BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Karakter Percaya Diri
a. Pengertian Karakter
Istilah karakter yang dalam bahasa Inggris character, berasal dari istilah Yunani, character dari kata charassein yang berarti membuat tajam
atau membuat dalam. Karakter juga dapat berarti mengukir. Sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang di ukir. Screnko dalam Samani (2012: 42) Mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri
yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.
Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggungjawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam
situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpesonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai
keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya menurut Zubaidi dalam Kurniawan (2013: 29)
Berdasarkan pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan
tiap akibat dari keputusan yang diperbuat.
b. Pengertian Pendidikan karakter
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang dapat membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Pendidikan
karakter menurut Ratna Megawangi Dalam Kesuma (2012: 5), adalah
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Pendidikan karakter menurut Fakry Gaffar Dalam Kesuma (2012: 5)
adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh
kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam
perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran
penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuh kembangkan
dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku. Pendidikan karakter
Menurut Samani (2012: 44) dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang
mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik
dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan
dalam hubungannya dengan Tuhannya. Pendidikan Karakter Menurut
Screnko dalam Samani (2012: 45) dapat dimaknai sebagai upaya yang
sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan,
didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan
biografi para bijak dan pemikir besar), serta pratik emulasi (usaha yang
maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan
dipelajari).
Berdasarkan pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik
untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati,
pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
c. Pengertian percaya diri
Hakikat percaya diri menurut Mustari (2014: 51) adalah bahwa
orang mempunyai kemampuan untuk melakukan tujuan tertentu. Percaya
diri juga merupakan keyakinan orang atas kemampuannya untuk
melaksanakan level-level pelaksanaan yang memengaruhi kejadian-kejadian
orang mempunyai kemampuan untuk memutuskan jalannya suatu tindakan
yang dituntut untuk mengurusi situasi-situasi yang dihadapi.
Percaya diri disebut-sebut sebagai konsep yang berevolusi dalam
literatur dan masyarakat sebagai rasa percaya bahwa tindakan-tindakan
seseorang mempunyai pengaruh pada lingkungan sebagai keputusan orang
atas kemampuannya berdasarkan kriteria penguasaan rasa mampu seseorang
di dalam kerangka khusus, memfokuskan kemampuan diri untuk melakukan
tugas-tugas khusus dalam hubungannya dengan tujuan dan standar.
Percaya diri itu penting dalam hubungannya dengan percaya pada
orang lain. Hanya orang yang mempunyai keyakinan pada dirinyalah yang
mampu untuk percaya pada orang lain, karena hanya dialah yang dapat
yakin bahwa dia akan tetap sama di masa yang akan datang sebagaimana dia
hari ini, yang dengan demikian, ia akan merasakan dan bertindak
sebagaimana dia sekarang harapkan.
Percaya diri menurut Desmita (2009: 206) adalah kemampuan
individu untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar
dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan
hidupnya. Orang yang pecaya diri biasanya mempunyai inisiatif, kreatif dan
optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kelemahan dan kelebihan
diri sendiri, berpikir positif, menganggap semua permasalahan pasti ada
jalan keluarnya. Orang yang tidak percaya diri ditandai dengan sikap-sikap
yang cenderung melemahkan semangat hidupnya, seperti minder, pesimis,
Berdasarkan pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa
percaya diri adalah suatu keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri untuk
mengerjakan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari guna mencapai
kesuksesan. Percaya diri itu penting dalam hubungannya dengan percaya
pada orang lain. Hanya orang yang mempunyai keyakinan pada dirinyalah
yang mampu untuk percaya pada orang lain, karena hanya dialah yang dapat
yakin bahwa dia akan tetap sama di masa yang akan datang sebagaimana dia
hari ini, yang dengan demikian, ia akan merasakan dan bertindak
sebagaimana dia sekarang harapkan. Percaya diri ini harus selalu ada,
karena dengan percaya diri itulah manusia ada, dan dengan percaya diri pula
dia bisa berprestasi.
d. Indikator Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan sikap individu atau peserta didik yang
yakin akan kemampuan dirinya atau mempunyai pandangan yang bersifat
positif terhadap dirinya, dengan tidak perlu membandingkan dengan orang
lain. Indikator percaya diri berdasarkan Leman (2006: 6) adalah sebagai
berikut:
1) Bersifat lebih independen, tidak terlalu tergantung orang lain
2) Mampu memikul tanggung jawab yang dibenarkan
3) Bisa menghargai diri dan usahanya sendiri
4) Tidak mudah mengalami rasa frustasi
6) Memiliki emosi yang lebih hidup, tetapi tetap stabil
7) Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain
Berdasarkan indikator rasa percaya diri di atas dapat disimpulkan
bahwa percaya diri yang diharapkan peneliti adalah keyakinan dalam diri
peserta didik dengan kemampuan yang dimilikinya dan apa adanya konsep
diri peserta didik yang selalu berpikiran positif sehingga selalu optimis
dalam pembelajaran. Peserta didik yang yakin akan kemampuan dirinya
dalam pembelajaran akan membuat peserta didik berpikir positif dalam
belajar sehingga menjadikan peserta didik pribadi yang optimis, pantang
menyerah dan mandiri.
e. Kiat-kiat Menumbuhkan Percaya Diri
Lautser (1994: 11) ada sepuluh kiat-kiat meningkatkan percaya diri,
antara lain sebagai berikut:
1) Cari sebab-sebab merasa rendah diri. Jika sudah mengetahui sebab itu,
maka dapat dilakukan suatu perbaikan.
2) Atasi kelemahan yang dimiliki, hal yang terpenting harus memiliki
kemauan yang kuat, sehingga akan memandang perbaikan kecil sebagai
keberhasilan yang sebenarnya.
3) Mencoba mengembangkan bakat dan kemauan lebih jauh, sehingga
dapat mengadakan kompensasi bagi kelemahan yang dimiliki.
4) Bahagia dengan keberhasilan dalam suatu bidang tertentu dan jangan
5) Bebaskan diri dari pendapat orang lain. Jangan berbuat berlawanan
dengan keyakinan diri sendiri.
6) Jika tidak puas dengan pekerjaan sendiri maka kembangkan bakat
melalui hobby, sehingga akan mengobati kekecewaan dan dapat
menjaga diri dari tidak yakin atas diri sendiri.
7) Jika dituntut untuk melakukan pekerjaan atau tugas yang sulit, coba
melakukan pekerjaan atau tugas tersebut dengan rasa optimis.
8) Jangan terlalu bercita-cita, karena cita-cita yang kelewat batas tidak
baik. Makin besar cita-cita maka akan semakin sulit untuk memenuhi
tuntutan tersebut.
9) Jangan terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
10) Jangan mengambil motto yang dilakukan orang lain pasti bisa dilakukan
diri kita, karena tidak seorangpun mempunyai hasil yang sama persis.
Havighurts (Desmita, 2009) tugas perkembangan anak usia sekolah
meliputi:
1) Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan
aktifitas fisik.
2) Membina hidup sehat.
3) Belajar bergaul dan bekerja kelompok..
4) Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi
dalam masyarakat.
Sikap untuk menumbuhkan rasa percaya diri sangatlah penting
dalam tugas perkembangan pada peserta didik. Percaya diri pada seorang
anak akan muncul jika anak telah mengalami pengalaman pribadi dalam
melakukan tindakan yang memberi keberhasilan, selain itu guru juga harus
senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik.
2. Belajar
a. Pengertian belajar
Pengertian psikologis menurut Slameto (2010: 2) “belajar adalah
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
James O Whittaker dalam Ahmadi (2013: 126) belajar dapat didefinisikan
sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman.
Belajar menurut Muhibbin (2011: 63) adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar menurut
Suyono (2014: 10) adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Belajar menurut Hamalik
(2011: 27) adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
behavior through experiencing) pengertian belajar ini merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan
kelakuan.
Menurut pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari latihan dan
pengalaman yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dari yang
belum bisa menjadi bisa. Belajar juga sebagai upaya mendewasakan pribadi
anak. Manusia belajar sepanjang hayat, dan belajar terjadi terus menerus.
b. Ciri-ciri belajar
Slameto (2010: 3) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian
belajar yaitu:
1) Perubahan terjadi secara sadar
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu,
atau sekurang-kurangnya merasakan lebih terjadi adanya perubahan
dalam dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinou dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya, dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan
makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif
artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan
karena usaha individu sendiri.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya
untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, kelaur air mata, bersin,
menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan
dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat
menetap dan permanen. Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan
menetap.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah berarti bahwa
perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-
benar disadari.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang
laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya.
3. Prestasi belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Prestasi menurut Hamdani (2011: 137) adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun
kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak
melakukan kegiatan. Prestasi belajar menurut Winkel dalam Hamdani
(2011: 138) merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar
Prestasi belajar menurut Nuh (2014: 8) adalah hasil yang diperoleh
seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada
hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya. Menurut Arifin (2010: 12) kata “prestasi” berasal
dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa indonesia
menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah prestasi belajar
umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar merupakan
suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia
selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing- masing.
pembelajaran sesuai bidang dan kemampuan masing-masing serta dapat
menimbulkan rasa kepuasan tersendiri.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Hamdani (2011: 139-145) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini
antara lain sebagai berikut: a) Kecerdasan (inteligensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kecerdasan yang normal
selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi anak dalam usaha belajar. Tingkat kecerdasan sangat menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kecerdasan seorang siswa, semakin tinggi juga peluang untuk meraih prestasi yang tinggi.
b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar seseorang. c) Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal,
seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan
keyakinan.
d) Minat
Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk
selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus.
Minat ini berkaitan erat dengan perasaan, terutama perasaan senang.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa minat terjadi karena perasaan
senang pada sesuatu hal.
e) Bakat
bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang
memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.
2) Faktor eksternal
a) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam
keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan
b) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena
itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorongsiswa untuk
belajar giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran,
hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum.
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan
membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari,
seorang anak akan selalu menyesuaikan dengan kebiasaan
lingkungannya. Apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu
lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal
tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut
belajar sebagaimana temannya.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Arifin (2010: 12-13) prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi
diantaranya:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli
psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan
merupakan kebutuhan umum manusia.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong peserta
didik dalam meningkatkan ilmu dan teknologi dan berperan sebagai
umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator interen dan ekteren dari suatu intuisi
pendidikan. Idikator interen dalam arti bahwa prestasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu intuisi pendidikan.
Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekteren dalam arti
bahwa tinggi rendahnya prestasi didik di masyarakat. Asumsinya adalah
kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta
didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama
yang harus diperhatikan, karena peserta didik diharapkan dapat menyerap
seluruh materi pelajaran.
Prestasi belajar disekolah salah satunya diukur mengguanakan tes
prestasi belajar, dari hasil tes prestasi belajar ini merupakan salah satu
informasi yang penting guna mengambil keputusan pendidikan. Tes prestasi
prinsip pengukuran yang berlaku, sehingga menjadi saran yang positif
dalam meningkatkan proses belajar mengajar.
Prinsip dasar pengukuran prestasi menurut Gronland (dalam Azwar,
2010: 18) adalah sebagai berikut:
1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas
sesuai dengan tujuan instruksional.
2) Tes prestasi harus mengukur suatu sempel yang repsentif dari hasil
belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau
pengajaran.
3) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna
mengukur hasil belajar yang diinginkan.
4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaan hasilnya.
5) Rebilitas tes prestasi belajar harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil
ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak
didik.
4. Pembelajaran Mata Pelajaran Pkn SD
a. Pengertian Mata pelajaran Pkn
Pendidikan Kewarganegaraan atau yang disingkat dengan PKn
merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peran penting dalam
dasar (SD), SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan
penting karena mempunyai tugas untuk membentuk dan mengembangkan
nilai-nilai moral, karakter dan budi pekerti siswa sebagai warga negara yang
baik.
Guru dengan peran dan fungsi serta tanggung jawabnya dalam
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada setiap jenjang pendidikan
diharapkan mampu membentuk para siswa sebagai para calon warga negara
negara yang baik. Siswa diharapkan mampu memiliki sikap religius, jujur,
disiplin, dan tanggung jawab. Kemudian sadar akan hak dan kewajiban,
mencintai kebenaran dan keadilan, peka terhadap lingkungan, mandiri dan
percaya diri, sederhana, terbuka penuh pengertian terhadap kritik dan saran,
patuh dan taat terhadap peraturan, serta kreatif dan inovatif.
Penjelasan Pasal 39 Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dalam Taniredja (2012: 2) bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) merupakan usaha untuk membekali peserta didik
dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan
antarwarga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara
menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Pendidikan kewarganegaraan menurut Tanireja (2012: 3) adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir
kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran
kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan
Istilah Pendidikan Kewarganegaraan menurut Rosyada (Tanireja,
2009: 3) secara substantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga
Negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks
kehidupan masyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam
istilah Pendidikan Kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan
warga Negara menjadi warga dunia (global society). Dengan demikian,
orientasi Pendidikan Kewarganegaraan secara substantif lebih luas
cakupannya dari istilah Pendidikan Kewarganegaraan suatu prose yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan ketika seseorang mempelajari orientasi,
sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political
knowledge, awareners, attitude, political efficacy dan political
participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara
rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta
didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan hubungan antar
warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara
menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.
Jadi dapat disimpulkan PKn adalah suatu proses yang dilakukan oleh
lembaga pendidikan yang menyangkut pengalaman, kepentingan
masyarakat, pribadi dan hidup bernegara. Mata pelajaran ini mencakup
bidang politik, hukum dan moral. Ketiga cakupan tersebut berisi
ketrampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga
penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan,
demokratis, toleransi, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan
berserikat, berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas.
b. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap mata pelajaran yang akan diajarkan memiliki tujuan untuk
diajarkan. Salah satunya adalah mata pelajaran pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang merupakan mata pelajaran yang selalu
dijumpai dari bangku Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 Tahun 2006 adalah untuk
memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
1) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membantu diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 Tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam
pembelaan Negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2) Norma, hukum dan peraturan meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,
tata tertib disekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-
peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
internasional.
3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,
pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warga Negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kebebasan
mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri,
persamaan kedudukan warga Negara.
5) Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-kinstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
6) Kekuasaan dan politik meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan
sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
7) Pancasila meliputi: kedudukan pancasila, sebagai dasar Negara dan
ideologi Negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara,
pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari pancasila
sebagai ideologi terbuka.
8) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional,
organisasi internasional dan mengevaluasi globalisasi.
d. Materi PKn kelas V materi menghargai keputusan bersama.
Materi yang digunakan oleh peneliti tercantum pada kurikulum
KTSP sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V
keputusan
pengertian musyawarah. 2) menjelaskan cara mengemukakan pendapat dalam
musyawarah. Peneliti mengajarkan 2 indikator dari 8 indikator materi
menghargai keputusan bersama. Siklus I pertemuan dua dengan indikator: 3)
menjelaskan cara mengambil keputusan bersama dalam musyawarah. 4)
menyebutkan bentuk-bentuk keputusan bersama. 5) menjelaskan cara
mematuhi keputusan bersama. Pada pertemuan dua peneliti mengajarkan 3
Siklus II pertemuan pertama dan kedua peneliti mengajarkan tiga
indikator yaitu: 6) menjelaskan cara melaksanakan keputusan bersama. 7)
memberi contoh pelaksanaan keputusan bersama. 8) menjelaskan manfaat
keputusan bersama.
Materi:
1) Memahami keputusan bersama
Organisasi adalah kelompok manusia yang diatur untuk
bekerjasama guna mencapai tujuan yang sama. Setiap organisasi pasti
terdapat perbedaan, misalnya perbedaan pendapat, pikiran, dan lain
sebagainya. Salah satu cara mengatasi perbedaan adalah dengan
musyawarah.
Musyawarah dilakukan untuk menetapkan keputusan bersama.
Keputusan bersama adalah keputusan yang melibatkan semua orang yang
berkepentingan. Dalam organisasi tidak dapat menyerahkan keputusan
hanya pada satu orang. Keputusan juga tidak boleh deserahkan kepada
ketua organisasi saja. Semua warga organisasi harus terlibat dalam
pengambilan keputusan.
Ada beberapa nilai dasar yang harus diperhatikan dalam
melakukan musyawarah. Beberapa nilai dasar tersebut antara lain:
a) Kebersamaan
b) Persamaan hak, kebebasan mengemukakan pendapat
c) Pengahrgaan terhadap pendapat orang lain
1) Bentuk-bentuk keputusan bersama
a) Musyawarah untuk Mufakat
Musyawarah untuk mufakat adalah bentuk pengambilan
keputusan bersama yang mengedepankan kebersamaan. Musyawarah
dilakukan dengan cara mempertemukan semua pendapat yang
berbeda-beda. Setelah semua pendapat didengar dan ditampung,
pendapat yang paling baik akan disepakati bersama.
b) Pemungutan Suara (Voting)
Voting merupakan cara kedua jika cara musyawarah untuk
mufakat gagal dilakukan. Misalnya, beberapa pendapat dianggap
sama baiknya. Atau karena beberapa pendapat dianggap tidak
menguntungkan semua pihak. Jika demikian, ditempuhlah
pemungutan suara atau voting.
c) Aklamasi
Aklamasi adalah pernyataan setuju lisan dari seluruh anggota
kelompok. Pernyataan setuju ini dilakukan untuk melahirkan
keputusan bersama. Pernyataan setuju dilakukan tanpa melalui
pemungutan suara. Aklamasi terjadi karena adanya pendapat yang
dikehendaki oleh semua anggota kelompok.
2) Menerima dan Mematuhi Keputusan Bersama
Dalam melaksanakan keputusan bersama, ada asas-asas yang
harus dijunjung tinggi. Asas-asas tersebut antara lain asas kekeluargaan
kekeluargaan perlu diutamakan. Asas kekeluargaan memandang setiap
anggota kelompok sebagai keluarga sendiri. Semua anggota diperlakukan
sama tidak pandang bulu, termasuk diantaranya adalah ketua dan
pengurus lain. Kelompok adalah ibarat sebuah keluarga, setiap anggota
harus membantu yang lain.
Dalam melaksanakan keputusan bersama, semua anggota juga
harus mengedepankan asas gotong royong. Dengan gotong royong,
putusan apapun akan mudah dilaksanakan. Tidak ada perbedaan antara
anggota dan pengurus. Semuanya harus bergotong royong untuk
mencapai tujuan bersama.
5. Pembelajaran Aktif (active learning) Model Team Quiz
a. Pengertian Pembelajaran Aktif (active learning)
Pembelajaran aktif menurut Khairrudin (2007: 208) merupakan
model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam
mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji
dalam pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. Selain itu belajar
aktif juga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
analisis dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil
dari hasil analisis mereka sendiri. Pembelajaran ini meniscayakan adanya
minimalisasi peran guru di kelas. Guru lebih memposisikan dirinya sebagai
dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan
dicapai dalam suatu pembelajaran. Peserta didiklah yang banyak berperan
dalam proses pembelajaran tersebut dan guru lebih banyak memberikan
arahan dan bimbingan saja.
b. Pengertian model team quiz
Quiz team merupakan model pembelajaran aktif yang dikembangkan
oleh Mel Silberman, yang mana dalam model quiz team ini siswa di bagi
menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk
menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan
waktunya untuk memeriksa catatan. Dalam model quiz team ini, diawali
dengan guru menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi dalam
tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari
materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan
jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut. Setelah selesai materi
maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan
akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan
senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat
memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.
Seperti yang dikemukakan Silberman (2012: 175), Team Quiz
merupakan tehnik yang dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak
model team quiz merupakan salah satu model pembelajaran bagi siswa
yang membangkitkan semangat dan pola pikir kritis, tanpa mengekang
siswa dalam proses pembelajarannya. Model team quiz bermaksud
melempar pertanyaan dari kelompok satu ke kelompok lain untuk
mengetahui jawabannya, dalam tipe quiz team ini, diawali dengan guru
menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam tiga
kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari
materi tersebut, kemudian membuat pertanyaan untuk dilemparkan ke
kelompok lain.
Berdasarkan pembahasan tentang model team quiz dapat
disimpulkan bahwa team quiz adalah model pembelajaran aktif yang mana
siswa dibagi dalam tiga kelompok besar dan semua anggota bersama-sama
mempelajari materi tersebut, mendiskusikan materi, saling memberi arahan,
saling memberikan pertanyaan dan jawaban, setelah materi selesai diadakan
suatu pertandingan akademis, dengan adanya pertandingan akademis ini
maka terciptalah kompetensi antar kelompok, para siswa akan senantiasa
berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai
yang tinggi dalam pertandingan guna meningkatkan prestasi dalam belajar
siswa.
1) Keuntungan dan Kelemahan model team quiz menurut Zaini (2002).
Keuntungan model team quiz:
a) Dapat meningkatkan keseriusan
c) Mengajak siswa untuk terlibat penuh
d) Meningkatkan proses belajar
e) Membangun kreatifitas diri
f) Meraih makna belajar melalui pengalaman
g) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar
h) Menambah semangat dan minat belajar
Kelemahan model team quiz:
a) Memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat
keributan terjadi
b) Hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut,
yakni yang bisa menjawab kuis, karena permainan kuis merupakan
permainan yang dituntut cepat dan memberikan kesempatan diskusi
yang singkat.
c) Waktu yang diberikan sangat terbatas jika kuis dilaksanakan oleh
seluruh tim dalam satu pertemuan.
2) Prosedur model team quiz
Menurut Silberman (2012: 163) prosedur model team quiz:
a) Pilihlah topik yang bisa disajikan dalam tiga segmen
b) Bagilah siswa menjadi tiga tim
c) Jelaskan format pelajaran dan mulailah penyajian materinya. Batasi
d) Perintahkan tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat. Kuis tersebut
harus sudah siap dalam tidak lebih dari 5 menit. Tim B dan C
menggunakan waktu ini untuk memeriksa catatan mereka.
e) Tim A memberi kuis kepada anggota tim B. Jika tim B tidak bisa menjawab satu pertanyaan, tim C segera menjawabnya.
f) Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C dan mengulang proses tersebut.
g) Ketika kuisnya selesai, lanjutkan dengan segmen kedua dan tunjukan tim
B sebagai pemandu kuis.
h) Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga
dan tunjukan tim C sebagai pemandu kuis.
6. Media
a. Pengertian Media
Anitah (2009: 1) kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu
merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang
terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak,
yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Oleh
karena itu, media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan
pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Association
for educational communications and technology (AECT, 1997)
mendifinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk
Media menurut Bretz dalam Anitah (2009: 1) adalah sesuatu yang
terletak di tengah-tengah, jadi suatu perantara yang menghubungkan semua
pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan, dan membedakan
antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi. Perbedaannya adalah
bahwa yang pertama merupakan sesuatu yang berkemampuan untuk
menyajikan keseluruhan informasi dan menggerakkan saling tindak antara
pebelajar dengan subjek yang dipelajari, sedangkan yang keduasemata-
mata adalah penunjang pada penyajian yang dilakukan oleh guru.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
memberikan kejelasan dan memperlancar jalannya proses belajar mengajar,
serta dapat mengaktifkan komunikasi interaksi antara guru dengan siswa
dan memberikan informasi dari suatu sumber atau pengirim kepada
penerimanya sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar yang efektif
terjadi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa media pembelajaran wahana
penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Disamping
dapat menarik perhatian siswa, media pembelajaran juga dapat
menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap pembelajaran.
Dalam pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar
yang sangat menarik dengan menggunankan media pembelajaran yang
1) Media Grafis
Media Grafis menurut Sadiman (2012: 28) termasuk media
visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi
untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang
dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan
dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol
tersebut perlu di pahami benar artinya agar proses penyampaian pesan
dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus
grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis
termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya.
2) Poster
Poster menurut Anitah (2009: 4) “merupakan suatu gambar yang
mengombinasikan unsur-unsur visual seperti garis, gambar dan kata-
kata, yang bermaksud menarik perhatian serta mengkomunikasikan
pesan secara singkat”. Poster salah satu media yang terdiri dari lambang
kata atau simbol yang sangat sederhana dan pada umumnya
mengandung anjuran atau larangan, Poster dapat diartikan plakat yang
dipasang di tempat umum (berupa pengumuman atau iklan).
Berdasarkan pengertian di atas dapat dsimpulkan bahwa
untuk menyampaikan informasi, pesan, saran ide dan lain sebagainya
atau karya seni yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas
berukuran besar.
Karakteristik poster menurut Ahmad Rohani (1997: 76-77)
antara lain:
1) Berupa suatu lukisan/gambar
2) Menyampaikan suatu pesan, atau ide tertentu
3) Memberikan kesan yang luas atau menarik perhatian
4) Menangkap penglihatan dengan seksama terhadap orang-orang
yang melihatnya
5) Menarik dan memusatkan perhatian orang yang melihatnya
6) Menggunakan ide dan maksud melalui fakta yang tampak
7) Merangsang orang yang melihat untuk ingin melaksanakan maksud
poster
8) Berani, langsung, dinamis dan menimbulkan kejutan
9) Ilustrasi tidak perlu banyak, menarik dan mudah dimengerti
10) Teks ringkas, jelas dan bermakna
11) Ilustrasi dan tulisan harus ada keseimbangan
12) Dalam rangka visual, kata dan lukisan harus membawa ide tertentu
13) Dapat dibaca dalam waktu yang singkat
14) Warna dan gambar harus kontras dengan warna dasar
15) Sederhana tetapi mempunyai daya tarik dan daya guna yang
Ada 5 fungsi poster untuk media pembelajaran, yaitu:
1) Sebagai bahan untuk mengembangkan ide dan kreativitas
2) Sebagai bahan pelajaran untuk suatu topik atau masalah tertentu
3) Sebagai alat membangkitkan motivasi
4) Sebagai petunjuk untuk dikerjakan siswa
5) Sebagai alat pendidikan preventif
Dari penjelasan diatas peneliti berpendapat bahwa proses
pembelajaran menggunakan media poster sangat efektif karena pesan
yang ada di gambar poster sangat singkat dan jelas sehingga
memudahkan atau mendukung kegiatan proses pembelajaran materi
menghargai keputusan bersama.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan judul Model Pembelajaran Team Quiz
Berbantuan Media Gambar Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPS siswa kelas
V SD Gugus IV Kecamatan Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan
peneliti Ni Putu Sukma Srijayanti, I Gede Meter, I wayan Darsana. Penelitian ini
merupakan salah satu bentuk penelitian eksperimen semu dengan rancangan
nonequivalent control group design. Setelah diuji cobakan cukup baik untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Team Quiz berbantuan
media gambar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada
menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran Team Quiz berbantuan media gambar lebih tinggi daripada rata-rata
hasil belajar IPS yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (80,53 >
68,13).
Penelitian yang saya lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah
dilakukan Ni Putu Sukma Srijayanti, I Gede Meter, I wayan Darsana. Saya
menggunakan model team quiz atau kuis tim yang telah saya modifikasi sendiri
berdasarkan pertimbangan dari kelemahan-kelemahan model team quiz, saya
mengkolaborasikan model team quiz dengan media poster untuk meningkatkan
sikap percaya diri dan prestasi belajar PKn siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri
Ajibarang Kulon didalamnya berisi bagaimana menghargai keputusan bersama,
tentu saja disini ada perbedaan walaupun sama-sama menggunakan model
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah:
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi
Berdasarkan gambar kerangka berpikir guru menyajikan pelajaran PKn
kepada siswa melalui kegiatan belajar mengajar melalui model Team Quiz
menggunakan media poster. Penerapan model dan media pembelajaran ini
menuntut siswa untuk aktif dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Sehingga
hasil pembelajarannya nanti akan dievaluasi dalam bentuk soal. Hasil evaluasi
pembelajaran tersebut akan terlihat bagaimana peningkatan sikap percaya diri
siswa dan prestasi belajar siswa pada materi menghargai keputusan bersama.
Tercapainya sikap percaya diri dan prestasi belajar siswa yang baik adalah tujuan
dengan materi menghargai keputusan bersama diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri siswa dan prestasi belajar siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan percaya diri dan prestasi
belajar siswa. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Melalui Model Team Quiz Siswa Kelas V SD Negeri Ajibarang Kulon
dapat meningkatkan sikap percaya diri dan Prestasi Belajar PKn materi