KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR IKATAN KIMIA SISWA KELAS X MAN
LASEM TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Ilmu Pendidikan Kimia
Oleh : A Choiril Anwar NIM: 063711011
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal Tanda Tangan
Ratih Rizqi Nirwana, S.Si. M.Pd _____________ ____________ Pembimbing I
Syamsul Ma arif, M.Ag _____________ _____________ Pembimbing II
MOTTO
3
žcÎ)
©!$#
Ÿw
çŽÉi•tóãƒ
$tB
BQöqs)Î/
4Ó®Lym
(#rçŽÉi•tóãƒ
$tB
öNÍkŦàÿRr'Î/
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.(QS: Ar-Ra du: 11) .1
1
PERSEMBAHAN
Perjalanan mencari ilmu telah membawaku ke suatu proses perjalanan hidup. Di tengah perjalanan hidupku kupersembahkan hasil dari sebuah pencarianku yang tulus dan ikhlas kudedikasikan teruntuk:
1. Ayahanda Abdullah dan Ibunda Sarni yang paling saya hormati, do a-do amu yang selalu menyejukkan hati mengiringi setiap langkah perjalanan hidupku. 2. Guru-guruku, pelita hatiku hatiku yang sopan, tawaddu , rendah hati,
penyabar dan penyayang di dalam membimbing dan mencurahkan segala kemampuan agar muridmu ini dapat memahami suatu kebenaran ilmu.
3. Kakakku, adikku, dan sahabat-sahabatku yang selalu menjadi teman untuk bermukhasabah dan bertafakkur di dalam menghadapi dan menjalani kehidupan ini.
4. Bagi satuan ku tercinta KMBN (Korp Mahasiswa Bela Negara) satuan 906 Sapu Jagad IAIN Walisongo Semarang. Terkhusus yudha 30.
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 06 Desember 2010 Deklarator,
A Choiril Anwar NIM.063711011
ABSTRAK
A Choiril Anwar (NIM: 063711011). Keefektifan Metode Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Hasil Belajar Ikatan Kimia Siswa Kelas X MAN Lasem Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Semarang: progam strata 1 jurusan kimia IAIN Walisongo Semarang, 2010. Rumusan masalah penelitian ini adalah seberapa besar keefektifan pengunaan metode guided
discovery terhadap hasil belajar pada materi ikatan kimia di MAN Lasem
Rembang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar keefektifan penggunaan metode guided discovery pada materi ikatan kimia kelas X di MAN Lasem Rembang. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X, sedangkan sampelnya adalah kelas X1
terdiri dari 40 peserta didik sebagai kelas eksperimen dan X2 terdiri 40 peserta
didik sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, observasi dan tes. Sebelum diberi perlakuan kedua kelas diuji keseimbanganya dengan uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan nilai ulangan tes sebelumnya. Kemudian kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen mengunakan metode guided discovery dan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah data didapat terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas.
Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata nilai tes akhir (postest) kelas eksperimen adalah 77,8 dan kelas kontrol 69,9, sehingga dapat disimpulkan penggunaan metode guided discovery lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil observasi ranah afektif kelas eksperimen prosentase mencapai 78% dan kelas kontrol 64,9%. Dapat disimpulkan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode guided
discovery efektif karena rata-rata prosentase observasi sebesar 75% dengan
kategori efektif. Skor total efektifitas pada kelas eksperimen sebesar 10 dengan kategori sangat efektif, sedangkan pada kelas kontrol skor totalnya adalah 4 dengan kategori kurang efektif. Berdasarkan hasil keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode guided discovery terhadap hasil belajar ikatan kimia siswa kelas X MAN Lasem tahun pelajaran 2010/2011 adalah sangat efektif .
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya illahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dengan moral dan bantuan apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Drs. Suja i, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
2. Bu Ratih Rizki Nirwana, S.Si. M.Pd dan bapak Syamsul Ma arif, M.Ag selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bu Atik Rahmawati, M. Si, selaku dosen wali.
4. Bapak Drs. H. Chudlori Supaat, M.Ag selaku Kepala sekolah MAN Lasem Rembang yang telah memberikan ijin terhadap pelaksanaan penelitian ini. 5. Bapak Sholeh, S.Pd selaku guru kimia yang telah menjadi kolaborator dalam
pelaksanaan penelitian ini.
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan di lingkungan fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skriposi ini.
Dengan iringan do a semoga segala bantuannya menjadi amal shaleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin.
Semarang,06 Desember 2010 Penulis
A. Choiril Anwar
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
DEKLARASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Identifikasi Masalah ... ... 3
C. pembatasan Masalah ... ....3
D. Perumusan masalah... ....5
E. Manfaat Penelitian ... ....5
BAB II : DESKRIPSI TEORI A. Deskripsi Teori ... ... 7
1. Keefektifan... ... ... 7
2. Metode Pembelajaran Guided Discovery...8
3. Hasil Belajar Siswa...12
4. Ilmu Kimia ...24
5. Ikatan Kimia...24
B. Kajian Penelitian Yang Relevan...32
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian ... .35
B. Metode Penelitian...35
C. Teknik Pengumpulan Data...36
D. Teknik Analisis Instrumen...38
E. Teknik Analisis Data...42
F. Analisis Data Penelitian...43
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 46
B. Analisis Uji Coba Instrumen ... 51
C. Data Nilai Tes... ... 55
D. Pengujian Hipotesis... 61
E. Analisis Data Penelitian...64
F. Pembahasn Hasil Penelitian...66
G. Keterlibatan Penelitian...67 BAB V : KESIMPULAN A. Simpulan ... 69 B. Saran-Saran ... 70 C. Penutup ... 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
LAM
nah Lokasi Madrasahlajaran(RPP) Siklus IDAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil perhitungan butir soal validitas... 52
4.2 Hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal ... 53
4.3 Perhitungan daya pembeda butir soal... 54
4.4 Daftar frekuensi nilai tes awal (pretest) kelas eksperimen... 55
4.5 Daftar frekuensi nilai tes awal (pretest) kelas kontrol ... 57
4.6 Distribusi frekuensi nilai tes akhir kelas eksperimen ... 58
4.7 Distribusi frekuensi nilai tes akhir kelas kontrol ... 60
4.8 Daftar hasil uji normalitas tes awal (pretest)... 61
4.9 Daftar hasil uji homogenitas tes awal (pretest) ... 62
4.10 Daftar hasil uji normalitas te akhir (postest) ... 63
4.11 Daftar hasil uji homogenitas tes akhir (postest)... 64
4.12 Rata-rata persentase observasi aspek afektif peserta didik... 65
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Silabus
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 3 : Daftar Peserta didik
Lampiran 4 : Kisi-kisi uji coba Lampiran 5 : Soal uji coba
Lampiran 6 : Kunci jawaban soal ujian Lampiran 7 : Lembar soal ujian
Lampiran 8 : Analisis validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, realibitas Lampiran 9 : Daftar peserta didik kelas eksperimen
Lampiran 10 : Daftar peserta didik kelas kontrol Lampiran 11 : Data nilai tes
Lampiran 12 : Soal Ujian pretest Lampiran 13 : Kunci jawaban pretest Lampiran 14 : Data Nilai Pretest
Lampiran 15 : Data peserta didik kelas eksperimen Lampiran 16 : Daftar peserta didik kelas kontrol
Lampiran 17 : Uji normalitas nilai Pretest kelas eksperimen Lampiran 18 : Uji normalitas nilai Pretest kelas kontrol Lampiran 19 : Uji homogenitas
Lampiran 20 : Uji homogenitas pretest kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 21 : Uji perbedaan rata-rata pretest
Lampiran 22 : Soal ujian postest
Lampiran 23 : Kunci jawan soal Postets
Lampiran 24 : Uji normalitas nilai postest kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 25 : Uji homegenitas postest kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 26 : Uji t
Lampiran 27 : Hasil observasi kelas kontrol Lampiran 28 : Hasil observasi kelas eksperimen
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Histrogram nilai tes awal (pretest) kelas eksperimen Gambar 4.2 : Histrogram nilai tes awal (pretest) kelas kontrol Gambar 4.3 : Histrogram nilai tes akhir (postest) kelas eksperimen Gambar 4.4 : Histrogram nilai tes akhir (postest) kelas kontrol
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas X MAN Lasem, diperoleh bahwa aktivitas dan hasil belajar kimia peserta didik di MAN Lasem pada materi struktur atom dan sistem periodik yang lulus di atas rata-rata KKM (6,0) masih rendah, yaitu mencapai 46%. Hal ini ditandai oleh rata-rata nilai KKM peserta didik pada materi yang berhasil lulus 15 siswa dan yang masih di bawah KKM 22 siswa, dan kemampuan menghitung rendah yang berdampak pada tidak tecapainya ketuntasan belajar mengajar. Secara umum, hasil belajar pada mata pelajan kimia masih di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor siswa dan faktor guru. Dari faktor peserta didik sendiri, hal ini dimungkinkan karena kurangnya minat dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu juga, disebabkan oleh anggapan peserta didik yang menganggap bahwa pelajaran kimia adalah pelajaran yang sulit dan tidak mengasyikkan. Dari faktor guru, hal ini dimungkinkan karena guru dalam mengajar masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang variatif dan menarik sehingga membuat peserta didik merasa bosan.
Jika dicermati secara bijaksana peranan guru dalam proses pembelajaran memberi andil lebih besar dalam kualitas pembelajaran. Misalnya guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan pendekatan trdisional atu mekanistik, yaitu seorang guru secara aktif mengajarkan materi pembelajaran, kemudian memberi contoh dan latihan, disisi lain peserta didik berfungsi sebagai mesin, mereka hanya mendengar, mencatat, dan
mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru.2 Dari contoh ini, guru masih menggunakan komunikasi satu arah, dimana guru aktif dan paserta didik pasif. Seorang guru hanya mengajar dan siswa memperhatikan, mencatat dan mengerjakan latihan lalu dilanjutkan dengan pemberian ulangan. Pembelajaran seperti ini berdampak pada situasi kelas menjadi pasif, pembelajaran membosankan dan pembelajaran menjadi tidak bermakna karena peserta didik tidak terbawa dalam pengalaman pembelajarannya. Pada akhirnya hasil belajar peserta didik menjadi turun.
Pembelajaran kimia akan mengena dan menyenangkan pada peserta didik, bila peserta didik diperhatikan. Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha mengerti keadaan peserta didik. Beberapa situasi peserta didik yang harus diketahui seperti konsepsi awal peserta didik, pemikiran peserta didik, konsep yang telah dimiliki, tingkah laku, perkembangan kognitif, dan situasi psikologis peserta didik. Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah peserta didik secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan pendidikan harus ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Pada kenyataannya, dalam penyelenggaraan pendidikan ditemukan beberapa masalah kompleks yang pemecahannya tidak cukup dengan sains, tetapi juga secara filosofis. Seperti pembelajaran di kelas terkadang dijumpai gejala yang tidak seimbang di mana guru sekadar menyampaikan bahan mengajar tanpa dilandasi dengan kesadaran ingin memahamkam kepada peserta didik, sehingga peserta didik kurang respek dan tidak merespon dengan baik. Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar mengajar dapat ditunjukkan dalam berbagi bentuk, seperti berubah pengetahuannya, kecakapan, pemahaman, sikap tingkah laku, dan kemampuannya.3
2
Fatah Syukur, Tekhnologi Pendidikan (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 137-138
3
Nana Sudjana, Proses-Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995), hlm. 28
Agar pemahaman peserta didik mengalami peningkatan dan kegiatan belajar mengajar lebih efektif, maka salah satu alternatif yang diambil adalah melalui penggunaan metode guided discovery. Penelitian ini berfokus ke arah melalui keefektifan metode guided discovery, melalui kerjasama dengan guru bidang studi kimia. Dengan menggunakan metode guided discovery yang dipersiapkan dengan baik, diharapkan guru kimia telah membantu peserta didiknya mengaktifkan unsur-unsur psikologis yang ada dalam diri mereka seperti, pengamatan, daya ingatan, minat, perhatian, berfikir fantasi, emosi dan perkembangan kepribadian mereka. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Keefektifan Metode Pembelajaran
Guided Discovery Terhadap Hasil Belajar Ikatan Kimia Siswa Kelas X MAN
Lasem Tahun Pelajaran 2010/2011 B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi antara lain, sebagai berikut:
1. Pentingnya metode pembelajaran sebagai alat komunikasi dalam proses belajar mengajar.
2. Materi belajar yang bersifat abstrak menyebabkan munculnya suatu permasalahan, siswa merasa kesulitan dalam memahami konsep tersebut sehingga diperlukan metode pengajaran yang lebih efektif agar lebih mudah dipahami oleh siswa.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut:
1. Keefektifan
Keefektifan yang berarti keadaan berpengaruh, ada efeknya (pengaruh, akibat) keberhasilan serta usaha-usaha. Dikatakan efektif apabila mencapai tujuan. Efektif menurut taraf ketercapaian tujuan.4
2. Metode Guided Discovery
4
Anonym, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) hlm.284
Menurut Encylopedia of Educational Reseach, penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat dibentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi peserta didik untuk untuk mencapai tujuan pendidikannya.5 Guided discovery adalah proses
pembelajaran dimana peserta didik untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan menemukan sendiri peserta didik dapat mengerti secara mendalam.6
3. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum.7 Prestasi belajar sering dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil tidaknya peserta didik setelah belajar.
4. Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah zat yang bereaksi satu sama lain atom-atomnya dan cenderung untuk memperoleh, kehilangan atau memakai bersama-sama elektron sehingga masing-masing atom akan mencapai keadaan elektron kulit terluar yang stabil (penuh).8
5
B. Suryosubrotro, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm.178
6
Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Kontruktivistik Dan Menyenangkan, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), hlm.72
7
Nana Sudjana, Dasar-Dasar dan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2008), hlm. 45
8
D. Perumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Seberapa besar keefektifan pengunaan metode guided discovery terhadap hasil belajar pada materi ikatan kimia di MAN Lasem Rembang?
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti.
Menambah pengetahuan khususnya di bidang pendidikan, yaitu penggunaan metode guided discovery dalam pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir mandiri dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran kimia.
b. Meningkatkan hasil belajar kimia khususnya pada materi ikatan kimia. 3. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran kimia dalam rangka mewujudkan pelajaran yang berkualitas dan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah.
4. Bagi Sekolah
Diperolehnya ketepatan implementasi pembelajaran sesuai tuntutan KTSP sehingga sekolah dapat bertanggungjawab terhadap mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dengan penelitian ini sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori 1. Keefektifan
Keefektifan atau efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju, yaitu bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemampuannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Mengacu pada pengertian tersebut, efektivitas dapat diartikan tercapainya tujuan belajar dalam proses belajar. Menurut Mulyasa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota.9
Sedangkan menurut Sugiyono indikator efektivitas penggunaan metode adalah kecepatan pemahaman murid pada pelajaran lebih tinggi, murid bertambah kreatif dan hasil belajar meningkat.10 Maka efektivitas dalam penelitian ini hanya terbatas pada dua indikator tercapainya tujuan belajar dalam proses belajar dengan menggunakan metode guided
discovery yaitu dengan meningkatnya hasil belajar aspek kognitif dan
meningkatnya aktivitas siswa yang merupakan hasil belajar aspek afektif.
9
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 89
10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D), (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet.3, hlm. 415.
2. Metode Pembelajaran Guided Discovery a. Pengertian
Kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Dalam belajarnya siswa menemukan sesuatu sendiri yang baru. Metode guided discovery atau biasa disebut metode penemuan terbimbing adalah bagian dari metode penemuan dimana bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas sehingga peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing siswa. Dalam hal ini para siswa diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya dan harus diusahakan jawaban atau hasil akhir tetap ditemukan sendiri oleh siswa.
Guided discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya, mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Yang dimaksud konsep misalnya: segitiga, demokrasi, panas, energi dan sebagainya. Sedangkan prinsip misalnya: logam apabila dipanasi mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme.11
Dalam pembelajaran guided discovery (penemuan terbimbing) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.12
Yang menarik adalah bahwa guided discovery selalu dalam situasi problem solving, dimana pelajar dihadapkan pada pengalaman
11
Roestiyan N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), hlm. 20.
12
sendiri dan pengetahuan awal mereka, untuk menemukan kebenaran atau pengetahuan baru yang harus dipelajari. Anggapan dasar dari model pembelajaran guided discovery adalah bahwa apa yang dipelajari sendiri akan dimengerti lebih baik.
Dalam model ini siswa berperan aktif dalam proses belajar dengan :
1) Menjawab berbagai pertanyaan atau persoalan.
2) Memecahkan persoalan untuk menemukan konsep dasar.
Para guru berubah dari menyajikan informasi dan konsepnya, menjadi mengajak siswa bertanya, melihat dan mencari sendiri. Guru hanya memberikan pengarahan. Guided Discovery terjadi bila seseorang sungguh terlibat dengan proses berpikir untuk menemukan konsep atau prinsip-prinsip. Dalam model ini keaktifan siswa sangat penting.
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode
Guided Discovery . Hal ini disebabkan karena :
1) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar aktif. 2) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan anak.
3) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
4) Dengan menggunakan strategi penemuan anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri. 5) Dengan metode penemuan ini anak berfikir analisis dan mencoba
memecahkan problem yang dihadapi sendiri. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.13 Dengan demikian
13
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 177
diharapkan metode penemuan ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.
b. Urutan Model Guided Discovery
Dengan menggunakan metode pembelajaran guided discovery untuk mengajarkan suatu mata pelajaran, maka guru mata pelajaran dapat menempuh tahapan pembelajaran sebagai berikut:
1. Persoalan diajukan oleh guru. Guru mengajukan persoalan yang harus dicari pemecahannya oleh siswa.
2. Siswa memecahkan persoalan itu. Siswa berkelompok mulai mencari pemecahan persoalan tersebut. Untuk dapat memecahkan persoalan itu langkah-langkah yang digunakan adalah :
a) Mengamati. Siswa mengamati gejala atau persoalan yang dihadapi.
b) Menggolongkan. Siswa mengklasifikasi apa-apa yang ditemukan dalam pengamatan sehingga menjadi lebih jelas. c) Memprediksi. Siswa diajak untuk memperkirakan mengapa
gejala itu terjadi atau mengapa persoalan itu terjadi.
d) Mengukur. Siswa melakukan pengukuran terhadap apa yang diamati untuk memperoleh data yang lebih akurat.
e) Menguraikan atau menjelaskan. Siswa dibantu untuk menjelaskan/ menguraikan dari pengamatan tersebut.
f) Menyimpulkan. Siswa mengambil kesimpulan dari data-data yang didapatkan.
3. Konsep baru dijelaskan. Bila ada konsep baru yang perlu ditambahkan, guru dapat menambahkannya sehingga pengertian siswa menjadi lebih lengkap.14
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Guided Discovery Kelebihan metode ini adalah:
14
Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenagkan (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), hlm. 73 -74.
a. Siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya, sebab ia berfikir dan tidak sekedar mendengarkan informasi atau menelan seonggok ilmu pengetahuan yang telah disiapkan.
b. Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep atau rumus, sebab siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus terebut.
c. Metode ini memungkinkan sikap ilmiah, menimbulkan semangat ingin tahu dari para siswa.
d. Dengan merasa menemukan sendiri, siswa merasa puas dan dengan kepuasan mental sebagai nilai intrinsisk terpenuhi. Hal ini mengakibatkan siswa ingin menemukan lebih lanjut.
e. Dengan metode penemuan terbimbing, guru tetap mempunyai kontak pribadi dengan murid.
f. Metode ini membatasi guru untuk menambah materi baru, bila ternyata siswa belum memahami materi yang telah dipelajari. Sedangakan kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut: a. Memakan waktu banyak, jadi lambat. Selain itu juga belum ada
kepastian apakah siswa akan tetap bersemangat menemukan. b. Tidak setiap guru mempunyai semanagat dan kemampuan
mengajar dengan metode ini. Lagi pula guru yang pekerjaannya banyak, metode tersebut dirasakan terlalu memberatkan.
c. Tidak setiap siswa dapat diharapkan sebagai seorang penemu. Ketidakpastian intelektual siswa harus diperhitungkan. Apabila bimbingan guru tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa, akan merusak struktur kognitifnya. Demikian pula, bila bimbingan itu terlampaui banyak akan mematikan inisiatif siswa. d. Metode ini tidak dapat digunakan untuk setiap mata pelajaran.
e. Kelas harus tidak terlalu besar karena metode ini memerlukan perhatian guru terhadap masing-masing individu peserta didik.15
3. Hasil Belajar Siswa a. Pengertian Belajar
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Ernest dalam bukunya Theories of Learning, berpendapat bahwa:
Learning is the process by which an activity originates or is changed through reacting to an encountered situation, provided that the characteristics of the change in activity cannot be explained on the basis of native response tendencies, maturation, or temporary states of the organism (e.g., fatigue, drugs, etc.) 16
Artinya: Belajar adalah proses dimana suatu aktivitas berasal atau berubah melalui reaksi terhadap suatu situasi dalam pertemuan, ditetapkan dengan ciri khusus dari perubahan aktivitas yang tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan balasan asal, pendewasaan, atau keadaan sementara dari makhluk hidup (contoh: kelelahan, obat-obatan, dll.)
Konsep belajar konstruktivisme menurut Piaget, telah terjadi dua proses pada saat manusia belajar, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi. Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. proses adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan. Pertama, menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang diterima oleh manusia. Kedua, mengubah struktur pengetahuan yang sudah
15
Ibid, hlm.75
16
Ernest R. Hilgard, Gordon H. Bower, Theories of Learning, (New York: Appleton-Century-Crofts, 1966), ed. 3, hlm. 2
dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga akan terjadi keseimbangan.17
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan tingkah manusia dan segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peran penting dalam perkembangan kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan prestasi manusia sehingga seseorang harus mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peran penting dalam proses psikologis.
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan pada diri orang yang belajar, baik itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik, yang direncanakan ataupun tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.18 Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.19
Belajar adalah suatu hal yang sangat ditekankan dan dianjurkan, bahkan Allah berjanji akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman lebih tinggi beberapa derajat. Seperti firman Allah:
Æìsùö•tƒ
ª!$#
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
öNä3ZÏB
tûïÏ%©!$#ur
(#qè?ré&
zOù=Ïèø9$#
;M»y_u‘yŠ
... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...(QS.Al-Mujadalah: 11 )20
17
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2010), hlm. 118
18
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.155
19
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), hlm.85
20
Menurut Gagne sebagaimana dikutip Nana Sudjana, belajar dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses ada delapan tipe perbuatan belajar, yakni:
1) Belajar signal, bentuk belajar ini paling sederhana yaitu memberikan reaksi terhadap rangsangan.
2) Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu belajar memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi
reinforcement atau penguatan.
3) Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala/ faktor yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan (rangkaian) yang berarti.
4) Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya.
5) Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang diterimanya.
6) Belajar konsep yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu.
7) Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep.
8) Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip.21
Kedelapan tipe di atas disusun mulai dari yng sederhana hingga kompleks. Dengan kata lain mempunyai hubungan hirarki. Belajar ditinjau dari segi proses, seperti dikemukakan di atas memberi petunjuk bagaimana perbuatan belajar itu dilakukan, bagaimana terjadinya perbuatan belajar.
Belajar yang dimaksud di sini tak hanya mencakup aspek intelektual, melainkan melibatkan seluruh kepribadian si pelajar. Seluruh aspek yang menunjang terbentuknya kepribadian terlihat dalam kegiatan belajar, atau lebih tepatnya ikut dibelajarkan. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku sesorang setelah mengalami peristiwa belajar. Pada hakekatnya, perubahan tingkah laku juga perubahan kepribadian pada diri si pembelajar. Tingkah laku itu dapat meliputi pengetahuan, sikap, ketrampilan, kemampuan,
21
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995), hlm.46-47
kebiasaan, perasaan, penanggapan terhadap sesuatu, hubungan atau interaksi sosial, dan sebagainya.22
Sedangkan belajar yang berkenaan dengan hasil, dalam pengertian ini banyak hubungannya dengan tujuan pengajaran, Gagne sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana mengemukakan ada lima jenis atau lima tipe, yakni:
1) Belajar kemahiran intelektual (kognitif)
Dalam tipe ini termasuk belajar diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi yakni kesanggupan membedakan beberapa obyek berdasarkan ciri-ciri tertentu. Belajar konsep yakni kesanggupan menempatkan obyek yang mempunyai ciri yang sama menjadi satu kelompok (klasifikasi tertentu). Konsep diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan dan banyak terjadi dalam realitas kehidupan.
2) Belajar informasi verbal
Pada umumnya belajar berlangsung melalui informasi verbal, apalagi belajar di sekolah, seperti membaca, mengarang, bercerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan menyatakan pendapat dengan bahasa lesan/tulisan, berkomunikasi, kesanggupan memberi arti dari setiap kata/kalimat dan lain-lain.
3) Belajar mengatur kegiatan intelektual
Kalau dalam belajar kemahiran intelektual ditekankan kepada belajar diskriminasi, belajar konsep, dan kaidah, maka dalam belajar mengatur kegiatan intelektual, yang ditekankan ialah kesanggupan memecahkan masalah melalui konsep dan kaidah yang telah dimilikinya.
4) Belajar sikap
Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, apakah berarti atau tidak bagi dirinya itulah sebabnya sikap berhubungan dengan pengetahuan, dari perasaan seseorang terhadap obyek.
5) Belajar ketrampilan motorik
Belajar ketrampilan motorik banyak berhubungan dengan kesanggupan menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cermat, dan lancar.23
22
Burhan Nurgiantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta: BPFE, 1998), hlm.59
23
Perubahan seseorang banyak sekali. Baik sifat maupun jenisnya karena sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun psikomotorik. Ciri-ciri belajar, meliputi:
1) Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaanya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. Misalnya jika seseorang anak belajar menulis maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus menerus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur dan sebagainya. Disamping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimiliki ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha orang yang bersangkutan. Misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus memiliki bahwa akan makin berkembang kalau terus digunakan atau dilatih.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah mengetik atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya, dengan demikian perubahan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh jika seorang anak telah belajar naik sepeda maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda itu, akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya. 24
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.25 Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu, yang dikatakan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar yang diperoleh melalui usaha dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar.
c. Aspek-aspek hasil belajar
1) Aspek hasil belajar bidang kognitif
Aspek hasil belajar bidang kognitif meliputi pengetahuan, hafalan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation).
24
Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV. Yrama Widya, 2010), Cet 1, hlm. 2-4
25
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 895
a) Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. b) Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang
untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila dapat memberikan penjelasan atau memberi uaraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
c) Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. d) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.
e) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang
merupakan kebalikan dari berpikir analisis. sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola baru. f) Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan sesorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide.26 Kegiatan penilaian dapat dapat dilihat dari segi tujuannya, cara bekerjanya, cara pemecahannya, metode, materinya.27
26
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.50-52
27
Ngalim Purwanto, Prinsipi-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 47
2) Aspek hasil belajar bidang afektif
Aspek hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti atensi atau perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan lain-lain.
Ada beberapa tingkatan aspek afektif sebagai tujuan dan aspek hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkatan yang kompleks yaitu:
a) Receiving/ attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah, situasi, gejala.
b) Responding atau jawaban. Yakni reaksi yang diberiakan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
c) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan niali dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.
d) Organisasi, yakni pengembangan nilai sebagai suatu sistem organisasi, temasuk menentukan hubungan satu nilai yang telah dimilikinya.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi 2 faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri peserta didik itu dan faktor dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan.
1. Faktor internal
a) Faktor jasmaniyah 1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya. Proses belajar mengajar akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang semangat, mudah pusing.
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurma mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Jika ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatan.
b) Faktor Psikologis 1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan dalam situasi yang baru, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dalam situasi yang sama, peserta didik yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
2) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin hasil belajar yang baik maka peserta didik harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari.
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, ia tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.
4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat juga mempengaruhi belajar. Jika pelajaran yang dipelajari peserta didik sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik.
5) Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong peserta didik agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang peserta didik.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika peserta didik belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan mempengaruhi belajar. Agar peserta didik dapat belajar dengan baik, haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar.
1) tidur 2) istirahat
3) mengusahakan variasi dalam belajar
4) menggunakan obat-obat yang bersifat melancarkan peredaran darah.
2. Faktor eksternal a. Faktor keluarga
1) Cara orang tua mendidik 2) Relasi antara anggota keluarga 3) Suasana rumah
4) Keadaan ekonomi keluarga b. Faktor sekolah
1) Metode mengajar 2) Kurikulum
3) Hubungan guru dengan peserta didik
4) Hubungan peserta didik dengan peserta didik 5) Disiplin sekolah
6) Alat pelajaran 7) Waktu sekolah
8) Standar pelajaran di atas ukuran 9) Keadaan gedung
10) Metode belajar 11) Tugas rumah c. Faktor masyarakat
1) Kegiatan peserta didik dalam masyarakat 2) Mass media
3) Bentuk kehidupan masyarakat28
28
4. Ilmu Kimia
Ilmu kimia mempelajari unsur-unsur yang menyusun semua zat yang ada, yakni meliputi strukturnya, bagaimana reaksinya pada kondisi yang berbeda.29 Ilmu kimia merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science), yaitu sekumpulan ilmu yang mempelajari segala materi (zat) yang terdapat di alam semesta ini, baik materi yang hidup, yang tumbuh, maupun mati.Ilmu pengetahuan alam mempelajari segala materi yang terdapat di alam semesta. Karena itu, jelaslah bahwa ilmu ini mempunyai ruang lingkup yang luas dan tidak mungkin dikuasai oleh seseorang, sehingga harus dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar masing-masing bagian-bagian dapat diselidiki dan dipelajari dengan seksama, antara lain ilmu fisika, kimia, biologi, geologi, dan astronomi. Tetapi diantara bidang-bidang ilmu pengetahuan itu saling berkaitan erat dan tidak jelas batasannya sehingga dibagi lagi atas ilmu biofisika, geokimia, astrofisika, dan lain-lain.
Yang sangat erat hubungannya dengan ilmu kimia adalah ilmu alam (fisika) dan biologi. Jika dalam biologi yang menjadi bahan penyelidikan adalah materi hidup atau tumbuh maka ilmu kimia dan fisika mempelajari yang mati. Meskipun kimia dan fisika mempunyai bahan penyelidikan yang sama, namun arah dan tujuannya berbeda atau bidangnya berbeda-beda. Ilmu kimia mempelajari susunan zat (materi), sifat zat, perubahan zat, perubahan energi yang menyertai perubahan zat itu, dan dalam perubahan itu terbentuk zat yang baru dan sifat-sifat yang baru pula.30
5. Ikatan Kimia
Pada penelitian ini, peneliti memilih materi pokok ikatan kimia yang meliputi kestabilan atom, ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam.
29
Agusniar Trisna Miati, Kamus Kimia Bergambar, (Jakarta: Erlangga, 2000), hlm. 2
30
a. Kestabilan atom
Susunan elektron stabil mengikuti kaidah oktet dan duplet. Seperti yang terlihat pada Tabel 2.1
1) Kaidah oktet menyatakan bahwa atom-atom cenderung mengikuti 8 elektron pada kulit terluar seperti konfigurasi elektron gas mulia 2) Kaidah duplet menyatakan atom-atom dengan nomer atom kecil
cenderung memiliki 2 elektron pada kulit terluar seperti konfigurasi elektron gas mulia He
Tabel 2.1 Konfigurasi gas mulia
Unsur Gas Mulia Nomer Atom 2 Konfigurasi Elektron He Ne Ar Kr Xe Rn 2 10 18 36 54 86 2 2 8 2 8 8 2 8 18 8 2 8 18 18 8 2 8 18 32 8
Untuk memenuhi kaidah tersebut maka akan terjadi pelepasan dan penerimana elektron
1) Pelepasan elektron
Suatu unsur akan melepaskan elektron valensinya sehingga membentuk ion positif yang bermuatan sejumlah elektron yang dilepaskan 11Na melepaskan 1 elektron 11Na++ e ( 2 8 1) (2 8 ) 20Ca melepaskan 2 elektron 20Ca2+ + 2e ( 2 8 8 2 ) ( 2 8 8 ) 13Al melepaskan 3 elektron 13Al3+ + 3e ( 2 8 3 ) ( 2 8 )
Unsur yang cenderung melepaskan elektron adalah unsur logam yang berada pada golongan IA, IIA, IIIA, (elektron valensi)
2) Penerimaan elektron
Suatu unsur akan menarik elektron dari luar sehingga unsur tersebut akan bermuatan negatif sebesar elektron yang ditariknya.
Unsur golongan VIA, menerima 2 elektron
8O + 2e- menerima 2 elektron 8O ( 2 6 ) ( 2 8 )
Unsur golongan VIIA, menerima 1 elektron
17Cl + e- menerima 1 elektron 17Cl ( 2 8 7) ( 2 8 8)
Unsur-unsur yang cenderung menarik elektron adalah unsur non logam yang berada pada golongan VA, VIA, VIIA (elektron valensi 5, 6, 7). Dari pelepasan dan penerimaan elektron akan terbentuk ikatan kimia
Atom-atom dari unsur yang tidak stabil mempunyai kecenderungan bergabung dengan atom-atom lain (atom yang sama maupun berbeda). Atom-atom tersebut bergabung melalui suatu ikatan kimia. Terdapat sekelompok unsur yang atomnya stabil meskipun tidak bergabung melalui ikatan kimia. Terdapat sekelompok unsur yang atomnya stabil meskipun tidak bergabung dengan atom lain, yaitu unsur-unsur gas mulia, yang terdiri atas: helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), xenon (Xe), dan radon (Rn). Atom-atom gas mulia dapat berdiri sendiri sebagai atom tunggal (monoatomik) dalam keadaan stabil.
Berdasarkan analisis partikel-partikel penyusun atom penyebab stabil-tidaknya suatu atom adalah bagaimana elektron-elektron atom itu tersusun atau konfigurasi elektronya. Dari konfigurasi elektron, Kossel dan
Lewis membuat kesimpulan bahwa atom-atom akan stabil bila konfigurasi
elektron terluarnya dua (duplet) dan delapan (oktet).
Untuk mencapai keadaan stabil maka atom-atom akan membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia. Untuk membentuk konfiguraasi elektron seperti gas mulia, dapat dilakukan dengan cara membentuk ion atau membentuk pasangan elektron bersama.31
31
b. Ikatan Ion
1) Pengertian dan proses terbentuknya ikatan ion
ion adalah partikel bermuatan listrik, terbentuk jika sebuah atom kehilangan atau mendapat satu elektron atau lebih untuk mendapat satu elektron atau lebih untuk membentuk kulit terluar yang stabil. Ikatan ion terbentuk ketika dua unsur saling bereaksi bersama-sama membentuk ion, dihasilkan kation (ion yang bermuatan positif) dan anion (ion yang bermuatan negatif) yang mempunyai muatan listrik berlawanan, dan saling tarik menarik satu sama lain. Unsur-unsur logam biasanya mempunyai energi ionisasi yang rendah, sedangkan unsur-usur non logam mempunyai afinitas elektron yang tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa antara unsur-unsur logam dengan unsur-unsur non logam umumnya akan membentuk ikatan ion.32 Pada Gambar 2.1 menjelaskan bahwa pada ikatan ion, unsur logam memindahkan elektron pada nonlogam. Akan terjadi serah terima elektron sehingga akan terjadi tarik menarik antara atom logam yang bermuatan positif dengan atom logam yang bermuatan negatif.
Contoh reaksi pembentukan ikatan ion terdapat pada Gambar 2.2
11Na : 2e 8e 1e Na+: 2e 8e +1e 17Cl : 2e 8e 7e + 1e Cl- : 2e 8e 8e
32
Agusniar Trisna Miati, Op. cithlm. 16
Atom dari unsur golongan I dan II mencapai oktet dengan melepaskan elektronnya dan membentuk kation, atom dari unsur golongan VI dan VII juga melakukan hal yng sama dengan menerima elektron dan membentuk anion. Reaksi unsur logam di sebelah kiri tabel berkala dengan unsur nonlogam di sebelah kanan selalu memindahkan elektron secukupnya untuk membentuk ion dengan oktet lengkap.33
2) Sifat-sifat senyawa ion
Senyawa ion adalah suatu senyawa yang komponen penyusunnya terikat satu sama lain dengan ikatan ion. Senyawa ion tidak memiliki molekul, hanya ada kation dan anion yang saling tarik menarik untuk membentuk kristal-kristal ion. Jumlah ion positif dan negatif dalam setiap unit kristal tidak dapat ditentukan secar tepat karena semakin besar ukuran kristal semakin banyak jumlah ion-ion penyusunnya. Meskipun demikian, perbandingan jumlah ion-ion positif dan ion-ion negatif selalu tetap.
Secara umum sifat senyawa ion dipengaruhi oleh struktur kristal ion tersebut. Beberapa sifat khas senyawa ion, antara lain: a. senyawa-senyawa ion dalam dalam keadaan padat tidak
tersusun dari molekul-molekul tetapi tersusun dari ion-ion. b. senyawa-senyawa ion berupa elektrolit.
c. Ikatan yang cukup kuat dari ion negatif dan ion positif dengan gaya elektro statis mengakibatkan titik lebur dan titik didihnya relatif tinggi.
33
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb+, Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 59
d. senyawa-senyawa ion larut dalam air atau pelarut-pelarut sejenis, tidak larut dalam benzena atau pelarut-pelarut organik yang lain.34
3) Ikatan campuran ion dan kovalen
Bila dua atom atau lebih saling berdekatan, elektron-elektronya berinteraksi dan membentuk susunan atom baru di seputar inti yang memiliki energi potensial total yang lebih rendah dari pada atom yang terisolasi. Pengurangan energi ini menstabilkan susunan itu relatif terhadap atom terisolasi tersebut melalui pembentukan ikatan kimia. Bila elektron digunakan bersama diantara atom, ikatan diantara keduanya disebut ikatan kovalen. Bila elektron berpindah dari satu atom ke atom lain, ikatan yang dihasilkan disebut ikatan ionik. Meskipun diketahui banyak contoh nyata dari kedua model ideal ekstrim ini, kebanyakan ikatan nyata tidak ada yang benar-benar ionik atau sepenuhnya kovalen. Molekul nyata menunjukkan adanya suatu kontinue dari ikatan ionik murni sampai ikatan kovalen murni, dn kebanyakan memiliki sifat campuran antara ionik dan kovalen.
Di dalam suatu senyawa kadang-kadang terbentuk ikatan kovalen dan ikatan ion sekaligus. Bahkan dapat pula terjadi ikatan yang terbentuk merupakan ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan koordinasi. Dalam hal ini, untuk menggambarkan struktur lewisnya harus jelas ion positif dan ion negatifnya.35
c. Ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah pemakaian elektron bersama antara atom di dalam molekul sehingga masing-masing mencapai keadaan kulit terluar yang stabil. Elektron yang saling berbagi secara berpasangan disebut pasangan elektron (setia pasangan membentuk satu ikatan kovalen). Ikatan kovalen dalam satu molekul sangat kuat. pada
34
Sukardjo, Ikatan Kimia, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 48
35
umumnya senyawa kovalen (senyawa yang molekulnya memiliki ikatan kovalen internal) memiliki ikatan kovalen antar molekul yang tidak terlalu kuat, sehingga biasanya senyawa kovalen berwujud cair atau gas. senyawa kovalen tidak menghantar listrik karena tidak memiliki ion. Lihat Gambar 2.3 pada pembentukan ikatan kovalen
Untuk membentuk satu ikatan kovalen tunggal, setiap atom menyunbangkan 1 elektron kulit terluarnya. Bila antara antara kedua terbentuk ikatan kovalen ganda (rangkap) maka setiap atom akan menyumbangkan elektron sesuai dengan derajat penggandaanya. pada umumnya ikatan kovalen terjadi antara unsur atau atom yang sejenis, antara unsur non logam yang memiliki elektronegativitas yang kecil. Sifat unsur senyawa yang memiliki ikatan kovalen:
1) Titik didih dan titik leleh rendah 2) Mudah menguap
3) Kovalen polar bersifat elektrolit
4) Kovalen non polar bersifat non elektrolit Jenis ikatan kovalen:
1) Ikatan kovalen tunggal
Ikatan kovalen yang terbentuk ketika satu pasangan elektron dipakai bersama oleh dua atom. Penggunaan bersama sepasang elektron untuk mencapai kestabilan.
Contoh: H-H (H2) H-Cl (HCl)
Cl-Cl (Cl2) H-O-H (H2O)
2) Ikatan kovalen rangkap
ikatan kovalen yang terbentuk ketika dua atau tiga pasang elektron dipakai bersama antara dua atom. Penggunaan bersama dua atau tiga pasang elektron untuk mencapai kestabilan.
contoh:
Rangkap dua: O = O (O2) O = C =O (CO2)
Rangkap tiga N = N (N2) H C C - H
3) Ikatan kovalen polar
Kepolaran senyawa yang berikatan kovalen disebabkan adanya perbedaan harga keelektronegatifan. Adanya perbedaan harga keelektronegatifitas menyebabkan pasangan elektron ikatan lebih tertarik kesalah satu unsur sehingga membentuk dipol. Elektron terkumpul pada salah satu unsur sehingga membentuk dipol positif dan dipol negatif. Unsur dengan ikatan kovalen ini memiliki perbedaan elektronegatifitas tinggi, biasannya memiliki bentuk molekul yang tidak simetris dan memilki pasangan elektron bebas.
Contoh: HF, HCl, HI, FBr, H2O, NH3
4) Ikatan kovalen non polar
Unsur-unsur yang berikatan dengan perbedaan harga elektronegatifan sama menyebabkan elektron tersebar merata sehingga molekul tidak bermuatan. Bentuk molekul unsur yang memiliki ikatan kovalen non polar adalah simetris dan tidak memiliki pasangan elektron bebas.
Contoh: H2, CI2, CCI4, CH4
5) Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi atau sering disebut ikatan kimia semi polar adalah ikatan yang pasangan elektron bersamanya berasal dari salah satu pihak.
Contoh: pembentukan ion H3O+dan NH4+
H2O + H+ H3O+
NH3 + H+ NH4+
d. Ikatan logam
Ikatan logam adalah gaya tarik menarik antara partikel pada sebuah kisi logam raksasa (misalnya dalam logam). Kisi tersusun atas ion logam bermuatan positif dengan elektron valensi yang bergerak bebas diantara ion positif itu. Elektron bebas atau terdelokalisasi (elektron valensi tidak tetap pada posisinya atau berpindah pindah) membentuk ikatan diantara ion positif dan karena elektron tersebut dapat bergerak maka panas dan listrik dapat dihantarkan melalui logam. Gaya antara logam dengan ion sangat kuat. hal ini menyebabkan logam mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi, karena relatif diperlukan sejumlah besar energi untuk memutuskan gaya tersebut.36 Pada Gambar 2.5 menjelaskan tentang ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-elektron valensi antara atom-atom logam.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Skripsi Endang Roahiti (4301403087) yang berjudul Efektifitas Penggunaan Lembar Kerja Siswa Berbasis Discovery Terhadap Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Hidrokarbon Dan Minyak Bumi Bagi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Ungaran Peneliti menggunakan metode discovery untuk
36
Agusniar Trisna Miati, Op. cit, hlm. 20
mengetahui keefektifan dari metode tersebut dalam pembelajaran kimia terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada kelas yang diberi pembelajaran metode discovery adalah 71,83 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar pada kelas yang diberi pembelajaran ekspositori (kelas kontrol) adalah 59,67). Maka kelompok eksperimen lebih baik sehingga pembelajaran kimia dengan menerapkan metode discovery lebih efektif.
Skripsi Mufti Ali (04310224) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok Melalui Metode Discovery dengan Alat Peraga pada Siswa Kelas VII A Semester 2 SMPN 2 Mayong Tahun Pelajaran 2007/2008. Peneliti menggunakan metode discovery dalam pembelajaran matematika, untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus 1 prestasi siswa menunjukkan rata-rata kelas 7,69 dengan ketuntasan belajar 74,2%, sedangkan pada siklus II rata-rata kelas 8,15 dengan ketuntasan belajar 87,1%. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar meningkat, yaitu pada siklus I keaktifan siswa 71,25%. Dan pada siklus II keaktifan siswa 81,25%.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, berbeda baik dari segi materi maupun objek yang diteiliti, maka penulis mengambil judul penelitian Keefektifan Metode Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada Materi Pokok Ikatan Kimia Siswa Kelas X MAN Lasem Tahun Pelajaran 2010/2011. Dalam penelitian ini sama-sama bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti bawah dan thesa yang berarti kebanaran. Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara yang mungkin benar atau mungkin juga salah dugaanya. Hipotesis akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta-fakta
membenarkannya. Dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan sementara dan masih diperlukan lagi uji kebenarannya.37 Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.38 Dari permasalahan yang ada, dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran
guided discovery efektif digunakan dalam pembelajaran kimia materi ikatan
kimia.
37
Amirul Hadi, Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hlm. 117
38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian
Berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, materi ikatan kimia diajarkan pada peserta didik kelas X semester gasal. Oleh karena itu penelitian dilaksanakan pada waktu semester gasal tahun pelajaran 2010/ 2011.
b. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di MAN LASEM REMBANG.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan mengajukan prosedur yang reliable dan terpercaya.39 Dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono, penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu dalam kondisi yang terkendalikan. Oleh karena itu, dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment), dan adanya kelompok kontrol.40
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada. Dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan dari subyek penelitian. 41
39
Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.10
40
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D), (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet.3, hlm. 72
41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2006), hlm. 130
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN Lasem Rembang. Sehingga penelitian ini dapat dikategorikan penelitian eksperimen.
2. Sampel
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti atau obyek sesungguhnya dari suatu penelitian.42 Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas, yaitu satu kelas yang akan mendapatkan pembelajaran dengan model guided discovery dan
selanjutnya disebut sebagai kelas eksperimen. Sedangkan kelas yang kedua adalah yang memperoleh pembelajaran tanpa menggunakan model guided
discovery kelas ini sebagai kelas kontrol.
3. Teknik pengumpulan sampel
Untuk pengambilan sampel masing-masing kelas diambil secara acak menggunakan teknik cluster random sampling. Maka yang dipilih bukan individu perseorangan melainkan sekelompok individu yang menempati ruang kelas tertentu. Adapun cara yang digunakan dalam
cluster random sampling adalah dengan cara undian terhadap kelas X
MAN Lasem Rembang.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan peneliti dalam teknik pengumpulan datanya, sebagai berikut:
1. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.43 Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data tentang siswa dan data prestasi belajar mata pelajaran kimia siswa kelas X MAN Lasem.
42
Ibid, hlm. 131
43
2. Metode Observasi
Metode observasi yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.44 Metode observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilakukannya tindakan. Data diambil dengan menggunakan lembar observasi dalam proses belajar mengajar.
3. Tes
Tes merupakan instrumen atau alat untuk mengukur perilaku atau kinerja (performance) seseorang. Alat ukur tersebut berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada masing-masing subjek yang menuntut pemenuhan tugas-tugas kognitif (cognitive tasks).45 Dalam penelitian ini metode tes dilakukan dengan:
1) Memberikan tes awal (pretest) yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengukur keadaan awal siswa.
2) Setelah materi selesai disampaikan, maka siswa pada kedua kelompok kelas diberi tes akhir (posttest) yang sama untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.
Teknik tes dalam penelitian ini dilakukan setelah perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen kelas kontrol dengan tujuan untuk mendapatkan data akhir apakah ada perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes diberikan kepada kedua kelas dengan alat tes yang sama. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif pilihan ganda. Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar kognitif peserta didik pada materi ikatan kimia dengan penggunaan metode guided discovery.
44
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet. 2, hlm. 158
45
D. Teknik Analisis Instrumen
Untuk mendapatkan data yang valid, maka instrumen yang digunakan juga harus valid. Untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen perlu diadakan pengukuran validitas dan reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal terhadap instrumen.
1. Tahap Penelitian
Tahap-tahap yang akan dilakukan pada suatu penelitian adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Peneliti merancang kelas yang akan dijadikan sampel.
2) Peneliti membuat instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan untuk penelitian.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Peneliti melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian. 2) Peneliti menguji coba, menganalisis dan menetapkan instrumen
penelitian. c. Penyusunan Laporan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dan melaporkan hasil-hasil penelitian.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal. Prosedur yang dilakukan dalam penyusunan instrumen ini adalah:
a. Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan oleh peneliti dan guru bidang mata pelajaran. Pada tahap ini ditentukan mengenai :
1) Materi Pokok yang diteskan.