• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Motivasi Belajar - PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI ENERGI LISTRIK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DI KELAS VI SDN 3 WANGON - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Motivasi Belajar - PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI ENERGI LISTRIK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DI KELAS VI SDN 3 WANGON - repository perpustakaan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Berbagai pendapat para ahli tentang pengertian motivasi antara lain menurut Santrok (2008:510) bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Adapun pendapat menurut Sardiman (2007:73)adalah daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Selanjutnya menurut Mc. Donald (dalam Sardiman:2007:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian motivasi dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan yang memberikan arah dalam kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan maksimal.

(2)

sebenarnya merupakan suatu gejala belajar. Menurut Slameto (2010: 2), “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.” Hal ini menunjukkan bahwa jika seseorang melakukan gejala belajar dengan baik maka terjadi proses perubahan sebagai hasil belajar dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan dari belum tahu menjadi tahu, belum mampu menjadi mampu adalah perubahan tingkah laku yang menandai telah terjadinya proses belajar. Belajar menurut pengertian secara psikologis, merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

(3)

a. Rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginannya untuk berhasil.

b. Tugas-tugas di dalam kelas cukup memberi tantangan, tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sukar, sehingga memberi kesempatan untuk berhasil.

b. Cara-cara Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut Slameto (2010:176-179), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu:

b. Pemberian angka c. Pujian

d. Saingan atau Kompetensi e. Tujuan yang diakui

(4)

positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan menumbuhkan suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar pada diri siswa.

Selanjutnya 3) Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Dengan adanya persaingan, baik persaingan individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dengan persaingan akan tertanam dalam diri siswa untuk menjadi yang terbaik dan pertama; 4) Tujuan yang diakui. Rumusan tujuan yang baik dan diakui oleh siswa, merupakan alat motivasi yang penting. Sebab, dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan bagi siswa, maka akan timbul keinginan yang kuat pada diri siswa untuk terus belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar tidak cukup dari diri sendiri melainkan motivasi dari sekelilingnya baik itu dari guru, teman sebaya, maupun tujuan pembelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik dan memuaskan.

c. Ciri-ciri Motivasi Belajar

(5)

motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus- menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putusasa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai).

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).

4. Lebih senang bekerja mandiri.

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

(6)

mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional.

d. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2007:85) ada tiga fungsi motivasi dalam belajar yaitu:

1. Mendorong siswa untuk melakukan suatu perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan, yaitu belajar. 2. Motivasi berfungsi sebagai penentu arah. Arah yang dimaksud adalah

tujuan yang akan dicapai, yaitu hasil belajar yang optimal.

3. Motivasi berfungsi sebagai penyeleksi perbuatan. Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi pasti akan mampu membedakan dan menentukan perbuatan yang harus dikerjakan terlebih dahulu guna mencapai tujuan belajar dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat.

Selain itu, motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi belajar. Dengan kata lain, prestasi belajar yang baik akan berhasil dicapai jika dalam proses pencapaian didasari dengan usaha dan motivasi yang kuat. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

(7)

“prestasi” yang berarti hasil usaha yang dicapai, dalam hal ini yang dimaksud dengan kegiatan tersebut adalah belajar.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya (Slameto, 2010: 2).

Dari pengertian prestasi dan belajar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Seorang siswa yang telah melakukan kegiatan belajar, dapat diukur prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan suatu alat evaluasi.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2009:12 ada beberapa fungsi utama prestasi belajar yaitu:

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, termasuk kebutuhan siswa didik dalam suatu program pendidikan. 3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inivasi pendidikan. 4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

(8)

5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) peserta didik.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi prestasi bukan saja sebagai indikator suatu keberhasilan pengetahuan siswa saja, tetapi prestasi juga dapat berfungsi sebagai penunjang keberhasilan suatu institusi pendidikan. Sekolah dikatakan berkualitas jika prestasi siswanya tinggi dan baik.

c. Faktor-faktor Prestasi Belajar

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2003: 138) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

1. Faktor intern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang timbul dari dalam diri siswa.

a) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi:

(a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

(b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. 2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

(9)

2. Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya diluar diri siswa. Berikut ini beberapa faktor ekstern, yang meliputi pengalaman-pengalaman, keadaan lingkungan keluarga, masyarakat dan sebagainya.

1) Keadaan keluarga 2) Keadaan sekolah

3) Lingkungan masyarakat

Berdasarkan pendapat Ahmadi dan Supriyono di atas dapat dikembangkan sebagai berikut: 1) Keadaan keluarga, keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Rasa aman itu akan mendorong untuk siswa belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi dalam belajar. Perhatian dari orang tua juga sangat mempengaruhi belajar siswa. Dengan perhatian, siswa akan terdorong dan termotivasi, sehingga siswa dapat belajar dengan tekun. Dalam keluarga anak memerlukan, waktu, tempat, dan keadaan yang baik untuk belajar.

(10)

kurikulum. Faktor ekstern selanjutnya 3) Lingkungan masyarakat, disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak tinggal atau berada.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat timbul dari dalam diri maupun luar. Lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan lingkunganya. Apabila anak bertempat tinggal dilingkungan yang temanya rajin belajar, anak tersebut akan ikut rajin belajar, tapi sebaliknya jika lingkungan tempat tinggalnya anaknya malas, maka anak tersebut akan terpengaruh malas juga.

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

(11)

pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Dalam proses pembelajaran, keberhasilan dalam belajar bukan hanya dari guru saja, melainkan bisa dari pihak lain yang ikut terlibat dalam pembelajarn itu, yaitu teman sebaya. Jadi, keberhasilan dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Beberapa karakteristik pendekatan belajar kooperatif, antara lain:

1. Individual Accountability atau tanggung jawab individu yaitu: bahwa individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kelompok secara tuntas, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.

2. Social Skill, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, sikap saling menolong, menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial. 3. Positive Interdependence yaitu sifat yang menunjukkan saling

ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif.

4. Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan

dikerjakan oleh kelompok secara bersama – sama. b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut Karli (2004:50) adalah sebagai berikut:

(12)

2. Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

3. Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara besama-sama dalam kelompok-kelompok kecil.

4. Dalam melakukan observasi kegiatan siswa baik secara individu maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar.

5. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya.Keberhasilan kerja kelompok akan terlihat dari jumlah skor atau nilai yang diperoleh kelompok pada saat dilakukan post-test yang dikerjakan secara individual.

Menurut Rusman (2010:208) unsur-unsur yang diperlukan agar model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik adalah sebagai berikut.

1. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.

2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan yang sama.

4. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

(13)

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama.

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabankan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif bukan merupakan belajar secara individu saja melainkan belajar secara tim. Hal itu bertujuan untuk melatih siswa untuk bekerjasama dan berkolaborasi untuk meningkatkan sikap sosial antar siswa. Pembelajaran kooperatif juga memberi kesempatan pada siswa dengan kondisi latar belakang yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama lain.

4. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

a. Pengertian NHT

NHT (Numbered Head Together) merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif dan pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan (1993). Menurut Lie (2010: 59) NHT merupakan suatu teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Sedangkan menurut A’la (2010:100) Number Heads Together (NHT) adalah suatu metode belajar secara berkelompok dan setiap siswa diberi nomor kemudian guru memanggil nomor dari siswa secara acak.

(14)

struktural yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran.

b. Langkah-langkah NHT

Menurut Trianto (2010:82) langkah –langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:

1. Penomoran (Numbering)

2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning) 3. Berpikir bersama (Head Together) 4. Pemberian jawaban (Answering)

Penomoran merupakan langkah pertama dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada tahap ini, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda-beda.

Langkah berikutnya, guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat diambil dari materi pelajaran yang memang sedang dipelajari, pertanyaan yang dibuat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

(15)

jawabannya. Langkah yang terakhir guru memanggil satu nomor dan siswa dari tiap kelompok yang nomornya sesuai, mengangkat tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Sampai saat ini belum ada pedoman penilaian NHT, maka pada evaluasi/penilaian dan pemberian penghargaan pada kelompok, penulis menggunakan pedoman penilaian dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan dengan langkah-langkah dalam Slavin (2008:151) sebagai berikut :

1. Menghitung Skor Individu

Langkah 1 : Menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor yang lalu atau skor diambil dari kuis yang pertama kali diadakan oleh guru. Langkah 2 : Menghitung skor terkini

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.

(16)

Tabel 2.1 Perhitungan Perkembangan Skor Individu

No Nilai Tes Skor

Perkembangan 1. Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar/awal 0 poin 2. 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar/awal 10 poin 3. Skor 0 sampai 10 poin di atas skor

dasar/awal 20 poin

4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar/awal 30 poin 5. Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan

skor dasar/awal) 30 Poin

Sumber Rusman (2010:216) 2. Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok tersebut.

Tabel 2.2 Penghitungan perkembangan skor kelompok No Rata-rata Skor Kelompok Kualifikasi

1. 0 – 5

2. 6 – 15 Tim Baik (Good Team)

3. 16 – 20 Tim Baik Sekali (Great Team) 4. 21 – 30 Tim Istimewa (Super Team)

Sumber: Rusman (2010:216)

3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok.

c. Kelebihan dan Kelemahan NHT

(17)

1. Kelebihan

a. Setiap siswa dalam belajar menjadi siap semua. b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 2. Kelemahan

a. Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Dari kelebihan dan kelemahan di atas dapat disimpulkan bahwa NHT tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama, namun begitu proses pembelajaran siswa tidak hanya sekedar paham dengan konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Siswa juga belajar untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman.

(18)

5. Ilmu Pengetahuan Alam

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Berbagai pendapat para ahli tentang pengertian IPA antara lain menurut Carin dan Sund (dalam Trianto, 2007:100) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Adapun pendapat Aly (1998:18) IPA merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan atas pengamatan dan induksi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaanya secara umum pada gejala-gejala alam, dengan cara melakukan eksperimen atupun observasi.

b. Hakikat IPA

Menurut Sulistyorini (2007:9-10) hakikat IPA meliputi tiga unsur utama yaitu:

1. IPA Sebagai Produk

(19)

mampu memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar, karena alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan.

2. IPA Sebagai Proses

Proses yang dimaksud adalah prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Metode Ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan anak akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana.

3. IPA Sebagai Pemupukan Sikap

Sikap yang dimaksud “ sikap ilmiah terhadap alam sekitar”.

Ada sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI, yaitu:

a. Sikap ingin tahu

b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru c. Sikap kerja sama

d. Sikap tidak putus asa e. Sikap tidak berprasangka f. Sikap mawas diri

(20)

Berdasarkan sembilan aspek di atas dapat disimpulkan, bahwa maksud dari sikap ingin tahu adalah suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamati, dengan cara bertanya kepada guru, teman atau kepada diri sendiri atupun dengan kerja kelompok. Melalui kerja kelompok maka, ketidaktahuan siswa dapat diungkapkan untuk memperoleh pengetahuan, siswa akan belajar bersikap kooperatif, dan menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki orang lain mungkin lebih banyak dan lebih sempurna daripada yang dimilikinya.

Dalam pembelajaran IPA ketiga unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa sekarang adalah siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum, keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang berorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses dan sikap tidak tersentuh dalam pembelajaran.

c. Materi Energi Listrik

(21)

menunjukkan gejala kelistrikan, misalnya pengaruh menggosokkan benda; 2) mengidentifikasi berbagai sumber listrik; 3) menyebutkan macam-macam rangkaian listrik; 4) membuat rangkaian listrik sederhana; 5) menggolongkan berbagai benda konduktor dan isolator; 6) menunjukkan berbagai perubahan bentuk energi listrik menjadi gerak, bunyi, dan panas.

Hidup kita saat ini sangat bergantung pada energi listrik. Untuk menerangi ruangan, untuk menyetrika pakaian, untuk menghidupkan televisi semuanya butuh listrik. Materi pokok dalam penelitian tindakan kelas ini adalah materi pokok energi dan perubahan dengan kompetensi dasar energi listrik, dengan rincian materi sebagai berikut (Tim BKG,2007: 94-106).

Energi listrik merupakan salah satu pokok bahasan IPA yang diajarkan pada siswa kelas VI Sekolah Dasar/MI. Diantara cakupan materi yang terdapat pada pokok bahasan Energi Listrik adalah sebagai berikut:

1. Gejala Kelistrikan

(22)

ringan seperti debu, jerami, bulu, serta sobekan-sobekan kerta. Hal ini berarti, batu ambar tersebut menjadi bermuatan listrik.

Akan tetapi listrik yang dihasilkan batu ambar tersebut hanya bertahan untuk waktu yang singkat. Listrik seperti itu disebut listrik statis atau listrik tetap (diam). Listrik statis tidak dapat mengalir melalui kawat.

2. Sumber Energi Kelistrikan a. Generator

Listrik yang kita gunakan di rumah dialirkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pada sebuah pembangkit listrik tenaga air, air yang jatuh dari bendungan memutar turbin. Poros yang dihubungkan ke turbin yang berupa baling-baling menggerakkan generator. Pada generator, kumparan kawat berputar di antara kutub-kutub magnet dan menghasilkan arus listrik. Arus listrik ini yang disalurkan ke rumah-rumah dan pabrik-pabrik.

(23)

b. Baterai

Sumber energi listrik yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu baterai. Baterai merupakan elemen kering karena berisi zat kimia berbentuk padat. Perhatikan gambar 2.2.

Gambar 2.2 Bagian-bagian Baterai

(Sumber, IPA SD kelas VI, Ibayati, dkk, 2008:107)

(24)

c. Aki (Akumulator)

Sumber energi listrik yang menggunakan cairan ialah akumulator (accu) atau aki. Aki dibuat dari lempeng timbal yang dimasukkan dalam larutan asam sulfat encer. Perhatikan gambar di bawah ini. Sebelum digunakan, terlebih dahulu aki dialiri dengan arus listrik. Pada saat mengisi aki, energi listrik diubah menjadi energi kimia.

Gambar 2.3 Accu atau Aki

(Sumber, IPA SD kelas VI, Ibayati, dkk, 2008:108) d. Dinamo Sepeda

Gambar 2.4 Dinamo sepeda

(Sumber, IPA SD kelas VI, Ibayati, dkk, 2008:108)

(25)

kumparan. Jika kumparan tersebut diputar, maka akan timbul energi listrik.

3. Rangkaian Listrik a. Rangkaian Seri

Pada rangkaian seri, lampu atau baterai disusun secara berurutan. Arus listrik pada rangkaian seri hanya memiliki satu jalan. Arus listrik dari baterai mengalir ke lampu A, kemudian ke lampu B, dan kembali lagi ke baterai.Rangkaian seri lampu atau baterai digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.5 Rangkaian Seri

(Sumber, IPA SD kelas VI, Rositawati dan Muharam, 2008:115) b. Rangkaian Paralel

(26)

Rangkaian listrik yang ada pada rumah, gedung perkantoran, dan lain-lain pada umumnya disusun secara paralel. Keuntungan penggunaan rangkaian paralel adalah ketika ada salah satu alat elektronik, misalnya lampu, dimatikan, maka alat elektronik lain tidak padam.

Gambar 2.6 Rangkaian Listrik Paralel

(Sumber, IPA SD kelas VI, Rositawaty dan Muharam, 2008:115) 4. Benda Konduktor Listrik dan Benda Isolator Listrik

Konduktor listrik adalah benda yang dapat menghantarkan arus listrik, misalnya benda dari logam. Adapun isolator listrik adalah benda yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, misalnya plastik dan karet. Perhatikan gambar 2.10

Gambar 2.7 Benda Konduktor dan Isolator

(27)

5. Perubahan Energi Listrik

a. Energi Listrik Menjadi Energi Cahaya

Gambar 2.8 Bohlam

(IPA SD kelas VI, Rositawaty dan Muharam, 2008:123) Lampu bohlam atau neon adalah contoh alat elektronik yang mengubah energi listrik menjadi cahaya. Begitu juga dengan senter, energi listrik baterai diubah menjadi energi cahaya.

b. Energi Listrik Menjadi Energi Panas

Setrika listrik mengubah energi listrik menjadi panas. Selain setrika, alat elektronik yang mengubah listrik menjadi panas, misalnya penanak nasi (rice cooker), pemanas nasi (magic jar), kompor listrik dan oven listrik.

Gambar 2.9 Setrika

(28)

c. Energi Listrik Menjadi Energi Gerak

Benda-benda yang memanfaatkan perubahan energi listrik menjadi energi gerak antara lain penyedot debu, kipas angin, dan blender.

Gambar 2.10 Kipas Angin

(sumber IPA SD Kelas VI, Ibayati,dkk, 2008:105) d. Energi Listrik Menjadi Energi Bunyi

Alat-alat elektronik yang memanfaatkan perubahan energi listrik menjadi energi bunyi antara lain televisi dan tape recorder.

(29)

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian Muhamad Taufik Akbar (2008) yang berjudul “Peningkatan Peran Aktif Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa kelas VI di MI Muhammadiyah 1 Pingit Banjarnegara” disimpulakan bahwa peran aktif siswa dalam pembelajaran dengan mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan skor rata-rata sebesar 1,65 poin dari 2,94 dengan kriteria kurang baik menjadi 4,59 dengan kriteria baik.

C. Kerangka Berfikir

(30)

Number Head Together (NHT) merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada kerjasama, diskusi kelompok dan berfikir bersama, dengan cara melibatkan lebih banyak siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi yang tercakup dalam pelajaran serta mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran. Kelompok belajar yang beranggotakan 3-5 siswa terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dibentuknya kelompok-kelompok kecil bertujuan agar siswa bertanggungjawab baik terhadap kelompok maupun dirinya sendiri. Kemudian agar siswa mampu memberikan hasil fikirannya dengan berani mengungkapkan pendapatnya, menjawab dan menanggapi pertanyaan yang diberikan guru. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dan kerangka berfikir diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Dengan menerapkan

Gambar

Gambar 2.1 PLTA sebagai salah satu pembangkit listrik
Gambar 2.2 Bagian-bagian Baterai
Gambar 2.4 Dinamo sepeda
Gambar 2.5 Rangkaian Seri
+4

Referensi

Dokumen terkait

pengetahuan orang tua, personal hygiene , sanitasi lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kejadian penyakit skabies pada wilayah kerja puskesmas.

Strategi pembela- jaran yang digunakan oleh guru akan memuat nilai karakter secara simultan, namun untuk mendapatkan strategi yang memiliki kriteria berkarakter dengan

Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin tinggi remaja mempersepsi penerimaan orang tua terhadap dirinya, maka semakin tinggi tingkat empati pada remaja tersebut4. Semakin

anak-anak di Dusun Kropak.. Subbidang, Program, dan Kegiatan Frek &

Bidang: Keagamaan (Termasuk TPA) (Total JKEM bidangini minimal 1.200

Siswa diajak untuk belajar dan bekerja (individu / kelompok) pada situasi masalah, untuk menyelesaikan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran, sehingga

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, sang cahaya hidup, yang karena rahmat-Nya dan kasih-Nya telah mengulurkan banyak tangan dalam setiap proses

To identify what kinds of games based on Multiple Intelligence Theory can be used to introduce English vocabulary to the students of TK Negeri 2 Yogyakarta.. To discover how the