• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ignatio Rika Haryono *, Edihan **, Flora Viola *, Agnes Intan *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ignatio Rika Haryono *, Edihan **, Flora Viola *, Agnes Intan *"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan durasi partus kala II antara primigravida

yang melakukan dan yang tidak melakukan senam hamil

Ignatio Rika Haryono*, Edihan**, Flora Viola*, Agnes Intan*

*Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440 **Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

Korespondensi:

[email protected]

PENDAHULUAN

Kehamilan dan persalinan merupakan faktor risiko tim-bulnya inkontinensia urin.1,2 Diperkirakan 23% ibu yang

pernah melahirkan mengalami inkontinensia urin.3

Kelemahan otot dasar panggul adalah salah satu pe-nyebab timbulnya inkontinensia urin pada ibu hamil dan pasca persalinan. Pada otot dasar panggul yang lemah, peningkatan tekanan rongga panggul selama kehamilan menimbulkan sagging sehingga menimbul-kan temenimbul-kanan terhadap vesika urinaria dan rektum.4

Inkontinensia urin juga dapat disebabkan oleh robekan otot sfinkter dan organ sekitar akibat trauma jalan lahir pada proses persalinan pervaginam.5,6

Senam hamil (pelvic floor muscle exercise/PFME), yakni latihan senam untuk memperkuat otot-otot dasar panggul, merupakan salah satu cara mengurangi risiko terjadinya inkontinensia urin akibat kehamilan dan proses persalinan. Ibu hamil yang tidak melakukan latihan memiliki risiko 1,3 kali mengalami inkonti-nensia urin.7 Penelitian yang dilakukan Mørkved et.al

membuktikan bahwa senam hamil selama kehamilan pada primigravida dapat mengurangi inkontinensia se-lama kehamilan dan 3 bulan pasca persalinan.8

Pene-litian secara meta analisis yang dilakukan Hay-Smith et.al juga membuktikan bahwa senam hamil dapat mencegah inkontinensia urin pada primigravida baik selama kehamilan maupun pasca persalinan.9

ARTIKEL PENELITIAN

Introduction: The effect of pelvic floor muscle exercise (PFME) on the second

stage of the delivery was less obvious. This study was conducted to confirm whether the duration of the second stage of the delivery in primigravid who performed PFME was shorter than they did not.

Methods: A retrospective study using data from patient's medical delivery

re-ports delivering in Saint Carolus Hospital from January to October 2009. Sub-jects were primigravid aged 20–35 years, divided into training group and con-trol group. Unpaired t test, Pearson correlation, Chi-square or Fisher test was used to examine the duration of the second stage between groups, relationship between influencing factors and duration of the second stage, and relationship between PFME and prolonged labor, older mother's age, and heavier baby's weight.

Results: Two hundred and eighty eight (144 PFME group, 144 control)

accord-ing to the criteria was obtained. PFME group had younger age (26,3 yo vs 28,5 yo, P<0,05), lighter baby weight (3069,5 gr vs 3183,5 gr, P<0,05), and shorter duration of the second stage (27,8 min vs 51,6 min, P<0,05). Duration of the second stage was correlated with PFME and mother's age (P<0,05) but not with baby's weight (P>0,05). Odds ratio (OR) of the control group to prolonged labor was 2,0 (CI;1,8-2,3).

Conclusion: Primigravid who performed PFME have shorter duration of the

second stage of the delivery. Primigravid who did not perform PFME were twice as likely to have prolonged labor.

Key words: primigravid, pelvic floor muscle, pelvic floor muscle exercise,

sec-ond stage of the delivery.

(2)

Penelitian mengenai pengaruh senam hamil terhadap durasi partus kala II masih belum banyak dilakukan dan hasilnya belum memberikan kesimpulan yang jelas. Penelitian oleh Salvesen et.al dan Agur W et.al menunjukkan senam hamil pada primigravida ke-hamilan 20–36 minggu dapat mengurangi insiden par-tus lama namun tidak memperpendek durasi kala II antara kelompok senam hamil dan kontrol.10,11 Oleh

sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan durasi kala II pada primigravida yang melakukan senam hamil dibandingkan dengan yang tidak melakukan senam hamil. Hipotesis penelitian adalah durasi partus kala II pada ibu hamil primigravida yang melakukan senam hamil lebih pendek dibanding-kan dengan ibu hamil primigravida yang tidak me-lakukan senam hamil.

METODE

Subjek adalah ibu-ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta periode Januari–Oktober 2009, sebanyak 288 subjek, terdiri dari 144 orang yang lakukan senam hamil dan 144 orang yang tidak me-lakukan senam hamil (kontrol). Kriteria inklusi adalah primigravida berusia 20-35 tahun, aterm (kehamilan 37–

40 minggu), kehamilan tunggal, presentasi kepala, dan bayi hidup setelah persalinan. Kriteria eksklusi adalah kecurigaan adanya disproporsi kepala-panggul, ketuban pecah dini, predan eklampsia, gawat janin, dan adanya kontraindikasi partus pervaginam lain. Seluruh data diperoleh dari catatan medik yang berisi riwayat persalinan dan partogram. Partus kala II dimulai pada saat pembukaan lengkap dan berakhir pada saat seluruh bagian tubuh bayi keluar. Partus lama bila kala II lebih dari 120 menit. Bobot bayi normal bila 2700-3500 gram.10

Data karakteristik subjek ditampilkan dalam bentuk rerata dan simpang baku. Analisa statistik mengguna-kan uji unpaired untuk mengetahui perbedaan karak-terisitik dan rerata durasi kala II antara kelompok se-nam hamil dengan kontrol. Uji korelasi Pearson di-lakukan untuk mengetahui korelasi usia ibu, bobot bayi, durasi kala II, dan senam hamil. Uji Chi square atau uji Fisher dipergunakan untuk melihat hubungan usia,

bobot bayi, dan senam hamil dengan durasi kala II. Proses analisis statistik menggunakan program SPSS 13.0.

HASIL DAN DISKUSI

Hasil penelitian yang dilakukan secara retrospektif membuktikan hipotesis penelitian ini. Durasi partus kala II pada ibu-ibu yang melakukan senam hamil terbukti lebih pendek dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak melakukan senam hamil. Ibu-ibu yang tidak melakukan senam hamil memiliki kemungkinan dua kali lebih besar mengalami partus lama. Terdapat kore-lasi bermakna senam hamil dengan bobot bayi dan usia ibu, serta usia ibu dengan durasi kala II tetapi le-mah sehingga dalam penelitian ini dapat diabaikan. Beberapa penelitian mengenai manfaat senam hamil terhadap proses persalinan telah dilakukan tetapi ha-nya sedikit yang menjelaskan pengaruh senam hamil terhadap durasi partus kala II. Salah satu penelitian yang melihat pengaruh senam hamil terhadap durasi partus kala II telah dilakukan oleh Salvesen et.al. Meskipun membuktikan senam hamil mengurangi insiden partus lama, penelitian tersebut tidak menemukan perbedaan durasi kala II antara ibu yang melakukan senam hamil dan yang tidak melakukan senam hamil.11 Penelitian oleh Agur et.al secara meta

analisis juga menunjukkan tidak adanya perbedaan durasi kala II pada ibu yang melakukan senam hamil.12

Sebaliknya, pada penelitian ini durasi kala II terbukti lebih pendek pada kelompok senam hamil dibanding-kan dengan kelompok yang tidak melakudibanding-kan senam hamil. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh penetapan dimulainya kala II. Pada penelitian ini partus kala II dimulai saat pembukaan lengkap se-dangkan Salvesen et.al menetapkan partus kala II di-mulai ketika ibu di-mulai secara aktif mengejan, yang terjadi sebelum pembukaan lengkap, sehingga partus kala II secara umum lebih panjang dibandingkan par-tus kala II pada penelitian ini. Pemanjangan waktu kala II dapat mengurangi perbedaan durasi kala II yang sesungguhnya sehingga menyebabkan perbedaan durasi kala II menjadi kurang bermakna.

(3)

an otot-otot dasar panggul juga dapat menimbulkan prolaps organ pelvik ke dalam vagina.13

Kelemahan otot-otot dasar panggul sering disebabkan oleh trauma akibat proses persalinan, baik persalinan pervaginam maupun seksio sesarea, serta oleh tin-dakan bedah di sekitar pelvik misalnya histerektomi, koksigektomi.5,6 Pada kasus yang jarang, kelemahan

otot dasar panggul dapat disebabkan oleh aktivitas olahraga, misalnya ski air, balap sepeda, dan berku-da.14 Di samping itu, terdapat beberapa faktor risiko

yang mendukung terjadinya kelemahan otot-otot dasar panggul antara lain usia, jumlah persalinan, riwayat keluarga, obesitas, dan status hormonal.14

Senam hamil, atau dikenal dengan pelvic floor muscle exercises (PFME) atau Kegel exercise, merupakan cara yang murah, aman, dan efektif untuk mengatasi kejadian inkontinensia urin selama kehamilan dan pasca persalinan.15 Beberapa penelitian menunjukkan

senam hamil dapat memperkuat otot-otot dasar * Korelasi bermakna pada P<0,01 (2 arah)

Tabel 2. Korelasi Antarvariabel

Umur Ibu Bobot Bayi Durasi Kala II

Umur Ibu Bobot bayi Durasi Kala II * 0,12 * -0,28* -0,16* -0,47* Senam Hamil 0,23* 0.081 * P bermakna bila <0,05 OR

Tabel 3. Odds ratio kelompok kontrol terhadap bobot bayi berat, usia ibu, dan partus lama.

Senam Hamil Kontrol P

Bobot bayi > 3500 gram Usia > 30 tahun Partus lama 18 (12,5%) 25 (17,4%) 0 34 (23,%) 43 (30%) 9 (6,25%) 0,01 0,01 0,002 2,2 2,0 2,0 Tabel 1. Karakteristik Subjek

Senam Hamil Kontrol P

Usia (tahun) Bobot Bayi (gram) Durasi Kala II (menit)

26,3+4,0 3069,5+348,6 27,8+10,75 28,5+3,5 3183,5+369,0 51,6+39,7 0,000 0,007 0,000 P bermakna bila < 0,05

Pada penelitian ini durasi kala II juga memiliki korelasi positif dengan usia meskipun lemah. Durasi kala II lebih panjang pada kelompok usia ibu lebih berusia 30 tahun atau lebih. Hal ini mungkin disebabkan pada ibu berusia 30 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan dua kali untuk tidak mengikuti senam hamil.

Dasar panggul disusun oleh otot dan jaringan ikat, memisahkan rongga pelvik di bagian atas dan peri-neum di bagian bawah. Otot-otot dasar panggul terdiri dari m. levator ani (disusun oleh m. pubokoksigeus, m. puborektalis, dan m. iliokoksigeus) dan m. koksi-geus. Dasar panggul berfungsi untuk menyokong or-gan pelvik (vesika urinaria, rektum, dan uterus), me-ngendalikan sfinkter uretra dan sfinkter ani, dan mengatur rotasi bagian bawah bayi dalam proses per-salinan. Kelemahan otot-otot dasar panggul pada ke-hamilan menyebabkan sagging, menimbulkan tekan-an pada vesika dtekan-an rektum, sehingga menimbulktekan-an inkontinensia.4 Pada kasus yang lebih berat,

(4)

kelemah-panggul, memperbaiki fungsi miksi dan defekasi, serta mengurangi inkontinesia urin maupun alvi. Penelitian oleh Mørkved secara acak tunggal pada primigravida yang menjalani senam hamil selama 3 bulan menun-jukkan penurunan kasus inkontinensia urin selama kehamilan dan pasca persalinan.8 Beberapa penelitian

yang dilakukan secara meta analisis juga membukti-kan senam hamil dapat mengurangi inkontinensia urin pada kehamilan dan pasca persalinan.8,15 Di Polandia,

senam hamil telah secara resmi digunakan sebagai metode untuk pencegahan inkontinensia urin selama dan setelah kehamilan pada seluruh ibu hamil.15

Penelitian ini memiliki kekurangan yang mungkin da-pat menimbulkan bias karena keterbatasan data yang diperoleh secara retrospektif. Penanganan pasien oleh dokter yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan dalam menentukan dimulainya kala II sehingga dapat menimbulkan perbedaan durasi kala II. Tidak di-ketahuinya aktivitas olahraga sebelum dan selama ke-hamilan yang mempengaruhi kekuatan otot-otot dasar panggul sehingga mempengaruhi durasi kala II. Di samping itu tidak dilaporkan keluhan inkontinensia urin maupun alvi pada kedua kelompok sehingga tidak di-ketahui manfaat senam hamil terhadap keluhan inkon-tinensia. Meskipun bukan merupakan tujuan peneliti-an, tetapi dengan mengetahui adanya keluhan inkonti-nensia dapat memperkuat hasil penelitian tentang pe-ngaruh senam hamil terhadap pengobatan inkontinen-sia urin selama kehamilan dan pasca persalinan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa durasi par-tus kala II pada primigravida yang melakukan senam hamil lebih pendek dibandingkan dengan primigravida yang tidak melakukan senam hamil. Dianjurkan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan intervensi latihan senam hamil yang diawasi langsung untuk me-mastikan pengaruh senam hamil terhadap durasi kala II. Di samping itu, dianjurkan untuk memberikan do-rongan bagi ibu hamil tanpa komplikasi untuk melaku-kan senam hamil selama kehamilan dan pasca per-salinan serta pengawasan senam.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rumah Sakit Sint Carolus yang telah memberi izin pengambilan data, petugas rekam medis RS Sint Carolus yang telah membantu pengumpulan data. Terima kasih juga kepada Dr. Nelly Tina atas bantuan teknis penghitung-an sampel.

DAFTAR PUSTAKA

1. Luber KM. The definition, prevalence, and risk fac-tors for stress urinary inc ontinenc e. Rev Urol 2004;6(Suppl 3):S3-9.

2. Zhu L, Lang J, Liu C, Han S, Huang J, Li X. The epide-miological study of women with urinary incontinence and risk factors for stress urinary incontinence in China. Menopause 2009;16(4):831-6.

3. Foldspang A, Mommsen S, Djurhuus JC. Prevalent urinary incontinence as a correlate of pregnancy, vagi-nal childbirth, and obstetric techniques. Am J Public Health 1999;89(2):209-12.

4. Kegel exercise. Why should I kegel?[cited 2009 Dec 28]. Available from: http://www.birthingnaturally.net/ exercise/preg/kegel.html.

5. Baessler K, Schuessler B. Childbirth-induced trauma to the urethral continence mechanism: review and recommendations. Urol 2003;62(4 Suppl 1):39-44. 6. Borello-France D, Burgio KL, Richter HF, Zyczynski

H, Fitzgerald MP, Whitehead W, et al. Fecal and uri-nary incontinence in primiparous women. Obstet Gynecol 2006;108(4):863-72.

7. Zhu L, Lang J, Wang H, Han S, Huang J. The preva-lence of and potential risk factors for female urinary incontinence in Beij ing, China. Menopause 2009;15(3):566-9

8. Mørkved S, Bø K, Schei B, Salvesen KA. Pelvic floor muscle training during pregnancy to prevent urinary incontinence: a single-blind randomized controlled trials. Obstet Gynecol 2003;101(2):313-9.

9. Hay-Smith J, Mørkved S, Fairbrother KA, Herbison GB. Pelvic floor muscle training for prevention and treatment of urinary and faecal incontinence in ante-natal and postante-natal women. Cochrane Database Syst Rev 2008;8(4): CD007471.

10. Evans AT. Manual Obstetrics. 7th ed. Texas: Lippincot Williams & Wilkins; 2007.

11. Salvesen KA, MØrkved S. Randomized controlled tri-als of pelvic floor muscle training during pregnancy. BMJ 2004;329(7462):378-80.

(5)

12. Agur W, Steggles P, Waterfield M, Freeman R. Does antenatal pelvic floor muscle training affect the out-come of labor? A randomized controlled trial. Int Urogynecol J Pelvic Floor Dysfunct 2008;19(1):85-8. 13. Pelvic Floor. [cited 2009 Dec 28]. Available from: http:/

/en.wikipedia.org/wiki/Pelvic_floor.html

14. Harvey MA. Pelvic floor exercises during and after pregnancy: a systematic review of their role in

pre-venting pelvic floor dysfunction. J Obstet Gynecol Can 2003;25(6):487-498.

15. Józwik M, Jówik M. The effect of pelvic floor exercises in the antepartum and postpartum periods on occur-rence of stress urinary incontinence: implications for health care provision. Ginekol Pol 2001:72(9):681-687.

Gambar

Tabel  2.  Korelasi Antarvariabel

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan media X-boX diantaranya: Sesuai dengan pembelajaran abad 21 terkait literasi teknologi dalam menghadapi revolusi industri 4.0, satu-satunya media hitung berbasis

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai profil Motivasi melanjutkan Pendidikan ke perguruan tinggi peserta didik kelas XII SMAN 4 Garut beberapa

Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang 3

Menurut Marpaung (2011), pendekatan matematika realistik dapat memperbaiki dan meningkatan kualitas pendidikan matematika di Indonesia. Secara umum permasalahan di

Setelah dilakukan pembacaan terhadap novel Kantring Genjer-Genjer ditemukan pandangan dunia humanisme teosentris Teguh Winarsho terletak pada bagaimana menjadi manusia

Majelis Jemaat GKI Pengadilan Bogor mengadakan kebaktian secara live streaming yang hanya dihadiri oleh petugas pada Minggu ini dan Minggu depan...

terjadi perubahan signifikan terhadap kondisi drainase yang sebelum ada pembangunan perumahan hanya masih berupa drainase tanah dan setelah adanya pembangunan

Pred samo sklenitvijo kreditne pogodbe je naloga bančnega delavca, da preveri poslovanje kreditojemalca, pri čemer mora ta izpolnjevati določene pogoje, in sicer: • kreditna