BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian pendidikan karakter
Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character, yang antara berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi
pekerti, kepribadian, dan akhlak. Secara terminologi atau istilah karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang (Fitri, 2012: 20).
Menurut Simon Philips (2008) dalam Mu’in (2011: 160) karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Menurut Koesoema A. (2007) dalam Mu’in (2011: 160) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik, gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil juga bawaan sejak lahir.
mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Megawangi (2004) dalam Syarbini (2012: 17) pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif di lingkungannya. Definisi yang lain dikemukakan oleh Ghaffar (2010) dalam Syarbini (2012: 17), pendidikan karakter adalah sebuah transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang, sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan tentang kepribadian seseorang sebagai usaha untuk membentuk karakter dalam diri seseorang dan merupakan kebiasaan yang akan ditanamkan sejak dini. Dalam lingkup sekolah, pendidikan karakter diterapkan melalui implementasi di mata pelajaran.
b. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
tepat. Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, pemerintah sebenarnya telah mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, budaya dan falsafah bangsa, yaitu:
1) Religius
Religius adalah nilai karakter dalam hubungannnya dengan Tuhan. Ia menunjukan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan atau ajaran agamanya.
2) Jujur
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
3) Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin
5) Kerja keras
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
6) Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
10) Semangat kebangsaan
11) Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsanya.
12) Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
13) Bersahabat atau komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama degan orang lain.
14) Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15) Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16) Peduli lingkungan
17) Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18) Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri-sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan 18 nilai karakter tersebut peneliti mengambil 2 karakter yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu:
1 ) Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
2 ) Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri-sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya) Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Disiplin
a. Pengertian Disiplin
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 268) disiplin adalah: 1) tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb). 2) ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb). 3) bidang studi yang memiliki objek, sistem, dan metode tertentu. Menurut Mustari (2011: 41) disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Disiplin berasal dari kata yang sama “disciple” yakni seorang yang belajar atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Menurut teori ini orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Disiplin mempunyai empat unsur pokok yaitu: peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya, hukuman untuk pelanggaran peraturan, dan penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku (Hurlock, 1978: 82-84).
beragam. Ada yang mengartikan disiplin sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian, ada juga yang mengartikan disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib (Naim, 2012: 142).
Menurut Semiawan dalam Naim (2012: 142) disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya.
Disiplin tidak bisa terbangun secara instan. Dibutuhkan proses panjang agar disiplin menjadi kebiasaan yang melekat kuat dalam diri seorang anak. Oleh karena itu, penanaman disiplin harus ditanamkan sejak dini. Tujuannya adalah untuk mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa. Jika sejak dini sudah ditanamkan disiplin, mereka akan menjadikannya sebagai kebiasaan dan bagian dari dirinya (Naim, 2012: 143)
dalam mematuhi aturan dan menyelesaikan tepat pada waktunya dengan baik.
b. Unsur-unsur Disiplin
Hurlock (1978: 85-91) disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai empat unsur pokok apapun cara mendisiplin yang digunakan yaitu:
1. Peraturan
Pokok pertama disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan orang tua, guru, atau teman bermain. Dalam hal peraturan sekolah misalnya peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu berada didalam kelas.
Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting yaitu a) peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. b) Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.
2. Hukuman
pembalasan. Fungsi hukuman dalam perkembangan moral anak yaitu menghalangi, mendidik, dan memotivasi.
3. Penghargaan
Penghargaan merupakan bentuk penilaian suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukan dipunggung. 4. Konsistensi
Tingkat keseragaman atau stabilitas, kecenderungan menuju kesamaan. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku.
c. Hal-hal yang perlu dilakukan guru untuk membentuk karakter
disiplin pada diri peserta didik
Menurut Aunillah (2011: 56-60) hal-hal yang perlu dilakukan guru untuk membentuk karakter disiplin pada diri peserta didik antara lain sebagai berikut :
1. Konsisten
2. Bersifat jelas
Guru dalam menanamkan sikap disiplin pada peserta didik adalah membuat peraturan yang jelas. Peraturan yang jelas dan sederhana bisa mempermudah peserta didik untuk melakukannya. Peraturan yang kurang jelas dapat menjadikan peserta didik merasa enggan untuk mematuhi peraturan tersebut 3. Memperhatikan harga diri
Jika ada peserta didik yang melanggar kedisiplinan, sebaiknya guru jangan menegurnya didepan banyak orang. Cara seperti itu dapat membuatnya merasa malu dan cenderung berusaha mempertahankan sikapnya. Alangkah baiknya jika guru memberikan nasihat secara personal, sehingga akan membuatnya merasa dihargai.
4. Sebuah alasan yang bisa dipahami
Jika guru hendak memberikan peraturan kepada peserta didik, sebaiknya memberikan alasan yang mudah dipahami. Dengan memberikan alasan yang mudah dipahami, peserta didik akan menaati peraturan tersebut dengan kesadaran diri
5. Menghadiahkan pujian
didik merasa dihargai sehingga ia tidak merasa tertekan dengan peraturan tersebut.
6. Memberikan hukuman
Hukuman yang diberikan hendaknya tidak sampai menyakiti fisik dan psikologi peserta didik. Guru harus memberi hukuman yang bersifat mendidik, seperti memerintahkan peserta didik untuk membersihkan kelas.
7. Bersikap luwes
Guru harus mampu bersikap luwes dalam menegakan disiplin, hindari bersifat kaku terhadap peserta didik. Sebaiknya peraturan dan hukuman harus disesuaikan dengan situasi peserta didik.
8. Melibatkan peserta didik
Membuat peraturan sebaiknya melibatkan peserta didik, hindari membuat peraturan secara sepihak. Dengan melibatkan peserta didik, setidaknya guru mengerti sesuatu yang diinginkan oleh peserta didik terhadap lingkungan sekolahnya.
9. Bersikap tegas
10. Jangan emosional
Guru sebaiknya menghindari emosi yang berlebihan ketika menghukum peserta didik dan jangan menghukum peserta didik saat sedang marah. Guru sebaiknya menghindari hal ersebut karena akan menurunkan mental peserta didik dan akan membuat peserta didik merasa malu.
3. Tanggung jawab
a. Pengertian Tanggung Jawab
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1139) tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dsb). Menurut Mustari (2011: 21) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri-sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya) Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Unsur-unsur Tanggung Jawab
Dari segi filsafat, menurut Faqih (2013[online]) suatu tanggung jawab sedikitnya didukung oleh tiga unsur pokok yaitu: kesadaran, kecintaan/kesukaan, dan keberanian.
1. Kesadaran
Sadar berisi pengertian: tahu, kenal, mengerti dapat memperhitungkan arti, guna sampai kepada soal akibat dari sesuatu perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang baru dapat diminta tanggung jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.
2. Kecintaan / Kesukaan
Cinta, suka menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan, dan kesediaan berkorban. Cinta pada tanah air menyebabkan prajurit-prajurit kita rela menyabung nyawa untuk mempertahankan tanah air tercinta. Sadar akan arti tanggungjawab, menyebabkan mereka patuh berdiri di bawah terik matahari atau hujan lebat untuk mengawal, dilihat atau tidak diawasi.
3. Keberanian
adanya pertimbangan, perhitungan dan kewaspadaan sebelum bertindak, jadi tidak sembrono atau membabi buta.
Keberanian seorang prajurit adalah keberanian yang dilandasi oleh rasa kesadaran, adanya rasa cinta kepada tanah air, dimana ketiga unsur kejiwaan tersebut tersimpul ke dalam satu sikap: “Keikhlasan dalam mengabdi, dan dengan penuh rasa
tanggung jawab“, dalam menunaikan tugas dan darma bakti
kepada negara dan bangsa.
c. Ciri-ciri Tanggung Jawab
Menurut Mufti (2013[online]) ciri-ciri tanggung jawab yaitu: 1. tekun menghadapi tugas dengan tuntas
2. ulet, pantang menyerah dan putus asa 3. mampu berprestasi mandiri
4. selalu ingin mendalami pengetahuan 5. berusaha berprestasi lebih baik 6. senang dan rajin belajar
7. menghadapi masalah dengan kedewasaan 8. cepat bosan dengan tugas rutin
9. mampu mempertahankan pendapat.
10. menunda kepuasan sesaat untuk mencapai tujuan lebih baik di kemudian hari
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menanamkan
Menurut Aunillah (2011: 84-86) nilai-nilai tanggung jawab merupakan hal yang perlu ditanamkan oleh guru. Guru bertugas mengarahkan peserta didik mejadi pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam menanamkan rasa tanggung jawab yang tinggi pada diri setiap peserta didik. Diantaranya sebagai berikut:
1. Memulai dari tugas-tugas sederhana
Di sekolah tentu saja sudah ada peraturan yang sudah ditetapkan, seperti tata tertib di dalam kelas, jadwal kebersihan. Meskipun peraturan tersebut dinilai sederhana bagi peserta didik, tetapi guru harus mendorongnya agar menaati dengan tanggung jawab. Guru perlu mengatakan bahwa tugas sederhana apapun harus dikerjakan sebagai bentuk tanggung jawab.
2. Menebus kesalahan saat berbuat salah
Cara lain untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab dalam diri peserta didik adalah mengajarkan kepadanya agar siap menebus kesalahan ketika ia berbuat salah. Hal ini mendorongnya untuk meminta maaf atas kesalahan yang dibuatnya sekaligus mengajarkan nilai keadilan.
3. Segala sesuatu mempunyai nilai konsekuensi
siswa harus siap dengan segala konsekuensi yang ditimbulkan dari tindakannya.
4. Sering berdiskusi tentang pentingnya tanggung jawab
Hendaknya guru seringkali berdiskusi mengenai pentingnya tanggung jawab, selain itu guru harus mencontohkan secara nyata kepada peserta didik sehingga siswa dapat belajar langsung dari sesuatu yang siswa lihat dari gurunya.
4. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Menurut Arifin (2011: 12) prestasi berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama antara lain:
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator inten dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik dimasyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2008: 12) belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latian atau pengalaman.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang didapat siswa dari penugasan dan materi yang diperoleh dalam waktu tertentu. Prestasi belajar biasanya berupa angka atau huruf.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya (Ahmadi dan Supriyono, 2013: 138).
Yang tergolong faktor internal adalah :
1. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dsb.
2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas :
1. Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
2. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki b. Faktor nonintelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
3. Faktor kematangan fisik maupun psikis Yang tergolong faktor eksternal ialah :
a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.
4. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Slameto, 2010: 54).
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Faktor internal
kepandaian, kesehatan, sikap, perasaan dan faktor pribadi lainnya.
2. Faktor eksternal
Faktor ini berhubungan dengan pengaruh yang datang dari luar diri individu berupa sarana dan prasarana, lingkungan, masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi sosial, ekonomi dan lain sebagainya.
5. Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Abdullah dan Eny Rahma (2010: 18) menyebutkan bahwa IPA adala suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan obervasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.
Menurut Trianto (2011: 136) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ”science”. Kata ’science’ berasal dari kata dalam bahasa latin ’scientia’ yang berarti saya tahu. Science terdiri dari
gejala-gejala alam. Perkembanganya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan Ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan disusun dengan cara yang khas/khusus yang berisi konsep dan fakta-fakta yang saling berkaitan. Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta beserta isinya.
Prestasi belajar IPA siswa dengan soal tes prestasi belajar mengambil materi “Energi dan Penggunaannya” kelas IV semester 2
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut:
8. Standar Kompetensi: Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
8.1 Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Elma Nurpiana “Penanaman karakter
disiplin dan tanggung jawab siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan pada siswa kelas VII” menunjukan bahwa terdapat pengaruh
bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan pada prestasi belajar kognitif siswa. Penelitian di atas relevan untuk penelitian ini karena ada variabel yang sama yaitu variabel disiplin belajar, tanggung jawab, dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini memiliki variabel bebas yang diukur yaitu variabel disiplin dan variabel tanggung jawab mengerjakan tugas sekolah yang dipasangkan dengan prestasi belajar IPA.
C. Kerangka Berpikir
Deskripsi teori di atas, maka dapat dikemukakan kerangka berpikir dari variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini. Disiplin mengerjakan tugas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA karena siswa yang disiplin maka akan dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya dengan baik dan senantiasa tertib dalam mengikuti pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.
Skema gambar rumusan diatas yaitu sebagai berikut :
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada pengaruh antara disiplin mengerjakan tugas terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N 2 Kemutug Lor.
2. Ada pengaruh antara tanggung jawab dalam mengerjakan tugas terhadap prestasi belajar IPA kelas IV SD N 2 Kemutug Lor.
3. Ada pengaruh antara displin dan tanggung jawab mengerjakan tugas sekolah terhadap prestasi belajar IPA kelas IV SD N 2 Kemutug Lor. Disiplin mengerjakan tugas
(X1)
Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas (X2)