• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian 1. Kematian - BAB II MAULI DWI SEPTIA GEOGRAFI'16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian 1. Kematian - BAB II MAULI DWI SEPTIA GEOGRAFI'16"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian 1. Kematian

Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Dua komponen proses

demografi lainnya adalah kelahiran (fertilitas), dan mobilitas penduduk. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi

pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut (Bagus, 2008).

Mati ialah peristiwa hilangnya tanda-tanda kehidupan secara permanen,

yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Dengan demikian keadaan mati selalu didahului oleh keadaan hidup. Mati tidak pernah ada kalau tidak ada

kehidupan. Sedangkan hidup selalu dimulai dengan lahir hidup (live birth) (Bagus, 2008).

Beberapa definisi atau istilah kematian sekitar kelahiran dan sebelunya. Di

sini dibedakan peristiwa-peristiwa kematian yang terjadi di dalam rahim (intra utrin) dan di luar rahim (extra utrin). Pada masa janin masih dalam kandugan

(intra utrin), terdapat peristiwa-peristiwa kematian sebagai berikut:

(2)

b. Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai

pada umur kandungan 28 minggu ;

c. Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu

sampai waktu lahir.

Selanjutnya kematian bayi di luar rahim (extra utrin) dibedakan atas: a. Lahir mati (still berth), kematian yang cukup masanya pada waktu keluar dari

rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan;

b. Kematian baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum

berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun;

c. Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi

setelaah berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun;

d. Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga

berumur kurang dari satu tahun ( Bagus, 2008).

2. Kematian Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat bayi lahir sampai satu hari sebelum hari ulang tahun pertama. Dari sisi penyebabnya, kematian bayi dibedakan oleh faktor endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen (kematian

neonatal) adalah kejadian kematian yang terjadi pada bulan pertama sejak bayi dilahirkan, umumnya disebabkan oleh faktor yang dibawa sejak lahir, diwarisi

oleh orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat dari ibunya selama kehamilan. Sedangkan kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi antara usia satu bulan atau sampai satu tahun disebabkan oleh faktor yang

(3)

Menurut peneliti kematian bayi diakibatkan karena kondisi ibu saat hamil kurang baik, ibu jarang memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan,

jarak kelahiran yang terlalu sempit, makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih, menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah dan rentan akan penyakit yang

dapat mengakibatkan bayi meninggal. B. Penyebab kematian bayi

Di bawah ini ada beberapa penyebab kematian bayi (Waang, 2012)

sebagai berikut: 1. Umur ibu

Umur ibu turut menentukan kesehatan maternal dan sangat erat dengan kondisi kehamilan, persalinan, nifas dan bayinya. Usia ibu hamil yang terlalu

muda atau terlalu tua ( 20 tahun atau merupakan faktor penyulit

kehamilan, sebab ibu yang hamil terlalu muda, keadaan tubuhnya belum siap menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas serta merawat bayinya, sedangkan ibu yang usianya 35 tahun atau lebih akan menghadapi risiko kelainan bawaan

dan penyulit pada waktu persalinan yang disebabkan oleh karena jaringan otot rahim kurang baik untuk menerima kehamilan (Kusumandiri, 2010 dalam Waang,

2012).

Di Indonesia perkawinan usia muda cukup tinggi, terutama di daerah pedesaan. Perkawinan usia muda biasanya tidak disertai dengan persiapan

pengetahuan reproduksi yang matang dan tidak pula disertai kemamuan mengakses pelayanan kesehatan karena peristwa hamil dan melahirkan belum

(4)

Masih banyak terjadi perkawinan, kehamilan dan persalinan di luar kurun waktu reproduksi yang sehat terutama pada usia muda. Resiko kematian pada kelompok

dibawah 20 tahun dan pada kelompok diatas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok reproduksi sehat yaitu 20 – 34 tahun (Mochtar, 1998), ada referensi

lain yang menyatakan bahwa kematian maternal pada waktu hamil dan melahirkan umur < 20 tahun 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari kematian maternal pada usia 20 – 30 tahun dan akan meningkat pada usia > 35 tahun (Prawirohardjo,

2010 dalam Waang, 2012). 2. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik yang meninggal ataupun yang hidup (Joeharno 2008 dalam Istonia dalam Waang, 2012). Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin baik selama

kehamilan maupun selama persalinan (Karjatin, 2002 dalam Waang, 2012) dengan demikian paritas erat hubungannya dengan penyulit atau komplikasi

persalinan yang pernah dialami pada kelahiran-kelahiran lalu.

Kematian ibu yang pertama cukup tinggi akan tetapi menurun pada kehamilan kedua atau ketiga namun akan meningkat lagi pada kehamilan yang

keempat dan mencapai puncaknya pada kehamilan yang kelima atau lebih. Selain itu jumlah persalinan akan memberikan pengalaman kepada ibu untuk persalinan

(5)

3. Pendidikan

Notoatmodjo pada tahun 2005 mengungkapkan pendidikan mempengaruhi

proses belajar, karena semakin tinggi pendidikan maka semakin banyak informasi yang didapat. Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri dan meningkatkan kematangan intelektual seseorang. “Kematangan intelektual

akan berpengaruh pada wawasan dan cara berfikir seseorang, baik dalam tindakan yang dapat dilihat maupun dalam cara pengambilan keputusan yang bijaksana”.

(Cherawati, 2004 dalam Istonia dalam Waang, 2012).

Pengertian pendidikan disini menegaskan bahwa dalam pendidikan

hendaknya tercipta sebuah wadah dimana peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga menjadi kemampuan-kemampuan yang dimilikinya secara alamiah. Defenisi ini

juga memungkinkan sebuah keyakinan bahwa manusia secara alamiah memiliki dimensi jasad, kejiwaan dan spiritualitas. Di samping itu , defenisi yang sama

memberikan ruang untuk berasumsi bahwa manusia memiliki peluang untuk bersifat mandiri, aktif, rasional, sosial dan spiritual. Pengertian pendidikan tersebut juga dapat didukung oleh pertalian sosial yang dibuat oleh teoritisi

fungsionalis dari Talcott Parsons (1959), bahwa diantara tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat meningkatkan keahlian pekerja, dan meningkatkan penghasilan

individu (Waang, 2012).

Dimana dengan mengecap pendidikan sampai tingkat tinggi, maka kita akan mempunyai keahlian yang bisa kita gunakan untuk mendapatkan pekerjaan

(6)

keluarga. Pengertian secara lebih operasional dikemukakan oleh Philip H. Phenix ketika mendefenisikan pendidikan, yang dalam hal ini pendidikan umum sebagai

suatu process of engendering essential meanings, proses pemunculan makna-makna yang esensial (Abdul Latif, 2007 dalam Waang, 2012).

Pendidikan formal atau lebih dikenal dengan sistem persekolahan, mempunyai peranan yang amat menentukan perkembangan potensi manusia secara maksimal. Rendahnya tingkat pendidikan dan besarnya beban tanggungan

keluarga merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan maupun keterpurukan kesehatan di daerah perdesaan. Melalui pendidikan, masyarakat memiliki

kesempatan untuk menggali potensinya demi memperoleh kehidupan yang lebih layak. Akses perempuan dalam dunia pendidikan tidak serta mengatasi masalah diskriminasi yang di alami perempuan. Maknanya adalah terbukanya akses

pendidikan tidak serta merta membawa transformasi sosial apalagi transformasi kebudayaan. Selain itu pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap pola

perkembangan anak. Fenomena yang terjadi kebanyakan orangtua menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses dalam pendidikan maupun karirnya, sehingga di masa yang akan datang mereka dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi

lebih baik dari sebelumnya.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

(7)

“Wanita dengan tingkat pendidikan rendah biasanya cenderung untuk mempunyai

keputusan yang tidak dianjurkan. Ibu dari pedesaan yang berpendidikan rendah

biasanya cenderung melahirkan dirumah dan ditolong oleh dukun sehingga banyak mengalami komplikasi kehamilan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

bayi. Hal ini terjadi karena rendahnya pendidikan ibu di pedesaan dan tidak tahu menggunakan akses fasilitas kesehatan”. Hasil studi (Wijono, 2001 dan Yuliana

2011 dalam Waang, 2012).

Faktor pendidikan ibu merupakan faktor pengaruh yang kuat terhadap kematian bayi. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah seumur hidup sehingga makin matang dalam menghadapi dan memecahkan berbagai masalah termasuk masalah kesehatan dalam rangka menekan risiko kematian.

Pendidikan ibu sangat erat kaitannya dengan reaksi serta pembuatan keputusan rumah tangga terhadap penyakit. Ini terlihat bahwa kematian balita yang rendah

dijumpai pada golongan wanita yang mempunyai pendidikan yang tinggi. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertian terhadap perawatan kesehatan dan perlunya pemeriksaan kehamilan (Dwi, 2011).

4. Jarak Ke Fasilitas Kesehatan

Menurut Andersen (1975 dan Green 1980 dalam Waang, 2012) jarak

berhubungan dengan kererjangkauan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat yang membutuhkan seringkali tidak dapat menjangkau fasilitas

(8)

jenis kendaraan, berat ringannya penyakit dan kemampuan biaya untuk ongkos jalan. Dengan demikian terjadi keterlambatan rujukan dalam mencapai fasilitas

kesehatan yang lebih lengkap sehingga bila terjadi komplikasi pada ibu akan sulit untuk diatasi.

5. Kesejahteraan Sosial

Menurut Arthur Dunham kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi

sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan didalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak,

kesehatan, penyesuaian sosial, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial.

Di sisi lain, pengertian kesejahteraan sosial dituangkan kedalam

undang-undang nomor 6 tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut:

“kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil

maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan

usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi

hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila Istonia (Waang, 2012).

Kesejahteraan sosial sebagai fungsi terorganisir adalah kumpulan kegiatan

(9)

kelompok-kelompok dan komunitas-komunitas menanggulangi masalah sosial yang diakibatkan oleh perubahan kondisi-kondisi. Tetapi disamping itu, secara

luas, kecuali bertanggung jawab terhadap pelayanan-pelayanan khusus, kesejahteraan sosial berfungsi lebih lanjut ke bidang yang lebih luas di dalam

pembangunan sosial suatu Negara (Midgley, 2000).

Pada pengertian yang lebih luas, kesejahteran sosial dapat memainkan peranan penting dalam memberikan sumbangan untuk secara efektif menggali dan

menggerakkan sumber-sumber daya manusia serta sumber-sumber material yang ada disuatu negara agar dapat berhasil menanggulangi kebutuhan-kebutuhan

sosial yang ditimbulkan oleh perubahan, dengan demikian berperan serta dalam pembinaan bangsa (Midgley, 2000).

6. Sosial Budaya

Sosial budaya adalah (adat istiadat) atau kebiasan yang sering kali di lakukan. Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi

geografis) berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi budaya dalam hal ini adat istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk help seeking behavior dalam masalah kesehatan reproduksi di Indonesia. Hal ini dikemukakan

berdasarkan realita, bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah terbiasa menganggap bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar yang tidak

(10)

7. Pelayanan Kesehatan

Prilaku dan pelayanan kesehatan merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi drajat kesehatan baik individu maupun masyarakat. Peningkatan drajat kesehatan hanya dapat dicapai apabila kebutuhan (need) dan tuntutan

(demand) perseorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat terhadap kesehatan dapat terpenuhi kebutuhan dan tuntutan ini adalah sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) (Waang, 2012).

Menurut levey dan Lomba yang dikutip oleh Azwar (2010), pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan , mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat.

Menurut (Parasuraman, Zeithmal dan Berry 1990 dalam Waang, 2012) yang dikenal dengan servqual modal, ada empat faktor yang mempengaruhi

persepsi dan harapan pasien terhadap jenis pelayanan, yaitu: a. Pengalaman dari teman (word of mouth communication)

b. Kebutuhan atau keinginan (personal need)

c. Pengalaman masa lalu saat menerima jasa kesehatan (past experiences)

d. Komunikasi melalui iklan (eksternal marketing).

C. Penelitian Terdahulu

Aeni, 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Risiko Kematian Ibu Di Kabupaten Pati”. Tujuan penelitian adalah menggambarkan kematian ibu di

(11)

Pati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kasus kontrol. Hasil penelitian adalah tiga penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Pati

adalah penyakit jantung, preeklamsi/eklamsi, dan perdarahan. Kematian ibu tersebar di 16 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada dan sebagian besar

kematian terjadi pada masa nifas. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kematian ibu adalah komplikasi kehamilan (OR = 12,198, nilai p = 0,010), komplikasi persalinan (OR = 9,94, nilai p = 0,020) dan

riwayat penyakit (OR = 27,735, nilai p = 0,011). Secara bersama-sama, ketiga variabel tersebut berkontribusi terhadap 64,3% kematian ibu yang terjadi di

Kabupaten Pati Tahun 2011.

Istonia Hermolinda Waang, 2012 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Melalui Pelaksanaan

Revolusi KIA di Kabupaten Alor, Propinsi NTT’’. Tujuan dari penelitian tersebut adalah agar tercapainya percepatan penurunan angka kematian ibu melahirkan dan

kematian bayi baru lahir melalui persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian kuantitatif menunjukan 56% ibu

melahirkan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, 44% ditolong oleh dukun di rumah. Hasil penelitian kualitatif masih kurangnya jumlah bidan,

(12)

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian dengan penelitian terdahulu Penelitian/

Tahun

Aeni, 2011 Waang, 2012 Peneliti, 2016

Judul Risiko Kematian Ibu Analisis Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Melalui Pelaksanaan Revolusi KIA

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kematian Ibu Dan Bayi

Lokasi Kabupaten Pati Kabupaten Alor, Propinsi NTT

Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kematian ibu di

Kabupaten Pati dan menganalisis faktor risiko kematian maternal

Tujuan dari penelitian tersebut adalah agar tercapainya percepatan penurunan angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi baru lahir melalui persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kematian ibu dan kematian bayi

Metode Penelitian

Penelitian kasus control Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Penelitian Deskriptif Kualitatif

Hasil

Hasil penelitian adalah tiga penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Pati adalah

penyakit jantung,

preeklamsi/eklamsi, dan perdarahan. Kematian ibu tersebar di 16 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada dan sebagian besar kematian terjadi pada masa nifas.

Hasil penelitian kuantitatif menunjukan 56% ibu melahirkan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, 44% ditolong oleh dukun di rumah. Hasil penelitian kualitatif masih kurangnya jumlah bidan, kurangnya kemitraan dengan dukun, pemanfaatan ruang tunggu dan menggunakan leaflet yang dibuat peneliti.

Berdasarkan hasil penelitian penyebab tingkat kematian bayi yaitu tingkat pendidikan yang rendah sebesar 41,8%, pendapatan keluarga yang rendah sebesar 58,4%, pelayanan kesehatan yang masih kurang baik sebesar 58,8%, usia ibu yang terlalu

rentan untuk

mengandung sebesar 75% dan kebiasaan masyarakat untuk tidak memeriksakan kehamilan sejak awal sebesar 58,8%.

(13)

D. Landasan Teori

1. Kematian ialah peristiwa hilangnya tanda-tanda kehidupan secara permanen,

yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Dengan demikian keadaan mati selalu didahului oleh keadaan hidup.

2. Kematian ibu adalah kurangnya kesadaran untuk memeriksakan kehamilan,

jarak yang terlalu dekat, umur yang terlalu muda atau terlalu tua dan makanan yang di konsumsi saat kehamilan kurang baik sehingga mempengaruhi

kondisi ibu saat melahirkan.

3. Kematian bayi diakibatkan karena kondisi ibu saat hamil kurang baik, ibu

jarang memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan, jarak kelahiran yang terlalu sempit, makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih, menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah dan rentan akan penyakit

yang dapat mengakibatkan bayi meninggal.

4. Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik juga.

5. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik yang meninggal

ataupun yang hidup.

6. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, karena semakin tinggi pendidikan

maka semakin banyak informasi yang didapat. Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri dan meningkatkan kematangan intelektual

(14)

7. Jarak berhubungan dengan kererjangkauan pelayanan kesehatan yang

merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas pelayanan

kesehatan.

8. Kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai kegiatan yang terorganisasi dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan didalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,

penyesuaian sosial, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial.

9. Sosial budaya adalah (adat istiadat) atau kebiasan yang sering kali di lakukan. 10. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan , mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga, dan ataupun

(15)

E. Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Diagram alur kerangka pikir

F. Pertanyaan Penelitian

Mengapa tingkat kematian bayi di Desa Kotayasa Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas sangat tinggi dibandingkan dengan Desa-Desa lainnya? Penyebab kematian

1. Umur ibu

2. Jarak ke fasilitas kesehatan 3. Pendidikan

4. Paritas

5. Kesejahteraan sosial 6. Pelayanan kesehatan 7. Sosial budaya

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian dengan penelitian terdahulu
Gambar 2.1. Diagram alur kerangka pikir

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

a. Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami dan menerima cobaan yang dideritanya dengan ikhlas. Ikut serta memecahkan dan meringankan problema kejiwaan yang

a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dan tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Tujuan dibuatnya aplikasi perpustakaan ini yakni untuk mempermudah para mahasiswa Teknik Informatika untuk menemukan buku/karya ilmiah yang diinginkan secara online dan

Lebih jauh Anggraini (2013) menjelaskan bahwa berdasarkan hasil survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia tahun 2012, jumlah remaja yang pernah melakukan hubungan

Nilai kalor yang dihasilkan pada penelitian ini telah memenuhi standar nasional (SNI) batu bara untuk briket cangkang dan endapan limbah cair, sedangkan untuk

Behan yang bekerja pada struktur adalah beban gelombang dan payload.. Perhitungan be ban gel om bang menggunakan persamaan