• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM PERKAWINAN ADAT SUKU DANI LEMBAH BALIEM PAPUA (Ditinjau Dari Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUKUM PERKAWINAN ADAT SUKU DANI LEMBAH BALIEM PAPUA (Ditinjau Dari Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM PERKAWINAN ADAT

SUKU DANI LEMBAH BALIEM PAPUA

(Ditinjau Dari Hukum Islam dan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan)

Oleh: Ibrahim Kuan1 dan Anwar Mochammad Roem2

Abstrak : Bahwa Implementasi Hubungan antara Hukum Perkawinan Adat dan Hukum Islam tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapakan sebagian umat muslim di Suku Dani. Sedangkan pelaksanaan Hukum Nasional dalam hal ini Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak menyentuh lapisan masyarakat adat.

Kata Kunci : Hukum Adat, Hukum Perkawinan, Hukum Islam.

PENDAHULUAN

Kebudayaan Suku Dani di Lembah Baliem Papua mempunyai adat istiadat yang unik dan tertua serta masih dipelihara sampai hari ini. Sejak jaman prasejarah nenek moyang manusia orang Lembah Baliem Papua, telah memiliki peradaban sejarah yang lebih maju dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan kapak batu untuk memotong dan tulang hewan yang digunakan untuk mengiris bahan makanan telah digunakan secara turun terumun oleh nenek moyang suku di Lembah Baliem Papua.

Sebelum hukum-hukum tertulis dan agama-agama besar datang ke tanah Papua Suku Baliem mempunyai tata nilai adat istiadat yang komplit dan sempurna. Adat mengatur secara rasional dan sistimatik dalam kerangka kebudayaan. Budaya yang melekat dan terbingkai manusia Inyaiwerek (manusia pribumi/manusi adat) mempunyai pandangan hidup yang sama bahwa kita mempunyai Tuhan yang sama dan Dia menciptakan segala

1Alumni Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Yapis Papua 2Dosen Fakultas Hukum Universitas Yapis Papua

(2)

sesuatu untuk dipelihara demi kelangsungan hidup manusia dan alam sekitarnya. Orang Dani percaya bahwa Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta tetapi juga diberikan hukum – hukum yang positif demi kelangsungan hidup manusia.

Hukum yang tidak tertulis tetapi sudah dipraktekkan dalam segala segi kehidupan Suku Dani adalah hukum adat. Nilai-nilai kebudayaan yang turun temurun yang diwarisi oleh nenek moyang merupakan falsafah pandangan hidup orang Dani.

Perkawinan adalah salah satu tradisi yang tetap dipertahankan dan mengikuti perkembangan manusia yang telah ada sejak abad lampau. Tradisi perkawinan adat ini berlaku tidak hanya pada suatu daerah saja, melainkan berlaku di berbagai daerah. Dengan berbagai macam tata cara perkawinan adat yang berlaku pada tiap-tiap daerah sebagai perwujudan tatanan nilai leluhur yang telah dibentuk oleh nenek moyang dan diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya. Karena itu perkawinan adat merupakan kegiatan tradisional turun-temurun yang mempunyai tujuan agar tercipta keluarga sakinah, mawadah warohmah. Sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur’an surat ar-Rum/ 30: 21 Allah SWT berfirman :

ٗةَّد َوَّم مُكَنۡيَب ۡن ِمَ َلَعَج َو اَهۡيَلِإ ْا ٓوُنُك ۡسَتِ ل ا ٗج ََٰو ۡزَأ ۡمُكِسُفنَأ ۡنِ م مُكَل َقَلَخ ۡنَأ ٓۦِهِتََٰياَء و ٖم ۡوَقِ ل ٖتََٰيٓ َلَ َكِلََٰذ يِف َّنِإ ًۚ ةَم ۡح َر َو

َنو ُرَّكَفَتَي ٢١

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakn untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cendrung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “

Bahwa pelaksanaan hukum perkawinan adat yang telah terjadi di masyarakat muslim Suku Dani ini tetap dipertahankan, walaupun belum sepenuhnya perkawinan dilaksabakan memenuhi syariat islam. Oleh karena itu beberapa dari masyarakat Suku Dani didalam melangsungkan

(3)

yang dilaksanakan oleh muslim Suku Dani masih menggunakan hewan babi didalam acara syukuran maupun hajatan perkawinan (local genius sebagai kearifan lokal). Ini terjadi karena adat yang diwarisi secara turun menurun. Dengan permasalahan tersebut menurut peneliti dianggap urgen dan perlu ditinjau, karena dengan penelitian ini bisa diketahui bagaimana posisi hukum perkawinan adat suku Dani dalam pandangan hukum islam maupun Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

PEMBAHASAN DAN ANALISA

Implementasi Hukum Perkawinan Adat Suku Dani Papua

Pelaksanaan hukum perkawinan adat mulai dari proses pelamaran, pembayaran pelamaran, upacara adat pernikahan, pembayaran biaya pernikahan, prosesi pelepasan silli menjadi jokal, tempat pernikahan, prosesi perjalanan penganten wanita ke rumah penganten laki-laki, pengaturan warisan, perceraian, pemberian marga/fam ketika anak lahir semuanya terstuktur dalam satu bingkai yang disebut kearifan lokal.

Semua aspek dari urutan diatas sebagai biaya mahar adalah Wam (babi). Dapatkah hukum adat ini berlaku selamanya. Untuk ukuran hukum Nasional dan Hukum adat dapat berjalan selamanya. Karena kita bukan Negara Islam yang mengharamkan makan daging babi. Tetapi kita sebagai orang Islam yang tunduk dan taat pada ajaran islam haram hukumnya untuk makan babi. Karena Allah melarang sesuatu yang diciptakannya itu haram maka dalam hukum perkawinan adat bagi Muslim Suku Dani wajib menjauhi dan meninggalkannya. Islam adalah agama yang relatif baru untuk masyarakat Suku Dani Lembah Baliem. Agama yang baru ini melarang babi untuk alat pertukaran, alat ganti rugi, denda, dan pembayaran dalam segala segi kehidupan. Dalam pelaksanaannya hukum Islam tegas melarang alat tukar dengan benda tersebut di atas karena hukum adat perkawinan Suku

(4)

Dani telah turun sebelum Hukum Islam datang kedunia. Dalam kitab suci Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh/2:173 adalah

َّرُط ۡضٱ ِنَمَف ِِۖ َّللّٱ ِرۡيَغِل ۦِهِب َّلِهُأ ٓاَم َو ِري ِزن ِخۡلٱ َم ۡحَل َو َمَّدلٱ َو َةَتۡيَمۡلٱ ُمُكۡيَلَع َمَّرَح اَمَّنِإ َّنِإ ًِۚهۡيَلَع َمۡثِإ ٓ َلََف ٖداَع َلَ َو ٖغاَب َرۡيَغ

ََّللّٱ ٌمي ِح َّر ٞروُفَغ ١٧

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”3

Selain firman Allah tersebut hukum Fiqih Islam tentang larangan babi adalah “ Daging babi itu haram, dan hikmah pengharamannya adalah karena ia mengandung berbagai bahaya. Dan karena ia juga menjijikkan. Meskipun jijiknya bukan pada zatnya, seperti halnya bangkai dan darah, akan tetapi ia memiliki sifat-sifat khusus yang membahayakan, bagi yang menyadari. Babi gemar bergelimang dalam kotoran. Selanjutnya tujuan pengharaman tersebut adalah kesucian kami beriman, karena islam itu toyyib, baik, dan ia menghalalkan semua toyyiban dan mengharamkan semua khabaits, yang buruk-buruk. Ia sangat mendambakan dan menekankan kebersihan. Oleh sebab itu ia mengharamkan kaum beriman untuk makan daging babi. Karena kesenangan binatang itu pada yang kotor-kotor, walaupun ia tidak berbahaya. Apa lagi kalau bahayanya sangat besar.”4

Dalam dunia kedokteran modern pun melarang orang untuk memakan daging babi, karena penyakit yang ditimbulkannya sangat berbahaya. Hal ini disebabkan oleh karena babi itu sangat kotor dan senang makan yang kotor-kotor. Di tubuhnya cacing pita sangat subur untuk berkembang biak. Di sini kami mengetengahkan ayat dari kitab suci Al-Qur’an yang menyatakan daging babi itu rijsan, najis, busuk, sebagai alasan

(5)

pengharaman babi. Apa arti busuk itu ditujukan kepada pemakannya juga, atau karena bahayanya saja. Lafazh rijsan itu biasanya ditujukan kepada segala sesuatu yang sangat menjijikkan. Baik ditinjau dari segi kebudayaan (adat) dan segi perasaan serta dari segi arti. Maka kata najispun dinamakan rijsun, dan bahaya pun dinamakan rijsun.5 Dalam penelitian ini dapat

dikatakan bahwa seluruh yang berkaitan dengan babi (wam) adalah haram. Kecuali bagi non islam yang dapat mempraktekkan adat perkawinan tersebut dan babi sebagai Mas kawinnya.

Nilai atau harga taruhan mas kawin wanita Dani adalah babi. Karena wam (babi) adalah salah satu yang mempunyai nilai jual yang sangat mahal bagi penduduk Suku Ballim. Jadi babi harganya sama dengan emas (cincin). Lalu bagaimana mereka yang tidak mempunyai babi seekor pun. Apakah selamanya tidak kawin ataukah akan terjadi perkawinan satu marga atau terjadi perzinahan dan atau pemerkosaan dimana-mana. Apabila hukum adat tetap dipertahankan dan babi adalah satu-satunya alat tukar ( He Oko ) wanita.

Dengan tegas dan jelas bahwa semua yang berhubungan dengan babi adalah haram. apalagi dalam hal perkawinan hukum adat. hukum adat yang berdasarkan babi sebagai mas kawin adalah dilarang hukumnya kecuali masa sebelum Islam dihalalkan. Hukum Islam adalah hukum yang mencegah sebelum terjadinya sesuatu yang akan terjadi dalam masyarakat. Islam adalah agama alam semesta maka akan lebih mengetahui sebab akibat yang akan timbul. baik itu penyakit yang dipantau oleh manusia mau pun penyakit yang akan ditimbulkan di luar jangkauan pikiran manusia. Hukum Islam datang untuk menyempurnakan semua hukum yang ada dalam masyarakat demi kepentingan manusia.

(6)

Pembahasan Standarisasi Hukum Perkawinan Adat

Dalam pembahasan standarisasi hukum adat menjadi hukum Islam dan atau hukum Nasional, perlu kajian yang mendalam secara ilmiah baik pemerintah maupun universitas-universitas yang mempunyai bidang keahlian yang berhubungan dengan bidang hukum dan kebudayaan.

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Undang-undang Perkawinan telah menjelaskan pada Bab II pasal 8 adalah : Perkawinan dilarang antara dua orang:

a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah atau ke atas. b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara

saudara, antara seorang dengan seorang saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya.

c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dari ibu/bapak tiri.

d. Berhubungan sesusuan, anak susuan, saudara dan bibi/paman susuan. e. Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan

dari istri, dalam hal seseorang suami beristri lebih dari seorang.

f. Yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin.

Perkawinan antara dua orang6 pasal 8 dalam Undang-undang

perkawinan ini mempunyai pelaksanaan dalam kehidupannya sama dengan ciri khas hukum perkawinan adat Suku Dani. Perbedaanya terletak pada Mas Kawinnya. Kalau hukum adat Suku Dani maharnya adalah Babi sedangkan undang perkawinan maharnya tidak dengan nilai babi. Undang-undang perkawinan baru ditetapkan pada tahun 1974. Sedangkan hukum

(7)

perkawinan adat suku dani lahir bersamaan dengan adanya nenek moyang masa masa lalu orang Dani. Hukum adat suku Dani dalam pelaksanaanya berjalan ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Hukum islam dan hukum adat suku Dani mempunyai status yang sama dengan Undang-undang Perkawinan.

Hukum perkawinan adat Suku Dani adalah hukum kearifan lokal atau

local genius. Artinya kecerdasan orang Dani untuk memanipulasi pengaruh budaya luar dan budaya suku Dani menjadi wujud atau bentuk yang lebih indah sesuai dengan budaya Suku Dani. Bentuk spesifik ini merupakan jati diri daerah Lembah Balliem.

Dengan demikian yang paling pokok adalah bagaimana menyesuaikan hukum kearifan lokal terhadap arus perkembangan global namun tetap dapat mempertahankan sebagai identitas lokalnya Hubungan hukum perkawinan adat Suku Dani di Lembah Baliiem Papua pada masa lampau boleh memelihara dan boleh memakan dagingnya serta babi sebagai alat tukar utama (mas kawin /mahar) dalam kehidupan sehari-hari Suku Dani sebelum masuknya ajaran agama islam. . Hubungan dengan pelaksanaan Hukum Islam dan Hukum Nasional terutama Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 mempunyai latar belakang historis yang sama dengan Hukum Perkawinan Adat Suku Dani.

PENUTUP Kesimpulan

Tinjauan Hukum Islam terhadap perkawinan adat Suku Dani merupakan bentuk pelaksanaan hukum yang bertentangan dengan Hukum Islam. Karena pelaksanaan perkawinan masih berlaku hukum Asli ( Hukum Adat). sedangkan Hukum Islam dengan tegas melarang bahwa babi sebagai mahar dilarang oleh ajaran Hukum Islam. Kecuali mahar atau mas kawin akan diubah dari bentuk Mahar Babi menjadi Mahar Sapi, kambing, dan

(8)

hewan lain yang relevan. Tindakan preventif hukum Islam berlaku untuk semua hukum adat dan Undang-undang ataupun peraturan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah A.Gani, 1991. Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan PeradilanAgama, PT. Internusa, Jakarta.

Abdurahman, Komplikasi Hukum Islam. Akademika Presindo, Jakarta. Abdurrahman, 1984. Hukum Adat Menurut Perundang-undangan Republik

Indonesia, Cendana Press, Jakarta.

Abdul Al Wahab Al-Khalaf, 1388, Ilmu Ushul Al-Fiqih, Al Daral-Kuwwaytyyah.

A.Hasan Dkk. 1970. Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama, CV.Diponegoro, Bandung.

A.Mampioper, 1980. Mengenal Beberapa Aspek Suku Dani, Biro Kesra Pemda TK II Irian Jaya, Jayapura.

Arafiq Rachmat, 1995. Hukum Islam Indonesia, PT.Raja Gresindo Perdana, Jakarta.

Astrid S. Susanto Sunario, 1993. Kebudayaan Jayawijaya Dalam PembangunanBangsa, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. .

Bewa Ragawino, (Eds) 2014. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat Indonesia, Universitas Pajajaran, Bandung.

Departemen Agama Republik Indonesia, 1982. Pedoman Pegawai PencatatanNikah , PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Don Richardson, 1997. Penguasa-Penguasa Bumi, Kalam Hidup, Bandung. Hartono, 1989. Dari Hukum Antar Golongan Ke Hukum Antar Adat, Citra

Aditya Bankti, Bandung.

Hadikusuma, Hilman. 1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju, Bandung.

... 1995. Hukum Perkawinan Adat, PT.Citra Aditya Bhakti, Bandung.

... 1993. Hukum Adat Dalam Yurispredensi, PT.Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Jan Boelaars, 1986. Manusia Irian Dulu, Sekarang, Masa Depan. PT.Gramedia, Jakarta.

(9)

Koentjaranigrat, dkk. 1994. Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk, Djambatan, Jakarta.

Koesno, Muh, 1992. Hukum Adat Sebagai Suatu Model Hukum Bagian I, Mandar Maju, Bandung..

Kartohadiprodjo, Soediman, 1978. Hukum Nasional Beberapa Catatan, Bina Cipta, Bandung.

... 1984. Pengantar Hukum Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

M. Bushar, 1986. Asas-asas Hukum Adat Suatu Pengantar, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Nico A. Lokobal Dkk, 2003. Nilai-nilai Hidup Masyarakat di Lembah Baliem Papua, Biro Penelitian STFT Fajar Timur Jayapura papua.

Nurcholis Madjid, 1980. Islam Doktrin dan Peradaban, PT.Gramedia, Jakarta

Pudjosewojo Kusumadi, 1984. Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, Aksara Baru, Jakarta.

R.Widjono Prodjoko, 1991. Hukum Perkawinan Di Indonesia, Sumur Bandung. Bandung.

Subekti, 1983. Hukum Adat Indonesia Dalam Yurispredensi Mahkamah Agung, Alumni, Bandung.

Sudiyat, Iman, 1981. Asas-asas Hukum Adat Bekal Pengantar, Liberty, Jogyakarta.

Supomo, 1996. Bab-Bab Tentang Hukum Adat, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 Tentang Hukum Perkawinan. 1974. Jakarta : Yayasan Peduli Anak Negeri.

Van Dijk R, 1982. Pengantar Hukum Adat Indonesia, Sumur Bandung, Bandung.

Widnjodipoero Soerojo, 1987. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, H.Masagung, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Suasana dalam rumah tangga berpengaruh dalam membantu belajar bagi anak. Apabila suasana rumah itu selalu gaduh, tegang, sering ribut dan bertengkar, akibatnya

[r]

Kesimpulan dari teori motivasi kerja Herzberg’s Two Factors Motivation Theory adalah fokus teori motivasi ini lebih menekankan bagaimana memotivasi karyawan di

Peralatan yang digunakan untuk mengambil data volume lalu lintas.. Pengambilan data volume

menyalurkannya dalam bentuk kredit pada masyarakat setempat, dengan prosedur mudah dan cepat.Dalam rangka mewujudkan hal tersebut diatas, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

Dari beberapa ruang dari kelompok pelayanan yang terdapat interaksi secara visual maka akan diberikan kenyamanan ruang yang dapat memudahkan pengunjung pada saat melihat-lihat proses

Oleh karena itu penulis tertarik untuk merancang sistem informasi dengan judul “ Pengembangan Sistem Informasi Rekam Medis Pada Puskesmas Gisting Berbasis Web ”