisik, kontrol kepala, kontrol tangan, kontrol kaki dan lokomosi.

Adapun penjelasan tentang persayaratan yang mempengaruhi perkembangan

motorik adalah sebagai berikut(Dariyo:2007) :

a. Perkembangan Usia

Usia mempengaruhi individu untuk melakukan suatu aktivitas. Karena dengan

pertambahan usia, berarti menunjukkan tercapai kematangan organ-organ

fisik. Kemudian ditopang pula oleh berfungsinya sistem syaraf pusat yang

mengkoordinasikan organ-organ tubuh, sehingga seseorang dapat melakukan

aktivitas motorik kasar dan motorik halus.

b. Tercapainya Kematangan Organ-organ Fisiologis

Kematangan organ fisik ditandai dengan tercapainya jaringan otot yang makin

komplek, kuat dan bekerja secara teratur. Pada masa pertumbuhan bayi

maupun anak, kematangan fisiologis ini dipengaruhi oleh faktor usia, nutrisi

dan kesehatan individu. Makin tinggi usia seseorang, makin matang

organ-organ fisiologisnya. Namun kematangan ini, tak lepas dari faktor nutrisi yang

dikonsumsi setiap harinya. Nutrisi yang baik yaitu makan-makanan yang

mengandung gizi, vitamin, protein akan menjamin kesehatan seseorang. Bayi

maupun anak yang memiliki kondisi sehat cenderung memiliki kematangan

fisiologisnya, dibandingkan dengan bayi atau anak yang sering terkena

penyakit.

c. Kontrol Kepala

Pada usia 1-5 bulan, bayi masih sering tertidur dengan posisi kepala terbaring

(33)

19

mengangkat kepala belum dapat dilakukan dengan baik. Hal ini terjadi karena

otot-otot bagian leher belum berkembang dengan baik, sehingga belum

mampu untuk menopang kepalanya. Sejalan dengan perkembangan usianya,

bayi akan mampu untuk tengkurap dan menopang kepalanya. Awal mulanya,

bayi belajar untuk memindahkan posisi dari posisi terlentang menjadi posisi

tengkurap. Keberhasilan untuk mencapai posisi tengkurap ini, akan diikuti

dengan kemampuan untuk mengangkat dan menopang kepalanya.

Kemampuan mengontrol kepala (head control skill) merupakan dasar untuk

perkembangan gerakan-gerakan kepala yang bermanfaat bagi seorang anak

yang akan melakukan aktivitas olahraga, misalnya gerakan memutar atau

menggeleng kepala.

d. Kontrol Tangan

Sejak lahir bayi akan menggenggam benda-benda yang datang dan menyentuh

telapak tangannya. Awal mulanya bayi tidak mampu untuk memegang dan

menggenggam suatu benda dengan baik, tetapi dengan pengaruh

perkembangan usia dan kematangan otot-otot, maka bayi akan mampu dengan

sendirinya untuk melakukan tugas menggeggam/mengepal suatu benda secara

kuat. Reflek ini merupakan dasar timbulnya gerakan-gerakan motorik halus,

seperti: menggengam, menulis, menggambar atau menggunting. Kemampuan

melakukan koordinasi otot-otot tangan yang bermanfaat untuk keterampilan

tangan dinamakan kemampuan control tangan (hand control ability).

e. Kontrol Kaki

Kemampuan mengontrol kaki (legs control) diatur oleh sistem syaraf pusat.

Namun pada diri seorang bayi, kaki bergerak karena ada suatu benda yang

(34)

20

bayi cenderung pasif dan hanya bergerak, kalau ada rangsangan dari luar

dirinya. Bayi dapat menggerakkan kaki sendiri sebagai respons atau reflek

rasa senang atas kehadiran orang yang memiliki kedekatan emosional. Jadi

kakinya memang belum cukup kuat untuk berjalan. Sebagaimana halnya, kaki

merupakan organ penting untuk melakukan kegiatan motorik kasar (berjalan,

melompat, berlari), namun untuk dapat melakukannya perlu persiapan dan

kematangan fisik. Tentu hal ini sesuai dengan perkembangan usianya. Makin

tinggi usianya, misalnya usia 1,5-2,0 tahun, maka bayi (anak) akan dapat

melakukan kegiatan-kegiatan seperti: merangkak, berjalan, berlari dan

sebagainya. Dengan kemampuan ini, kontrol kaki berfungsi secara sempurna.

f. Lokomosi

Lokomosi (locomotion) ialah kemampuan untuk bergerak atau berpindah dari

satu tempat ke tempat yang lain. Kemampuan ini berkembang sejalan dengan

bertambahnya usia dan tercapainya kematangan organ-organ fisik, serta

berfungsinya sistem syaraf pusat. Dengan demikian kemampuan

bergerak/berpindah sangat dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat

fisiologis. Secara implisit, kemampuan lokomosi sudah ada bersamaan dengan

timbulnya gerakan-gerakan reflex, seperti: reflex penempatan (placing reflek),

berjalan, berenang. Namun kemampuan reflekks itu cenderung tidak terkontrol

oleh sistem syaraf, sehingga dapat dikatakan bahwa reflek merupakan sebagai

tanda saxzperkembangan awal dari lokomosi (pre-locomotion). Hal ini

kemudian berkembang secara bertahap, sampai benar-benar tercapai

kemampuan lokomosi. Diantara tahapan itu, misalnya: sejak bayi mampu

mencapai posisi tengkurap, maka muncullah perilaku-perilaku sebagai

(35)

21

Dari posisi tengkurap, berarti bayi akan atau sudah mampu untuk mengangkat

kepala (kontrol kepala), meningkat menjadi kemampuan untuk mengangkat

badan, merangkak, belajar berjalan, berjalan, berlari dan melompat.

B. Kegiatan Bermain

1. Pengertian Bermain

Secara bahasa, bermain diartikan sebagai suatu aktivitas yang langsung

atau spontan, di mana seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda

di sekitarnya, dilakukan dengan senang (gembira), atas inisiatif sendiri,

menggunakan daya khayal (imajinatif), menggunakan pancaindra, dan seluruh

anggota tubuhnya. Menurut Brooks, J.B dan D.M Elliot dalam bukunya (Latif.dkk,2013:77), “Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara

bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang lebih ialah setiap

kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, dan tanpa

mempetimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada

paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.

Aktivitas bermain merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan membutuhkan pengaturan lingkungan bermain dan

belajar serta alat-alat permainan yang dibutuhkan (Risaldy,2014:45).

Menurut Bettelheim (Risaldy,2014:48), “Kegiatan bermain adalah

kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realita luas.”

Bermain merupakan prinsip dasar anak usia dini, sehingga wajar apabila

bermain menjadi salah satu metode yang wajib dilakukan guru dalam

(36)

22

Plato, Aristoteles, dan Frobel (Mutiah,2010:93) menganggap bermain

sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan

sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada

anak.

Menurut Piaget (Tedjasaputra,2001:8) bermain adalah keadaan tidak

seimbang dimana asimilasi lebih dominan daripada akomondasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Bermain merupakan suatu kegiatan

pembelajaran yang menyenangkan tanpa ada paksaan atau tekanan dan tidak

mempunyai peraturan dalam permainan, kegiatan yang dilakukan membutuhkan

peraturan lingkungan bermain dan belajar serta alat-alat permainan yang

dibutuhkan menggunakan anggota seluruh anggota tubuh, dan kegiatan bermain

digunakan sebagai alat untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan

tertentu pada anak.

2. Manfaat bermain

(Risaldy,2014:145) manfaat bermain bagi anak usia dini meliputi :

a. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik.

Ketika bermain anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang

banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, srhingga membuat tubuh anak

menjadi sehat. Selain itu, anggota tubuh mendapat kesempatan untuk

digerakkan, dan anak juga dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan

sehingga anak tidak merasa gelisah.

b. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek motorik kasar dan halus.

Aspek motorik kasar dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain,

(37)

23

motorik halus dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain mewarnai,

menggambar bentuk-bentuk tertentu atau meronce berbagai bentuk dengan

variasi berbagai bahan.

Melalui bermain, dapat mengontrol gerak motorik kasar. Pada saat

bermain itulah, mereka dapat mempraktikan semua gerakan motorik kasar

seperti berlari, meloncat, melompat. Anak-anak terdorong untuk mengangkat,

membawa, berjalan atau meloncat, berputar, dan beralih respons untuk irama

(Mutiah,2010:151).

Melaui bermain anak dapat mempraktikan keterampilan motorik halus

mereka seperti menjahit, menata puzzle, memaku paku ke papan, mengecat

(Mutiah,2010:152).

c. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial.

Dengan bermain anak belajar berkomunikasi dengan sesame temman baik

dalam hal mengemukakan isi pikiran dan perasaannya maupun memahami apa

yang diucapkan oleh teman, sehingga hubungan dapat terbina dan dapat saling

informasi.

d. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian.

Melalui bermain anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya dalam

hidupnya sehari-hari. Selain itu, bermain bersama sekelompok teman, anak

akan mempunyai penilaian terhadap dirinya sehingga dapat membantu

pembentukan konsep diri, rasa percaya diri, dan hraga diri karena ia merasa

(38)

24 e. Manfaat bermain untuk aspek kognitif.

Pada usia didi anak diharapkan menguasai berbagai konsep seperti warana,

bentuk, arah besaran sebagai pengalaman untuk belajar menulis, bahasa,

matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Pemahaman konsep-konsep ini

lebih mudah diperoleh jika melalui kegiatan bermain.

f. Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan. Penginderaan

menyangkut penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan

perabaan. Melalui kegiatan bermian kelima aspek penginderaan dapat diasah

agar anak menjadi lebih tanggap di lingkungan sekitarnya.

g. Manfaat bermain untuk mengembangkan keterampilan olahraga dan menari.

Dalam kegiatan bermian olahraga anak melakukan gerakan-gerakan olahraga

seperti berlari, melompat, menendang dan melempar bola sehingga anak akan

memiliki tubuh yang sehat, kuat dan cekatan. Dalam kegiatan menari anak

melakukan gerakan-gerakan yang lentur tidak canggung-canggung sehingga

anak akan memiliki rasa percaya diri.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan bermain

Menurut Hurlock, 1987 (Tedjasaputra,2001:91) kegiatan bermain yang dilakukan

anak dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a. Kesehatan

Kesehatan sangat mempengaruhi aktivitas anak, termasuk bermain. Anak yang

lebih sehat akan cenderung melakukan ndan menyanyangi kegiatan bermain

aktif daripada pasif, seperti olahraga, bermain lompat tali, kejar-kejaran dan

(39)

25

b. Perkembangan Motorik

Kegiatan bermain sedikit banyak tergantung pada perkembangan motorik

anak, baik motorik halus maupun motorik kasar. Kegiatan bermain aktif lebih

banyak menggunakan keterampilan motorik, terutama motorik kasar, seperti

berlari, melompat,meloncat dan lain-lain. Sedangkan bermain pasif kurang

begitu banyak melibatkan koordinasi motorik.

c. Intelegensi

Biasanya anak lebih pandai lebih aktif dari pada anak yang kurang pandai.

d. Jenis kelamin

Banyak penelitian telah dilakukan terhadap perbedaan yang terjadi antara anak

laki-laki dan perempuan dalam memilih kegiatan bermain. Namun beberapa

penelitian lain menggungkapkan bahwa, perbedaan itu muncul akibat adanya

perbedaan perlakuan yang diterima oleh anak perempuan dan laki-laki sejak

bayi (Spondek, Saracho & Davis,1991).

e. Lingkungan dan taraf sosial ekonomi

Anak yang berasal dari lingkungan dan tingkat sosial ekonomi rendah

cenderung memiliki kesehatan yang kurang baik, kurang mempun yai waktu

luang, alat permainan dan tempat untuk bermain, sehingga mereka cenderung

kurang banyak melakukan kegiatan bermain. Begitu pula anak yang tinggal di

desa, lebih jarang bermain dibandingkan anak sebayanya yang tinggal di kota,

mengingat kurangnya waktu luang dan alat permainan.

f. Alat permainan

Jenis alat permainan yang memiliki anak mempengaruhi kegiatan bermain.

Alat permainan seperti boneka dan binatang-binatang merangsang kegiatan

(40)

26

keeping-keping plastik untuk dirakit akan membuat kontruktif, alangkah

sangat bijaksana bila guru dan orang tua dapat menyediakan alat permainan

yang bervariasi, sehingga berbagai jenis kegiatan bermain dapat dilakukan.

Dan ini memang penting artinya untuk mengembangkan berbagai aspek

perkembangan anak secara optimal.

4. Kelebihan dan kekurangan metode bermain

Adapun kelebihan metode ini adalah : Sesuai dengan tahap perkembangan

anak yang membutuhkan wahana dalam mengembangkan semua aspek-aspek

perkembangan, baik perkembangan fisik, perkembangan kognitif maupun

emisionalnya. Adapun kekurangan metode ini adalah : apabila metode ini

dilakukan tanpa persiapan yang matang, maka ada kemungkinan tujuan-tujuan

pembelajaran tidak tercapai secara maksimal sebab anak terlalu larut dalam proses

bermain apalagi misalnya guru kurang memperhatikan tahapan-tahapan

pembelajaran melalui metode ini (Risaldy,2014:33).

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius, dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dalam

bahasa Arab, media adalah perantara atau pembawa pesan dari pengirim kepada

penerima pesan (Latif.dkk,2013:151).

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran

cenderung diartikan sebagai alat-alat frafis, fotografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal

(41)

27

Menurut Gerlach dan ely dalam bukunya (Hasnida,2014:33), “Media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, kejadian yang

membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Media merupakan suatu proses

pembelajaran pada anak untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau

sikap. Melalui perantara atau pembawa pesan untuk menangkap, memproses, dan

menyusun kembali informasi visual atau verbal.

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu media visual,

media audio, dan media audio visual (Hasnida,2014:54).

a. Media Visual

Media visual adalah media yang menyampampaikan pesan melalui

penglihatan pemirsa atau media yang hanya dapat dilihat.

b. Media Audio

Media Audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contohnya media audio adalah

program kaset suara dan program radio.

c. Media audio visual

Media audio visual merupakan kombinasi dari media audio dan media visual

atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media

audiovisual, maka penyajian isi tema pembelajaran kepada anak akan semakin

(42)

28

Sedangkan menurut (Latif.dkk,2013:152-154), jenis-jenis media yang

lazim dipakai di Indonesia dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya:

a. Media visual/media grafis : adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis

media visual ini tampaknya yang paling sering digunakan oleh guru pada

lembaga pendidikan anak usia dini untuk membantu menyampaikan isi

dari tema pendidikan yang sedang dipelajari. Media visual terdiri atas

media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan media yang tidak

dapat diproyeksikan (non projected visual). Media grafis termasuk media

visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber kepenerima

pesan. Saluran yang digunakam menyangkut dengan indra penglihatan.

b. Media audio : media audio berkaitan dengan indra pendengaran. Pesan

yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambing-lambang auditif,

baik verban (lisan), maupun nonverbal. Ada beberapa jenis media yang

dapat dikelompokkan dalam media audio yaitu : Radio, alat perekam pita

magnetic, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.

c. Media proyeksi dia (audio-visual) : mempunyai persamaan dengan media

grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Perbedaannya

adalah pada media grafis dapat berinteraksi secara langsung dengan pesan

media bersangkutan, sedangkan pada media proyeksi diam terlebih dahulu

harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran, ada

kalanya media ini disertai dengan rekaman audio, tetapu ada pula yang

hanya visual saja.

Ada beberapa kategori dalam mengklasifikasi jenis-jenis media

pembelajaran untuk anak usia dini yang bisa dikembangkan sesuai dengan

(43)

29

(Hasnida,2014:37), kategori media pembelajaran yang digunakan pada anak

usia dini terdiri dari tiga tahapan, yaitu media manipulative (media kognitif),

media pictorial (semi kognitif), dan media symbolic (simbol-simbol).

a. Media manipulative

Media manipulative adalah segala benda yang dapat dilihat, disentuh,

didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan.

b. Media pictorial

Media pictorial adalah manipulasi dari media sebenarnya, biasanya

diimplementasikan dalam bentuk-bentuk gambar.

c. Media symbolic

Tahapan media yang terakhir adalah media symbolic. Media ini diberkan

kepada anak yang sudah memiliki tingkat pemahaman yang cukup matang.

3. Tujuan Penggunaan Media

Media pembelajaran menjadi jembatan anatara guru dan siswa dengan

pembelajaran, maka dapat dipahami bahwa tujuan pembelajaran sangat penting

bagi media pembelajaran dalam hal-hal berikut (Hamalik:1994:25) dalam

bukunya (Hasnida,2014:36) :

a. Tujuan pembelajaran menentukan arah yang hendak dicapai oleh media

pembelajaran.

b. Tujuan pembelajaran menentukan alat atau media pembelajaran yang akan

digunakan.

c. Tujuan pembelajaran menentukan tehnik penilaian terhadap penggunaan

media pembelajaran.

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran

(44)

30

demikian, dapat diharapkan manfaat yang maksimal dari media pembelajaran

terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

4. Pemilihan Media Pembelajaran Anak Usia Dini

Menurut Sadiman (1993) dalam bukunya (Latif.dkk,2013:155),

mengatakan, bila media itu sesuai pakailah, “If medium fits, use it!” Dan, yang

menjadikan pertanyaan adalah apa ukuran atau criteria kesesuaian tersebut.

Beberapa faktor perlu dipertimbangkan, misalnya: tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan

(audio, visual, grerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi

setempat dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada

akhirnya harus diterjemahkan dalam norma atau criteria keputusan pemilihan.

Dalam konteks pemilihan media pembelajaran untuk anak usia dini,

beberapa dasar pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media

pembelajaran, diantaranya (Latif.dkk,2013:155-156) :

a. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan

pemakai (anak usia dini) yang dilayani serta mendukung tujuan

pembelajaran.

b. Media pembelajaran yang dipilih perlu didasarkan atas asas manfaat, untuk

apa dan mengapa media pembelajran tersebut dipilih.

c. Pemilihan media pembelajaran hendaknya berposisi ganda baik berada pada

sudut pandang pemakai (guru,anak) maupun dari kepentingan lembaga.

d. Pemilihan media pembelajaran harus didasarkan pada kajian edukatif dengan

memperhatikan kurikulum yang berlaku, cakupan bidang pengembangan

yang dikembangkan, karakteristik peserta didik serta aspek-aspek lainnya

(45)

31

e. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya memenuhi persyaratan kualitas

yang telah ditentukan antara lain relevansi dengan tujuan, persyaratan fisik,

kuat dan tahan lama, sesuai dengan dunia anak, sederhana, atraktif, dan

berwarna, terkait dengan aktivitas bermain anak serta kelengkapan yang

lainnya.

f. Pemilihan media pembelajaran hendaknya memeliharakan pula

keseimbangan koleksi (well rounded collection), termasuk media

pembelajaran pokok di bahan penunjang sesuai dengan kurikulum baik untuk

kegiatan pembelajran bakat, minat, dan keterampilan yang terkait.

g. Untuk memudahkan memilih media pembelajaran yang baik perlu kiranya

menyertakan alat bnatu penelususran informasi, seperti katalog, kajian buku,

review, atau bekerja sama dengan sesame komponen fingsional seperti

guru-guru atau kepada pimpinan lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

dalam forum KKG (Kelompok kerja guru), misalnya para guru dari berbagai

lembaga PAUD dimungkinkan untuk saling tukar informasi mendiskusikan

berbagai hal yang berkaitan dengan peningkatan proses belajar mengajar

(PBM) dan tentang kondisi keberadaan media pembelajaran yang diperlukan.

5. Prinsip-prinsip Media Pembelajaran

Dalam pembuatan media pembelajaran ini ada beberapa prinsip yang harus

diperhatian, dalam bukunya (Latif.dkk,2013:157-159) yaitu:

a. Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multiguna.

b. Bahan mudah didapatkan di lingkungan sekitar lembaga PAUD (Pendidikan

Anak Usia Dini ) dan mudah atau bisa dibuat dari bahan bekas/sisa.

(46)

32

d. Dapat menimbulkan kretivitas, dapat dimainkan sehingga menambah

kesengan bagi anak, menimbulkan daya khayal dan daya imajinasi serta

dapat digunakan untuk bereksperimen dan bereksplorasi.

e. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana.

f. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal.

g. Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

D. Kertas Lipat atau Origami

1. Pengertian Kertas Lipat atau Origami

Origami adalah seni melipat kertas, yang terkenal berasal dari dan

berkembang di Jepang. Sebagai hobi origami memang terlihat sepele, tapi jika

dilihat sebagai sesuatu yang mendidik, origami akan bermakna sangat besar. Ada

berbagai macam manfaat yang diperoleh dari seni lipat-melipat ini

(Simpleepaper.blogspot.co.id/2012 diaskes pada tanggal 23 Maret 2018).

Menurut kamus webster’s Third New International (seperti yang dikutip

Isao Honda, 1965) origami merupakan seni melipat kertas dari Jepang atau

sesuatu (menampilkan bentuk dari burung, serangga, dan bunga) yang dihasilkan

dari seni melipat kertas (Elib.unikom.ac.id diaskes pada tanggal 23 Maret 2018).

Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang

digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. origami

merupakan suatu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula sejak kertas

diperkenalkan pada abad pertama di zaman tiongkok kuno pada tahun 105 masehi oleh Ts‟ai lun. Origami atau melipat kertas adalah aktivitas seni yang mudah

dibuat dan menyenangkan, origami juga sangat fungsional untuk anak. Seni ini

memiliki fungsi melatih motorik halus dalam masa perkembangan, hal tersebut

(47)

33

pelaku pelipat kertas itu sendiri. Oleh karena itu seni tersebut cocok untuk

diterapkan pada pendidikan dasar (e-jurnal.uajy.ac.id diaskes pada tanggal 23

Maret 2018).

Ada beberapa pengertian dari origami, yaitu:

a. Menurut kamus webster’s Third New International (seperti yang dikutip Isao Honda, 1965) origami merupakan seni melipat kertas dari Jepang atau

sesuatu (menampilkan bentuk dari burung, serangga, dan bunga) yang

dihasilkan dari seni melipat kertas.

b. Hira Karmachela (2008) berpendapat bahwa kata origami berasal dari bahasa

Jepang yakni dari kata oru yang berarti melipat dan kami berarti kertas.

Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak

mengubah artinya, yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan

orikami tetapi origami maksudnya adalah melipat kertas. Sedangkan menurut

Dr Sumanto, (2006) melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya seni/

kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan

untuk menghasilkan aneka bentuk main, hiasan, benda fungsional, alat

peraga dan kreasi lainnya.

c. Berkaitan dengan kegiatan melipat Hira Karmachela berpendapat (20081),

Seni melipat kertas ini merupakan seni yang sangat cocok bagi anak karena

origami melatih keterampilan tangan anak. Juga kerapian dalam berkreasi.

Selain itu anak akan terbiasa untuk menciptakan hal baru atau inovasi.

Melipat pada hakekatnya merupakan keterampilan tangan untuk menciptakan

bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat lem serta ketelitian

ini membutuhkan keterampilan koordinasi tangan, ketelitian dan kerapian,

(48)

34

memberikan keasikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi anak Sumantri

(2005).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kertas Lipat atau Origami merupakan suatu

tehnik karya seni dengan melipat kertas atau kerajinan tangan yang terbuat dari

bahan kertas yang bertujuan untuk melatih keterampilan tangan anak yang

menghasilkan aneka bentuk main, hiasan, benda fungsional, alat peraga dan kreasi

yang memberikan keasikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi anak.

2. Manfaat Ketas Lipat

Ada sebuah thesis untuk gelar PhD yang meneliti tentang manfaat origami bagi

seseorang. Disitu tercatat ada sepuluh manfaat origami

(Simpleepaper.blogspot.co.id/2012 diaskes pada tanggal 23 Maret 2018), yaitu :

a. Pembentukan kemampuan motorik yang lebih sempurna pada kedua tangan,

b. Peningkatan kemampuan intelektual,

c. Peningkatan kemampuan daya kreatif,

d. Merangsang kinerja seimbang antara bagian otak kiri dan kanan,

e. Peningkatan daya imajinasi,

f. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian(boleh dibilang

meningkatkan konsentrasi),

g. Meningkatan kemampuan dayaingat (memori),

h. Melatih kesabaran,

i. Memberikan penglaman emosional dan estetis, dan tentu saja

j. Membuat seseorang bisa lebih menghargai kenikmatan, kepuasan, dan

(49)

35 3. Macam-macam jenis Kertas Lipat

Ada beberapa macam jenis origami dalam (olvista.com diaskes pada tanggal 23

maret 2018) antara lain:

a. Origami Bergerak (Action Origami)

Origami tidak hanya terdiri dari objek diam, tetapi juga ada yang bisa

bergerak. Biasanya gerakan origami dibantu dengan tangan untuk membuat

gerakan seperti terbang, melayang, mengepakkan sayap, melompat, atau

membuka mulut. Contoh origami aksi yang populer adalah origami kodok

yang dapat melompat jika ujung belakangnya di tekan, pesawat terbang atau

senjata rahasia ninja yang bisa terbang jika dilempar.

b. Origami Moduler (Modular Origami)

Origami modular kadang kadang disebut juga origami 3D (tiga dimensi).

Origami modular adalah origami yang tersusun dari beberapa lipatan kertas

yang berbentuk sama. Biasanya lipatan modul berbentuk sederhana, namun

untuk menyusunnya menjadi objek tertentu biasanya cukup sulit.

c. Origami Basah (Wet-Folding Origami)

Origami basah adalah seni melipat kertas dimana kertas yang digunakan

dilembabkan atau dibasahi. Setelah bentuk origami selesai lalu dibiarkan

kering. Kertas yang lembab lebih mudah dibentuk menurut geometri yang

lebih fleksibel dibandingkan dengan kertas kering. Keterampilan seniman

origami basah tidak hanya melipat tetapi juga membentuk permukaan objek

seperti kekukan dan tonjolan.

d. Origami Murni (Pureland Origami)

Origami murni adalah jenis seni melipat kertas dengan aturan yang ketat

(50)

36

dikembangkan oleh seniman origami Inggris yang bernama John Smith pada

tahuun 1970-an untuk membantu orang berajar origami atau orang

mempunyai keterbatasan fisik motorik.

e. Tesselasi Origami (Origami Tesselations)

Tesselasi adalah seni membentuk susunan ubin pada bidang dua dimensi

sehingga membentuk bidang beraturan. Tesselasi origami adalah seni

membentuk susunan ubin menggunakan kertas yang dilipat sedemikian rupa

sehingga menghasilkan bidang yang beraturan.

f. Kirigami

Dalam seni origami tradisional tidak dikenal istilah kirigami, istilah kirigami

sendiri baru dikenal pada abad ke-20. Kirigami adalah seni melipat dan

memotong kertas untuk membentuk ojek seni. Sebagian orang memasukkan

kirigami sebagai bagian dari origami karena kemiripan nama dan adanya

unsur melipat kertas pada seni ini.

4. Langkah-langkah Kegiatan Bermain Dengan Media Kertas Lipat

Dalam penggunaan media kertas lipat dlam kegiatan bermain, guru melaksanakan

langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan tema pembelajaran

b. Guru menjelaskan tema pembelajaran dihubungkan dengan kertas lipat

c. Guru menyediakan kertas lipat untuk kegiatan melipat

d. Guru membagikan kertas lipat pada siswa

e. Guru memberikan bimbingan, motivasi dan dorongan kepada anak

f. Guru menjelaskan pada anak-anak bagaimana melipat yang baik dan benar

g. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan

(51)

37

h. Guru memberikan reward kepada siswa yang telah melakukan kegiatan

bermain melipat dengan baik dan benar.

E. Kajian Pustaka

Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa penelitian, ada beberapa

yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian yang

pertama yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian dari jurnal yang dilakukan

oleh Catri Jumiarsih (2012). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan

kemampuan motorik halus anak yang diterapkan dalam menggunakan kegiatan

melipat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek dalam

penelitian ini adalah anak kelompok A dan guru TK Aisyiyah 2 Pandeyan. Penelitian

ini bersifat kolaboratif antara lain peneliti dan guru kelas. Metode pengumpulan data

yang digunakan adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik

analisis data yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Hasil dari penilitian ini

menunjukkan adanya peningkatan motorik halus anak melalui kegiatan melipat.

Hal ini dapat dilihat dari prosentase rata-rata hasil kemampuan motorik halus

anak dalam 1 kelas sebelum tindakan 26.3%, siklus I 31.9%, siklus II 50%, siklus III

80%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kegiatan melipat dapat meningkatkan

motorik halus anak kelompok A di TK Aisyiyah 2 Pandeyan Ngemplak Boyolali

Tahun Ajaran 2012/2013.

Ada perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

ialah penelitian ini difokuskan pada peningkatan kemampuan fisik motorik halus

melalui kegiatan bermain dengan cara melipat, sedangkan penelitian yang akan diteliti

oleh peneliti ialah tentang peningkatan fisik motorik halus melalui kegiatan bermain

dengan media kertas lipat yang dibeli dan dibuat oleh peneliti, dan tempat penelitian yang

(52)

38

Sedangan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama menggunakan jenis PTK (Penelitian

Tindakan Kelas), membahas tentang motorik halus dan melipat, dan subyek peneliti

sama-sama kelas A.

Penelitian yang kedua yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian dari

Siti Masriah (2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motorik halus

anak melalui kegiatan melipat. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas,

subyek penelitian ini adalah siswa kelompok B di taman kanak-kanak dharma wanita

tawangrejo. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

proserdur kerja 2 (dua) siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan refleksi. Metode pengumpulan data dan observasi, catatan

lapangan dan dokumentasi. Kegiatan melipat dapat meningkatkan motorik halus anak

kelompok B TK Dharma Wanita Tawangrejo. Analisis data dari Data motorik halus

dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik diskriptif komparatif dan teknik analisis

kritis. Sedangkan analisis kwantitatif digunakan pada data kwantitatif yaitu dengan

membandingkan antara siklus.

Berdasarkan hasil penelitian kelas yang dilaksanakan melalui beberapa

tindakan dari siklus I dan siklus II, kemudian berdasarkan seluruh pembahasan serta

analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan melipat data

meningkatkan motorik halus anak. hal ini dapat ditunjukkan hasil analisis yang

didapat bahwa rata-rata prosentase kemampuan motorik halus anak kelompok B TK

Dharma Wanita Tawangrejo pada saat sbelum tindakan 49,37%, pada siklus I adalah

(53)

39

Ada perbedaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

ialah penelitian ini difokuskan pada peningkatan motorik halus, sedangkan penelitian

yang akan diteliti oleh peneliti ialah tentang peningkatan fisik motorik halus melalui

kegiatan bermain dengan media kertas lipat, subyek penelitian pada kelompok A, dan

tempat penelitian yang berbeda.

Sedangan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama menggunakan jenis Penelitian Tindakan

Kelas (PTK), menggunakan analisis kuantitatif, dan sama-sama membahas tentang

(54)

40 BAB III

PELAKSAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RA AL-AMIN 02 Salatiga, Kelurahan

Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Pada bagian ini, peneliti akan

memaparkan lokasi pelaksaan penelitian, karakteristik siswa serta kompetensi tenaga

pendidik yang dimiliki yang nantinya informasi tersebut akan memberikan penguatan

pada analisis data yang akan dilakukan oleh peneliti. Secara garis besar informasi

mengenai subjek peneliaan tersebut yaitu :

1. Profil Sekolah

Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut:

1) Nama Sekolah : RA AL-AMIN 02

11)Status Sekolah : Lembaga Pendidikan MA ARIF NU

12)Akreditasi : C

(55)

41

14)Manajemen : Yayasan

2. Letak Geografis RA AL-AMIN 02 Salatiga

Lembaga pendidikan RA AL-AMIN 02 Salatiga tepatnya berada di

Ngronggo Rt 02 Rw 04, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota

Salatiga dengan kode pos 50733.

3. Visi dan Misi RA AL-AMIN 02 Salatiga

a. Visi

Adapun Visi RA AL-AMIN 02 Salatiga yaitu :

“Terwujudnya Anak Usia Dini Yang Sehat, Cerdas, dan Ceria serta Bertaqwa kepada Allah SWT”

b. Misi

Adapun Misi RA AL-AMIN 02 Salatiga yaitu :

1) Memberikan dasar-dasar keimanan, ketaqwaan, kecakapan, dan

emosional.

2) Membentuk anak usia dini yang sholeh dan sholehah dan mempunyai

kepribadian yang bertanggung jawab.

3) Mendidik dan membina secara terus-menerus untuk meningkakan

kwalitas pelaksanaan ibadah sholat wajib dan sholat sunah.

4. Sarana dan Prasarana

Lingkungan belajar nyaman dan mudah dijangkau oleh masyarakat umum,

memiliki semua fasilitas yang diperlukan merupakan salah satu syarat bagi

keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Sekolah RA AL-AMIN 02 Salatiga

terletak di tempat strategis tepatnya di jalan yang dapat diakses oleh semua

masyarakat umum, hal ini memudahkan bagi setiap peminat pendidikan anak

(56)

42

hanya ada 1 RA saja, jadi hampir semua masyarakat anak-anaknya bersekolah di

RA AL-AMIN 02 dan banyak dari Dusun lainnya yang bersekolah di RA

tersebut. Beberapa fasilitas yang ditawarkan RA AL-AMIN 02 Salatiga ini

adalah:

a. Ruang

Sejumlah 4 kelas, 1 ruang kantor, halaman untuk senam dan bermain

anak-anak, 1 kamar mandi, 1 tempat wudlu dan dekat dengan Musolla.

b. Pusat Informasi

Terdapat papan informasi yang memudahkan guru menyampaikan informasi

kepada orang tua yang ditempel di depan kelas, surat, dan juga terdapat grub

Whatsapp untuk setiap kelas untuk Orang Tua dan Guru kelas.

c. Fasilitas yang tersedia :

1) Ruang kelas baru dan bersih

2) Ruang ibadah

3) Mobil antar jemput

4) APE (Alat Permainan Edukatif)

5. Keadaan Guru dan Siswa

a. Daftar Nama Guru

Adapun nama-nama Guru di RA AL-AMIN 02 terlihat pada tabel dibawah ini

:

Tabel 3.1 Daftar Nama Guru RA-AL AMIN 02 Salatiga

No. Nama Tugas Mengajar

1. Zakiyah S.Pdi Kepala Sekolah

2. Sri Maskanah S.Pdi Guru Kelas B1

Gambar

Tabel .1.1
Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTanggart
Tabel 3.1 Daftar Nama Guru RA-AL AMIN 02 Salatiga
Tabel 3.2 Daftar Nama Anak Kelompok A2 RA AL-AMIN 02 Salatiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN.

Ekstrak n -heksana, etil asetat, metanol dan minyak atsiri yang sudah dipartisi dengan etil asetat (daun dan bunga Asteraceae) dilarutkan dalam DMSO hingga konsentrasi

The problem of the study is to reveal value of tolerance reflected in The Secret Life of Bees movie directed by Gina Prince Bythewood published in 2008. The objectives

Peningkatan kemampuan disiplin kerja pelaksanaan tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Pustakawan agar hasil yang telah dicapai sesuai dengan sasaran yang

antara Lokasi Usaha dengan Pendapatan Usaha Pada Pedagang di Pasar Tanah. Abang Blok G Jakarta (Studi Kasus Sesudah Relokasi Pedagang Kaki

Dalam penelitian ini akan menganalisis hubungan antara variabel independen kualitas produk dan nilai pelanggan dengan variabel dependen kepuasan pelanggan dan

1) Seorang pejabat diplomatik kebal terhadap hukum dan alat-alat kekuasaan negara penerima. Dalam hal seorang pejabat diplomatik dicurigai telah melakukan suatu

John Rawls menggagas konsep keadilan sebagai fairness , yang untuk mencapai tahap fair harus dilalui tiga langkah, berupa i) mengkondisikan semua pihak dalam posisi