• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - PENGGUNAAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS V SD N 2 PATIKRAJA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - PENGGUNAAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS V SD N 2 PATIKRAJA - repository perpustakaan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Rasa Ingin Tahu

Menurut Mustari (2011:104) Rasa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman manusia dan binatang. Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri yang disebabkan oleh emosi rasa ingin tahu. Karena emosi ini mewakili kehendak untuk mengetahui hal-hal baru, rasa ingin tahu dapat diibaratkan “bensin” atas “kendaraan” ilmu dan disiplin lain dalam bidang studi yang dilakukan oleh manusia.

(2)

berusaha mencari dan mengetahui sebuah informasi secara mendalam dan detail yang ditemui dalam kehidupan sehai-hari.

Indikator Rasa Ingin Tahu

Perincian Indikator rasa ingin tahu dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Sikap Rasa Ingin Tahu

No Nilai Indikator

1. Rasa Ingin Tahu  Sistem pembelajaran diarahkan untuk mengeksplorasi keingintahuan siswa.  Sekolah memberikan fasilitas, baik

melalui media cetak maupun elektronik.

Dari indikator di atas dapat dijabarkan lagi menjadi lebih spesifik yaitu sebagai berikut:

- Peserta didik bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran.

- peserta didik membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi.

(3)

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2013:12), pengertian prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan atara lain dalam kesenian, oleh raga, dan pendidikan, khususnya pelajaran.

Menurut Hamdani (2011:138), prestasi belajar merupakan hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat, yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Berdasarkan uraian dari pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah sebuah hasil belajar yang diperoleh peserta didik dari keseluruhan pembelajaran matematika dalam kurun waktu tertentu sebagai gambaran seorang peserta didik sejauh mana dalam mendalami materi yang diajarkan oleh guru.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Syah (2011:145), prestasi belajar dipengaruhi oleh:

(4)

a) Aspek fisiologis. Kondisi umum jasmani dan tegangan otot (tonus) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan identitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinyapun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadi secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting, sebab kesalahan pola makan minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.

b) Aspek psikologis

Aspek psikologis ini meliputi:

(5)

(2) Sikap siswa, yaitu gejala internal yang berdimensi afektif bereupa kecederungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.

(3) Bakat siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

(4) Minat siswa, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu.

(5) Motivasi siswa, yaitu suatu dorongan yang dapat membuat anak melakukan kegiatan belajar dengan lebih baik.

2) Faktor eksternal siswa a) Faktor lingkungan sosial

(1) Sekolah, meliputi guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

(2) Masyarakat, yaitu tetangga dan teman-teman yang sepermainan.

(6)

b) Faktor lingkungan non sosial, meliputi gedung sekolah, dan letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, serta waktu belajar yang digunakan siswa. c) Faktor pendekatan belajar, yaitu keefektifan segala cara atau

strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu.

3. Metode Penemuan Terbimbing

a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing

Pengertian metode penemuan (discovery) menurut Sund (Suryosubroto, 2009:179) adalah proses mental di mana siswa mengasimilasi suatu konsep atau sesuatu prinsip. Metode penemuan dapat diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode penemuan itu adalah suatu metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan peserta didik menemukan sendiri informasi secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Pelaksanaannya dapat dilakukan perseorangan atau dalam berkelompok. Tempat pelaksanannya dapat dilaksanakan di dalam atau di luar kelas.

(7)

1) Identifikasi kebutuhan siswa.

2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi yang dipelajari.

3) Seleksi bahan, dan problema/soal dan tugas yang akan dikerjakan oleh siswa.

4) Memeriksa memperjelas (memberikan penjelasan).

5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.

6) Memeriksa pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.

7) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan. 8) Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa. 9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi proses.

10) Merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa.

11) Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.

12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

b. Fungsi Metode Penemuan Terbimbing

Menurut Hanafiah dan Suhana (2010:78) ada beberapa fungsi metode penemuan terbimbing (discovery), yaitu sebagai berikut :

(8)

kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran.

2) Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

3) Membangun sikap percaya diri (self confidence) dan terbuka (openness) terhadap hasil temuannya.

Keunggulan dan kelemahan metode penemuan terbimbing.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2010:79) ada beberapa keunggulan dan kelemahan metode penemuan terbimbing (discovery). Keunggulan metode penemuan terbimbing adalah:

1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.

2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.

3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi.

4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing.

(9)

Kelemahan metode penemuan terbimbing ( discovery) adalah :

1) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

2) Metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan apabila dilakukan di kelas yang gemuk jumlah siswanya.

3) Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama maka metode penemuan terbimbing akan sangat mengecewakan. 4) Ada kritik, bahwa proses dalam metode penemuan terbimbing terlalu

mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan ketrampilan bagi siswa.

Dari beberapa penjelasan menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa metode penemuan terbimbing adalah metode yang dalam pengajarannya guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sebuah hasil belajar sendiri dengan dibimbing melalui langkah-langkah atau melalui ceramah sehingga siswa dapat menemukan intisari dari sebuah materi ajar yang disampaikan.

4. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

(10)

mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dangan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Matematika menurut Ruseffendi (Heruman, 2007:1), adalah merupakan suatu bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke detail. Menurut Soedjadi (Heruman, 2007:1), matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar dan berhitung menggunakan istilah yang dijelaskan dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol serta memiliki arti sehingga dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bilangan.

(11)

perlu diberikan kepada peserta didik sejak mulai duduk dibangku sekolah. Bukan hanya di SD namun dapat dimulai sejak di PAUD atau TK dengan langkah-langkah yang sederhana. Matematika sederhana yang diajarkan di PAUD atau TK misalnya penjumlahan, 1+ 1 =2. Dalam tahapan-tahapan pembelajaran matematika diharapkan nantinya peserta didik dapat berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta mempunyai kemampuan untuk bekerjasama. Ada pun tujuan pembelajaran matematika menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2006) adalah sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(12)

Peserta didik yang berada dijenjang SD berada pada umur kisaran antara 7-12 tahun, pada tahap ini peserta didik masih berfikir konkrit. Mereka akan belajar dengan apa yang mereka tangkap melalui panca indera atau dengan kata lain mereka masih terikat dengan objek. Sehingga pada penelitian ini peneliti menggunakan media pembelajaran sebagai sarana membantu peserta didik dalam pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Peneliti memilih menggunakan alat peraga karena dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru, sehingga peserta didik akan lebih cepat untuk memahami materi yang disampaikan.

5. Alat Peraga

Salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar peserta didik yaitu adanya alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Menurut Anitah (2009:4), alat peraga dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang riil sehingga memperjelas pengertian pembelajar. Dalam pembelajaran di sekolah dasar, penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan. Hal ini karena sesuai dengan tingkatan berpikir peserta didik yang masih berpikiran secara konkret.

(13)

guru hendaknya disesuaikan dengan materi yang diajarkan, dibuat semenarik mungkin dan dapat memvisualisasikan konsep yang abstrak, membuktikan rumus dan mengembangkan imajinasi dan kreativitas peserta didik. Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran akan lebih baik jika dapat digunakan dalam berbagai bentuk dan model, dapat dilihat dan dipegang, berupa benda yang konkret sehingga akan lebih udah dipahami oleh peserta didik. Tujuan akhir dalam menggunakan alat peraga adalah peserta didik akan lebih mudah memahami materi bukan malah sulit mamahaminya, sehingga guru dalam menentukan dan membuat alat peraga harus sesuai materi, tepat dan cermat.

Alat peraga matematika juga dapat diartikan sebagai suatu alat atau benda konkrit yang dirancang, dibuat, dan disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan dan mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam pembelajaran matematika. Dengan alat peraga hal-hal yang abstrak itu dapat disajikan dalam bentuk model-model berupa benda konkrit yang dapat dilihat, dipegang diputarbalikkan sehingga mudah untuk dipahami.

Menurut Suryosubroto (2009:40), alat peraga dalam proses belajar mengajar penting karena memiliki fungsi pokok sebagai berikut:

(14)

b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi belajar.

c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.

Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran materi bangun ruang ini adalah bentuk bangun ruang, jaring-jaring bangun ruang yang meliputi Kubus, Balok, Limas Segi Empat, Prisma Segi Tiga, kerucut, dan Tabung. Sebelumnya guru menjelaskan materi bangun ruang dengan menggunakan media bangun ruang kubus, balok, prisma, limas, kerucut dan tabung yang terbuat dari kayu agar peserta didik memahami bentuk sebenarnya dari bangun ruang tersebut. Kemudian guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan dengan berkelompok dan satu kelompok terdiri dari empat atau lima peserta didik. Di dalam LKS tersebut ada perintah untuk memahami dan nantinya akan menggambarkan bentuk jaring-jaring dari bangun ruang yang sudah dijelaskan oleh guru.

(15)

Gambar 2.1 Gambar bangun ruang dan jaring-jaring bangun ruang.

6. Materi Pokok Geometri dan Pengukuran

Pada tabel di bawah ini akan menjelaskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi yang akan dilaksanakan panelitian.

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi dasar

7. Memahami sifat-sifat bangun dan hubngan antar bangun.

6.3 Menentukan jaring-jaring bangun ruang sederhana

6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri

(16)

a. Menentukan jaring-jaring bangun ruang sederhana

Jaring-jaring bangun ruang terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai. Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang. Perhatikan jaring-jaring bangun ruang di bawah ini.

1) Jaring-jaring kubus

2) Jaring-jaring balok

(17)

4) Jaring-jaring Limas Segi Empat

5) Jaring-jaring Tabung

6) Jaring-jaring Kerucut

(18)

Bangun datar trapesium ABCD dan trapesium PQRS dikatakan sebangun. Sebangun artinya sama. Bangun trapesium tersebut mempunyai ukuran yang sama atau sebanding. Coba perhatikan sisi-sisinya

PQ : AB = 2 : 4 = ½ , PS : AD = 1 : 2 = ½ ,

dan SR : DC = 1,5 : 3 = ½

Panjang sisi-sisi yang besesuaian antara trapesium ABCD dan PQRS sebanding atau senilai. Sehingga, keduanya disebut sebangun. Sedangkan trapesium ABCD dan PQRS dengan KLMN tidak sebangun karena sisi-sisi yang bersesuaian tidak sebanding atau senilai.

Apabila 2 buah bangun datar sebangun memiliki bagian-bagian yang bersesuaian sama, dikatakan kebuda bangun tersebut sama dan sebagun (kongruan). Coba perhatikan bangun datar segi tiga ABC dan segi tiga PQR. Sisi AB = PQ, AC = PR, CB = RQ.

1) Kesebangunan antar bangun-bangun datar

Setelah kamu memahami dan dapat membedakan sebangun dengan sama dan sebagun, coba perhatikan beberapa gambar dibawah ini

(19)

kemudian tentukan gambar mana saja yang sebangun dengan sama dan sebangun.

2) Simetri Lipat dan Simetri Putar a) Simetri Lipat

Simetri lipat disebut juga simetri garis, simetri sumbu simetri cermin atau semetri balik. Suatu bangun dikatakan simeteri lipat jika bangun tersebut dilipat akan simetris. Simetris artinya kedua belah bagian sama atau setangkup (bagian atas, bawah, kanan dan kiri).

Kesebangunan dua buah bangun datar ditentukan oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh kedua bangu itu, yaitu: bagian-bagian yang bersesuaian mempunyai panjang

(20)

Perhatikan gambar dibawah ini.

Jika bangun ABCD dilipat pada garis BD, maka AB berimpit dengan CB, titik A berimpit dengan titik C, dan AD berimpit dengan CD.

BD adalah sumbu simetri bangun ABCD. Dikatakan bahwa jumlah simetri lipat ABCD adalah 1.

b) Simetri Putar

Suatu bangun datar, jika diputar pada titik pusat yang sama, dapat kembali menempati bingkainya lebih dari satu kali dalam satu putaran penuh, bangun itu dikatakan memiliki simetri putar. Banyaknya simetri putar pada bangun datar tidak sama. Jauhnya putaran suatu bangun ditentukan oleh besar sudut, dengan titik pusat yang sama, dan arah putaran sama dengan arah perputaran jarum jam.

(21)

Amati baik-baik gambar I – IV di atas.

Segitiga ABC (I) adalah sebuah segitiga samasisi dengan sudut-sudut A, B, dan C. Titik P adalah titik pusat segitiga samasisi ABC.

Jika segitiga ABC (I) diputar dengan titik pusat P sejauh 120º searah jarum jam, maka posisinya menjadi seperti pada gambar II. Posisinya menjadi: A menempati B, B menempati C, dan C menempati A.

Jika posisi gambar II diputar lagi sejauh 120฀, maka posisinya menjadi seperti pada gambar III, dan posisi sekarang (dari keadaan I) menjadi: A menempati C, B menempati A, dan C menempati B.

Jika posisi III diteruskan dengan putaran 120฀ lagi, maka posisinya seperti pada gambar IV tampak A kembali ke A, B kembali ke B, dan C kembali ke C seperti keadaan awal pada gambar I.

(22)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Bedasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Risnita yaitu guru matematika SMA Negeri I Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan dengan judul dengan judul “Peningkatan hasil belajar matemmatika siswa kelas X3 SMA Negeri I Pangkalan Kerinci dengan menerapkan metode penemuan terbimbing” dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X3 yaitu Pada siklus I, jumlah peserta didik yang tuntas mencapai 20 orang atau 62,5 persen, dan pada siklus II jumlah peserta didik yang tuntas meningkat menjadi 23 orang atau 71,874 persen dari jumlah total peserta didik sebanyak 32.

Bedasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Asrul Karim yang berjudul “Penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar” (2011:31), pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada sekolah level tinggi, sedang, dan rendah. dan sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing.

(23)

dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

C. Kerangka berpikir

Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan dengan judul “Penggunaan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar matematika peserta didik pada materi geometri di kelas V SD N 2 Patikraja” ini dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tersusun pada siklus I dan siklus II. Berikut ini adalah skema atau gambaran penelitian tersebut:

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, makan hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan :

(24)

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Sikap Rasa Ingin Tahu
Gambar 2.1 Gambar bangun ruang dan jaring-jaring bangun ruang.
gambar II. Posisinya menjadi: A menempati B, B menempati C,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil menunjukkan bahwa suhu 30°C, 40°C, dan 50°C tidak berpengaruh pada kadar asiatikosid yang tersari dan etanol 96% merupakan cairan penyari optimum untuk mendapatkan

Adapun pengendalian dosis pekerja dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut : melakukan pengukuran paparan radiasi pada detektor , mengerti

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh kebiasaan sarapan terhadap tingkat pengetahuan, status gizi dan kemampuan daya ingat anak Sekolah Dasar Lamper

Selain terdapat pada objek penelitian, penelitian tersebut bertujuan untuk pembuatan aplikasi dan apakah dengan menggunakan software (dibuat dengan Microsoft Access 2000

sedangkan pola akses yang dihasilkan proses data mining menggunakan data sesungguhnya dari webserver Universitas Respati Yogyakara adalah seperti yang ditunjukkan pada

Pendidikan Agama Islam (PAI) hendaknya terintegrasi dengan spirit pendidikan multikultural ini. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum PAI haruslah didasarkan pada

Perlakuan penambahan emulsifier (ovalett) dengan konsentrasi yang terlalu tinggi yaitu 33g menyebabkan penurunan nilai overrun, dan melting rate tetapi meningkatkan nilai

"Oliver Messel: In the Theatre of Design by Thomas Messel shows the work of one of England’s foremost interior designers whose work spanned the worlds of theater, film,