• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A.

Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diberikan gambaran secara umum tentang apa yang menjadi obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini.

1. Sejarah Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 (AJB Bumiputera 1912) adalah perusahaan asuransi jiwa milik bangsa Indonesia yang pertama dan tertua didirikan di Magelang, Jawa Tengah, pada tanggal 12-02-1912 (duabelas Februari seribu sembilanratus duabelas). Pada mulanya sebagai wadah persatuan guru-guru Hindia Belanda untuk mengayomi nasib guru-guru Bumiputera (pribumi). Perintis AJB Bumiputera 1912 adalah Mas Ngabehi Dwidjosewojo, seorang guru sederhana yang juga sekretaris pengurus besar Budi Utomo, organisasi modern pelopor gerakan kebangkitan nasional. Beliau dibantu oleh Mas K.H. Soebroto sebagai direktur, dan Mas Adimidjojo sebagai bendahara, ketiga guru inilah yang dikenal sebagai “tiga serangkai” pendiri AJB Bumiputera 1912, sekaligus peletak batu pertama industri asuransi nasional Indonesia.

Selama lebih dari 90 (sembilanpuluh) tahun, AJB Bumiputera 1912 tumbuh berkembang mengarungi pasang surut zaman serta gelombang perjalanan negara dan bangsa, hingga kini mantap menjadi pimpinan dalam

(2)

industri asuransi Indonesia didukung 2.500 (duaribu limaratus) karyawan, 25.000 (duapuluh lima ribu) agen dengan jaringan lebih dari 500 (limaratus) kantor cabang dipenjuru nusantara. AJB Bumiputera 1912 kini dipercaya melindungi lebih dari 9.700.000 (sembilan juta tujuhratus ribu) jiwa rakyat Indonesia.

Salah satu kekuatan AJB Bumiputera 1912 adalah kepemilikan dan bentuk perusahaan yang unik. Berbeda dengan perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas, yang kepemilikannya hanya pada pemodal tertentu. Sejak didirikan AJB Bumiputera 1912 menganut sistem kepemilikan dan kepengurusan berbentuk badan usaha, yaitu “badan usaha “mutual” atau usaha bersama”.

Sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia yang berbentuk mutual, maka seluruh pemegang polis di AJB Bumiputera 1912 adalah pemilik perusahaan. Premi yang dibayarkan ke AJB Bumiputera 1912 sekaligus dianggap sebagai modal. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang polis mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk menetukan kebijakan memilih dan mengangkat Direksi serta mengawasi jalannya perusahaan.1

Asas mutualisme, yang dipadukan idealisme dan profesionalisme pengelola, merupakan landasan pertumbuhan AJB Bumiputera 1912 hingga hari ini. Ditengah iklim kompetisi hari ini yang semakin ketat karena serbuan perusahaan asing menggarap perusahaan asuransi nasional, AJB Bumiputera

1http://ajb.bumiputera.com/pages/default/our_company/company_profile/0

(3)

1912 semakin meneguhkan perlunya komitmen kerja keras dan profesionalisme untuk menghadapi tantangan masa depan.

Berbekal pengalaman panjang hampir seabad lamanya dalam melayani rakyat Indonesia berasuransi, AJB.Bumiputera 1912 bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dengan menjadi perusahaan asuransi jiwa terkemuka di Indonesia. AJB Bumiputera 1912 ingin senantiasa berada dibenak dan dihati rakyat Indonesia.2

2. Produk-Produk Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 a. Asuransi Jiwa Bumiputera Mitra Melati.

Jenis asuransi ini merupakan program asuransi dalam rupiah yang menawarkan manfaat dalam bentuk perlindungan dan tabungan serta menjamin pendapatan investasi biasa. Asuransi ini adalah asuransi tabungan jangka pendek dan pada dasarnya mengandung unsur asuransi investasi dan perlindungan, jika tertanggung meninggal dunia. Manfaat Asuransi ini jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi kepada yang ditunjuk dibayarkan santunan sebesar 100% (seratus prosen) uang pertanggungan ditambah akumulasi dana yang besarnya sesuai perhitungan pada saat tertanggung meninggal dunia. Jika tertanggung hidup hingga berakhirnya masa asuransi, maka kepada pemegang polis dibayarkan akumulasi dana yang besarnya minimal 110% (seratus sepuluh prosen) uang pertanggungan. Tidak seperti program asuransi konvensional yang

2http://ajb.bumiputera.com/pages/default/our_company/ethics_and_principles/0diku

(4)

umumnya menjanjikan perlindungan jiwa hanya dengan suku bunga tetap, asuransi ini juga memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil investasi maksimal dari dana asuransi yang telah disetorkan.3

b. Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Smart Safe (BP Smart Safe)

Jenis Asuransi ini merupakan gabungan antara asuransi jiwa yang

memberikan perlindungan atas risiko meninggal dunia dan investasi. Asuransi ini merupakan produk asuransi jiwa individu yang dipasarkan

dalam mata uang rupiah. Produk asuransi ini memberikan manfaat jika tertanggung hidup hingga berakhirnya masa asuransi maka kepada pemegang polis dibayarkan nilai tunai pada saat habis kontrak sebesar 125% (seratus duapuluh lima) prosen dari premi tunggal. Apabila tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi, kepada yang ditunjuk dibayar santunan sebasar 100% (seratus prosen) uang pertanggungan ditambah nilai tunai pada saat meninggal.4

c. Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Beasiswa Berencana (BP Beasiswa Berencana).

Jenis asuransi ini disediakan dalam mata uang rupiah dan menjamin pembiayaan pendidikan anak sepenuhnya, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, terlepas dari perubahan keadaan keuangan. Produk asuransi ini dirancang khusus untuk menjadi mitra anak dalam pendidikan,

3http://ajb.bumiputera.com/products/product/individual_life_insurance/mitra_melati

/0dikunjungi pada tanggal 3 Agustus 2018 pukul 11.30.

4Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa BUMIPUTERA NO.SK.24/DIR/2017 Tentang

(5)

memastikan anak-anak secara teratur mendapatkan uang yang dibutuhkan untuk melanjutkan pendidikan mereka. Masa depan anak-anak juga terlindungi karena program ini dirancang untuk memastikan agar mereka tetap mendapatkan dana beasiswa hingga mereka lulus, walaupun jika orang tua mereka meninggal dunia. Manfaat Asuransi ini jika tertanggung hidup dalam masa asuransi, maka kepada pemegang polis atau yang ditunjuk dibayarkan dana kelangsungan belajar.5

d. Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Cerdas (BP Cerdas)

Jenis asuransi ini merupakan produk asuransi jiwa individu yang dipasarkan dalam mata uang rupiah, yang menyediakan biaya pendidikan yang terkait dengan investasi. Sehingga dana yang dirancang untuk biaya pendidikan akan meningkat sejalan dengan hasil investasi. Jenis produk asuransi ini adalah dwiguna kombinasi (Endowment) yang memberikan proteksi meninggal dunia, dan tabungan bagi anak yang tercatat sebagai penerima dana kelangsungan belajar. Produk asuransi ini dirancang secara khusus untuk mengembangkan dana yang dialokasikan untuk pendidikan anak. Premi produk asuransi ini terdiri dari premi risiko, premi biaya dan premi tabungan Berbeda dengan asuransi pendidikan pada umumnya yang hanya menawarkan perlindungan dan tabungan, produk ini memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil investasi yang kompetitif dari premi

5Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.I0/DIR/2017 Tentang

Pemasaran Produk Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Beasiswa Berencana (BP Beasiswa Berencana).

(6)

asuransi yang dibayar. Manfaat Asuransi ini jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi kepada yang ditunjuk dibayarkan santunan sebesar 100 % (seratus prosen) uang pertanggungan, dengan akumulasi dana yang besarnya sesuai perhitungan pada saat tertanggung meninggal dunia.6

e. Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Mandiri (BP Mandiri)

Jenis Asuransi ini adalah dwiguna kombinasi (Endowment) yang memberikan proteksi meninggal dunia dan tabungan. Produk asuransi ini adalah produk asuransi jiwa individu yang dipasarkan dalam mata uang rupiah. Manfaat asuransi ini apabila tertanggung hidup sampai habis kontrak, maka pemegang polis mendapatkan nilai tunai pada saat habis kontrak. Apabila tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi, maka kepada yang ditunjuk dibayarkan santunan meninggal dunia sebesar uang pertanggungan yang meningkat setiap tahunnya ditambah nilai tunai pada saat meninggal dunia, selanjutnya asuransi berakhir. Apabila pemegang polis mengundurkan diri (surrender), maka kepada pemegang polis akan dibayarkan sejurnlah nilai tunai pada saat mengundurkan diri, selanjutnya asuransi berakhir.7

f. Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Sehat (BP Sehat).

6Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.5/DIR/2017 Tentang Pemasaran

Produk Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Cerdas (BP Cerdas).

7Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.6/DIR/2017 Tentang Pemasaran

(7)

Jenis asuransi ini dipasarkan dalam mata uang rupiah dan merupakan gabungan antara unsur tabungan, santunan meninggal, dan biaya rawat inap di Rumah Sakit, serta termasuk dalam cabang Dwiguna kombinasi (Endowment). Premi produk asuransi ini terdiri dari premi risiko, premi rawat inap, premi biaya dan premi tabungan. Manfaat Asuransi ini jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi kepada yang ditunjuk dibayarkan santunan sebesar 100 % (seratus prosen) uang pertanggungan dengan akumulasi dana yang besarnya sesuai dengan perhitungan pada saat tertanggung meninggal dunia.8

g. Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi Warisan (BP Warisan).

Jenis Asuransi ini adalah seumur hidup yang memberikan proteksi meninggal dunia biasa/sakit serta kecelakaan diri. Produk asuransi ini adalah produk asuransi jiwa individu yang dipasarkan dalam mata uang rupiah. Manfaat Asuransi ini apabila tertanggung meninggal dunia biasa/sakit dalam masa asuransi tahun 1 (pertama) sampai tahun ke 10 (sepuluh), maka kepada yang ditunjuk dibayarkan santunan meninggal dunia sebesar 100% (seratus prosen) uang pertanggungan ditambah akumulasi premi tahunan yang telah dibayarkan. Apabila tertanggung meninggal dunia akibat kecelakaan dalam masa asuransi tahun 1 (pertama) sampai tahun ke 10 (sepuluh), maka kepada yang ditunjuk dibayarkan

8Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.I4/DIR/2017 Tentang

(8)

santunan meninggal dunia sebesar 200% (duaratus prosen) ditambah akumulasi premi tahunan yang telah dibayarkan. Apabila tertanggung hidup sampai akhir tahun ke 10 (sepuluh), maka pemegang polis berhak mendapatkan pengembalian premi sebesar akumulasi premi tahunan yang berasal dari nilai tunai dan sisa nilai tunai akan digunakan untuk membiayai polis agar tetap berlaku seumur hidup, selanjutnya pemegang polis tidak diperkenankan melakukan penebusan polis, atau pemegang polis dapat melakukan penarikan seluruh nilai tunai dan asuransi berakhir. Setelah akhir tahun ke 10 (sepuluh), apabila tertanggung meninggal dunia maka akan dibayarkan santunan meninggal sebesar 100% (seratus prosen) uang pertanggungan. Apabila pemegang polis melakukan penebusan polis sebelum dan/atau akhir tahun ke 10 (sepuluh), maka akan dibayarkan nilai tunai pada saat penebusan dan asuransi berakhir. Apabila premi dibayarkan secara sekaligus, selain manfaat diatas ditambahkan premium deposit pada saat meninggal dunia atau penebusan.9

h. Asuransi Jiwa Bumiputera Proteksi-Link (BP-Link).

Jenis asuransi ini dipasarkan dalam mata uang rupiah dan merupakan gabungan antara asuransi jiwa yang memberikan per1indungan atas risiko meningga1 dunia dan investasi. Manfaat Asuransi ini apabila tertanggung meninggal dunia dan asuransi masih berlaku, maka kepada yang ditunjuk akan dibayarkan santunan sebesar 100% (seratus prosen) uang

9Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.7/DIR/2017 Tentang Pemasaran

(9)

pertanggungan ditambah nilai polis (nilai akumulasi dana) dan selanjutnya pertanggungan berakhir. Apabila tertanggung hidup pada akhir masa kontrak asuransi dan asuransi masih berlaku, maka kepada pemegang polis akan dibayarkan manfaat sebesar nilai polis (nilai akumulasi dana) dan selanjutnya asuransi berakhir. Besarnya nilai polis (nilai akumulasi dana) tergantung dari hasil investasi pada kinerja masing-masing underlying pilihan alokasi dana, penanggung tidak menjamin hasil dari investasi pemegang polis. Semua risiko kerugian dan manfaat yang dihasilkan dari investasi akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemegang polis. Jika tertanggung mengambil asuransi tambahan (rider), maka manfaat tambahan mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai dengan rider yang diambil.10 3. Hak dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung dalam Asuransi Jiwa Mitra

Melati di AJB Bumiputera 1912 a. Hak dan kewajiban penanggung

Penanggung dalam asuransi jiwa Mitra Melati mempunyai hak menerima premi dari tertanggung sesuai dengan jangka waktu dan jadwal pembayaran yang telah disepakati. Pada dasarnya premi yang dibayarkan adalah premi tahunan, tetapi atas persetujuan penanggung dapat dibayarkan dengan cara setengah tahunan atau triwulan. Apabila premi yang

10Keputusan Direksi PT Asuransi Jiwa Bumiputera NO.SK.8/DIR/2017 Tentang

(10)

dibayarkan setelah melewati tanggal jatuh tempo, maka penanggung berhak mengenakan bunga sesuai yang telah ditentukan.

Selain itu penanggung juga berhak mendapatkan keterangan secara tertulis maupun lisan dari pihak yang berwenang mengenai kondisi kesehatan tertanggung/orang yang jiwanya dipertanggungkan. Keterangan tentang kesehatan tertanggung/orang yang jiwanya dipertanggungkan dianggap penting karena perjanjian asuransi jiwa digantungkan pada terjadinya peristiwa yang tidak pasti (evenemen) yang menyangkut kematian orang yang jiwanya dipertanggungkan.

Selanjutnya penanggung berhak meminta keterangan/bahan-bahan lain jika dipandang perlu dalam hubungannya dengan permintaan jaminan/santunan. Jangka waktu pengajuan permintaan santunan selambat-lambatnya 1(satu) tahun sejak tertanggung/orang yang jiwanya dipertanggungkan meninggal dunia, diluar jangka waktu tersebut penanggung berhak menolak permintaan santunan. Batas waktu penentuan klaim diterima atau ditolak adalah maksimal 1 (satu) bulan sejak berkas klaim diterima oleh penanggung secara lengkap dan benar (valid).

Penanggung berhak merubah setiap saat pada manfaat, biaya, risiko, syarat, dan ketentuan umum polis yang akan diberitahukan secara tertulis kepada pemegang polis/tertanggung paling lambat 30 (tigapuluh) hari kerja sebelum terjadinya perubahan. Dalam hal pemegang polis/tertanggung diberikan waktu sebagaimana tersebut diatas untuk menyampaikan

(11)

pendapatnya tidak memberikan pendapatnya, maka penanggung menganggap pemegang polis/tertanggung menyetujui perubahan tersebut.

Menandatangani polis dan segera menyerahkan kepada tertanggung dalam waktu tertentu merupakan kewajiban yang penting dari penanggung dalam perjanjian asuransi jiwa. Kewajiban penanggung yang lain dalam perjanjian asuransi jiwa Mitra Melati adalah membayar klaim uang pertanggungan kepada tertanggung atau ahli waris atau orang yang ditunjuk. Karena asuransi jiwa Mitra Melati merupakan jenis asuransi investasi dan perlindungan jika tertanggung meninggal dunia, maka jumlah klaim uang pertanggungan tergantung terhadap sebab berakhirnya perjanjian. Jadi berakhirnya perjanjian dibedakan karena jangka waktu berakhir tetapi tertanggung/orang yang jiwanya dipertanggungkan belum meninggal dunia atau sebaliknya sebelum jangka waktu berakhir tetapi orang yang jiwanya dipertanggungkan telah meninggal dunia.

Penanggung tidak berkewajiban membayar santunan dan hanya berkewajiban membayar akumulasi dana, jika asuransinya telah

mempunyai akumulasi dana dan tertanggung meninggal dunia karena: a) Bunuh diri dalam waktu kurang 3 (tiga) tahun dari tanggal mulai

berlaku.

b) Dihukum mati oleh Pengadilan sebelum 3 (tiga) tahun.

c) Pengaruh narkotika, minuman keras/alkohol dan zat adiktif lainnya. d) Sedang melakukan tindakan melawan hukum.

(12)

e) Terlibat dalam perkelahian, perbuatan kekerasan, pemberontakan, huru hara, pengacauan atau perbuatan teror, dan tidak sebagai orang yang mempertahankan diri.

f) Kecelakaan segala bentuk penerbangan non komersil dimana tertanggung pada saat itu bertindak selaku pilot/awak dan tidak membayar prerni tambahan aviasi sesuai ketentuan.

g) Penyakit AIDS, ARC (Aids Related Complex) atau Infeksi HIV (HIVpositif).

Penanggung bebas dari kewajibannya untuk membayar santunan dan apapun juga kepada yang ditunjuk, jika tertanggung meninggal dunia karena melibatkan diri dalam perbuatan kekerasan, pemberontakan, huru hara, pengacauan atau perbuatan teror. Penanggung bebas dari kewajibannya untuk membayar santunan dan apapun juga kepada yang ditunjuk, jika tertanggung meninggal dunia akibat perbuatan yang dilakukan dengan sengaja atau keterlibatan oleh salah satu dari mereka yang berkepentingan dalam polis ini (pemegang polis/yang ditunjuk). Penanggung bebas dari kewajibannya untuk membayar santunan dan apapun juga kepada pemegang polis/tertanggung/pihak yang ditunjuk jika dalam kondisi sudah terdiagnosis atau memiliki riwayat penyakit tertentu pada saat mendaftar ke asuransi (Pre Existing Condition).11

b. Hak dan kewajiban tertanggung

(13)

Hak tertanggung dalam asuransi jiwa Mitra Melati adalah menerima polis setelah ditandatangani oleh penanggung dan diserahkan dalam waktu tertentu. Selain itu berhak menerima klaim uang pertanggungan yang akan diterima sendiri atau ahli warisnya atau orang yang ditunjuk. Apabila tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi maka ahli waris atau orang yang ditunjuk akan menerima sebesar 100% (seratus persen) uang pertanggungan, ditambah akumulasi dana yang besarnya sesuai perhitungan pada saat tertanggung meninggal dunia. Sebaliknya jika tertanggung atau orang yang jiwanya dipertanggungkan hidup hingga berakhirnya masa asuransi, maka kepada tertanggung akan dibayarkan akumulasi dana yang besarnya minimal 110% (seratus sepuluh prosen) uamg pertanggungan.

Tertanggung berhak menunjuk pihak lain untuk menerima pembayaran santunan uang pertanggungan sebelum orang yang jiwanya dipertanggungkan meninggal dunia, sepanjang masih terdapat hubungan kepentingan asuransi dan mendapat persetujuan pihak yang digantikannya. Penggantian yang ditunjuk harus diajukan secara tertulis oleh tertanggung kepada penanggung. Diterima atau tidaknya permohonan tersebut akan ditentukan oleh penanggung.

Selain itu tertanggung dengan permintaan tertulis kepada penanggung setiap waktu berhak menunjuk pihak lain untuk mengganti kedudukan sebagai tertanggung sepanjang masih terdapat hubungan kepentingan asuransi. Jika tertanggung bukan orang yang jiwanya dipertanggungkan, maka yang ditunjuk yang sudah dewasa menggantikan kedudukannya

(14)

sebagai tertanggung. Jika terdapat lebih dari satu nama yang ditunjuk, maka salah satu diantara mereka akan bertindak atas nama lainnya sebagai tertanggung. Jika tertanggung bukan orang yang jiwanya dipertanggungkan dan ternyata tidak ada yang ditunjuk atau yang ditunjuk belum dewasa maka orang yang jiwanya dipertanggungkan dapat menjadi tertanggung dengan mengajukan permintaan secara tertulis kepada penanggung.

Tertanggung untuk membayar premi lanjutan berhak untuk diberi masa leluasa 30 (tigapuluh) hari mulai tanggal jatuh temponya atau satu bulan kalender jika mulai asuransinya tanggal satu. Jika tertanggung meninggal dalam masa leluasa semua tunggakan premi beserta bunga akan dikurangkan dari santunan. Jika tertanggung meninggal dunia setelah masa leluasa, santunan tidak akan dibayarkan.

Dalam hal pemegang polis/tertanggung tidak menyetujui perubahan pada manfaat, biaya, risiko, syarat, dan ketentuan umum polis yang diminta penanggung maka pemegang polis/tertanggung berhak memutuskan produk dan/atau layanan tanpa dikenakan ganti rugi apapun. Apabila ditebus maka akan dibayarkan oleh tertanggung nilai tunai atau saldo jika ada.

Tertanggung yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi jiwa dengan penanggung, wajib mengisi dan menandatangani formulir surat permintaan asuransi jiwa yang disediakan untuk keperluan itu dan kemudian mengirimkannya kepada penanggung. Surat permintaan asuransi jiwa yang diisi dengan lengkap dan benar menjadi dasar perjanjian asuransi jiwa antara penanggung dengan pemegang polis/tertanggung.

(15)

Selanjutnya tertanggung mempunyai kewajiban membayar premi kepada penanggung yang besarnya ditentukan berdasarkan prosentase dari uang pertanggungan yang disepakati. Membayar premi harus dilakukan secara teratur dan tepat waktu atau sebelum jatuh tempo, karena apabila tertanggung menunggak membayar premi akan mempengaruhi besarnya jumlah uang pertanggungan yang akan diterima. Jika premi dibayar tertanggung secara terus menerus maka polis akan mempunyai nilai tunai yang saat dan besarnya ditentukan oleh penanggung berdasarkan tehnis asuransi (aktuaria).

Kewajiban yang lain tertanggung harus menyampaikan dengan benar kondisi kesehatan orang yang jiwanya dipertanggungkan. Jika kemudian ternyata bahwa keterangan-keterangan yang dinyatakan dalam surat permintaan asuransi jiwa dan/atau laporan pemeriksaan kesehatan tidak benar atau palsu, sedang perjanjian asuransi jiwa telah berjalan maka perjanjian asuransi tidak berlaku atau batal demi hukum.

Sebagai syarat permintaan klaim pemegang polis/tertanggung wajib menyerahkan surat pengajuan klaim, polis asli/polis pengganti, kuitansi/bukti pembayaran premi terakhir yang sah dan tercatat dalam administrasi penanggung, dan bukti diri dari pemegang polis/tertanggung. Jika orang yang jiwanya dipertanggungkan meninggal dunia, maka selain memenuhi kewajiban dalam syarat permintaan klaim tersebut diatas pemegang polis/tertanggung mempunyai kewajiban melengkapi:

(16)

b) Bukti diri yang ditunjuk. c) Kartu keluarga tertanggung.

d) Surat keterangan/akta kematian dari pamong praja setempat dan surat keterangan sebab kematian dari Dokter, dalam hal tertanggung meninggal dunia dalam perawatan Dokter Rumah Sakit.

e) Surat bukti mengenai kecelakaan diri dari yang berwajib termasuk termasuk surat keterangan dari Dokter, dalam hal orang yang jiwanya dipertanggungkan meninggal dunia karena kecelakaan.

f) Hasil otopsi dari yang berwajib jika diperlukan. g) Isian formulir yang disediakan penanggung.

h) Surat kuasa ahli waris kepada penanggung untuk memintakan medical record/riwayat penyakit dari Dokter atau Rumah Sakit.

i) Surat keterangan kematian dari yang berwenang dilegalisir minimal oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia, dalam hal orang yang jiwanya dipertanggungkan meninggal dunia diluar negeri.12

Matriks Hak dan Kewajiban Penanggung

Hak Penanggung Kewajiban Penanggung

- Menerima premi. - Menandatangani polis.

- Meminta keteraangan mengenai kondisi kesehatan tertanggung /atau orang yang jiwanya dipertanggungkan.

- Membayar klaim uang

pertanggungan kepada

tertanggung atau ahli waris atau orang yang ditunjuk jika perjanjian asuransi berakhir atau perjanjian asuransi belum berakhir tetapi tertanggung /atau

orang yang jiwanya

(17)

dipertanggungkan telah meninggal dunia.

- Meminta keterangan lain untuk melengkapi data apabila ada klaim uang pertanggungan. - Menolak memberikan uang

santunan apabila permohonan melewati 1(satu) tahun sejak tertanggung atau orang yang jiwanya dipertanggungkan meninggal dunia.

- Merubah manfaat, biaya, risiko, syarat, dan ketentuan umum polis.

Matriks Hak dan Kewajiban Tertanggung

Hak Tertanggung Kewajiban Penanggung

- Menerima polis. - Mengisi dan menandatangani

formulir surat permintaan asuransi jiwa.

- Menerima klaim uang

pertanggungan.

- Membayar premi. - Menunjuk pihak lain untuk

menerima pembayaran

santunan uang pertanggungan.

- Menyampaikan dengan benar kondisi kesehatan orang yang jiwanya dipertanggungkan. - Menunjuk pihak lain untuk

mengganti kedudukan sebagai tertanggung.

- Menyerahkan surat pengajuan klaim, polis asli/atau polis pengganti, kuitansi/atau bukti pembayaran premi terakhir yang sah, bukti diri pemegang polis/atau penanggung.

- Mendapat masa leluasa 30 (tiga puluh) hari dalam membayar premi lanjutan.

- Menolak perubahan manfaat, biaya, risiko, syarat, dan ketentuan umum polis.

(18)

Dalam kasus ini, permasalahan yang terjadi pada proses pembayaran klaim meninggal dunia terhadap dua polis yang dimiliki oleh tertanggung Partimah mengalami perbedaan klaim. Hal ini diakibatkan salah satu dari polis yang dimiliki Partimah tersebut mengalami penunggakan pembayaran preminya, sehingga mengakibatkan uang santunan klaim dibayar tidak sebesar uang pertanggungan yang tertera dalam polis.

Permasalahan yang terjadi perihal pembayaran klaim meninggal dunia di AJB Bumiputera 1912 Salatiga dapat dijelaskan sebagai berikut, bahwa Partimah memiliki 2 polis dengan menggunakan produk asuransi Mitra Melati, yaitu polis pertama Partimah dengan nomor: 210102652682, uang pertanggungan sebesar Rp. 25.000.000. (duapuluh lima juta rupiah), jangka asuransi 10 (sepuluh) tahun, mulai asuransi pada tanggal 23-09-2010 (duapuluh tiga September duaribu sepuluh), pembayaran premi terakhir pada tanggal 22-09-2018 (duapuluh dua September duaribu delapanbelas), pembayaran premi dengan cara tahunan sebesar Rp. 2.632.500. (dua juta enamratus tigapuluh dua ribu limaratus rupiah), polis kedua Partimah dengan nomor: 211101198131, uang pertanggungan sebesar Rp.11.000.000. (sebelas juta rupiah), jangka asuransi 10 (sepuluh) tahun, mulai asuransi pada tanggal 9-05-2011 (Sembilan Mei duaribu sebelas), pembayaran premi terakhir pada tanggal 08-11-2017 (delapan November duaribu tujuhbelas), pembayaran premi dengan cara triwulan sebesar 302.302. (tigaratus dua ribu tigaratus dua rupiah).

Permasalahan tersebut diatas timbul setelah Partimah meninggal dunia pada tanggal 25-10-2017 (duapuluh lima Oktober duaribu tujuhbelas),

(19)

kemudian ahli waris mengajukan klaim, dengan pengajuan data klaim yang diterima oleh pihak penanggung dalam hal ini adalah AJB Bumiputera 1912 Salatiga. Setelah data diterima maka pihak AJB Bumiputera 1912 Salatiga, memproses klaim meninggal dunia tersebut. Pada saat realisasi pembayaran klaim ternyata untuk perhitungan klaim polis Partimah nomor: 210102652682, dengan uang pertanggungan sebesar Rp, 25.000.000. (duapuluh lima juta rupiah) dibayar penuh ditambah benefit, sedangkan untuk polis Partimah nomor: 211101198131, dengan uang pertanggungan sebesar Rp. 11.000.000. (sebelas juta rupiah) hanya dibayar sebesar 60% (enampuluh prosen) dari uang pertanggungan ditambah benefit. Terhadap jumlah pembayaran klaim polis Partimah dengan nomor: 211101198131, ahli waris complain kepada AJB Bumiputera 1912 Salatiga, karena pembayaran klaim meninggal dunia polis Partimah nomor: 211101198131, tidak mendapat 100% (seratus prosen) uang pertanggungan seperti polis Partimah nomor: 210102652682.

Dalam hal ini polis Partimah nomor: 211101198131, pembayaran premi asuransinya pernah menunggak selama 2 (dua) triwulan, karena cara pembayaran premi polis tersebut setiap triwulan. Tepatnya tunggakan premi tersebut telah dibayar untuk periode tanggal 9-05-2017 (sembilan Mei duaribu tujuhbelas) sampai dengan tanggal 08-11-2017 (delapan November duaribu tujuhbelas). Pada tanggal 15-09-2017 (limabelas September duaribu tujuhbelas), membayar tunggakan premi triwulan dari tanggal 09–05-2017 (sembilan Mei duaribu tujuhbelas) sampai dengam tanggal 08-11-2017 (delapan November duaribu tujuhbelas), seharusnya sudah dibayar pada bulan

(20)

Mei 2017 (duaribu tujuhbelas), tetapi dibayar tanggal 15-09-2017 (limabelas September duaribu tujuhbelas). Dengan masa leluasa tersebut maka polis dinyatakan lapse atau tertunda pembayaran sehingga polis tersebut mengalami proses pemulihan. Pemulihan polis adalah pembayaran tunggakan premi ditambah denda tunggakan, agar polis dapat pulih seperti sediakala dan pembayarannya lancar sampai jatuh tempo pembayaran premi tersebut.

Polis Partimah nomor: 211101198131, tersebut telah mengalami proses pemulihan atau pemeliharaan, dan preminya telah dilunasi dan telah lancar kembali, akan tetapi di AJB Bumiputera 1912 Salatiga, memiliki aturan jika suatu polis telah mengalami proses pemulihan atau pemeliharaan polis, maka polis tersebut dikenakan masa observasi dengan ketentuan masa percobaan 2(dua) tahun sejak polis tersebut dipulihkan, jika tertanggung meninggal dunia. Dalam kasus tersebut tuntutan ahli waris tidak dikabulkan dalam hal pembayaran klaim meninggal sebesar 100% (seratus prosen) karena:

a. Polis Partimah dengan nomor: 211101198131, telah mengalami proses pemulihan karena menunggak premi 2 (dua) triwulan.

b. Partimah meninggal dunia pada tahun pertama masa observasi, dimana pemulihan dilakukan tanggal 15-09-2017 (limabelas September duaribu tujuhbelas) dan Partimah meninggal dunia tanggal 15-10-2017 (limabelas Oktober duaribu tujuhbelas), sehingga pembayaran klaim hanya sebesar 60% (enampuluh prosen) uang pertanggungan ditambah benefit.

(21)

Sedangkan polis Partimah nomor: 210102652682, klaim meninggal dunia dibayar 100% (seratus prosen) karena premi tersebut telah dibayar sesuai jatuh tempo dan tidak mengalami proses pemulihan polis.

Dalam kasus tersebut, perlu diketahui dalam perjanjian penutupan asuransi memang tidak dituliskan secara terperinci, akan tetapi perihal pemulihan telah dicantumkan dalam syarat dan ketentuan polis. Pada dasarnya polis asuransi akan dibayar klaim meninggal dunia 100% (seratus prosen) uang pertanggungan, jika pembayaran preminya tertib sesuai jatuh tempo pembayaran dan tidak mengalami proses pemulihan dan polis telah melewati masa observasi tahun pertama dan tahun kedua.

Ketentuan yang dijalankan di AJB Bumiputera 1912 Salatiga, yaitu polis dikenakan masa observasi selama 2 (dua) tahun sejak polis diterbitkan, dengan ketentuan:

a. Tahun pertama sebesar 60% (enampuluh prosen) dari benefit kematian. b. Tahun kedua sebesar 80% (delapanpuluh prosen) dari benefit kematian. c. Tahun ketiga dan seterusnya sebesar 100% (seratus prosen ) dari benefit

kematian.

Perkecualian masa percobaan tidak berlaku, artinya santunan tetap dibayar sebesar 100% (seratus prosen) dalam hal tertanggung meninggal dunia karena:

(22)

2) Penyakit yang oleh Dinas Kesehatan setempat dinyatakan sebagai wabah untuk daerah tempat tertanggung meninggal dunia.

Apabila ahli waris mengajukan klaim meninggal, maka AJB Bumiputera 1912 Salatiga, meminta persyaratan yang meliputi:

1) Polis asli.

2) Kuitansi asli atau fotocopy pembayaran terakhir. 3) Surat keterangan kematian dari.

a. Pamong Praja jika meninggal di rumah. b. Rumah Sakit jika meninggal di Rumah Sakit.

4) Surat keterangan dari Kepolisian jika meninggal karena kecelakaan. 5) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Ijin Mengemudi (SIM)

tertanggung, Kartu Tanda Penduduk (KTP) ahli waris, dan fotocopy kartu keluarga.

Disamping persyaratan tersebut diatas untuk klaim meninggal dunia harus dilengkapi lembar pernyataan klaim oleh ahli waris.13

13Wawancara, Loc.Cit. Mendapatkan 60 % dari keseluruhan Asuransi Jiwa TAHUN 1 Mendapatkan 80 % dari Keseluruhan Asuransi Jiwa TAHUN 2 Mendapatkan 100 % dari keseluruhan Asuransi Jiwa TAHUN 3

(23)

B.

Analisis

1. Hak Pemegang Polis AJB Bumiputera 1912 yang Menunggak Membayar Premi untuk Melakukan Pemulihan Polis

Suatu perjanjian secara normatif tidak terkecuali perjanjian pertanggungan/asuransi, paling tidak harus melibatkan dua pihak yang saling mengikatkan dirinya sesuai dengan Pasal 1313 KUHPerdata. Selanjutnya dalam Pasal 255 KUHD mengatur bahwa “pertanggungan harus diadakan secara tertulis dengan sepucuk akta, yang bernama polis”.14

Salah satu unsur penting yang diperjanjikan dalam polis yang merupakan kewajiban tertanggung kepada penanggung adalah membayar premi. Besarnya premi yang harus dibayarkan dihitung berdasarkan prosentase dari jumlah yang dipertanggungkan, dengan menilai besarnya risiko yang menjadi beban penanggung.

Dalam perjanjian asuransi jiwa pemegang polis/tertanggung berkewajiban membayar premi, sebaliknya penanggung memberikan perlindungan risiko terhadap tertanggung dalam waktu tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan dalam polis.

Pemegang polis/tertanggung dalam perjanjian asuransi jiwa ada kemungkinan dapat melakukan penunggakan pembayaran premi. Penunggakan

(24)

pembayaran premi asuransi jiwa dapat terjadi dalam waktu tertentu atau sampai perjanjian asuransi jiwa berakhir.

Dalam perjanjian asuransi jiwa di AJB Bumiputera 1912 polis yang kedaluwarsa atau polis bebas premi dapat dipulihkan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak polis asuransi menjadi kedaluwarsa atau bebas premi atas permintaan tertulis dari pemegang polis/tertanggung. Selain itu polis kedaluwarsa atau bebas premi dapat dipulihkan selama masa asuransinya belum berakhir sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum masa asuransinya berakhir.

Untuk pemulihan polis tersebut diperlukan surat pernyataan kesehatan atau pemeriksaan kesehatan atas diri tertanggung sesuai ketentuan mempertanggungkan (underwriting) yang ditetapkan oleh penanggung, sedang biaya pemeriksaan kesehatan menjadi beban pemegang polis/tertanggung sepenuhnya. Pemulihan polis ini harus disertai dengan pelunasan semua tunggakan premi berikut bunganya. Diterima atau ditolaknya permintaan pemulihan polis tergantung pada pertimbangan penanggung.

Pemulihan polis dapat dilakukan apabila jenis produk asuransi sebagaimana tercantum dalam polis masih dipasarkan pada saat pemulihan. Polis yang dipulihkan berlaku kembali sejak tanggal yang tercantum dalam surat pemberitahuan secara tertulis oleh penanggung kepada pemegang polis/tertanggung, berdasarkan permintaan dan syarat-syarat pemulihan yang telah disampaikan. Jika kemudian ternyata keterangan-keterangan yang dinyatakan dalam surat pernyataan kesehatan atau pemeriksaan kesehatan dari

(25)

tertanggung tidak benar atau palsu, sedang perjanjian asuransi telah berjalan, maka perjanjian asuransi tidak berlaku atau batal demi hukum.

Secara umum perjanjian asuransi harus memenuhi syarat-syarat umum perjanjian, dan disamping itu masih harus memenuhi asas-asas tertentu yang mewujudkan sifat atau ciri khusus dari perjanjian asuransi sendiri. Oleh karena itu hal yang menyangkut hak pemegang polis yang menunggak membayar premi untuk melakukan pemulihan polis dalam persoalan polis Partimah nomor: 211101198131, tidak dapat dilepaskan dengan asas-asas dan ketentuan-ketentuan hukum asuransi/asuransi jiwa tersebut. Berkenaan dengan itu harus diperhatikan pengaturan secara umum dalam KUHPerdata terutama Pasal 1338, Pasal 1339, Pasal 1340,Pasal 1320, Pasal 1318, Pasal 1317, Pasal 1315, Pasal 1347 KUHPerdata, maupun secara khusus dalam Pasal 246, Pasal 250, Pasal 251, Pasal 268 KUHD.

Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, mengatur bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi mereka yang membuatnya sebagai undang-undang. Perjanjian yang telah dibuat antara penanggung dan pemegang polis/tertanggung telah memenuhi asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian. Membuat perjanjian dengan siapapun, menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratan, serta menentukan bentuk perjanjian tertulis atau lisan. Dalam Pasal tersebut selain terkandung asas kebebasan berkontrak, juga asas kekuatan

(26)

mengikat (pacta sunt servanda), dan asas kepastian hukum yang mengandung pengertian janji harus ditepati.15

Adanya pernyataan sepakat yang diwujudkan dengan ditandatanganinya perjanjian asuransi tersebut akan mengikat penanggung dengan pemegang polis/tertanggung, sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 ayat (2) KUHPerdata, yang didalamnya mengandung asas kekuatan mengikat (pacta sunt servanda) selain yang telah diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Dalam Pasal 1338 ayat (2) KUHPerdata, dijelaskan mengenai suatu perjanjian yang telah dibuat tidak dapat ditarik kembali selain adanya sepakat para pihak atau karena alasan-alasan oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.16

Selain Pasal 1338 ayat (1) dan Pasal 1338 ayat (2) KUHPerdata, dalam Pasal 1340 KUHPerdata juga mengandung asas kekuatan mengikat (pactasunt servanda) karena mengatur bahwa perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya. Dengan pengertian bahwa perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan hanya mengikat kedalam.17

15

http://bisdan-sigalingging.blogspot.com/2014/10/asas-asas-dan-prinsip-prinsip-dasar.html. dikunjungi pada tanggal 8 Agustus 2018 pukul 09.00.

16http://bilongtuyu.blogspot.com/2013/05/asas-asas-perjanjian.html.dikunjungi pada

tanggal 8 Agustus 2018 pukul 09.30.

17http://yosepaliyinsh.blogspot.com/2012/09/asas-asas-hukum-perdata.html.

(27)

Pernyataan sepakat yang dituangkan dalam isi perjanjian termasuk perjanjian asuransi tidak hanya mengikat hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang, sebagaimana diatur dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Dalam Pasal 1339 KUHPerdata dinyatakan bahwa asas kepatutan sangat berkaitan erat dengan isi perjanjian, karena kesepakatan yang dituangkan dalam isi perjanjian harus melahirkan rasa keadilan baik kepada pihak yang mengadakan perjanjian maupun rasa keadilan yang ada dalam masyarakat. Selain asas kepatutan dalam Pasal 1339 KUHPerdata juncto Pasal 1347 KUHPerdata juga mengandung asas kebiasaan dengan pengertian bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat pada hal-hal yang diatur secara tegas dalam isi perjanjian, tetapi termasuk yang berlaku dalam masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan.18

Dalam Pasal 1315 KUHPerdata, menyatakan bahwa pada umumnya tidak satupun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji daripada untuk dirinya sendiri. Asas yang terkandung dalam pasal ini adalah asas kepribadian (personality) yang menjelaskan bahwa perjanjian antara para pihak hanya berlaku untuk kedua belah pihak saja. Maksudnya hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian tersebut hanya

18file:///C:/Users/ASUS%20PC/Downloads/Documents/BAB%20II_10.pdf, dikunjungi pada

(28)

untuk para pihak sendiri, atau dengan kata lain setiap orang tidak dapat meletakkan kewajibannya kepada orang lain tanpa adanya kata sepakat. 19

Pasal 1320 KUHPerdata, didalamnya mengandung asas konsensualisme, yang dapat dijelaskan bahwa asas ini menentukan kata sepakat yang berkembang khususnya dalam perjanjian asuransi. maksud lebih jauh pasal ini bahwa perjanjian pada pokoknya dapat dibuat bebas tidak terikat bentuk dan tercapai tidak secara formal tetapi cukup hanya melalui konsensus.20

Selanjutnya dalam Pasal 1340 KUHPerdata terdapat pengecualian terhadap pihak-pihak yang membuat perjanjian sebagaimana yang terkandung dalam Pasal 1317 KUHPerdata. Dengan pengertian bahwa perjanjian dapat pula diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, apabila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu. Namun dalam Pasal 1318 KUHPerdata tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, melainkan juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak dari padanya. Dengan demikian Pasal 1317 KUHPerdata mengatur tentang perjanjian untuk pihak ketiga, sebagai pengecualian terhadap Pasal 1340 KUHPerdata. Sedangkan Pasal 1318 KUHPerdata mempunyai ruang lingkup pengaturan yang lebih luas.21

19http://bisdan-sigalingging.blogspot.com/2014/10/. Loc.Cit. 20Ibid.

21http://lawishukum.blogspot.com/2014/11/asas-asas-hukum-perdata.html.dikunjungi pada

(29)

Dalam hubungannya dengan kepentingan para pihak dalam perjanjian asuransi jiwa, maka asas kepentingan merupakan salah satu asas pokok dalam hukum asuransi, yang secara khusus dapat ditemukan dalam Pasal 250 dan Pasal 268 KUHD. Dalam Pasal 250 KUHD mengatur apabila seseorang yang mempertanggungkan untuk diri sendiri, atau seseorang dipertanggungkan oleh orang lain pada saat diadakan pertanggungan tidak mempunyai kepentingan atas benda yang dipertanggungkan, maka penanggung tidak mempunyai kewajiban mengganti kerugian. Selanjutnya Pasal 268 KUHD mengatur bahwa suatu pertanggungan dapat berpokok mengenai semua kepentingan, dapat dinilai dengan uang, diancam oleh suatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh undang-undang.22

Dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata mengatur suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dapat dikatakan sebagai penyeimbang asas kebebasan berkontrak sebagaimana yang terkandung dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Dengan demikian kedua asas ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan pada pihak yang lebih lemah, sehingga kedudukan para pihak dalam perjanjian asuransi jiwa yaitu antara penanggung dengan pemegang polis/tertanggung menjadi seimbang.23

Selain diatur secara umum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, asas itikad baik sebagai asas pokok dalam hukum asuransi dapat ditemukan dalam

22

https://text-id.123dok.com/document/wq2jo56y1-asas-asas-dalam-hukum-asuransi.html, dikunjungi pada tanggal 9 Agustus 2018 pukul 11.00.

(30)

Pasal 251 KUHD. Dalam Pasal 251 KUHD mengatur bahwa semua pemberitaan yang salah atau tidak benar atau semua penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung, meskipun dilakukan dengan itikad baik yang bersifat sedemikian rupa sehingga perjanjian tersebut tidak akan diadakan, atau tidak diadakan berdasarkan syarat-syarat yang sama apabila penanggung mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari semua hal itu akan membuat pertanggungan itu batal.24

Selain asas itikad baik dan asas kepentingan sebagai asas pokok dalam hukum asuransi terdapat pula asas indemnitas atau ganti kerugian. Pengaturan asas indemnitas tersirat dalam Pasal 246 KUHD yang memberi batasan bahwa perjanjian asuransi atau pertanggungan sebagai perjanjian yang bermaksud untuk memberikan penggantian terhadap kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diderita oleh tertanggung karena suatu peristiwa yang tidak pasti.25

Dalam persoalan polis Partimah yang terjadi di AJB Bumiputera 1912 Salatiga, pemegang polis/tertanggung berhak untuk mendapatkan pemulihan polis, karena walaupun menunggak membayar premi tetapi masih mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan tunggakan pembayaran premi tersebut. Selain adanya itikad baik juga memperhatikan ketentuan dalam polis yang mensyaratkan bahwa saat pemulihan polis produk asuransi tersebut masih

24Ny. Siti Sumarti Hartono, Loc.Cit.

(31)

dipasarkan. Dengan pemulihan polis Partimah berarti syarat dan ketentuan polis yang mengatur pemulihan polis dan syarat-syarat lain telah terpenuhi.

Dalam pemulihan polis Partimah asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata telah terpenuhi, karena penanggung dengan pemegang polis/tertanggung telah membuat kesepakatan yang tertuang dalam polis tidak dalam tekanan atau terpaksa. Dengan demikian semua persyaratan-persyaratan mengenai isi perjanjian, pelaksanaan, maupun bentuk perjanjiannya tidak melanggar Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata tersebut.

Dalam polis Partimah isinya tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku atau kesusilaan atau ketertiban umum. Oleh karena itu menurut penulis polis Partimah telah memenuhi syarat dan tidak melanggar asas kebebasan berkontrak. Pemegang polis/tertanggung telah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Hanya karena satu hal Partimah pernah melakukan penunggakan pembayaran premi. Menurut penulis penunggakan pembayaran premi tersebut dapat dikategorikan sebagai wanprestasi pemegang polis, namun tidak berarti perjanjian asuransi jiwa tersebut menjadi batal. Memang adanya penunggakan pembayaran premi akan menimbulkan akibat hukum yang berkenaan dengan jumlah klaim uang petanggungan yang akan diterimanya (Nilai Tunai Polis). Tetapi hal ini tidak akan menghilangkan hak pemegang polis/tertanggung untuk melakukan pemulihan polis. Penanggung tidak ada dasar/alasan untuk menolak melaksanakan hak pemegang polis/tertanggung untuk memperoleh pemulihan

(32)

polis, karena selain telah diatur dalam syarat dan ketentuan polis juga tidak melanggar asas kebebasan berkontrak dan itikad baik.

Polis Partimah menurut penulis juga telah memenuhi asas konsensualisme sebagaimana yang terkandung dalam Pasal 1320 KUHPerdata, karena penanggung dan tertanggung telah sepakat membuat perjanjian yang dituangkan dalam polis. Karena telah terjadi kesepakatan maka hak dan kewajiban penanggung dan Partimah selaku pemegang polis tidak ada halangan untuk dijalankan.

Polis Partimah juga telah memenuhi ketentuan Pasal 1315 KUHPerdata yang mengandung asas kepribadian (personality). Menurut penulis dipenuhinya asas dalam Pasal 1315 KUHPerdata karena kesepakatan yang dibuat antara para pihak yaitu penanggung dengan pemegang polis/tertanggung berlaku mengikat terhadap kedua belah pihak. Selain itu dalam Pasal 1317 dan Pasal 1318 KUHPerdata, tidak hanya mengatur perjanjian yang mengikat terhadap kedua belah pihak, tetapi juga mengatur hak-hak pihak lain yaitu ahli waris ataupun pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perjanjian tersebut.

Akhirnya menurut penulis dalam persoalan polis Partimah nomor: 2111101198131 produk asuransi jiwa mitra Melati dalam penerapan asas indemnitas atau ganti kerugian tidak berlaku mutlak dalam asuransi jiwa karena jumlah yang menjadi hak untuk diterima oleh tertanggung atau pemegang polis itu pada dasarnya merupakan jumlah yang disepakati oleh penanggung dan tertanggung. Klaim uang pertanggungan oleh ahli waris Partimah tidak dapat diberikan seluruhnya sebesar 100% (seratus prosen ) oleh penanggung karena

(33)

penanggung mempunyai alasan yang kuat bahwa Partimah selaku pemegang polis pernah melakukan penunggakan pembayaran premi yang berdampak pada jumlah uang pertanggungan yang akan diterima walaupun setelah itu dilakukan pemulihan polis. Karena itu dalam menerapkan asas indemnitas atau ganti kerugian tidak ada peraturan yang dilanggar, karena penanggung telah memberikan ganti kerugian kepada ahli waris Partimah sebesar yang semestinya diterima sesuai yang diatur dalam syarat dan ketentuan polis Partimah. Walaupun dalam persoalan ini ahli waris Partimah merasa sudah tidak ada tunggakan pembayaran premi, karena sudah dilunasi oleh Partimah sebelum meninggal dunia.

Dengan demikian kesepakatan antara penanggung dengan pemegang polis dalam hal ini tertuang dalam polis Partimah sebenanya telah memenuhi asas-asas dan ketentuan-ketentuan hukum asuransi, baik yang diatur dalam Pasal 1338, Pasal 1339, Pasal 1340, Pasal 1320, Pasal 1317, Pasal 1318, Pasal 1315, Pasal 1347 KUHPerdata, maupun dalam Pasal 246, Pasal 250, Pasal 251, Pasal 268 KUHD. Pada dasarnya keseimbangan hak dan kewajiban antara penanggung dengan pemegang polis/tertanggung telah berjalan dengan baik, tetapi penyimpangan baru terjadi dalam pelaksanaan isi polis tersebut. Sebab syarat dan ketentuan dalam polis mengikat kedua belah pihak, maka apabila ada salah satu pihak yang melanggar harus menanggung akibat hukum dari perjanjian yang telah disepakati. Dalam hal ini prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian harus ditegakkan, jangan sampai ada yang dirugikan.

(34)

Sebenarnya persoalan tuntutan klaim 100% (seratus prosen) uang pertanggungan muncul karena ahli waris Partimah kurang memahami syarat dan ketentuan yang diatur dalam polis. Oleh karena itu pemahaman syarat dan ketentuan polis oleh pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian sangat penting. Hal ini untuk menghindari munculnya persoalan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Sebaiknya pnyelesaian persoalan tersebut selain berdasarkan syarat dan ketentuan dalam polis, juga menggunakan landasan hukum yang diatur dalam peraturan perundangan sebagai hukum positif.

Walaupun polis Partimah telah mendapat pemulihan, tetapi ada persoalan yang harus diperhatikan oleh penanggung maupun pemegang polis/tertanggung. Menurut pendapat penulis pada waktu menyerahkan polis penanggung seharusnya tidak hanya menjelaskan syarat dan ketentuan polis, tetapi lebih jauh menjelaskan kemungkinan persoalan-persoalan yang mungkin muncul dan akibat yang ditimbulkannya baik selama perjanjian berlangsung maupun setelah perjanjian berakhir. Penanggung tidak boleh hanya mengutamakan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya peserta asuransi jiwa, tetapi harus tetap memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap hak pemegang polis/tertanggung apabila dikemudian hari terdapat persoalan– persoalan hukum yang berkenaan dengan perjanjian asuransi jiwa yang telah dibuat. Penanggung tidak boleh menganggap pemegang polis/tertanggung sudah mengerti dan memahami syarat dan ketentuan polis walaupun tidak diterangkan keseluruhannya.

(35)

2. Perlindungan Hukum bagi Pemegang Polis AJB Bumipetera 1912 yang Menunggak Membayar Premi

Dalam perjanjian asuransi jiwa kewajiban pemegang polis diantaranya adalah membayar premi, termasuk membayar berbagai biaya yang timbul dari perjanjian. Pembayaran premi harus dilakukan sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. Jumlah premi yang dibayarkan biasanya tergantung pada usia tertanggung, sehingga dibutuhkan informasi yang benar dari tertanggung.

Dalam pembayaran premi tersebut terdapat masa tenggang, dimana pemegang polis diberikan kebebasan membayar premi walaupun sudah terlambat. Tetapi pemegang polis dalam masa tenggang harus menerima kemungkinan menanggung pengurangan klaim uang pertanggungan jika tertanggung meninggal dunia.

Apabila setelah masa tenggang pemegang polis masih belum dapat melakukan pembayaran premi seperti yang telah diperjanjikan, maka penanggung akan memberikan kesempatan kepada pemegang polis untuk melunasi ditambah dengan sejumlah bunga sesuai dengan yang diperjanjikan.

Pada dasarnya setiap pemegang polis ingin membayar premi sesuai waktu yang diperjanjikan dan tidak ingin menunggak, karena resiko yang timbul akan merugikannya. Penunggakan pembayaran premi oleh pemegang polis sering disebabkan antara lain karena pemegang polis mengalami kesulitan keuangan, karena dalam perjalanan waktu pemegang polis ada kemungkinan dapat mengalami pasang surut terhadap penghasilannya. Maka untuk mengantisipasi hal ini pemegang polis dalam berhadapan dengan penanggung

(36)

perlu lebih banyak mendapat perhatian berkenaan dengan perlindungan hukum yang diatur dalam berbagai peraturan perundangan.

Peraturan perundangan yang mengatur perasuransian di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak jaman Hindia Belanda. Salah satu peraturan perundangan yang mengatur perasuransian terdapat dalam KUHD, titel kesembilan, titel kesepuluh bagian pertama, kedua, dan secara khusus tentang pertanggungan jiwa diatur pada bagian ketiga. Ketentuan yang mengatur tentang perasuransian dalam KUHD keberadaannya tidak dicabut oleh peraturan perundang-undangan lainnya. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian adalah peraturan perundangan yang pertama kali khusus mengatur tentang asuransi. Tetapi keberadaannya tidak mencabut pengaturan asuransi dalam KUHD dengan segala aspeknya, terutama yang menyangkut perlindungan hukum terhadap pemegang polis.

Selain terdapat dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, pengaturan perlindungan hukum bagi pemegang polis diatur juga dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 Tentang Produk Asuransi Dan Pemasaran Produk Asuransi, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Dalam perkembangannya pengaturan perasuransian dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, telah diubah

(37)

dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Maka peraturan perundangan tersebut mempunyai kedudukan sebagai hukum positif yang mengatur tentang perasuransian.

Secara umum ketentuan dalam Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian telah mengatur bahwa perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi Syariah wajib menjadi peserta program penjaminan polis, dan penyelenggaraan program penjaminan polis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan undang-undang.26Namum didalam praktek khususnya asuransi jiwa konsep perlindungan hukum tersebut tidak dijalankan sebagaimana mestinya, karena kesepakatan yang tercantum dalam polis dianggap telah memenuhi unsur-unsur perlindungan hukum bagi para pihak.

Menurut Pasal 1 angka (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23 /POJK.05/2015 Tentang Produk Asuransi Dan Pemasaran Produk Asuransi, mengatur bahwa:

1. Produk Asuransi adalah:

a. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) jenis atau lebih risiko yang dapat diasuransikan yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti dengan memberikan penggantian kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita pemegang polis, tertanggung, atau peserta, atau pemberian jaminan pemenuhan kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak yang lain apabila pihak yang dijamin tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya;

b. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) jenis atau lebih risiko yang terkait dengan meninggalnya seseorang yang

(38)

dipertanggungkan, hidup dan meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan, atau anuitas asuransi jiwa;

c. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) jenis atau lebih risiko yang terkait dengan keadaan kesehatan fisik seseorang atau menurunnya kondisi kesehatan seseorang yang dipertanggungkan; dan/atau

d. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) jenis atau lebih risiko dengan memberikan penggantian atau pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta atau pihak lain yang berhak dalam hal terjadi kecelakaan.27

Sedangkan dalam Pasal 53 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23 /POJK.05/2015 Tentang Produk Asuransi Dan Pemasaran Produk Asuransi, mengatur bahwa:

1) Perusahaan dan/atau perusahaan pialang asuransi wajib menyampaikan informasi yang akurat, jelas, jujur, dan tidak menyesatkan mengenai Produk Asuransi kepada calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta sebelum calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi dengan Perusahaan.

2) Perusahaan yang memasarkan PAYDI wajib memiliki, menerapkan, dan mengembangkan kebijakan dan prosedur penilaian kesesuaian Produk Asuransi dengan kebutuhan dan profil calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta yang menjadi target pemasaran (customer risk profile assessment).

3) Perusahaan wajib menyelesaikan setiap keluhan terkait Produk Asuransi yang diajukan oleh pihak pemegang polis, tertanggung, atau peserta.28

Dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, mengatur bahwa:

Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang meliputi:

a. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;

27 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23 /POJK.05/2015, Op,Cit., h.2. 28 Ibid., h. 52.

(39)

b. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan c. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.29

Dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan mengatur bahwa:

1. Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan pembelaan hukum, yang meliputi:

a. memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan Konsumen yang dirugikan Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;

b. mengajukan gugatan:

1) untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik; dan/atau

2) untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada Konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

2. Ganti kerugian sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf (b) angka (2) hanya digunakan untuk pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang dirugikan. 30

Dalam Pasal 1 butir (a) dan (b) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, yang dimaksud dengan:

Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau

b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya

29 Pasal 30 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. 30 Ibid., h.23.

(40)

tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.31

Sedangkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, lebih banyak ketentuan-ketentuan yang memberikan perlindungan hukum bagi konsumen dibandingkan bagi pelaku usaha, termasuk dalam hubungan hukum perjanjian asuransi. Ketentuan-ketentuan tersebut yang relevan dengan persoalan Partimah selaku pemegang polis dengan AJB Bumiputera 1912 Salatiga selaku penanggung, antara lain tercantum dalam:

Pasal 4 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, berbunyi:

1. Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyediakan dan/atau menyampaikan informasi mengenai produk dan/atau layanan yang akurat, jujur, jelas, dan tidak menyesatkan.

2. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen atau sarana lain yang dapat digunakan sebagai alat bukti. 3. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:

a. disampaikan pada saat memberikan penjelasan kepada Konsumen mengenai hak dan kewajibannya;

b. disampaikan pada saat membuat perjanjian dengan Konsumen; dan

c. dimuat pada saat disampaikan melalui berbagai media antara lain melalui iklan di media cetak atau elektronik.32

Pasal 7 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, berbunyi:

1. Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menggunakan istilah, frasa, dan/atau kalimat yang sederhana dalam Bahasa Indonesia yang mudah dimengerti oleh Konsumen dalam setiap dokumen yang:

31Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014, Op.Cit., h.2.

32 Pasal 4Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan

(41)

a. memuat hak dan kewajiban Konsumen;

b. dapat digunakan Konsumen untuk mengambil keputusan; dan

c. memuat persyaratan dan dapat mengikat Konsumen secara hukum.

2. Bahasa Indonesia dalam dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disandingkan dengan bahasa lain jika diperlukan.

3. Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menggunakan huruf, tulisan, simbol, diagram dan tanda yang dapat dibaca secara jelas.

4. Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan penjelasan atas istilah, frasa, kalimat dan/atau simbol, diagram dan tanda yang belum dipahami oleh Konsumen.

5. Dalam hal dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan menggunakan bahasa asing, bahasa asing tersebut harus disandingkan dengan Bahasa Indonesia.33

Pasal 9 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, berbunyi:

“Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan pemahaman kepada Konsumen mengenai hak dan kewajiban Konsumen”.34

Pasal 11 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, berbunyi:

1. Sebelum Konsumen menandatangani dokumen dan/atau perjanjian produk dan/atau layanan, Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyampaikan dokumen yang berisi syarat dan ketentuan produk dan/atau layanan kepada Konsumen.

2. Syarat dan ketentuan produk dan/atau layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:

a. rincian biaya, manfaat, dan risiko; dan

b. prosedur pelayanan dan penyelesaian pengaduan di Pelaku Usaha Jasa Keuangan.35

33 Ibid., h. 4-5. 34 Ibid., h. 5. 35 Ibid.

(42)

Pasal 12 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, berbunyi:

1. Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menginformasikan kepada Konsumen setiap perubahan manfaat, biaya, risiko, syarat, dan ketentuan yang tercantum dalam dokumen dan/atau perjanjian mengenai produk dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan. 2. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib diberitahukan

kepada Konsumen paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum berlakunya perubahan manfaat, biaya, risiko, syarat dan ketentuan atas produk dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

3. Dalam hal Konsumen tidak menyetujui perubahan terhadap persyaratan produk dan/atau layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Konsumen berhak memutuskan produk dan/atau layanan tanpa dikenakan ganti rugi apapun.

4. Dalam hal Konsumen sudah diberikan waktu untuk menyampaikan pendapatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Konsumen tidak memberikan pendapatnya maka Pelaku Usaha Jasa Keuangan menganggap Konsumen menyetujui perubahan tersebut.36

Pasal 15 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, berbunyi:

1. Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan akses yang setara kepada setiap Konsumen sesuai klasifikasi Konsumen atas produk dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

2. Klasifikasi Konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan berdasarkan:

a. latar belakang Konsumen; b. keterangan mengenai pekerjaan; c. rata-rata penghasilan;

d. maksud dan tujuan menggunakan produk dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan; atau

e. informasi lain yang digunakan untuk menentukan klasifikasi Konsumen.37

36 Ibid., h.6. 37 Ibid., h.7.

(43)

Pasal 21 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, berbunyi:

“Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memenuhi keseimbangan, keadilan, dan kewajaran dalam pembuatan perjanjian dengan Konsumen”.38

Menurut penulis dalam persoalan Partimah selaku pemegang polis, pihak penanggung/AJB Bumiputera 1912 telah menyampaikan informasi mengenai produk layanan kepada Partimah selaku pemegang polis melalui brosur-brosur, website dan sebagainya. Tetapi informasi tersebut disampaikan pada saat penanggung memberikan penjelasan ataupun pada saat membuat perjanjian asuransi. Oleh karena itu dalam persoalan Partimah ketentuan yang diatur dalam Pasal 4 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan tersebut tidak dilanggar oleh penanggung dan dianggap telah terpenuhi. Menurut penulis persoalan yang dapat muncul bahwa penanggung menganggap informasi yang telah diberikan kepada Partimah selaku pemegang polis telah cukup dan jelas, sebaliknya Partimah selaku pemegang polis mungkin merasa informasi yang diberikan oleh penanggung belum cukup dan belum jelas, dan tidak menanyakan mengenai hal-hal yang belum dimengerti, sehingga dikemudian hari berpotensi muncul persoalan.

(44)

Menurut penulis perjanjian asuransi yang telah dibuat antara Partimah selaku pemegang polis dengan penanggung telah memenuhi ketentuan Pasal 7 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, karena perjanjian dibuat dengan menggunakan istilah, frasa, dan/atau kalimat yang sederhana dan dapat dimengerti. Penulis berasumsi bahwa pihak penanggung tidak mungkin menyulitkan bahkan merugikan diri sendiri maupun pemegang polis/tertanggung. Dalam polis yang berisi hak dan kewajiban para pihak apabila disusun dengan kalimat yang rumit dikawatirkan akan menimbulkan salah tafsir bahkan menyesatkan terutama bagi pemegang polis/tertanggung atau ahli waris maupun orang yang berkepentingan. Akibat yang ditimbulkan akan muncul persoalan baru yang sebenarnya bukan persoalan mengenai isi polis. Dalam persoalan Partimah menurut penulis bukan karena susunan kalimat dalam polis yang sulit, tetapi penanggung selaku pelaku usaha jasa keuangan yang kurang/bahkan tidak melibatkan ahli waris/orang yang berkepentingan pada saat menjelaskan isi polis. Oleh karena itu perlindungan hukum seharusnya tidak terbatas hanya terhadap pemegang polis asuransi jiwa, tetapi juga terhadap ahli waris/orang yang berkepentingan.

Persoalan Partimah dalam hubungannya dengan Pasal 9 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, menurut penulis pihak penanggung hanya memberikan pemahaman hak dan kewajiban kepada

(45)

Partimah/pemegang polis, tidak termasuk ahli waris/orang yang berkepentingan, sehingga pada saat terjadi persoalan ahli waris kurang bahkan tidak memahami hak dan kewajiban yang tertulis dalam polis. Dengan demikian ahli waris merasa bahwa perlindungan hukum hanya berlaku terbatas terhadap Partimah/pemegang polis.

Pihak penanggung dalam persoalan Partimah apabila dikaitkan dengan Pasal 11 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, berkewajiban menjelaskan tidak hanya mengenai syarat dan ketentuan polis antara lain mengenai rincian biaya, manfaat, dan risiko, tetapi juga mengenai prosedur pelayanan, dan penyelesaian pengaduan pada pihak penanggung. Menurut penulis pihak penanggung telah memperhatikan dan melayani pengaduan Partimah sebagaimana mestinya dengan memberikan penjelasan mengenai kewajiban Partimah untuk menyelesaikan tunggakan premi sebelum dilakukan pemulihan polis. Disamping itu penanggung menganggap bahwa Partimah menunggak membayar premi bukan karena adanya unsur kesengajaan tetapi murni karena persoalan kesulitan keuangan, disamping itu ada itikad baik dari Partimah untuk menyelesaikan tunggakannya. Kewajiban Penanggung yang lain dalam persoalan Partimah sebagai bagian dari perlindungan hukum adalah menginformasikan setiap perubahan yang menyangkut manfaat, biaya, risiko, syarat dan ketentuan dalam polis, serta kewajiban lain. Kewajiban menginformasikan tersebut selain diatur dalam Pasal 12 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Referensi

Dokumen terkait

Personel yang ditempatkan di jenjang ini memiliki pengetahuan operasional dasar tentang perangkat hardware dan sistem jaringan komputer seperti instalasi, konfigurasi

Polis : Dokumen perjanjian asuransi jiwa baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy antara penanggung dengan pemegang polis, sebagaimana dalam syarat-syarat umum

dokumen perjanjian asuransi antara Perusahaan dengan Pemegang Polis atau Tertanggung, termasuk namun tidak terbatas pada Ketentuan Umum Polis, Ketentuan Khusus

Besarnya Premi untuk PRUSolusi Sehat dapat berubah sesuai dengan usia dan kondisi Tertanggung pada saat dilakukannya perpanjangan secara otomatis pada setiap

Siahaan (2003) melakukan penelitian xilanase dari Bacillus sp I-5 yang berasal dari sumber air panas Ciseeng memiliki waktu optimum produksi pada jam ke-20 inkubasi, untuk

Ini adalah sejumlah uang yang akan kami bayarkan kepada Pemegang Polis atau Penerima Manfaat Asuransi apabila syarat-syarat dan ketentuan pembayaran sebagaimana tercantum dalam

Apabila Pemegang Polis, Peserta dan Penerima Manfaat Meninggal Dunia pada saat yang bersamaan, maka Manfaat Asuransi akan dibayarkan kepada ahli waris Pemegang Polis sesuai

Ini adalah sejumlah uang yang akan kami bayarkan kepada Pemegang Polis atau Penerima Manfaat Asuransi apabila syarat-syarat dan ketentuan pembayaran sebagaimana tercantum dalam