• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kolaborasi antar Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata Religi Sunan Ampel di Kota Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kolaborasi antar Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata Religi Sunan Ampel di Kota Surabaya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 6, Nomor 1, Januari-April 2018

10

Kolaborasi Antar Stakeholder Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata Religi

Di Makam Sunan Ampel Kota Surabaya

Fuad Amsyari 1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga Email:

Abstract

This thesis aims to describe collaboration between stakeholders Sunan Ampel Religious Tourism in the city of Surabaya. This research is motivated by the success of the management of Sunan Ampel religious tourism in this case as evidenced by the increase in the number of tourists visiting Sunan Ampel religious tourism objects. Based on this background, this study specifically seeks to answer questions about (1) Who are the stakeholders in the development of Sunan Ampel religious tourism? and (2) How is collaboration between stakeholders in the effort to develop Sunan Ampel's tomb attraction in the city of Surabaya. drawing. Then to test the validity of the data through triangulation techniques.

Key words: Collaboration, Religious Tourism, Stakeholder. Pendahuluan

Pembangunan yang semakin modern in, merupakan sarana yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai suatu perubahan dalam membentuk masyarakat yang adil makmur dan sejahtera. Berbagai jenis Pembaangunanmeliputii: pembangunann dari fisiikintratruktur, pembangnan Lembaga, pembngunann

perkonomian,Pembanggunankaarakter,pembn gunan lainya untuk mencapai suatu tujuan. Negara Indonesiaa memiiliki berbagai maccam potensii pariiwisata baik wisata alam maupun wisata budaya. Indonesia memiliki bermacam-macam suku adat dalam rumah adat, dan kebudaayaan serta karena kondisi geografis negara Indonesia yang menghasilkan keindahan alam panorana. (Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Widisarana Indonesia.)(di akses pada 22 januari 2019)

Pemerintah dalam upaya mengadakan berbagai kebijakan dan program pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kualitas yang dimiliki masyarakat, dalam pembangunan berupa fisik maupun non fisik, dalam peningkatan pembangunan tentu harus dengan kebijakan atau program pemerintah sehingga tujuan dan sasaran bisa disusun dengan baik dan benar untuk mencapai

harapan bersama. Pemerintah saat ini berupaya pengembangan pembangunan nasional pada sektor pariwisata. Pemerintah dalam upaya mengadakan berbagai kebijakan dan program pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kualitas yang dimiliki masyarakat, dalam pembangunan berupa fisik maupun non fisik, dalam peningkatan pembangunan tentu harus dengan kebijakan atau program pemerintah sehingga tujuan dan sasaran bisa disusun dengan baik dan benar untuk mencapai harapan bersama. Pemerintah saat ini berupaya pengembangan pembangunan nasional pada sektor pariwisata.

Indonesia sebagai negara kepualauan terbesar dengan total jumlah pulau sebanyak 17.508 dan laut yang luas dikenal memiliki beragam kekayaan dan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia, ekosistem pesisir, terumbu karang selain itu sebagai negara yang dihuni lebih dari 300 suku bangsa, Indonesia memiliki 742 bahasa dengan segala ekspresi budaya dan adat tradisinya yang telah diakui sebagai World Cultural Heritage Sites. Pada perkembangannya, dengan memanfaatkan sumber daya pariwisata yang ada Indonesia telah mengembangkan berbagai jenis pariwisata mulai dari wisata budaya, wisata bahari, wisata ekologi hingga wisata religi

(2)

dan masih banyak jenis-jenis wisata lainnya.2

Peratran Menterii Nomer 29 thn 2014 tentng Rencan Strategis Kementrian Parwisata tahun

2014-2019. Di Indonesia merupakan negara

kepulauan yang memiliki potensi besar di sektor parwisata Religi. Ha ni dibuktikan dari potensi pariwisata di Indonesia yang indah terbentang dari Sabang sampai Marauke dalam keindhan alm Indonesia yang telah diakui oleh wisata yang berkunjung di Indnesia. Tidak hanya keindahan alam yang dapat menarik wisatawan asing maupun domestik tetapi peninggalan sejarah Indonesia, peniingkattan kapasitas pompetensi daya saing yang berdasrrkan data Worrld Econmic Frm (WEF), Indonesia sebagai negara yang menepati peringkat dari tahun 2013 Indonesia pada posisi 70, sedangkan pada tahun 2015 Indonesia naik pada posisi 50, dan pada 2017 Indonesia naik siknifikan yang menduduki peringkat 42, sedangkan pemerintah mentargetkan pada tahun 2019 menduduki peringkat 35. kemenpar menyampaikan bahwasanya Wonder full Indonesiiaa pada tahun 2017 Indonesia mendapatkan 21 penghargaan di 10 negara, sedangkan pada tahun 2018 Indonesia memperoleh 31 penghargaan dari berbagai ajang di 9 negara. Dan Indonesia menduduki 3 di Asia dan di ASEAN indonesia nomor 1, seperti di lansir oleh World Economic Forum 2019.

Pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan, serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sasana budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar.

Permbangunan dlm sektrpariwiataa di Indonesia yng dinilai ckpbaik, hall ini bias dilihat dr jumlah meningkatnya wisatamancanegara yang semakin lamaa

mengmi pertumbuhan yng ckp baik dari tahun ke tahun, segabaiman dapat dilihat dalam tabel di bawah berikut ini. Sektor pariwisata dapat menjadikan kekuatan perekonomian suatu negara, di kemasdlm penyajikn pariwisata ynghrs terlhat kreatif. Dngan barbagaikengguulan yang di tampilkan serta branding suatudaerah harus dikemas dengan secaaara baik.

TABEL 1.1

Data wisaawan Mancanegarayang Berkunjung ke Indonesiaa N O TAHUN JUMLAH Wisata Mancaneg ara Persentase 1 2015 10.230.775 7,77% 2 2016 11.519.275 11,18% 3 2017 14.039.799 17,95% 4 2018 15.806.191 11,17% Sumber: www.Badan Pusat Statistik.co.id

Data pada TABEL 1.1 menunjukkan jumlah kunjungann wisatawan mancanegara yang di Indonesia, pada tahun 2014 data jumlah wisatawan datang di Indonesia sebesar

9.435.411 orang, pada tahun 2015 mengalami

kenaikan jumlah wisatawan mancanegara di Indonesia yaitu sejumlah 10.230.775 orang, sedangkan pada tahun 2016 kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia juga mengalami kenaikan juga menjadi 11.519.275

orang, pada tahun 2017 mengalami kenaikan yang sangat baik mencapai 14.039.799 orang wisatawan Mancanegara di Indonesia. kenaikan pada tahun 2018 cukup baik yaitu sebanyak 15.806.191 orang.

(3)

karena itu penelitian saya tertarik untuk meneliti kolaborasi antara stakeholder

(pemerintah, yayasan pengelolah sunan ampel dan masyarakat) dalam pengembangan kawasan pariwisata religi Makam Sunan Ampel. Peneeliiitian ini akan lebih menekankan secara terperinci kolaborasi antara stakeholder dengan mendeskripsikan proses kolaborasi antara stakeholder, dengan bentuk kolaborasi, serta stakeholder yang berperanpenting dalam kolaborasi untuk pengembangan wisata religi Kawasan Sunan Ampel di Kota Surabaya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi semua elemen terkait kolaborasi dalam pengembangan kawasan wisata religi Sunan Ampel di Kota Surabaya agar lebih efektif. Terdapat beberapa studi terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Studi terdahulu pertama yaitu skripsi yang disusun oleh Mia Fairuza dengan judul ‘’Kolaborasi Stakeholder dalam Pengembangan Inklusif pada Sektor Pariwisata Studi Kasus Wisata Pulau Merah di Kabupaten Banyuwangi”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisa kolaborasi stakeholder dengan pertama melihat peran setiap stakeholder, dengan bentuk kegiatan kolaborasi yang disimpulkan dari macam-macam komponen kolaborasi. Dalam penelitian tersebutpenulis mendeskripsikan keadaan kondisi rinci berdasarkan data yang di lapangan dan juga hasil data yang di dapat di lapangan dengan dokumen beberapa kolaborasi antara pemerintah pemangku kepentingan dalam pembangunan inklusif pada sektor pariwisata di Pulau Merah kabupaten di Banyuwangi (Fairuza 2017). Perbedaan antara studi terdahulu dan penelitian saya, jika pada studi terdahulu penulisan terfokus pada kolaborasi

stakeholder dalam pembangunan inklusif

ditinjau dari beberapa kegiatan kolaborasi dan macam-macam komponen kolaborasi, sedangkan dari penelitian ini penulis fokus pada bagaimana kolaborasi antara stakeholder

dalam pengembangan Kawasan Wisata Religi Makam Sunan Ampel dengan

mendeskripsikan proses kolaborasi dan

stakeholder yang berperan dalam kolaborasi. Studi terdahulu kedua yaitu jurnal dari Fadri Ari Sandi dan Bunga Janati, jurnal tersebut berjudul “Kolaborasi Antara

Stakeholder dalam Mengembangkan Potensi Wisata Teluk Kilauan”. Tujuan dari penulisan melakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik kolaborai yang dilakukan antara stakeholder yaitu (pemerintah, yayasan pengelolah sunan amel dan maasyaaraakat) dengan metode penelitian deskriptif. Perdedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian terdahulu membahas tentang kolaborasi

stakeholder ditinjau dari karakteristik

kolaborasi, sedangkan dalam penelitian saya ini pembahasan kolaborasi stakeholder tidak hanya ditinjau dari karakteristik kolaborasi.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peta stakeholder dalam pengeeembangan pariwisata kawasan Religi Sunan Ampel? 2. Bagaimana kolaborasi antar

stakeholder dalam upaya pengembangan obyek kawasan Religi Sunan Ampel Kota Surabaya.

BAB III

PENYAJIAN, ANALISIS DATA, DAN INTERPRETASI TEORITIK

Dalam bab ini peneliti menyajikan data yang diperoleh di lapangan beserta analisis dan interpretasinya sebagai upaya untuk menjawab rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Data yang disajikan diangap relevan dengan permasalahan penelitian untuk menjawab secara emperis. Analisis dan interpretasi data yang disajikan oleh peneliti dalam satu bab dimaksudkan untuk menyelaraskan alur pengemasan laporan dan mempermudah proses

(4)

penyimpulan, sehingga laporan yang dihasilkan dapat lebih terarah. Data yang diperoleh berupa hasil wawancara, dokumentasi-dokumen dari instansi terkait, dan observasi di lapangan. Penyajian data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti, data sekunder, dan dokumentasi. Pengumpulan data dimulai dengan melakukan observasi terlebih dahulu untuk studi awal terhadap permasalahan yang ada.

Pada penyajian data, dijelaskan mengenai data yang di peroleh di lapangan hal tersebut berfungsi untuk menjabarkan hasil temuan di lapangan sesuai dengan permasalah penelitian. Kemudian peneliti melakukan analisis data, analisis data adalah mengklarifikasikan data yang diperoleh dari lapangan menjadi bentuk yang mudah dibaca dan dapat menjawab permasalahan penelitian berisi data-data yang telah didapatkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dicatat dalam catatan lapangan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data tersebut kemudian akan di analisis yaitu diorganisasikan menjadi bentuk-bentuk lainya, sehingga nantinya diperoleh gambaran atau diskripsi mengenai masalah yang terjadi di lapangan. Tahap selanjutnya adalah interpretasi data, interpretasi pada dasarnya adalah sebuah proses menggabungkan hasil analisa subyek penelitian dengan teori yang digunakan. Sehingga analisis data dan interpretasi data dapat menjawab rumusan masalah yang ada.

III.1 Penyajian Data dan Analisi Data III.1.1Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata Religi Sunan Ampel

Sebagai upaya dalam pengembangan pariwisata religi tentu harus melalui rancangan-rancangan atau aturan yang sudah ditetapkan dalam peraturan pengembangan pariwisata religi dan juga penentuan aktor-aktor yang berperan dalam pengembangan pariwisata religi Sunan Ampel. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Zain selaku Pengelola Yayasan Sunan Ampel. Berikut hasil wawancara.

‘’ makam sunan ampel sejak dulu hingga sekarang masih tetep konsisten untuk mengelolah makam sunan ampel sendiri, karena pihak pengelolah yayasan sunan ampel tidak mau (meminta) menurut Pak Zain seharusnya Dinas Pariwisata habis bisa turun kelapangan melihat, kekurangan yang ada di lapangan,pembangunan bangunan, inflastruktur makam sunan ampel dan dll, sehingga pihak mengelolah tidak harus memberitahukan kondisi yang harus di diperbaiki’’

‘’pengelolah makam sunan ampel kecewa dengan pihak Dinas Pariwisata yang memberitahukan adanya tamu dari luar negeri Itu ajah, tanpa melihat konsidi rel yang ada di lokasi terkendalanya apa, tetapi pihak Dinas Pariwisata seolaola tutup mata’’

“makam sunan ampel yang sekarang semakin hari kemakin meningkat semua di kelolah yayasan sendiri tanpa ada campur tangan pihak manapun, dalam fasilitas makam, inflastruktur, penyediaan pengelolah PKL di sekitar makam, mau pun penyediaan WC umum, penyediaan parkir area makam, kebersihan dan peningkatan pengunjung tahun ke tahun semakin meningkat, wisatawan lokal mau pun wisatawan mancanegara, dan menjadi icon wisata di kota surabaya.”

Dalam pengembembangannya pemerintah Kota Surabaya khususnya UPTB Dinas Pariwisata di Makam Sunan Ampel bahwa dalam pengelolaannya hanya pada mempromosikan aikon wisata surabaya. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Sama’i selaku kabag UPTB Dinas Pariwisata.

“peran dinas pariwisata dalam pengembangan wisata makam sunan ampel, mempublic kasikan atau mempromosikan di media sosial dan menjadi aikon wisata religi di kota surabaya, tentang wisata makam sunan ampel dalam hal sejarah, pengembangannya, tempat makam yang sudah lebih tertata dan fasilitas nya sangat memadai, daya tarik wisatawan yang semakin hari semakin meningkat.”

(5)

III.1.2 Proses Kolaborasi antar Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata Religi Sunan Ampel

Proses kolaborasi merupakan adanya aktivitas-aktivtas yang bersifat vertikal dan horizontal Agranoff (2003:23). Proses dalam aktifitas kolaborasi adalah perhatian utama untuk melihat bagaimana kolaborasi itu berjalan yang seringkali menjadi dasar penilaian tentang apakah kolaborasi berjalan efektif atau tidak, apakah kolaborasi tersebut dapat mengarahkan pada pencapaian

outcomes yang diharapkan, dan apakah

kolaborasi tersebut cenderung dapat berkelanjutan atau tidak (masih bisa atau layak untuk dipertahankan, atau justru harus dihentikan). Sehingga, selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan tentang makna kolaborasi secara umum, Collaborative Governance, serta proses kolaborasi menurut Chris Ansell & Alison Gash (2007). Dimana proses kalaborasi terdapat 5 komponen diantara:

III.1.2.1 Diskusi Langsung

Komunikasi menjadi unsur yang paling penting dalam proses kolaborasi karena adanya orientasi untuk pembentukan sebuah kesepakatan yang dilakukan antar pemangku kepentingan sehingga dapat membangun model diskusi langsung antar stakeholder. Ciri khas yang dimiliki oleh beberapa aktor atau stakeholder merupakan elemen kunci yang nantinya akan berpengaruh terhadap baik tidaknya diskusi langsung. Dalam proses diskusi langsung tersebut deliberasi perlu diberlakukan sehingga perlu memperhatikan efektivitas komunikasi agar tujuan dari diskusi dapat tercapai, hal-hal yang diperhatikan seperti komunikasi secara rutin, keberanian para aktor untuk mengemukakan pendapat maupun kejujuran sikap untuk mengemukakan ketidaksetujuan pendapat dan pembuatan keputusan bersama. Hal ini seperti yang sudah dijelaskan oleh Pak Sama’i selaku kabag UPTB Dinas Pariwisata. Berikut hasil wawancaranya.

“biasanya pertemua nya dinas dan stakeholder ya 1 atau 2 bulan sekali, untuk

melihat perkembangan yang ada di lapangan, sehingga kalo ada kendala bisa langsung di atasi bersama-sama, dan memperbaiki kekurangan yang ada di lapangan”

Dari penjelasan Bapak Sama’i terkait dengan pertemuan yang dilakukan ini bertujuan supaya membentuk pola komunikasi yang baik, pertemuan ini dilakukan satu atau dua bulan sekali. Namun, pendapat Bapak zain ini berbeda dengan penjelasan dari ketua Pengelolah yayasan sunan ampel menjelaskan sebagai berikut.

“ya pertemuannya pas kalo ada tamu penting seperti pejabat-pejabat pemerintah yang hendak berkunjung ke makam sunan ampel, dan tamu dari mancanegara, dinas hanya menjembatani wisatawan mas jadi ya gak tentu gitu .”

III.1.2.2 Membangun Kepercayaan

Kegiatan yang terus-menerus dilakukan dan perlu ditingkatkan adalah upaya membangun kepercayaan yang merupakan syarat untuk membangun kolaborasi yang solid antar setiap aktor, dalam tahapan ini sebuah proses kolaborasi yang baik tidak hanya membutuhkan negosiasi dalam komunikasi, namun juga tentang membangun kepercayaan diantara pemangku kepentingan.

Pembangunan wisata harus tercipta baik dengan stakeholder untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Berikut hasil wawancara

Pengembangan wisata religi Sunan Ampel tentu harus tercipta saling kepercayaan antar aktor yang berkolaborasi, hal ini menunjukan pola komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. terkait penjelasan mengenai pemberian wewenang terkait pengelolaan wisata religi Sunan Ampel yang dijelaskan oleh Pak Sama’i selaku kabag UPTB Dinas Pariwisata di Sunan Ampel.

“pengelolaan dalam pengembangan wisata religi Sunan Ampel memang sepenuhnya kita serahkan kepada pihak

(6)

yayasan dan harapan kita memang agar tuposi dalam upaya pengembangan wisata religi sunan Ampel ini dapat berjalan dengan baik namun masih tetap pada pengawasan dan bantuan tetap di kita untuk mengkontrol semua agar berjalan dengan baik ”

Sedangkan menurut Pak Zain ketua Pengelolah yayasan Sunan Ampel menjelaskan hal yang sama bahwa tergantung dengan bantuan dari dispar berikut hasil wawancaranya.

“Maka dari pengelolah makam Sunan Ampel tidak harus tergantung dengan bantuan dari dispar, pengelolah yayasan Sunan Ampel, masih bisa mengkafer semua, hanya pengelolah makam sunan ampel memberitahukan tentang adanya kegiatan hall akbar di makam sunan ampel, vestifal budaya sejarah perjalanan sunan ampel mensyairkan ajaran islam di tanah jawa’’

Sedangkan menurut Ibu Siti selaku pedagang roti mariam di makam sunan ampel menjelaskan bahwa dulu dan sekarang sudah berbeda dari segi fasilitas,kebersihan, kamar mandi WC, dan tempat wudhu. Berikut hasil wawancara dengan Bu Siti

“selama ini saya berjualan di ampel ini, dari dulu yang jalan masih rusak, fasilitas yang kurang seperti tempat pedanang untuk jualan, kamar mandi yang masih jauh dri bersih dan fasilitas, mungkin terkendala anggaran dana, tapi sekarang sudah banyak kemajuan dalam segala hall, berkat kecintaan masyarakat yang masih suka berwisata religi ziarah ke makam sunan ampel ber’doa atau pun mencari pernik oleh-oleh’ seperti baju koko, peci dan kurma, dan masyarakat pun menyisihkan rezekinya untuk pembangunan makam sunan ampel agar lebih baik, dan bisa dinikmati bersama-sama, dengan ini pengembangan makam sunan ampel semakin hari semakin lebih baik, tertata rapi dan menjadi destinasi tujuan wisata religi di jawa timur, dan menjadi aikon wisata religi di kota surabaya, dan berkat pengelolah nya yang baik sejak dulu dan sampai sekarang, saya pun senang berkat kecinta,anya dengan sunan ampel dengan masyarakat berdatangan dari

berbagai daerah dari kota surabaya mau pun luar kota surabaya, dan penghasilan dari berjualan roti mariyan di makam sunan ampel, saya sangat senang penjualan saya semakin meningkat untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Hal yang sama pun dijelaskan oleh Pak Rizal pedagang kurma yang menjelaskan bahwa perkembangan kawasan ampel ini sudah lebih baik. Berikut hasil wawancaranya.

“dari tahun ke tahun perkembangan fasilitas di makam sunan ampel semakin lebih baik, baik dari segi fasilitas, inflastruktur dan penunjangn yang lain, sehingga enak dilihat dan masyarakat yang berkunjung bisa menikmati suasana di makam sunan ampel, itu semua tidak luput dari peran pengelolah yang baik dalam merancang mulai dari anggaran sampai fasilitas, kamar mandi, tempat wudhu dan makam sunan ampel sekarang sudah diperbaiki lebih bagus dan agung, dengan itu tujungan mengenalkan makam sunan ampel dengan Dispar mempromosi makam sunan ampel di berbagai media seperti koran sosial media, dan di luar nasional, dengan itu makam sunan ampel lebih di kenal wisata religinya di mancanegara, dan masyarakat pun tau tentang makam sunan ampel dengan sejarah nya menyairkan ajaran islam di tanah jawa , dampak buat saya dan pedagang lain memberikan rezeki dengan semakin banyak nya pengunjung yang berdatangan silir berganti di makam sunan ampel bukan hanya untuk ber do’a saja tapi juga membeli oleh-oleh khas kuliner kampung arab di sekitar makam sunan ampel , dengan itu membantu menyejahterahkan masyarakat sekitar khusus nya pedanang PKL di kawasan makam sunan ampel.”

Tidak hanya pedagang namun menurut Arya selaku pengunjung berasal dari kota gresik pun merasakan hal sama bahwa dalam perubahan fasilitas sudah bagus. Berikut hasil wawancara.

III.1.2.3 Komitmen Pada Proses Kolaborasi

(7)

Komitmen merupakan komponen penting sekaligus tantangan utama dalam proses kolaborasi, karena dengan adannya komitmen ini mampu menghilangkan penghambat yang sering kali muncul karena perbedaan karakteristik dan kepentingan dari beberapa aktor. Salah satu proses kolaborasi yang cukup penting adalah bagaimana cara untuk meningkatkan kapasitas setiap akor sehingga akan membentuk perundingan yang baik sehingga dapat membentuk pemahaman bersama dan tujuan dari kolaborasi dapat terwujud secara maksimal. Pengertian dari istilah kapasitas sendiri adalah berbagai hasil dari elemen-elemen lintas fungsional untuk menghasilkan tindakan yang efektif.

Pembentukan komitmen antar aktor berawal dari kesepakatan bersama sebelum melakukan tindakan yang diinginkan, seperti dari sudut pandang pemangku kebiijakan dalam hal ini adalah pihak pemerintah, dimensi-dimensi dari kesepakatan bersama adalah aturan-aturan umum, protokol-protokol dalam kegiatan, peraturan untuk membuat keputusan dan sebagainnya yang mungkin dapat terbentuk sesuai dengan peraruran yang sudah tertulis, seperti penjelasan dari Bapak Samai selaku kabag UPTB dinas parriwisata sebagai berikut.

“nah jadi begini mas, jika memang pihak yayasan ini memerlukan sesuatu ya seperti bantuan dana atau apalah, sebelumnya mereka ini membuat proposal dulu terkait apa yang diingkannya lah setelah itu sendiri dari pihak pembina tinggal meneruskan ke pusat agar bisa di acc.”

Beberapa hal yang menandai bahwa komitmen pada proses kolaborasi terbentuk dengan baik adalah terciptanya pengakuan saling bergantung antar aktor satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu mengembangkan potensi wisata religi sunan ampel surabaya. Berikut pernyataan dari bapak Aji selaku sekertaris UPTD dinas pariwisata disunan ampel.

“benar mas wisata religi makam sunan ampel ini menjadi penyumbang retribusi terbesar di bidang pariwisata pada pemerintah

daerah, melihat keberhasilan seperti itu saya pribadi juga mengapresiasi kerja keras dari pihak pengelola yayasan sunan ampel.”

III.1.2.4 Pemahaman Bersama

Dalam proses kolaborasi, para pemangku kepentingan harus mengembangkan pemahaman bersama akan apa tujuan yang ingin dicapai secara bersama. Pemahaman bersama juga dapat didefinisikan sebagai upaya identifikasi dari nilai yang ingin dicapai dengan melalui kesepakatan tentang definisi masalah secara umum. dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata religi sunan ampel, tahapan mengenai pemahaman bersama menjadi hal yang perlu diperhatikan karena melalui pemahaman bersama ini nantinya akan terbentuk aktivitas dengan bentuk interorganisasional, yaitu dapat memutuskan pendefinisian masalah atau penentuan strategis, merencanakan misi dan membentuk nilai bersama terhadap tujuan yang ingin dicapai dari kolaborasi antar aktor. Salah satu penjelasan dari pihak dinas terkait tahapan proses pemahaman bersama ini disampaiakan oleh Bapak aji selaku sekertaris UPTD dinas pariwisata di sunan ampel sebagai berikut.

“perencanaan strategis untuk pengembangan pariwisata religi sunan ampel ini sudah ada mas, seperti salah satunya adalah rencana jangka panjang pemerintah daerah terhadap keeksistensian destinasi wisata religi sunan ampel agar terjaga sampai anak cucu. ”

Hal ini juga diperkuat oleh salah satu dari pihak dinas yaitu Bapak Samai selaku UPTD dinas parariwisata terkait beberapa strategi tahapan untuk mencapai pemahaman bersama, sebagai berikut:

““ya… jadi mas salah satu tahapan untuk mencapai kesepakatan bersama terkait strategi pengembangan wisata religi yang pertama kami selaku pihak pemerintah harus melakukan tinjauan lapangan dulu untuk menetapkan apa saja yang harus dan dipenuhi oleh pemerintah yang kemudian dari hasil akan kami floorkan kepada yayasan dan masyarakat yang berada di kawasan wisata

(8)

religi dengan harapan dicapaianya suatu kesepakatan yang melibatkan segala kepentingan bersama di dalamnya”

Hal ini sejalan dari pihak yayasan bahwasannya tahapan perencanaan strategis terkait kesepakatan bersama antar aktor untuk membentuk pemahaman bersama, seperti dijelaskan oleh Bapak Zain selaku ketua yayasan pengelola makam sunan ampel, sebagai berikut:

“kalo berkaitan dengan pembahasan bersama ya mas ya.. ya jadi kami kan sebagai pengelola otomatis kita ini lebih sering mengetahui apa saja kejadian yang ada dil lapangan selain itu juga kami sering menerima masukan dari masyarakat dan pada akhirnya semua ini menjadi rangkuman kepentingan yang akan dibawah dalam pemahaman bersama”

III.1.2.5 Dimensi Hasil Sementara

Hasil sementara ini yang dimaksud adalah suatu hal yang terbentuk di dalam target rencana kerja sebagai rencana strategis yang dapat mendekatkan pada tujuan yang tepat dan menganggap sebagai hasil proses kritis untuk membangun momentum sehingga menghasilkan kolaborasi yang baik.

Hal terkait hasil sementara dijelaskan oleh pihak dinas melalui pihak dinas yaitu Bapak Samai selaku UPTD dinas pariwisata yang menjelaskan bahwasannya salah satu proses kolaborasi dari hasil sementara sebagai berikut;

“Pengenalan destinasi wisata religi kepada pihak luar ini, kami selaku pihak dinas berkerjasama dengan yayasan pengelola yayasan Sunan ampel, tidak hanya itu yang lagi berkembang di surabaya pun kami libatkan sehingga akan mendapati hasil yang maksimal dalam pengenalan potensi wisata religi di makam sunan ampel”

Penjelasan dari pihak yayasan pengelola terkait dengan dimensi hasil sementara yang ingin dicapai yaitu dalam upaya pengenalan destinasi wisata religi yang dimiliki Kota surabaya hal ini dijelaskan oleh Bapak Zain selaku ketua yayasan pengelola makam Sunan Ampel, sebagai berikut:

“kalau dalam pengenalan wisata religi ya mas, ini kami sendiri tidak bergantung pada dinas saja tapi kali lebih fokus kepada masyarakat sekitar agar kekreatifitas masyarakat dalam mengolah atau menciptakan suatu barang dan jasa yang khas dari wisata religi”

Penjelasan dari Bapak Samai cukup menguatkan tujuan dari dimensi hasil sementara dalam jangka pendek yaitu berkeinginan untuk pengenalan destinasi wisata religi yang ada di surabaya, namun penjelasan dari pihak yayasan ini lebih terfokus pada embentukan kekreatifitasan masyarakat sekitar kawasan wisata religi sunan ampel untuk menciptakan barang maupun jasa yang khas dari wilayah sehingga tidak wisatawan yang berkunjung bukan hanya mengenal obyek wisata religi tetapi juga akan mendapatkan sesuatu hal yang khas dimiliki oleh surabaya.

III.2 Interpretasi Teoritik

Interpretasi teoritik yakni merujuk pada pengembangan terhadap ide-ide yang telah didapatkan dari hasil penemuan yang kemudian direlasikan dengan kajian teoritik (teori yang telah ada) untuk menghasilkan konsep-konsep yang sifatnya substantif yang baru dalam rangka untuk memperkaya ilmu yang ada. Dalam bab ini peneliti mencoba untuk mengkorelasikan data-data yang diperoleh melalui penelitian dengan teori yang menjadi acuan dalam menganilisis Kolaborasi antar Stakeholders dalam Pengembangan Pariwisata Religi Sunan Ampel di Kota Surabaya yang mana perlu adanya pisau analisis. Pisau analisis yang digunakan dalam mengukur implementasi yaitu ada beberapa indikator yang diangap relevan dengan penelitian ini.Indikator-indikator tersebut berisikan serangkaian komponen yang perlu hadir dan berfungsi secara efektif dalam sebuah institusi sehingga tercipta kondisi yang diharapkan secara berkelanjutan. Indikator yang ada mampu mendefinisikan implementasi pada program yang dijalankan yang meliputi sebagai berikut :

(9)

III.2.1 Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata Religi Sunan Ampel

Terkait beberapa macam aktor yang dapat diklarifikasi berdasarkan perannya yaitu antara lain: pembuat kebijakan atau fasilitator yang disini berada pada tanggung jawab pemerintah dan peran dari pemerintah sendiri sudah berjalan dengan cukup baik, coordinator yang berperan sebagai individu atau kelompok yang mengkoordinasikan aktor lain yang terlibat. Dalam hal ini sesuai dengan peran dari UPTD, dan juga implementator dan akselerator yang telah dilaksanakan oleh pihak yayasan. Pada dasarnya peran setiap setiap aktor dalam upaya pengembangan pariwisata religi sunan ampel ini sudah berjalan dengan cukup baik, hanya tinggal bagaimana setiap aktor ini dapat berkolaborasi dengan baik sehingga dapat memperoleh tujuan yang diinginkan.

III.2.2 Proses Kolaborasi antar Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata Religi Sunan Ampel

III.2.2.1 Diskusi Langsung

Diskusi langsung sebagai bentuk komunikasi menjadi hal yang penting dalam kolaborasi, karena adanya proses pembentukan konsesus. Kominukasi langsung (face to face) merupakan upaya untuk mengurangi streotipe (yaitu persepsi aktor yang memandang adanya sisi buruk aktor lain) dan meningkatkan rasa hormat antar aktor.

Dengan adanya kominukasi langsung, para aktor yang terlibat dalam kolaborasi menjadi lebih objektif dalam berinteraksi. dapat terlihat bahwa dimensi dari diskusi langsung ini telah dikatan cukup berhasil karena dalam proses kolaborasi antar aktor telah memunculkan orientasi untuk pembentukan sebuah kesepakatan. Seperti yang telah disampaiakan oleh Ansell dan Gash (2007:550) bahwasannya keberhasilan diskusi langsung ketika dalam diskusi tersebut telah terjadi pembahasan secara kritis

mengenai permasalahan yang terjadi dan bersikap membangun, hal tersebut sesuai dengan penemuan peneliti di lapangan bahwasannya setiap diskusi yang berjalan selalu menemukan solusi dalam menjawab permasalahan yang muncul. Adannya sikap jujur dan berani untuk mengungkapkan pendapat juga telah terealisasikan dengan baik, seperti pendapat dari beberapa narasumber dari hasil wawancara bahwasannya momen setiap aktor untuk mengungkapkan pendapatnya terkait pengembangan pariwisata religi sunan ampel ini adalah ketika adannya pertemuan terbuka antar setiap aktor.

III.2.2.2 Membangun Kepercayaan

Membangun kepercayaan merupakan syarat yang diperlukan untuk membangun kolaborasi yang solid. Membangun kepercayaan memerlukan waktu yang tidak singkat, hal ini karena dalam kolaborasi diperlukan kominikais yang intensif (terus-menerus) dan penyesuaian terhadap kondisi saat ini dari munculnya kembali konflik masa lalu (prehistory antagonisun).

Pembuat kebijakan atau stakeholders harus mengalokasikan waktu untuk melakukan remedial pembangunan kepercayaan secara efektif. Apabila tidak, maka kolaborasi tidak seharusnya dilakukan. Berdasarkan penemuan peneliti di lapangan terkait dimensi membangun kepercayaan telah terbentuk dengan baik, hal ini dapat dilihat dari keberhasilan kepengelolaan wisata religi sunan giri oleh pihak yayasan dimana yayasan sendiri telah diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengelola. Rasa kepercayaan dari pemerintah terhadap pihak yayasan mulai tumbuh ketika diberikannya wewenang kepada puhak-pihak yang berperan dalam pengembangan pariwisata religi sunan ampel seperti pengelolaan fasilitas penunjang yang dilimpahkan di pihak yayasan penuh kawasan wisata religi sunan ampel.

III.2.2.3 Komitmen Pada Proses Kolaborasi

(10)

yang sangat penting dalam proses kolaborasi. Komitmen berkaitan erat dengan motivasi asli para aktor dalam kolaborasi. Komitmen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni (1) mutual recognition yaitu berkaitan dengan pengakuan bersama; (2) joint apprecition yakni apresiasi bersama para aktor; (3) kepercayaan antar aktor; (4) ownership the process (rasa memiliki pada proses), hal ini berkaitan dengan pengaruh setiap aktor dalam pengambilan keputusan namun memiliki dilema, karena adanya kompleksitas dalam kolaborasi. (5)interdependence yakni saling ketergantungan antar aktor. Perbedaan kapasitas yang dimiliki para aktor memunculkan rasa ketergantungan yang dapat menumbuhkan dan memperkuat komitmen. Beberapa hal yang menandai bahwa komitmen pada proses kolaborasi terbentuk dengan baik adalah terciptanya pengakuan saling bergantung antar aktor satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu mengembangkan potensi wisata religi sunan ampel

III.2.2.4 Pemahaman Bersama

Pemahaman bersama merupakan hal yang penting dalam mencapai tujuan bersama. Pemahaman bersama dapat diartikan sebagai common misision (misi umum), common purpose (tujuan umum), common objectives (obyektivitas umum), dan shared vision (visi bersama). Pemahaman yang dimaksud adalah penyatuan pemikiran dan persamaan tujuan, sehingga meminimalisir terjadinya kesalahpahaman aktor.

Berdasarkan penemuan peneliti, dinamika di lapangan terkait dengan dimensi pemahaman bersama sudah berjalan dengan baik, hal tersebut nampak dari pendapat beberapa aktor yang terlibat dalam pengembangan pariwisata yakni untuk penentuan isu strategis tahapan yang dilalui pihak dinas adalah melakukan tinjauan langsung ke lapangan sehingga upaya untuk pengidentifikasian masalah dapat segera ditemukan dan menemukan solusi terhadap masalah tersebut. Penemuan pemahaman bersama terkait pengidentifikasian masalah juga turut dijelaskan oleh pihak dari yayasan

pengelola yakni segala kepentingan atau kebutuhan dari yayasan tidaklah jauh dari kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat sekitar kawasan wisata maupun wisatawan yang mengunjungi wisata religi sunan ampel.

III.2.2.5 Dimensi Hasil Sementara

Hasil sementara terjadi selama proses kolaborasi, oleh karena itu ada kata “sementara” di dalamnya. Hasil sementara menghasilkan feedbacks. Umpan balik yang diharapkan adalah umpan balik yang positif, yang disebut “small-wins” (kemenangan kecil) Kemenangan kecil ini akan meningkatkan harapan masing-masing aktor dalam kolaborasi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan komitmen.

Sehingga dalam dimensi ini, hasil sementara ini yang dimaksud adalah terbentuknya “tangible output” di dalam

strategic plans” (atau terbentuknya target

rencana kerja yang dapat mendekatkan pada tujuan yang tepat) yang dapat mendekatkan pada tujuan yang tepat yang penting untuk membangun momentum yang dapat menghasilkan hasil kolaborasi yang sukses serta terdapat lebih banyak outcomes atau “hasil lapangan” yang diharapkan (pencapaian keberhasilan, manfaat) daripada yang tidak diharapkan (kegagalan dan dampak negatif) baik yang terjadi secara terencana maupun tidak terduga. Dalam penelitian ini, menjadikan bagiandalam proses tersebutsebagai dimensi dan indikator untuk mengungkap bagaimana kolaborasi antar

stakeholder dalam pengembangan pariwisata religi Sunan Ampel. dapat dilihat dimensi hasil sementara yang ingin dicapai adalah pengenalan destinasi wisata religi sunan ampel terhadap pihak luar sehingga akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke makam sunan ampel untuk berziarah. Penjelasan dari pihak yayasan pengelola pun tidak jauh berbeda dari penjelasan pihak pemerintah hanya saja dalam penjelasan narasumber dari pihak yayasan menambahkan bahwasannya pembentukan kekreatifitasan masyarakat sekitar kawasan wisata juga perlu diperhatikan agar dapat meningkatkan taraf hidupnya.

(11)

PENUTUP

Berdasarkan dari uraian dan hasil temuan dari peneliti terkait datadi lapangan yang telah disajikan, dianalisis dan diinterpretasi pada bab sebelumnya maka dalam bab IV ini peneliti menyimpilkan keseluruhan hasil analisis dan interpretasi data yang bertujuan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Selain itu, setelah dilakukan penyusunan kesimpulan, peneliti juga akan memberi suatu rekomendasi dan saran-saran yang nantinya dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan acuan bagi instansi terkait maupun pemerintah pada umumnya dalam pengembangan pariwisata religi yang akan datang.

4.1. Kesimpulan

Masing-masing aktor yang terlibat dalam pengembangan pariwisata religi dapat terlihat dari peranan setiap stakeholder dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata religi sunan ampel. Beberapa stakeholder yang dalam upaya pengembangan pariwisata religi sunan giri adalah Dinas pariwisata kota surabaya, Yayasan pengelola makam Sunan ampel, dan masyarakat. Proses kolaborasi dalam tahapan diskusi langsung dinilai cukup baik karena dalam setiap diskusi yang diadakan telah memunculkan orientasi untuk membentuk sebuah kesepakatan dan dalam diskusi tersebut telah terjadi pembahasan secara kritis dan bersifat membangun karena setiap aktor berani mengungkapkan pendapatnya masing-masing namun intensitas pertemuan antar aktor hanya diberlakukan beberapa kali.

Proses pembentukan kepercayaan antar setiap stakeholders merupakan syarat untuk membangun kolaborasi yang silid antar setiap aktor. Pemebentukan kepercayaan bersama artinya terdapat rasa percaya di seluruh aktor kolaborasi dan membuktikan hubungan para aktor bisa diandalkan sehingga dapat membentuk sebuah hubungan yang saling menguntungkan. Keberhasilan kepengelolaan destinasi wisata religi sunan giri dan juga kepengelolaan fasilitas

penunjang oleh pihak yayasan pengelola. Komitmen bersama dalam proses kolaborasi menjadi komponen yang penting dalam keberlangsungan keberhasilan kolaborasi antar aktor. Komitmen berkaitan erat dengan apa tujuan atau kepentingan aktor tersebut bergabung secara aktif dalam proses kolaborasi. Komitmen antar stakeholders

yang berperan dalam pengembangan pariwisata religi sunan giri sudah terbentuk dengan baik dengan ditandaintya adannya pemahaman bersama akan pentingnya mengembangkan destinasi wisata religi.

Pemahaman bersama diidentifikasikan sebagai upaya dari nilai yang ingin dicapai dengan melalui kesepakatan tentang definisi masalah secara umum yang terjadi dalam proses kolaborasi. Pembentukan pemahaman bersama antar aktor terkait dalam pengembangan pariwisata religi sunan ampel telah terbentuk dengan baik seperti pendefinisian masalah yang dilakukan oleh masing-masing aktor sudah baik dan sesuai dengan apa yang benar-benarterjadi di lapangan. Dalam dimensi hasil sementara ini yang dimaksud adalah adannya target rencana kerja yang dapat mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai sehingga kolaborasi akan berjalan dengan baik ketika terdapat rencana kerja yang ingin dicapai. Keberhasilan aktor-aktor yang terlibat dalam pengembangan pariwisata religi dalam dimensi hasil sementara ini terlihat ketika adannya rencana kerja antar setiap masing-masing aktor seperti upaya pengenalan destinasi wisata religi

4.2 Saran

Pengembangan pariwisata religi Sunan ampel seharusnya memiliki potensi yang baik dalam meningkatkan pendapatan daerah dan peningkatan kualits hidup masyarakat yang berada di kawasan wisata religi, hal ini tidak lepas dari peran masing masing stakeholder

yang bertanggung jawab dalam keberhasilan pengembangan pariwisata religi Sunan ampel itu sendiri, namun masih terdapat berbagai permasalahan terkait bentuk kolaborasi atau kerjasama antar stakeholder yang menghambat tercapainya tujuan. Saran peniliti disini adalah para stakeholder lebih

(12)

memaksimalkan perannya masing-masing tanpa ada munculnya berbagai kepentingan yang menguntungkan salah satu pihak aktor.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata.

Jakarta: PT Gramedia Widisarana Indonesia.

Pendit, Nyoman S. (1990).Ilmu Pariwisata. Pradnya Paramita, Jakarta

Joyosuharto, Sunardi. (1995). Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty

Nyoman S, Pendit, 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana edisi Refisi, Jakarta:

PT. Pradnya Paramita.

A.Hari Karyono. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo

Pendit, Nyoman. (1999). Ilmu Pariwisata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti. aadariNawawi,AdministrasiPendidikan,(Jakar

ta:GunungAgug,1984),hlm.

LAN, 2014. Bahan Ajar Jejaring Kerja. Jakarta: Modul Diklat LAN

Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Aan Komariah dan Djam’an Satori, 2010,

Metodologi Penelitian

KualitatifBandung : Alfabeta

Nasution. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi (Mixed Methods).Bandung: Alfabeta

Marshal, Catherine & Gretchen B Rossman. 1995. Designing Qualitative Research. California: Sage Publication Inc.

Susan Stainback. 2008. Tecnic analysis. Educational Research. Boston : Longman

JURNAL

Scheemer, Kammi.

(2000)StakeholderAnalysis Guidelines, Policy Toolkit for Strengthening Health Sector Reform. USA,LACHSR Health Sector Reform Intiative

Ibid.159

Agranoff, R dan McGuire, M. 2003.

Collaborative Public Management.

Washington DC : GU Press

Donahue, John D., dan Richard J. Zeckhauser, 2011, Collaborative Governance:

Private Roles for Public Goals in Turbulent Times, New Jersey: Princeton

University Press.

Framework for Collaborative Governance.

Journal of Public Administration Research and Theory

Ansell, Chris and Alison Gash,

“Collaborative Governance in Theory and Practice,” Jurnal of Public Administration Research and Theory 18, 2007: 543-571

(Ansell, Chris and Alison Gash,

“Collaborative Governance in Theory and Practice,” Jurnal of Public Administration Research and Theory 18, 2007: 543-571.)

Agranoff, R dan McGuire, M. 2003.

Collaborative Public Management.

(13)

Emerson, Kirk, Tina Nabatchi, dan Stephen Balogh. 2011. An Integrative WEB http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/05 /tiga-jurus-andalan-arief-yahya-untuk-majukan-pariwisata-indonesia https://presidentpost.id/2018/10/24/dorong- peningkatan-daya-saing-menpar-devisa-sektor-pariwisata-tumbuh-1477-tahun-2017/ http:// www.indonesia.go.id/in/kementrian/13947- pariwisata-indonesia-lampaui--pertumbuhan-ekonomi https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3670 474/10-wisata-religi-jawa-timur-spot-liburan-yang-wajib-dikunjungi https://www.merdeka.com/ http://surabaya.tribunnews.com/2018/12/03/p engembangan-kawasan-wisata-religi-sunan- ampel-bakal-dibuat-konsep-digital-ini-kata-dprd-surabaya https://www.jawapos.com/travelling/17/09/20 16/tujuh-juta-turis-serbu-surabaya-wisata-religi-jadi-primadona https://www.pressreader.com/ DOKUMEN

Peraturan Menteri Nomer 29 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementrian Pariwisata tahun 2015-2019

Undang-Undang nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan.

Referensi

Dokumen terkait

Yos Sudarso atau yang dahulu dikenal sebagai komplek belakang eks Pabrik sepatu Bata di Kelurahan Silalas, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan yang telah selesai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1 prosedur penelitian tindakan kelas pada siswa kelas SD Alam Ar Rohmah terdiri dari 4 tahap yakni, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain faktorial ganda 3x3, variabel bebas adalah subtitusi tepung sorgum 10%, 20%, dan 30% dari berat total tapioka

(3) Terdapat kontribusi yang signifikan dari budaya organisasi terhadap kinerja guru SD di Lingkungan PR Saraswati Denpasar dengan kontribusi sebesar 27,4%,

Penguasaan kemahiran profesional adalah penting untuk membolehkan graduan menggunakan maklumat dan mengoptimakan pengetahuan ( IFAC 1996). Perbincangan dapatan kajian

Lebih lanjut, mengingat penelitian ini mempelajari kompetensi komunikasi penutur asli dalam hal pemakaian strategi pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah

Seperti ditunjukan pada gambar 2.1, jarum galvano meter (ammeter yang dapat mengukur arus yang sangat kecil), akan bergerak karena gaya gerak listrik yang dihasilkan

Bagi dosen yang mempunyai karya ilmiah sebagai penulis pertama yang dipublikasikan pada jurnal internasional bereputasi setelah memperoleh gelar Doktor dapat diusulkan