• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN DAUN TREMBESI (Samanea saman) DENGAN LEVEL BERBEDA PADA WAFER PAKAN KOMPLIT TERHADAP KANDUNGAN LEMAK KASAR DAN BETN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN DAUN TREMBESI (Samanea saman) DENGAN LEVEL BERBEDA PADA WAFER PAKAN KOMPLIT TERHADAP KANDUNGAN LEMAK KASAR DAN BETN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i PENGARUH PENAMBAHAN DAUN TREMBESI (Samanea saman)

DENGAN LEVEL BERBEDA PADA WAFER PAKAN KOMPLIT TERHADAP KANDUNGAN LEMAK KASAR DAN BETN

SKRIPSI

Oleh:

ALFIAN ADI FIRANSYAH I 111 13 330

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(2)

ii PENGARUH PENAMBAHAN DAUN TTREMBESI (Samanea saman)

DENGAN LEVEL BERBEDA PADA WAFER PAKAN KOMPLIT TERHADAP KANDUNGAN LEMAK KASAR DAN BETN

SKRIPSI

Oleh:

ALFIAN ADI FIRANSYAH I111 13 330

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim…..

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis senantiasa panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir/ Skripsi pada waktu yang tepat. Skripsi tersebut berjudul “Penambahan daun trembesi (Samanea saman) dengan level berbeda pada wafer pakan komplit terhadap kandungan lemak kasar dan BETN” sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penulis dengan rendah hati mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini utamanya:

1. Segala hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M.Agr.Sc selaku Pembimbing utama dan Ibu Dr. Ir. Rohmiyatul Islammiyati, MP selaku pembimbing Anggota, atas segala bantuan dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, motivasi, nasehat dan saran-saran sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.

2. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Bapak Dr. Ir. Saymsuddin Nompo, MP., Ir. Muhammad Zain Mide, MS., dan Ibu Dr. Sri Purwanti, S,Pt., M.Si atas saran-saran dalam penulisan skripsi ini.

(6)

vi 4. Bapak Dr. Ir. Budiman Nohong, MP selaku Ketua Departemen Nutrisi dan

Makanan Ternak, Fakultas Peternakan.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan dan seluruh Staf Pegawai Fakultas Peternakan, terima kasih atas segala bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Peternakan.

6. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing saya selama kuliah di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

7. Ibu Dr. Sri Purwanti, S.Pt., M.Si selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapang (PKL) yang telah membimbing penulis selama pelaksanaan PKL, serta terima kasih kepada Muh. Ardani, S.Pt selaku Pembimbing Lapangan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang telah banyak membantu penulis selama pelaksanaan PKL. 8. Kedua orang tua, ayahanda Ahmad Darlin dan ibunda Andi Intang atas segala

doa motivasi, teladan, pengetahuan dan dukungan penuh kasih sayang terbesar dan selamanya sehingga penulis selalu berusaha dengan semangat dan percaya diri. Kepada kedua kakak penulis Dian Indayani dan Adrian Adiarta serta adik

Dewi Indriyani yang selalu memberikan doa, bantuan dan dukungan yang telah banyak memberikan semangat dan selalu menjaga penulis dengan penuh sikap tegas serta selalu mengingatkan kodrat saya sebagai perempuan untuk menjaga kesopanan dalam berpakaian dan bertutur kata.

9. Teman satu tim penelitian Muh. Fajrul, Muh. Darwis dan Herdy Dwi Wibowo terima kasih atas kerja sama dan bantuannya mulai dari rencana sampai selesainya penelitian.

(7)

vii 10.Kepada sahabat-sahabat setiaku Edi Tompo, Jisril Palayukan, Andi Nurainun Fajriati, Abeng Daisuri, Ummi Kalsum, Midiawati Sukma, Zhazadillah, Nadra Juharis, Wiwin Elvi Yanti, Nasriyani, Nuragustina Akhmad, Nurul Muslimah Fitratullah, Ade Restu, Rafikah Zahra Umar, Andi Tuang, Irawati, Rizki Dzilarsi Putra, Putra Astaman, Yusnan Ari Oktovan, Muhammad Nasrullah, Nur Linda, Alim Rais Ahyar, Rifadah Hafids, Asfianti Dan Nur Fitriani Amir serta teman-teman yang lainnya terima kasih atas segala kebaikan, bantuan dan kebersamaan yang kalian berikan kepada penulis selama ini, saudara meski tak sedarah yang setia bertahan menemani dan mendukung penulis meskipun sikap yang selalu menjengkelkan namun rasa sayangnya lebih besar daripada rasa bencinya.

11.Seluruh Sahabat-sahabat LARFA-ku terima kasih telah menemani penulis disaat suka maupun duka selama menempuh pendidikan di bangku kuliah. Kalian adalah bagian-bagian lembaran kehidupan yang sangat ingin aku ceritakan kepada anak cucuku nanti.

12.Sahabat-sahabat HUMANIKA UNHAS 2013 terima kasih yang setinggi-tingginya atas segala pengorbanan, bantuan, pengertian, canda tawa serta kebersamaan selama ini.

13.“SEMA FAPET-UH” atas segala bentuk pengalaman dan ilmu yang telah di ajarkan kepada penulis.

14.Teman-teman KKN Reguler UNHAS angkatan 93 khususnya Desa Parang Loe Kec. Eremerasa Ashari Prasatia, Alin Amalya, Sherly Wulandari, Christofel Sosialisa, dan Nirsa Indira Putri serta Annisa Ramadhani.

(8)

viii Terima Kasih atas kebersamaan yang telah kalian ciptakan serta dukungan dan motivasi yang mengalir kepada penulis.

15.Kepada semua sahabat ACIL terima kasih telah menjadi sahabat dari bangku sekolah hingga sekarang meskipun kita berbeda kampus namun masih menyisihkan waktu untuk bertemu dan persahabatan kita tetap terjalin.

16.Kepada teman hunting saya Ahmad Zubair, imam satria sair, faisal takbir, dan aswan ahyudi terima kasih atas kebersamaan dalam mengisi waktu kosong dan penghilang stress disaat banyak pekerjaan menumpuk.

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, Terima Kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dengan limpahan berkah, rahmat, karunia dan hidayah-Nya. Amin. Melalui kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya mendidik, apabila dalam penyusunan skripsi ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca Amin. Wassalam.

Makassar, Mei 2017

(9)

ix

ABSTRAK

Alfian Adi Firansyah (I 111 13 330). Pengaruh Penambahan Daun Trembesi (Samanea saman) dengan Level Berbeda pada Wafer Pakan Komplit terhadap Kandungan Lemak Kasar dan BETN. (Dibawah bimbingan Ismartoyo sebagai Pembimbing Utama dan Rohmiyatul Islamiyati sebagai Pembimbing Anggota)

Tongkol jagung dan daun trembesi ternyata mengandung nutrisi yang berguna bagi ternak. Pemanfaatan daun trembesi sebagai pakan selama ini belum banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai penambahan daun trembesi dengan level berbeda dalam pembuatan wafer pakan komplit untuk ternak ruminansia untuk meningkatkan kualitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh level penggunaan daun trembesi dalam wafer pakan komplit terhadap kandungan lemak kasar dan BETN. Percobaan dilaksanakan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (4 x 4). Perlakuan adalah P1 = wafer pakan komplit dengan daun trembesi 0 % (kontrol), P2 = wafer pakan komplit dengan daun trembesi 10%, P3 = wafer pakan komplit dengan daun trembesi 20 %, dan P4 = wafer pakan komplit dengan daun trembesi 30 %. Hasil penelitian menunjukkan rataan kandungan lemak kasar untuk perlakuan P1 = 4,24±0,79, P2 = 6,07±0,16, P3 = 6,31±0,14, dan P4 = 7,56±0,54 %, sementara rataan kandungan BETN untuk perlakuan P1 = 46,00±0,32, P2 = 44,5±0,55, P3 = 43,59±1,41, P4 = 42,39±1,42 %. Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan daun trembesi dengan level berbeda dalam pembuatan wafer pakan komplit berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan lemak kasar dan BETN. Disimpulkan bahwa penambahan daun trembesi dengan level berbeda dalam pembuatan wafer pakan komplit dapat meningkatkan kandungan lemak kasar dan menurunkan kandungan BETN.

(10)

x

ABSTRACT

Alfian Adi Firansyah (I 111 13 330). The Effect of Addition of Trembesi Leaves (Samanea saman) with Different Levels on Complete Feed Wafers on the content of Extract Ether and NFE. (Under the supervision of Ismartoyo as the main supervisor and Rohmiyatul Islamiyati as the Co-supervisor)

Corn cob and trembesi leaf turn out to contain nutrients that are useful for livestock. The utilization of trembesi leaves as animal feed has not been done.

Therefore it is necessary to do research on the addition of trembesi leaves with different levels in the manufacture of complete feed wafer for ruminant livestock to improve its quality. This study aims to examine the effect of the level of use of trembesi leaves in a complete feed wafer on the content of Extract Ether and NFE. This research was conducted with a Completely Randomized Design (4 x 4). The treatments are P1 = complete feed wafer without trembesi leaves (control), P2 =

complete feed wafer with 10% trembesi leaves, P3 = complete feed wafer with 20% trembesi leaves, and P4 = complete feed wafer with 30% trembesi leaves. The results of study showed that the average of the content of Extract Ether of treatments are P1 = 4,24±0,79, P2 = 6,07±0,16, P3 = 6,31±0,14, and P4 = 7,56±0,54 %, while the average of the content of NFE of treatments are P1 = 46,00±0,32, P2 = 44,5±0,55, P3 = 43,59±1,41, P4 = 42,39±1,42 %. Statistical analysis showed that the addition of trembesi leaves with different levels in the manufacture of complete feed wafers had significant effect (P <0.05) on the content of Extract Ether and NFE. In conclusion, the addition of trembesi leaves with different levels in the manufacture of complete feed wafers can increase the content of crude fat and decrease the content of NFE.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Limbah pertanian sebagai pakan ... 4

Pakan komplit ... 7

Wafer ... 8

Fungsi lemak kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)... 9

Hipotesis ... 11

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 12

Materi Penelitian ... 12

Metode penelitian ... 12

Prosedur pembuatan wafer ... 14

Parameter yang diukur ... 15

(12)

xii HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan lemak kasar ... 17

Kandungan BETN ... 19

KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

LAMPIRAN ... 26 RIWAYAT HIDUP

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Komposisi nutrisi bahan pakan yang digunakan (%) ... 13 2. Komposisi dan kandungan nutrisi pakan pada setiap perlakuan (%) ... 13 3. Rata-rata kandungan lemak kasar dan BETN wafer pakan komplit

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Analisis Sidik Ragam Kandungan lemak kasar ... 26

2. Analisis Sidik Ragam Kandungan BETN ... 28

3. SPSS kandungan lemak kasar ... 30

4. SPSS kandungan BETN ... 31

(16)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan produk makanan yang berasal dari protein hewani semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Berdasarkan data statistik tahun 2015 jumlah penduduk Sulawesi Selatan sebanyak 8.520.304 orang. Jumlah tersebut memberikan peluang yang besar terhadap pengembangan usaha peternakan baik skala kecil maupun skala besar. Berdasarkan laporan sensus pertanian pada tahun 2015 diketahui bahwa di Sulawesi Selatan sendiri terdapat 123.092 orang yang berprofesi sebagai peternak.

Tahun 2015 produksi daging sapi naik sebesar 16.221 ton dengan jumlah populasi sebesar 1.340.540 ekor, namun harganya tetap saja mengalami kenaikan hingga Rp.104.328. Kenaikan harga daging sapi yang terjadi sebagai dampak dari ketidakseimbangan antara kuota produksi dan tingginya permintaan masyarakat (Suryani, 2015). Selain itu, tingginya harga pakan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Produksi hijauan pakan umumnya mengikuti pola musim, pada musim hujan hijauan pakan melimpah dan pada musim kemarau sangat terbatas. Usaha peningkatan produksi hijauan pakan tersaingi oleh perluasan pemukiman. Upaya pencarian sumber pakan alternatif sangat diperlukan dengan pertimbangan harga murah dan mudah didapat serta tersedia sepanjang tahun. Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan hijauan tersebut yaitu dengan memanfaatkan hasil sisa tanaman pertanian.

(17)

2 Limbah pertanian dan perkebunan merupakan sisa hasil pengolahan baik industri maupun rumahan yang sebagian besar masih memiliki kandungan nutrisi yang berguna bagi ternak jika dilakukan pengolahan. Selama ini, limbah dimata masyarakat hanyalah sampah yang tidak berguna sehingga kebanyakan masyarakat akan langsung membuangnya baik itu ketempat sampah maupun kebelakang rumah. Kebiasaan tersebut perlu dirubah sehingga limbah yang selama ini tidak termanfaatkan dapat menambah sumber pakan bagi ternak. Limbah pertanian dan perkebunan yang memiliki potensi untuk dijadikan pakan adalah tongkol jagung dan daun trembesi.

Tongkol jagung merupakan sisa dari pengolahan jagung yang tidak termanfaatkan lagi oleh petani. Kebanyakan petani hanya menjadikan tongkol jagung sebagai bahan bakar saja bahkan ada petani yang langsung membuangnya. Tongkol jagung ternyata masih mengandung selulosa (40,60%), hemiselulosa (20,30%) dan lignin (15,30%). Komposisi kimia tersebut membuat tongkol jagung dapat digunakan sebagai sumber energi, bahan pakan dan sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan mikroorganisme (Shofiyanto, 2008).

Penelitian mengenai pemanfaatan daun trembesi sebagai pakan selama ini belum banyak dilakukan. Pemanfaatan daun trembesi lebih banyak digunakn sebagai bahan untuk membuat pupuk organik cair. Penelitian Misbarullah (1993) tentang pemanfaatan tepung daun trembesi pada ternak unggas dapat diberikan hingga 5% dalam ransum. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penelitian mengenai pembuatan wafer pakan komplit untuk ternak ruminansia dengan penambahan daun trembesi dengan level berbeda.

(18)

3 Rumusan Masalah

Limbah pertanian berupa tongkol jagung dan daun trembesi banyak tersedia pada musim panen dan penghujan. Pemanfaatan limbah tersebut sebagai pakan selama ini belum diketahui luas oleh masyarakat dan hanya dianggap sebagai limbah, bahkan terkadang langsung dibakar. Tongkol jagung dan daun trembesi ternyata mengandung nutrisi yang berguna bagi ternak. Apabila tongkol jagung dan daun trembesi digunakan dalam wafer pakan komplit, maka diharapkan dapat berpengaruh terhadap kandungan lemak kasar dan BETN pakan.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh level penggunaan daun trembesi dalam wafer pakan komplit terhadap kandungan lemak kasar dan BETN.

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi para peternak tentang penggunaan tongkol jagung dan daun trembesi dalam wafer pakan komplit sebagai pakan sehingga mampu memberikan solusi dan pemecahan masalah pakan khususnya pada musim kemarau.

(19)

4 TINJAUAN PUSTAKA

Limbah pertanian sebagai pakan

Ternak ruminansia (pemamah biak) meliputi sapi, kerbau, kambing, dan domba mempunyai peranan yang sangat strategis bagi kehidupan ekonomi petani di pedesaan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi ternak perlu diperhatikan melalui pemberian bahan pakan sesuai kebutuhan hidupnya. Bahan pakan adalah sesuatu yang bisa dimakan, dicerna seluruh/sebagian dan tidak mengganggu kesehatn ternak yang memakannya (Yunilas, 2009).

Limbah adalah sisa atau hasil ikutan dari produk utama. Limbah pertanian adalah bagian tanaman pertanian diatas tanah atau bagian pucuk , batang yang tersisa setelah panen atau diambil hasil utamanya dan merupakan pakan alternatif yang dapat digunakan sebagai pakan, khususnya pakan ruminansia. Beberapa limbah pertanian yang potensial dan belum banyak dimanfaatkan secara optimal berturut-turut antara lain jerami padi, jerami jagung, pucuk tebu, jerami kedele, jerami kacang tanah dan lain-lain. Beberapa faktor pembatas sehubungan dengan penggunaaan limbah pertanian sebagai pakan meliputi penyimpanan, konsumsi pakan yang jelek, kandungan nitrogen yang rendah, dan selanjutnya penampilan ternak yang rendah (Sitorus, 2002).

Febriana dan Liana (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peternak tidak menggunakan limbah pertanian sebagai pakan adalah sebagai berikut :

(20)

5 a. Limbah pertanian bersifat amba sehingga menyulitkan peternak untuk mengangkut dalam jumlah banyak, dan umumnya lahan pertanian jauh dari pemukiman sehingga membutuhkan biaya dalam pengangkutannya. b. Tidak tersedianya tempat penyimpanan limbah pertanian dan peternak

tidak bersedia menyimpan limbah disekitar rumah karena takut akan bahaya kebakaran.

c. Peternak menganggap bahwa ketersediaan hijauan di lahan pekarangan kebun dan sawah masih mencukupi sebagai pakan.

Hasil sisa tanaman pertanian yang cukup melimpah tetapi masih jarang digunakan sebagai bahan pakan adalah tongkol jagung (Yulistiani, 2010). Tanaman jagung terdiri atas kelobot (kulit), biji dan tongkol. Biji jagung tersusun dalam tongkol dengan susunan teratur memanjang dan ditutup oleh seludang (kelobot). Terdapat juga susunan biji yang teratur (mozaik). Diameter tongkol adalah 3-5 cm dan mengandung 300-1000 biji. Pemanfaatan jagung saat ini sangat beraneka ragam. Salah satunya adalah produksi xilan dari tongkol jagung. Saat proses produksi xilan, bahan yang diekstrak dari tongkol jangung berupa hemiselulosa. Residu yang berupa selulosa umumnya belum dimanfaatkan secara optimal (Shofiyanto, 2008).

Tongkol jagung mengandung lignoselulosa yang terdiri dari lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Tongkol jagung berbentuk batang berukuran cukup besar, sehingga tidak dapat dikonsumsi ternak jika diberikan langsung, oleh karena itu, untuk memberikannya perlu penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto dkk., 2003). Tongkol jagung termasuk dalam bahan pakan yang kurang palatabel

(21)

6 dan jika tidak segera dikeringkan akan ditumbuhi jamur dalam beberapa hari. Komposisi nutrisi tongkol jagung terdiri dari BK 90%, PK 2,8%, LK 0,7%, abu 1,5%, SK 32,7%, dinding sel 80% selulosa 25%, lignin 6% dan ADF 32% (Forsum, 2012).

Trembesi aslinya berasal dari Amerika dan menyebar ke berbagai daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan rata-rata 600-3000 mm pada ketinggian 0-300 m dpl. Trembesi dapat bertahan pada daerah dengan suhu 20o-38 oC dimana suhu maksimal saat musim kering 24o-38 oC dan suhu minimal saat musim basah 18o-20 oC. Pertumbuhan optimum pada kondisi basah dimana hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Tumbuh diberbagai jenis tanah dengan pH tanah sedikit asam hingga netral (6,0-7,4) meskipun disebutkan toleran hingga pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini memerlukan drainase yang baik namun masih toleran terhadap tanah tergenang air dalam waktu pendek (Staples dan Elevitch, 2006).

Trembesi adalah pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2 setiap tahunnya. Selain tanaman peneduh, trembesi juga dapat digunakan untuk obat tradisional antara lain demam, diare, sakit kepala dan sakit perut. Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m. Diameter setinggi dada mencapai 1-2 m. Kanopinya dapat mencapai diameter 30 m. Pohon ini membentuk kanopi berbentuk payung, dengan penyebaran horisontalnya lebih besar dibandingkan tinggi pohon jika ditanam di tempat yang terbuka. Pada kondisi penanaman yang lebih rapat, tingginya bisa mencapai 40 m dan diameter kanopi lebih kecil (Nuroniah dan Kosasih, 2010).

(22)

7 Berdasarkan klasifikasi botani, trembesi termasuk dalam Kingdom: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Fabales; Famili: Fabaceae; Sub Famili: Mimosoideae; Genus: Samanea; Spesies: Samanea saman (Jacquin) Merril. Jenis ini memiliki nama sinonim Mimosa saman, Pithecellobium saman, Inga saman, Albizia saman dan Enterolobium saman (Staples dan Elevitch, 2006).

Dahlan (2010) menyatakan bahwa setiap 100 gram daun trembesi mengandung 47,8 gram air, 10,2 g protein, 2,1 gram lemak, 22,2 gram karbohidrat tidak larut, serat 15,7 gram, dan 2,0 gram abu. Prasad et al. (2008) melaporkan bahwa daun trembesi mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu tanin, flavonoid, saponin, steroid, terpenoid, dan glikosida kardiak. Hasil penelitian Raghavendra et al. (2008) diperoleh bahwa daun trembesi juga mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid.

Pakan Komplit

Pemberian pakan komplit merupakan suatu strategi yang telah lama diterapkan, khususnya pada industri sapi. Pada sistem pemeliharaan kambing dan domba di Indonesia, penggunaan pakan komplit sampai saat ini masih sangat terbatas. Pakan komplit di daerah yang memiliki iklim tropis sering digunakan sebagai alternatif peternak untuk memberikan sumber nutrisi bagi ternak. Pakan komplit memiliki cakupan nutrien yang baik serta memiliki keuntungan yang banyak, karena pakan komplit sering memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat dan bahan yang digunakan sisa dari limbah pertanian (Saputra, 2013).

(23)

8 Pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung nutrien untuk ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa tambahan substansi lain kecuali air. Semua bahan pakan tersebut, baik hijauan maupun konsentrat dicampur menjadi satu. Pembuatan pakan komplit berbahan limbah pertanian dan limbah industri pertanian merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah ketidak kontinyuan penyediaan pakan untuk ruminansia (Purbowati dkk, 2007). Fachiroh dkk (2012) menyatakan bahwa pakan komplit dapat disusun dari bahan campuran limbah agroindustri, limbah pertanian yang belum dimanfaatkan optimal sehingga ternak tidak perlu diberi hijauan.

Pakan komplit merupakan campuran dari bahan pakan berupa silase dan kosentrat (pakan penguat) melalui proses fermentasi anaerob (kedap udara, kedap air dan kedap sinar matahari) yang lengkap dengan nutrient sesuai dengan kebutuhan berat badan. Pakan sangat penting diperlukan untuk pertumbuhan ternak karena mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh karena itu pakan harus tersedia terus menerus. Pakan umumnya diberikan pada ternak berupa hijauan dan makanan penguat (konsentrat) (Masyadi, 2010).

Wafer

Wafer pakan merupakan suatu bahan yang mempunyai dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) dengan komposisi terdiri dari beberapa serat yang sama atau seragam (Syananta, 2009). Keuntungan wafer menurut Basymeleh (2009) adalah kualitas nutrisi lengkap, mempunyai bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan, tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena mempuyai kadar air

(24)

9 kurang dari 14%, dan ketersediaannya berkesinambungan dapat bertahan cukup lama sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan pakan pada musim kemarau serta dapat dibuat pada saat musim hujan pada saat hasil-hasil hijauan makanan ternak dan produk pertanian melimpah serta memudahkan dalam penanganan, karena bentuknya padat kompak sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan transportasi.

Wafer adalah pakan sumber serat alami yang dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan sehingga mempunyai bentuk ukuran panjang dan lebar yang sama. Wafer pakan yang berasal dari limbah pertanian merupakan pakan alternatif untuk mengganti hijauan pakan pada saat musim kemarau. Wafer pakan dibuat dengan menggunakan mesin pengepres dengan bantuan panas dan tekanan. Komposisi zat makanan dibuat menyerupai komposisi hijauan pakan sehingga diharapkan dapat disukai ternak dan dapat diberikan dengan maksimal (Retrani dkk, 2009).

Wafer terdiri dari beberapa serat yang sama dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan 12 kg/cm2 dan pemanasan dalam suhu 120°C selama 10 menit. Wafer pada umumnya memiliki warna lebih gelap dibanding warna asal, hal tersebut disebabkan oleh adanya proses browning secara non enzimatis yaitu karamelisasi dan reaksi Maillard. Karamelisasi terjadi jika suatu larutan sukrosa diuapkan sampai seluruh air menguap. Jika pemanasan dilanjutkan, maka cairan yang ada bukan terdiri dari air, tetapi merupakan cairan sukrosa yang lebur. Reaksi Maillard merupakan reaksi antara karbohidrat, khususnya gula preduksi dengan gugus amina primer (Basymeleh, 2009).

(25)

10 Fungsi Lemak Kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

Lemak sangat penting dalam makanan, dimana lemak dibutuhkan sebagai sumber asam-asam lemak esensial dan sebagai sumber energi. Karena kadar energinya tinggi, maka lemak dapat menambahkan energi makanan tanpa menambah volume terlalu banyak (Tillman, dkk, 1991). Karbohidrat dan protein, lemak juga merupakan sumber energi bagi tubuh. Bobot energi yang dihasilkan per gram lemak adalah 2,25 kali lebih besar daripada karbohidrat dan protein. 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori sedangkan 1 gram karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kalori (Suharjo dan Clara 1992).

Penggunaan lemak dalam ransum akan melenyapkan berdebunya ransum, membuat rupa ransum menjadi lebih menarik, mempertinggi palatabilitas dan mengurangi hilangnya zat-zat makanan akibat debu. Lemak juga merupakan pelarut vitamin. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K dan vitamin yang larut dalam air terdiri dari asam askorbat (C), B-kompleks (B1 sampai B12) (Anggorodi, 1994).

Kadar lemak dalam analisis proksimat ditentukan dengan mengekstraksikan bahn pakan dalam pelarut organik. Zat lemak terdiri dari karbon, oksigen, dan hidrogen. Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni akan tetapi campuran dari berbagai zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, karoten dan lain-lain (Murtidjo, 1987).

BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1994). Penentuan kadar bahan

(26)

11 ekstrak tanpa nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100%-(%air+%abu+%serat kasar+%protein kasar+%lemak kasar). Ekstrak tanpa nitrogen dipengaruhi oleh kandungan nutient lainnya yaitu protein kasar, air, abu, lemak kasar, dan serat kasar (Kamal, 1998). Ditambahkan oleh Tillman, dkk (1991) bahwa semakin tua umur tanaman proporsi selulosa dan hemiselulosa makin bertambah, sedangkan karbohidrat yang larut dalam air berkurang.

Hipotesis

Diduga bahwa penggunaan daun trembesi pada wafer pakan komplit dengan level berbeda dapat mempengaruhi kandungan lemak kasar dan BETN.

(27)

12 METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2017. Penelitian dimulai dengan pembuatan pakan yang akan dilaksanakan di Laboratorium Industri Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Analisis kandungan lemak kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) berdasarkan analisis proksimat di Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Alat yang digunakan antara lain: baskom, gunting, pisau, tempat penggilingan bahan, pencetak wafer, dandang, kompor gas, oven, talang, penggaris, timbangan pakan, dan alat-alat laboratorium untuk analisis proksimat.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tepung daun trembesi, tongkol jagung, dedak padi, tepung rese, molases, mineral, dan bahan-bahan kimia untuk analisis proksimat.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini adalah :

P1 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 0 % (Kontrol) P2 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 10%

P3 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 20 % P4 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 30 %

(28)

13 Komposisi nutrisi bahan pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Nutrisi Bahan Pakan yang Digunakan (%)

Bahan Pakan Kandungan Gizi %

BK PK SK LK TDN Abu BETN Tongkol Jagunga 90 3,5 25,38 0,5 48 1,23 69,39 Daun Trembesib 88,87 23,26 20,25 5,41 0 4,16 46,92 Dedak Padic 91,26 9,96 8,54 9,11 56,72 12,8 59,59 Mineral 0 0 0 0 0 66,9 33,1 Molasesd 82,52 3,06 0 0 86,63 40,0 56,94 Tepung Resed 91,4 45 17,59 6,62 6,3 30,8 2,92 Sumber : aPreston (2006), bMarhaeniyanto dan Susanti (2014), cWahyono dan

Hardianto (2004), dHartadi, dkk (1997).

Komposisi pakan pada setiap perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Pakan pada Setiap Perlakuan (%)

Bahan (%) Perlakuan

P1 P2 P3 P4

Tongkol Jagung 45 45 45 45

Tepung Daun Trembesi 0 10 20 30

Dedak Padi 34 29 24 19 Molases 5 5 5 5 Mineral 1 1 1 1 Tepung Rese 15 10 5 0 Total 100 100 100 100 Protein Kasar 11.18 11.25 11.23 11.15 Serat Kasar 16.63 16.68 16.64 16.61 Lemak Kasar 3.33 3.41 3.49 3.57 Bahan Kering 88.95 88.84 88.73 88.62 TDN 41.27 40.01 40.85 40.15 Abu 13,27 11,5 9,74 7,97 BETN 54,14 55,71 57,28 58,84

Keterangan : P1 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 0 % P2 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 10 % P3 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 20 % P4 = Wafer Pakan Komplit Daun Trembesi 30 %

(29)

14 Prosedur Pembuatan Wafer

Cara pembuatan wafer pakan komplit adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Prosedur pembuatan wafer Wafer Pakan Komplit

Penggilingan Pengovenan (±24 jam) Daun trembesi yang sudah kering Tongkol jagung Penyimpanan 21 hari Analisis laboratorium Formulasi Pengukusan Penimbangan Pencetakan Pencampuran Bahan

(30)

15 Pohon trembesi yang memiliki daun lebat dipangkas dan dipisahkan daun dan ranting. Daun trembesi dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kering kemudian digiling kasar. Semua bahan pakan ditimbang sesuai dengan kebutuhan dan kemudian bahan dicampur dan diaduk sampai homogen. Selanjutnya dilakukan pencetakan dengan menggunakan cetakan wafer. Setelah di cetak dilakukan pengeringan atau pengovenan dengan suhu 65oC dengan maksud agar semua wafer berada dalam kondisi dan berat yang konstan. Selanjutnya wafer yang telah tercetak disimpan selama 21 hari dalam tempat yang aman guna menghindari faktor kerusakan yang terjadi setelah pembuatan.

Parameter yang Diukur

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kandungan lemak kasar dan BETN wafer pakan komplit, berdasarkan analisis proksimat sesuai dengan prosedur kerja yang dikemukakan AOAC (1992) sebagai berikit :

Lemak Kasar

1. Menimbang sampel sebanyak 1 gram (a gram), kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi.

2. Larutan chloroform diberikan sebnayak 10 ml kemudian tabung reaksi ditutup agar larutan tidak menguap, dikocok sampai homogen dan dibiarkan selama 24 jam.

3. Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring kemudian pipet sebanyak 5 ml.

4. Sampel yang telah dipipet dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah ditimbang berat kosongnya (b gram).

(31)

16 5. Sampel dimasukkan dalam oven selma 24 jam pada suhu 105 0c, kemudian

didinginkan dalam desikator selma 30 menit dan ditimbang (c gram). Kadar lemak = ( 𝑃 (𝐵−𝐴)

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑥100% ) Keterangan :

P = faktor pengenceran = 10/5 = 2 B = berat cawan porselin (gram) A = berat akhir (gram)

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

Kadar BETN dihitung dengan menentukan kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak dan kadar protein dalam bentuk % BK (AOAC, 1992). Kadar BETN dihitung dengan rumus :

BETN = 100 – (%Abu+%Lemak Kasar+%Serat Kasar+%Protein Kasar) Analisis Data

Data yang diperoleh dengan menggunakan sidik ragam sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Model matematikanya sebagai berikut (Gasperz, 1994) :

Yij = µ + T i + ɛ ij

Keterangan :Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dengan ulangan ke-j µ = nilai rata-rata umum

T i = pengaruh perlakuan ke- i ( i = 1,2,3,4 )

ɛ ij = galat percobaan dari perlakuan ke- i dengan ulangan ke- j Apabila perlakuan berpengaruh nyata diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan (Gomez, 1995).

(32)

17 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rata-rata kandungan lemak kasar dan BETN wafer pakan komplit berbasis daun trembesi dengan level yang berbeda setiap perlakuan dapat ditampilkan pada Tabel 3 dibawah.

Tabel 3. Rata-rata Kandungan Lemak Kasar dan BETN Wafer Pakan Komplit Berbasis Daun Trembesi dengan Level yang Berbeda

Parameter

Perlakuan (%)

P1 P2 P3 P4

Lemak Kasar 4,24±0,79a 6,07±0,16b 6,31±0,14b 7,56±0,54c BETN 46,00±0,32a 44,5±0,55ab 43,59±1,41bc 42,39±1,42c Keterangan: Superskrip yang Berbeda Pada Baris yang Sama Menunjukkan

Berpengaruh Nyata (P<0,05).

P1 = Wafer pakan komplit daun trembesi 0 % (kontrol) P2 = Wafer pakan komplit daun trembesi 10% P3 = Wafer pakan komplit daun trembesi 20 % P4 = Wafer pakan komplit daun trembesi 30 %

Kandungan Lemak Kasar

Berdasarkan sidik ragam wafer pakan komplit dengan penambahan daun trembesi dengan level berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan lemak kasar. Rata-rata kandungan lemak kasar pada perlakuan P4 lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena adanya pengaruh penambahan 30% tepung daun trembesi pada perlakuan P4. Daun trembesi memiliki kandungan lemak kasar yang cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi kandungan lemak pada pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Marhaeniyanto dan Susanti (2014) yang menyatakan bahwa peningkatan kandungan lemak pada pakan disebabkan karena penggunaan daun trembesi pada pakan. Kandungan daun hijau trembesi mengandung 5,41% lemak kasar.

(33)

18 Tingginya kadar lemak kasar pada perlakuan P2, P3 dan P4 setelah disimpan selama 21 hari diduga disebabkan oleh hujan yang terjadi sehingga temperatur udara meningkat. Peningkatan temperatur membuat wafer pakan komplit menyerap udara dan meningkatkan kadar air, sehingga memicu adanya perkembangbiakan mikroba dan menyebabkan pakan menjadi berjamur. Hal ini sesuai pendapat Johan (2014) yang menyatakan bahwa kandungan air yang terlalu tinggi dapat merusak pakan hal ini ditandai dengan adanya jamur yang tumbuh. Pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur membentuk massa sel akan menyebabkan peningkatan kandungan lemak dalam pakan.

Pada perlakuan P2, P3 dan P4 rata-rata mengandung lemak kasar di atas 5%, artinya kandungan lemak kasar pada perlakuan P1 (kontrol) memiliki kandungan lemak kasar yang lebih baik sementara perlakuan lainnya cukup tinggi sehingga dapat dikategorikan kurang baik karena kandungan lemak kasar yang relatif lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Preston dan Leng (2001) yang menyatakan bahwa standar kandungan lemak kasar bahan pakan ruminansia berkisar di bawah 5% dan pendapat Soetanto (2006) yang menyatakan bahwa pakan ruminansia umumnya mengandung lemak relatif rendah, yaitu kurang dari 5% meskipun telah diberi pakan konsentrat.

Kadar lemak kasar yang tinggi pada bahan pakan akan menghambat aktivitas mikroorganisme dalam rumen, khususnya dalam mencerna serat kasar. Lemak yang berlebihan dalam rumen akan menutupi permukaan serat sehingga mikroorganisme sulit mencerna pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Palmquist dan Jenkins (1997) bahwa lemak yang tinggi akan menyelubungi serat pakan

(34)

19 sehingga mikroba rumen tidak mampu mendegradasi serat. Selain itu, lemak yang tinggi dapat menjadi toksik bagi sebagian mikroorganisme, mempengaruhi permukaan aktif dari membran mikroba dan mengurangi ketersediaan kation sehingga dapat mempengaruhi rumen terutama pH rumen yang akan berpengaruh pada kehidupan dan aktivitas mikroba rumen.

Kandungan BETN

Sidik ragam wafer pakan komplit berbasis tepung daun trembesi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen). Nilai kandungan BETN antara P1 dan P2 sama, P2 dan P3 sama serta P3 dan P4 juga menunjukkan hasil yang sama. Nilai kandungan BETN tertinggi pada perlakuan P1 yaitu 46,00% dan terendah pada perlakuan P4 yaitu 42,39%.

Wafer pakan komplit dengan penambahan 30% daun trembesi pada perlakuan P4 memberikan hasil yang lebih rendah dari perlakuan lainnya. Hal ini diduga disebabkan karena tingginya kandungan lemak kasar, kadar abu, protein kasar, dan serat kasar pada perlakuan P4 sehingga dapat menurunkan kandungan BETN. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistiono (2012) yang menyatakan bahwa dalam perhitungan kadar BETN, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan BETN seperti kadar air, kadar abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Secara alamiah BETN lebih mudah dicerna oleh mikroba, sehingga mikroba cenderung memanfaatkannya terlebih dahulu. Penurunan kadar BETN dipandang dari aspek nutrisi kurang menguntungkan, karena semakin sedikit BETN, berarti semakin sedikit pula komponen bahan organik yang dapat dicerna sehingga semakin sedikit pula energi yang dapat dihasilkan (Sari dkk., 2015).

(35)

20 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa kandungan BETN pada perlakuan P1, P2 dan P3 memberikan hasil terbaik karena jumlah BETN yang terkandung pada perlakuan P1, P2 dan P3 cukup tinggi sehingga dapat menghasilkan energi yang banyak bagi ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (2006) yang menyatakan bahwa kandungan BETN yang tinggi sangat dibutuhkan oleh ternak dalam menghasilkan energi. Meningkatnya kadar BETN dipandang dari aspek nutrisi yang menguntungkan karena semakin banyak BETN, berarti semakin banyak pula komponen bahan organik yang dapat dicerna sehingga semakin banyak energi yang dapat dihasilkan.

(36)

21 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penambahan daun trembesi (Samnea zaman) pada wafer pakan komplit dapat meningkatkan kandungan lemak kasar dan menurunkan kandungan BETN. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai wafer pakan komplit berbasis daun trembesi yang diaplikasikan langsung pada ternak ruminansia.

(37)

22 DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ke-5. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

AOAC. 1992. Official Methods of Analysis. 13 Edition. Association of Official Analytical Chemist. Washington, D.C.

Basymeleh, S. 2009. Pengaruh jenis hijauan pakan dan lama penyimpanan terhadap sifat fisik wafer. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Dahlan, E. N. 2010. Trembesi dahulunya asing sekarang tidak lagi. Bogor : IPB Press.

Fachiroh, L., B.W.H.E. Prasetiyono dan A. Subrata. 2012. Kadar protein dan urea darah kambing perah peranakan etawa yang diberi wafer pakan komplit berbasis limbah agroindustri dengan suplementasi protein terproteksi. Animal Agriculture Journal, 1 (1) : 443 – 451.

Febriana, D dan M. Liana. 2008. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ruminansia pada peternakan rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragili Hulu. Jurnal Peternakan, 5 (1) :28 - 37

Forsum. 2012. Tongkol Jagung. Http://www.forsum.wordpress.com/2012/09 /18/tongkol-jagung/. Diakses Pada Tanggal 15 November 2016, Makassar. Gasperz, V,. 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian,

Ilmu Teknik dan Biologi. Penerbit CV. Armico, Bandung.

Gomez, K.A. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Edisi 2. Penerbit: Universitas Indonesia, Jakarta.

Hartadi, H., A.D Tillman., S. Reksohadiprodjo,. S. Lebdosoekodjo,. L.C. Kearl., dan L.E. Harris. 1997. Tabel-tabel dari komposisi bahan makanan ternak untuk Indonesia. Data Ilmu Makanan Untuk Indonesia. International. Johan, M. 2014. Kandungan nutrisi baglog jamur tiram putih

sebagai bahan pakan pada masa inkubasi yang berbeda. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Skripsi

Kamal, M. 1998. Rangkuman laboratorium Makanan ternak, jurusan nutrisi dan makanan ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

(38)

23 Marhaeniyanto, E, dan S. Susanti. 2014. Kadar saponin daun tanaman yang berpotensi menekan gas metana secara in-vitro. Buana Sains, 14(1) :29-38. Masyadi. 2010. Pakan lengkap silase komplit. http://masyadi-kumpulan

artikelkuliah.blogspot.com/2010/05/pakan-lengkap-silasekomplit.html Diakses pada tanggal 17 November 2016

Misbarullah, A. 1993. Pengaruh penggunaan tepung eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan trembesi (Samanea saman Jacq.) dalam ransum terhadap konversi ransum dan nilai ekonomis pada broiler. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Skripsi

Murtidjo. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Nuroniah, H. S dan A.S. Kosasih. 2010. Mengenal jenis trembesi (Samanea

saman (jacquin). Merrill) sebagai pohon peneduh. Jurnal Mitra Hutan Tanaman, 5 (1): 1-5.

Palmquist, D.L. and T.C. Jenkins. 1997. Effect Fatty Acids Or Calcium Soap On Rumen and Total Nutrient Digestibility Of Dairy Rations. J. Dairy Sci. Canberra, Australia. pp. 67.

Prasad, R.N., S. Viswanathan., J.R. Devi., V. Nayak., V.C. Swetha., B.R Archana., N. Parathasarathy and J. Rajkumar. 2008. Short Communication, Preliminar phyto chemical screening and antimicrobia activity of Samanea saman, Journal o Medicinal Plants Research, 2 (10) : 268-270.

Preston, T. R. 2006. Feed Composition Tables. http://beefmag.com/mag/beef_ feed_composition. (20 November 2016).

and R.A.Leng. 2001. Matching Ruminant Production Sistems with Available Resources in the Tropic and Sub-Tropic. Armidale Publisher, Australia. pp. 245.

Purbowati, E., C. I. Sutrisno, E. Baliarti, S. P. S. Budhi, dan W. Lestariana. 2007. Pengaruh pakan komplit dengan kadar protein dan energi yang berbeda pada penggemukan domba lokal jantan secara feedlot terhadap konversi pakan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Universitas Diponegoro, Semarang p. 394-400

Raghavendra, M. P., S. Satish and K. A., Raveesha, 2008, In-vitro Antibacterial Potential of Alkaloids of Samanea saman (Jacq.) Merr. Against Xanthomonas and Human Pathogenic Bacteria. World Journal of Agricultual Science, 4 (1): p.100-105.

(39)

24 Retrani, Y. S. Basymeleh, L. Herawati. 2009. Pengaruh jenis hijauan pakan dan lama penyimpanan terhadap sifat fisik wafer. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 12 (4) :196-202

Saputra, F.F. 2013. Efisiensi pakan komplit dengan level ampas tebu yang berbeda pada kambing lokal. Fakultas Peternakan Dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Semarang. Skripsi

Sari, M.L., A. Muhammad., M. Sandi., dan A. Yolanda. 2015. Kualitas Serat Kasar, Lemak Kasar, dan BETN terhadap Lama Penyimpanan Wafer Rumput Kumpai Minyak dengan Perekat Karaginan. Jurnal Peternakan Sriwijaya, 4 (2) : 35 – 40

Shofiyanto, M. E. 2008. Hidrolisis tongkol jagung oleh bakteri selulolitik untuk produksi bioetanol dalam kultur campuran. Skripsi Teknologi Industri Pertanian. IPB, Bogor. Skripsi

Sitorus, T. F,. 2002. Peningkatan nilai nutrisi jerami padi dengan fermentasi ragi isi rumen. Tesis Program Studi Magister Ilmu Ternak Program Pasca Sarjana Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Skripsi Soetanto, H. 2006. Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia Menurut Stadia

Fisiologisnya. Bahan Ajar Kuliah. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Skripsi

Staples, G.W. and Elevitch, C.R., 2006, Samanea saman (rain tree), ver. 2.1. In: C.R Elevitch (ed), Species Profiles For PacifIsland Agroforestry, Permanent Agriculture Resources (PAR), hawai. Page 2-3

Suharjo dan M. K. Clara. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Suhartanto, B., B.P. Widyobroto, dan R. Utomo. 2003. Produksi ransum lengkap (complete feed) dan suplementasi undegraded protein untuk meningkatkan produksi dan kualitas daging sapi potong. Laporan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan (Hibah Bersaing X/3). Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sulistiono, D. 2012. Delignifikasi Pelepah Daun Sawit Akibat Penambahan Urea, Phanerochaete chrysosporium dan Trameters sp. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Skripsi

Suryani, R. 2015. Outlook komoditas pertanian subsektor peternakan daging sapi. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Jakarta.

(40)

25 Sutardi, T. 2006. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak.

Penerbit: Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Jilid 1.

Syananta, F.R. 2009. Uji sifat fisik wafer limbah sayuran pasar dan palatabilitasnya pada ternak domba. IPB, Bogor. Skripsi

Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke iii. Penerbit Universitas Gadjah Mada press, Yogyakarta.

Wahyono. D.E. dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Jurnal Lokakarya Sapi Potong.Grati. Pasuruan.

Yulistiani, D. 2010. Fermentasi tongkol jagung (kecernaan >50%) dalam ransum komplit domba komposit sumatera dengan laju pertumbuhan >125 gram/hari. Program Insentif Riset Terapan. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Skripsi

Yunilas. 2009. Bioteknologi jerami padi melalui fermentasi sebagai bahan pakan ruminansia. Departemen Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Sumatra Utara, Medan. Karya ilmiah

(41)

26 Lampiran 1. Analisis Sidik Ragam Kandungan Lemak Kasar

Ulangan Perlakuan Total

P1 P2 P3 P4 1 3.57 6.13 6.28 7.30 2 3.60 5.86 6.32 7.34 3 5.17 6.06 6.50 8.38 4 4.64 6.25 6.14 7.22 Total 16,98 24,55 25,24 30,24 96,01 Rata-Rata 4,24 6,13 6,31 7,56 24,25 Perhitungan :  JUMLAH KUADRAT (JK) 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 =Y. . 2 r. t =(96,01) 2 16 = 588,18 JK Total = ∑ 𝑦2 𝑖𝑗 − 𝐹𝐾 ij = (3,57 + (3,60)2+ … … + (7,22)2− 588,18 = 610,51 − 588,18 = 22,33 𝐽𝐾 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 = ∑(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛) 2 𝑟 − 𝐹𝐾 = (16,98) 2 + (24,55)2+ (25,24)2+ (30,24)2 4 − 585,15 = 607,58 − 588,18 = 19,4 𝐽𝐾 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝐽𝐾𝑇 − 𝐽𝐾𝑃 = 22,33 − 19,4 = 2,93

(42)

27  DERAJAT BEBAS (DB) 𝐷𝐵 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − 1 = 4 − 1 = 3 𝐷𝐵 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 − 1 = 16 − 1 = 15 𝐷𝐵 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝐷𝐵𝑇 − 𝐷𝐵𝑃 = 15 − 3 = 12  KUADRAT TENGAH (KT) 𝐾𝑇 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 = 𝐽𝐾𝑃 𝐷𝐵𝑃 = 19,4 3 = 6,46 𝐾𝑇 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝐽𝐾𝐺 𝐷𝐵𝐺 = 2,93 12 = 0,24 𝐹 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝐾𝑇𝑃 𝐾𝑇𝐺 = 6,46 0,24= 26,91

Daftar Sidik Ragam Kandungan Lemak Kasar Sumber Keragaman DB JK KT F hitung F tabel 5% 1% Pelakuan 3 19,4 6,46 26,91 3,49 5,95 Galat 12 2,93 0,24 Total 15 22,33

(43)

28 Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Kandungan BETN

Ulangan Perlakuan Total

P1 P2 P3 P4 1 45.76 45.26 45.15 40,54 2 45.89 44.24 44.28 43,78 3 45.87 44.54 42.99 43,2 4 46.48 43.96 41.94 42,05 Total 184,00 178 174,36 169,57 705,93 Rata-Rata 46,00 44,5 43,59 42,39 44,12  JUMLAH KUADRAT (JK) 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 =Y. . 2 r. t =(705,93) 2 16 =31.146,07 JK Total = ∑ 𝑦2 𝑖𝑗 − 𝐹𝐾 ij = (45,76 + (43,38)2+ … … + (42,05)2 − 31.151,87 = 31.187,22 − 31.146,07 = 41,14 𝐽𝐾 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 = ∑(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛) 2 𝑟 − 𝐹𝐾 = (184,00) 2+ (178,02)2+ (174,37)2+ (169,58)2 4 − 31.151,87 = 31.173,84 − 31.146,07 =27,77 𝐽𝐾 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝐽𝐾𝑇 − 𝐽𝐾𝑃 = 41,14 − 27,77 = 13,37

(44)

29  DERAJAT BEBAS (DB) 𝐷𝐵 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − 1 = 4 − 1 = 3 𝐷𝐵 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 − 1 = 16 − 1 = 15 𝐷𝐵 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝐷𝐵𝑇 − 𝐷𝐵𝑃 = 15 − 3 = 12  KUADRAT TENGAH (KT) 𝐾𝑇 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 = 𝐽𝐾𝑃 𝐷𝐵𝑃 = 27,77 3 = 9,25 𝐾𝑇 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝐽𝐾𝐺 𝐷𝐵𝐺 = 13,37 12 = 1,11 𝐹 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝐾𝑇𝑃 𝐾𝑇𝐺 = 9,25 1,11= 8,30

Daftar Sidik Ragam Kandungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) Sumber Keragaman DB JK KT F hitung F tabel 5% 1% Pelakuan 3 27,77 9,25 8,30 3,49 5,95 Galat 12 13,37 1,11 Total 15 41,14

(45)

30 Lampiran 3. SPSS kandungan lemak kasar

Descriptives Lemak Kasar N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean

Min MaX Between- Component Variance Lower Bound Upper Bound 1 4 4.2450 .79232 .39616 2.9842 5.5058 3.57 5.17 2 4 6.0750 .16340 .08170 5.8150 6.3350 5.86 6.25 3 4 6.3100 .14832 .07416 6.0740 6.5460 6.14 6.50 4 4 7.5600 .54894 .27447 6.6865 8.4335 7.22 8.38 Total 16 6.0475 1.30022 .32506 5.3547 6.7403 3.57 8.38 Model Fixed Effects Random Effects .49442 .12360 5.7782 6.3168 .68352 3.8722 8.2228 1.80766 ANOVA Lemak Kasar Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 22.425 3 7.475 30.579 .000

Within Groups 2.933 12 .244

(46)

31

Homogeneous Subsets

Lemak Kasar

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Duncana 1 4 4.2450 2 4 6.0750 3 4 6.3100 4 4 7.5600 Sig. 1.000 .514 1.000

Lampiran 4. SPSS kandungan BETN

Descriptives BETN N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean

Min Max Between- Component Variance Lower Bound Upper Bound 1 4 46.0000 .32506 .16253 45.4828 46.5172 45.76 46.48 2 4 44.5000 .55929 .27964 43.6101 45.3899 43.96 45.26 3 4 43.5900 1.41329 .70665 41.3411 45.8389 41.94 45.15 4 4 42.3925 1.42902 .71451 40.1186 44.6664 40.54 43.78 Total 16 44.1206 1.65629 .41407 43.2380 45.0032 40.54 46.48 Model Fixed Effects Random Effects 1.05569 .26392 43.5456 44.6957 .76070 41.6997 46.5415 2.03603

(47)

32 BETN

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 27.776 3 9.259 8.307 .003 Within Groups 13.374 12 1.114 Total 41.150 15 Homogeneous Subsets BETN perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Duncana 4 4 42.3925 3 4 43.5900 43.5900 2 4 44.5000 44.5000 1 4 46.0000 Sig. .135 .246 .068

(48)

33 Lampiran 5. Dokumentasi penelitian

Daun trembesi yang masih segar Pengeringan daun trembesi

(49)

34 Wafer pakan komplit tanpa daun trembesi Wafer pakan komplit 10% daun trembesi

Wafer pakan komplit 20% daun trembesi Wafer pakan komplit 30% daun trembesi

(50)

35

RIWAYAT HIDUP

Alfian Adi Firansyah lahir pada tanggal 18 Desember 1994 di Dusun Sipatuo Sipatokkong Desa Onto, Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis adalah anak ke tiga dari pasangan Ahmad Darlin dan Andi Intang. Pada tahun 2001 penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Inpres ONTO dan tamat pada tahun 2007 dan penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomatene, tamat pada tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bontomatene dan tamat pada tahun 2013. Pada tahun yang sama pula, penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri dan lulus melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN) di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Saat ini Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Hasanuddin (HUMANIKA UNHAS) dan sebagai asisten Tanaman Makanan Ternak di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Nutrisi Bahan Pakan yang Digunakan (%)
Gambar 1. Prosedur pembuatan wafer  Wafer Pakan Komplit
Tabel 3. Rata-rata Kandungan Lemak Kasar dan BETN Wafer Pakan Komplit  Berbasis Daun Trembesi dengan Level yang Berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Wafer ransum komplit adalah suatu produk pengolahan pakan ternak yang terdiri dari pakan sumber serat (rumput lapang, ampas dan pucuk tebu) yaitu hijauan dan konsentrat

Data analisis protein kasar wafer pakan komplit berbasis limbah agroindustri yang diberi perlakuan bahan pengemas dan lama simpan berbeda dapat dilihat pada Tabel

Penambahan level tepung tapioka dan tepung daun pepaya (Carica papaya. L) yang diolah mengunakan teknik yang berbeda dalam pembuatan wafer ransum komplit diharapkan

Hal tersebut mendorong dilakukan penelitian tentang kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan penambahan Azolla

Hasil penelitian berdasarkan pemberian pakan kontrol F0 dan pakan komplit F1, F2 serta F3 dengan beberapa formula yang berbeda pada kambing PE meliputi konversi lemak

Hasil penelitan ini diharapkan agar pakan komplit yang diberikan pada ternak sapi perah dapat meningkatkan daya cerna lemak dan serat kasar dimana dengan meningkatnya lemak dan

Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar pada Tepung Daun Talas yang Difermentasi dengan Probiotik sebagai Bahan Pakan Ikan.. Pakan merupakan unsur yang sangat menunjang

Kesimpulan dari penelitian ini adalah wafer rumput kumpai minyak dengan perekat karaginan dapat dipertahankan selama 6 minggu penyimpanan dengan kandungan serat kasar,