• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Blended POE2WE Terhadap Pemahaman Konsep Dan Motivasi Belajar Siswa Berbasis Video Animasi Pada Materi Perpindahan Kalor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Model Blended POE2WE Terhadap Pemahaman Konsep Dan Motivasi Belajar Siswa Berbasis Video Animasi Pada Materi Perpindahan Kalor"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

54

Penerapan Model

Blended POE

2

WE

terhadap

Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Siswa

Berbasis Video Animasi pada Materi Perpindahan Kalor

Imiftah Nurnazarudin, Suci Khoirun Nisa*, Dela Nurmayanti dan Nana *sucikhoirunnisa7@gmail.com

Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No.24, kahuripan,kec. Tawang , Tasikmalaya, 46114, Indonesia

.

Abstrak – Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan pada pemahaman konsep dan motivasi belajar

siswa SMA dalam materi kalor pada siswa melalui penerapan model pembelajaran Blended POE2WE. Penelitian

ini dilatar belakangi oleh kurangnya motivasi belajar siswa dan pemahaman konsep dalam proses pembelajaran materi fisika serta kurang optimalnya sistem pembelajaran lama (Teacher Center Learning). Oleh sebab itu harus ada peningkatan atau inovasi dalam proses pembelajaran khususnya materi fisika yaitu dengan cara menerapkan

model Blended POE2WE berbasis video animasi untuk meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar

siswa. Blended POE2WE merupakan kombinasi dari pembelajaran tatap muka dengan pendekatan pembelajaran

berbasis teknologi. Adapun metode penelitian yang gunakan dalam penelitian kali ini adalah kajian pustaka dan observasi dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Responden atau subjek penelitian kali ini adalah peserta didik atau siswa yang berjumlah 20 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penggunaan media pembelajaran video animasi dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan persentase 50% sangat setuju; (2) media pembelajaran video animasi dapat membuat proses pembelajaran lebih efektif dengan persentase 60% sangat setuju; (3) proses pembelajaran dengan media animasi dapat meningkatkan semangat belajar siswa dengan persentase 60% sangat setuju; (4) pembelajaran video animasi dapat digunakan pada semua materi fisika dengan persentase 55% orang sangat setuju. Hal itu menunjukkan bahwa

terdapat interaksi antara model pembelajaran Blended POE2WE berbasis animasi dan motivasi belajar terhadap

hasil belajar fisika. Dapat disimpukan bahwa penerapan model Blended POE2WE berbasis video animasi dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa pada materi perpindahan kalor.

Kata Kunci: blended POE2WE, video animasi , kalor

I. PENDAHULUAN

Pada era digital atau era informasi sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan saat ini memiliki banyak dampak dimana informasi semakin mudah didapat dan mudah tersebarnya segala jenis pengetahuan dari dan ke seluruh penjuru dunia menembus batas tempat, jarak, waktu dan ruang. Kenyataannya di dalam kehidupan seorang manusia di era digital sekarang ini akan selalu bergantung dan terkoneksi dengan teknologi. Hakikat Teknologi merupakan segala proses agar mendapatkan nilai tambah dari produk yang dapat bermanfaat atau memudahkan manusia. Teknologi sudah mengubah dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari seorang manusia, sehingga jika seseorang di era sekarang ini ‘gagap teknologi’ maka akan terlambat dalam mengetahui segala jenis informasi. Informasi mempunyai peran yang penting, pada era information society (masyarakat informasi) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society) [1].

Namun, model pembelajaran yang sudah berlangsung selama ini masih didominasi oleh teacher centered, yang dimana seorang guru masih bersifat sebagai gudangnya ilmu sedangkan peserta didik bersifat pasif. Dimana peserta didik lebih banyak menerima dan mendengarkan pengetahuan dari guru tersebut. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Rendahnya pemahaman konsep yang dimiliki siswa akan berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh. Hasil belajar menentukan kualitas lulusan atau produk pendidikan yang diciptakan. Selain model pembelajaran, kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana khususnya media pembelajaran juga menyebabkan proses pembelajaran tidak efektif. Penggunaan media pembelajaran dengan basic teknologi memberikan dampak yang sangat positif bagi kemampuan dan kemauan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran [2]. Untuk memperbaiki kualitas produk pendidikan, model pendidikan di abad 21 mengalami perubahan paradigma pada proses penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan

(2)

55 pembelajaran di dalam kelas atau lingkungan sekitar lembaga pendidikan tempat siswa menimba ilmu. Paradigma dalam proses pembelajaran dewasa ini adalah terciptanya pembelajaran yang bernuansa demokratis, dimana guru dan siswa belajar saling membantu. Kurikulum pendidikan yang berlangsung saat ini berorientasi pada apa yang dilakukan siswa, bukan apa yang dapat dilakukan oleh guru. Orientasi dalam pembelajaran ini, siswa berperan lebih aktif dalam menemukan dan membangun informasi/ pengetahuannya, sedangkan guru akan lebih berfungsi sebagai fasilitator, pelatih, dan pendamping para siswa yang sedang mengalami proses pembelajaran. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran memberikan kesempatan siswa untuk melakukan proses berpikir.

Proses berpikir dalam pembelajaran, siswa diminta untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan memberdayakan kemampuan otak sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa akan dipahami lebih mendalam. Pemahaman konsep suatu pengetahuan memang sangat penting. Santrock [3] mengatakan bahwa “Pemahaman konseptual adalah aspek kunci dari pembelajaran. Salah satu tujuan pengajaran yang penting adalah membantu murid memahami konsep utama dalam subjek materi pelajaran bukan sekedar mengingat fakta-fakta terpisah.” Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan pentingnya pemahaman konsep dalam kegiatan pembelajaran karena pemahaman (understanding) dapat menjadi suatu landasan bagi peserta didik untuk membangun wawasan agar pembelajaran berlangsung lebih mudah dan merasakan kebermaknaan belajar [3].

Salah satu mata pelajaran yang memerlukan pemahaman konsep yang baik sehingga mendukung proses berpikir siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah materi fisika. Proses berpikir pada pembelajaran ini berguna agar siswa dapat mengembangkan pemahaman konsepnya untuk menjadi individu yang cerdas, kreatif, kritis serta mampu mengaplikasikan ilmu untuk memecahkan permasalahan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran dengan mengutamakan kemampuan berpikir siswa juga diyakini akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi merupakan daya penggerak siswa untuk belajar yang berasal dari luar atau dalam individu. Selaras dengan pendapat Hamzah B. Uno [4] yang menjelaskan bahwa motivasi dalam pembelajaran dapat ditingkatkan dengan teknik

menimbulkan rasa ingin tahu. Proses berpikir merupakan solusi terbaik untuk memecahkan rasa ingin tahu siswa. Hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah pada saat yang sama tidak semua siswa secara intuitif dan intrinsik termotivasi untuk belajar, sehingga menjadi tugas guru untuk memotivasi beberapa siswa tersebut [4].

Oleh karana itu kita butuh inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran di Indonesia entah itu model pembelajaran atau pun media pembelajaran dengan upaya agar dapat mengatasi semua permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya yaitu model pembelajaran blended POE2WE berbasis

video animasi yang bertujuan agar dapat meningkatkan meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa khususnya dalam materi fisika.

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pada pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa SMA dalam materi kalor pada siswa melalui penerapan model pembelajaran Blended POE2WE. Penelitian

ini dilatarbelakangi oleh kurangnya motivasi belajar siswa dan pemahaman konsep dalam proses pembelajaran materi fisika serta kurang optimalnya sistem pembelajaran lama (Teacher Center Learning). Oleh sebab itu harus ada peningkatan atau inovasi dalam proses pembelajaran khususnya materi fisika yaitu dengan cara menerapkan model Blended POE2WE berbasis video animasi untuk

meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa. Blended POE2WE merupakan

kombinasi dari pembelajaran tatap muka dengan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis penerapan model Blended POE2WE berbasis video animasi pada

pembelajaran fisika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa yaitu studi pustaka dan observasi. Studi literatur didasarkan pada dua pertimbangan kriteria, yaitu literatur yang dijadikan dasar memiliki kaitan langsung dengan topik pertanyaan yang ingin diungkap (bukan literatur sekunder) dan konten dari literatur tersebut dapat diyakini validitas dan kredibilitasnya, yaitu bersumber dari literatur yang dipublikasikan oleh penerbit yang bereputasi nasional dan internasional. Pada penelitian ini menggunakan model

(3)

56 pembelajaran POE2WE sebagai batasan literatur

yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Responden atau subjek penelitian ini adalah peserta didik atau siswa Yang berjumlah 20 orang

Penelitian ini menerapkan empat tahap dalam pemerolehan data, yaitu: (a) sebelum penelitian, (b) pelaksanaan penelitian, dan (c) setelah penelitian.

Lembar tes kelayakan dan keterbacaan instrumen menggunakan skala Likert. Uji kelayakan instrumen yang digunakan ialah dengan rumus sebagai berikut [6].

𝑃 = 𝐹

𝑁 𝑋 100 % (1)

Dimana P merupakan persentase penilaian, F merupakan skor yang diperoleh dari ahli, dan Nmerupakan skor ideal.

Selanjutnya, teknik analisis deskriptif untuk mengolah data berupa hasil wawancara ialah menggunakan rumus rerata. Menurut Soewarno (dalam [8]) harga rerata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

X rata-rata =1 𝑛∑ 𝑋𝑖

𝑛

𝑖=1 (2)

Dimana X rata-rata merupakan jumlah rerata, Xi merupakan nilai pengukuran dari suatu variat n merupakan jumlah data.

TABEL 1 SKOR PENILAIAN INSTRUMEN

Skor Keterangan

4 Sangat tepat/sangat sesuai/sangat lengkap/sangat baik

3 Tepat/sesuai/lengkap/baik

2 Kurang tepat/kurang sesuai/kurang lengkap/kurang baik

1 Tidak tepat/tidak sesuai/tidak lengkap/tidak baik

TABEL 2 KRITERIA KELAYAKAN DAN REVISI PRODUK.

No. Skala Penilaian

Tingkat

Kelayakan Revisi Produk 1. 80 % - 100 % Sangat

layak

Tidak Perlu Revisi 2. 66 % - 79 % Layak Tidak Perlu Revisi 3. 56 % - 65 % Kurang Layak Perlu Revisi 4. 0 % - 55 % Tidak Layak Sangan Perlu Revisi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

Dalam penilitian ini terdapat beberapa instrumen penelitian yang telah divalidasi. Hasil validasi instrumen didapat dari persamaan (1), dengan menggunakan skor pada Tabel 1. Hasil validasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. TABEL 3 DATA VALIDASI AHLI ISNTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian

Penilaian ahli Kesimpulan 1. Pertanyaan

kuisioner 80 % Sangat layak 2. Pertanyaan

wawancara 85% Sangat layak Dari data ini dapat diketahui kelayakan produk yang dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Depdiknas yang menyatakan bahwa dalam penyusunan materi harus diperhatikan kedalaman dan keluasan cakupan materi [6]. Oleh sebab itu, penguatan materi dalam penelitian ini pun tetap dipertahankan. Hasil validasi instrumen dapat dilihat pada tabel 3. Selain itu hasil data yang di peroleh dipersentasekan dengan menggunakan persamaan (2), yang dapat dilihat masing-masing pada grafik 1, grafik 2, grafik 3, grafik4. TABEL 4 DATA PERTANYAAN QUESIONER

No. Pertanyaan

1. penggunaan media pembelajaran video animasi dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa 2. media pembelajaran video animasi dapat membuat

proses pembelajaran lebih efektip

3. proses pembelajaran dengan media animasi dapat meningakatkan semangat belajar siswa

4. pembelajaran video animasi dapat digunakan pada semua materi fisika

Gbr. 1 Pertanyaan pertama 50%

45%

5%

0%

(4)

57 Gbr. 2 Pertanyaan kedua

Gbr. 3 Pertanyaan ketiga

Gbr. 4 Pertanyaan keempat

Uraian pertanyaan penelitian ini diberikan kepada responden penelitian. Hal tersebut ditujukan agar peneliti dapat mengukur sejauh mana persentase dari tiap pertanyaan dalam penelitian tersebut. Berdasarkan data persentase diatas diketahui bahwa responden penelitian sebanyak 50% mengatakan “sangat setuju” bahwa pembelajaran menggunakan video animasi mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa dan sisanya memilih opsi “setuju” dan “kurang setuju” dengan masing masing persentase 45% dan 5% serta tidak ada yang memilih opsi “tidak setuju”. Kemudian untuk persentase pertanyaan kedua mengenai pembelajaran menggunakan video animasi dapat membuat proses belajar lebih efektif yang diberikan sebanyak 60%

mengatakan “sangat setuju” dan 40% mengatakan “setuju”, tidak ada yang memilih opsi “kurang setuju” dan “tidak setuju” Lalu untuk persentase pertanyaan ketiga mengenai proses pembelajaran menggunakan media animasi dapat meningkatkan semangat belajar siswa yang diberikan sebanyak 60% mengatakan “sangat setuju” , 35% mengatakan “setuju” dan 5% mengatakan “tidak setuju “. Dan untuk persentase pertanyaan keempat mengenai video animasai dapat digunakan di semua materi fisika yang diberikan sebanyak 55% mengatakan “sangat setuju” , 40% mengatakan “setuju” dan 5% mengatakan “kurang setuju”.

B.Pembahasan

1. Pemahaman konsep

Secara umum, keterampilan yang dapat ditransfer adalah keterampilan yang dikembangkan dalam satu situasi untuk ditransfer ke situasi lain, dari situasi pembelajaran dikelas hingga situasi kehidupan nyata [9].

Pemahaman konsep merupakan bagian yang penting dalam proses pembelajaran dan memecahkan masalah, baik didalam proses belajar itu sendiri maupun dalam lingkungan keseharian. Hamzah B Uno [4] menyatakan indikator pemahaman konsep adalah sebagai berikut:

1)Menyatakan ulang sebuah konsep

2)Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai konsepnya)

3)Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep

4)Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika

5)Menggunakan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep

6)Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

7)Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah.

Pemahaman konsep sangat penting dengan tujuan agar peserta didik dapat mengingat konsep-konsep materi yang mereka pelajari sebelumnya, sehingga proses belajar akan lebih bermakna [10].

Meningkatkan pemahaman konsep dapat melalui berbagai inovasi dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan model yang tepat dan sesuai dengan karakteristik peserta didik serta dapat juga dengan media pembelajaran yang bagus pula agar dapat menunjang proses pembelajaran dengan baik dan berkualatas.

60%

40%

0% 0%

sangat setuju setuju kurang setuju tidak setuju

60%

35%

5%

0%

sangat setuju setuju kurang setuju tidak setuju

55%

40%

5%

0%

sangat setuju setuju kurang setuju tidak setuju

(5)

58 2. Blended POE2WE

Bersin mendefinisikan Blended learning sebagai berikut “the combination of diferent training "media" (technologies, Activies, types of events) to create an optimum training program for term ‘blended” means that traditional instructor-led training is being supplemented with other electronic formats. In the context of this book, blended learning program use many different forms of e-learning, perhaps complemented with instructor-led training and other live formats”[5].

Model pembelajaran POE2WE (Prediction, Observation, Explanation, Elaboration, Write dan Evaluation ) dapat menjadikan peserta didik sebagai subjek di dalam pembelajaran. peserta didik secara aktif menemukan suatu konsep melalui pengamatan atau eksperimen secara langsung, bukan dari menghafal buku materi maupun penjelasan dari guru. Model ini memungkinkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya, mengkomunikasikan pemikirannya dan menuliskan hasil diskusinya sehingga peserta didik lebih menguasai dan memahami konsep yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar peserta didik Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan konstruksi pengetahuan yang dimilikinya, melakukan pengamatan terhadap fenomena serta mengkomunikasikan gagasan yang dia perolah dari proses diskusi sehingga peserta didik akan lebih mudah menguasai konsep yang diajarkan [11].

Tujuan Blended Learning adalah untuk melakukan sintesis pembelajaran tatap muka dan pembelajaran berbasis online menjadi satu campuran yang terintegrasi sehingga dapat menciptakan dampak yang tinggi, efisien, dan menarik. Secara praktis, blended learning berarti bahwa pembelajaran (pembelajaran tatap muka dalam kelas) juga dilengkapi dengan format elektronik lainnya (e-learning) untuk membuat suatu program pembelajaran yang optimal. Pada awalnya, pemanfaatan E-Learning sangat diunggulkan dibanding dengan Pembelajaran Konvensional secara tatap muka (Face to Face)

Model pembelajaran Blended POE2WE adalah

integrasi antara model Blended learning dan model pembelajaran Prediction, Observation, Explanation, Elaboration, Write dan Evaluation (POE2WE) [12].

3. Video animasi

Media animasi adalah hasil teknologi modern yang membuka kemungkinan-kemungkinan yang besar alat pendidikan. Hal ini bisa menjadikan terciptanya suasana yang kondusif. Siswa akan lebih memperhatikan materi yang disampaikan guru, sehingga terjalin interaksi yang menyenangkan antara siswa dan juga guru. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa merasa senang, tidak tertekan dan tidak merasa bosan sehingga siswa memiliki minat, motivasi dan interaksi dalam proses pembelajaran [7].

Salah satu alternatif yang dapat mendukung proses pembelajaran adalah pemanfaatan media pembelajaran, pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa [13].

Pengaplikasian media pembelajaran berbasis video animasi dalam pembelajaran fisika difokuskan pada materi perpindahan kalor dengan di titik beratkan pembelajaran berbasis video animasi materi fisika. Pembelajaran berbasis video animasi ini untuk memberikan pandangan dan persepsi baru bahwa belajar fisika itu asik , menyenangkan, tidak jenuh dan mudah dipahami.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) 50% responden sangat setuju penggunaan media pembelajaran video animasi dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa; (2) media pembelajaran video animasi dapat membuat proses pembelajaran lebih efektif 60%; (3) 60% responden sangat setuju proses pembelajaran dengan media animasi dapat meningkatkan semangat belajar siswa; (4) 55% responden sangat setuju dengan pembelajaran video animasi dapat digunakan pada semua materi fisika. Dan pembelajaran berbasis video animasi sangat membantu untuk meningakatkan pemahaman konsep dan semangat belajar siswa.

(6)

59 B. Saran

Penelitian ini memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru dapat menerapkan Model Pembelajaran POE2WE dengan kondisi

siswa yang memiliki Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar rendah. Model Pembelajaran ini mengutamakan partisipasi aktif siswa dan peran guru dalam membimbing dan mendampingi siswa.

b. Kerjasama saling membantu antara guru dan siswa penting untuk diperhatikan sehingga pembelajaran berlangsung lebih efektif.

2. Bagi Siswa

a. Siswa harus membiasakan untuk bekerjasama secara kelompok.

b. Siswa sebaiknya menumbuhkan motivasi belajar mereka sendiri, terutama motivasi belajar internal yaitu motivasi dari dalam diri mereka.

c. Siswa sebaiknya berpartisipasi aktif di kelas, jangan takut berpendapat, menanggapi, atau menyanggah.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Peneliti dapat memperluas penilaian pada aspek-aspek lain dari Pemahaman Konsep. b. Pada aspek Motivasi Belajar, peneliti dapat

melakukan cara pengambilan data tidak hanya menggunakan angket tetapi diikuti dengan observasi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] N. Nana & E. Surahman. “Pengembangan Inovasi Pembelajaran Digital Menggunakan Model Blended POE2WE di Era Revolusi Industri 4.0”. In Prosiding

SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) Vol. 4, pp. 82-90, 2019.

[2] I. Hikmayanti,. S. Saehana. & Muslimin. “Pengaruh Model Problem Based Learning Menggunakan Simulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak Lurus Kelas VII MTs Bou”. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online, Vol. 3, no.3, hal. 58-61, 2015. [3] W. J. Santrock. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua (Alih bahasa: Tribowo B.S). Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

[4] H. B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. [5] J. Bersin. The Blended Learning Book. San Fransisco:

Pfeiffer, 2004.

[6] S. Nana., M. Akhyar., & D. Rochsantiningsih. “The Development Of Predict, Observe, Explain, Elaborate, Write, And Evaluate (POE2WE) Learning Model In Physics Learning At Senior Secondary School”. Development, vol.5, no. 19, 2014.

[7] G.A. Tunde., Fihrin., & A. Kade. “Penerapan Metode Edutainment Berbasis Animasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Palu”. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online, vol. 5, no.1, hal. 45-47, 2016.

[8] E. Yusniyanti. & K. Kurniati. “Analisa Puncak Banjir Dengan Metode MAF (Studi Kasus Sungai Krueng Keureuto)”. EINSTEIN (e-Journal), vol.5, no.1, 2017. [9] Y.S. Makiyah., A. Malik., E. Susanti., & I. R. Mahmudah. “Higher Order Thinking Real and Virtual Laboratory (HOTRVL) untuk Meningkatkan Keterampilan Abad Ke-21 Mahasiswa Pendidikan Fisika”. DIFFRACTION, vol.1, no.1, 2019.

[10] E. Yulianti., & I. Gunawan. “Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL): Efeknya Terhadap Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis”. Indonesian Journal of Science and Mathematics Education, vol.2, no.3, hal.399-408, 2019.

[11] Nana. “Pengembangan Model Pembelajaran Prediction, Observation, Explanation, Elaboration, Write, and Evaluating (POE2WE) dalam Pembelajaran Fisika SMA”. Universitas Sebelas Maret, 2016. [12] I. Nurnazarudin, “Penerapan Model Blended Poe2we

Menggunakan Google Class Room Sebagai Inovasi Pembelajaran Fisika”, 2019.

[13] D. I. SCP, “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi”. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, vol. 1, no.2, 2012.

Gambar

TABEL 2  KRITERIA KELAYAKAN DAN REVISI PRODUK.

Referensi

Dokumen terkait

Daerah yang telah ada Komunitas Penggerak bisa ikut Program Sekolah Penggerak asalkan sekolah yang dipilih untuk menjadi Sekolah Penggerak bukanlah sekolah yang didampingi Organisasi

Berdasarkan hasil Seleksi Administrasi Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018, Panitia Seleksi menetapkan :..

Organisasi Prosesor (Single- bus) Y Z MDR MAR PC TEMP R(n-1) R0 IR Instruction Decoder ALU Carry-in Add Sub XOR Address lines Data lines Control lines Memory bus ALU control

Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa biasanya didahului dengan gejala prodormal yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual dan anoreksia, yang terjadi 1 -

Evaluasi penerapan protokol routing OSPF dan BGP pada jaringan VoIP berbasis MPLS VPN dilakukan dengan mengukur Quality of Service yang terdiri dari throughput, delay,

01/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam Pasal 105, apabila kedua orang tua cerai dan terjadi perebutan hak asuh anak (h}ad}a>nah) maka ibulah yang paling berhak

Berdasarkan kepada pilihan responden menunjukkan bahawa guru berpendirian yang kepuasan kerja mereka bergantung kepada corak kepimpinan sesebuah sekolah yang memberi kesan

Pengujian struktur mikro model chassis AlSiMg hasil HPDC dengan perlakuan panas bertujuan untuk mengetahui bentuk struktur mikro pada model chassis dengan unsur magnesium (Mg)