• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter Kerja Keras - PENINGKATAN KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ENERGI PANAS DAN BUNYI YANG TERDAPAT DI LINGKUNGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF STRATEGI PREDICT DISCUSS EXPLAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter Kerja Keras - PENINGKATAN KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ENERGI PANAS DAN BUNYI YANG TERDAPAT DI LINGKUNGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF STRATEGI PREDICT DISCUSS EXPLAIN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter Kerja Keras

a. Pengertian Karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Salahudin (2013:42), menyatakan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Menurut Samani (2012:43), menjelaskan bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karakter dapat terbentuk dengan adanya dorongan pendidikan, sehingga pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan.

(2)

keinginan seseorang untuk melakukan yang terbaik, kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, kognisi dari pemikiran kritis dan alasan moral, dan pengembangan keterampilan interpersonal dan emosional yang menyebabkan kemampuan individu untuk bekerja secara efektif dengan orang lain dalam situasi setiap saat.

Berdasarkan dari pendapat mengenai karakter tesebut dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sikap-sikap dan perilaku seseorang dalam bertindak mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan kehidupan dengan sesama manusia menuju proses yang lebih baik dalam berinteraksi dengan manusia lain.

b. Kerja Keras

(3)

Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kerja keras yaitu usaha sungguh-sungguh yang terus dilakukan dalam penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan, sehingga dapat mengetahui karakteristik seseorang. Perilaku kerja keras sangat menunjang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Karakteristik kerja keras, bisa dikatakan sebagai perilaku seseorang yang dicirikan oleh beberapa kecenderungan. Kecenderungan tersebut dicirikan sebagai berikut:

1) Merasa risau jika pekerjaannya belum terselesaikan sampai tuntas. 2) Mengecek atau memeriksa terhadap apa yang harus dilakukan atau

apa yang menjadi tanggungjawabnya dalam suatu jabatan atau posisi.

3) Mampu mengelola waktu yang dimilikinya.

4) Mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya. (Kesuma, 2012:19)

Karakteristik nilai kerja keras dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Selalu mencari jenis pekerjaan yang disenangi, kemudian

melakukannya tanpa disuruh atau dikontrol oleh orang lain. 2) Menghargai hadiah yang diperoleh dari hasil kerja kerasnya.

3) Tidak terlalu berlebihan bekerja, hanya menjadi rutinitas dan kebiasaan, tetapi menghargai waktu untuk sesuatu yang lain dalam hidup.

(4)

5) Menghindari pekerjaan yang tidak menarik dan tidak bermanfaat bagi banyak orang. (Yaumi, 2014:95)

c. Pendidikan Karakter

Menurut Saptono (2011:23), menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebijakan-kebijakan ini (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2011:5) pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

(5)

yaitu sebagai proses pembelajaran di sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara melatih menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam kehidupan siswa.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut disimpulkan bahwa pendidikan karakter yaitu upaya yang dilakukan untuk membentuk watak siswa dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter dapat mendidk anak-anak menjadi bertanggung jawab secara moral dan warga negara disiplin.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter Menurut Zubaedi (2013:177), keberhasilan pendidikan karakter dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1) Faktor naluri, yaitu faktor corak dari refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang.

2) Faktor adat/kebiasaan, yaitu setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.

(6)

pengaruh lingkungan, adat dan pendidikan melainkan sifat-sifat bawaan sejak lahir.

4) Faktor lingkungan, yaitu segala sesuatu yang mengelilingi manusia yang turut mempengaruhi tingkah laku seseorang berada.

2. Prestasi Belajar

a. Hakikat belajar

1) Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2013:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

(7)

yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat ekplisit maupun implisit (tersembunyi).

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. (Djamarah, 2010:10)

Dari pendapat di atas disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dengan tujuan berinteraksi langsung dengan lingkungan yang menyangkut aspek organisme secara terus menerus sehingga terjadi pengalaman dan ada hasil yang dapat diperlihatkan.

2) Ciri-ciri Tingkah Laku dalam Belajar

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar menurut pendapat Slameto (2013:3), diantaranya:

a) Perubahan terjadi secara sadar. Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi suatu perubahan pada dirinya.

(8)

berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan tersebut senantiasa bertambah dan bertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan tersebut tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri. d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Ini berarti perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

(9)

3) Prinsip-prinsip Belajar

Slameto (2013:27) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip belajar, yaitu:

a) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

(1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

(2) Belajar harus dapat menimbulkan penguatan dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

(3) Belajar perlu lingkungan yang menentang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan belajar dengan efektif.

(4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. b) Sesuai hakikat belajar

(1) Belajar itu proses kelanjutan, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

(2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.

(10)

c) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

(1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa

mudah menangkap pengertiannya.

(2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. d) Syarat keberhasilan belajar

(1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

(2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

b. Pengertian Prestasi Belajar 1) Pengertian Prestasi

Arifin (2013:12), mengemukakan bahwa kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome).

(11)

telah melakukan kegiatan belajar, dapat diukur prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan suatu alat evaluasi.

Arifin (2013:12), mengemukakan bahwa prestasi belajar mempunyai fungsi utama antara lain :

a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

c) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(12)

masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

2) Indikator Prestasi Belajar

Menurut Syah (2011:216), mengungkapan prestasi belajar meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Indikator prestasi belajar ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Jenis dan Indikator Prestasi Belajar

Ranah/Jenis Prestasi Indikator

Ranah Kognitif:

1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan

2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali 3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 4. Aplikasi/penerapan 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 5. Analisis (Pemeriksaan

dan pemilihan secara

(13)

6. Sintesis (Membuat panduan baru dan utuh)

1. Dapat menghubungkan materi-materi, sehingga menjadi kesatuan baru 2. Dapat menyimpilkan 3. Dapat menggeneralisasikan

(Syah, 2011:217) c. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

Menurut Slameto (2013:54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

1) Faktor Internal (a) Faktor jasmani

Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Faktor kesehatan berarti keadaan yang sehat, proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Faktor cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

(b) Faktor psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain : inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kelelahan. 2) Faktor Eksternal

(14)

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. (b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

(c) Faktor masyarakat

Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar mencangkup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. (Slameto, 2013:60)

3. Pembelajaran IPA SD Berdasarkan KTSP

a. Pengertian IPA

(15)

dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Mulyasa (2009:111), pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagia aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Beberapa pendapat di atas mengenai IPA disimpulkan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang berkaitan dengan alam yang dapat diketahui melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah secara sistematik.

b. Hakikat IPA

(16)

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui ekperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Menurut Trianto (2010:141), hakikat IPA adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. b. Nilai-nilai IPA

Nilai-nilai yang terkandung dalam IPA menurut Trianto (2010:138) antara lain sebagai berikut:

1) Nilai Praktis

Nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung dapat dimanfaatkan masyarakat.

2) Nilai Intelektual

(17)

3) Nilai Sosial Budaya Ekonomi Politik

IPA mempunyai nilai-nilai sosial budaya ekonomi politik berarti kemajuan IPA dan teknologi suatu bangsa, menyebabkan bangsa tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam

percaturan sosial ekonomi politik internasional. 4) Nilai Kependidikan

Pelajaran IPA memiliki nilai-nilai kependidikan antara lain sebagai berikut:

a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah.

b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, dan mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah.

c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah.

5) Nilai keagamaan

Secara empiris orang yang mendalami mempelajari IPA, makin sadarlah dirinya akan adanya kebenaran hukum-hukum alam, sadar akan adanya keterkaitan di dalam alam dengan Maha Pengaturnya.

c. Tujuan mata pelajaran IPA

(18)

1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi.

4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka, benar, dan dapat bekerjasama.

5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.

d. Ruang lingkup IPA

Menurut Mulyasa (2009:112), ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat

(19)

3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

4. Materi Pokok Energi Panas dan Energi Bunyi

a. Standar Kompetensi

Standar kompetensi 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

c. Materi Pembelajaran 1. Energi Panas

Panas merupakan salah satu bentuk energi. Energi yang dihasilkan oleh panas disebut energi panas.

1) Sumber Enegi Panas

Segala sesuatu yang dapat menghasilkan panas disebut sumber panas. Energi panas dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

a) Matahari

Matahari merupakan sumber utama di bumi yang

digunakan oleh makhluk hidup. Energi yang dihasilkan

(20)

atap rumah, untuk menjemur pakaian yang kita cuci, juga

digunakan oleh petani untuk menjemur hasil panennya.

b) Energi panas yang dihasilkan karena gesekan benda

Selain matahari, energi panas juga dapat dihasilkan

dari gesekan antara dua buah benda. Gesekan tangan dan

gesekan dua batu menimbulkan panas. Gesekan adalah

suatu gerakan, maka perubahan energi gerak merupakan

sumber energi panas.

2. Energi Bunyi

Semua benda yang dapat mengeluarkan bunyi disebut sumber bunyi.

1) Sumber bunyi yang terdapat di lingkungan kita

Sumber bunyi yang paling mudah adalah alat musik. Untuk menghasilkan bunyi yang diinginkan masing-masing alat musik tersebut memiliki cara tersendiri.

2) Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar

Contoh benda yang bergetar menghasilkan bunyi yaitu angklung, balon yang ada pada kaleng serta pada saat kita berbicara pita suara yang ada di dalam tenggorokan juga bergetar.

3) Perambatan bunyi

(21)

(c) Bunyi merambat melalui udara.

5. Pembelajaran Kolaboratif

Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok bukan belajar dengan bekerja sendiri. Menurut Barkley, Cross dan Major (2012:6) pembelajaran kolaboratif adalah perpaduan dua atau lebih pelajar yang bekerja bersama-sama dan berbagi beban kerja secara setara sembari, secara berlahan, mewujudkan hasil-hasil pembelajaran yang diinginkan. Siswa bekerja dalam kelompok sehingga setiap siswa dapat saling membantu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Apabila saat mengerjakan tugas kelompoknya ada satu siswa yang mengerjakannya maka pembelajaran tersebut tidak bisa dikatakan sebagai pembelajaran kolaboratif.

Pembelajaran kolaboratif memiliki banyak manfaat. Menurut Warsono (2012:78), para ahli mengungkapkan manfaat yang dapat dipetik dari implementasi pembelajaran kolaboratif, antaranya:

a. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, b. Meningkatkan daya ingat siswa,

c. Membangun rasa percaya diri pada siswa,

d. Meningkatkan kepuasan murid karena bertambahnya pengalaman, e. Mengembangkan kecakapan interaksi sosial,

f. Meningkatkan pemahaman tentang adanya berbagai perbedaan, g. Pembelajaran kolaboratif membangun lingkungan komunitas yang

(22)

Berdasarakan manfaat di atas apabila pembelajaran kolaboratif dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat mengembangkan nilai-nilai karakter salah satunya yaitu kerja keras. Pembelajaran kolaboratif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran dimana siswa saling bekerja sama untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

6. Strategi Pembelajaran PDEODE

PDEODE (Predict–discuss–explain–observe–discuss-explain) adalah strategi pembelajaran yang banyak dikembangkan dalam pendidikan sains (pada pembelajaran kimia khususnya). Strategi ini merupakan salah satu implementasi dari pembelajaran kolaboratif dan merupakan modifikasi dan pengembangan dari strategi POE (Custu dalam Warsono 2012:95). Strategi POE dilandasi oleh teori pembelajaran kontruktivisme yang beranggapan bahwa melalui kegiatan melakukan prediksi, observasi, dan menerangkan sesuatu hasil pengamatan maka struktur kognitifnya akan terbentuk dengan baik.

Pembelajaran kolaboratif dengan strategi PDEODE meliputi enam langkah (Warsono, 2012:96):

a. Memprediksikan (predict), yaitu siswa membuat dugaan fenomena yang diamati dari situasi nyata sesuai dengan kemampuan siswa secara individu, misalnya memprediksi apakah suatu logam jika dimasukkan ke dalam air akan berkarat atau tidak.

b. Berdiskusi (disciss), yaitu siswa berdiskusi dalam sejumlah kelompok kolaboratif untuk saling tukar menukar gagasan tentang apa sesungguhnya yang terjadi terkait dengan fenomena alam tersebut.

(23)

bekerja secara kelompok dalam suatu percobaan langsung dan mencatat hasil pengamatannya secara individu.

d. Pengamatan (observe), yaitu siswa mengamati perubahan fenomena, guru bertugas memandu siswa dalam melakukan pengamatan agar pengamatannya valid dan relevan sehingga dapat mencapai sasaran konsep.

e. Siswa berdiskusi kembali (discuss), siswa mempertemukan antara prediksi awal yang dibuatnya dengan hasil pengamatan nyata dari percobaan langsung tersebut. Siswa menganalisis dan saling tukar pendapat dengan para temannya dalam kelompok.

f. Penjelasan baru (explain), yaitu penjelasan dihadapan seluruh kelompok dalam kelas sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat memperoleh suatu informasi menyeluruh tentang konsep yang benar.

Strategi PDEODE merupakan modifikasi dan pengembangan dari strategi POE, sedangkan menurut Warsono (2012:93), manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi strategi POE antara lain:

a. Dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan awal siswa, b. Memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran siswa, c. Membangkitkan diskusi,

d. Memotivasi siswa agar berkeinginan untuk melakukan ekplorasi konsep,

e. Membangkitkan keinginan untuk menyelidiki.

Kekurangan dari strategi ini yaitu tidak cocok diterapkan untuk semua pokok bahasan. Pokok bahasan yang tidak bersifat pengalaman langsung (hand-on) sulit atau tidak dapat menggunakan strategi ini (Warsono, 2012:95).

(24)

B. Penelitian Yang Relevan

Keberhasilan pembelajaran yang dicapai dengan menggunakan strategi PDEODE ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh N. L. Juni Sekartini, Dsk. Putu Permiti dan I Gd. Margunayasa, 2013, yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Predict–discuss–explain–observe–discuss-explain terhadap pemahaman Konsep IPA siswa kelas IV SD Gugus XII Kecamatan Buleleng”. Subjek penelitian kelas IV. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran PDEODE dan kelompok yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD gugus XII Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian menggunakan penelitian eksperimen.

(25)

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa kondisi siswa SD Negeri 1 Peguyangan sebelum belajar menggunakan strategi PDEODE prestasi belajarnya masih rendah.. Sikap kerja keras siswa rendah sehingga prestasi belajarnya menurun. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat mendorong siswa agar selalu mencari berbagai hal yang belum diketahui. Guru juga harus dapat membuat suasana pembelajaran di kelas lebih nyaman agar sikap kerja keras siswa meningkat, serta pembelajaran menggunakan model yang menarik dan efisien. Strategi PDEODE diharapkan dapat memecahkan masalah dalam proses pembelajaran serta meningkatkan sikap kerja keras siswa dan prestasi belajar IPA materi energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan kelas IV SD Negeri 1 Peguyangan.

Strategi PDEODE yang akan dilaksanakan dalam penelitian rencana penggunaannya seperti berikut:

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pikir Penelitian

D.

Melalui strategi PDEODE dapat meningkatkan sikap kerja keras dan prestasi belajar IPA kelas IV

SD Negeri 1 Peguyangan Siklus II

Tindakan

Siklus I Menggunakan

strategi PDEODE Refleksi

(26)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Melalui strategi PDEODE dapat meningkatkan sikap kerja keras siswa pada mata pelajaran IPA materi energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan kelas IV SD Negeri 1 Peguyangan.

Gambar

Tabel 2.1 Jenis dan Indikator Prestasi Belajar
Gambar  2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur dibagian tersem pit, yang digunakan oleh lalu lintas

Hasil olah data menunjukkan sebagian besar ( 60%) responden dalam penelitian ini memiliki rata-rata skor 61-80 , yang berarti perilaku keuangan yang baik,

MEMBUAT MARKER LOADING DOCK GUDANG PENYIMPANAN LIMBAH PRODUKSI DIJUAL KEPEMBELI AFAL GARMEN PEMOTONGAN BENANG MENGGOSOK / PRESSING PEMASANGAN KANCING DAN RIVET PACKING

Ujian akhir nasional akan segera tiba, oleh sebab itu siapkan dirimu dengan belajar yang giat dan tekun agar kita sanggup menghadapi dan menjawab semua soal-soal yang

Data kadar air yang didapatkan akan dihitung menggunakan rumus sehingga dapat diketahui umur simpan normal dari minuman serbuk tersebut dengan kondisi yang dipercepat dalam

Dalam penelitian ini diukur kapasitas penukar ion pada resin sebelum digunakan (resin baru) dan sesudah terpakai selama 13 tahun. Pengukuran kapasitas dilakukan pada

Kerusakan ini bisa disebabkan oleh aspal pada lapisan perkerasan yang umumnya sudah melebihi umur rencana atau bisa disebabkan juga oleh kondisi drainase dibawah

Strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PT DJARUM DSO Bogor tersebut meliputi: (a) Analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman; (b) Analisis