• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kajian Prestasi Belajar - PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS V SD N 1 TIPARKIDUL - repository perpust

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kajian Prestasi Belajar - PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS V SD N 1 TIPARKIDUL - repository perpust"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kajian Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Sesuatu yang dilakukan seseorang untuk berlatih dan mengetahui apa yang belum mereka ketahui sebelumnya disebut

dengan belajar. Dengan belajar bisa membuat seseorang mengerti tentang hal-hal yang ada di sekitar lingkungan kita dan sebagainya

serta menambah pengetahuan diri seseorang.

Belajar merupakan suatu yang dilakukan seseorang untuk mengetahui hal yang baru seperti yang diungkapkan oleh Suryono &

Hariyanto (2014: 9) bahwa: “belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian”.

Melalui belajar pengetahuan kita akan bertambah luas dan mengetahui apa yang belum pernah kita ketahui serta kita juga dapat

merubah apa yang ada pada diri kita seperti sikap dan kepribadian. Romberg & Kaput dalam Trianto (2011: 15) mengemukakan bahwa: “belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun

(2)

untuk mengetahui hal-hal yang ada di lingkungan berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan.

Praktik belajar yang kurang kondusif juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa seperti yang telah dikemukakan oleh Gross dalam Suyono & Hariyanto (2014: 11) bahwa: “akibat

praktik belajar yang kurang kondusif, tidak demokratis, tidak memberikan kesempatan untuk berkreasi dan belum

mengembangkan seluruh potensi anak didik secara optimal”. Ada enam mitos tentang belajar, yaitu :

(1) Belajar itu membosankan, merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.

(2) Belajar hanya terkait dengan materi dan keterampilan yang diberikan sekolah.

(3) Siswa harus pasif, menerima dan mengikuti apa yang diberikan guru.

(4) Di dalam belajar, si pembelajar di bawah perintah dan aturan guru

(5) Belajar harus sistematis, logis dan terencana.

(6) Belajar harus mengikuti seluruh program yang telah ditentukan.

Enam mitos yang telah disebutkan di atas dapat dijelaskan bahwa :

1. Biasanya kegiatan belajar sangat disegani para siswa karena

membosankan dan kurang adanya kreatifitas dalam pembelajaran, seharusnya dalam pembelajaran guru dapat

(3)

2. Seorang guru harus mempunyai ketrampilan sendiri untuk

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak

hanya terikat dengan materi dan ketrampilan yang diberikan oleh sekolah saja.

3. Sebenarnya bukan hanya guru yang harus aktif dan siswa itu

pasif, seharusnya guru dapat membuat siswa aktif agar siswa paham tentang apa yang dijelaskan guru dan tidak mudah bosan

dalam belajar.

4. Siswa di bawah perintah dan aturan guru dalam kegiatan

pembelajaran. Siswa harus patuh terhadap peraturan guru tapi seorang siswa dapat berpendapat tentang apa yang siswa ingin utarakan mengenai pembelajaran yang sedang diajarkan tersebut. 5. Belajar harus mempunyai tujuan yang pasti jadi harus

mempunyai rencana yang jelas. Jadi sebelum proses

pembelajaran guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

6. Belajar harus sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang sudah disediakan serta mengikuti aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam proses pembelajaran.

(4)

suasana agar belajar di sekolah berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Belajar juga dapat merubah tingkah laku yang ada pada diri seseorang seperti yang dikatakan oleh Kingsley dalam Ahmadi &

Supriyono (2013: 127) bahwa Learning is: “the process by which behavior (in the broader sense) is orginated or changed through

practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku

(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan”. Jadi belajar di sini merupakan perubahan tingkah laku

seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya, belajar dapat dilakukan dilingkungan formal maupun non formal. Dengan belajar kita dapat lebih tahu dan menambah pengetahuan yang belum pernah

kita ketahui.

Berdasarkan pendapat di atas menjelaskan bahwa pengertian

belajar adalah suatu aktifitas atau interaksi dilingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pada diri seseorang dalam pengetahuan, keterampilan serta tingkah laku yang terjadi karena

pengalaman dari diri seseorang tersebut.

Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia.

Melalui belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan

(5)

hasil. Berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang

setelah melakukan perubahan yang baik, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Menurut Arifin (2013: 12) berpendapat: “Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan

perubahan belajar, prestasi belajar merupakan standar untuk mengukur kemampuan seseorang dalam belajar, jika prestasinya

baik maka orang itu dikatakan berhasil dalam belajarnya”.

Prestasi belajar (achievement) mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan..

(6)

Fungsi prestasi belajar di atas dapat dilihat bahwa betapa pentingnya jika kita mengetahui dan memahami prestasi belajar

siswa, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan

dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga

dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap peserta didik. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Cronbach dalam Arifin (2013: 13) bahwa:

kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyukuhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah.

Prestasi belajar banyak kegunaannya terutama yaitu untuk keperluan seleksi siswa serta mengetahui dan mengukur tingkat

kemampuan para siswa dalam proses pembelajaran yang diajarkan.

2. Kajian Sikap Percaya Diri

a. Pengertian Sikap Percaya Diri

Percaya diri merupakan suatu sikap yang penuh keyakinan yang ada pada diri seseorang dalam menghadapi apapun baik itu

pekerjaan atau belajar, sikap percaya diri ini tidak dimiliki oleh semua orang. Dengan sikap percaya diri kita dapat hidup dengan

(7)

kepercayaan diri yang kita miliki dapat membantu kita dapat menyelesaikan hal yang sedang kita lakukan atau hadapi.

Percaya diri merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang tanpa ada keraguan seperti halnya yang dikemukakan oleh Elfiky (2008: 54) bahwa: “percaya diri adalah berbuat dengan

sepenuh keyakinan. Apapun tantangan yang dihadapi dan dalam kondisi apapun dalam menggapai cita-citanya. Sikap percaya diri

adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk maju dan berkembang serta selalu memperbaiki diri”.

Sikap percaya diri yaitu hal yang penting dalam membangun karakter seseorang dalam kehidupan di sekolah maupun di dalam masyarakat sekitar mereka tinggal. Orang yang kurang memiliki

sikap percaya diri selalu takut pada kegagalan dan sesuatu yang tidak diketahui serta tidak berani melakukan perubahan sekecil apapun

untuk keluar dari kebiasaan dan tidak akan menyelesaikan suatu tujuan dengan sukses tanpa adanya percaya diri. Pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa percaya diri merupakan sikap yakin pada

diri seseorang akan kemampuan yang dimilikinya dalam mencapai tujuan.

(8)

tinggi yang telah mengalahkan berbagai tantangan dan hambatan. Ini disebut percaya diri faktual.

Dampak-dampak positif juga ada pada sikap percaya diri seperti yang dikemukakan oleh Weinbreg dan Gould (2006: 58)

percaya diri memberikan dampak-dampak positif pada hal-hal berikut: “a) Emosi, b) Konsentrasi, c) Sasaran, d) Usaha, e) Strategi,

f) Momentum”.

Dampak positif yang sudah disebutkan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a) individu yang memiliki percaya diri

yang tinggi akan lebih mengendalikan emosi yang ada pada dirinya di dalam suatu keadaan yang menekan, b) seorang individu yang memusatkan perhatiannya dan terfokus pada suatu tujuan pada

hal-hal tertentu tanpa ada rasa terlalu khawatir dan keraguan, c) individu cenderung mengarahkan pada sasaran yang cukup menantang karena

juga akan mendorong dirinya untuk berupaya lebih baik lagi, d) seorang individu tidak mudah menyerah atau frustasi dalam upaya menggapai cita-cita yang diinginkannya sampai berhasil, e) seorang

individu mampu mengembangkan berbagai strategi untuk memperoleh hasil usahanya, f) individu akan terlihat lebih tenang

dan ulet serta tidak mudah menyerah terus berusaha mengembangkan dan membuka peluang bagi dirinya.

Bandura dalam Ubaedy (2007: 12), menjelaskan bahwa :

(9)

motivasi untuk melakukan target yang dituju serta menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya. Orang yang percaya diri akan melakukan tindakan dan berpikir dengan didasari pemikiran bahwa dirinya adalah seseorang yang memiliki nilai (prestasi) dalam berbagai ruang lingkup. Mereka akan mampu bersosialisasi dengan masyarakat dalam berbagai aspek.

Sikap percaya diri dapat dibentuk oleh seseorang melalui beberapa indikator. Menurut kemendikbud (2014;71) indikator percaya diri yaitu:

1) Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu. 2) Mampu membuat keputusan dengan cepat

3) Tidak mudah putus asa

4) Tidak canggung dalam bertindak 5) Berani presentasi di depan kelas

6) Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.

Berdasarkan beberapa indikator diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan percaya diri apabila

telah menunjukan perilaku atau tindakan seperti mampu membuat

keputusan, tidak mudah putus asa, tidak canggung, berani presentasi

dan berani berpendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan. Baik

tidaknya rasa percaya diri siswa dapat dilihat dari keenam indikator

diatas. Siswa yang dapat menunjukan perilaku atau tindakan sesuai

dengan keenam indikator di atas maka siswa tersebut dapat

(10)

Orang yang selalu percaya pada diri sendiri sering tidak hati-hati dan seenaknya. Tingkah laku mereka sering menyebabkan

konflik dengan orang lain, seseorang yang bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan sering memberikan

kesan kejam dan lebih banyak punya lawan dari pada teman.

Siswa yang memiliki sikap percaya diri pastinya akan tahu tujuan hidupnya. Segala tindakan yang dilakukan didasari atas

pikiran yang jelas dan terarah. Adanya unsur tujuan yang jelas pada diri siswa akan membuatnya lebih tekun karena mereka sadar

seberapa kecil langkah yang dilakukan pastilah meliliki tujuan, mudah membuat keputusan karena mereka tahu apa tujuan dibalik semua yang mereka putuskan, mempunyai lebih banyak energi dan

semangat karena mereka mempunyai motivasi.

Pembentukan sikap percaya diri siswa tidak akan lepas dari

lingkungannya. Jadi pembentukan sikap percaya diri pada seseorang perlu mendapat campur tangan dari orang lain. Lingkungan harus menyediakan iklim yang kondusif agar sikap percaya diri seseorang

dapat berkembang. Hal ini juga berlaku pada dunia pendidikan terutama di sekolah, sikap percaya diri pada siswa juga harus

(11)

yang dapat mengembangkan dan meningkatkan prestasi serta percaya diri siswa.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran dalam kelas seharusnya dilaksanakan dengan baik, menarik dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Salah satu pembelajaran yang inovatif, menyenangkan dan

menuntut keaktifan siswa adalah pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang

dilakukan dengan cara berkelompok seperti yang diutarakan oleh Majid (2013: 174) bahwa: “pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai

tujuan pembelajaran”. Jika dapat ditekankan bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya aspek pengetahuan yang diperhatikan namun

aspek sikap pun tidak kalah mendapatkan perhatian yang sama. Rusman (2014: 202) telah mengemukakan:

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan cara belajar dengan cara siswa bekerja dan belajar secara berkelompok dan didalam kelompok itu terdapat empat sampai 6 orang untuk saling bekerja sama didalam proses pembelajaran selama pembelajaran didalam kelas berlangsung.

(12)

dalam Majid (2013: 180) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima prinsip, yaitu:

1)Prinsip ketergantungan positif (positive interpendence), 2)Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), 3)Interaksi tatap muka (face to face promation interaction), 4)Partisipasi dan komunikasi (participation and communication), 5)Evalusi proses kelompok.

Prinsip-prinsip dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha

yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Tugas kelompok merupakan tanggung jawab yang dipikul oleh seluruh anggota.

Tidak boleh ada anggota yang hanya mendomplengkan namanya saja tanpa bekerja dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif

tidak boleh ada ketergantungan negatif melaiankan harus ada ketergantungan positif dimana semua anggota kelompok bertanggung jawab atas tugas kelompok. Saling ketergantungan

yang positif ditunjukan dengan tidak akan selesainya suatu tugas jika diantara anggotanya ada yang lepas tanggung jawab.

Anggota yang lain tidak boleh untuk membantu apabila ada salah satu anggota yang tidak mampu mengerjakan.

2. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada masing-masing

(13)

karena keberhasilan tugas kelompok sangat ditentukan oleh tugas individu.

3. Interaksi dengan tatap muka akan memberikan pengalaman yang

berharga bagi siswa.melalui interaksi dengan tatap muka siswa

dapat menerima dan memberi pesan.

4. Melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi

dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajarn kooperatif menuntut

siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Partisipasi tentunya harus diimbangi dengan kemampuan komunikasi siswa

agar apa yang disampaikan dapat sampai kepada orang lain dengan baik. Oleh karena itu guru harus mampu melatih kemampuan komunikasi siswa secara bertahap.

5. Menjadwalkan waktu secara khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.

4. Think-Pair Share

a. Pengertian Think-Pair Share

Think Pair Share adalah proses pembelajaran dengan cara

berfikir berkelompok kemudian berbagi seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2011: 81) bahwa: “strategi think pair share (TPS) atau

(14)

merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang dapat mempengaruhi pola interaksi siswa dalam proses belajar, dimana

dalam pembelajarannya terdapat langkah thinking, pairing, dan sharing

Adapun tahapanan dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair share menurut Majid (2013: 191) menjelaskan tahapan-tahapan

think pair share sebagai berikut : “Tahap 1: Thinking, tahap 2:

Pairing, tahap 3: Sharing”

Tahapan-tahapan di atas dapat dijelaskan yaitu sebagai

berikut:

1. Tahap thinking, yaitu pada tahap ini siswa diminta untuk

memikirkan beberapa saat secara mandiri tentang pertanyaan atau

isu yang disajikan guru. Pertanyaan tersebut berupa soal evaluasi tentang pelajaran yang sebelumnya sudah diajarkan.

2. Tahap pairing, yaitu setelah siswa berpikir untuk beberapa saat,

siswa kemudian diminta untuk berpasangan dengan siswa lain dan saling berdiskusi tentang hasil pemikiran mereka. Cara membentuk

pasangan tersebut yaitu dengan sebuah kartu yang sudah disediakan khusus untuk membentuk pasangan dalam belajar. Siswa dapat

(15)

3. Tahap sharing, yaitu tahap terakhir adalah setiap pasangan berbagi

dengan seluruh kelas tentang apa yang telah didiskusikan. Mereka

mempresentasikan hasil kerjanya di depan teman-teman kelasnya

Purnomo & Suprayitno (2013: 3), mengemukakan bahwa

ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah: “a) kelompok terbentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, b) penghargaan lebih menekankan kelompok

daripada masing-masing individu, c) dibentuk secara berpasang-pasangan, d) Bertukar informasi antar siswa lain”.

Ciri-ciri di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Setiap kelompok belajar atau kelompok diskusi didalam kelompok

tidak dikelompokan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi

dengan siswa yang memiliki kemampuan tinggi juga, sisiwa yang memiliki kemampuan sedang dengan sisiwa yang memiliki

kemampuan sedang, dan sisiwa yang memiliki kemampuan rendah dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah, akan tetapi didalam kelompok terbagi atas siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang dan rendah.

b. Setiap kelompok yang prestasi belajarnya baik dalam pembelajaran

(16)

c. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair shre ini memang

model pembelajaran yang membetuk pasangan untuk teman

belajarnya atau untuk berpikir bersama tentang materi yang sudah diberikan oleh guru.

d. Jika siswa sudah dibentuk berpasang-pasangan pada tahap

sebelumnya kemudian siswa saling bertukar informasi dengan pasangannya tersebut.

4. Kajian IPS

1. IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan sebuah mata pelajaran yang diajarkan di Indonesia mulai dari tingkat SD mata

pelajaran IPS cakupan materinya sangat luas sehingga siswa enggan untuk mempelajarinya. Martoella dalam Trianto (2010:

172) berpendapat: “istilah pendidikan IPS dalam

menyelanggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat”. Ilmu Pengetahuan

Sosial juga membahas hubungannya dengan lingkungan, yaitu

(17)

Susanto (2013: 138) berpendapat: “hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan

realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa”. Jadi dengan pembelajaran IPS diharapkan dapat menjadikan siswa warga

negara Indonesia yang baik serta bertanggung jawab, siswa juga dapat berpikir kritis dalam kehidupannya.

Trianto (2010: 173) menyebutkan bahwa: “Ilmu

Pengetahuan Sosial juga membahas antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan yang ada disekitar dimana siswa tumbuh dan berkembang dilingkungan tersebut”. Jadi lingkungan

yang kondusif sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan siswa untuk menciptakan siswa yang mempunyai

sikap serta nilai moral yang baik. 5. Tujuan Pembelajaran

IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah memiliki beberapa tujuan menurut Susanto (2013: 145) mengemukakan tujuan utama pembelajaran IPS yaitu: “untuk mengembangkan potensi siswa agar dapat peka terhadap

masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat”.

(18)

sesungguhnya. Awan Mutakin dalam (Trianto,2010: 176-177) merinci lebih jelas tentang tujuan pembelajaran IPS. Tujuan

tersebut adalah :

a. Siswa mempunyai kesadaran serta kepedulian akan

masyarakat dan lingkungan sekitarnya, melalui pemahaman akan nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b. Siswa mampu memecahkan masalah-masalah sosial dengan

megetahui dan memahami terlebih dahulu konsep dasar serta mengaplikasikan metode yang diadaptasi dari IPS.

c. Siswa mampu memecahkan isu dan masalah yang berkembang

di masyarakat.

d. Siswa mau menaruh perhatian terhadap isu dan

masalah-masalah sosial, menganalisis dengan kritis, serta mengambil tindakan dengan tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi siswa. f. Memotivasi siswa agar bertindak berdasarkan moral.

g. Sebagai fasilitator dalam lingkungan terbuka dan tidak

menghakimi.

h. Mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik

serta mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam menggunakan penalaran untuk mengambil keputusan.

i. Menentukan perasaan, emosi, serta derajat penerimaan dan

(19)

6. Ruang Lingkup IPS

IPS sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah

memiliki beberapa ruang lingkup. Berbagai ruang lingkup tersebut tentunya harus diajarkan dalam pembelajaran IPS di

kelas. IPS tidak hanya mengajarkan berbagai pengetahuan kepada siswa, namun pengajaran keterampilan, nilai, dan sikap harus ada dalam pembelajaran IPS

Sementara itu ruang lingkup pembelajaran IPS kelas V semesster 2 yang memuat KD sebagai berikut. KD 2.1

Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang. KD 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan

Indonesia. KD 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia

dan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Penelitian tentang meningkatkan prestasi belajar dan percaya diri siswa melalui

model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada pembelajaran IPS siswa kelas V SD N 1 Tiparkidul ini akan

(20)

mempertahankan kemerdekaan. Indikator-indikator yang akan diteliti juga mengikuti KD yang dipilih.

7. Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS harus diselenggarakan dengan

memperhatikan karakteristik siswa. Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa siswa usia Sekolah Dasar memiliki karakteristik yang khas. Dalam usia SD ini siswa berada pada tahap

perkembangan kognitif masa operasional konkrit. Pembelajaran IPS seharusnya dapat membantu siswa dalam

mengembangkan berbagai kemampuan maupun potensi yang mereka miliki.

Mata pelajaran IPS lebih banyak materinya

dibandingkan mata pelajaran yang lain karena cakupannya luas. Sebaiknya pada saat pembelajaran guru tidak sepenuhnya

ceramah dalam proses pembelajaran tetapi libatkan siswa supaya mereka aktif. Para siswa harus dilatih melakukan proses belajar melalui kekuatan pribadinya secara individual

dan dalam bentuk kelompok. Seorang guru harus mengeola proses yang demikian secara efektif, efisien, dan produktif.

(21)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang keberhasilannya

sudah teruji. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti akan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe think pair share

dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan prestasi belajar dan percaya diri siswa.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Agus Purnomo dan Suprayitno dalam Jurnal “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar” terbukti bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share dari siklus ke siklus meningkat. Kemudian menurut penelitian Muhammad Husni W dalam jurnal “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Terhadap prestasi Belajar PKn Kelas IV SD Gugus I Selong Ditinjau Dari Motivasi Belajar” dibuktikan bahwa prestasi belajar siswa yang

dibelajarkan dengan model kooperatif tipe TPS lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa dengan model belajar konvensional. Jadi, model

pembelajaran kooperatife tipe think pair share baik digunakan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SD N 1

(22)

C. Kerangka Pikir

Latar belakang yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya telah

menjelaskan bahwa terdapat prestasi belajar dan kepercayaan diri yang kurang pada siswa-siswi kelas V SD N 1 Tiparkidul dalam pembelajaran

IPS. Terdapat sebagian siswa yang masuk kategori percaya diri sedang dan prestasi belajar sedang. Hal ini ditunjukan dengan masih malu-malunya siswa dalam mengungkapkan gagasan atau hasil kerjanya, suara yang

dikeluarkan siswa juga masih pelan dalam membacakan hasil kerjanya, dalam kegiatan pembelajaran siswa terlihat lesu dan kurang

memperhatikan.

Berdasarkan penuturan guru, siswa tidak percaya diri dikarenakan tidak yakin akan hasil kerja atau pengetahuan yang siswa miliki sendiri.

Mereka takut salah dan takut mendapatkan nilai jelek apabila salah mengungkapkan pendapat. Siswa juga menuturkan siswa takut diolok-olok

oleh temannya apabila salah menjawab soal atau kurang tepat dalam jawaban jika presentasi di depan kelas. Model pembelajaran yang kurang berfariasi juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi.

Salah satu model yang tepat dalam meningkatkan prestasi belajar dan sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran adalah model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Melalui pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini siswa SD akan mengalami tahapan-tahapan pembelajaran seperti pembentukan pasangan, penyampaian topik

(23)

berpasangan mengutarakan hasil pemikiran, sharing atau presentasi, penyampaian pokok permasalahan yang menambah materi yang belum

diungkapkan para siswa, simpulan, dan penutup. Berbagai pengkondisian tersebut akan melatih siswa untuk lebih percaya diri dalam pembelajaran.

Adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir akan memfasilitasi siswa dalam mengembangkan rasa ingin tahunya, keinginan untuk belajar serta realitisnya. Hal ini sesuai dengan salah satu

karakteristik anak kelas tinggi di mana mereka ingin tahu, ingin belajar, dan relaistis.

Tahapan pairing dan sharing dalam kegiatan pembelajaran juga sesuai dengan karakteristik anak tinggi, di mana mereka dihadapkan pada situasi kelompok untuk menyampaikan atau mendiskusikan hasil

pemikirannya. Tahapan berpasangan dan berbagi merupakan sebuah penghargaan yang secara tidak langsung menepuk keyakinan siswa bahwa

mereka dihargai. Pembelajaran IPS akan berjalan dengan lancar dengan didukung sikap percaya diri siswa dan antusiasmenya dalam mengikuti pembelajaran. Kerangka berpikir tersebet dapat digambarkan dalam bagan

(24)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut: penggunaan model pembelajaraan kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap percaya diri

siswa dalam mata pelajaran IPS kelas V SD N 1 Tiparkidul

Kondisi Awal Belum

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

maju dan negara-negara berkembang. Hal ini menjadi aspek esensial karena sifat korupsi yang semakin kompleks. dan canggih serta melibatkan aktor lintas negara. Misalnya

Dalam menganalisa biaya penggunaan kontruksi kayu penulis menggunakan SNI-3434-2008 tentang tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk kontruksi

ICRP merupakan organisasi internasional yang bekerja untuk memberikan rekomendasi dan pedoman mengenai proteksi terhadap risiko yang berkaitan dengan radiasi pengion dan risiko

Profil Total Suspended Solid (°Brix) Pada Susu Cair Kedelai Hitam Selama Penyimpanan... Profil Tingkat Keasaman Susu Cair Kedelai Hitam Selama

Berdasarkan hasil uji coba dapat disimpulkan bahwa alat pengontrol waktu operasional mengemudi ini dapat bekerja dan terjadi reaksi berupa suara/alarm dan peringatan untuk

Use of a Free Radical Method to Evaluate Antioxidant Activity.. Kimia Pangan

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah segala sesuatu yang dilakukan karyawan yang memberikan kontribusi bagi organisasi baik positif atau negatif, baik

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan