• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama - UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SD NEGERI 3 PLIKEN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama - UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SD NEGERI 3 PLIKEN - repository perpustakaan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kerjasama

Samani dan Haryanto (2012 : 118) sifat suka kerjasama atau gotong royong adalah tindakan atau sikap mau berkerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan keuntungan bersama, pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Jhonson (2007 : 164) menyebutkan bahwa kerjasama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa definisi kerjasama adalah proses menyatukan pikiran atau ide secara bersama untuk kepentingan bersama dan tujuan bersama dengan cara melibatkan semua anggota kelompok.

Kerjasama mempunyai beberapa indikator seperti yang di jelaskan oleh Hasan (2010 : 36) bahwa indikator yang digunakan untuk meningkatkan kerjasama siswa ada 2 indikator, yaitu:

1) Memberikan pendapat dalam kerja kelompok di kelas. 2) Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas. 3) Aktif dalam kegiatan sosial budaya di kelas.

4) Aktif dalam kegiatan organisasi di sekolah.

5) Aktif dalam kegiatan sosial dan budaya di sekolah.

(2)

2. Prestasi belajar

Menurut Margaret (2011 : 2) belajar (learning) adalah proses multisegi yang biasanya dianggap suatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. Sejalan dengan pendapat diatas Slameto (2010 : 2) juga berpendapat belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Kedua pendapat para ahli tentang belajar Arifin (2011 : 12) mengemukakan kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”, Prestasi

belajar pada umumnya berkenaan pada aspek pengetahuan. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang kemampuanya masing-masing. Selain itu Harahap dalam Hamdani (2011 : 138) mengemukakan prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

(3)

nilai-nilai hasil belajar yang dapat sebagai alat ukur sejauh mana tingkat keberhasilan siswa yang telah dicapai dalam suatu pembelajaran.

Dari pengertian prestasi belajar diatas Arifin (2011 : 12-13) mengemukakan prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

a) Prestasi belajar sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan

(couriosity) dan merupakan ketuhan umum manusia.

c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dalam arti bahwa prestasi

belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam preoses pembelajaran, siswa menjadi focus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pembelajaran.

(4)

3. Model Kooperatif

Model kooperatif berasal dari kata Cooperative yang atrinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Slavin (2005 : 4) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dari menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Sejalan dengan pendapat tersebut Majid (2013 : 174) juga mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang dengan struktur kompak yang bersifat heterogen.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang terdiri dari 2 orang atau lebih untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas secara optimal baik untuk keberhasilan kelompok dan menjadikan siswa menjadi kompak dalam berkelompok untuk menerima pembelajaran.

4. Pembelajaran KooperatifTipe Think Pair Share (TPS)

(5)

dikutip Arend (1997) dalam buku Triyanto (2009 : 81) mengemukakan bahwa TPS merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Sejalan dengan yang di kemukakan oleh Arend, Majid (2013 : 191) juga berpendapat bahwa TPS adalah cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. Pendapat kedua ahli tersebut di dukung oleh Lie (2002 : 57) menjelaskan pembelajaran menggunakan model TPS memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan ari model pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

Dari pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk berfikir mandiri sebelum membentuk kelompok. Pembelajaran dengan Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menanamkan konsep karakter kerjasama antar siswa dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Setelah kita ketahui pengertian Think Pair Share terdapat kelebihan dan kekurangan menurut Lie (2002 : 46), sebagai berikut:

a. Kelebihan Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

1. Meningkatkan partisipasi siswa.

2. Cocok untuk tugas sederhana.

3. Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.

4. Interaksi lebih mudah.

(6)

b. Kelemahan Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu di monitor. 2) Lebih sedikit ide yang muncul.

3) Jika ada perselisihan tidak ada penengahan.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala pembelajaran seperti kurang percaya diri, kerjasama dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran, sehingga kendala dala, megajar dapat realisasi. Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya dan melatih siswa untuk berbicara di depan umum untuk aktif dalam pembelajaran.

Selain itu, dalam model pembelajaran kooperatiftipe Think Pair Share

(TPS) mempunyai tahap-tahap pelaksanaan yang di kemukakan oleh Slavin (2009 : 257) sebagai berikut :

1. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas, siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri (Think).

2. Lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban (Pair).

3. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas (Share).

5. Ilmu Pengetahuan Sosial di SD (IPS)

Sapriya (2011 : 19) mengemukakan bahwa istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial” (IPS), merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar

(7)

merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar Indonesia dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu, Solo. IPS sebagai mata pelajaran di persekolahan pertama kali digunakan dalam Kurikulum 1975. Pendapat tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Savage dan Amstrong (1996 : 9) yaitu :

“social studies is the integrated study of the social sciences and

humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, religion, and sochiology, as well as appropriate content from the humanities, mathematic, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a curturally diverse, democratic society in an independent

world.”

(8)

sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan social masyarakatnya.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun secara sistematis dalam proses pembelajaran untuk memenuhi keberhasialan dalam hidup bermasyarakat, dengan pendekatan dengan lingkungan sekitar siswa diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih luas.

Materi Ips

Berdasarkan KTSP materi yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu :

SK : 2. Menghargai pernanan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

KD : 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan jurnal yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dengan Multimedia terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar IPA SD” Oleh Any Fatmawati. (2015). Analisis data

(9)

nilai ketrampilan berpikir kreatif antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS menggunakan multimedia dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran konvensional, 2) terdapat perbedaan nilai hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS menggunakan multimedia dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran konvensional, dan 3) ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan multimedia terhadap keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar IPA siswa SD secara bersama-sama.

Berdasarkan jurnal yang berjudul”Pengeruh Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Motivasi Belajar PKN Siswa Kelas V Semester Genap SD di gugus III Kecamatan Kubu Tahun Pelajaran 2014/2015” oleh I Gede Putu Ekadani Apriana (2014). Hasil

(10)

Berdasarkan hasil jurnal tersebut dapat dijadikan acuan dan sumber bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model kooperatif tipe TPS yang digunakan untuk penelitian pada pelajaran IPS dan diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Pikir

(11)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Dari skema kerangka berfikir di atas dapat didiskripsikan sebagai berikut: Pada kondisi awal hasil belajar rendah masih dibawah KKM (<65), dikarenakan ketika siswa menyimupulkan suatu masalah dalam berdiskusi kelompok belum sesuai yang diharapkan, sehingga pemahaman siswa dalam materi menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan masih kurang optimal belum menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, Kemudian dilakukan perbaikan sampai dua kali siklus, yaitu pada siklus I dan siklus II peneliti melakukan tindakan mulai dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) maka diakhir siklus II penguasaan siswa terhadap materi meningkat sehingga hasil belajar IPS meningkat mencapai KKM yang diharapkan (> 65)

Kondisi Awal pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share (TPS)dapat meningkatkan

(12)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori penelitian dan kerangka berpikir, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kerjasama siswa di kelas V SD Negeri 3 Pliken.

Gambar

Gambar  2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Kerja Untuk Sajian Evaluasi Hasil Penelitian .... Kerja Untuk Sajian Arahan

1 orang siswa memiliki rasa senang yang tidak baik dalam belajar matematika menggunakan Jigsaw, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan tetapi kurang didukung

To identify what kinds of games based on Multiple Intelligence Theory can be used to introduce English vocabulary to the students of TK Negeri 2 Yogyakarta.. To discover how the

Perubahan-perubahan penting dalam bidang produksi dan ekonomi di Eropa Barat pada abad ke 19 M telah mendorong seluruh dunia berada di bawah pengaruh industri mekanis

Soal

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi

Kognitif adalah kebolehan individu untuk berfikir, memberi pendapat, memahami, mengingati perkara-perkara yang berlaku di persekitaran masing-masing.Oleh itu,aktiviti yang dilakukan

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Kimia.