• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPONS BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS CENDAWAN MIKORIZA ARBUZKULA (CMA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPONS BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS CENDAWAN MIKORIZA ARBUZKULA (CMA)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 3, Nomor 3, Desember 2005: 25-29

29

RESPONS BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP

PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS CENDAWAN

MIKORIZA ARBUZKULA (CMA)

Rahmawati

Dosen Fakultas Pertanian UMSB

ABSTRACT

The research about the response of mangosteen (Gorcinia Mangostana L.) seeds to the distribution various doses of micoriza arbuzkula fungus (CMA) had been done from April to July 2004 in the semi glasshouse and laboratory of Agricultural Faculty of the University of Muhammadiyah Sumatera Barat.

The design used is Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 4 replication. When on the analyses of variance is found significant difference, so it is done the continued test of Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) at the significant level of 5%.

The results of the research denotes that the distribution of micoriza arbuzkula fungus (CMA) with the doses of 15 g/polybag and 20 g/polybag give the significant result to the plant height, leaf number, wet weight of the shoot, dry weight of the plant, but non significant to the circle of the stem, wet weight of the rots and the ratio of the root ends. The distribution of micoriza arbuzkula fungus with the doses of 15 g/polybag can already give the good result to mangosteen (Gorcinia Mangostana L.) seeds in the age of 12 weeks after planting.

Key words: Micoriza arbuzkula fungus (CMA), Doses, Mangosteen, Growth response

PENDAHULUAN

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu buah-buahan yang banyak digemari masyarakat luas, karena buah yang telah matang (masak) memiliki cita rasa yang khas yakni manis, asam dan menyegarkan. Di samping itu buah manggis dapat dibuat sebagai bahan sirup, kolak, jeli, sari, dan buah kalengan (Rukmana, 1995). Juanda dan Cahyono (2000) menyatakan pengembangan budidaya manggis di Indonesia tampaknya tidak sepesat dan tidak sebaik pengembangan budidaya manggis di negara-negara lain. Petani Indonesia pada umumnya menanam manggis hanya sekedar mengisi tanah-tanah pekarangan, tegal-tegalan, dan lahan-lahan kering lainnya tanpa perawatan yang baik. Tanaman manggis yang dibudidayakan dengan baik dapat memberikan keuntungan yang sangat besar.

Ekspor manggis Indonesia dari tahun ke tahun semakin besar jumlah maupun nilainya. Kalau tahun 1986 baru 3.371 kg, maka tahun 1994 telah menjadi 2.687.408 kg. Selama kurun waktu kurang dari 10

tahun jumlah ekspor itu telah melonjak sebesar 73,205 %. Pada tahun 1994 itu, manggis menduduki rangking II dalam ekspor buah segar Indonesia setelah pisang (Trubus, 1996).

Salah satu masalah utama yang dihadapi komoditi manggis dalam perkembangannya adalah dalam hal penyediaan bibit. Kendala yang dihadapi dalam penyediaan bibit adalah lemahnya perakaran tanaman manggis sehingga pertumbuhannya sangat lambat. Rukmana (1995) menyatakan bahwa perakaran tanaman manggis sifatnya sangat lemah, akibatnya pertumbuhannya sangat lambat. Oleh sebab itu perlu dicari upaya untuk mempercepat pertumbuhan dan memperbaiki sistem perakarannya.

Cendawan Mikoriza Arbuzkula (CMA) adalah salah satu simbiosis mutualistik antara cendawan (mykes) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi (Husin,1992). CMA ini akhir-akhir ini cukup mendapat perhatian, karena kemampuannya berasosiasi dengan hampir 90% tanaman dan telah banyak dibuktikan dapat membantu pertumbuhan tanaman terutama pada lahan marginal

(2)

Respons Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Pemberian Berbagai Dosis Cendawan Mikoriza Arbuzkula (CMA) (Rahmawati) 30

(Setiadi,1989). Keberadaan CMA yang mampu menginfeksi tanaman pada bagian akar tanaman itu akan membantu penyerapan air dan unsur hara oleh tanaman dengan adanya hifa mikoriza tersebut (Gunawan,1993).

Setiadi (1989) mengemukakan CMA memberikan manfaat yang sangat besar dibidang pertanian karena dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, dapat memproduksi hormon, dan dapat meningkatkan daya tahan terhadap serangan pathogen. CMA dapat mengambil hara dari dalam tanah di mana akar tidak lagi dapat mengambilnya. Ini disebabkan adanya kemampuan hifa-hifa eksternal CMA yang berukuran sangat halus yang dapat mengambil hara dari pori-pori mikro tanah di mana akar tidak lagi dapat menembusnya. (Husin, 1992)

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui respons bibit manggis terhadap pemberian CMA dan untuk mendapatkan dosis CMA yang terbaik guna memacu pertumbuhan bibit manggis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat disosialisasikan pada petani manggis dalam upaya memacu pertumbuhan bibit manggis.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan di rumah setengah bayangan dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumbar Payakumbuh. Waktu percobaan dimulai bulan April 2004 sampai bulan Juli 2004.

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah: bibit manggis umur 2 bulan, polybag 25 x 20 cm, inokulum CMA jenis glomus sp, pupuk kandang ayam, pasir, pupuk NPK (15-15-15), Bayrusil 250 EC, Delsene MX- 200, bambu dan anyaman daun kelapa. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah ayakan tanah berdiameter 2 mm, timbangan analitik, hand sprayer, gunting, meteran, dan alat-alat laboratorium lainnya.

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan dengan masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut:

pemberian CMA dengan 0 g/polybag (A), dosis CMA 5 g/polybag (B), dosis

CMA 10 g/polybag (C), dosis CMA 15 g/polybag (D), dan dosis 20 g/polybag (E). Dengan demikian terdapat 20 unit percobaan dengan masing-masing 4 polybag, sehingga terdapat 80 polybag. Data yang diperoleh dianalisis secara statistika. Apabila memperlihatkan berbeda nyata dilanjutkan dengan Duncan’s New

Mutiple Range Test (DNMRT) pada taraf

nyata 5%.

Penelitian ini menggunakan jenis tanah inceptisol sebagai media tanam yang dicampur dengan pasir dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan (1:1:1) Pengambilan tanah sampai kedalaman 20 cm kemudian dicampur dengan media lain dan dihaluskan. Media tanam ini dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 2 kg per polybag. Bibit yang digunakan adalah bibit yang telah berumur 2 bulan yang diperoleh dari desa Situjuh, Payakumbuh. Kriteria bibit yang digunakan adalah yang telah mempunyai 2 helai daun dan tingginya ± 7 cm. Bibit yang telah berumur 2 bulan tadi dipindahkan ke polybag bersamaan dengan ini dilakukan inokulasi CMA yang dosisnya sesuai dengan masing-masing perlakuan.

Pemeliharaan yang akan dilakukan meliputi: penyiraman, penyisipan, penyiangan gulma serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan pertama kali setelah bibit ditanam, untuk penyiraman berikutnya sesuai dengan kebutuhan tanaman. Jumlah air yang diberikan cukup membuat tanah lembab dan diberikan sama banyak untuk setia tanaman. Penyisipan dilakukan bila ada tanaman yang mati dalam jangka waktu satu minggu setelah tanam (MST). Pemupukan dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan NPK (15-15-15) sebanyak 1 g/polybag. Selanjutnya pada umur 6 minggu dengan jumlah yang sama. Penyiangan dilakukan setiap ada gulma yang tumbuh disekitar tanaman (polybag), sedangkan pengendalian hama dan penyakit digunakan insektisida Bayrusil 250

EC dengan dosis 2 g/l air dan

fungisida Delsene MX-200 dengan dosis 2 g/l air. Penyemprotan dilakukan bila terlihat ada gejala serangan.

Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman yang dilakukan setelah berumur 2 MST sampai dengan 12 MST dengan interval dua minggu sekali. Sedangkan untuk

(3)

JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 3, Nomor 3, Desember 2005: 25-29

31 jumlah daun, lingkaran batang, bobot

basah tajuk/tanaman, bobot basah akar/tanaman, bobot kering/tanaman, rasio tajuk akar diamati pada umur 12 MST. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi dan Jumlah Daun Bibit Manggis

Hasil pengamatan terhadap tinggi dan jumlah daun bibit manggis dengan pemberian berbagai dosis CMA dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi dan Jumlah Daun Bibit Manggis pada Pemberian Berbagai Dosis CMA Umur 12 MST

Dosis CMA

(g) bibit(cm) Tinggi Jumlah daun (helai) 20 15 10 5 0 12.20 a 11.90 a 10.75 b 10.65 b 10.40 b 4.5 a 4.0 a 4.0 a 3.5 b 2.75 b KK 7.43 % 17.86 %

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DNMRT.

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pemberian CMA dengan dosis 15 g/polybag dan 20 g/polybag lebih baik terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun bibit manggis dibanding dengan pemberian 0 g/polybag, 5 g/polybag dan 10 g/polybag.hal ini terjadi karena adanya kemampuan CMA dalam membantu penyerapan unsur hara di dalam tanah dengan adanya hifa-hifa eksternal yang berkembang pada akar. Semakin tinggi dosis yang diberikan, semakin meningkat jumlah hifa, maka unsur hara yang diserap oleh akar juga semakin banyak sehingga pertumbuhan tanaman akan semakin baik.

Salisbury (1992) menyatakan bahwa bagian tanaman yang terinfeksi oleh cendawan pada umumnya adalah akar muda yang halus, serapan akar meningkat karena adanya hifa cendawan mikoriza, sehingga hifa ini dapat berfungsi sebagai

pengganti rambut akar dalam penyerapan hara. Selanjutnya Fakuara (1990) menyatakan bahwa keuntungan utama dari mikoriza adalah penyerapan unsur hara tertentu seperti fosfor dapat ditingkatkan. Demikian juga unsur hara lainnya seperti N, K serta unsur mikro Zn dan Cu. dan CMA dapat mengambil hara dari dalam tanah di mana akar tidak lagi dapat mengambilnya (Husin,1992).

Menurut Setiadi (1989) bahwa CMA memberikan manfaat yang sangat besar di bidang pertanian karena dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, dapat memproduksi hormon dan meningkatkan daya tahan terhadap serangan patogen akar.

Lingkaran Batang, Bobot Basah Akar, dan Rasio Tajuk Akar

Hasil pengamatan terhadap lingkaran batang, bobot basah akar dan rasio tajuk akar bibit manggis dengan pemberian berbagai dosis CMA dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian berbagai dosis memperlihatkan hasil yang berbeda tidak nyata. Keadaan ini karena tanaman manggis merupakan tanaman tahunan atau tanaman keras yang berumur panjang dengan batang yang mempunyai kambium sehingga pertumbuhan batang dan akar berjalan lambat. Oleh sebab itu dalam pengamatan percobaan yang relatif singkat yaitu selama 3 bulan, maka perbedaan pertumbuhan batang dan akar belum akan memperlihatkan hasil yang berbeda nyata.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rukmana (1995) bahwa tanaman tahunan pertumbuhan vegetatifnya seperti akar, batang dan daun berjalan sangat lambat, sehingga dalam waktu yang relatif singkat tidak akan terlihat perbedaan yang nyata pada pertumbuhannya.

(4)

Respons Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Pemberian Berbagai Dosis Cendawan Mikoriza Arbuzkula (CMA) (Rahmawati) 32

Tabel 2. Lingkaran Batang, Bobot Basah Akar, dan Rasio Tajuk Akar Bibit Manggis pada Pemberian Berbagai Dosis CMA Umur 12 MST

Dosis CMA (g) Lingkaran batang

(cm) Bobot basah akar (g) Rasio tajuk akar 20 15 10 5 0 1.23 a 1.23 a 1.15 a 1.10 a 1.13 a 1.60 a 1.48 a 1.30 a 1.25 a 1.25 a 1.73 a 1.70 a 1.67 a 1.50 a 1.50 a KK 8.56 % 17.22 % 14.59 %

Angka-angka pada lajur yang sama berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.

Bobot Basah Tajuk dan Bobot Kering Bibit Manggis

Hasil pengamatan terhadap bobot basah tajuk dan bobot kering bibit manggis dengan pemberian berbagai dosis CMA dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot Basah Tajuk dan Bobot Kering Bibit Manggis pada Pemberian Berbagai Dosis CMA Umur 12 MST

Dosis CMA

(g) Bobot basah tajuk (g) Bobot kering (g) 20 15 10 5 0 2.55 a 2.40 a 2.05 b 1.73 b 1.83 b 1.03 a 0.98 a 0.83 b 0.73 b 0.65 b KK 16.76 % 13.45 %

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DNMRT.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian CMA dengan dosis 15 g/polybag dan 20 g/polybag juga memberika hasil yang lebih baik dibandingkan dengan dosis 0 g/polybag, 5 g/polybag dan 10 g/polybag. Hal ini terjadi karena semakin banyak dosis CMA yang diberikan maka semakin banyak akar bibit terinfeksi CMA sehingga semakin banyak unsur hara diserap tanaman yang pada akhirnya meningkatkan kecepatan pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan pendapat Elwan (1993) bahwa semakin banyak jumlah inokulum CMA yang digunakan akan semakin tinggi kolonisasi akar oleh CMA sehingga serapan hara dan air juga akan meningkat.

Keadaan ini dapat tercermin dari pengamatan terhadap organ tanaman

seperti tinggi tanaman dan jumlah daun. Di mana pengamatan terhadap organ tersebut menunjukkan hasil yang lebih

tinggi dibanding dengan perlakuan lain, sehingga secara keseluruhan akan terlihat pada bobot basah tajuk dan bobot kering bibit manggis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Prawiranata, Harran dan Tjondronegoro (1991) yang menyatakan berat basah tanaman merupakan cerminan dari komposisi hara, jaringan tanaman dengan mengikut sertakan kandungan airnya. Selanjutnya dikemukakan oleh Syarief (1985) bahwa untuk membentuk jaringan tanaman dibutuhkan beberapa unsur hara, dengan adanya penambahan unsur hara kepada tanaman cendrung akan meningkatkan berat basah tanaman.

Berat kering tanaman mencerminkan jaringan yang terbentuk setelah air dikeluarkan dan sekaligus cerminan dari komposisi hara yang ada pada tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawiranata, Harran dan Tjondronegoro (1991) yang menyatakan bahwa tersedianya hara yang cukup akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan tanaman lebih baik sehingga meningkatkan bahan kering tanaman yang dibentuk. Selanjutnya Jumin (1987) menyatakan bahwa bahan kering tanaman adalah merupakan hasil penumpukan fotosintat pada sel dan jaringan tanaman, hal ini ditentukan oleh ketersediaan unsur hara.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan tentang pemberian berbagai dosis CMA terhadap pertumbuhan bibit manggis dapat ditarik kesimpulan:

1. Adanya respons bibit manggis terhadap pemberian berbagai dosis cendawan mikoriza arbuzkula.

(5)

JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 3, Nomor 3, Desember 2005: 25-29

33 2. Pemberian dosis CMA 15 g/polybag

dan 20 g/polybag memberikan pertumbuhan yang baik terhadap bibit manggis umur 12 MST

Saran

Berdasarkan hasil percobaan disarankan menggunakan CMA dengan dosis 15 g/polybag karena hasilnya tidak berbeda dengan pemberian 20 g/polybag dan disarankan untuk melakukan percobaan dalam waktu serta pengamatan yang lebih panjang agar didapatkan hasil yang lebih nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Elwan, .M.1993. Response of Nutrient Status of Plant in Calcareous Soils Receiving Phosporus Fertilization and Mycorrhiza. Annals of Agricultural Science. Cairo.

Fakuara, M. Y. 1990. Proses Pembentukan Ektomikoriza. Kursus Singkat Teknologi Mikoriza. Kerjasama PAU Bioteknologi IPB dengan PAU Bioteknologi UGM. Bogor.

Gunawan,A. 1993. Mikoriza Arbuzkula. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB. Bogor

Husin, 1992. Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Tanah Podzolik Merah Kuning dengan Pemberian Pupuk Hijau Sesbania Rostrata dan Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular serta Efeknya terhadap Serapan Hara dan Hasil Tanaman Jagung. Disertasi S3. Universitas Padjajaran. Bandung

Juanda ,D dan Cahyono, B. 2000. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Manggis. Kanisius. Yogyakarta. 79 hal.

Jumin,A.B.1987. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali. Pers. Jakarta. 135 hal.

Prawiranata.W,S. Haran,P .Tjondronegoro.1991. Dasar-dasar

Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Departement Botani. Fakultas Pertanian. IPB. Bandung.

Rukmana,R. 1995. Budidaya Manggis. Kanisius. Yogyakarta. 54 hal

Salisbury,F,E. 1992. Plant Physiology. 4th. Division of Wadsworth, Inc. California.

Setiadi.1989. Mengenal Mikoriza Arbuzkula sebagai Pupuk Biologis. Institut Pertanian Bogor. 14 hal.

Syarief, Saifuddin. 1985.Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.182 hal

Trubus, 1996. Manggis Buah Eksotik. Trubus No. 316 tahun XXVII. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hal.

Gambar

Tabel 2. Lingkaran Batang, Bobot Basah Akar, dan Rasio Tajuk Akar Bibit Manggis pada  Pemberian Berbagai Dosis CMA Umur 12 MST

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penelitian panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya dalam memberikan kesempatan, sehingga peneliti dapat membuat dan menyelesaikan

PERNYATAAN Ketika saya dikuasai oleh amarah, saya menentang banyak nasehat dari orang lain Ketika marah, saya ingin berkelahi dengan orang lain Orang terdekat menjadi sasaran

Berdasarkan pada fenomena tersebut, perlu dikaji peran papain dalam pakan buatan terhadap tingkat pemanfaatan protein pakan dan pertumbuhan lele dumbo (C. Wadah

12 Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia , h.. dengan lembaga Peradilan lainya. Tetapi dalam hal kompetensi untuk menyelesaikan perkara tidak sepenuhnya diberikan

Dari fenomenalnya kisah dan apa yang dialami serta diperjuangkan oleh Nabi Musa ini, maka, dalam konteks manajemen pendidikan Islam, patut diungkap nilai-nilai

Dengan menggunakan persamaan tersebut dapat diketahui kandungan biomassa individu pohon sebagai dasar penghitungan kandungan biomassa populasi jenis Rhizopora

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis eksplanatori, yaitu penelusuran sebab-akibat dari suatu proses dan hubungan-hubungan yang ada pada

Analisis keranjang pasar dengan Algoritma Apriori merupakan salah satu metoda data mining yang bertujuan untuk mencari pola assosiasi berdasarkan pola belanja yang